e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 8 No : 2 Tahun 2017)
ANALISIS AKUNTANBILITAS KEUANGAN DAN PENDAYAGUNAAN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ , SHADAQAH (ZIS) (STUDI KASUS LEMBAGA BAZNAS KABUPATEN BULELENG) Sarifah Muslikah Zen [1],[ Anantawikrama Tungga Atmadja 1], Ni Luh Gd Erni Sulindwati [2] Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id Abstrak Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Buleleng atau Lembaga Amil Zakat adalah mengelola dana zakat, infaq, sahadaqah (ZIS) dari muzakki, sebagai penguat sosial dan ekonomi. Penelitian ini dilakukan di Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Buleleng yang beralamat Jalan Udayana No.17 Singaraja.Akuntabilitas dan Pendayagunaan Dana ZIS sangat diperlukan untuk mewujudkan kepercayaan pihak-pihak yang terkait, seperti muzakki, mustahik, Pemerintah maupun masyarakat secara keseluruhan. Penelitian ini termasuk penelitian dengan pendekatan kualitatif berupa;(1) data primer, yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Untuk data primer, pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan dan observasi mendalam oleh peneliti;dan (2) data Sekunder yaitu, sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Untuk data sekunder berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang selalu tersusun (data dokumen).Hasil penelitian ini menemukan bahwa Akuntanbilitas dan Pendayagunaan Dana ZIS pada BAZNAS Kabupaten Buleleng masih terdapat ketimpangan yang sangat besar antara potensi dan realisasiAlasan utama terjadinya ketimpangan antara potensi dan realisasi yaitu masih banyaknya muzzaki yang membayarkan zakatnya langsung kepada mustahik. Sehingga tidak terdata oleh pihak organisasi pengelola zakat. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan muzzaki yang tidak membayarkan zakatnya pada lembaga zakat, hanya saja jika dikaitkan dengan konsep pendayagunaan tentu akan menjadi sangat berdaya jika pembayaran zakat dilakukan pada organisasi pengelola zakat. Kata kunci : Akuntanbilitas Keuangan dan Pendayagunaan Zakat, Infaq, shadaqah Abstract National tithe board or institution is a board or institution which manages the funds of Zakat, Infaq, and Shadaqah (ZIS) from muzaki (a obliged person paying the zakat) as social and economic booster. This research is conducted at nasional thite board (Baznas) in Buleleng Regency located at Jalan Udayana No.17 Singaraja. The accountability and efficiency of ZIS Funds is necessary to realize the trust of related parties, such as muzakki, mustahik ( a proper person accepting the tithe), government, and general society. This research uses qualitative approach in the form of (1) primary data, that is a data source which
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 8 No : 2 Tahun 2017) directly gives the data to data collector. For primary data, data withdrawal is conducted with the help of field note and in-depth observation by researcher; and (2) secondary data is a source that do not directly provide data to data collectors, for example through other people or documents. The secondary data are in the form of evidences, records, or historical reports which are always compiled (document data). The result of this study shows that the accountability and efficiency of ZIS funds at Baznas in Buleleng Regency is still in a huge imbalance between the potency and realization. The main reason for the imbalance between the potency and the realization is that there are still many muzzaki paying the tithe to mustahik directly. So, it is not recorded by the management managing the tithe. Actually, there is nothing wrong with muzzaki who does not pay the tithe to the tithe board; however, if linked with the concept of efficiency it would be very efficient if the payment of tithe is done on the board managing the tithe. Keywords: Financial Accountability and Efficiency of Zakat, Efficiency of Infaq, Efficiency of Shadaqah.
PENDAHULUAN Indonesia sebagai Negara dengan jumlah penduduk Islam yang sangat besar harusnya sangat berpotensi dalam jumlah pengumpulan dana zakat. Tetapi realisasi yang terjadi tidak demikian, masih terdapat ketimpangan yang sangat besar antara potensi dan realisasi.Hal ini tercermin pada hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di BAZNAS Kabupaten Buleleng.Alasan utama terjadinya ketimpangan antara potensi dan realisasi yaitu masih banyaknya muzzaki yang membayarkan zakatnya langsung kepada mustahik.Sehingga tidak terdata oleh pihak organisasi pengelola zakat. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan muzzaki yang tidak membayarkan zakatnya pada lembaga zakat, hanya saja jika dikaitkan dengan konsep pendayungan tentu akan menjadi sangat berdaya jika pembayaran zakat dilakukan pada organisasi pengelola zakat. Hafiduddin (2011), Chalikuzhi (2009), dan Wahid et al. (2009) menyatakan kepercayaan kepada organisasi pengelola zakat yang minim juga menjadi penyebab kesenjangan,hal ini disebabkan oleh profesionalisme dan hasil pengelolaan zakat yang tidak terpublikasikan kepada masyarakat. Hal ini mengarahkan diskusi pada isu akuntabilitas.Penelitian tentang akuntabilitas Non Government Organization (NGO) telah banyak dilakukan.
Kenyataannya ditemukan bahwa NGO memiliki banyak kelemahan terkait akuntabilitas karena minimnya penyampaian informasi kepada masyarakat (Fikri etal. 2010). Hal ini disebabkan oleh karena: “Interaksi antara NGO, donatur, dan masyarakat bukan semata murni hubungan ekonomi dan tidak selalu besifat formal (meskipun terkadang terdapat hubungan formal).Kepercayaan, emosi, kata hati, kontrak sosial, hubungan timbal balik, misalnya bercampur sehingga aturan formal untuk menentukan apakah organisasi akuntabel atau tidak sering kali menjadi bias” (Fikri etal. 2010:409410). Akuntabilitas NGO keagamaan dalam sebuah gereja juga pernah diteliti oleh Randa et al. (2011). Temuannya menunjukkan bahwa akuntabilitas gereja berbeda dengan akuntabilitas NGO non kegamaan antara lain akuntabilitas spiritualitas. Pengelola zakat yang juga merupakah salah satu NGO sudah tentu masuk dalam kriteria yang disebutkan di atas dengan isu akuntabilitasnya. Selain itu juga dinyatakan Pendayagunaan dana zakat yang belum maksimal. Banyak Mustahik yang belum dapat dilayani organisasi pengelola zakat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 8 No : 2 Tahun 2017) (OPZ) pada tahun 2016 mencapai angka 9,30 persen dari total keseluruhan penduduk miskin, maka pada tahun 2017 diharapkan kontribusi zakat akan lebih baik. Paling tidak, 12 sampai 15 persen penduduk miskin di singaraja bisa dilayani oleh BAZNAS beserta seluruh OPZ yang ada, tentu dengan syarat jumlah zakat yang dihimpun juga harus mengalami kenaikan. Mintarti (2011:1) menyatakan kualitas sumberdaya manusia pengelola zakat masih rendah karena kebanyakan tidak menjadikan pekerjaan amil sebagai profesi atau pilihan karier, tapi sebagai pekerjaan sampingan atau pekerjaan paruh waktu sehingga berdampak pada rendahnya penghimpunan dana zakat oleh organisasi pengelola zakat. Pemerintah dan pemahaman muzaki juga mempengaruhi besaran dana zakat yang dihimpun organisasi pengelola zakat seperti yang dinyatakan Hafiduddin (2011a), Chalikuzhi (2009), IMZ dan PEBS (2009), dan Infoz (2011) bahwa rendahnya pemahaman kewajiban zakat menjadi penyebab rendahnya dana zakat yang dihimpun. Hal ini tentu perlu dilakukan edukasi oleh Pemerintah agar terjadi peningkatan pemahaman yang utuh tentang zakat.Rendahnya peran Pemerintah ditandai dengan rendahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap organisasi pengelola zakat.Pemerintah seharusnya dapat memberikan fasilitas legal formal dan penyedia data tentang kebutuhan dan potensi pengumpulan zakat (Jahar 2008 dan Faridi 1996). Oleh karena itu, lembaga pengelola zakat harus meningkatkan kredibilitas agartimbul motivasi muzakki untuk membayarkan zakatnya melalui lembaga pengelolazakat.Kredibilitas merupakan tingkat kepercayaan sehingga muzakki merasa amanmenunaikan zakat melalui LAZ. Bentuk pertanggungjawaban inilah yang harusdibenahi, apalagi ini terkait kepercayaan dalam mengemban amanah dana umat yangmasuk dalam kategori keuangan publik. Sebagaimana yang dikatakan olehHafidhuddin (2011) bahwa
zakat masuk dalam ranah keuangan publik, dana yangdihimpun dari masyarakat oleh badan amil harus dipertanggungjawabkan secaraterbuka. Hal ini menjadi keharusan dan tidak boleh diabaikan, karena akan berdampakbesar terhadap kepercayaan masyarakat. Tercapainya pengelolaan zakat yang optimal, begitu banyak cara yang bisa digunakan oleh Organisasi Pengelola Zakat, namun dalam penelitian ini untuk mengatasi rendahnya akuntabilitas dan pendayagunaan pengelolaan dana zakat yang mampu memberikan pemahaman kepada organisasi pengelolaan zakat, serta meningkatkan pemahaman konsep yang nantinya bermuara pada pengelolaan zakat di tahun berikutnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penerapanakuntabilitas dan pendayagunaan pengelolaandana zakat diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan zakat lebih baik dan lebih optimal. Untuk itu perlu dilaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Akuntabilitas Dan Pendayagunaan Pengelolaan Dana Zakat, Infaq dan shadaqah (zis) (Study Kasus Lembaga BAZNAS Kabupaten Buleleng)”.. METODE Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, adalah sebuah penelitian yang didasarkan pada fenomena, gejala, fakta, atau informasi sosial. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2006;3) yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Model penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut Julia Brannen (1992), model penelitian deskriptif yaitu suatu model yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap obyek penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai gejala atau keadaan yang ada pada saat penelitian dilakukan.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 8 No : 2 Tahun 2017) Penelitian ini bertujuan menggambarkan, mendeskripsikan dan bermaksud menjelaskan mengenai Analisis Akuntanbilitas Keuangan Dan Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq, Shadaqah (zis) . Pada dasarnya ada tiga unsur utama dalam penelitian kualitatif (Strauss & Corbin, 2003) yaitu:Data bisa berasal dari bermacam sumber biasanya dari wawancara dan pengamatanPenelitian kualitatif terdiri dari berbagai prosedur analisis dan interpretasi yang digunakan untuk mendapatkan temuan atau teori. Kedua prosedur ini mencakup teknik-teknik untuk memahami data. Proses ini, yang disebut “panandaan” (codimg), bisa bermacam-macam sesuai dengan pengetahuan, pengalaman dan tujuan peneliti. Laporan tertulis dan lisan.Laporan ini dapat dikemukakan dalam jurnal ilmiah atau konferensi.Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Buleleng khususnya pada lingkup BAZNAS Kabupaten Buleleng sebagai Penerimaan dan penyaluran Zakat, Fitrah, Shadaqah (ZIS).Untuk memperoleh data yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan maka penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu :Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap Lembaga BAZNAS dan Muzaki yang tidak mau membayar zakat pada lembaga maupun yang membayar zakat pada lembaga BAZNAS. Wawancara (Interview), yaitu tehnik pengumpulan data dimana peneliti secara langsung mengadakan tanya jawab dengan informan yang telah ditentukan. Studi kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca buku, majalah, surat kabar, dokumen-dokumen, undang-undang dan media informasi lain yang ada hubungannnya dengan Implementasi Implementasi Tugas dan Wewenang Lembaga BAZNAS.
Berangkat dari penelitian ini, untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dan diseleksi digunakan teknik analisis data deskriptif-kualitatif, yaitu data-data yang telah dihimpun dan dikumpulkan baik primer maupun sekunder selanjutnya disusun, dianalisis, diinterpretasikan untuk kemudian dapat diambil kesimpulan sebagai jawaban atas masalah yang diteliti. Pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan secara induktif yaitu dari data dan fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta atau peristiwa yang khusus itu digeneralisasikan atau dianalisis ketingkat abstraksi yang lebih tinggi. Keabsahan data adalah untuk melihat derajat kebenaran atau kepercayaan terhadap hasil penelitian dengan mempergunakan standarisasi tertentu. Menurut Patton dalam Moleong (2005:178) mengatakan bahwa dalam rangka menjaga keabsahan data digunakan empat kriteria, yaitu:Kepercayaan (Creadibility)Kriteria derajat kepercayaan dipergunakan dengan beberapa teknik (Moleong, 2005), yaitu:Perpanjangan keikutsertaan Perpanjangan keikutsertaan yaitu peneliti kembali ke lapangan melakukan pengamatan dan wawancara ulang dengan sumber data yang pernah ditemui. Ketekunan pengamatanKetekunan pengamatan yaitu peneliti melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak dan peneliti memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati .Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Trianggulasi bisa berbentuk teknik pengumpulan data, misalnya wawancara dipadukan dengan pengamatan dan atau dibandingkan pula dengan dokumen.Trianggulasi bisa pula antar informan, yakni data yang diberikan oleh informan yang satu dengan yang lain, dicek silang dengan data yang diberikan oleh informan lainnya.Bahkan yang tidak kalah
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 8 No : 2 Tahun 2017) pentingnya, trianggulasi bisa pula antarpeneliti, yakni masalah yang (data yang meragukan) ditanyakan secara ulang oleh peneliti lainnya.Keteralihan (Transferability) dalam penelitian ini peneliti berusaha menyajikan laporan hasil peneliti untuk memperkaya wacana ilmiah melalui deskripsi secara terperinci atau uraian yang cermat.Pengecekan Sejawat, teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dengan bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Dalam kaitan dengan penelitian ini melakukan diskusi dengan beberapa sejawat mahasiswa.Ketergantungan (Dependibility), dalam hal ini peneliti meneliti dan menguji kembali hasil penelitian melalui proses pemeriksaan yang cermat dan teliti terhadap seluruh komponen dalam laporan hasil penelitian untuk memperbaiki kesalahan sehingga hasil penelitian ini dapat mencapai kesempurnaan.Kepastian (Confirmability), untuk mewujudkan kepastian peneliti mendiskusikan dan menginformasikan dengan kondisi pembimbing. Lebih lanjut setiap tahap dalam penulisan skripsi ini maupun konsep yang dihasilkan dari lapangan dikonsultasikan dengan komisi pembimbing sehingga diperoleh masukan untuk menambah kepastian dari hasil penelitian.Disamping itu mendiskusikan dan menginformasikan dengan narasumber atau pakar berkaitan dengan masalah yang diteliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Latar belakang di bentuknya sebab akibat operasional dari BAZNAS BAZNAS adalah sebuah organisasi yang didirikan atas inisiatif pengurus zakat kantor kementerian agama, pada waktu itu masih bernama Departemen Agama, yang bekerjasama dengan para tokoh masyarakat untuk sepakat menjalankan semua kegiatan atau program yang berkaitan dengan bidang sosial dan tentunya tujuan akhirnya adalah membantu
meringankan beban masyarakat baik dalam hal pendidikan, kesehatan, kemiskinan dan lain – lain. Berdasarkan hasil wawancara yang saya dapatkan di BAZNAS Kabupaten Buleleng yang di jabarkan oleh bapak H.Muhamad Maksum Amin tentang latar belakang operasional BAZNAS dari aspek ke agamaan sebagai berikut: Bahwa latar belakang operasional keagamaan tentang zakat ini di kutip pada surat At-Taubah’ ayat 60 Yang berbunyi “sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang di bujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang di wajibkan allah, dan allah maha mengetahui lagi maha bijaksana” selain itu dari hasil wawancara yang saya dapatkan dari bapak H Muhamad Amin tentang latar belakang aktivitas operasional dari BAZNAS Kabupaten Buleleng sebagai berikut: “dari aktivitas operasionalnya melalui konsep akuntanbilitas dan sistem manajemen informasi BAZNAS (SIMBA) di mana pengelolaan akuntanbilitasnya di sesuaikan dengan pendapatan dari masing-masing UPZ (Unit Pengumpulan zakat), unit pengumpulan zakat yang selanjutnya di singkat UPZ adalah satuan organisasi yang di bentuk oleh Badan Amil Zakat di semua tingkatan dengan tugas mengumpulkan zakat untuk melayani muzakki yang berada pada desa/kelurahan, instansi pemerintah dan swasta baik dalam daerah maupun luar Kabupaten Buleleng. aktivitas operasionalnya juga dalam bentuk penyaluran dana ZIS ini juga memiliki program-program sebagai berikut: (1). Buleleng cerdas;(2). Buleleng sehat;(3). Buleleng taqwa;(4).buleleng peduli; dan; (5). Buleleng makmur. Dan penyaluran zakat ini di peruntukkan bagi 8 asnaf
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 8 No : 2 Tahun 2017) yaitu: (1) fakir (orang yang tidak memiliki harta);(2) miskin(orang yang penghasilannya tidak mencukupi);(3) riqab (hamba saya atau budak);(4)gharim (orang yang memiliki banyak hutang);(5) fisabililah (pejuang di jalan allah);(6) ibnu sabil (musafir dan para pelajar perantauan);(7) mualaf (orang yang baru masuk islam); dan (8) amil zakat (panitia penerima dan pengelola dana zakat)” Alasan muzaki tidak mau membayakan zakat pada lembaga BAZNAS Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang Muslim yang bekewajiban menunaikan zakat.Dari pengertian di atas jelaslah bahwa zakat tidak hanya diwajibkan kepada perorangan saja.Seluruh ahli fiqih sepakat bahwa setiap Muslim, merdeka, baligh dan berakal wajib menunaikan zakat. Akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang orang yang belum baligh dan gila.. Bagi mereka yang memahami zakat seperti ibadah yang lain, yakni seperti sholat, puasa dan lain-lain, tidak mewajibkan anak-anak yang belum baligh dan orang gila menunaikan zakat. Adapun mereka yang menganggap zakat sebagai hak orang-orang fakir atas harta orangorang kaya, mewajibkan anak-anak yang belum baligh dan orang gila menunaikan zakat. Adapun hasil wawancara yang saya lakukan di masyarakat sekitar Kabupaten Buleleng khusuhnya muzaki yang tidak membayar zakat pada lembaga BAZNAS yaitu sebagai berikut: Berdasarkan hasil wawancara yang saya dapatkan dari ibu andrewati yang beralamat di Desa Rajatama Kec.Seririt Kab.Buleleng selaku muzaki yang tidak mau membayarkan zakatnya pada lembaga BAZNAS Kabupaten Buleleng yaitu sebagai berikut: BAZNAS memiliki fungsi yaitu: (1) menghimpun ZIS dari muzaki dan menyalurkan zis pada mustahik zakat;(2) perencanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat; dan(3) pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat dll. Untuk
mengetahui sudah profesionalnya dalam pemungutan zakat dan penyaluran zakat pada lembaga BAZNAS ini masih di katakan kurang karena lembaga BAZNAS ini masih kurang untuk bersosialisasi kepada masyarakat pedalaman seperti di wilayah desa Rajatama Kelurahan Seririt Kabupaten Buleleng . Alasan tidak mau membayarkan zakatnya pada lembaga di karenakan lokasinya yang jauh dan belum terjangkau dari wilayah Rajatama Kelurahan Seririt Kabupaten Buleleng jadi untuk membayarkan zakatnya itu melalui masjid Al-taufiq yang beralamat di Desa Rajatama Kelurahan Seririt Kabupaten Buleleng Adapun hasil wawancara yang saya dapatkan dari ibu siti amina salah satu muzaki yang tidak membayar zakat pada lembaga BAZNAS yang beralamat di desa celukanbawang, kec seririt Kab.Buleleng yaitu sebagai berikut:Adapun fungsi BAZNAS disini yaitu: mendata mustahik dan muzaki di sekitaran kota singaraja, menghimpun dana zakat dari muzaki dan menyalurkan zakat kepada mustahik. untuk mengetahui sudah profesional atau tidaknya lembaga BAZNAS ini dalam pemungutan dana zakat maupun penyaluran zakat yaitu sudah profesional dalam pemungutan dana zakat dan penyalurannya namun sebaiknya lembaga BAZNAS ini akan ada baiknya jika memiliki cabang di setiap kecamatan agar para muzaki tidak jauh untuk melakukan pembayaran zakat ini. Alasan muzaki tidak mau membayar zakat pada lembaga BAZNAS yaitu kurangnya sosialisasi dari BAZNAS dan jarak muzaki dengan BAZNAS terlalu jauh, terutama bagi masyarakat yang berada di luar kota singaraja, jadi untuk membayarkan zakat ini pada masjid karena masyarakat dsini lebih mempercayai pembayaran zakat melalui masjid An-nur Desa Celukan Bawang Kec.Seririt. Menurut pendapat ibu indrayani yang beralamat di Desa Patas Kec.seririt Kab Buleleng salah satu muzaki yang tidak membayar zakat pada lembaga BAZNAS
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 8 No : 2 Tahun 2017) yaitu sebagai berikut: Fungsi BAZNAS disini adalah: meningkatkan kesadran kepada masyarakat untuk berzakat, mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik maupun non fisik melalui pendayagunaan zakat. Lemabaga BAZNAS ini sudah profesional karena lemabaga ini memiliki aturan hukum yang sesuai dengan UUD no 23 Tahun 2011, dan di perkuat dengan PP no 14 Tahun 2014 dan di perkuat dengan impres no 03 Tahun 2014. Alasan muzaki tidak mau membayar zakat pada lembaga yaitu: ada beberapa faktor yang mungkin dapat di jadikan sebagai penyebab, antara lain, tingkat kepercayaan masyarakat yang masih rendah kepada lembaga-lembaga pengelola zakat. Akibatnya imbuhnya masyarakat mengeluarkan zakat langsung kepada mustahiqnya, selain itu dia meyakini masih banyak di antara kaum muslimin yang belum mengerti cara menghitung zakat, dan kepada siapa zakatnya di percayakan untuk di salurkan. Jadi untuk membayar zakat langsung melalui masjid Al-hijriah Desa Paras Kec.Seririt Kab.Buleleng. Menurut pendapat ibu amelia sifa yang beralamat di Kampung Madura Kec.Seririt Kab.Buleleng salah satu muzaki yang tidak membayar zakat pada lembaga BAZNAS yaitu sebagai berikut: Fungsi BAZNAS dsini yaitu: meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui pemulihan, peningkatan kualitas SDM dan pengembangan ekonomi masyarakat. Lembaga BAZNAS di sini di katakann sudah profesional baik dalam pemungutan dan penyaluran zakat dalam bentuk penyaluran zakat yang benar dan tepat. alasan muzaki tidak mau membayar zakat pada lembaga BAZNAS yaitu: kurangnya sosialisasi dari Lemabag BAZNAS dan jarak lokasi muzaki dengan lembaga BAZNAS ini terlalu jauh terutama bagi masyarakat yang berada di luar kota singaraja. Jadi untuk membayar zakat kami membayar di masjid Al-taufiq. Dari ke empat pendapat para muzaki yang tidak membayarkan zakat pada
lembaga BAZNAS ini dapat saya simpulkan yaitu sebagai berikut: bahwasannya lembaga BAZNAS disini kurang bersosialisasi kepada masyarakat yang masih jauh lokasinya dengan lembaga BAZNAS ini, dan kurangnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga BAZNAS ini, selain itu di antara kaum muslimin yang belum mngerti cara menghitung zakat, dan kepada siapa zakatnya di percayakan untuk di salurkan, dan pengelolaan zakat di indonesia memang menuju ke arah lebih baik karena sebelumnya tidak ada undang-undang yang mengatur tentang zakat dan ekonomi syari’ah seperti saat ini, kendati hanya terkait masalah distribusinya. Selain itu hasil wawancara yang saya dapatkan dari ibu rosa selaku muzaki yang membayarkan zakatnya pada lembaga BAZNAS Kabupaten Buleleng yang ber alamat di kampung jawa, Kabupaten Buleleng yaitu sebagai berikut: BAZNAS adalah lembaga yang di bentuk oleh pemerintah dan di atur oleh undang-undang yang mempunyai fungsi sebagi berikut: (1)sebagai pengumpul zakat dari para muzaki, kemudian menyalurkannya kepada para mustahik zakat;(2) mempermudah para muzaki untuk mengeluarkan zakatnya; dan(3) pemerataan dalam penyaluran zakat dll, lembaga BAZNAS ini sudah dapat di katakan profesional sebab keanggotaan dari pengurus BAZNAS adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan, kreditibilitas, Akuntanbilitas dalam melaksanakan tugas di lembaga BAZNAS. Dan alasan mengapa mau membayarkan zakat pada lembaga ini di karenakan bahwa lembaga BAZNAS ini penyaluran zakatnya sudah terorganisir dan lebih akuntabel. Dari pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa alasan muzaki yang mau membayarkan zakatnya pada lembaga dan tidak mau membayarkan zakatnya pada lembaga sebagai berikut: bahwa dalam pembayaran zakat melalui lembaga maupun tidak melalui lembaga bahwasannya sama dari niat para muzaki
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 8 No : 2 Tahun 2017) untuk membayarkan zakatnya secara hati yang tulus dan ikhlas. Karena pada dasarnya yang membayarkan zaktnya pada lembaga juga akan lebih akuntabel dan lebih terorganisir di bandingkan dengan yang tidak membayarkan zakatnya pada lembaga. Solusi yang dapat di lakukan agar muzaki mau membayarkan zakat melalui lembaga peran strategis yang dijalankan BAZNAS selain sebagai operator yang bertugas menghimpun, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, adalah bersama-sama Pemerintah turut bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat secara nasional yang berasaskan: (a) syariat Islam; (b) amanah; (c) kemanfaatan; (d) keadilan; (e) kepastian hukum; (f) terintegrasi; dan (g) akuntabilitas. Berdasarkan hasil wawancara yang saya dapatkan di BAZNAS Kabupaten Buleleng yang di jabarkan oleh bapak H.Muhamad Maksum Amin tentang solusi yang dapat di lakukan agar muzaki mau membayarkan zakatnya pada Lembaga BAZNAS Kabupaten Buleleng sebagai berikut: “dengan cara mensosialisasikan baik lemabaga pemerintah, pengajian, pendidikan, majelis taklim dan khotbah jumat tentang lembaga Amil Zakat ini merupakan lembaga independen yang sudah di atur UUD no 23 Tahun 2011, dan di perkuat dengan PP no 14 Tahun 2014 dan di perkuat dengan impres no 03 Tahun 2014.” Selain itu adapun hasil wawancara yang di paparkan oleh ibu rosa selaku muzaki yang membayarkan zakat pada lembaga BAZNAS tentang memberikan solusi agar muzaki yang tidak mau membayarkan zakatnya pada lembaga BAZNAS Kabupaten Buleleng menjadi mau untuk membayarkan zakatnya pada lembaga yaitu sebagai berikut: “Dengan cara mensosialisasikan pada masyarakat, khususnya para agniya, untuk
memberikan kepercayaan pada lembaga BAZNAS, dalam pengumpulan dan penyaluran Zakat. “ Dari hasil pemaparan tersebut dapat saya simpulkan bahwa solusi yang dapat di berikan pada muzaki yang tidak mau membayarkan zakatnya pada lembaga agar mau membayarkan zakatnya pada lembaga yaitu dengan cara mensosialisaikan kepada masyarakat bahwa lemabaga BAZNAS Kabupaten Buleleng ini yaitu lembaga yang sudah independen dan terorganisir. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti mengenai anilisis akuntanbilitas keuangan dan pendayagunaan dana Zakat, infaq, dan shadaqah, maka dapat di kemukakan beberapa kesimpulan yaitu: Pengelolaan dana zakat dan infaq atau shadaqah yang ada pada Badan Amil Zakat, Kabupaten Buleleng telah di lakukan sesuai ketentuan syariat islam dan peraturan perundangan yang berlaku. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah di paparkan sebelumnya, maka peneliti memiliki beberapa saran di antaranya:Bagi lembaga BAZNAS Kabupaten BulelengDi harpakan dapat mengoperasikan sistem informasi manajemen (SIMBA) dan harus meningkatkan kualitas kinerjanya dalam mengelola zakat, dan di harapkan pad organisasi lembaga BAZNAS Kabupaten Buleleng agar memberikan sosialisasi kepada masyarakat Khususnya Kabupaten Buleleng tentang lembaga BAZNAS agar masyarakat yang tidak mau membayarkan zakatnya pada lembaga menjadi mau untuk membayarkan zakatnya pada lembaga.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 8 No : 2 Tahun 2017) DAFTAR PUSTAKA Ali,
IAIN Raden Intan, Pengelolaan Zakat Mal Bagian Fakir Miskin : Suatu Mohammad Daud.2006. Sistem pendekatan Operatif, (Lampung: IAIN Raden Intan, Ekonomi Islam Zakat dan 1990), hlm. 56-57. Wakaf, Jakarta: UI Press.
Teten dan Widodo, Al-zuhayly, Wahbah.1995. Zakat Kajian Kustiawan, Hertanto.[2001]. Sebuah Kata Berbagai Mazhab, Bandung: PT Pengantar dalam Buku Remaja Rosdakarya. Akuntansi dan Manajemen Keuangan Organisasi Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 1997. Pengelola Zakat. Jakarta: Pedoman Zakat, Semarang: PT Institut Manajemen Zakat (IMZ). Pustaka Rizki Putra. _________. 2007.Pedoman Zakat; Seri 9, Madya, S, (2006) Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Jakarta: Direktorat Research), Alfabeta: Bandung. Pemberdayaan Zakat, DEPAG RI. Moleong, Lexy.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Davison, R. M., Martinsons, M. G., Kock Rosdakarya
N., (2004), Journal :Information Systems Journal :Principles of Canonical Action Research 14, Maghfiroh, Mamluatul. 2007. Zakat, Yogyakarta: PT Pustaka Insan 65–86. Madani, 2007. Qardawi, Yusuf, Hukum Zakat, Gunawan, (2004), Makalah untuk Terjemah: Salman Harun, dll, Pertemuan Dosen UKDW yang Jakarta: PT Pustaka Litera akan melaksanakan penelitian AntarNusa. pada tahun 2005, URL :http://uny.ac.id, accersed at 19 Pidarta,M. 2005. Perencanaan Pendidikan Mei 2007, 15.25 WIB. Partisipatori dengan Pendekatan Sistem. Hasan,H. 2008. Evaluasi Kurikulum. Jakarta:Asri Mahasatya. Bandung: Rosdakarya Peter Salim, The Contempory English-Indonesia Dictionary, Proyek Prasarana dan Sarana IAIN, Ilmu Fiqh, (Jakarta: Direktorat Jakarta: Modern English Press, Pembinaan Perguruan Tinggi Edisi Ketiga-1987. Agama Islam, 1983), Cet. II, hlm. 269. Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Rasul, Syahrudin, 2003. Pengintegrasian Gema Insani Press. Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran dalam Perspektif UU NO.17/2003 Tentang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol : 8 No : 2 Tahun 2017) Keuangan Negara. Jakarta: PNRI.
dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, hlm. 102-104. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suherman Toha. 2007. Penelitian Masalah Hukum tentang Penerapan Good Coorporate Governance Turner, Mark and Hulme, David ,1997. Pada Dunia Usaha. Badan Governance, Administrasi, and Pembinaan Hukum Nasional Development: Making The Departemen Hukum dan Hak State Work. London: MacMillan Asasi Manusia RI. Press Ltd.
Sulaksana,U. (2004), Managemen Widodo, dkk. [1999]. Pedoman Akuntansi Perubahan, Cetakan I, Pustaka Syari’ah: Panduan Praktis Pelajar Offset, Yogyakarta. Operasional BMT. Bandung: Penerbit MIZAN. Suparman Usman, 2004. Hukum Islam : Asas-asas dan Pengantar Studi Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Hukum Islam dalam Indonesia. Indonesia (YPAPI), Memahami (Jakarta: Gaya Media Pratama, Good Government Governance 2002), Cet. II, hlm. 164. dan Good Coorporate Governance, Yogyakarta : Penerbit YPAPI, Oktober Restu Kartiko Widi. 2010. Asas metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan