PENGELOLAAN PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT,INFAQ, DAN SHADAQAH (ZIS) PADA MUSTAHIQ ( Studi Kasus Pos Kemanusiaan Peduli Umat Semarang )
SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Manajemen Dakwah (MD)
M. RIDWAN 071311005
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi,
di
lembaga
pendidikan
lainnya.
Pengetahuan yang peroleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/ tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, 27 Desember 2011
M. Ridwan
MOTTO
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. AtTaubah103)
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan teruntuk: 1. Ayah dan Ibunda tercinta, yang selalu mencurahkan kasih sayang serta dengan setia memberi semangat untuk keberhasilannya. Tanpa mereka diriku takkan ada artinya. 2. Kakak dan Adikku yang selalu mengisi hati ini dengan cinta dan kelucuan kalian. Keikhlasan kalian mendampingi dalam susah maupun senang membangkitkan diriku dari keterpurukan. 3. Sahabat-sahabatku Manajemen Dakwah (MD) angkatan 2007
yang telah
memberikan makna sebuah kebersamaan dan menorehkan sebuah kenangan indah yang takkan terlupa.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis persembahkan ke pangkuan Nabi Muhammad SAW, Nabi sekaligus Rasul yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan sekaligus menyempurnakan akhlak melalui petunjuk wahyu Ilahi Semoga senantiasa Allah curahkan kepada keluarga, sahabat, tabi’in serta seluruh umatnya hingga akhir zaman. Berkat limpahan rahmat, taufiq-Nya serta usaha yang sungguh-sungguh, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Pengelolaan Pendistribusian dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah Pada Mustahiq. Penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin belum memadai. Penulis telah berusaha dengan segala daya dan kemampuan. Semoga di masa yang akan datang penulis dapat lebih baik. Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Muhammad Sulton, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 2. Bapak Dr. H. Awaluddin Pimay, Lc,M.Ag dan Bapak Saerozi, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sejak awal penulisan hingga menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran.
3. Ibu Siti Prahatiningtiyas, selaku Wali Studi yang telah membimbing penulis sejak awal sampai akhir masa studi. 4. Seluruh Dosen, karyawan serta staf di lingkungan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 5. Ayah dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan semangat dan telah mengorbankan segalanya demi suksesnya penulis dalam menuntut ilmu. 6. Kakak dan Adikku yang selalu membuat hidup penulis lebih indah dengan tertawa dan candanya. 7. Sahabat-sahabatku keluarga besar Manajemen Dakwah (MD) 2007 dan sahabat-sahabatku
di Rumah Makan Sampurna
yang telah banyak
memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Semua Pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis tidak mampu membalas apa-apa, hanya kata terima kasih dan memanjatkan do’a semoga apa yang mereka berikan kepada penulis akan mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan balasan yang lebih baik dan diterima sebagai amal sholeh. Meskipun dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha semaksimal mungkin, namun kekurangan dan kekhilafan sering terjadi pada manusia. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis mohon pertolongan, semoga dengan terwujudnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 27 Desember 2011 Penulis,
M. Ridwan
ABSTRAK M.Ridwan (71311005) penelitian ini berjudul, Pengelolaan dan Pendistribusian dana Zakat,Infaq dan Shadaqah Pada PKPU Semarang (Studi kasus Pos Kemanusian Peduli Umat). Skripsi. Semarang: Program Strata I Jurusan Manajemen Dakwah IAIN Walisongo 2011. Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetauhi bagaimana pengelolaan dana zakat, Infaq, dan Shadaqah di PKPU Semarang. 2) Untuk mengetauhi bagaimana pendistribusian dana zakat kepada mustahiq oleh PKPU Semarang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan prilaku yang dapat diamati, pendekatan yang di pakai adalah pendekatan manajemen yang merupakan bentuk pemahaman gejala aspek yang subyektif dari prilaku orang, data diperoleh dari observasi dan wawancara untuk memperoleh data tentang pengelolaan dan pendistribusian dana zakat,infaq dan shadaqah, di PKPU Semarang, setelah data terkumpul lalu dianalisa dengan menggunakan analisis diskriptif yang mengacu pada analisis data secara induktif. Dari hasil analisis bahwa mekanisme penyaluran dana zakat pada PKPU Semarang ditunjukan kearah produktif dan konsumtif, dengan cara yaitu menentukan sasaran, menuangkan dalam program-program dan pengangaran ke dalaam program-program. Sedangkan kendala-kendalanya yaitu keterbatasan dana,terbatasnya amil, terbatasnya SDM, jarak dan waktu, dan komunikasi. Dan solusi dalam menghadapi kendala tersebut yaitu kendala Terbatasnya Dana. Yaitu berusaha memperbesar pendapatan dana zakat dengan cara sosialisasi kepada masyarakat agar memiliki kesadaran dalam membayar kewajiban berzakat, Dalam pendistribusian zakat PKPU Semarang adalah proses pendistribusian yang baik dapat dipercaya oleh masyarakat dari sudut administrasi, pengawasan yang baik dapat menghindarkan pengelolaan dan pendistribusian dana yang masuk.
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vii
ABSTRAK ...................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ................................................................................................
ix
BAB I
BAB II
:
:
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...............................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ..........................................................
8
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................
9
1.3.1. Tujuan Penelitian .................................................
9
1.3.2. Manfaat Penelitian ...............................................
9
1.4. Kerangka Teoritik ..........................................................
10
1.5. Tinjauan Pustaka ............................................................
17
1.6. Metode Penelitian ...........................................................
19
1.6.1. Jenis Penelitian .....................................................
19
1.7. Sistematika Penulisan Skripsi .........................................
26
PENGELOLAAN DAN PENDISTRIBUSIAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH 2.1. Pengelolaan Zakat, Infaq Dan Shadaqah .........................
28
2.1.1. Pengertian Infaq, dan Shadaqah ...........................
28
2.1.2. Dasar Hujum Zakat ..............................................
30
2.1.3. Macam-macam Zakat ..........................................
32
2.1.4. Syarat-syarat Wajib Zakat ....................................
37
BAB III
:
2.1.5. Golongan Tidak Berhak Menerima Zakat ............
47
2.1.6. Tujuan Zakat .......................................................
50
2.1.7. Hikmah Zakat ......................................................
51
2.2. Pengelolaan Zakat ..........................................................
34
2.2.1. Ruang Lingkup Pengelolaan Zakat.......................
55
2.3. Pendistribusian Zakat, Infaq dan Shadaqah .....................
64
2.3.1. Mekanisme Distribusi Zakat .................................
68
GAMBARAN
UMUM
PKPU
SEMARANG
DAN
PENGELOLAAN PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS) 3.1. Gambaran Umum PKPU Semarang ................................ . 70 3.1.1. Sejarah PKPU Semarang ......................................
70
3.1.2. Visi dan Misi PKPU Semarang .............................
72
3.1.3. Struktur Organisasi PKPU Semarang ....................
75
3.1.4. Aktivitas dan Program Kerja PKPU Semarang ......
76
3.2. Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah di PKPU Semarang .......................................................................
80
3.2.1. Proses Penghimpunan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah di PKP Semarang .................................. 3.3. Pendistribusian dana Zakat pada PKPU Semarang……
BAB IV
:
80 85
ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI PKPU SEMARANG 4.1. Analisis Pengelolaan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah PKPU Semarang.............................................................
93
4.2. Analisis Pendistribusian dana Zakat, Infaq dan Shadaqah PKPU Semarang............................................................. 4.3. Analisis
Faktor
Pendukung
dan
97
Penghambat
Pengelolaan dana Zakat Infaq, dan Shadaqah pada PKPU Semarang.............................................................
99
BAB V
:
PENUTUP 5.1. Kesimpulan ...................................................................
81
5.2. Saran-saran.....................................................................
82
5.3. Penutup ..........................................................................
83
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dipenuhi oleh setiap muslim. Zakat memiliki hikmah yang dikatagorikan dalam dua dimensi : dimensi vertikal dan dimensi horizontal (Asnaini, 2008 :1). Dalam kerangaka ini, zakat menjadi perwujudan ibadah seseorang kepada Allah sekaligus sebagai perwujudan dari rasa kepedulian sosial (ibadah sosial). Bisa dikatakan, seseorang yang melaksanakan zakat dapat mempererat hubungannya kepada Allah (hablun min Allah) dan hubungan sesama manusia (hablun minannas). Dengan demikian pengabdian sosial dan pengabdian kepada Allah SWT adalah inti dari ibadah zakat. Menunaikan zakat adalah urusan individu, sebagai pemenuhan kewajiban seorang muslim. Penunaian kewajiban zakat adalah urusan kepada Allah (vertikal). Apabila seorang mukmin telah melaksanakan zakat, berarti ia telah beribadah dan melaksanakan kewajibannya disisi Allah dan akan mendapat ganjaran sebagaimana yang Allah telah janjikan. Namun dalam melaksanakan kewajiban tersebut, seseorang, dalam hal ini muzakki tidak bisa terlepas dari urusan bersama (horizontal), karena masalah zakat berhubungan dengan masalah harta
1
dan kepada siapa harta itu diberikan, jadi berkaitan dengan para penerima zakat. Allah telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk manusia. Ia pulalah yang telah menundukan semua itu agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan ras manusia. Itulah anugerah Allah untuk dinikmati dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Harta
yang
dipergunakan untuk
Allah
berikan
kepada
manusia
dapat
kesejahteraan dirinya, keluarga, masyarakat
sekitar, Negara bahkan penduduk dunia. Sejahtera artinya hidup dengar harta yang berkah. Salah satu ciri harta yang berkah adalah baik dan halal cara mendapatkannya, baik dan halal memanfaatkannya, baik dan halal menyalurkannya. Harta yang didapat dengan baik dimanfaatkan disalurkan dengan baik sesuai dengan tuntunan agama Islam merupakan harta yang berkah itulah yang akan membawa kesejahteraan bagi pemiliknya. (Didin Hafidhudin, 2007: 5). Zakat merupakan ajaran yang melandasi bertumbuh kembangnya sebuah kekuatan sosial ekonomi umat Islam. Seperti empat rukun Islam yang lain, ajaran zakat menyimpan beberapa dimensi yang kompleks meliputi nilai privat publik, vertikal horizontal, serta ukrhrawi duniawi. Nilai-nialai tersebut merupkan landasan pengembangan kehidupan kemasyarakatan yang komprehensif bila semua dimensi yang terkandung dalam ajaran zakat ini dapat diaktualisasikan, maka zakat akan memberi sumber kekuatan yang
2
sangat besar bagi pembangunan umat menuju pembangkitan kembali peradaban Islam (Sudirman, 2007 : 1). Kewajban zakat tidak pernah menjadi bahan yang diperdebatan oleh kalangan ulama karena dasar kewajiban dari ibadah ini sangat jelas baik berdasarakan Al-qur’an maupun hadits nabi (Didin Hafidhudin, 2008: 3). Didalam Al-Qur’an Allah menjelaskan sebagai berikut :
ْخُذ Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka.
Sesungguhnya
doa
kamu
itu
(menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(QS, At-Taubah ayat 103).
Artinya, Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukanNya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan
3
mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat (QS, Al-Fushilat 6-7). Zakat merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan umat Islam, khususnya bagi orang-orang yang beriman maupun juga bagi umat manusia secara keseluruhan (Didin Hafidhuddin, 2007 :75). dan Zakat sesungguhnya adalah rukun Islam yang menekankan pada kesalehan sosial. Artinya orang yang berzakat dengan baik, dengan ikhlas, insya Allah dia akan menjadi orang yang secara pribadi adalah orang yang shaleh, juga secara sosial dia adalah orang yang shaleh. Mengingat zakat begitu penting dan merupakan satu kewajiban bagi umat Islam maka untuk menyempurnakan ajaran zakat pemerintah memberikan perhatian dan membentuk undang-undang nomor 38 tahun 1999 yang mana memuat aturan tentang pengelolaan yang terorganisir dengan baik, transparan dan professional dilakukan oleh amil resmi yang ditunjuk oleh pemerintah yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan lembaga
Amil
Zakat
(LAZ)
(Muhammad,
2002
:11).
serta
Pengorganisasian memerlukan kerja sama dan partisipasi masyarakat, didalamnya terkandung fungsi motivasi, pembinaan, pengumpulan, perencanaan, pengawasan, dan pendistribusian, yang memerlukan keikutsertaan semua tokoh baik dari ulama, perorangan maupun sesama organisasi Islam. (Departemen Agama Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Direktorat Urusan Agama Islam, 1997/1998 :6)
4
Keberadaan organisasi pengelola zakat di Indonesia diatur oleh beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu : UU No. 38 Tahun 1999, dan keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan urusan Haji No. D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan zakat (Gustian Djuanda, 2006 : 3). Adapun pendistribusian zakat dalam Islam diperbolehkan secara mandiri. Menurut Mazhab Hanbali bahwa, orang-orang dianjurkan untuk melakukan sendiri pembagian zakat hartanya agar dia betul-betul yakin bahwa zakat hartanya telah sampai kepada orang-orang yang berhak menerimnaya, baik itu harta kekayaan yang kelihatan maupun harta yang tidak kelihatan. Dengan demikian dalam pendistribusian zakat boleh dilakukan
secara
mandiri
maupun
melalui
lembaga.
Adapun
pengelolaan distribusi zakat yang diterapkan di Indonesia terdapat dua macam katagori yaitu distribusi secara konsumtif dan produktif. Masing-masing dari kebutuhan konsumtif dan produktif tersebut kemudian dibagi dua yaitu konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif, sedangkan
dalam
bentuk
produktif
dibagi
menjadi
produktif
konvensional dan produktif kreatif. Konsumtif tradisional yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq dengan secara langsung untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitra berupa beras dan uang kepada fakir miskin setiap idul fitri atau pembagian zakat mal secara langsung oleh para muzakki kepada mustahiq yang
5
sangat membutuhkan karena ketiadaan pangan atau karena mengalami musibah. Pola ini merupakan program jangka pendek dalam mengatasi permasalahan umat. Konsumtif kreatif (Fakhruddin, 2008 :314). Pendistrubusian zakat secara konsumtif kreatif adalah zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk membantu orang miskin dalam mengatasi permaslahan sosial dan ekonomi yang dihadapinya. Bantuan tersebut antara lain berupa alatalat sekolah dan beasiswa untuk pelajar dan lain sebagainya. Untuk menentukan arah dan tujuan dalam pengelolaan zakat agar langkahnya dapat lebih produktif dan mempunyai nilai yang lebih dari saat sekarang, sehingga diperlukan metode-metode yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk membantu hal tersebut yang disebut dengan perencanaan strategis agar dapat mengelola dana zakat dengan baik. Perencanaan strategis merupakan sebuah alat manajemen, alat itu hanya digunakan untuk satu maksud saja menolong organisasi melakukan tugasnya dengan lebih baik (Michael Allison, 2005: 1). Untuk memberikan layanan terhadap masyarakat muslim sampai saat ini banyak lembaga dan yayasan yang mendirikan lembaga amil zakat dengan lingkup lokal daerahnya masing-masing. Dalam pendistribusian zakat muzakki menyalurkan zakatnya melalui lembaga maupun secara mandiri. Seperti contoh Pos Kemanusian Peduli Umat adalah sebuah lembaga struktural resmi yang bergerak dalam masalahmasalah sosial kemanusian. Secara resmi PKPU lahir tanggal 10
6
Desember 1999 dan terdaftar dalam akte notaris sebagai yayasan. Pendirian PKPU
menjadi
yayassan
yang
bergerak
membantu
masyarakat paling tidak dilaterbelakangi tiga alasan. Pertama, antusiasme masyarakat luas untuk memberikan dana dan sumbangan seperti dibuktikan dalam dana kemanusian yang berhasil dikumpulkan Departemen Kesehatan Sosial. Kedua, para pengurus Departemen Kesehatan Sosial melihat bahwa bantuan yang diberikan pemerintah dalam membantu mengatasi kesulitan yang dialami masyarkat yang korban akibat konflik dan wilayah yang terkena bencana, tidak optimal. Ketiga, Para pengurus Departemen Kesehatan Sosial juga merasa bahwa banyak yayasan berbasis Islam lebih mengendepankan ucapan dari pada aksi nyata untuk membantu sesamanya yang terkena musibah bencana atau menjadi korban konflik sosial (Irfan Abubakar, 2005 :177). Dalam mendistribusikan dana zakat, PKPU mengelompokan delapan asnaf yang disebut dalam Al-qur’an menjdi dua kata gori. Empat asnaf, pertama merupakan asnaf yang sifatnya darurat sehingga lebih diperioritaskan dari empat asnaf berikutnya. Dari keempat asnaf pertama, yang paling diperioritaskan adalah fakir miskin. Golongan inilah yang dianggap paling membutuhkan. Selain itu kelompok fakir miskin sering kali menjadi sasaran misi tertentu dari kalangan nonmuslim. Dari pendistribusian dana, ada empat payung program yang meliputi empat bidang yaitu : kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan
7
Dakwah. Dilihat dari sifatnya, program tersebut dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: rescue (gawat darurat); rehabilitasi; pembangunan komunitas. Selama ini PKPU mendistribusikan dana ZIS yang berhasil digalang keempat bidang diatas (Irfan Abubakar, 2005 :185) Berdasarkan beberapa hal mengenai LAZ PKPU Semarang beserta program-program yang ada didalamnya serta berbagai permasalahan mengenai zakat yang muncul baik permasalahan intern maupun ekstern akan memberikan dampak tersendiri dalam hal pennyaluran dana zakat yang optimal, maka peneliti kemudian tertarik untuk
melakukan
penelitian
tentang
PENGELOLAAN
PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH (ZIS) PADA MUSTAHIQ (Studi Kasus Pos Kemanusian Peduli Umat PKPU Semarang).
1.2. Rumusan Masalah Adapun mengenani rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan PKPU Semarang pada mustahiq ?
2.
Bagaimana pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan PKPU Semarang ?
3.
Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pendistribusian dana zakat pada PKPU Semarang ?
8
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.2. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk : a. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dana zakat, infak dan shadaqah yang dilakukan PKPU Semarang. b. Untuk mengetahui pendistribusi dana zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan PKPU Semarang. c. Untuk
mengetahui
faktor
pendukung
dan
penghambat
pendistribusian dana zakat pada PKPU Semarang.
1.3.3. Manfaat Penelitian Secara umum, manfaat penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu secara teoritis dan secara praktis. a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu bagi perguruan tinggi. b. Manfaat Praktis 1. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang pengelolaan dana zakat. 2. Bagi akademisi, semoga hasil penelitian ini dapat membantu dalam menambah wawasan dan referensi keilmuan mengenai zakat.
9
3. Bagi pemerintah, semoga dengan hasil penelitian ini dapat membantu memberikan informasi mengenai pengelolaan dana zakat. 1.4. Kerangka Teori 1.4.2. Pengertian Zakat, Infaq dan Shodaqah Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik. (Yusuf Qardawi, 2010 :34) Menurut terminilogi Syariat (istilah), zakat adalah suatu bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala dengan cara mengeluarkan kadar harta tertentu yang wajib di keluarkan menurut syariat Islam dan diberikan kepada golongan atau pihak tertentu. (Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, 2008 : 2) Adapun kaitan antara makna zakat secara bahasa dan istilah adalah; bahwa ketika harta yang sudah dikeluarkan zakatnya menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Dalam penggunaannya, selain untuk kekayaan, tumbuh dan suci disifatkan untuk jiwa orang yang menunaikan zakat. Maksudnya, zakat itu akan mensucikan orang yang mengeluarkanya dan menumbuhkan pahalanya. Sedangkan dalam istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya.
10
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu, termasuk kedalam pengertian ini, infaq yang di keluarkan orang-orang untuk kepentingan agamanya. Sedangkan menurut terminology syariat, infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan (penghasilan) untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya,infaq tidak mengenal nisab. Jika zakat harus diberikan pada mustahiq tertentu (8 asnaf), infaq boleh diberikan kepada siapn pun juga, misalnya untuk kedua orang tua atau anak yatim. Shadaqah berasal dari kata shadaqah yang berarti ‘benar’. Orang yang suka bershadaqah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menurut terminology syariat, pengertian shadaqah sama dengan pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuanketentuannya. Hanya saja, jika infaq berkaitan dengan materi, shadaqah memiliki arti lebih luas dari sekedar material, misalnya senyum itu shadaqah. Dari hal ini yang perlu diperhatikan adalah jika seseorang telah berzakat tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat dianjurkan sekali untuk berinfaq atau bershadaqah. (Gustian Juanda, et. al. 2006 : 11)
11
1.4.3. Pengertian Asas, dan Tujuan pengelolaan Zakat Berdasarkan Undang-undang R.I No 38 Tahun 1999 Keputusan Menteri Agama R.I No 581 Tahun 1999. Pengertian, asas, tujuan organisasi pengelolaan zakat, sebagai berikut : a.
Pengertian pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistrubusian, serta pendayagunaan zakat (pasal 1 angka 1 undang-undang)
b.
Pengelolaan zakat berasaskan iman dan takwa, keterbukaan, dan kepastia hokum sesuai dengan Pancasila dan Undangundang dasar 1945.
c.
Pengelolaan zakat bertujuan : (1) meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama; (2) meningkatkan fungsi dan peran pranata keagamaan dalam upaya mewujudakan kesejahteraan masyarakat dan keadilan social; (3) meningkatkan hasil guna dan guna daya zakat.
1.4.4. Ruang Lingkup Pengelolaan Zakat Berbasis Manajemen Istilah pengelolaan atau manajemen berdasarkan tujuan untuk pertama kali diginakan Peter Duker pada tahun 1954 dan sejak itu prinsip ini terkenal luas dan digunakan sebagai suatu sistem manajemen dalam industri dan perdagangan. Menurut Ducker
manajemen
adalah
12
suatu
ramalan
bahwa
dengan
mengunakannya seorang maneger pada waktu yang akan datang akan dapat mempertanggungjawabkan baik hasil maupun kualitas hubungan kemanusian yang berlaku di dalam organisasi (Devies, 1996: 328). Dalam manajemen proses-proses yang harus dilalui adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengontrolan (controlling). Sementara, berkaitan dengan pengelolaan zakat yang perlu dilakukan adalah sosialisasi, pengumpulan, pengunaan dan pengawasan. a.
Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah menentukan dan merumuskan segala
apa yang dituntut oleh situasi dan kondisi pada badan usaha atau unit organisasi yang kita pimpin. Perencanaan berkaitan dengan upaya yang akan dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan dimasa yang akan datang dan penentuan strategi yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Di dalam perencanaan pengelolaan zakat terkandung perumusan dan persoalan tentang apa saja yang akan dikerjakan oleh amil zakat, bagaimana pelaksanaan pengelolaan zakat, mengapa mesti diusahakan, kapan dilaksanakan, dan oleh siapa kegiatan tersebut dilaksanakan, dalam badan amil zakat perencanaan meliputi unsur-unsur perencanaan
sosialisasi
perencanaan,
pengumpulan
zakat,
perencanaan penggunaan zakat, dan perencanaan pengawasan
13
zakat. Tindakan-tindakan ini diperlukan dalam pengelolaan zakat guna mencapai tujuan pengeolaan zakat. b.
Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian adalah pengelompokan dan pengaturan
sumber daya manusia untuk dapat digerakkan sebagai satu kesatuan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan, menuju tercapainya
tujuan
yang
ditetapkan.
Pengorganisasian
dimaksudkan untuk mengadakan hubungan yang tepat antara seluruh tenaga kerja dengan maksud agar mereka bekerja secara efisien
dalam
sebelumnya.
mencapai Dalam
tujuan
kaitannya
pengorganisasian
meliputi
pengorganisasian
pengumpulan,
yang
sudah
dengan
ditentukan
amil
pengorganisasian
zakat
sosialisasi,
pengorganisasian
dalam
penggunaan zakat, dan pengorganisasian dalam pengawasan amil zakat. Dalam konteks ini pertama-tama yang harus diketauhi adalah apa yang akan dikerjakan oleh masing-masing job tersebut, kemudian baru dicarikan orang yang akan menyelengarakan pekerjaan itu dengan segala persyaratannya. Pengorganisasian terhadap semua aspek tersebut dimaksudkan agar sumber daya manusia dan sumber daya materi yang ada pada suatu amil zakat termanfaatkan secara efektif dan efesien serta tidak tumpang tindih. Dengan demikian, lembaga zakat akan terhidar dari sekedar
tempat
penampungan
14
belaka,
sehingga
berakibat
pemborosan, karena orang-orang yang tidak tepat, dan tidak terbiasa bekerja sesuai tujuan, tidak mengetauhi apa yang nanti dikerjakan dan apa yang hendak dicapai. c.
Penggerakan (actuating) Penggerak (actuating) adalah suatu fungsi pembimbingan
orang agar kelompok itu suka dan mau bekerja. Penekanan yang terpenting dalam penggerakan adalah tindakan membimbing, mengarahkan, menggerakan, agar bekerja dengan baik, tenang, dan takut, sehingga difahami fungsi, dan diferensiasi tugas masing-masing. Hal ini diperlukan, karena dalam suatu hubungan kerja, diperlukan suatu kondisi yang normal, baik, dan kekeluargaan (familiar). Untuk mewujudkan hal ini, tidak terlepas dari peran piawai seorang pimpinan Berkaitan
dengan
pengelolaan
zakat,
penggerakan
memiliki peran stategis dalam memberdayakan kemampuan sumber daya amil zakat. Dalam konteks ini penggerakan sekaligus memiliki fungsi sebagai motivasi sehingga sumber daya amil zakat memiliki disiplin kerja tinggi. Untuk menggerakkan dan memotivasi karyawan, pimpinan amil zakat harus mengetauhi motif dan motivasi yang diinginkan oleh para pengurus amil zakat.
15
d.
Pengawasan (controlling) Menurut
Mahmud
Hawari,
penggawasan
adalah
mengetahui kejadian-kejadian yang sebenarnya dengan ketentuan dan ketetapan peraturan, serta menunjuk secara tepat terhadap dasar-dasar yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula. Proses kontrol merupakan kewajiban yang terus menerus harus dilakukan untuk pengecekan terhadap jalannya perencanaan dalam organisasi, dan untuk memperkecil tingkat kesalahan kerja. Kesalahan kerja dengan adanya pengontrolan dapat ditemukan penyebabnya dan diluruskan (Hasan,Muhammad, 2011: 22-25)
1.5. Pengertian Distribusi Distribusi artinya proses yang menunjukkan penyaluran barang dari produsen sampai ke tangan masyarakat konsumen. Produsen artinya orang yang melakukan kegiatan produksi. Konsumen artinya orang yang menggunakan atau memakai barang/jasa dan orang yang melakukan kegiatan distribusi disebut distributor. Distribusi merupakan kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi barang dan jasa dapat sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang dan jasa akan lebih meningkat setelah dapat dikonsumsi.
16
1.6. Tinjauan Pustaka
Sepengetauhan penulis pembahasan tentang pengelolaan dana zakat terhadap pemberdayaan ekonomi umat telah banyak dibahas sebagai karya ilmiah. Dan untuk mendukung persoalan yang lebih mendalam terhadap masalah diatas, penyusun berusaha melakukan penelitian terhadap literature yang relevanter terhadap masalah yang menjadi obyek penelitian. Berdasarkan penelusuran data yang peneliti lakukan, peneliti melihat ada beberapa skripsi yang membahas tentang pendistribusian zakat. Diantara skripsi tersebut yaitu: Sayidi (1101083) Fak. Dakwah Jurusan Manajemen Dakwah IAIN Walisongo Semarang tahun 2007, dengan judul “ Pengelolaan Zakat Mal dari Hasil Penangkapan Ikan pada Masyarakat Nelayan di Kec. Rowosari Kab. Kendal”. Skripsi ini tentang pengelolaan zakat mal terutama dari segi pengelolaannya dilihat dari pengumpulan dan pendistribusian zakat yaitu dari hasil penangkapan ikan pada masyarakat nelayan di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu penelitian melihat dari sudut kualitas/mutu dari objek penelitian ini. Adapun pendekatan dari penelitian ini adalah pendekatan manajemen. Fiyah Mukafiyah (1101134) Fak. Dakwah IAIN Walisongo Semarang tahun 2007, dengan judul “Pengorganisasian Zakat Untuk Pengembangan Dakwah di Kelurahan Sumurboto Kec. Banyumanik Semarang (Studi Kasus PKPU Jateng Periode 2004-2005)”. Dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang membahas tentang
17
organisasi zakat dalam pengembangan dakwah yang dilakukan oleh PKPU Jateng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskripsi. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan pengorganisasian zakat yang dilakukan PKPU Jateng untuk pengembangan dakwah di Kelurahan Sumurboto Kec. Banyumanik Semarang. Siti Rohmah, 2009, 05210077,”Prioritas Distribusi Zakat antara Fisabilillah dan Fakir Miskin“. (Studi Sosiologis di Kelurahan Kowel, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan). Dalam skripsinya, Siti Rahmah memfokuskan rumusan permasalahan pada dua hal, yaitu mengenai bagaimana para muzaki di Desa Kowel, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan lebih
memprioritaskan pendistribusian zakatnya kepada
fisabilillah dari pada fakir miskin dan bagaimana respon mustahiq di Desa Kowel, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan terhadap prioritas muzaki dalam mendistibusikan zakatnya kepada fisabilillah dari pada fakir miskin, jadi penelitian Siti Rohmah ini berbeda dengan penelitian yang saya angkat kali ini, meski dalam satu naungan tema zakat, adapun hasil dari penelitiannya karena faktor tradisi, karena guru ngaji atau kyai adalah orang yang mengajari ngaji pertama kali, karena yang disalurkan kepada kyai untuk pembangunan masjid dan madrasah karena guru ngaji tidak memiliki penghasilan yang tetap dan mereka berhak menerima zakat, agar mendapat barokah serta agar pahalanya tetap mengalir. Raudhotul Jannah, 2007,(01210021)”Srategi Pengelolaan Zakat Profesi” (Studi pada Yayasan Amal Social Ash-Shohwah, Kota Malang),
18
Raudhotul Jannah dalam rumusan masalahnya yaitu bagaimana strategi pengumpulan zakat profesi di Yayasan Amal Sosial Ash-Shohwah (YASA) Kota Malang, Jadi penelitian yang dilakukan oleh Raudhotul Jannah ini berbeda dengan yang saya teliti adapun hasil dari penelitiannya pengelolaan zakat di Ash-Shohwah di Kota Malang terdiri dari dua point yaitu pengumpulan dan penyaluran, untuk pengumpulan zakat profesi dapat melalui iklan berupa majalah bulanan Ash-Shohwahsatu hati sejuta peduli meliputi diklat dan bimbingan dan penyaluranya melalui strategi seperti bidang pendidikan meliputi beasiswa anak yang tidak mampu maupun berprestasi, cinta guru kita dan taman kanak-kanak Islam. Dari penelitian-penelitian di atas dapat dipahami bahwa penelitian yang penulis lakukan ini, memiliki sudut pandang dan fokus yang berbeda. Penulis menyimpulkan tiga permasalahan yaitu bagaimana pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan PKPU Semarang dan bagaimana pengelolaan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah pada mustahiq,
serta
bagaimana
faktor
pendukung
dan
penghambat
pendistribusian dana zakat di PKPU Semarang.
1.7. Metode penelitian 1.7.1. Jenis Penelitian. Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang
19
bertujuan untuk mendapatkan dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi (Margono, 2004: 1). Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang
latar
belakang keadaan sekarang dan interaksi
lingkungan suatu unit sosial, misalnya masyarakat ataupun suatu lembaga (Sumadi, 2005: 80). Adapun obyek penelitian di sini adalah Pos Kemanusiaan Peduli Umat PKPU Semarang. Dalam pendekatan ini, peneliti memakai pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkaan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang
dan
perilaku
yang
dapat
diamati
(Moloeng,2002 : 3). Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui ”pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan PKPU Semarang dan pengelolaan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah pada mustahiq, serta faktor pendukung dan penghambat pendistribusian dana zakat pada PKPU Semarang”, dengan menggunakan data deskriptif baik berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang yang akan diteliti seperti pengurus PKPU Semarang (yaitu Direktur PKPU, Kabid. Pendayagunaan, Kabid. Administrasi dan Keuangan), serta karyawan yang ada pada PKPU Semarang.
20
1.7.2. Sumber data penelitian. Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data-data tersebut dapat diperoleh (Arikunto, 2002: 120). Sumber data penelitian di sini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah bahan yang berupa sumber utama dalam pengambilan data (Bambang Sugono, 2003: 114). Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah pengurus PKPU Semarang (yaitu Direktur PKPU, Kabid. Pendayagunaan, Kabid. Administrasi dan Keuangan) serta karyawan yang ada pada PKPU Semarang. Sumber sekunder adalah bahan yang erat sekali hubungannya dengan bahan primer (Amirudin, 2004: 45). Sumber sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen, buku-buku, foto-foto, catatan hasil wawancara di lapangan dan sumber lain yang dapat digunakan sebagai pelengkap data primer. 1.7.3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting
dalam
penelitian.
Tanpa
mengetahui
teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi
standar
data
yang
ditetapkan.
Teknik
pengumpulan data adalah suatu cara atau proses yang sistematis dalam pengumpulan, pencatatan dan penyajian fakta untuk
21
tujuan tertentu. (Sugiyono, 2009:308). Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah: a.
Wawancara (Interview) Metode wawancara (Interview) adalah sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee) (Suharsimi Arikunto, 2006: 155). Dengan Metode ini, peneliti akan mendapatkan keterangan secara lisan dari responden, dengan berdialog dengan face to face terhadap orang lain. Kalau kita tinjau dari Jenisnya wawancara (Interview) ada dua macam, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
wawancara
tidak
terstruktur
yaitu
pedoman
wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan
dan
wawancara
terstruktur,
yaitu
pedoman
wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check list (Arikunto, 2006: 227). Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Disini pertanyaan tidak tersusun secara
ketat,
sehingga
memudahkan
peneliti
untuk
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan guna mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden. Dengan begitu, diharapkan nantinya mampu menghasilkan data-data yang lebih
22
mendalam terkait tema penelitian yang telah ditentukan. Pada prosesnya untuk mencapai keakuratan, peneliti menggunakan alat bantu berupa tape recorder, kemudian mentransfernya dalam
transkrip
tertulis.
Dalam
hal
ini
penulis
akan
mewawancarai pengurus Pos Kemanusiaan Peduli Umat PKPU Semarang yaitu Direktur PKPU, Kabid. Pendayagunaan, Kabid. Administrasi dan Keuangan serta karyawan yang ada pada lembaga tersebut. Metode ini dipergunakan untuk mendapatkan data dan menggali data tentang sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah pada mustahq pada PKPU Semarang. b.
Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto,
2006:
231).
Dengan
metode
ini
peneliti
memanfaatkan dokumen yang ada di PKPU Semarang seperti program kerja dan dokumen lain yang ada relevansinya dengan permasalahan peneliti. c.
Observasi Dalam pengertian psikologik, observasi disebut pula
dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.
23
Metode ini dalaksanakan secara langsung. Dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan denga tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara (Suharsimi Arikunto 2006 : 156-157). Margono
(2007:158),
menyatakan
bahwa
metode
observasi adalah sebagai metode yang dilakukan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan
terhadap
obyek
ditempat
terjadi
atau
berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama obyek yang diselidiki. Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan serta keadaan secara langsung obyek yang akan diteliti yaitu mengenai pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan PKPU Semarang dan pengelolaan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah pada mustahiq, serta faktor pendukung dan penghambat pendistribusian dana zakat di PKPU Semarang.
1.8. Metode Analisis data Teknik Analisis data adalah prose mencari dan menyusun secara sistematis data yuang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan
24
temuannnya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2009:334). Dalam menganalisa data penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan pola pikir induktif yaitu berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang bersifat empiris kemudian data tersebut dipelajari dan dianalisis sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan dan generaslisasi yang bersifat umum (Cholid Narbuko, 2007: 70 ). Analisis data dalam penelitian ini tidak diwujudkan dalam bentuk angka melainkan berupa laporan dan uraian deskriptif mengenai pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan PKPU Semarang dan pengelolaan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah pada mustahiq, serta mengunakan analisis SWOT untuk menjawab faktor pendukung dan penghambat pendistribusian dana zakat di PKPU Semarang.
1.9. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, maka penulis perlu
menyusun
sistematika
25
sedemikian
rupa
sehingga
dapat
menunjukan hasil penelitian yang baik dan mudah dipahami. Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut : Bab I, pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II bab ini terdiri dari landasan teori skripsi, yaitu pengertian pengelolaan pendistribusian dana zakat, pengertian zakat, dasar hukum zakat, tujuan zakat, manfaat zakat, serta penerapanya kepada mustahiq. Bab III, memuat paparan mengenai objek penelitian tempat di mana obyek penelitian berada. Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum lembaga PKPU Semarang, meliputi: sejarah berdirinya PKPU, Visi dan misi, struktur organisasi, program kerja PKPU Semarang, dan menguraikan tentang pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah pada PKPU Semarang, serta pengelolaan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah pada mustahiq. Bab IV, bab ini adalah analisa dengan cara mengkomparasikan antara landasan teori dan hasil penelitian (data). Yaitu analisa mengenai pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah pada PKPU Semarang, serta analisis pengelolaan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah pada mustahiq. Kemudian yang terakhir analisis faktor pendukung dan penghambat pendistribusian dana zakat pada PKPU Semarang.
26
Bab V, penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari kesimpulan hasil penulisan skripsi, saran-saran dan penutup.
27
28
BAB II PENGELOLAAN DAN PENDISTRIBUSIAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH
2.1. PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS) 2.1.1. Pengertian Zakat, Infaq dan Shodaqoh Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik. (Yusuf Qardawi, 2010 :34) Menurut terminilogi (istilah), zakat adalah suatu bentuk ibadah kepada Allah Ta‟ala dengan cara mengeluarkan kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan menurut syariat Islam dan diberikan kepada golongan atau pihak tertentu. (Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, 2008 : 2) Adapun kaitan antara makna zakat secara bahasa dan istilah adalah; bahwa ketika harta yang sudah dikeluarkan zakatnya menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Dalam penggunaannya, selain untuk kekayaan, tumbuh dan suci disifatkan untuk jiwa orang yang menunaikan zakat. Maksudnya, zakat itu akan mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahalanya. Sedangkan dalam istilah ekonomi, zakat merupakan 28
29
tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya. Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu, termasuk kedalam pengertian
ini,
infaq
yang
dikeluarkan
orang-orang
untuk
kepentingan agamanya. Sedangkan menurut terminology, infaq adalah
mengeluarkan
sebagian
dari
harta
atau
pendapatan
(penghasilan) untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, infaq tidak mengenal nisab. Jika zakat harus diberikan pada mustahiq tertentu (8 asnaf), infaq boleh diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua orang tua atau anak yatim. Shadaqah berasal dari kata shadaqah yang berarti „benar‟. Orang yang suka bershadaqah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menurut syariat, pengertian shadaqah sama dengan pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infaq berkaitan dengan materi, shadaqah memiliki arti lebih luas dari sekedar material, misal senyum itu shadaqah. Dari hal ini yang perlu diperhatikan adalah jika seseorang telah berzakat tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat dianjurkan sekali untuk berinfaq atau bershadaqah. (Gustian Juanda, et. al. 2006 : 11).
30
2.1.2. Dasar Hukum Zakat Zakat adalah rukun ketiga dari rukun Islam yang lima, yang merupakan pilar agama yang tidak dapat berdiri tanpa pilar ini. Zakat, hukumnya wajib „ain (fardhu „ain) bagi setiap muslim apa bila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syariat. Dan, merupakan kewajiban yang disepakti oleh umat Islam dengan berdasarkan dalil Al-Qur‟an dan hadits. Adapun dasar hukum kewajiban zakat diantaranya adalah: a. Al-Qur‟an 1)
Surat Al-Baqarah ayat 43 :
Artinya : “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah beserta orang-orang yang ruku.” (Dept. Agama, 1978: 16)
2)
Surat At-Taubah ayat 103 :
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dept. Agama, 1978: 297-298)
31
3)
Hadits Adapun dalil-dalil sunnah ialah sebagai berikut :
ُ ُب ِنيَ الْاِسْلَام:عن ابي عوز رضً اهلل عنهوا اىّ رسىل اهلل صلًّ اهلل عليو وسلّن قال ,ِ إتَاءِ الّزَكَاة,َ وَإِقَامِ الّصَلَاة,ُسىْلُ اهلل ُ َ شَهَادَةُ أَىْ لَا إِلوَ إِلَااهللُ وَأَىَ هُحَوَذًا ر,ٍعَلً خَوْس ) (هتفق عليو.ِصىْمِ رَ َهضَاى َ َو,ِوَحَّجِ ا ْل َبيْت Artinya : “Dari Ibnu Umar ra. Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Islam itu didirikan atas lima sendi, yaitu persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa di bulan Ramadhan.”(HR. Mutafaq Alaih) (Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, 1999: 220).
Dalam hadits lain diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi orang-orang, sehingga mereka mau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah mengerjakan hal itu, maka terjagalah harta dan darah mereka kecuali dengan hak Islam, sedang perhitungan (hisab) mereka terserah Allah.” ( HR. Mutafaq Alaih) (Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, 1999: 220).
32
2.1.3. Macam-macam zakat Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu zakat jiwa (nafs) zakat fitra dan zakat harta/zakat maal. a.
Zakat nafs (jiwa)/zakat fitrah Pengertian fitrah ialah ciptaan, sifat asal, bakat, perasaan keagamaan, dan perangai, sedangkan zakat fitrah adalah zakat yang berfungsi mengembalikan manusia
muslim kepada
fitrahnya, dengan menyucikan jiwa mereka dari kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya. Yang dijadikan zakat fitrah adalah bahan makanan pokok bagi orang yang mengeluarkan zakat fitrah atau makanan pokok di daerah tempat berzakat fitrah seperti beras, jagung, tepung sagu, tepung gaplek, dan sebagainya Zakat ini wajib dikeluarkan seusai bulan ramadhan sebelum sholat Idul fitri, sedangkan orang bagi oarang yang mengeluarkan zakat fitrah setelah dilaksakan sholat Idul fitri maka apa yang ia berikan bukanlah termasuk zakat fitrah tetapi merupakan shadaqah, hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah itu sebagai pembersih bagi oarang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan yang kotor dan sebagai
33
makanan bagi orang miskin. Karena itu, barangsiapa yang mengeluarkanya sesudah soalat maka dia itu adalah salah satu shadaqah biasa (Hadist Abu Daud dan Ibnu Majah). Melewatkan pembayaran zakat fitrah sampai selesai sembahyang hari raya hukumnya makhruh karena tujuannya utamanya membahgiakan orang-orang miskin pada hari raya, dengan demikian apabila dilewatkan pembayaranya hilanglah separuh kebahagianya pada hari itu. Banyaknya zakat fitrah untuk perorangan satu sha‟ (2,5 kg/3,5 liter) dari bahan makanan untuk membersihkan puasa dan mencukupi kebutuhan orang-orang miskin dihari raya Idul Fitri, sesuai dengan hadist Nabi saw, “Dari Ibnu Umar ra; Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitri 1 (sha‟) dari kurma atau gandum atau budak, orang merdeka laki-laki dan perempuan, anak kecil dan orang tua dari seluruh kaum muslim. Dan beliau perintahkan supaya dikeluarkan sebelum manusia keluar untuk sholat Idul Fitri.” (HR. Bukhari). Jika
maslahat
orang-orang
fakir
mengharuskan
dikeluarkan zakat untuk mereka dalam bentuk uang maka tidak ada dosa didalamnya sesuai dengan Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi‟i.
34
Menurut Yusuf Qardhawi ada dua hikmah zakat fitrah, ialah sebagai berikut. a. Membersihkan kotoran selama menjalankan puasa, karena selama menjalankan puasa sering kali orang terjerumus pada perkataan dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya serta melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah. b. Menumbuhkan rasa kecintaan kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan akan membawa mereka kepada kebutuhan dan kegembiraan bersuka cita pada hari raya. Ada pun niat mengeluarkan zakat fitra bagi diri sendiri, “sengaja saya mengeluarkan zakat fitra pada saya sendiri, fardhu karena Allah ta‟alla”. Sengaja saya mengeluarkan zakat fitra pada diri saya dan pada sekalian yang saya dilazimkan (diwajibkan) memberi nafkah pada mereka, fardhlu karena Allah ta‟alla”. Cara penyerahan zakat fitra dapat ditempuh dua cara adalah sebagai berikut. a. Zakat fitra diserahkan langsung oleh yang bersangkutan kepada fakir miskin. Apabila hal ini dilakukan maka sebaiknya pada malam hari raya dan lebih baik lagi jika mereka diberikan pada pagi hari sebelum shalat Idul Fitri dimulai agar dengan adanya zakat fitra itu melapangkan
35
kehidupan mereka, pada hari raya, sehingga mereka tidak perlu lagi berkeliling menadahkan tangan kepada orang lain. b. Zakat fitrah diserahkan kepada amil (panita) zakat. Apa bila hal itu dilakukan maka sebaiknya diserahkan satu hari atau dua hari atau pun beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri agar panitia dapat mengatur distribusinya dengan baik dan tertib kepada mereka yang berhak menerimnya pada malam hari raya atau atau pada pagi harinya. Ibnu Abas meriwayatkan, “Rasulullah SAW telah memfardhukan zakat fitrah untuk menyucikan orang-orang yang berpuasa dari kelalaiannya. Sesungguhnya ia salah satu shadaqah, karena itu barang siapa yang melewatkan pembayaran sampai terlaksananya shalat hari raya hukumnya makruh (tidak berdosa), tetapi jika dilewatkan sampai terbenamnya matahari, hukumnya berdosa dan dianggap sebagai hutang kepada Allah SWT yang perlu segera dilakukan pembayaran (qadha)”. Adapun tempat mengeluarkan zakat fitrah yang lebih diutamakan zakat fitrah dikeluarkan di tempat muzakki tinggal dan berpuasa, sedangkan jika dia berpuasa Ramadhan di luar Negeri karena perjalan atau lainnya maka dia mengeluarkan zakat fitrah di negeri tempat dia berpuasa. Pembayaran zakat fitrah dapat dipindahkan ketempat atau daerah lain jika penduduk di tempat atau daerah tersebut amat memerlukannya dibandingkan dengan penduduk di tempat atau daerah pemberi zakat. Kemaslahatan perpindahan tersebut lebih memberi keuntungan dibandingkan
36
jika diberikan kepada penduduk di tempat atau daerah pemberi zakat atau keperluan di tempat atau daerah tersebut telah melebihi. b. Zakat harta/ zakat maal Zakat harta/ zakat maal ialah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh seorang atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Maal (harta) menerut bahasa ialah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya, sedangkan maal (harta) menurut hukum Islam adalah segala yang dapat dipunyai (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut kebiasaanya. Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta/ kekayaan) apabila memenuhi dua syarat adalah: a.
Dapat dimiliki/disimpan/dihimpun/dikuasai,
b.
Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya, misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dan lain-lain, sedangkan sesuatu yang tidak dapat dimiliki tetap dapat diambil manfaaatnya seperti udara, cahaya, sinar matahari, dan lain-lain tidak termasuk kekayaan. (Sari Kartika Elsi, 2006: 21-24).
37
2.1.4. Syarat-syarat Wajib Zakat Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Zakat diwajibkan atas beberapa jenis harta dengan berbagai syarat yang harus dipenuhi. Syarat ini dibuat untuk membantu pembayar zakat agar dapat membayar zakat hartanya dengan rela hati sehinnga target suci disyariatkan zaka tdapat tercapai. Para ulama fikih telah menetapkan beberapa syarat yang harus terpenuhi dalam harta, sehingga harta tersebut tunduk kepada zakat atau wajib zakat. Syarat-syarat tersebut adalah: a. Milik sempurna Yang dimaksud milik sempurna adalah kemampuan pemilik harta mentransaksikan barang miliknya tanpa campur tangan orang lain pada waktu datangnya kewajiban membayar zakat. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok sahabat : “Tidak ada zakat pada harta yang berada di luar kekuasaan pemiliknya (dhimar), tidak ada zakat pada cicilan mas kawin yang tertunda, karena wanita tidak mengunakannya. Dan tidak ada zakat pada piutang atas orang yang kesulitan. Apabila sudah berada di tangan, baru wajib dizakati untuk satu tahun berjalan saja, meskipun piutang itu, atau mas kawin tersebut telah berada di tangan orang lain/suaminya selama bertahun-tahun. Demikian juga piutang atas orang yang susah sejak beberapa tahun.”
38
b. Berkembang secara riil atau estimasi. Bahwa harta tersebut harus dapat berkembang secara riil atau secara estimasi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan riil adalah pertambahan akibat perkembangbiakan atau perdagangan. Sedangkan yang dimaksud dengan pertumbuhan estimasi adalah harta yang nilainya mempunyai kemungkinan bertambah, seperti emas, perak, dan mata uang yang semuanya mempunyai kemungkinan pertambahan nilai dengan memperjualbelikannya. c. Sampai nisab Nisab adalah sejumlah harta yang mencapai jumlah tertentu yang ditentukan secara hukum, yang mana harta tidak wajib dizakati jika kurang dari ukuran tersebut. Syariat ini berlaku, seperti pada uang, emas, barang dagangan, hasil pertanian, dan hewan ternak. d. Melebihi kebutuhan pokok Harta tersebut merupakan kelebihan dari nafkah dari kebutuhan asasi bagi kehidupan muzakki dan orang yang berada dibawah tanggungan, maka biaya, seperti istri, anak, pembantu, dan asuhannya. Artinya bahwa muzakki harus mencapai batas kecukupan hidup (had al-kifaya), maka bagi orang yang berada di bawah batas tersebut tidak ada kewajiban zakat bagi mereka.
39
e. Tidak terjadi zakat ganda Apabila suatu hari telah dibayar zakatnya, kemudian harta tersebut berubah bentuk, seperti hasil pertanian yang telah di zakati kemudian hasil panen tersebut dijual dengan harga tertentu, atau kekayaan ternak yang telah dizakati kemudian dijual dengan harga tertentu. Dalam hal ini, harga penjualan barang yang telah dizakati maka diakhir haul tidak wajib dizakati lagi agar tidak terjadi zakat ganda pada satu jenis harta. f. Cukup haul (genap satu tahun). Haul adalah perputaran harta suatu nisab dalam 12 bulan Qomariyah (Hijriyah). Harta yang tunduk kepada zakat tersebut telah dimiliki selama satu haul secara sempurna. Sesuai dengan firman Allah SWT : “...Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkanya zakatnya)...” (QS Al-An‟aam : 141) (Kurnia, Hikmat: 2008: 11-17). g. Golongan yang Berhak Menerima Zakat Sulaiman Rasyid (1994: 210) mengatakan dalam Fiqh Islam bahwa orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka yang telah ditentukan Allah SWT, dalam Al-Qur‟an surat AtTaubah ayat 60.
40
Firman Allah SWT.:
Artinya : “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Dept. Agama, 1978: 288)
Dari ayat di atas, Sabahaddin Zaim (1985: 12) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan masing-masing ashnaf yang delapan itu, sebagaimana penjelasan berikut ini: 1. Fakir-Miskin Dalam kenyataanya dimasyarakat fakir miskin sulit dibedakan dan dipisahkan. Golongan ini disebut sebagai golongan pertama dan kedua yang berhak menerima zakat. Ada tiga kategori masyarakat fakir miskin, yaitu: 1) Mereka
yang
pendapatannya
tidak
mencukupi
kebutuhan pokoknya, mereka bisa mengambil jatah zakat.
41
2) Mereka yang dapat mencukupi kebutahan pokoknya, tapi sisa pendapatanya dibawah nisab, mereka tidak berkewajiban membayar zakat, tetapi tidak berhak mengambil zakat. 3) Mereka yang pendapatannya mencukupi kebutuhan pokoknya dan sisanya mencukupi satu nisab, mereka wajib membayar zakat. Berdasarkan pendapat ini yang berhak menerima zakat adalah masyarakat dalam katagori pertama, yaitu mereka yang tidak mencukupi kebutuhan pokoknya. Dan inilah yang dinamakan fakir. Dapat dikatakan bahwa apabila sesorang memiliki setengah dari makanan untuk sehari-semalam, maka ia tergolong fakir. Dan apabila ia memiliki sehelai gamis (baju panjang) tetapi tidak memiliki penutup kepala, sepatu dan celana, sedang nilai gamisnya itu tidak mencakup harga semua itu, sekedar yang layak bagi kau fakir sesamanya, maka ia disebut fakir. Sebab dalam keadaan seperti itu, ia tidak cukup memiliki apa yang patut baginya dan tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
42
Seseorang untuk dapat dianggap sebgai fakir tidak mesti ia tidak memiliki apa-apa selain penutup auratnya saja. Sebab, persyaratan ini adalah ekstrim. Sedangkan miskin adalah apabila penghasilanya tidak mencukupi kebutuhannya. Adakalanya ia memiliki seribu dirham sedangkan ia tergolong miskin, tetapi ada kalanya ia hanya memiliki sebuah kapak dan tali sedangkan ia tergolong berkecukupan. Gubuk yang dimiliki, pakaian yang dikenakan, perabot yang dimiliki termasuk kitab-kitab yang dipunyai. Hal ini karena semata benda benar-benar diperlukan dan sekedar yang layak baginya. Juga kitab-kitab fiqih yang dimilikinya. Semua itu tidak meniadakan sifat dirinya sebagai seorang miskin (yang berhak memperoleh bagian dari zakat). Diantara dalil yang mengantarkan kapada pengertian fakir miskin firman Allah:
Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian” (QS. Adz-Dzaariyah: 19) Hadits Rasulullah juga mengatakan: “Bukanlah bernama miskin orang yang berkeliling memintaminta kepada orang lain, yang ditolak dengan sesuap makanan atau sebiji dua biji kurma. Akan tetapi orang miskin ialah orang yang (berjuang hidup) tidak memperoleh kehidupanya,
43
tetapi tidak menceritakan nasibnya supaya diberi shadaqah, dan tidak pula mau meminta-minta mengharap kasihan orang.” (HR. Bhukari).
Dalil-dalil di atas memberi pengertian bahwa miskin adalah al-mahrum, yaitu orang yang tidak mampu akan tetapi menjaga
kehormatan
diri,
tidak
mau
meminta-minta.
Sedangkan orang yang meminta-minta tetap disebut fakir. Di Indonessia pengertian ini dekat dengan gelandangan dan atau pengemis. Antara fakir dan miskin ada yang mengatakan bahwa “fakir lebih jelek keadaannyadari pada miskin. Karena ada dua kemungkinan mengapa orang miskin tidak meminta-minta. Pertama mungkin karena untuk menjaga kehormatan dirinya dan mempunyai harga diri yang kuat. Kedua, kemungkinan kekafirannya tidak separah orang fakir. Atas dasar kedua inilah dia berpendapat demikian. Pendapat lain mengatakan bahwa miskin lebih jelek keadaanya dari pada fakir. 2. Amilin “Amilin („Amilun), kata jama‟ dari mufrad „Amilun. Menurut Imam Syafi‟i „amilun adalah “orang-orang yang diangkat untuk memungut zakat dari pemilik-pemiliknya, yaitu para sa‟i dan penunjuk-penunjuk jalan yang menolong mereka,
44
karena mereka tidak bisa memungut zakat tanpa pertolongan penunjuk jalan itu. Dapat dikatakan, bahwa „Amil ialah orang-orang yang bertugas mengumpulkan zakat termasuk, ketua, penulis, bendahara dan petugas lainya. Menurut Yusuf Qardhawi, amilun adalah “semua orang yang berkerja dalam mengurus perlengkapan administrasi urusan zakat, baik urusan pengumpulan, pemeliharaan, ketatausahaan, perhitungan, pendayagunaan (Qardhawi, Yusuf: 1991: 579). 3. Mu’allaf Menurut Abu Ya‟la, muallaf terdiri dari dua golongan: “orang Islam dan orang musyrik. Mereka ada empat katagori: (1) Mereka yang dijinakkan hatinya agar cenderung menolong kaum muslimin. (2) Mereka yang dijinakan hatinya agar cenderung untuk membela umat Islam. (3) Mereka yang dijinakan agar ingin masuk Islam. (4) Mereka yang dijinakan dengan diberi zakat agar kaum dan sukunya tertarik masuk Islam. Pengelompokan ini sama dengan yang diutarakn oleh Sayyid Sabiq dan al-Qardhawi adalah:
45
Untuk golongan muslim terdiri atas. 1) Toko dan pimpinan orang Islam. 2) Pimpinan orang-orang Islam yang lemah imannya, dipatuhi masyrakat. 3) Orang-orang Islam yang
berada
digaris
perbatasan
musuh,
agar
dapat
mempertahankan orang-orang Islam yang di belakang dari serangan musuh. 4) Golongan orang Islam yang diperlakukan untuk
memungut
zakat
dari
orang-orang
yang
akan
mengeluarkan zakat tanpa pengaruh mereka. Sedangkan mu‟allaf non muslim terdiri dari dua: 1) Orang-orang yang diharapkan beriman dengan dijinakan hatinya. 2) Orang-orang yang akan dikhawatirkan kejahatannya. Menurut penulis , penetapan katagori siapa mu‟allaf yang dapat diberi zakat ini, sebaiknya tidak terlalu luas dan tidak pula terlalu sempit. Pada masa Umar ra golongan ini tidak diberi bagian zakat. Karena Islam ketika itu sudah kuat. Oleh karena itu, memperhatikan suatu „illat dalam menetapkan hukum menjadi sesuatu yang sangat penting. 4. al-Riqab Imam Malik, Ahmad dan Ishaq, menyatakan riqab adalah budak
biasa
yang
dengan
jatah zakat
mereka
dapat
dimerdekakan. Menurut golongan asy-Syafi‟iyyah dan alHanafiyyah, riqab adalah budak mukatab, yakni budak yang
46
diberi kesempatan oleh tuannya untuk berusaha membebaskan dirinya, dengan membayar ganti rugi secara angsuran. 5. al-Gharimin Al-Gharimin adalah “kata jama‟ dari kata mufrod algharimu, artinya orang yang berhutang dan tidak bisa melunasinya. Qardhawi menyebutkan bahwa: Dilihat dari segi subjek hukumnya al-gharimin itu ada dua: perorangan dan badan hukum. Dilihat dari segi motivasinya, al-gharim ada dua juga: berhutang untuk kepentingan pribadi di luar maksiat, dan berhutang untuk kepentingan masyarakat (maslahat umum). 6. Sabili Allah Menurut bahasa sabil berarti jalan. Sabil-Allah berarti jalan Allah. Jalan yang menuju kepada kerelaan Allah. Untuk jalan unilah Allah mengutus para Nabi, yaitu untuk memberi petunjuk kepada manusia, untuk berdakwa. Ibnu “Abidin mengatakan bahwa “tiap-tiap orang yang berusaha dalam bidang ketaatan kepada Allah dan jalan-jalan kebajikan,
termasuk
kedalam
sabilillah.
Rasyid
Ridha
mengatakn bahwa “sabilillah itu mencakup urusan agama dan negara. Sedangkan, Sayyid sabiq, mendefinisikan sabilillah
47
adalah“ jalan yang menuju kepada kerelaan Allah, baik tentang ilmu maupun amal perbuatan. 7. Ibnu as-Sabil Menurut golongan asy-Syafi‟iyyah, “ibnu as-Sabil ada dua macam: (1) orang yang mau berpergian, (2) orang di tengan
perjalanan.
Keduanya
berhak
menerima
zakat,
meskipun ada yang mau menghutanginya atau ia mempunyai harta di negerinya (Sulaiman Rasyid 1994: 110) 2.1.5. Golongan Tidak Berhak Menarima Zakat Sebagaimana telah dijelaskan, orang-orang yang berhak menerima zakat ada delapan golongan. Sedangkan orang-orang yang tidak berhak menerima zakat menurut Sulaiman Rasyid (1994: 215217) dalam Fiqh Islam ada lima golongan, sebagaimana penjelasan berikut ini. a.
Orang kaya dengan harta atau kaya dengan usaha dan penghasilan. Sabda Rasulullah SAW.: رواه الخوست االالنسائ وابي هاجو.ٍسىِي َ ٍلَاتَحِّلُ الّصَذَقَتُ لِ َغ ِنًٍ وَلَالِذِيْ هِزَة Artinya: “Tidak halal bagi orang kaya yang mempunyai kekuatan tenaga mengambil sedekah (zakat).” (Riwayat lima orang ahli hadis, selain Nasai dan Ibnu Majah) Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
gani (kaya) itu ialah orang yang mempunyai harta (usaha) mencukupi
48
untuk
penghidupannya
sendiri
serta
orang
yang
dalam
tanggungannya sehari-hari, baik ia mempunyai satu nisab, kurang ataupun lebih. Mereka beralasan dengan hadis berikut, Sabda Rasulullah SAW.: Artinya: “Barang siapa meminta-minta, sedangkan ia mempunyai kekayaan, maka seolah-olah ia memperbesar siksaan neraka (atas dirinya).” Yang mendengar bertanya, “Apakah yang diartikan kaya itu, ya Rasulullah?” Jawab beliau, “Orang kaya ialah orang yang cukup untuk makan tengah hari dan untuk makan malam.” (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Hibban) Sekarang kita tinjau arti “kaya”. Kaya menurut bahasa artinya cukup. Cukup tidak dapat dibatasi dengan kadar sedikit atau banyaknya harta. Si A umpamanya mempunyai harta satu nisab, tetapi harta satu nisab itu tidak mencukupi baginya karena tanggungannya banyak. Sebaliknya si B mempunyai harta kurang dari satu nisab, harta yang sedikit itu mencukupi baginya karena keperluan atau tanggungannya sedikit. b.
Hamba sahaya, karena mereka mendapat nafkah dari tuan mereka.
c.
Keturunan Rasulullah SAW. Sabda Rasulullah SAW.: Artinya: “Dari Abu Hurairah. Ia berkata, ”Pada suatu hari Hasan bin Ali (cucu Rasulullah SAW.) telah mengambil sebuah
49
kurma dari kurma zakat, lantas dimasukkan ke mulutnya. Rasulullah SAW. bersabda (kepada cucu beliau), Jijik-jijik, buanglah kurma itu! Tidak tahukah kamu bahwa kita (keturunan Nabi Muhammad) tidak boleh mengambil sedekah (zakat)‟?” (Riwayat Muslim) d.
Orang dalam tanggungan yang berzakat, artinya orang yang berzakat tidak boleh memberikan zakatnya kepada orang yang dalam tanggungannya dengan nama fakir atau miskin, sedangkan mereka mendapatkan nafkah yang mencukupi. Tetapi dengan nama lain, seperti nama pengurus zakat atau berutang, tidak ada halangan. Begitu juga kalau mereka tidak mencukupi dari nafkah yang wajib.
e.
Orang yang tidak beragama Islam, karena pesan Rasulullah SAW, kepada Mu‟az sewaktu dia diutus ke negeri Yaman. Beliau berkata kepada Mu‟az, “Beritahukanlah kepada mereka (umat Islam), diwajibkan atas mereka zakat. Zakat itu diambil dari orang kaya, dan diberikan kepada orang fakir diantara mereka (umat Islam)”.
2.1.6. Tujuan zakat Zakat sebagai salah satu perangkat sosio-ekonomi Islam yang tidak saja bernilai saja bernilai ibadah juga bersifat sosial, sebagaimana syari‟at Islam yang lainnya, zakat juga memiliki beberapa tujuan mulia antara lain:
50
a. Mewujudkan keadailan dan pemerataan ekonomi Zakat merupakan jaminan sosial abadi bagi para fakir miskin dan golongan penerima zakat
lainnya.
Zakat
bertujuan untuk
mengurangi jurang perbedaan dan kesenjangan antara yang kaya dan miskin sehingga tercipta pemerataan ekonomi dan keadilan. Sebagian harta dari orang-orang kaya diambil untuk diberikan dan dimanfaatkan oleh orang-orang miskin dan diharapkan zakat ksn mampu menciptakan keadilan dan pemerataan ekonomi dengan berkurangnya jumlah mustahiq (Qardhawi, 1995: 886). b. Mengikis Kemiskinan dan Kecemburuan sosial Konsep zakat jelas terlihat mengandung sebuah makna penting yaitu pengentasan kemiskinan karena zakat adalah pajak wajib kalangan muslim yang kaya dan bertujuan untuk menghilangkan perbedaan dan meningkatkan daya beli masyarakat. Zakat juga bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin menjadi lebih baik (Qardhawi, 1995: 174). Jika zakat secara konsisten dapat direalisasikan maka akan tercipata masyarakat yang jauh dari sifat-sifat kecemburuan sosial yang muncul manakala kemiskinan menghimpit seseoarang sedangkan
di
sekelilingnya orang hidup serba kecukupan tetapi sama sekali tidak peduli. Dalam kondisi seperti inilah diharapkan zakat menjadi jembatan diantara keduanya untuk saling tolong menolong.
51
Tujuan zakat yang mulia tidak terbatas dua hal di atas, masih banyak tujuan yang lain dan tidak dapat disampaikan secara rinci antara lain mengembangkan harta, zakat melatih sikap dermawan dan tanggung jawab sosial. Mensucikan harta dan lain sebagainya. 2.1.7. Hikmat Zakat Kesenjangan penghasilan rezeki dan mata pencaharian dikalangan manusia merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Al-Qur‟an sendiri telah menerangkan hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT
…….
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki” (QS. An-Nahl : 71) (Depag RI, 1992: 412). Kewajiban atau kefarduan zakat merupakan jalan yang paling utama untuk menyelesaikan kesenjangan sosial. Di samping itu, zakat merupakan formula yang paling kuat untuk merealisasikan sifat gotong-royong dan tanggung jawab sosial dikalangan umat Islam. Tujuan tersebut mempunyai hikmah yang utama yaitu agar manusia lebih tingi nilainya daripada harta, sehingga ia menjadi tuannya harta bukan menjadi budaknya harta. Karena,tujuan zakat terhadap si pemberi sama dengan kepentingan tujuan terhadap si penerima ( Qardhawi, 1995: 848).
52
Hikmah zakat ada 2 (dua ) macam yaitu hikmah bagi si pemberi dan hikmah bagi si penerima. 1.
Adapun hikmah zakat bagi si pemberi antara lain : a. Mensucikan jiwa dari sifat kikir Sifat kikir merupakan tabiat manusi yang tercela, sifat ini timbul karena rasa keinginan untuk memiliki suatu keinginan untuk tetap memiliki suatu benda tersebut selama-lamanya,
sehingga
manusia
cenderung
mementingkan diri sendiri terhadap hal-hal yang baik dan bermanfaat dari pada orang lain.(Qardhawi, 1995: 850). b. Merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah Sebagaimna dimaklumi, diakui oleh fitra manusia bahwa pengakuan akan keindahan dan syukur terhadap nikmat merupakan suatu keharusan. Zakat akan membangkitkan bagi orang yang mengeluarkanya. Makna syukur kepada Allah, pengakuan akan keutamaan dan kebaikan, karena sesungguhnya Allah SWT senantiasa memberikan nikmat kepada hambanya baik yang berhubungan dengan diri maupun hartanya. Ibadah badaniyah merupakan pembuktian rasa syukur terhadap segala nikmat badan, sedang ibadah harta merupakan pembuktian rasa syukur terhaap nikmat harta (Qardhwai 1995: 857).
53
c. Mengembangkan kekayaan batin Diantara tujuan pensucian jiwa yang dibuktikan oleh zakat ialah berkembangnya kekayaan batin dan perasaan optimis. Dengan mengeluarkan zakat berarti telah berusaha
menghilangkan
kelemahan
jiwanya,
egoismenya serta menghilangkan bujukan syetan dan hawa nafsunya (Qardhawi, 1995: 860). 2.
Hikmah zakat bagi si penerima adalah sebagai berikit : a. Membebaskan si penerima dari kebutuhan Dalam hal ini Allah SWT telah mewajibkan zakat dan menjdikannya tiang agama Isalm, dimana zakat diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang fakir dengan adanya zakat tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan materinya. b. Menghilangkan sifat dengki dan benci Zakat bagi si penerima akan membersihkan sifat dengki dan benci. Manusia jika kekafiran dan kekurangan kebutuhan hidup menimpanya terus menerus, padahal disekelilingnya ia melihat orang-orang hidup dalam keleluasaan, tetapi mereka tidak memberikan pertolongan kepadanya, bahkan mereka memberikannya dalam kefakiran. Sudah pasti orang
54
ini hanya akan benci dan murka pada masyarakat yang membiarkannya dan tidak peduli dengan urusannya. Islam telah menegakkan hubungan antara sesama manusia atas dasar persaudaraan diantara mereka. Persaudaraan ini tidak akan tegak manakalah salah satunya kenyang dan yang lainnya lapar. Hal ini akan menyalakan api kebencian dan hasud dalam dada orang fakir. Atas dasar itulah Islam mewajibkan zakat, Sehingga orang akan merasa bahwa sebagian manusia adalah bersaudara bagi sebagian yang lain, sehingga tidak ada rasa dendam, dengki, dan benci (Qardhawi, 1995: 873-875).
2.2. Pengelolaan Zakat Berdasarkan Undang-undang R.I No 38 Tahun 1999 Keputusan Mentri Agama R.I No 581 Tahun 1999. Pengertian, asas, tujuan organisasi pengelolaan zakat, sebagai berikut : a. Pengertian
pengelolaan
zakat
adalah
kegiatan
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistrubusian, serta pendayagunaan zakat (pasal 1 angka 1 undang-undang) b. Pengelolaan zakat berasaskan iman dan takwa, keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945.
55
c. Pengelolaan zakat bertujuan : (1) meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama; (2) meningkatkan fungsi dan peran pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial; (3) meningkatkan hasil guna dan guna daya zakat. 2.2.1. Ruang Lingkup Pengelolaan Zakat Istilah pengelolaan atau manajemen berdasarkan tujuan untuk pertama kali digunakan Peter Duker pada tahun 1954 dan sejak itu prinsip ini terkenal luas dan digunkan sebagai suatu system manajemen dalam industri dan perdagangan. Menurut Ducker manajemen adalah suatu ramalan bahwa dengan mengunakannya seorang maneger pada waktu yang akan datang akan dapat mempertanggungjawabkan baik hasil maupun kualitas hubungan kemanusian yang berlaku di dalam organisasi (Devies, 1996: 328). Dalam
manajemen proses-proses
yang
harus dilalui adalah
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengontrolan (controlling). Sementara, berkaitan dengan pengelolaan zakat yang perlu dilakukan adalah sosialisasi, pengumpulan, pengunaan dan pengawasan. a. Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah menentukan dan merumuskan segala apa yang dituntut oleh situasi dan kondisi pada badan usaha atau
56
unit organisasi yang kita pimpin. Perencanaan berkaitan dengan upaya yang akan dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan dimasa yang akan datang dan penentuan strategi yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Di dalam perencanaan pengelolaan zakat terkandung perumusan dan persoalan tentang apa saja yang akan dikerjakan oleh amil zakat, bagaimana pelaksanaan pengelolaan zakat, mengapa mesti diusahakan, kapan dilaksanakan, dan oleh siapa kegiatan tersebut dilaksanakan, dalam badan amil zakat perencanaan meliputi unsur-unsur perencanaan
sosialisasi
perencanaan,
pengumpulan
zakat,
perencanaan penggunaan zakat, dan perencanaan pengawasan zakat. Tindakan-tindakan ini diperlukan dalam pengelolaan zakat guna mencapai tujuan pengeolaan zakat b. Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian adalah pengelompokan dan pengaturan sumber daya manusia untuk dapat digerakkan sebagai satu kesatuan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan, menuju tercapainya
tujuan
yang
ditetapkan.
Pengorganisasian
dimaksudkan untuk mengadakan hubungan yang tepat antara seluruh tenaga kerja dengan maksud agar mereka bekerja secara efisien dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam kaitannya dengan amil zakat pengorganisasian meliputi
57
pengorganisasian sosialisasi, pengorganisasian pengumpulan, pengorganisasian dalam penggunaan zakat, dan pengorganisasian dalam pengawasan amil zakat. Dalam konteks ini pertama-tama yang harus diketauhi adalah apa yang akan dikerjakan oleh masing-masing job tersebut, kemudian baru dicarikan orang yang akan
menyelengarakan
pekerjaan
itu
dengan
segala
persyaratannya. Pengorganisasian terhadap semua aspek tersebut dimaksudkan agar sumber daya manusia dan sumber daya materi yang ada pada suatu amil zakat termanfaatkan secara efektif dan efesien serta tidak tumpang tindih. Dengan demikian, lembaga zakat akan terhindar dari sekedar tempat penampungan belaka, sehingga berakibat pemborosan, karena orang-orang yang tidak tepat, dan tidak terbiasa bekerja sesuai tujuan, tidak mengetauhi apa yang nanti dikerjakan dan apa yang hendak dicapai. c. Penggerakan (actuating) Penggerak (actuating) adalah suatu fungsi pembimbingan orang agar kelompok itu suka dan mau bekerja. Penekanan yang terpenting dalam penggerakan adalah tindakan membimbing, mengarahkan, menggerakan, agar bekerja dengan baik, tenang, dan takut, sehingga difahami fungsi, dan diferensiasi tugas masing-masing. Hal ini diperlukan, karena dalam suatu hubungan kerja, diperlukan suatu kondisi yang normal, baik, dan
58
kekeluargaan (familiar). Untuk mewujudkan hal ini, tidak terlepas dari peran piawai seorang pimpinan Berkaitan
dengan
pengelolaan
zakat,
penggerakan
memiliki peran strategis dalam memberdayakan kemampuan sumber daya amil zakat. Dalam konteks ini penggerakan sekaligus memiliki fungsi sebagai motivasi sehingga sumber daya amil zakat memiliki disiplin kerja tinggi. Untuk menggerakkan dan memotivasi karyawan, pimpinan amil zakat harus mengetauhi motif dan motivasi yang diinginkan oleh para pengurus amil zakat. d. Pengawasan (controlling) Menurut
Mahmud
Hawari,
penggawasan
adalah
mengetahui kejadian-kejadian yang sebenarnya dengan ketentuan dan ketetapan peraturan, serta menunjuk secara tepat terhadap dasar-dasar yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula. Proses kontrol merupakan kewajiban yang terus menerus harus dilakukan untuk pengecekan terhadap jalannya perencanaan dalam organisasi, dan untuk memperkecil tingkat kesalahan kerja. Kesalahan kerja dengan adanya pengontrolan dapat ditemukan penyebabnya dan diluruskan (Hasan,Muhammad, 2011: 22-25)
59
e. Tujuan Pengawasan Pengawasan manajemen menurut Robert J. Mokcler adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan
sebelumnya,
menentukan
dan
mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumberdaya dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Dari definisi ini bisa dipahami bahwa terdapat keterkaitan antara pegawai dengan perencanaan, karena itu perlu adanya perencanaan yang matang sebelum ada pengawasan. Menetapkan standarisasi terhadap hasil yang ingin diperoleh atau data-data objek yang akan diawasi. Namun, bukan berarti pengawasan sama dengan pengontrolan, dan evaluasi. Pengawasan memerlukan badan tersendiri dalam sebuah struktur organisasi jika diperlukan, namun, bukan berarti pengawasan lepas dari struktur organisasi tersebut dan berdiri sendiri dalam satu struktur, sehingga tidak ada keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
60
Pengawasan, sesungguhnya bisa berangkat dari dalam diri sendiri sebagai pengawasan melekat. Dalam al-Qur‟an Allah menyatakan:
Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi (QS alFajr/89:14) Pengawasan juga bisa terjadi dari luar ke dalam, yang biasanya dikenal dengan pengawasan eksternal. Pengawasan dalam arti sempit menurut Hasan,Muhammad “Internal check” yaitu suatu sitem dan prosedur yang secara otomatis dapat saling memeriksa, dalam arti bahwa data akuntansi yang dihasilkan oleh suatu bagian atau fungsi secara otomatis dapat diperiksa oleh bagian atau fungsi lain dalam suatu lembaga organisasi.” Sedangkan dalam arti luas berarti: Pengawasan yang meliputi rencana organisasi serta semua cara
dan
ketentuan-ketentuan
yang
dikordinasikan,
yang
digunakan dalam organisasi untuk melindungi harta Dengan memeriksa ketelitian dan kebenaran data dalam rangka efisiensi operasi organisasidan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan organisasi yang telah ditetapkan. Hal ini berarti dalam pengawasan hanya berkaitan dengan akuntansi perusahaan saja. Pengawasan dalam lembaga amil zakat mestinya bukan hanya diarahkan pada pemeriksaan kebenaran data lembaga amil
61
zakat/akuntansi
amil
saja.
Namun,
kebenaran
data
amil
zakat/akuntansi amil zakat hanya salah satu bagian saja. Pengawasan dalam lembaga amil zakat disamping pemeriksaan ketelitian dan kevalidan data perusahaan mestinya juga diarahkan pada ketelitian dan kebenaran distribusi zakat, pemeriksaan kebenaran pendayagunaan zakat oleh para mustahik produktif, sehingga tujuan pengelolaan zakat tercapai. Jika pengawasan lembaga amil zakat hanya diarahkan pada validitas data/akuntansi lembaga pengelola maka sangat kecil kemungkinan tercapainya tujuan zakat Pengelolaan zakat berbasis manajemen berarti mengelolah lembaga amil zakat semi manajemen perusahaan. Oleh karena itu, pengawasan sebagaimana
dalam
pengelolaan
layaknya
suatu
zakat usaha.
mempunyai Bambang
tujuan Hariadi
mengemukakan antara lain: a) Mengamankan
harta
kekayaan perusahaan
dan catatan
organisasi. b) Kekayaan fisik suatu perusahaan dapat dicuri, disalah gunakan atau hancur karena kecelakaan, kecuali jika kekayaan tersebut dilindungi dengan pengawasan yang baik dan keandalan data akuntansi c) Mengecek kecermatan dan keandalan data akuntansi
62
d) Manajemen memerlukan informasi keuangan yang teliti dan handal untuk menjalankan kegiatan usahanya. Pengawasan internal yang dirancang untuk memberikan jaminan proses pengelolaan data akuntansi akan menghasilkan informasi yang diteliti dan handal. e) Meningkatkan efisiensi pengawasan internal ditujukan untuk mencegah duplikasi usaha yang tidak perlu atau usaha pemborosan dala segala kegiatan bisnis perusahaan dan untuk mencegah penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak efisien f) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan Berkaitan
dengan
pengawasan
dalam
pengelolaan
zakat,
tujuan
pengawasan yang dikemukakan oleh Bambang Hariadi relevan dengan tujuan pengawasan dalam pengelolaan zakat. Dalam lembaga amil zakat pengawasan bertujuan antara lain:; a) Menjaga harta zakat dan dokumen-dokumen lembaga amil zakat b) Mengamankan kekayaan fisik lembaga amil zakat dari kemusnahan dengan validitas data yang akurat c) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas sosialisasi zakat, pengumpulan zakat dan distribusi pendayagunaan zakat d) Meningkatkan validitas data mustahik
63
e) Memotivasi pelaksanaan kebijakan manajemen Berdasarkan pendapat ini berarti pengawasan dalam pengelolaan zakat memiliki tujuan yang sangat berarti dalam usaha untuk menjaga kedinamisan dan perkembangan lembaga amil zakat. Dikatakan demikian karena dengan adanya pengawasan kelemahan lembaga amil zakat dapat dikontrol dan diamankan. Demikian juga, distribusi dan pendayagunaaan zakat terhadap para mustahiq produktif diharapkan akan semakin terjamin sesuai dengan harapan Pengawasan lembaga amil zakat sesungguhnya terkait erat dengan program yang direncanakan .karena itu hakekatnya dari tujuan lembaga amil zakat dengan cara mengembalikan atau meluruskan berbagai penyimpangan yang tak sesuai dengan yang diprogramkan. Tujuan dari pengawasan juga bisa berarti untuk memberikan masukan secara integral, mengapa perjalanan sebuah organisasi tersendat-sendat, apakah karena target tujuan yang ingin dicapai terlalu tinggi atau karena amilnya tidak kompeten sehingga tidak mampu melaksanakan. milik lembaga/organisasi, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi di dalam operasi dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan organisasi yang telah ditetapkan. Beberapa definisi di atas mendeskripsikan bahwa dalam pengawasan terkandung suatu usaha dari organisasi untuk melindungi harta miliknya. (Hasan,Muhammad, 2011: 22-25)
64
2.3. Pendistribusian zakat, Infaq dan shadaqah (ZIS) Penulis menggunakan pembedaan istilah pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Istilah pendistribusian, berasal dari kata distribusi yag berarti penyaluran atau pembagian kepada beberapa orang atau beberapa tempat. Oleh karena itu, kata ini mengandung makna pemberian harta zakat kepada para mustahiq zakat secara konsumtif. Sedangkan, istilah pendayagunaan berasal dari kata daya-guna yang berarti kemampuan mendatangkan hasil atau manfaat. Istilah pendayagunaan dalam konteks ini mengandung makna pemberi zakat kepada mustahiq secara produktif dengan tujuan agar zakat mendatangkan hasil dan manfaat bagi yang memperoduktifkan. Pembagian zakat secara produktif didasarkan pada hadis yang menyatakan: Dari Ubaydillah bin Adi bin al-khiyar r.a. Bawa ada dua orang sahabat mengabarkan kepadanya bahwa mereka berdua menemui Nabi saw. Meminta zakat kepadanya, maka rasulullah memperhartiakn mereka berdua dengan seksama dan rasu;u;;ah mendapatkan mereka sebagai orang-orang yang gagah. Kemudian Rasulullah bersabda,” jika berdua mau, akan saya beri, tetapi (sesungguhnya) orang yang kaya dan orang yang kuat berusaha, tidak mempunyai bagian untuk menerima zakat,” Pemberian zakat pada mustahiq, secara konsumtif dan produktif perlu dilakukan sesuai kondisi mustahiq. Untuk mengentauhi kondisi mustahiq, amil zakat perlu memastikan kelayakan para mustahiq, apakah mereka dapat dikatagorikan mustahiq produktif atau mustihik konsumtif. Ini memerlukan analisis tersendiri oleh para amil zakat, sehingga zakat
65
benar-benar sampai kepada orang-oarng yang berhak menerimanya secara objektif. Penyaluran akat dilihat dari bentuknya dapat dilakukan dalam dua hal yakni bentuk sesaat dan bentuk pemberdayaan. Penyaluran bentuk sesaat adalah: penyaluran zakat hanya diberiakan kepada seseorang sesekali atau sesaat saja. Dalam hal ini, juga berarti bahwa penyaluran kepada mustahiq tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri mustahiq. Hal ini dikarenakan mustahiq yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti pada diri orang tua yang sudah jompo, dan orang cacat. Penyaluran bentuk pemberdayaan merupkan penyaluran zakat yang disertai target merubah kondisi mustahiq menjadi kata gori muzzaki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dengan mudah atau dalam waktu yang singkat, dapat terlealisasi. Karena itu, penyaluran zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhdap permasalahan yang
ada pada
penerima. Apabila permasalahannya adalah pemersalahan kemiskinan, harus diketauhi penyebab kemiskinan tersebut, sehingga dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainnya target yang telah direncanakan (Hasan,Muhammad, 2011: 71-73) Pendistribusian zakat adalah inti dari seluruh kegiatan pengumpulan dana zakat. Di dalam mengoptimalkan fungsi zakat sebagai amal ibadah sosial mengharuskan pendistribusian zakat diarahkan pada model produktif
66
dari pada model komsumtif seperti ketentuan yang tercantum dalam UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Dalam pelaksanaannya, model pendayagunaan zakat pada penyaluran dana diarahkan pada sektorsektor pengembangan ekonomi dengan harapan hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan mustahiq. Secara garis besar model pendistribusian zakat digolongkan ada empat yaitu: 1). Model distribusi bersifat konsumtif tradisioal Model distribusi bersifat konsumtif tradisioal yaitu, zakat dibagikan pada mustahiq untuk dimanfaatkan secara langsung sepeti zakat fitrah yang dibagikan pada fakir miskin untuk memenuhi kebutuahan hidup sehari-hari atau zakat mal yang diberikan pada kurban bencana alam. 2). Model distribusi bersifat konsumtif kreatif. Zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti dalam bentuk alat-alat sekolah, atau beasiswa. 3). Model distriusi zakat bersifat prodokif tradisional Zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang yang prodoktif seperti kambing, sapi, alat cukur, dan lain-lain sebagainya. Pemberian dalam bentuk ini akan menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan kerja fakir miskin. 4). Model distribusi dalam bentuk prodoktif kriatif Zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk pembangunan proyek sosial atau menambah modal usaha pengusaha kecil. 70 UU No
67
38 Tahun 1999 Tentang Pengelolahan Zakat, Bab V ( Pendayagunaan Zakat) Pasal 16. Dalam kaitan memaksimalkan fungsi zakat, maka pola pemberian zakat tidak terbatas pada yang bersifat konsumtif. Tetapai harus lebih yang bersifat prodoktif. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan dengan keteladanan yang beliau lakukan ketika memberikan kepada seorang fakir sebanyak dua dirham sambil memberikan anjuran agar mempergunakan uang tersebut, satu dirham untuk dimakan dan satu dirham lagi supaya dibelikan kapak sebagai alat kerja. Untuk penganti pemerintah saat ini dapat diperankan oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang kuat, amanah, dan profesional. BAZ atau LAZ bila memberikan zakat yang bersifat produktif harus pula melakukan pembinaan atau pendampingan kepada mustahiq zakat agar kegiatan usahanya dapat berjalan dengan baik, dan agar para mustahik semakin meningkat kualitas keimanan dan keIslamnnya. Dengan model yang prodoktif, tepat sasaran serta berkelanjutan, zakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteran dan membebaskan diri dari belenggu kesengsaraan ekonomi, serta mengangkat derajat setatus kaum dhuafa (mustahiq) menjadi muzaki dikemudian hari. 2.3.1. Mekanisme Distribusi zakat Zakat yang dihimpun oleh lembaga amil zakat harus segera disalurkan kepada para mustahiq sesuai dengan skala prioritas yang
68
telah disusun dalam program kerja. Mekanisme dalam distribusi zakat kepada mustahiq bersifat konsumtif dan juga produktif. Sedangkan pendistribusi zakat tidak hanya dengan dua cara, akan tetapi ada tiga yaitu distribusi konsumtif, distribusi produktif dan investasi. Dalam pendistribusian zakat kepada mustahiq ada beberapa ketentuan. a. Mengutamakan distribusi domistik dengan melakukan distribusi lokal atau lebih mengutamakan penerima zakat yang berada dalam lingkungan terdekat dengan lembaga zakat dibandingkan dengan pendistribusiannya untuk wilayah lain. b. Pendistibusian yang merata dengan kaidah-kaidah sebagai beikut: 1) Bila zakat yang dihasilkan banyak, seyogyanya setiap golongan mendapat bagiannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing. 2) Pendistribusian haruslah menyeluruh pada delapan golongan yang telah ditentukan. 3) Di perbolehkan memberikan semua bagian zakat kepada beberapa golongan penerima zakat saja apabila didapati bahwa kebutuhan yang ada pada golongan tersebut memerlukan penanganan secara khusus. 4) Menjadikan golongan fakir miskin sebagai golongan yang pertama menerima zakat, karena memenuhi kebutuhan mereka
69
dan membuatnya tidak tergantung kepada golongan orang lain adalah maksud tujuan dari diwajibkan zakat. c. Membangun kepercayaan antara pemberi dan penerima zakat. Zakat baru bisa diberikan setelah ada keyakinan bahwa si penerima adalah orang yang berhak dengan cara mengetahui atau menanyakan hal tersebut kepada orang-orang yang ada dilingkungannya, ataupun mengetahui yang sebenarnya.
70
BAB III GAMBARAN UMUM PKPU SEMARANG DAN PENGELOLAAN PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT, INFAAQ DAN SHADAQAH
3.1. Gambaran Umum PKPU Semarang 3.1.1. Sejarah PKPU Krisis yang terjadi pada 1997 mempengaruhi kondisi perekonomian bangsa dan rakyat Indonesia. Menyikapi krisis yang berkembang, 17 September 1998 sejumlah anak-anak muda yang enerjik melakukan aksi sosial disebagian besar wilayah Indonesia.
Menindak
lanjuti
aksinya,
mereka
kemudian
menggagas entitas kepedulian publik yang bisa bergerak secara sistematis. Maka pada 10 Desember 1999 lahirlah lembaga sosial yang
bernama
Pos
Kemanusian
Peduli
Ummat.
Dalam
perkembangannya, PKPU menyadari bahwa potensi dana ummat yang berasal dari Zakat, Infaq dan Shadaqah sangat besar. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia bisa mengoptimalkan dana ZIS-nya untuk memberdayakan masyarakat miskin. Dalam rangka memfasilitasi antara dermawan (aghniya) disatu pihak dengan fakir miskin (dhuafa) dilain pihak, kerja yang Amanah dan Profesional merupakan keharusan bahkan tuntutan yang kami wujudkan dalam kultur dan etos kerja lembaga.
70
71
Menunaikan dan menyampaikan kewajiban serta hak sesuai dengan amanah secara profesional, adil dan transparan hingga kepercayaan donatur dan bantuan yang diberikan pada dhuafa meningkat menjadi harapan kami. PKPU adalah Lembaga Kemanusiaan Nasional yang secara konsisten kepada masyarakat yang mengalami kesulitan, seperti bencana alam, kelaparan, korban perang, penyakit berkepanjangan, dan lainnya. Awal kiprah PKPU di dunia kemanusiaan dimulai sejak 10 Desember 1999 dengan membantu korban kerusuhan Ambon. Kemudian memperoleh otoritas sebagai lembaga pengelola dana lokal (Zakat–Infaq– Shodaqoh–Wakaf) secara NASIONAL pada tahun 2001 dari Pemerintah Republik Indonesia melalui SK MENAG RI No.44 tahun 2001, yang didalamnya peleporan keuangan dilakukan audit oleh akuntan publik.. Selama 6 tahun secara intensif menangani problematika kemanusiaan, berupa aksi gawat darurat bencana, rehabilitas fisik dan mental, pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan dari ACEH hingga tanah PAPUA, khususnya wilayah kota/kabupaten di Semarang. Terpercaya dengan berbagai pihak dalam dan luar negeri : Corporate LSM dll serta menjadi mitra UNICEF PBB dalam Kampanye Pencegahan Flu Burung di Indonesia. Dalam mewujudkan profesionalisme PKPU membutuhkan karyawan full timer yang cakap, dari level pimpinan hingga staf pelaksana.
72
Implementasi
dan
perbaikan
sistem
manajemen
secara
berkesinambungan (continous improvement), dalam rangka mewujudkan Good Corporate Governance dan Good Corporate Cotizenship, termasuk audit keuangan berkala oleh kantor akuntan publik. Dalam melaksanakan seluruh program-program yang diamanahkan oleh donatur, PKPU memiliki budaya kerja yang dijadikan pedoman oleh keluarga besar PKPU, yaitu IKHLAS, ADIL, TAWAZUN, TANGGUNG JAWAB, JUJUR, UKHUWAH, KREATIF & INOVATIF, PROAKTIF, CEPAT dan INKLUSIF. 3.1.2. Visi dan Misi PKPU Visi : MENJADI LEMBAGA TERPERCAYA DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN Misi : Misi Kemanusiaan yang kami lakukan meliputi kegiatan : a. Mendayagunakan
program
rescue,
rehabilitasi
dan
pemberdayaan untuk mengembangkan kemandirian. b. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat, perusahaan, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat dalam dan luar negeri. c. Memberikan pelayanan informasi, edukasi dan advokasi kepada masyarakat penerima manfaat (beneficiaries).
73
Dengan visi di atas, PKPU bertekat untuk menjadi lembaga filantropi Islam terdepan dalam membela kepentingan umat dengan mengedepankan pengelolaan yang amanah dan professional. Amanah dalam visi tersebut berarti PKPU dapat diandaslkan menjadi lembaga penyalur dana masyarakat berdasarkan amanat diinginkan donatur. Jika donatur ingin menyumbangkan dananya ke masyarakat maka PKPU akan menyampaikan dana tersebut ke lokasi yang dikehendaki penyumbang. Karena itu, dalam laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik disebutkan adanya klasifikasi dana terikat untuk keperluan tertentu seperti dana bencana kemanusian, untuk yatim dan janda, untuk zakat, wakaf dan sebagainya. Juga ada dana yang tidak terikat peruntukanya sehingga bisa digunakan secara fleksibel oleh pengurus PKPU. Visi pengelolaan yang professional, adalah adanya transparansi dalam seluruh aktifitas kelembagaan di PKPU. Aspek profesionlisme yang ingin dibangun oleh lembaga PKPU mencakup transparansi dalam keuangan, program kerja, dan realisasi program tersebut. Sebagai upaya membangun kinerja yang professional, PKPU telah mengadopsi system menajemen mutu ISO 9001/2000 sehingga ada standar yang baku
dalam
pengelolaan
kelembagaan.
Dalam
rangka
mendukung profesionalisme tersebut PKPU meluncurkan
74
website yang selalu diperbaharui (up dated) sehingga masyarakat bisa memantau dan mengawasi secara langsung kegiatan penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS di PKPU Semarang. Dalam profil yang disebarluaskan, misi yang dibangun PKPU Semarang adalah misi kemanusian meliputi tiga kegiatan.
Pertama,
masyarakat
dengan
membantu meringankan penderitaan memberikan
pelayanan,
informasi,
komunikasi, edukasi dan pemberdayaan. Kedua menjadi mediator dan fasilitator antara dermawan (aghniya) dan fakir miskin (dhuafa), melalui zakat, infaq dan shadaqah, dan dana kemanusian lainya. Ketiga, menjalin kemitraan dengan pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya, baik dalam maupun luar negeri. Untuk
menjalankan
misinya,
PKPU
Semarang
mewujudkan dalam kultur dan etos kerja lembaga. Karena itu, menurut para pengurus PKPU Semarang, menunaikan dan menyampaikan kewajiban serta hak sesui dengan amanah, professional,
adil
dan
transparan
diharapkan
dapat
meningkatkan kepercayaan donatur sehingga bantuan yang diberikan pada duafa pun turut meningkat (Wawancara dengan Miftahul surur di Semarang pada 29, November, 2011)
75
Selain visi dan misi di atas, komitmen yang dijunjung tinggi
oleh
para
pengurus
PKPU
Semarang
adalah
mendedikasikan seluruh aktivitas PKPU Semarang untuk menggugah nurani masyarakat dan bangsa Indonesia serta menebar kepedulian kepada sesama yang membutuhkan. Karena itu, slogan yang disebarkan oleh PKPU Semarang adalah
“Menggugah Nurani
Menebar
Peduli”.
PKPU
Semarang bermaksud mengugah nurani siapa saja, dimana saja dan kapan saja untuk peduli pada nasib sesama, karena hal ini merupakan bagian dari amal ibadah yang nyata dan yang terbaik. Slogan ini dimaksudkan untuk menggugah masyarakat agar membantu berdasarkan nurani. Apalagi saat ini banyak orang memandang bangsa Indonesia seperti kehilangan nurani yang tercermin dari kurang pedulinya masyarakat terhadap kesulitan orang lain. (Aktivitas Lembaga PKPU dalam http://www.pkpu.or.id) 3.1.3. Struktur Organisasi PKPU Direktur
: HARYONO, SE
Bidang Administrasi dan Keuangan Kabid
: Azizah Rini S
Administrasi
: Priyono
Akuntansi
: Rizki Diah
Kasir
: Nur Ratna Dewi
76
Bidang Penghimpunan Kabid
: Fatieh Abdul Azies
Marketing Support
: Bagus Pandu Wicaksana
Zakat Promotion
: Ujianti
CSR
: Rizki Muliani
Retail Zakat center
: Tri Murdati
Customor Relation
: Tri Murdati. Nurudin
Tabung Peduli
: Retno Widowati
Zakat Advisor
: Bety Yanitasari,
Bidang Pendayagunaan Kabid
: M. Miftahul Surur
Kesehatan
: Rina Hariani, Novita K Sari
Pendidikan
: M. Subhanuddin Nashrullah
Support dan Layanan Mustahik Ekonomi
: Musyafa’ : (Wanted)
3.1.4. Aktivitas dan Program Kerja PKPU Berdasarkan misi yang diusung, PKPU Semarang telah membuat beberapa aktivitas meliputi pengumpulan dana dan bantuan masyarakat, misi penyelamatan kemanusiaan, rehabilitasi kemanusiaan, pembangunan masyarakat. Keempat aktivitas tersebut meliputi aspek-aspek berikut ini: 1) Pengumpulan Dana dan Bantuan Masyarakat a. Zakat, infaq, shodaqoh (ZIS) dan wakaf serta dana CSR Perusahaan b. Dana khusus bencana kemanusiaan c. Pakaian, bahan makanan (sembako) dan obat-obatan.
77
d. Dana hewan kurban 2) Misi Penyelamatan Kemanusiaan a. Daerah-daerah bencana alam dan kemanusiaan b. Daerah kritis dan minus 3) Rehabilitasi Kemanusiaan a. Rehabilitasi fasilitas kesehatan dan air bersih b. Rehabilitasi fasilitas pendidikan c. Rehabilitasi fasilitas ibadah d. Rehabilitasi fasilitas ekonomi e. Pembangunan Masyarakat f. Pemberdayaan ekonomi umat g. Pendidikan alternatif h. Pembangunan pelayanan kesehatan mandiri i. Distribusi hewan kurban. PKPU Semarang selama ini telah memberi nama program terutama untuk bidang yang menjadi program unggulan. Bidang-bidang yang masuk dalam program unggulan meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi dan rescue (gawat darurat). Adapun program unggulan PKPU Semarang ada 7 program, yaitu: 1) Program CBDRM (Community Based Disaster Risk Management) Penanggulangan risiko bencana oleh komunitas merupakan upaya pemandirian masyarakat dalam menghadapi risiko bencana yang kerap
78
dihadapi. Komunitas terlibat dan bertanggung jawab terhadap program sejak perencanaan hingga pelaksanaan. Partisipasi aktif masyarakat diharapkan akan mengurangi kerentanan
dan
penanggulangan
memperkuat bencana
secara
kapasitas swadaya.
komunitas Dengan
dalam demikian
menghindari ketergantungan komunitas pada pihak eksternal. PKPU Semarang menghadirkan program ini dalam rangka mengalihkan kesigapan penanganan bencana dari para pegiat tanggap darurat bencana kepada masyarakat potensi korban bencana. Dengan demikian tindakan penanganan bencana akan lebih cepat dilakukan dan meminimalisir resiko dari potensi bencana yang terjadi. 2) Ibu Sadar Gizi (BUDARZI) Program Pondok Gizi Budarzi (PG Budarzi) merupakan program gizi masyarakat yang berorientasi pada pemeliharaan kesehatan dan gizi balita, pembangunan kesadaran masyarakat khususnya ibu untuk menerapkan kaidah gizi dan kesehatan dalam menyusun menu keluarga khususnya balita, mendampingi dan melayani serta memanfaatkan potensi lokal dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki status gizi masyarakat. 3) Prosmiling Program Kesehatan Masyarakat Keliling Terpadu (Prosmiling Terpadu) yaitu program layanan kesehatan keliling yang dilaksanakan secara terpadu (berbagai program kesehatan di satukan dalam paket bersama)
79
dan dikemas secara populis, yang dilaksanakan secara cuma-cuma bagi masyarakat fakir miskin yang tempat tinggalnya jauh dari akses pelayanan kesehatan. Selain PROSMILING, PKPU Semarang memiliki program Klinik Peduli yang didirikan di daerah-daerah minus dan bencana. 4) Program Komunitas Hijau Komunitas hijau atau green community adalah program pemberdayaan masyarakat (community development) yang berorientasi pada perubahan perilaku masyarakat dalam hidup bersih dan sehat serta perbaikan kondisi lingkungan tempat tinggal. Program ini dilakukan di daerah miskin dan membutuhkan perhatian berupa pendampingan kesehatan lingkungan. 5) Prospek Program Sinergi Pemberdayaan Komunitas (PROSPEK) merupakan program pemberdayaan ekonomi usaha kecil melalui kelompok. masyarakat yang menjadi sasaran dalam program ini adalah kelompok petani gurem, peternak, pengrajin, pedagang kecil, tukang ojek dan nelayan. Masyarakat dihimpun dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk mendapatkan pelatihan dan pendampingan rutin. KSM, kemudian dihimpun dalam koperasi yang dikelola oleh, dari dan untuk anggota. 6) Program Sekolah Berbasis Komunitas (SBK)
80
Sekolah berbasis komunitas dan kearifan lokal. Dilaksanakan untuk melengkapi pendidikan formal yang ada sehingga peserta didik diharapkan memiliki motivasi, pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan daerahnya. 7) Voucher Yatim Voucher Yatim Merupakan program filantropi dalam bentuk voucher belanja untuk anak-anak yatim sehingga mereka dapat memilih barang yang
sesuai
dengan
kebutuhan
sekaligus
keinginan
mereka
(Dokumentasi PKPU Semarang).
3.2.Pengelolaan ZIS PKPU Semarang 3.2.1. Proses Penghimpunan dana ZIS pada PKPU Semarang Menyadari urgensi aspek penggalangan dana, PKPU Semarang
memperaktikkan
penggalangan
“menjemput bola”.(Wawancara dengan bidang
penghimpunan,
2,
dengan
cara
Fatieh Abdul Azies,
November
2011).
Dalam
perkembangannya PKPU Semarang tidak saja menerapkan strategi tersebut. Lebih dari itu lembaga ini menerapkan konsep dan teori markting dalam hal penggalangan dana. Menurut Fatieh Abdul Azies, penggalangan pada dasarnya adalah sama dengan menjual produk. PKPU Semarang dalam hal ini menjual program dan produk syariah. Produk yang dijual dalam bentuk program seperti program peduli pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
81
Untuk menarik perhatian program-program PKPU Semarang diberi nama yang cukup baik, seperti yang telah disebutkan, SWADAYA (Beasiswa Dhuafa dan yatim); Prosmiling (Program Kesehatan Masyarakat Keliling), Prospek (Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi), dan sebagainya. Sedangkan produk syariah yang dijual oleh PKPU Semarang berbentuk bagaimana seorang muslim mau membayar ZIS dan menyerahkan wakafnya. Produk syariah tersebut dikemas misalnya dengan nama “Infak Dunia Islam untuk Yatim”, Dana Sosial perusahaan (corporate Social Responsibility)”, dan sebagainya. Secara umum system penggalangan dana yang dipakai adalah pertama, direct selling, conunseling, dan yang sedang dikembangkan eselling dan e-banking, pemasaran dilakukan melalui fasilitas internet. Kedua, melalui surat menyurat biasa yang dibagikan anggota, simpatisan dan masyarakat luas. Ketiga, melalui promosi dan presentasi yang dilakukan beberapa perusahaan dan lembaga/badan usaha swasta dan pemerintah. (Wawancara dengan Miftahul surur di Semarang pada 29, November, 2011). Kelompok sasaran yang dibidik PKPU Semarang untuk menjadi target muzakki saat ini adalah perusahaan-perusahaan pemerintah seperti BUMN, dan perusahaan swasta. Target ini dibidik oleh PKPU karena secara resmi BUMN
memiliki
kewajiaban
untuk
menyumbangkan dana
bagi
kesejahteraan sosial. Sedangkan bagi perusahaan swasta, lebih sebagai kewajiban moral. Cara-cara yang ditempuh oleh PKPU Semarang untuk
82
memasarkan produk syariahnya keperusahaan langsung mendatangi manajemen perusahaan, melalui badan dakwah Islam perusahaan, majelis taklim perusahaan, atau individu-individi kunci diperusahaan-perusahaan tertentu. (Wawancara dengan Miftahul surur di Semarang pada 29, November, 2011). Dalam rangka mempromosikan dan mensosialisasikan program PKPU lembaga ini melakukan beberapa metode. Pertama, mendirika pengajian bulanan diperusahaan-perusahaan. Pengajian ini bertujuan untuk membentuk sebuah komunitas masyarakat muslim yang peduli pada kemanusian diperusahaan yang menjadi mitra PKPU Semarang. Kedua, PKPU Semarang . mendatangi setiap kantor dan perusahaan secara door to door untuk mempromosikan program dan menggalang dana ZIS dan wakaf. Ketiga, membnetuk program khusus untuk penggalangan dana kemanusian jika terjadi kasus dan bencana seperti program peduli bencana nasional, dan sebagainya.
Keempat,
Dalam
rangka
menjaga
keberlangsungan
penghimpunan dana yang telah terkumpul, PKPU Semarang terus menjalin hubungan baik dengan donatur.
Kelima, Dalam rangka
melebarkan jaringan penggalangan dana, PKPU Semarang juga secara rutin mensosialisasikan berbagai program dan produknya kepada masyarakat luas baik melalui website, media cetak/eloktronik, sepanduk, pamphlet. Dalam upaya penggalangan dana tersebut, PKPU juga tidak terbatas pada penggalangan dana ditingkat lokal dan nasional tapi sudah
83
membuktikan diri mampu menggalang dana dan bantuan dari luar negeri untuk masyarakat Indonesia. PKPU Semarang perna menerima bantuan daging dari Australia, bantuan alat-alat kesehatan dari Malaysia.
3.3. Pendistribusian dana ZIS pada PKPU Semarang Dalam
mendistribusikan
dana
zakat,
PKPU
Semarang
mengelompokan delapan asnaf yang disebut dalam al-Quran menjadi dua katagori. Empat asnaf pertama merupakan asnafnya yang sifatnya darurat sehingga lebih diperioritaskan dari empat asnaf berikutnya. Dari keempat asnaf pertama, yang paling diperioritaskan adalah pakir miskin. Golongan inilah yang dianggap paling membutuhkan. Selain itu kelompok pakir miskin sering kali menjadi sasaran misi tertentu dari kalangan non muslim. Dalam pendistribusian dana zakat, ada empat payung program yang meliputi empat bidang yaitu: kesehatan, pendidikan, ekonomi dan rescue. Dilihat dari sifatnya, program tesebut dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: rescue (gawat darurat); rehabilitas; pembanguanan komonitas. Selama ini PKPU Semarang mendistribusikan dana ZIS yang berhasil digalang keempat bidang di atas. Dari pengalaman PKPU Semarang memiliki keunggulan untuk mendistribusikan dana zakat dalam program yang sifatnya perlu penanganan yang cepat, seperti peristiwa gempa, banjir dan sebagainya. Selain itu, dalam penanganan bencana alam PKPU Semarang
84
melaksanakan program lebih lanjut dalam bentuk rehabilitasi dan pembangunan komunitas. Dalam penyaluran dana zakat PKPU Semarang memiliki beberapa program. Program terebut secara garis besar terdiri dari empat bidang yaitu: 1. Program Pendidikan Dalam bidang pendidikan terdapat empat program unggulan. Pertama, Sekolah Berbasis Komunitas (SBK) dan kearifan lokal. Dilaksanakan untuk melengkapi pendidikan formal yang ada sehingga peserta didik diharapkan memiliki motivasi, pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan daerahnya. Kedua, Beasiswa Peduli Generasi, yaitu Pemberian bantua sekolah dari kalangan masyarakat tidak mampu, guna meringankan biaya sekolah mereka, tanpa mengikat apa pun. Semua siswa sekolah yang berhak dan layak menerima beasiswa (setelah melalui proses seleksi internal PKPU Semarang), akan memperoleh beasiswa ini. Tujuan program ini adalah untuk membangun dan meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan praktis dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran, melalui konsep education for all bagi anak-anak yang kurang mampu, Membantu pemerintah dalam usaha wajib belajar 9 tahun, Memberikan pembinaan yang maksimal kepada penerima beasiswa. Dengan diberikannya beasiswa maka akan meningkatkan motivasi belajar anak. Sasaran dari
85
beasiswa peduli generasi ini adalah siswa SD, SMP, dan SMA yang bersekolah di negeri maupun swasta. Ketiga, Perpustakaan keliling merupakan sebuah program yang bertujuan meningkatkan minat baca kepada anak-anak, khususnya bagi anak-anak korban bencana. Karena melalui membacalah anak-anak akan dengan mudah menghilangkan trauma yang dialami ketika bencana. Dalam perpustakaan keliling terdapat, berbagai macam buku bacaan menarik, selain itu para relawannya diberikan kemampuan seorang pustakawan, mulai dari katalogisasi buku, pengolaan sirkulasi buku, perawatan buku, hingga manajemen perpustakaan. Sarana perpustakaan keliling ini bisa menggunakan motor atau mobil. Keempat,
Bedah
Sekolah
merupakan
sebuah
program
pendidikan untuk membantu sekolah-sekolah yang sudah tidak layak pakai, yaitu dengan membantu memperbaiki bagian-bagian yang dianggap rusak parah. Dalam program ini, masyarakat juga diajak untuk aktif berpartisipasi memperbaiki sekolah yang dibedah. 2. Program Ekonomi Program pemberdayaan dana zakat bagi kaum dhu’afa dalam bentuk pemberian modal, pelatihan dan pendampingan usaha, melalui beberapa program: a. Bina Ternak Qurban (Binter-Qu) b. Kelompok Swadaya Mustahiq (KSM) c. Koperasi Bina Usaha Sejahtera (Busra)
86
3. Program Kesehatan a)
Ibu Sadar Gizi (BUDARZI) Program Pondok Gizi Budarzi (PG Budarzi) merupakan program gizi masyarakat yang berorientasi pada pemeliharaan kesehatan dan gizi balita, pembangunan kesadaran masyarakat khususnya ibu untuk menerapkan kaidah gizi dan kesehatan dalam menyusun menu keluarga khususnya balita, mendampingi dan melayani serta memanfaatkan potensi lokal dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki status gizi masyarakat.
b)
Program Komunitas Sehat Terdiri dari Program Kesehatan Masyarakat Keliling Terpadu (Prosmiling Terpadu) yaitu program layanan kesehatan keliling yang dilaksanakan secara terpadu (berbagai program kesehatan di satukan dalam paket bersama) dan dikemas secara populis, yang dilaksanakan secara cuma-cuma bagi masyarakat fakir miskin yang tempat tinggalnya jauh dari akses pelayanan kesehatan. Selain Prosmiling, PKPU Semarang memiliki program Klinik Peduli yang didirikan di daerah-daerah minus dan bencana.
c)
Program Komunitas Hijau Komunitas
hijau
pemberdayaan
atau
green
masyarakat
community
(community
adalah
program
development)
yang
berorientasi pada perubahan perilaku masyarakat dalam hidup bersih dan sehat serta perbaikan kondisi lingkungan tempat tinggal.
87
Program ini dilakukan didaerah miskin dan membutuhkan perhatian berupa pendampingan kesehatan lingkungan. d)
Program Pendidikan Program pemberdayaan dana zakat dan infaq guna membantu meringankan biaya pendidikan dan pembekalan keterampilan bagi anak yatim dan dhu’afa serta pengangguran melalui beberapa program: a. Beasiswa Terpadu SD-SMA b. Beasiswa Pruduktif Mahasiswa c. Sekolah TK Islam Terpadu Gratis d. BLK Menjahit e. BLK Tekhnisi HP f. BLK Design Grafis
e)
Rescue dan Recovery Program penanggulangan bencana ini merupakan upaya untuk menolong korban bencana alam dan konflik kemanusian, yang terbagi menjadi : 1. Rescue Program ini dibuat untuk tanggap darurat saat terjadi bencana alam dalam bentuk evakuasi korban, penanganan pengungsi, pendirian posko kesehatan, rumah darurat, sekolah darurat, dan pendampingan pasca bencana.
88
2. Recovery Dalam memberikan bantuan, PKPU Semarang tidak hanya memberikan bantuan pada saat terjadi saja, tapi juga membantu untuk memulihkan kembalai kerusakan-kerusakan yang terjadi, seperti : a. Membantu mendirikan kembali sarana dan prasarana yang rusak (dari mulai jalan sampai sekolah). b. Membantu memulihkan korban paska bencana (memberiaka perawatan kesehatan lanjut dan pemeriksaan kesehatan secara berkala, mendirikan saat pendidikan darurat memberikan pendalaman rohani kepada korban bencana. c. Pemberian modal usaha bagi korban bencana. (Dokumen PKPU Semarang yang dikutip pada tanggal 30 November 2011) Dalam mengalokasikan anggaran, PKPU Semarang mempunyai kebijakan umum untuk program pendayagunaan. Target PKPU Cabang Jawa Tengah tahun 2011 Rp 4,5 milyar, dan alokasi pendayagunaan (70%) Rp 3,150 milyar. Adapun alokasi anggaran program pendayagunaan sebagai berikut:
89
Tabel 2 Alokasi anggaran program PKPU Jawa Tengah tahun 2011 Alokasi
persentase
Besaran Alokasi (Rp)
Pemberdayaan
80%
2.520.000.000
Charity
20%
630.000.000
Pemberdayaan, prioritas alokasi penganggaran Alokasi
persentase
Besaran Alokasi (Rp)
Prospek
15%
378.000.000
BUDARZI
15%
378.000.000
SBK
15%
378.000.000
Komunitas Hijau
15%
378.000.000
CBDRM
5%
126.000.000
Qurban
35%
882.000.000
Charity, prioritas penganggaran Alokasi
persentase
Besaran Alokasi (Rp)
Penanggulangan Bencana
45%
283.500.000
Prosmilling
10%
63.000.000
Voucher Yatim
15%
94.000.000
Ramadhan
30%
189.000.000
Sumber: dokumen PKPU Dalam menyalurkan dana, lembaga ini taat kepada peruntukan yang diniatkan oleh mereka yang memberi. Dana semacam ini diistilahkan sebagai dana terikat. Jika pemberi (muzakki) menyatakan bahwa dana yang ia berikan untuk disertahkan kepada korban konflik sosial di Ambon misalnya, PKPU Semarang akan menyampaikan sesuai dengan yang
90
diamanatkan. Demikian halnya dengan harta wakaf. Apabila wakif menyerahkan harta wakaf untuk keperluan mobil ambulans, PKPU akan menyalurkan sesuai dengan permintaan. Seandainya muzakki atau wakif menyerahkan ZIS atau harta wakafnya kepada PKPU tanpa tujuan tertentu lembaga ini pada umumnya mendistribusikannya untuk pemberdayaan masyarakat terutama pemberdayaan ekonomi.
91
BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI PKPU SEMARANG
4.1. Analisis Pengelolaan dana zakat, Infaq dan Shadaqah di PKPU Semarang. PKPU Semarang merupakan lembaga nirlaba milik masyarakat yang
bergerak
dibidang
penghimpunan
(fundraising)
dan
pendayagunaan dana ZISWA (zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf serta dana lainnya yang halal dan legal dari perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga). Didirikan 10 Desember 1999 lahirlah lembaga sosial yang bernama Pos Kemanusian Peduli Ummat, denga tekad menjadi LAZ yang amanah, professional dan akuntabel. Latar belakang berdirinya PKPU Semarang adalah melihat Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan, dan melihat Indonesia merupakan penduduk muslim terbesar di dunia memiliki professional zakat yang amat besar. Hanya saja, presentase masyarakat yang memiliki kesadaran menunaikan kewajiban zakat sesuai dengan ketentuan masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi zakat di Indonesia per tahun yang mencapai 19 triliyun rupiah. Hal ini yang menjadi perhatian adalah belum optimalnya penggunaan dana zakat. Kadang, penyaluran dana zakat hanya sebatas pada pemberian bantuan saja tanpa memikirkan kelanjutan dari
91
92
kehidupan si penerima dana. PKPU Semarang berusaha untuk mengatasi hal-hal tersebut. Selain berusaha membangkitkan kesadaran masyarakat
terhadap
zakat,
PKPU
Semarang
juga
berusaha
menyalurkan dana yang sudah diterima kepada mereka yang benarbenar berhak, dan berusaha mengubah nasib kaum mustahik menjadi muzaki atau mereka yang sebelumnya
menerima zakat menjadi
pemeberi zakat. PKPU Semarang secara efektif menjalankan aktivitasnya dengan basis database, dimana setiap donatur mempunyai nomor dan kartu anggota sehinnga kepedulian dan komitmen donatur dapat terukur Menyadari urgensi aspek penggalangan dana, PKPU Semarang memperaktikkan penggalangan dengan cara “menjemput bola. Dalam perkembangannya PKPU Semarang tidak saja menerapkan strategi tersebut. Lebih dari itu lembaga ini menerapkan konsep dan teori markting dalam hal penggalangan dana. Menurut Fatieh Abdul Azies, penggalangan pada dasarnya adalah samadengan menjual produk. PKPU Semarang dalam hal ini menjual program dan produk syariah. Produk yang dijual dalam bentuk program seperti program peduli pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Untuk menarik perhatian program-program PKPU Semarang diberi nama yang cukup baik, seperti yang telah disebutkan, SWADAYA (Beasiswa Dhuafa dan yatim); Prosmiling (Program Kesehatan Masyarakat Keliling),
93
Prospek (Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi), dan sebagainya. Sedangkan produk syariah yang dijual oleh PKPU Semarang berbentuk bagaimana seorang muslim mau membayar ZIS dan menyerahkan wakafnya. Produk syariah tersebut dikemas misalnya dengan nama “Infak Dunia Islam untuk Yatim”, Dana Sosial perusahaan (corporate Social Responsibility)”, dan seagainya. Secara umum system penggalangan dana yang dipakai adalah pertama, direct selling, conunseling, dan yang sedang dikembangkan e-selling dan e-banking, pemasaran dilakukan melalui fasilitas internet. Kedua, melalui surat menyurat biasa yang dibagikan anggota, simpatisan dan masyarakat luas. Ketiga, melalui promosi dan presentasi yang dilakukan beberapa perusahaan dan lembaga/badan usaha swasta dan pemerintah. Kelompok sasaran yang dibidik PKPU Semarang untuk menjadi target muzakki saat ini adalah perusahaanperusahaan pemerintah seperti BUMN, dan perusahaan swasta. Target ini dibidik oleh PKPU karena secara resmi BUMN memiliki kewajiaban untuk menyumbangkan dana bagi kesejahteraan sosial. Sedangkan bagi perusahaan swasta, lebih sebagai kewajiban moral. Cara-cara yang ditemuh oloeh PKPU Semarang untuk memasarkan produk syariahnya keperusahaan-perusahhan langsung mendatangi manajemen perusahaan, melalui badan dakwah Islam perusahaan, majlis taklim perusahaan, atau individu-individi kunci diperusahaanperusahaan
tertentu.
Dalam
rangka
mempromosikan
dan
94
mensosialisasikan program PKPU lembaga ini melakukan beberapa metode. Pertama, mendirika pengajian bulanan diperusahaanperusahaan. Pengajian ini bertujuan untuk membentuk sebuah komunitas
masyrakat
muslim
yang peduli
pada kemanusian
diperusahaan yang menjadi mitra PKPU Semarang. Kedua, PKPU Semarang mendatangi setiap kantor dan perusahaan secara door to door untuk mempromosikan program dan menggalang dana ZIS dan wakaf. Ketiga, membnetuk program khusus untuk penggalangan dana kemanusian jika terjadi kasus dan bencana seperti program peduli bencana nasional, dan sebagainya. Keempat, Dalam rangka menjaga keberlangsungan penghimpunan dana yang telah terkumpul, PKPU Semarang terus menjalin hubungan baik dengan donatur. Kelima, Dalam rangka melebarkan jaringan penggalangan dana, PKPU Semarang juga secara rutin mensosialisasikan berbagai program dan produknya kepada masyarakat luas baik melalui website, media cetak/eloktronik, sepanduk, pamphlet. Dalam upaya pengglangan dana tersebut, PKPU juga tidak terbatas pada penggalangan dana ditingkat lokal dan nasional tapi sudah membuktikan diri mampu menggalang dana dan bantuan dari luar negeri untuk masyarakat Indonesia. PKPU Semarang perna menerima bantuan daging dari Australia, bantuan alat-alat kesehatan dari Malaysia.
95
Badan pengumpul zakat seharusnya terdiri dari orang-orang yang terampil, menguasai masalah-masalah yang berhubungan dengan zakat, penuh dedikasi, jujur dan amanah. Jika pengelola zakat tidak jujur dan amanah, bisa saja ZIS tidak akan terampil sampai kepada mustahiq. Dengan melihat adanya perubahan system pengumpulan ZIS di PKPU Semarang, yakni dari door to door, melalui media dan pengajuan proposal menunjukan bahwa para amil telah memenuhi beberpa kriteria di atas, yakni terampil, menguasai masalah-masalah yang berhubungan dengan zakat, dan penuh dedikasi. Karena penggunaan sistyem yang terencana berhasil mendapatkan perhatian yang sangat serius sehingga mampu mencari solusi yang tepat yaitu dengan menggunakan system estafet, dan hasilnya pun bisa dikatakan lebih baik dari system sebelumnya.
4.2. Analisis pendistribusian dana Zakat, Infaq dan Shadaqah di PKPU Semarang Dalam
mendistribusikan dana zakat,
PKPU
Semarang
mengelompokan delapan asnaf yang disebut dalam al-quran menjadi dua katagori. Empat asnaf pertama merupakan asnaf yang sifatnya darurat sehingga lebih diperioritaskan dari empat asnaf berikutnya. Dari keempat asnaf pertama, yang paling diperioritaskan adalah pakir miskin. Golongan inilah yang dianggap paling membutuhkan. Selain
96
itu kelompok pakir miskin sering kali menjadi sasaran misi tertentu dari kalangan non muslim. Dalam pendistribusian dana zakat, ada empat payung program yang meliputi empat bidang yaitu: kesehatan, pendidikan, ekonomi dan rescue. Dilihat dari sifatnya, program tesebut dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: rescue (gawat darurat); rehabilitas; pembanguanan komonitas. Selama ini PKPU Semarang mendistribusikan dana ZIS yang berhasil digalang keempat bidang di atas. Dari pengalaman PKPU Semarang memiliki keunggulan untuk mendistribusikan dana zakat dalam program yang sifatnya perlu penanganan yang cepat, seperti peristiwa gempa, banjir dan sebagainya. Selain itu, dalam penanganan bencana alam PKPU Semarang
melaksanakan program lebih lanjut
dalam bentuk
rehabilitasi dan pembangunan komunitas. Hingga sekarang ini pengelolaan zakat di Semarang dapat dikatakan belum tarlaksana dengan baik. Walaupun pencanangan zakat sebagai modal umat Islam untuk pembangunan dan memerangi kemelaratan dengan cara yang lebih prinsipil sudah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Suharto, melalui pidato sambutanya pada peringatan Isro‟ Mi‟raj Nabi Muhammad SAW. Di istana Negara pada tanggal 26 Oktober 1968 (Departemen agama RI dalam buku Pedoman Zakat, 1999 : 403-409), namun sampai hari zakat dengan segala kemampuannya belum berhasil menepis kemelaratan yang menindih kehidupan sebagian wilayah Semarang.
97
Harta yang berhasil dihimpun sebelum dibagikan hanya disimpan, tidak di kelola apalagi di kembangkan. Berapa jumlah yang terkumpul begitu pula yang didistribusikan. Pada halnya idealnya jumlah yang didistribusikan kepada mustahik harus lebih banyak atau besar dibanding
yang
dikumpulkan
karena
berkembang
melalui
pengelolaan. Dengan demikian dapat dikatan kegiatan pengelola zakat (badan amilzakat) sampai sekarang ini baru mampu menyentu sisi pengumpulan dan pendistribusian, itupun pada umumnya langsung didistribusikan oleh PKPU kepada mustahiq, akibat dari minimnya upaya dan kegiatan pengelolaan harta zakat seperti diuraikan di atas, maka mudah dipahami jika kinerja zakat sampai hari belum mencapai tujuan
sebagaimana
yang
diharapkan.
Zakat
belum
mampu
menyantuni para fakir miskin secara berkesinambungan. Zakat belum mampu memberdayakan kaum fakir
dan miskin selama ini
termarjinalkan. Besaran dana zakat yang terhimpun belum seimbang dengan hasil dan manfaat yang didapat Untuk meningkatkan kinerja zakat dimasa yang akan datang diperlukan pemikiran kreatif dan tindakan nyata dari semua pihak, terutama Badan Amil Zakat yang telah ditunjuk dan diangkat oleh pemerintah. Dalam hal pendistribusian zakat kepada penerima zakat PKPU Semarang membaginya 12% untuk amil dalam hal ini pihak PKPU
98
Semarang dan sisanya pada tujuh asnaf yang lain dengan beberapa program yang terencana bagi kemeslahatan umat. Untuk pemberian uang zakat bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat PKPU Semarang mengeluarkannya dengan beberapa pertimbangan yang matang dengan melakukan surve mulai dari penghasilan, rumah, dan bentuk usahanya, ini dilakukan agar uang dari hasil zakat itu tepat guna dan dapat berputar untuk membantu yang lainnya. Karena tujuan utama dan esensi dari zakat adalah untuk melatih kemandirian bagi penerima dana zakat menjadikan PKPU Semarang yang tetap eksis dan melakukan pengelolaan zakat untuk usaha produktif dan diharapkan setelah mereka mandiri, bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan dalam jangka panjang mereka tidak menggantungkan hidup dari uluran tangan orang lain. Pada dasarnya zakat harus diterima langsung oleh mustahiq. Namun
demikian,
memang
diperlukan
suatu
kebijakan
dan
kecermatan dalam mempertimbangkan kebutuhan nyata dari mereka termasuk kemampuan mereka dalam menggunakan dana zakat yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan hidupnya, sehingga pada gilirannya yang bersangkutan tidak lagi menjadi mustahiq zakat tapi mungkin juga pemberi zakat. Jadi zakat diarahkan bukan semata-mata untuk keperluan sesaat yang sifatnya konsumtif. Seyogyanya mustahiq tidak diberi zakat lantas dibiarkan tanpa ada pembinaan yang mengarah pada
99
peningkatan. Para ulama Imam Syafi‟i, Imam Nawawi menyatakan bahwa jika mustahiq zakat yang mempunyai keterampilan atau keahlian tertentu, misal perdagangan diberikan modal berdagang, yang punya keterampilan menjahit, potong rambut, berkebun, petani dan sebagainya diberi, keahliannya.
modal alat-alat
yang sesuai dengan
Jumlah modal kerjanya tentu disesuaikan jenis
perkerjaan dan kondisi orang tersebut, sehingga dengan modal usaha yang diberikan memungkin kan mereka memperoleh keuntungan yang dapat memenuhi kebutuhan pokok. Selama ini zakat selalu digunakan secara konsumtif, padahala masalah penggunaannya telah diseminarkan beberapa tahun yang ( Desember 1986) yang dihadiri oleh pakar Islam, tetapi realisasi rekomendasinya seharusnya
belum
diinfestasikan
begitu
nampak
dan
dijadikan
dimasyarakat.
Zakat
modal
untuk
kerja
membentuk badan usaha yang produktif, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan tarap hidup masyarakt miskin. Selama ini pendistribusian zakat masih menggunakan pola konsumtif. Ini tidak sejalan dengan misi dan tujuan zakat. harus ada pembaruan pengelolaan zakat, jadi jangan beri mereka ikan, tetapi berikan mereka kail, Meski dalam sekala kecil, karya nyata yang ditunjukan oleh PKPU Semarang sangat membantu perkembangan usaha pedagang pedagang kecil. Dana zakat yang masuk ke PKPU Semarang
100
disalurkan dalam bentuk pembiayaan dan untuk mengembalikan pinjaman dipeminjaman dapat mengangsur tiap hari, tidak dikenakan bunga, tetapi peminjam bebas untuk memberikan kelebihan pinjaman yang berasal dari keuntungan. Langkah yang dilkukan oleh PKPU Semarang patut dicontoh oleh lembaga lain,
baik lembaga pemerintah atau lembaga
perekonomian umat lainnya. Disaat badai krisis belum berlalu usaha kecil menengah yang secara nyata dapat bertahan belum mendapatkan perhatian dari pemerintah padahal, keberadaan usaha kecil menengah memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu sekitar 40% terhadap PDB Nasional. PKPU Semarang memang mengendepankan pelayanan yang prima bagi para muzakkinya. PKPU memberikan kemudahan bagi para donatur yang ingin memberikan dana zakatnya, bisa melalui bank, sms, antar jemput zakat, semangat PKPU memang harus kita apresiasikan. Kita lihat semangat PKPU dalam mensosialisasikan zakat. a. Semangat Menyadarkan Umat (Spirit of Consciousness) Semangat para amil mau tidak mau harus menjadi motor dalam penyadaran umat atas penting dan perlunya berzakat. Hal ini tidaklah berlebihan, karena sebenarnya idealnya penyadaran umat ini menjadi tugas Negara melalui ketetapan hukum negara (jika system pemerintahannya mengadopsi system pemerintahan Islam yang mewajibkan bagi masyarakatnya untuk berzakat), namun hal
101
itu tidak dilakukan di Indonesia karena Indonesia bukanlah negara Islam yang bisa memaksa bahkan memerangi bagi mereka yang membangkang karena tidak mau membayar zakat. Oleh karena itu jika otoritas negara tidak dalam posisi untuk melakukannya, maka para amil dan da‟i yang memahami pentingnya berzakat bagi pemberdayaan umat, harus menjadi motor penggerak dalam penyadaran ini. Hal inilah yang dilkukan oleh PKPU dalam mempromosikan zakat, infak dan sedekah. Fenomena „unik‟ inilah yang terjadi dalam pengembangan zakat di negeri kita. Meskipun pengembangannya terkadang harus bottom-up, namun dengan keikhlasan dan semangat menyadarkan umat, membuat PKPU Semarang seakan pantang menyerah demi hadirnya civil society di negeri ini. b. Semangat Melayani Secara Profesional (Spirit of Professional Services) Bayangkan bila seorang amil dapat bekerja secara sangat profesional. Yang akan muncul setelah itu adalah timbulnya kepercayaan terhadap PKPU. Kepercayaan yang tinggi terhadap lembaga yang dikelola secara profesional pada gilirannya akan membuat gairah tersendiri dalam menyalurkan zakat bagi para muzakki. Efek jangka panjangnya adalah kemampuan menghimpun potensi zakat umat Islam yang luar biasa besar itu. Selanjutnya, bila zakat berhasil dikumpulkan dengan baik, dan berhasil dikelola
102
dengan penuh amanah, maka persoalan klasik umat yang selama ini tak kunjung selesai, yakni hubungan harmonis si kaya dan si miskin akan dapat dijawab dengan baik. c. Semangat Berinovasi Membantu Mustahik (Spirit of Inovation) Kemajuan sebuah lembaga akan bergantung pada inovasi. Ini juga berlaku pada PKPU Semarang tanpa inovasi, lembaga ini hanya akan berkutat pada pekerjaan yang sama dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, PKPU memiliki orang-orang yang inovatif dalam menemukan peluang sekecil apapun dalam memberdayakan masyarakat yang membutuhkan. Setiap LAZ-LAZ besar, saat ini banyak memiliki program-program unik dalam memikat hati muzakki. Program unik inilah yang membuat muzakki luluh hatinya menyerahkan dananya kepada PKPU Semarang.
4.3. Analisis faktor pendukung dan penghambat pendistribusian dana zakat pada PKPU Semarang. Dalam perjalanannya PKPU Semarang dalam pengelolaan dan pendistribusian zakat, infaq dan shadaqah membutuhkan peran serta masyarakat luas dalam rangka mengevaluasi demi tercapainya tujuan. Oleh karena itu penulis mencoba menganalisis faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat pengelolaan zakat, dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treathment)
103
Strength ( kekuatan) 1. PKPU Semarang sudah mempunyai konsep panduan yang jelas tentang pelaksanaan pengelolaan, dan pendistribusian zakat berupa; tentang tata tertib pengelolaan dan pendistribusian zakat, mekanisme dan pola pendampingan dan lain-lain secara lengkap. 2. Loyalitas karyawan yang tinggi terhadap Islam dan lembaga Amil Zakat PKPU Semarang. 3. Lyalitas pendamping program yang tinggi terhadap Islam dan lembaga Amil Zakat PKPU Semarang. 4. Sudah memiliki muzaki tetap. Weakness (kelemahan) 1. Keterbatasan alokasi dana untuk setiap program 2. Keterbatasan
jumlah
SDM
pada
kepengurusan
PKPU
Semarang. 3. Terbatasnya
sarana
transportasi
untuk
operasional
pendampingan. 4. Terbatasnya kapasitas kemampuan pendamping. Opportunity (peluang) 1. Adanya
stakeholder
(muzakki,
lembaga-lembaga
social,
lembaga pemerintah, lembaga swasta, dan lainnya) yang peduli dengan masalah kemiskinan.
104
2. Undang-undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. 3. Keputusan Menteri Agama RI nomor: 373 tahun 2003 tentang pelaksanaan undang-undang nomor: 38 tahun 1999. 4. Keputusan direktur jendral bimbingan masyarakat Islam dan urusan haji nomor D/291 tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat. 5. Banyaknya lembaga yang mempunyai program pemberdayaan yang serupa. Treathment (tantangan atau ancaman) 1. Tuntutan kebutuhan hidup yang semakin berat. 2. Banyaknya lembaga konfensional yang menawarkan pijaman usaha dengan pengembalian secara kridit berbunga. 3. Banyaknya keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan. Langkah-langkah yang dilakukan oleh PKPU Semarang dalam kaitannya dengan kendala-kendala dalam pelaksanaan pengelolaan zakat agar lebih baik ke depannya adalah: a. Mengadakan penyuluhan tentang pengelolaan zakat, khususnya mengenai apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab pengelolaan zakat. b. PKPU akan berusaha meningkatkan pendapatan dana zakat. c. PKPU akan mengadakan pelatihan pengelolaan zakat.
105
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sesudah menguraikan hal-hal yang berkenaan dengan zakat dan pengelolaan zakat dan infaq atau shadaqah di Kabupaten Semarang maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan: 1. Pengelolaan dana zakat dan infaq atau shadaqah pada PKPU Semarang dilakukan sesuai ketentuan syariat Islam dan peraturan perundangan yang berlaku. 2. Dengan dikeluarkannya UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat maka penunaian kewajiban zakat lebih terorganisir dan sesuai dengan tujuan diwajibkannya zakat sehingga lebih berhasil guna dan berdaya guna. Sebagai pendukung utama kegiatan PKPU Semarang adalah adanya respons positif dari Pemerintah dan DPRD Kabupaten Semarang melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2004. 3. Campur tangan pemerintah diperlukan dalam pengelolaan zakat karena pengelolaan zakat adalah perbuatan hukum publik yang merupakan wewenang dan tanggung jawab pemerintah atau lembaga yang disahkan oleh pemerintah. 4. Mendistribusikan dana zakat kepada para mustahiq dengan cara produktif. Zakat diberikan sebagai modal usaha, yang akan mengembangkan usahanya itu agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sepanjang hayat. 105
106
5. Pendistribusian zakat boleh dilakukan dengqan dua cara: konsumtif dan produktif. Bagi yang memiliki badan yang kuat zakat diberi dengan produktif. Bagi yang tidak memiliki badan yang kuat boleh diberi secara konsumtif dan lebih baik produktif, tetapi di bawah pengawasan. Zakat produktif tidak bertentangan dengan prisip-prinsip syari’at Islam, bahkan sesuai dengan prinsip disyari’atkanya zakat dan sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip ekonomi Islam serta nilainilai sosial. Zakat produktif boleh berupa pemberian dan pinjaman, sesuai dengan keadaan dan persedian dana zakat. 6. Pendistribusian
zakat
produktif
dilaksnakan
dengan
metode
pendekatan structural atau pendekatan kebutuhan dasar. Pendekatan ini lebih mengutamakan pertolongan secara kontinu dan langsung mengatasi serta memecahkan sebab-sebab kemiskinan dan kelemahan seorang mustahiq. 7. Kendala yang dihadapi PKPU Semarang dalam pengelolaan dan pendistribusian zakat adalah: kurangnya tenaga tenaga PKPU dalam melaksanakan pengawasan, terbatasnya waktu dalam melaksanakan pengawasan, keterlambatan dari pengelolaan zakat dalam membuat laporan keungan, anggaran dari pengelolaan zakat.
B. Saran-saran 1. Hendaknya pengelolaan zakat secara produktif dikembangkan dan dibudayakan di Indonesia. Karena Indonesia memiliki banyak sumber
107
zakat dan cukup potensial. Apalagi dilihat dari segi jumlah, umat Islam yang menjadi wajib zakat dan jenis harta yang dikenai wajib zakat, di Indonesia masih yang terbanyak. 2. Hendaknya umat Islam, khususnya para mustahq dan lebih khusus lagi fakir miskin menyadari, bahwa zakat dapat membantu mereka keluar dari masalah kesulitan ekonomi, sosial dan pendidikan. 3. Pengelolaan zakat (pemerintah/lembaga zakat), hendaknya selalau memikirkan dan merencanakan pengembangan zakat, khususnya di bidang pendayagunaan, pendistribusian zakat, karena esensi dan tujuan zakat akan dapat terlihat, bila pendistribusiannya dilakukan dengan baik dan tepat. Zakat dapat berguana dan berhasil guna bagi masyarakat, khususnya bagi para mustahiq, apabila mengunakan cara pemberian yang tepat. 4. Hendaknya pengelolaan zakat diiringi dengan: a. Pengelolaan lembaga zakat dengan managemen modern dan profosional. b. Adanya amil yang jujur, adil dan bertanggung jawab. c. Pengumpulan zakat secara maksimal. d. Kebijakan pemerintah (UU) yang mengatur tentang pengelolaan zakat secara jelas, adil dan bijakasana. e. Hendaknya para mustahiq, muzakki dan amil, menjadkan zakat sebagai daya dorong pertumbuhan ekonomi rakyat
108
C. penutup Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya karena keterbatasan penulis. Untuk itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, semoga karya ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak. Amin Ya Robbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA Asnaini, 2008, Zakat Produktif Dalam Prespektif Hukum Islm, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Sudirman, 2007, “zakat dalam pusaran arus modernitas “, malang, UIN malang. Hafidhuddin, Didin dkk, 2008,”The Power of Zakat”, Malang, UIN-Malang Press. Hafidhuddin, Didin, 2007, “Harta Berkah dan Bertambah”Jakarta:Gema Insani. Muhammad, 2002, “Zakat Profesi Wacana Pemikiran Zakat Dalam Fiqih Kontemporer”, Jakarta: Salemba Diniyah. Departemen Agama Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Direktorat Urusan Agama Islam, 1997/1998. Djuanda, Gustian DKK, 2006, “Zakat Pengurang Pajak Penghasilan”, PT Raja Grafindo persada Fakhruddin,2008, ”Fiqh Dan Manajemen Zakat”, UIN Malang, Press:Malang Ash-Shidieqy, Hasbi, 2009, Pedoman Zakat, Semarang, Pustaka Rizki Putra.. Koentjaraningrat, 1994, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian,Jakarta, PT. Asdi Mahasatya. ________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cet. Ke-XIII. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, J Lexy. 2002. Metode penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Qardawi, Yusuf, 2005, Spektrum Zakat (Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan), Jakarta. Zikrul Hakim. Qardawi, Yusuf, 2010, Hukum zakat, Jakarta. Litera Antar Nusa.Al-utsaimin, Syaikh Muhammad bin Salih, 2008, Fatwa-fatwa Zakat, Jakarta. Darus Sunnah Press. Sugono, Bambang 2003. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Grafindo Persada. Amirudin dan Zainal Asikin, 2004.
Pengantar Metode Penelitian Hukum.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. S. Margono. 2004 Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Suryabrata, Sumadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Narbuko, Chalid dan Abu Ahmad. 2007. Metode Penelitian Jakarta: Bumi Aksara. Suryabrata, Sumadi. 2005. Metode Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hasan, Muhammad. 2011. Manajemen zakat ( Model Pengelolaan Yang Efektif),Yogyakarta, Idea Press Kartika Sari Elsi, 2006. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta, PT Grasindo.
DAFTAR WAWANCARA DI PKPU SEMARANG
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya PKPU Semarang? 2. Apa visi dan misi didirikannya PKPU Semarang? 3. Bagaimanakah struktur organisasi PKPU Semarang dalam menjalankan fungsinya ? 4. Apakah PKPU pernah memberikan sosialisasi tentang pengelolaan zakat,? 5. Apa yang melatar belakangi adanya pengelolaan dana ZIS di PKPU Semarang? 6. Langkah kongkrit apa yang dilakukan agar pengeloaan zakat berjalan menjadi lebih baik ? 7. Siapakah yang menjalankan Semarang?
pengelolaan zakat dalam tubuh PKPU
8. Bagaimanakah kedudukan dan wewenang dalam struktur organisasi PKPU Semarang? 9. Bagaimana tahapan pengelolaan tersebut? 10. Apa fungsi pengelolaan zakat yang dilakukan PKPU Semarang? 11. Apa saja obyek zakat yang diberlakukan terdapat di PKPU Semarang? 12. Bagaimana sistem evaluasi pengelolaan terhadap dana ZIS? 13. Apa yang dilakukan komisi pengelolaan ketika terjadi penyimpangan terhadap pelaksanaan pengelolaan dana ZIS? 14. Darimana sajakah usulan mustahiq, menerima dana Zakat? 15. Menurut Anda, apakah pengelolaan ZIS sudah maksimal dan efektif? 16. Seperti apa pendistribusian zakat yang dilakukan PKPU dalam menyalurkan zakatnya? 17. Dalam mendistribusikan zakat apakah PKPU memberikan zakatnya itu ke 8 asnaf? 18. Kreteria apa yang berhak menjadi muzakki yang dilakukan PKPU Semarang? 19. Setelah zakat tersalurkan langkah apa lagi yang diambil PKPU? 20. Apakah ada pendampingan setelah zakat diberikan kepada muzakki?
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: M.Ridwan
Tempat/Tanggal Lahir
: Pontianak,5 Januari 1986
Alamat
: Wonosari Rt 005 Rw 008 Des/ Kel. Wonosari Kec. Ngaliyan
Riwayat Pendidikan
: SDN Sungai Deras 07 Lulus Tahun 1999 MTS Hidayatul Muslimin Lulus Tahun 2002 MA Sunan Katong Lulus Tahun 2007 Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Demikian
biodata
saya
buat
dengan sebenarnya
untuk
dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 27 Desember 2011 Penulis
M. Ridwan