EFEKTIVITAS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS) BERBASIS SENTRA TERNAK DOMBA (Studi Kasus: Sentra Ternak Domba Cimande Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS))
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh : RIZA RIZKY PRATAMA NIM : 106046101688
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H / 2011M
EFEKTIVITAS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS) BERBASIS SENTRA TERNAK DOMBA (Studi Kasus: Sentra Ternak Domba Cimande Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS))
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Oleh :
Riza Rizky Pratama NIM. 1060 4610 1688
Pembimbing
Ir. H. Muhamad Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Ec., Ph.D. NIP. 196106241985121001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) Berbasis Sentra Ternak Domba (Studi Kasus: Sentra Ternak Domba Cimande Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS))” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 10 Maret 2011 Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM. NIP: 195505051982031012 Panitia Ujian Munaqasyah 1. Ketua
: Dr. H. Ahmad Mukri Aji, M.A. NIP: 195703121985031003
(………………….)
2. Sekretaris
: Mu’min Rouf, S.Ag., MA. NIP: 150281979
(………………….)
3. Pembimbing
: Ir. H. Muhamad Nadratuzzaman (………………….) Hosen, MS, M.Ec., Ph.D. NIP: 196106241985121001
4. Penguji I
: Prof. Dr. H. Fathurrahman Jamil, M.A. NIP: 196011071985051001
(………………….)
5. Penguji II
: Djaka Badranaya, S.Ag., ME. NIP: 197705302007011008
(………………….)
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 Rabi’ul Akhir 1432 H 12 Maret 2011 M
RIZA RIZKY PRATAMA
iv
ABSTRAK RIZA RIZKY PRATAMA. NIM 106046101688. Efektivitas Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) Berbasis Sentra Ternak Domba (Studi Kasus: Sentra Ternak Domba Cimande Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)). Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1432 H / 2011 M. Isi: xiv + 92 halaman + 10 lampiran, 32 literatur (1973-2010). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas pendayagunaan dana ZIS berbasis sentra ternak domba. Selama ini Indonesia masih menggantungkan hewan ternak dengan impor dari Australia sebanyak 450 ribu ekor per tahun. Oleh karena itu BAZNAS membentuk sentra ternak domba Cimande guna mewujudkan penyediaan bahan pangan hewani berbasis dana zakat, infaq dan shadaqah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanasi dan eksploratif. Pengumpulan data melalui observasi ke lapangan, wawancara, dan studi dokumentasi terhadap laporan keuangan program sentra ternak domba. Analisis data menggunakan teknik Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio untuk menganalisis pengaruh program terhadap kondisi kinerja keuangan sentra ternak domba, Wilcoxon Signed Rank Test untuk menganalisis pengaruh program terhadap kondisi ekonomi karyawan sentra ternak antara sebelum dan sesudah mengikuti program, dan analisis SWOT terhadap pelaksanaan program sentra ternak. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa usaha penggemukan dan pembibitan domba di desa Cimande sebagai basis program pendayagunaan dan ZIS merupakan salah satu cara yang terbilang cukup efektif dalam meningkatkan pendapatan para karyawan sentra ternak, membuka lapangan pekerjaan di desa dan mengurangi arus urbanisasi ke kota. Dari hasil analisis SWOT didapatkan keunggulan program yaitu potensi desa Cimande sangat cocok dijadikan sebagai sentra ternak domba dan kekurangan dari program adalah dana yang dialokasikan untuk program sentra ternak domba masih kurang serta belum adanya pendampingan secara intensif dari pihak BAZNAS untuk membina para karyawan sentra ternak dan mustahiq. Kata Kunci: Pendayagunaan Dana ZIS, Sentra Ternak Domba, BAZNAS, Profitability Index, Wilcoxon Signed Rank Test, Analisis SWOT. Pembimbing
: Ir. H. Muhamad Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Ec., Ph.D. NIP. 196106241985121001
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “Efektivitas Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) Berbasis Sentra Ternak Domba (Studi Kasus: Sentra Ternak Domba Cimande Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)), maka penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada : 1. Bapak Prof. DR. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag., dan Bapak Mu’min Rauf, M.Ag., Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Ir. H. Muhamad Nadratuzzaman Hosen, MS., M.Ec., Ph.D. atas segenap waktu, arahan, motivasi, dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini. 4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. 5. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian. vi
6. Segenap pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum atas kemudahan yang penulis rasakan selama pengumpulan literatur, dan staf dari berbagai perpustakaan di beberapa universitas di Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 7. Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik, Bapak Ricky dan Bapak Budi, staf ahli ketua umum dan staf divisi pendayagunaan ZIS BAZNAS, atas waktu, saran dan masukan yang telah diberikan kepada penulis hingga penulisan skripsi ini selesai. 8. Bapak H. Bunyamin, penanggung jawab program sentra ternak domba BAZNAS, Mang Acep dan karyawan sentra ternak lainnya, yang banyak membantu penulis dalam memperoleh data program sentra ternak hingga selesainya skripsi ini 9. Kepala Desa Cimande Hilir dan jajarannya atas data demografi yang diberikan kepada penulis. 10. Ayahanda Drs Ali Rahayu, Ibunda Alfrida Ilyusniwati, dan kakak-adikku (Maharani Aliawati dan Alia Rahmawati), yang senantiasa memberiku semangat dan motivasi sehingga terselesaikannya skripsi ini. 11. Kawan-kawan seperjuangan di LiSEnSi (Lingkar Studi Ekonomi Syariah) dan FoSSEI (Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam) atas kebersamaan dalam dakwah bernuansa ilmiah. 12. Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006, terutama PSD 2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan.
vii
13. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini baik moril maupun material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullahu Khairul Jaza.
Ciputat, 7 Rabi’ul Akhir 1432 H 12 Maret 2011 M
RIZA RIZKY PRATAMA
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN..................................................
iii
LEMBAR PENYATAAN.....................................................................................
iv
ABSTRAK.............................................................................................................
v
KATA PENGANTAR...........................................................................................
vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................
xii
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR...................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................
1
B. Pembatasan Masalah.......................................................................
6
C. Perumusan Masalah........................................................................
7
D. Tujuan Penelitian...........................................................................
7
E. Manfaat Penelitian..........................................................................
8
F. Metodologi Penelitian....................................................................
9
G. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu............................................
15
H. Sistematika Penulisan....................................................................
22
TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori...............................................................................
24
1. Teori Efektivitas .........................................................................
24
a. Pengertian Efektivitas .............................................................
24
b. Cara-Cara Mengukur Efektivitas............................................
25
2. Teori Pendayagunaan ZIS..........................................................
29
a. Definisi Zakat........................................................................
29
b. Hukum Zakat...…..................................................................
31
ix
BAB III
c. Syarat-Syarat Wajib Zakat.....................................................
33
d. Macam-Macam Zakat...........................................................
38
e. Hikmah dan Manfaat Zakat...................................................
39
f. Definisi dan Jenis-Jenis Pendayagunaan ZIS........................
42
3. Teori Kemiskinan......................................................................
44
a. Definisi Kemiskinan..............................................................
44
b. Konsep Kemiskinan..............................................................
46
1. Kemiskinan Absolut dan Relatif......................................
46
2. Kemiskinan Kultural dan Struktural...................................
48
B. Kerangka Konseptual......................................................................
49
C. Hipotesis..........................................................................................
50
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PROGRAM SENTRA TERNAK DOMBA BAZNAS A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................
51
1. Letak Geografis..........................................................................
51
2. Keadaan Penduduk.....................................................................
52
3. Tingkat Pendidikan.....................................................................
54
B. Gambaran Umum Program Sentra Ternak Domba BAZNAS.......
57
1. Latar Belakang...........................................................................
57
2. Gambaran Umum Program........................................................
58
3. Tujuan, Sasaran dan Manfaat....................................................
59
4. Target Wilayah Geografis.........................................................
61
5. Target Penerima Manfaat Program...........................................
61
6. Tahapan Pelaksanaan Program DTM Cimande........................
61
7. Dampak Eksekusi Program Sentra Ternak Cimande...............
63
8. Keunggulan Program...............................................................
63
9. Pengawasan, Laporan, Evaluasi dan Audit.............................
64
10. Risiko dan Kelonggaran..........................................................
64
x
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Temuan Penelitian..............................................................
66
1. Karakteristik Karyawan Sentra Ternak Domba BAZNAS...
66
2. Karakteristik Program Sentra Ternak Domba BAZNAS......
68
3. Kendala yang Dihadapi dalam Program................................
69
B. Analisis Efektivitas Pendayagunaan ZIS Berbasis Sentra Ternak Domba...............................................................................................
73
1. Analisis Program Berbasis Perhitungan Kinerja Keuangan..
73
2. Analisis Perubahan Kondisi Ekonomi Karyawan Sentra
BAB V
Ternak....................................................................................
78
3. Analisis Dampak Program terhadap Kehidupan Sosial.........
81
C. Analisis SWOT Program Sentra Ternak Domba BAZNAS...........
83
1. Kekuatan/Strenghts..................................................................
83
2. Kendala/Kelemahan/Weakness................................................
83
3. Peluang/Opportunity................................................................
84
4. Kendala/Ancaman/Threats.......................................................
84
5. Analisis Matriks SWOT Kearns..............................................
85
PENUTUP A. Kesimpulan.....................................................................................
88
B. Saran...............................................................................................
91
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
93
LAMPIRAN.............................................................................................................
96
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1.1.
Indikator Kemiskinan Sebelum dan Sesudah Adanya Distribusi
16
ZIS Tabel 3.1.
Jumlah Penduduk Desa Cimande Hilir
52
Tabel 3.2.
Keadaan Penduduk Berdasarkan Golongan Umur dan Jenis
53
Kelamin Di Desa Cimande Hilir Tahun 2010 Tabel 3.3.
Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Cimande Hilir 2010
54
Tabel 3.4.
Data Lembaga Pendidikan Desa Cimande Hilir 2010
55
Tabel 3.5.
Kualitas Angkatan Kerja Desa Cimande Hilir 2010
56
Tabel 3.6.
Tahapan Pencapaian Sentra Ternak Cimande
62
Tabel 3.7.
Dampak Eksekusi Program Sentra Ternak Cimande
63
Tabel 4.1.
Laporan Arus Kas Peternakan Domba BAZNAS Di Cimande
76
Periode 2008 - 2010 Tabel 4.2.
Matriks SWOT Kearns
85
xii
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR Gambar 2.1.
Bagan Pendayagunaan ZIS
43
Gambar 2.2.
Kerangka Konseptual
49
Gambar 3.1.
Gambaran Umum Program Sentra Ternak Cimande
58
Gambar 3.2.
Pola Pengembangan Program Sentra Ternak Cimande
59
Grafik 4.1.
Umur dan Jumlah Tanggungan Karyawan Sentra Ternak
66
BAZNAS Grafik 4.2.
Tingkat Pendidikan Karyawan Sentra Ternak Cimande
67
Grafik 4.3.
Pekerjaan Karyawan Sentra Ternak Sebelum Adanya Program
68
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Hasil Perhitungan SPSS..............................................................................................
96
Panduan Wawancara...................................................................................................
98
Kuesioner Penelitian Karyawan Sentra Ternak..........................................................
104
Daftar Fakir Miskin Penerima Infaq Sodaqoh Di Wilayah Desa Cimande Hilir.......
105
Dokumen Internal Program Sentra Ternak Domba BAZNAS..................................
108
Buku Kas Peternakan Domba BAZNAS...................................................................
116
Surat Penelitian/Wawancara Ke Kepala Desa Cimande Hilir....................................
146
Surat Penelitian/Wawancara Ke Bapak Bunyamin (Tawakkal Farm)........................
147
Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi..........................................................
148
Surat Keterangan Dari BAZNAS...............................................................................
149
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Saat ini kemiskinan dan pengangguran masih menjadi masalah utama pembangunan Indonesia. Di samping itu, hal ini diperparah oleh krisis keuangan global pada pertengahan 2008 lalu yang dampaknya hingga kini masih bisa dirasakan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2009 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai angka 32,53 juta jiwa atau sebesar 14,15 persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 226,72 juta jiwa. Sedangkan pada periode Maret 2010, jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan mengalami penurunan sebesar 1,51 juta jiwa. Meskipun mengalami penurunan, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu 31,02 juta jiwa atau sebesar 13,33 persen. Kemiskinan tersebut terutama terjadi di daerah pedesaan. Pada periode Maret 2010, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan adalah 19,92 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan adalah 11,09 juta jiwa. Artinya, total penduduk miskin yang berada di daerah pedesaan dari 2009 s.d. 2010 mencapai 66,09 persen (BPS, 2010). Namun demikian pemerintah terus berupaya membendung kenaikan angka kemiskinan melalui berbagai kebijakan, mulai dari stimulus fiskal hingga berbagai program bantuan sosial. Diharapkan
1
hingga tahun 2011 tingkat kemiskinan dapat lebih berkurang seiring pemulihan ekonomi global yang saat ini tengah berjalan. Namun di tengah proses tersebut, ternyata antara cita-cita dan realita masih jauh panggang dari api. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM)
Nasional 2004-2009, pemerintah mematok target penurunan angka kemiskinan dan pengangguran berturut-turut berada pada level 8% dan 5%. Namun fakta di lapangan menunjukkan target tersebut melenceng jauh dari perkiraan menjadi masing-masing 14% dan 8%1. Di samping itu kontroversi seputar data kemiskinan dan pengangguran telah menjadi arena debat publik yang semakin memperkeruh proses pengentasan kemiskinan di negeri ini. Setidaknya terdapat dua hal pokok yang mendasari perdebatan tersebut. Pertama, ketiadaan garis kemiskinan yang fair dan well defined. Meskipun garis kemiskinan BPS kini telah semakin well defined namun dipandang sangat konservatif dan kurang sensistif terhadap perubahan garis kemiskinan. Sebagai contoh seperti yang dilansir Indonesia Zakat and Development Report (IZDR) 2010, dengan mempergunakan garis kemiskinan Rp. 152.000 per kapita per bulan, BPS menghasilkan jumlah orang miskin 39,05 juta (17,75%) untuk tahun 2006. Angka ini terlihat sangat konservatif. Untuk tahun yang sama, Bank Dunia dengan mempergunakan garis kemiskinan US$ 2 per kapita per hari, mendapatkan angka kemiskinan adalah 49,0% atau sekitar 107,8 juta jiwa, ekuivalen dengan jumlah 1
PEBS-FEUI, Indonesia Zakat and Development Report: Menggagas Arsitektur Zakat Indonesia – Menuju Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Sipil dalam Pengelolaan Zakat Nasional (Jakarta: CID Publishing, 2010), h. 3.
2
seluruh penduduk Malaysia, Vietnam dan Kamboja2. Kedua, data kemiskinan yang dikeluarkan BPS adalah data agregat (nasional) yang merupakan hasil estimasi sampel. Data seperti ini tidak bisa dijadikan sebagai basis data program pengentasan kemiskinan yang bersifat targeted. Sebagai contoh, untuk program JPS dan Raskin pemerintah mempergunakan data kemiskinan dari BKKBN yang relative lebih jelas tentang siapa dan dimana orang miskin berada karena berbasis data populasi walaupun kriterianya sangat kualitatif dan cenderung diragukan obyektifitasnya. Sedangkan untuk program BLT (Bantuan Langsung Tunai) pada 2006, BPS membangun basis data kemiskinan baru yang memiliki 14 kriteria. Hal yang sama dapat kita lihat pada data ketenagakerjaan. Data ini berbasis pada survey dengan definisi yang sama konservatifnya dengan data kemiskinan. Kontroversi ini muncul karena pengumpulan data ketenagakerjaan dilakukan pada saat panen raya sehingga angka pengangguran terlihat rendah (IZDR, 2010). Di sini terlihat jelas bahwa pemerintah
tidak
konsisten
dalam
mempergunakan
data
kemiskinan
dan
ketenagakerjaan sebagai dasar pengambilan kebijakan. Namun saat ini kita bisa cukup lega karena dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi perubahan pemikiran strategi pengentasan kemiskinan yang cukup menjanjikan di Indonesia. Sejak 2004, Indonesia resmi memiliki PRSP (Poverty Reduction Strategy Papers) atau Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan 2
PEBS-FEUI, Indonesia Zakat and Development Report: Menggagas Arsitektur Zakat Indonesia – Menuju Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Sipil dalam Pengelolaan Zakat Nasional (Jakarta: CID Publishing, 2010), h. 4.
3
(SNPK). Dokumen ini mengakui kemiskinan sebagai masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan diskriminasi perlakuan3. Berbagai program telah diwujudkan guna memenuhi target SNPK seperti PNPM (Program Nasional Pengembangan Masyarakat) Mandiri, Raskin, jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dll. Islam sebagai sebuah konsep hidup (way of life) yang lengkap sangat menganjurkan umatnya agar senantiasa menjauhi kemiskinan. Hal ini dikarenakan kemiskinan dapat membawa masyarakat pada kehinaan yang berujung kepada kekufuran. Oleh karena itu, Islam menawarkan konsep zakat sebagai program pengentasan kemiskinan wajib dalam perekonomian Islam. Zakat sebagai bagian dari rukun Islam tidak hanya memiliki dimensi spiritual tetapi juga dimensi sosial. Dalam beberapa dekade terakhir, kita bisa melihat program-program pendayagunaan zakat yang diluncurkan oleh Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) kini telah bertransformasi dari ranah amal-sosial ke ranah pemberdayaan dan pengembangan masyarakat.Upaya ini patut mendapat apresiasi karena tujuannya ingin membantu menyukseskan program pemerintah dalam hal pengentasan kemiskinan.
3
PEBS-FEUI, Indonesia Zakat and Development Report: Menggagas Arsitektur Zakat Indonesia – Menuju Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Sipil dalam Pengelolaan Zakat Nasional (Jakarta: CID Publishing, 2010), hal 5.
4
Salah satu di antara program tersebut adalah Sentra Ternak Domba Cimande Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Pembuatan program ini dilatarbelakangi fakta bahwa Indonesia sampai saat ini masih menggantungkan kebutuhan hewan ternaknya dengan mengimpor dari Australia sebanyak 450 ribu ekor per tahun4. Alasan utama diberlakukannya impor tersebut karena produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi produk peternakan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri khususnya bagi BAZNAS guna mewujudkan penyediaan bahan pangan hewani melalui pemberdayaan peternakan rakyat berbasis Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS). Sentra Ternak Domba Cimande BAZNAS merupakan program peternakan modern untuk model penggemukan jenis domba Garut. Proses Sentra Ternak Domba Cimande dimulai dengan pemilihan bibit domba unggul sampai proses pemasaran ternak. Adapun tujuan dari program ini adalah memfasilitasi peternak-peternak gurem dan peternak yang tergolong mustahiq di wilayah Cimande untuk mencapai pengembangan peternak modern, sebagai wadah pusat training peternak berbasis comitee development, menciptakan lumbung ternak di daerah dan memberikan lapangan pekerjaan serta penyerapan tenaga kerja secara optimal. Diharapkan melalui program ini tingkat kesejahteraan mustahiq binaan BAZNAS dapat meningkat sehingga indikator kemiskinan mereka dapat menurun dan derajat hidup mereka yang sebelumnya mustahiq dapat meningkat menjadi muzakki.
4
http://www.baznas.or.id/ind/index.php?view=indonesiamakmur, tanggal akses 27 November 2010.
5
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti mekanisme yang diterapkan oleh BAZNAS dalam menjalankan program Sentra Ternak
Domba
serta
pengaruhnya
dalam
pemberantasan
kemiskinan
dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat desa Cimande dalam penelitian berjudul: “EFEKTIVITAS
PENDAYAGUNAAN
DANA
ZAKAT,
INFAQ
DAN
SHADAQAH (ZIS) BERBASIS SENTRA TERNAK DOMBA (Studi Kasus: Sentra Ternak Domba Cimande Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS))” .
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Penulis akan membuat pembatasan masalah yang akan dibatasi pada dampak pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah terhadap kondisi ekonomi peternak dalam hal ini studi kasus pada Sentral Ternak Domba Cimande Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Program ini berfokus pada penggemukan dan pengembangbiakan domba dengan melibatkan 8 orang karyawan/peternak. Data-data yang dianalisis adalah data program Sentra Ternak Domba BAZNAS yang telah tercatat dari April 2008 sampai November 2010 karena sampai saat ini penulis meneliti, program ini masih berlangsung.
6
2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana model pendayagunaan dana Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) pada program Sentra Ternak Domba Cimande BAZNAS? 2. Apakah model pendayagunaan ZIS berbasis Sentra Ternak Domba BAZNAS sudah berjalan efektif dan berpengaruh positif terhadap kondisi ekonomi karyawan Sentra Ternak dan masyarakat setempat? 3. Apa saja kelebihan dan kekurangan program yang sudah berjalan sebagai bahan perbaikan selanjutnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis model pendayagunaan dana ZIS yang diterapkan dalam program Sentra Ternak Domba BAZNAS.
7
2. Menganalisis efektivitas model pendayagunaan dana ZIS berbasis Sentra Ternak Domba dan pengaruhnya terhadap kondisi ekonomi karyawan Sentra Ternak dan masyarakat setempat. 3. Menganalisis kelebihan dan kekurangan program yang sudah berjalan untuk bahan perbaikan selanjutnya. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian adalah bagi: 1. Penulis, hasil penelitian ini menjadi salah satu syarat kelulusan pada tingkat S1 serta sangat bermanfaat untuk menambah khasanah keilmuan di bidang zakat dan bidang penelitian khususnya mengenai dampak pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah terhadap perubahan indikator kemiskinan mustahiq. 2. Lembaga pengelola zakat, hasil penelitian ini akan memberikan bahan evaluasi dan masukan yang bermanfaat bagi lembaga pengelola zakat khususnya BAZNAS untuk lebih meningkatkan kinerja pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah. 3. Masyarakat, hasil penelitian ini dapat menjadi laporan empiris mengenai manfaat dana ZIS bagi mustahiq dalam upaya pengentasan kemiskinan.
8
D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk pada penelitian eksplanasi, yaitu menjelaskan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi dengan menghubungkan pola-pola yang berbeda namun memiliki keterkaitan. Dari sisi metodenya, penelitian ini termasuk penelitian studi kasus yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan. Subjek yang diteliti berupa individu, kelompok, lembaga atau komunitas tertentu5. 2.
Pendekatan Penelitian Menurut pendekatannya, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yaitu
suatu pendekatan penelitian yang bersifat objektif, mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik6. 3.
Jenis dan Sumber Data Menurut cara perolehannya, data penelitian ini terdiri atas dua kategori,
yaitu:
5
Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2007), h. 16. 6
Asep Hermawan, Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis (Jakarta: LPFE Trisakti, 2003), h.3.
9
a. Data primer merupakan data-data yang peneliti peroleh dari lapangan (field
research).
Dalam
hal
ini
peneliti menggunakan
metode
pengumpulan data melalui indepth interview dengan peternak sentra ternak, pelaksana dan manajer program, perwakilan dari mustahiq, tokoh masyarakat dan aparatur desa. b. Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari BAZNAS dan Tawakkal Farm berupa dokumen mengenai program Sentra Ternak Domba BAZNAS, laporan keuangan program Sentra Ternak Domba, juga dari berbagai literatur baik dalam bentuk buku, jurnal ilmiah, majalah, koran, internet dan lainnya. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: a. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung ke Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Tujuannya untuk mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi di lokasi penelitian berkaitan dengan program Sentra Ternak Domba BAZNAS yang dijalankan oleh
Tawakkal
Farm dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat setempat.
10
b. Wawancara (interview), yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak Tawakkal Farm, peternak/karyawan Sentra Ternak Domba BAZNAS, tokoh masyarakat dan aparatur desa. c. Studi dokumentasi, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan laporan keuangan Sentra Ternak Domba BAZNAS dan laporan-laporan lain yang terkait dengan masalah penelitian. 5. Waktu dan Objek Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009-Januari 2010, dengan melakukan studi kasus pada salah satu daerah yang menjadi tempat pelaksanaan Desa Ternak Makmur BAZNAS, yaitu di Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi selain berdasarkan rekomendasi dari BAZNAS, juga karena program ini dijadikan sebagai pilot project untuk pengembangan Desa Ternak Makmur yang tengah dilakukan oleh BAZNAS di beberapa daerah. 6. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis efektivitas model, data yang terkumpul akan dianalisis melalui pendekatan kuantitatif. Pengujian melalui analisis kuantitatif digunakan untuk mengukur dampak program Sentra Ternak Domba BAZNAS terhadap karyawan/peternak binaan secara ekonomi terhadap 2 (dua) aspek, yaitu kinerja keuangan dan perubahan kondisi ekonomi.
11
a) Kinerja Keuangan Untuk mengukur kinerja keuangan program, digunakan rumus Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio). Pada bagian ini, penulis menganalisis arus kas dan mengukurnya menggunakan Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio) dengan rumus7:
Keterangan: PI
= Profitability Index, yaitu salah satu metode penilaian investasi dengan menghitung perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan
PV
= Present Value, yaitu nilai sekarang dari arus kas masuk akan datang dari proyek tersebut Dimana apabila hasil analisis rasio lebih besar (>) dari 1, maka kinerja
keuangan berada dalam posisi yang baik dan bisa diterima. Namun jika hasil analisis rasio lebih kecil (<) dari 1, maka kinerja keuangan berada dalam posisi yang tidak baik dan tidak dapat diterima8. b) Perubahan Kondisi Ekonomi 7
Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Gramedia, 2003), h. 201.
8
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 164
12
Pengukuran terhadap perubahan kondisi ekonomi karyawan/peternak binaan dan hubungannya terhadap pelaksanaan program menggunakan tes statistik nonparametrik Wilcoxon Signed Rank Test (uji dua sampel berhubungan) dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: E
=
Mean (rataan hitung)
=
Simpangan baku
T
=
Jumlah jenjang/rangking
n
=
Jumlah sampel
Untuk landasan pengujian dipergunakan nilai T. H0 diterima apabila T ≥ Tα. H0 ditolak apabila T< Tα9. Metode statistik nonparametrik digunakan karena nilai data variabel tergolong kepada data nonmetrik. Data nonmetrik adalah data kualitatif yang dapat berbentuk suatu atribut, karakteristik atau kategori atau dikotomi. Yang termasuk data nonmetrik adalah tipe data nominal atau ordinal.
9
Djarwanto, Statistik Non Parametrik, ( Yogyakarta: BPFE, 2003), h. 26.
13
Data nominal adalah data dimana sebutan seperti “laki-laki” atau “perempuan” diberikan kepada item dan tidak ada implikasi di dalam sebutan tersebut bahwa item yang satu lebih tinggi atau lebih rendah daripada item lainnya. Sedangkan data ordinal hanya memberikan informasi tentang apakah suatu item lebih tinggi, lebih rendah, atau sama dengan item lainnya; data ini sama sekali tidak menyatakan ukuran perbedaan10. Data mengenai kondisi ekonomi dimaksud meliputi kondisi pendapatan peternak, jumlah domba dan nilai aset yang dimiliki. Kondisi ekonomi responden dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberikan program, apakah terjadi peningkatan atau-kah penurunan. Dari hasil penghitungan tersebut, dapat dilihat pengaruh antara variabel dependen (kondisi ekonomi petani/peternak) dan independen (program pendayagunaan)11. Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan dengan mengunakan program SPSS, untuk efektivitas dan efisiensi serta menghindari human error.
10
J. Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi Jilid 2, (Jakarta : Erlangga, 2001), h. 294.
11
Jogiyanto HM, Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman, (Yogyakarta: BPFE, 2004) h. 65.
14
E. Review Kajian Terdahulu Penulis menemukan penelitian terdahulu yang membahas mengenai dampak pendayagunaan dana ZIS terhadap kondisi ekonomi mustahiq. Penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh: a. Analysis on the Role of Zakat in Alleviating Poverty: Dompet Dhuafa Republika Case Study - Irfan Syauqi Beik (Paper in IDB International Conference, Bangladesh on February 2009) (2008). Penelitian Beik (2008) bertujuan untuk menganalisis perubahan indikator kemiskinan mustahiq setelah mendapat distribusi dana ZIS. Pada penelitian ini, indicator kemiskinan dianalisis dengan menggunakan beberapa macam indeks kemiskinan, yaitu: 1) Headcount ratio, yaitu ukuran yang menunjukkan persentase jumlah orang miskin dalam populasi. 2) Poverty gap index (P1) dan income gap ratio (I), yaitu ukuran yang
menggambarkan
selisih
pendapatan
rata-rata
masyarakat miskin dengan garis kemiskinan. 3) Sen index poverty (P2) dan FGT index (P3), yaitu ukuran yang menunjukkan distribusi pendapatan/pengeluaran di antara orang miskin.
15
Penelitian dilakukan terhadap 50 orang mustahiq penerima bantuan dari Dompet Dhuafa Republika dengan menggunakan garis kemiskinan yang ditetapkan Jaring Pengaman Sosial (JPS) Jakarta tahun 2007 yaitu sebesar Rp 266.874,00/kapita/bulan. Garis kemiskinan tersebut kemudian dikonversi menjadi garis kemiskinan keluarga dengan cara mengalikannya dengan rata-rata jumlah orang dalam sebuah keluarga yang ditetapkan oleh BPS (2007), sehingga diperoleh garis kemiskinan/keluarga/bulan sebesar Rp. 1.254.308,00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah adanya distribusi ZIS, indikator-indikator/ukuran
kemiskinan
mustahiq
mengalami
penurunan. Hal ini berarti bahwa distribusi dana ZIS terbukti mampu memperbaiki kondisi kemiskinan mustahiq. Perubahan indikatorindikator kemiskinan mustahiq sebelum dan setelah adanya distribusi dana ZIS berdasarkan hasil penelitian Beik (2008) dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Indikator Kemiskinan Sebelum dan Setelah Adanya Distribusi ZIS Indikator Kemiskinan Sebelum Distrbusi ZIS H 0,84 P1 (Rp) 540.657,01 I 0,43 P2 0,46 P3 0,19 (Sumber: Beik, 2008)
Setelah Distrbusi ZIS 0,74 410.337,06 0,33 0,33 0,11
16
b. Analisis Dampak Pendistribusian Zakat Melalui Kredit terhadap Pendapatan Mustahik (Studi Kasus: Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa) – Irma Rahmawati (FEM IPB/Ilmu Ekonomi/2005) Pada penelitian ini, dilakukan analisis terhadap faktor-faktor penting dalam peningkatan pendapatan mustahiq dengan menggunakan metode regresi eksponensial yang kemudian dilinearkan dan diolah dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan per kapita mustahiq adalah jumlah dana Masyarakat Mandiri yang diterima (pembiayaan), pembinaan yang diikuti, jumlah tanggungan, serta variabel dummy berupa tingkat pendidikan (SD atau tidak sekolah) dan cara pemasaran yang dilakukan oleh mustahiq (di dalam desa atau di luar desa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pendapatan per kapita mustahiq dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh jumlah dana pembiayaan, jumlah pembinaan yang diikuti dan variabel dummy tingkat pendidikan mustahiq. Jumlah tanggungan mustahiq juga berpengaruh signifikan terhadap laju pendapatan per kapita mustahiq, namun dengan hubungan yang negatif. Sedangkan variabel dummy cara pemasaran tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap laju pendapatan per kapita mustahiq.
17
c. Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Sebagai
Modal
Kerja Terhadap
Indikator Kemiskinan
dan
Pendapatan Mustahiq (Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) – Wina Meylani (FEM IPB/Ilmu Ekonomi/2009) Penelitian Meylani (2009) bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelaksanaan Program Ikhtiar terhadap indikator kemiskinan dan pendapatan per kapita mustahiq. Penelitian dilakukan dengan mengambil studi kasus pada salah satu wilayah tempat dilaksanakannya program Ikhtiar, yaitu di desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pada desa tersebut, diambil 45 responden sebagai sampel penelitian. Responden adalah para mustahiq anggota Program Ikhtiar yang menggunakan pembiayaan terakhirnya dalam program Ikhtiar untuk modal kerja. Indikator kemiskinan mustahiq dianalisis dengan menggunakan FGT Index yang terdiri dari headcount ratio (H) yang menggambarkan persentase orang miskin dalam suatu populasi yang diobservasi, indeks kedalaman kemiskinan/poverty depth index (P1) yang menggambarkan kesenjangan antara pendapatan orang miskin dengan garis kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan/poverty severity index (P2) yang menggambarkan distribusi pendapatan di antara orang miskin. Hasil
18
penelitian menunjukkan bahwa nilai H, P1 dan P2 mengalami penurunan setelah mustahiq mengikuti Program Ikhtiar. Kemudian pengaruh Program Ikhtiar terhadap pendapatan per kapita mustahiq dianalisis dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa taraf nyata 1 persen, variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pendapatan per kapita mustahiq adalah pendapatan mustahiq yang diperoleh dari usaha yang menggunakan dana dari Program Ikhtiar dan variabel dummy keaktifan bekerja mustahiq. d. Efektivitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid (Studi Pada Program Pemberantasan Kemiskinan Berbasis Masjid) – Muhil Qoyyim (FSH UIN/Perbankan Syariah/2009). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas/pengaruh model pemberdayaan ekonomi masyarakat yang menjadikan masjid sebagai basis pelaksanaan program dengan metode penelitian eksplanasi. Objek penelitian ini adalah program Pemberdayaan Pedesaan oleh Masyarakat secara Mandiri melalui Lembaga Keagamaan yang merupakan program dari Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal yang bermitra dengan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). Efektivitas model pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis masjid ini dianalisis dengan analisis Profitability Index atau Benefit and Cost
19
Ratio untuk menganalisis pengaruh program terhadap kondisi kinerja keuangan mitra binaan, Wilcoxon Signed Rank Test untuk menganalisis pengaruh program terhadap kondisi ekonomi mitra binaan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan program, dan analisis SWOT menggunakan Matriks Kearns untuk menganalisis apa yang sudah baik dan apa yang masih belum baik dari pelaksanaan program ini menurut perspektif mitra binaan. Penulis juga memaparkan ide strategis pengembangan program berdasarkan kerangka yang disajikan oleh Subir Chowdury. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa menjadikan masjid sebagai basis program pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu cara yang terbilang cukup efektif mengingat posisi masjid sangat berdekatan dengan masyarakat, sehingga mengetahui permasalahan riil yang dihadapi masyarakat dan memiliki keleluasaan untuk bersama masyarakat merumuskan langkah advokasinya. e. Efektivitas Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Peternakan dan Penggemukan Sapi (Studi Pada Program SABANSA Yayasan BIK Desa Mekarwangi, Sukawening, Garut – Jawa Barat) – Indra Azhar Ahmad (FSH UIN/Perbankan Syariah/2010). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan berbasis peternakan dan penggemukan sapi dengan metode eksplanasi. Objek penelitian ini adalah program
20
SABANSA (Satu Bantu Satu) yang dilaksanakan oleh yayasan BIK di Desa Mekarwangi, Sukawening, Garut – Jawa Barat. Efektivitas pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis peternakan dan penggemukan dianalisis dengan analisis Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio untuk menganalisis pengaruh program terhadap kondisi kinerja keuangan mitra binaan, Wilcoxon Signed Rank Test untuk menganalisis pengaruh program terhadap kondisi ekonomi mitra binaan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan program. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis kesesuaian program dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaaan berbasis peternakan dan penggemukan sapi mempunyai pengaruh positif terhadap kondisi ekonomi dan kinerja keuangan peternak binaan yayasan BIK. Dengan adanya program semacam ini tingkat urbanisasi masyarakat desa ke kota dapat ditekan karena program ini membantu penyerapan tenaga kerja di daerah pedesaan.
21
F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun 5 (lima) bab uraian. Pada setiap bab di dalamnya dilengkapi dengan sub-sub bab dan seterusnya. Adapun uraian masing-masing bab yaitu sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah; pembatasan dan perumusan masalah; tujuan dan manfaat penelitian; metode penelitian; review kajian terdahulu; sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini penulis akan menjelaskan kerangka teori meliputi definisi efektivitas; konsep dan pengertian zakat, infaq dan shadaqah; hikmah dan manfaat zakat; definisi dan jenis-jenis pendayagunaan ZIS; dimensi dan konsep kemiskinan; kerangka konseptual dan hipotesis. BAB III Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Program Sentra Ternak Domba BAZNAS Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang gambaran umum tentang program Sentra Ternak Domba BAZNAS dan desa Cimande Hilir; latar belakang program; tujuan, sasaran dan manfaat program; target penerima manfaat program; profil dan letak geografis desa; jumlah
22
penduduk; mata pencaharian penduduk; kondisi sosial ekonomi penduduk dan lain-lain. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang hasil temuan penelitian yang mencakup karakteristik karyawan/peternak binaan program Sentra Ternak Domba Cimande BAZNAS; karakteristik program Sentra Ternak Domba Cimande; kendala yang dihadapi dalam program Sentra Ternak Domba BAZNAS; analisis pengaruh program terhadap kondisi ekonomi, kinerja keuangan serta kehidupan sosial keagamaan karyawan/peternak binaan; analisis SWOT program. BAB V Penutup Dalam bab ini penulis membuat kesimpulan dari semua pembahasan yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.
23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori 1.
Teori Efektivitas
a.
Pengertian Efektivitas Salah satu konsep utama dalam mengukur prestasi kerja adalah efektivitas.
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mempunyai beberapa arti antara lain: (1) ada efeknya (akibatnya, pengaruh, dan kesan), (2) Manjur atau mujarrab, (3) Membawa hasil, berhasil guna (usaha tindakan) dan mulai berlaku. Dari kata itu muncul pula keefektifan yang diartikan dengan keadaan, berpengaruh, hal terkesan, kemanjuran, dan keberhasilan1. Menurut ahli manajemen Peter Drucker, efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things). Efektivitas merupakan kemampuan untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara atau peralatan yang tepat2. Sedangkan efektivitas diartikan sebagai padanan kata yang menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Dengan kata lain bahwa suatu usaha dapat dikatakan efektif jika usaha tersebut mencapai tujuannya. 1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h. 284.
2
T. Hani Handoko, Manajemen Edisi ke 2, (Yogyakarta: BPFE, 1998), h. 7
24
Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti, sehingga ada standarisasi tercapainya suatu tujuan dan lain sebagainya3. b. Cara-Cara Mengukur Efektivitas Dalam melakukan pengukuran terhadap aspek efektivitas pada penelitian ini, penulis berfokus pada konsep pembahasan efektivitas dilihat dari segi manajemen khususnya manajemen biaya (keuangan) dan dari studi kelayakan bisnis. Dalam perspektif manajemen biaya, efektivitas sebuah perusahaan sering diukur dengan membandingkan laba operasi sesungguhnya dengan yang dianggarkan. Perbedaan antara laba operasi sesungguhnya dengan laba operasi yang dianggarkan dalam suatu periode tertentu disebut selisih laba operasi4. Namun, selisih laba operasi tidak dapat menjelaskan penyebab dari perbedaan atau membantu perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengurangi perbedaan yang sama di masa datang sehingga perlu dilakukan analisis pendekatan terhadap efisiensi dari operasi keuangan perusahaan yang berubahubah tersebut, yaitu dengan menggunakan analisis Anggaran Fleksibel. Anggaran fleksibel adalah sebuah anggaran yang menyesuaikan pendapatan dan biaya yang mengalami perubahan dalam pencapaian output. Dengan perubahan output (unit yang diproduksi terjual pada perusahaan manufaktur,
3
Kanisius, Ensiklopedi Umum, (Jakarta: Kanisius, 1973) h. 36.
4
Blocher dkk, Manajemen Biaya; Dengan Tekanan Strategik Jilid 2,(Jakarta: Salemba Empat, 2001) h.726.
25
jumlah pasien per hari untuk rumah sakit, jumlah siswa untuk sekolah) pendapatan dan biaya perusahaan juga berubah dari yang dianggarkan. Anggaran fleksibel dapat membantu manajemen dalam menjawab pertanyan penting tentang operasi, seperti5: 1) Mengapa laba bersih menurun? 2) Mengapa harga pokok penjualan meningkat dari 69 menjadi 71% ? Dapatkah manajemen melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya hal yang sama di masa datang? 3) Mengapa biaya penjualan dan umum naik menjadi Rp 150.000,- ? 4) Apa alasan dari memburuknya hasil operasi? Apakah disebabkan perubahan pada: a) Unit terjual b) Harga jual c) Mix penjualan d) Biaya produksi e) Biaya umum dan penjualan Anggaran fleksibel memampukan manajemen
untuk menganalisis hasil
operasi dan perubahan pada kondisi operasi secara detail serta membantu untuk
5
Ibid.,h. 727.
26
menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Total penjualan dan biaya dari anggaran fleksibel dihitung dengan formula6: Total penjualan
=
Jumlah unit terjual x harga jual dianggarkan tiap unit
Total biaya
=
Total biaya variabel + total biaya tetap
=
(jumlah unit terjual x biaya variabel dianggarkan tiap unit) + biaya tetap dianggarkan
Penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam studi kelayakan bisnis, jika dilihat dari aspek keuangan, maka dapat menggunakan metode analisis rasiorasio keuangan. Rasio-rasio keuangan ini meliputi rasio likuiditas, rasio efisiensi, rasio Leverage dan rasio profitabilitas. Studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu menganalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Pada umumnya ada empat metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode penilaian investasi Payback Period, Net Present Value, Internal Rate Of Return, Probability Index Serta Break Even Point7. Berdasarkan ketersediaan data di tempat penulis meneliti, maka metode penilaian investasi yang dapat dihitung dan dianalisis hanya metode probitability index. Pemakaian metode profitability index (PI) ini caranya adalah dengan
6
Ibid., h. 729.
7
Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Gramedia, 2003), h. 197.
27
menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan8.
Keterangan: PI
= Profitability Index, yaitu salah satu metode penilaian investasi dengan menghitung perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan
PV
= Present Value, yaitu nilai sekarang dari arus kas masuk akan datang dari proyek tersebut
Dimana apabila hasil analisis rasio lebih besar (>) dari 1, maka kinerja keuangan berada dalam posisi yang baik dan bisa diterima. Namun jika hasil analisis rasio lebih kecil (<) dari 1, maka kinerja keuangan berada dalam posisi yang tidak baik dan tidak dapat diterima9.
8
Ibid.,h. 201.
9
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 164
28
2. Teori Pendayagunaan Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) a. Definisi Zakat Menurut bahasa (lughat), zakat berarti: tumbuh, berkembang, kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi). Dalam Q.S. Al-Taubah: 10 dijelaskan bahwa pengertian zakat juga berarti membersihkan atau mensucikan sebagaimana dalam penjelasan ayat berikut ini: ّ َّ س َكيٌ لَّ ُِ ْن ﴾ٔٓ١﴿ س ِوي ٌع َعلِي ٌن َ ُّللا َ صالَجَ َك َ َّص ِّل َعلَ ْي ِِ ْن إِى َ َّ ص َذقَة جُطَ ِِّ ُش ُُ ْن َّجُ َز ِّكي ِِن بِ َِا َ ُخ ْز ِهيْ أَ ْه َْالِ ِِ ْن Artinya: ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”(Q.S. At-Taubah: 103). Hafidhuddin10 menjelaskan definisi zakat berdasarkan kitab al-Mu’jam alWasith. Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu albarakatu (keberkahan), an-nama (pertumbuhan dan perkembangan), at-thaharatu (kesucian) dan ash-shalatu (keberesan). Ditinjau dari segi istilah, zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT wajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula (Yogatama, 2009).
10
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani Press, 2002)
29
Fakhruddin (2008) menjelaskan definisi zakat menurut para ulama mazhab berdasarkan kitab al-Fiqh al-Islami wa Adilatuhu, antara lain: 1.
Ulama Malikiyah (mazhab Imam Malik) mendefinisikan zakat adalah mengeluarkan bagian khusus dari harta yang telah mencapai nishab (jumlah minimal yang menyebabkan harta terkena kewajiban zakat) untuk mustahiqnya, jika milik sempurna dan mencapai haul (tenggang waktu satu tahun hijriyah) selain barang tambang, tanaman dan barang temuan.
2.
Ulama Hanafiyah (mazhab Imam Hanafi) mendefinisikan zakat adalah kepemilikan bagian harta tertentu untuk orang atau pihak tertentu yang telah ditentukan Allah SWT untuk mengharapkan keridhaan-Nya.
3.
Ulama Syafi’iyah (mazhab Imam Syafi’i) mendefinisikan zakat adalah nama bagi sesuatu yang dikeluarkan dari harta dan badan dengan cara tertentu.
4.
Ulama Hanabilah (mazhab Imam Ahmad ibn Hanbal) mendefinisikan zakat adalah hak wajib dalam harta tertentu untuk kelompok tertentu pada waktu tertentu. Dalam UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (PZ), yang dimuat
dalam pasal 1 bab 1 ketentuan umum dijelaskan bahwa definisi zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
30
b. Hukum Zakat Zakat merupakan bagian dari rukun Islam, disamping syahadat, sholat, puasa dan haji. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Sudewo (2004) membagi secara fungsional rukun Islam ke dalam dua kategori yaitu ibadah yang bersifat vertikal (habluminallah) seperti syahadat, sholat, puasa dan haji serta ibadah yang bersifat horizontal (habluminannas) yaitu zakat. Syahadat, sholat, puasa dan haji merupakan rukun Islam yang pelaksanaannya dari pribadi, oleh pribadi dan untuk pribadi yang bersangkutan. Sebaliknya, zakat merupakan komponen ibadah yang pelaksanaannya dimulai dari muzakki, dikelola oleh amil dan diperuntukkan bagi mustahik. Berikut ini beberapa ayat dalam berbagai surat Al-Qur’an yang menjadi dasar kehujjahan zakat: ﴾٣١﴿ َاس َك ُعْ ْا َه َع ال َّشا ِك ِعيي ْ َّ َصالَةَ َّآجُْ ْا ال َّز َكاة َّ َّأَقِي ُوْ ْا ال ”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat serta rukuk’lah bersama orangorang yang ruku’” (Q.S. Al-Baqarah: 43) الش َّهاىَ ُهحَشَابِِا ُّ َّ َت َّالٌَّ ْخ َل َّال َّز ْس َع ُه ْخحَلِفا أُ ُكلَُُ َّال َّز ْيحُْى ٍ ت َّ َغ ْي َش َه ْع ُشّشَا ٍ ت َّه ْع ُشّشَا ٍ َّ ُُ َْ الَّ ِزي أًَشَأ َ َجٌَّا ﴾ٔ٣ٔ﴿ َس ِشفِيي ْ س ِشفُْ ْا إًََُِّ الَ يُ ِح ُّب ا ْل ُو ْ ُصا ِد ٍِ َّالَ ج َ َّ َغ ْي َش ُهحَشَابِ ٍَ ُكلُْ ْا ِهي ثَ َو ِش ٍِ إِ َرا أَ ْث َو َش َّآجُْ ْا َحقََُّ يَ ْْ َم َح ”Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
31
Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-An’am: 141) ّ َّ س َكيٌ لَّ ُِ ْن ﴾ٔٓ١﴿ س ِوي ٌع َعلِي ٌن َ ُّللا َ صالَجَ َك َ َّص ِّل َعلَ ْي ِِ ْن إِى َ َّ ص َذقَة جُطَ ِِّ ُش ُُ ْن َّجُ َز ِّكي ِِن بِ َِا َ ُخ ْز ِهيْ أَ ْه َْالِ ِِ ْن ” Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Taubah: 103) Beberapa Hadits yang menunjukkan kewajiban zakat, antara lain: ”Abdullah ibn Musa menceritakan kepada kami, dia berkata: Hanzhalah ibn Abi Sufyan memberitahukan kepada kami dari Ikrimah ibn Khalid dari ibn Umar r.a.: Rasulullah saw telah bersabda: Islam didirikan atas lima perkara: persaksian bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa pada bulan Ramdhan.” (HR Bukhari dan Muslim) ”Saya mendengar Abu Umamah berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw berkhutbah di haji wada’, Beliau bersabda, Taqwalah kalian kepada Allah swt, shalatlah lima waktu, puasalah pada bulan Ramadhan, tunaikanlah zakatmu dan taatilah pemimpinmu, engkau akan masuk surga Tuhanmu.” (HR Turmudzi)
32
c. Syarat-Syarat Wajib Zakat Harta yang akan dikenakan zakatnya harus telah memenuhi persyaratanpersyaratan yang sesuai dengan syara’. Fakhruddin (2008) membagi syarat ini menjadi dua, yaitu syarat wajib dan syarat sah berdasarkan kitab al-Fiqh alIslamiy wa Adillatuhu. Adapun syarat wajib zakat adalah: 1. Merdeka Seorang budak tidak dikenai kewajiban membayar zakat, karena dia tidak memiliki sesuatu apapun. Semua miliknya adalah milik tuannya. 2. Islam Seorang non muslim tidak wajib membayar zakat. Adapun untuk mereka yang murtad (keluar dari agama Islam), terdapat perbedaan pendapat. Menurut Imam Syafi’i orang murtad diwajibkan membayar zakat terhadap harta-hartanya sebelum dia murtad. Sedangkan menurut Imam Hanafi, seorang murtad tidak dikenai zakat terhadap hartanya karena perbuatan riddahnya telah menggugurkan kewajiban tersebut. Dia sepertinya halnya orang kafir. Menurut Malikiyah, Islam adalah syarat sah, bukan syarat wajib. Oleh karena itu orang kafir wajib berzakat meskipun tidak sah menurut Islam. Hal ini berdasarkan friman Allah swt dalam QS al-Anfal: 38, ﴾١٣﴿سٌَّةُ األَ َّّلِي ِي ُ ْضث َ سلَفَ َّإِىْ يَ ُعْدُّ ْا فَقَ ْذ َه َ قُل لِلَّ ِزييَ َكفَ ُشّ ْا إِى يٌَحَ ُِْ ْا يُ َغفَ ْش لَ ُِن َّها قَ ْذ
33
” Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu" (Q.S. Al-Anfal: 38). 3. Baligh dan berakal Anak kecil dan orang gila tidak dikenai zakat pada hartanya, karena keduanya tidak dikenai khitab perintah. 4. Harta tersebut merupakan harta yang memang wajib dizakati, seperti; naqdaini (emas dan perak) termasuk juga al-auraq al-naqdiyah (surat-surat berharga), barang tambang dan barang temuan (rikaz), barang dagangan, tanam-tanaman dan buah-buahan, serta hewan ternak. 5. Harta tersebut telah mencapai nishab (ukuran jumlah). 6. Harta tersebut adalah milik penuh (al-milk al-tam). Harta tersebut berada di bawah kontrol dan di dalam kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa harta itu berada di tangan pemiliknya, di dalamnya tidak tersangkut dengan hak orang lain dan ia dapat menikmatinya. Atau bisa juga dikatakan sebagai kemampuan pemilik harta mentransaksikan miliknya tanpa campur tangan orang lain. Hal ini disyaratkan karena pada dasarnya zakat berarti pemilikan dan pemberian untuk orang yang berhak. Ini tidak akan terealisasi kecuali bila
34
pemilik harta betul-betul memiliki harta tersebut secara sempurna. Dari sinilah, maka harta yang telah berada di luar kekuasaan pemilik atau cicilan maskawin yang belum dibayar tidak wajib zakat. Menurut Hanafiyah, al-milk al-tam adalah harta yang berada dalam tangan atau kekuasaannya. Oleh karena itu jika seseorang memiliki sesuatu (harta), namun dia tidak menggenggamnya, maka ia tidak wajib dizakati, seperti maskawin bagi seorang perempuan sebelum ia menerimanya. Sedangkan menurut Malikiyah, al-milk al-tam adalah kepemilikan seseorang sehingga ia berkesempatan untuk menggunakan harta yang dimilikinya. Oleh karena itu, tidak wajib zakat bagi seorang budak atas segala sesuatu yang dimilikinya karena kepemilikannya tidak sempurna. 7. Telah berlalu satu tahun atau cukup haul (ukuran waktu, masa). Haul adalah perputaran harta satu nishab dalam 12 bulan Qamariyah. Apabila terdapat kesulitan akuntansi karena biasanya anggaran dibuat berdasarkan tahun Syamsiyah, dengan penambahan volume (rate) zakat yang wajib dibayar, dari 2,5% menjadi 2,575% sebagai akibat kelebihan hari bulan Syamsiyah dari hari bulan Qamariyah. 8.
Tidak adanya hutang. Abdurahman al-Jaziri dalam Fakhruddin (2008) merinci pendapat para imam mazhab sebagai berikut. Berkaitan dengan hal ini, Hanafiyah
35
membagi hutang menjadi tiga macam, yaitu pertama, hutang yang murni berkaitan dengan seseorang, kedua, hutang yang berkaitan dengan Allah swt namun dia dituntut dari aspek manusia, dan ketiga, hutang yang murni berkaitan dengan Allah swt dan tidak ada tuntutan dari aspek manusia, seperti hutang nadzar dan kafarat, zakat fitrah dan nafkah haji. Hutang yang bisa mencegah seseorang untuk membayar zakat adalah hutang dalam kelompok pertama dan kedua. Oleh karena itu, ketika seseorang telah mencapai nishab dan haul, namun dia msih mempunyai hutang, maka dia tidak wajib berzakat kecuali zakat tanam-tanaman dan buahbuahan. Imam Maliki mengatakan bahwa jika seseorang mempunyai hutang yang mengurangi nishab dan dia tidak mempunyai harta yang bisa menyempurnakan nishabnya, maka dai tidak wajib berzakat. Ini adalah syarat khusus untuk zakat emas dan perak jika keduanya bukan barang tambang dan barang temuan. Imam Hanbali berpendapat bahwa tidak wajib zakat bagi seseorang yang mempunyai
hutang
yang
menghabiskan
nishab
hartanya
atau
menguranginya, meskipun hutang tersebut bukan sejenis dengan harta yang akan dizakati atau bukan hutang pajak. Hutang tersebut mencegah wajibnya zakat pada al-amwal al-bathinah seperti uang dan nilai barang dagangan, barang tambang, al-amwal al-dzahirah seperti hewan ternak,
36
biji-bijian dan buah-buahan. Jika seseorang mempunyai harta tapi berhutang, maka hendaklah dia melunasi hutangnya dulu kemudian dibayar zakatnya jika memenuhi nishab. 9.
Melebihi kebutuhan dasar atau pokok Barang-barang yang dimiliki untuk kebutuhan pokok, seperti rumah pemukiman, alat-alat kerajinan, alat-alat industri, sarana transportasi dan angkutan, seperti mobil dan perabot rumah tangga, tidak dikenakan zakat. Demikian juga dengan uang simpanan yang dicadangkan untuk melunasi hutang, tidak diwajibkan zakat, karena seorang kreditor sangat memerlukan uang yang ada di tangannya untuk melepaskan dirinya dari cengkraman hutang.
10. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal. Maksdunya bahwa harta yang haram, baik substansi bendanya maupun cara mendapatkannya jelas tidak dikenakan kewajiban zakat, karena Allah tidak menerima kecuali yang baik dan halal. 11. Berkembang Qardhawi dalam Fakhruddin (2008) membagi pengertian berkembang tersebut menjadi dua, yaitu pertama, bertambah secara konkrit (haqiqi) dan kedua, bertambah secara tidak konkrit (taqdiri). Berkembang secara
37
konkret adalah bertambah akibat pembiakan dan perdagangan dan sejenisnya, sedangkan berkembang tidak secara konkret adalah kekayaan itu berpotensi berkembang baik berada di tangannya maupun di tangan orang lain atas namanya. Adapun syarat sahnya zakat adalah sebagai berikut: 1. Adanya niat muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) 2. Pengalihan kepemilikan dari muzakki ke mustahiq (orang yang berhak menerima zakat). d. Macam-macam Zakat Secara umum, zakat terbagi ke dalam dua kategori yaitu zakat maal (harta) dan zakat nafs atau juga dikenal dengan zakat fitrah (Shiddieq, 2007). Zakat maal (harta) adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu (Fakhruddin, 2008). Zakat profesi, zakat perusahaan, zakat surat-surat berharga dan sebagainya merupakan zakat maal. Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya Idul Fitri.
38
e. Hikmah dan Manfaat Zakat Hafidhuddin (2002) mengemukakan tujuh hikmah dan manfaat zakat, yaitu: 1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah swt, mensyukuri nikmatNya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan
menumbuhkan
ketengan
sifat
kikir,
hidup
rakus
sekaligus
dan
materialistis,
membersihkan
dan
mengembangkan harta yang dimiliki. 2. Karena zakat merupakan harta mustahiq, maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina terutama fakir miskin ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah swt, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka ketika mereka melihat orang kaya yang memiliki harta cukup banyak. 3. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah swt yang karena kesibukannya tersebut, ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya. 4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah,
39
pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi sekaligus sarana pengembangan kualitas sumber daya manusia muslim. 5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah swt. 6. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic with equity11. 7. Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang beriman untuk berzakat, berinfak dan bersedekah menunjukkan bahwa ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang di samping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfik12. Selain itu, Fakhruddin (2008) mengutip Wahbah Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu bahwa terdapat 4 hikmah zakat, yaitu:
11
Ahmad Muflih Saefuddin dalam Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hal. 14. 12
M. Zainal Muttaqin dalam Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hal.15.
40
1. Menjaga harta dari pandangan dan tangan-tangan orang yang jahat. 2. Membantu faqir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. 3. Membersihkan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil serta membiasakan orang mukmin dengan pengorbanan dan kedermawanan. 4. Mensyukuri nikmat Allah swt berupa harta benda. Kemudian dalam penjelasan lain, Ali (1988) juga menyimpulkan beberapa hikmah zakat yaitu13: 1. Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuhsuburkan harta dan pahala serta membersihkan diri dari sifat-sifat kikir dan loba, dengki, iri serta dosa. 2. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan. 3. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama manusia. 4. Manifestasi kegotongroyongan dan tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa. 5. Mengurangi kefakirmiskinan yang merupakan masalah sosial. 6. Membina dan mengembangkan stabilitas sosial. 7. Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.
13
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam dan Wakaf (Jakarta: UI Press, 1988)
41
f. Definisi dan Jenis-Jenis Pendayagunaan ZIS Pada pasal 16 ayat (1) dan (2) UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, secara eksplisit dinyatakan bahwa pendayagunaan zakat adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup para mustahiq sesuai dengan ketentuan agama (delapan ashnaf) dana dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif. Secara lebih spesifik, dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 373 Tahun 2003 pasal 28 ayat (2) dijelaskan bahwa pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila zakat sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup para mustahiq dan ternyata masih terdapat kelebihan. Dari sini dapat kita lihat bahwa ZIS terutama infaq dan shadaqah, dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif apabila terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan. Secara umum, dana ZIS dapat didistribusikan pada dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif dan produktif14. Kegiatan konsumtif adalah kegiatan yang berupa bantuan sesaat untuk menyelesaikan masalah yang sifatnya mendesak dan langsung habis setelah bantuan tersebut digunakan (jangka pendek). Sedangkan
kegiatan
produktif
adalah
kegiatan
pemberian
bantuan
yang
diperuntukkan bagi kegiatan usaha produktif sehingga dapat memberikan dampak jangka menengah-panjang bagi para mustahiq.
14
Wina Meylani, ”Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Terhadap Indikator Kemiskinan dan Pendapatan Per Kapita Mustahiq (Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor),” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, 2009), h. 15.
42
Pendayagunaan ZIS
Konsumtif
Kesehatan
Pendidikan
Produktif
Sosial (emergenc y fund, bencana alam, dll)
Pengembangan dan Pemberdayaan UKM
Pemberdayaan Komunitas
Gambar 2.1. Bagan Pendayagunaan ZIS Pendayagunaan ZIS yang bersifat konsumtif dapat disalurkan dalam bentuk bantuan biaya kesehatan, pendidikan, serta kegiatan social lain yang bersifat incidental seperti bantuan penanganan bencana alam. Sedangkan pendayagunaan ZIS produktif dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan dan pemberdayaan UMKM serta pemberdayaan berbasis komunitas. Pendayagunaan ZIS secara produktif dapat dilakukan dengan memberikan pembiayaan produktif kepada para mustahiq. Definisi pembiayaan produktif15 adalah pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
15
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani & Tazkia Cendekia,2001), h. 160.
43
usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Berdasarkan jenis keperluannya, pembiayaan produktif dibagi menjadi dua, yaitu16: 1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualita atau mutu hasil produksi; dan (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. 3. Teori Kemiskinan a. Definisi Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah kompleks dan multidimensional yang mencakup dimensi ekonomi, sosial dan politik17. Dimensi kemiskinan ditinjau dari sisi ekonomi adalah kondisi yang menggambarkan rendahnya permintaan agregat yang menyebabkan berkurangnya insentif untuk mengembangkan sistem produksi, rasio kapital per tenaga kerja yang rendah sehingga menyebabkan produktivitas tenaga kerja rendah, serta penyebab misalokasi sumber daya, terutama tenaga kerja. 16
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani & Tazkia Cendekia,2001), h. 160-161.
17
Wina Meylani, ”Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Terhadap Indikator Kemiskinan dan Pendapatan Per Kapita Mustahiq (Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor),” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, 2009), h. 30.
44
Dilihat dari sisi sosial, kemiskinan mengindikasikan lemahnya potensi masyarakat untuk berkembang. Selain itu, kemiskinan juga terlihat dari minimnya aspirasi dan pendeknya horizon waktu wawasan ke depan suatu masyarakat. Sedangkan apabila dilihat dari sisi politik, kemiskinan dapat digambarkan melalui ketergantungan dan eksploitasi suatu kelompok masyarakat oleh kelompok masyarakat lainnya. Kemiskinan sekelompok masyarakat
akan
menimbulkan kesenjangan
yang
dampaknya lebih buruk daripada kemiskinan itu sendiri. Pada umumnya ketika kita membicarakan mengenai kemiskinan, maka yang dimaksud adalah kemiskinan yang bersifat material. Seseorang yang termasuk dalam kategori miskin jika tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan dasar/pokok untuk dapat hidup layak18. Dalam Islam, kebutuhan dasar manusia tersebut mencakup lima unsur pokok yang harus dipelihara dan diwujudkan agar manusia dapat mewujudkan kemaslahatan di dunia dan akhirat19. Lima unsur pokok tersebut adalah: a. Terpeliharanya agama (Hifdz al-Din) b. Terpeliharanya jiwa (Hifdz al-Nafs) c. Terpeliharanya keturunan (Hifdz al-Nasl) d. Terpeliharanya akal (Hifdz al-Aql) 18
Rintuh dan Miar, Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat (Jakarta: DIKTI, 2003).
19
Fathurrahman Djamil, Pendekatan Maqashid Al-Syariah Terhadap Pendayagunaan Zakat, dalam Abidin, ed., Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas Pemanfaatan Zakat, Infak, Sedekah (Jakarta: PIRAMEDIA, 2004).
45
e. Terpeliharanya harta/kekayaan (Hifdz al-Maal) Dengan zakat, para mustahik dapat terhindar dari kekufuran, jiwa dan tubuhnya terjaga dari kelaparan, keturunanya dapat terhindar dari kehinaan, akalnya terhindar dari kebodohan serta hartanya dapat berkembang melalui aktivitas ekonomi produktif Selain memiliki definisi yang bersifat multidimensional, kemiskinan juga memiliki konsep yang beragam. Konsep-konsep kemiskinan yang telah berkembang antara lain adalah kemiskinan absolut dan relatif, serta kemiskinan kultural dan struktural. b. Konsep Kemiskinan 1. Kemiskinan Absolut dan Relatif Tambunan (2003) menyatakan bahwa kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan20. Pengukuran kemiskinan yang mengacu pada garis kemiskinan disebut dengan kemiskinan absolut, sedangkan pengukuran yang tidak mengacupada garis kemiskinan disebut dengan kemiskinan relatif. Seseorang dikatakan miskin secara absolut apabila tidak memenuhi standar yang ditetapkan sebagai garis kemiskinan. Ukuran
20
Wina Meylani, ”Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Terhadap Indikator Kemiskinan dan Pendapatan Per Kapita Mustahiq (Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor),” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, 2009), h. 31.
46
kemiskinan absolut bersifat tetap dan dapat diukur berdasarkan kebutuhan kalori minimum serta komponen-komponen nonpangan yang sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Di Indonesia, BPS menetapkan garis kemiskinan dengan menggunakan pendekatan konsumsi. Garis kemiskinan tersebut diukur dari kemampuan membeli bahan makanan ekuivalen dengan 2100 kkalori per kapita per hari dan biaya untuk memperoleh kebutuhan minimal akan barang/jasa, pakaian, perumahan, kesehatan, transportasi dan pendidikan. Sementara itu, Bank Dunia menetapkan garis kemiskinan dari sisi penadapatan (income poverty), yaitu pendapatan di bawah $2 per hari (untuk kategori kemiskinan moderat) dan pendapatan di bawah $1 per hari (untuk kategori kemiskinan absolut). Kemiskinan relatif melihat kemiskinan yang didasarkan pada kondisi riil tingkat kemakmuran masyarakat. Misalnya, garis kemiskinan ditetapkan sebesar 20 persen dari rata-rata penduduk di suatu daerah, serta ketertinggalan pendidikan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas. Sebagai ukuran relatif, kemiskinan relatif dapat berubah antartempat dan antarwaktu.
47
2. Kemiskinan Kultural dan Struktural Kemiskinan kultural merupakan kemiskinan yang terjadi karena budaya masyarakat yang “menerima” kemiskinan yang terjadi pada dirinya 21. Mereka bahkan tidak merespons usaha-usaha pihak lain yang membantunya keluar dari kemiskinan tersebut. Sedangkan kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh struktur dan sisitem ekonomi yang timpang dan tidak berpihak pada si miskin. Menurut Nasoetion (1996), kemiskinan struktural memiliki beberapa hierarki dan hierarki tertinggi dalam kemiskinan struktural disebabkan oleh adanya ketimpangan struktur perekonomian nasional. Hal ini menimbulkan masalah-masalah struktural yang semakin menyudutkan keberadaan orang miskin.
21
Wina Meylani, ”Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Terhadap Indikator Kemiskinan dan Pendapatan Per Kapita Mustahiq (Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor),” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, 2009), h. 32.
48
B. Kerangka Konseptual Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Pendayagunaan ZIS secara produktif
Pengembangan dan Pemberdayaan UKM
Pemberdayaan Komunitas
Pendayagunaan ZIS yang Efektif Untuk Mengentaskan Kemiskinan
Kemiskinan Absolut dan Relatif
Kemiskinan Kultural dan Struktural
Program Sentra Ternak Domba BAZNAS
Membuka Lapangan Pekerjaan
Mengembangkan Peternakan Secara Modern
Membangun basis peternakan masyarakat secara mandiri
Meningkatkan pendapatan mustahiq
Memperbaiki kehidupan sosial dan agama 49
C. Hipotesis Berdasarkan landasan teori diatas penulis akan mengajukan hipótesis atau pendugaan sementara dari penelitian ini, sebagai berikut: Hipotesis (1) H0 =
Program tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan peserta program
H1 =
Program berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan peserta program
Hipotesis (2) H0 =
Program tidak berpengaruh dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat
H1 =
Program berpengaruh dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat
Hipotesis (3) H0 =
Program tidak berpengaruh dalam memperbaiki kehidupan sosial keagamaan peserta program
H1 =
Program berpengaruh dalam memperbaiki kehidupaan sosial keagamaan peserta program
50
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN PROGRAM SENTRA TERNAK DOMBA BAZNAS
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Cimande Hilir terletak di kecamatan Caringin, kabupaten Bogor. Luas wilayahnya 185 ha/m2 dengan proporsi wilayah berdasarkan penggunaan lahan adalah 29 ha/m2 untuk lahan pemukiman, 60 ha/m2 untuk lahan persawahan, 78 ha/m2 untuk lahan perkebunan, 4 ha/m2 untuk lahan pemakaman, 2 ha/m2 untuk lahan pekarangan, 1 ha/m2 untuk lahan taman, 2 ha/m2 untuk lahan perkantoran dan 14 ha/m2 untuk lahan prasarana umum lainnya. Adapun batas-batas wilayah desa Cimande Hilir adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : desa Ciherang Pondok, kecamatan Caringin
Sebelah selatan : desa Caringin, kecamatan Caringin
Sebelah timur : desa Lemah Duhur, kecamatan Caringin
Sebelah barat
: sungai Cisadane dan desa Cibalung, kecamatan Cijeruk
51
2. Keadaan Penduduk Untuk mengetahui keadaan penduduk desa Cimande Hilir dan persebarannya dapat dilihat dari jumlah penduduk, golongan umur serta rasio jenis kelamin. Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Desa Cimande Hilir Jumlah Laki-laki
4106 orang
Jumlah Perempuan
3683 orang Total 7789 orang
Jumlah KK
1795 KK
Kepadatan Penduduk
250 per km
(Sumber: Daftar Isian Profil Desa Cimande Hilir, 2010) Dari semua penduduk tersebut, semuanya memeluk agama Islam dan warga pendatang hanya berasal dari etnis Jawa dan Madura dengan komposisi masingmasing 232 orang dan 17 orang. Kemudian dilihat dari golongan umur penduduk desa Cimande Hilir dapat dilihat pada tabel berikut ini.
52
Tabel 3.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Golongan Umur dan Jenis Kelamin Di Desa Cimande Hilir Tahun 2010 Golongan Umur
Laki-laki
Perempuan
0–4
212
176
5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 59 60 ke atas
175 184 213 159 163 178 101 159 151 220 313
162 165 201 140 130 138 92 150 144 200 200
Jumlah 2228 1898 (Sumber: Daftar Isian Data Profil Desa Cimande Hilir, 2010)
Jumlah 388 337 349 414 299 293 316 193 309 295 420 513 4126
Tabel 3.2. menunjukkan bahwa jumlah penduduk Cimande Hilir yang masuk ke dalam golongan usia produktif (15-49 tahun) berjumlah 2.119 orang yang terdiri dari 1.124 orang laki-laki dan 995 orang perempuan. Informasi kependudukan yang tidak kalah pentingnya adalah bidang usaha yang digeluti oleh penduduk desa Cimande Hilir. Keterangan ini penting untuk mengetahui di sektor mana sajakah penduduk bekerjda dan apakah sesuai dengan karakter wilayah desa Cimande Hilir. Tabel berikut dapat menampilkan informasi tersebut.
53
Tabel 3.3. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Cimande Hilir 2010 No
Mata Pencaharian
1. 2. 3.
Petani Buruh Tani Pegawai Negeri Sipil (PNS) 4. Pedagang Keliling 5. Peternak 6. Pengusaha Kecil dan Menengah 7. TNI/POLRI 8. Dokter Swasta 9. Perawat Swasta 10. Pembantu Rumah Tangga 11. Pensiunan PNS/TNI/POLRI Jumlah
Jumlah Persentase(%) 74 140 39
16,80% 31,80% 9,00%
68 7 43
15,40% 1,60% 9,80%
7 2
1,60% 0,45%
1 25
0,23% 5,70%
34 440
7,73% 100,00%
(Sumber: Daftar Isian Data Profil Desa Cimande Hilir, 2010) Tabel di atas memperlihatkan bahwa penduduk desa Cimande Hilir kebanyakan bekerja sebagai buruh tani yaitu 140 orang atau 31,8 % dari jumlah usia produktif sebesar 440 orang, dimana sektor pertanian dan perdagangan masing-masing berjumlah 74 orang (16,8%) dan 68 orang (15,4%). 3. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu refleksi tingkat kesejahteraan dan kemajuan kehidupan suatu daerah. Dengan semakin banyaknya sarana pendidikan di suatu daerah serta diiringi dengan peningkatan mutu pendidikan maka diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di daerah pedesaan.
54
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan pendidikan di desa Cimande Hilir dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.4. Data Lembaga Pendidikan Desa Cimande Hilir 2010 NO 1. 2. 3. 4.
JENIS SEKOLAH TK SD/sederajat SLTP/sederajat SMA/sederajat JUMLAH
JUMLAH 2 2 2 1 7
(Sumber: Daftar Isian Data Profil Desa Cimande Hilir, 2010) Tabel di atas memperlihatkan bahwa desa Cimande Hilir telah memiliki sarana pendidikan yang baik dan memadai mulai dari tingkat TK sampai SMA. Namun yang sangat disayangkan masih banyak penduduk desa Cimande Hilir hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SD. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan ekonomi orang tua sehingga menyebabkan anak-anak tersebut harus meninggalkan bangku sekolah untuk membantu orang tuanya di sawah/ladang. Sebagian dari mereka menganggap bahwa “bisa baca tulis” cukup untuk menjalani kehidupan ini. Untuk lebih mengetahui kualitas angkatan kerja di desa Cimande Hilir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
55
Tabel 3.5. Kualitas Angkatan Kerja Desa Cimande Hilir 2010 NO 1.
ANGKATAN KERJA Penduduk usia 18 - 56 tahun yang buta aksara dan huruf/angka latin
LAKI-LAKI -
PEREMPUAN -
2.
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tidak tamat SD
1450
1525
3.
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat SD
1215
1121
4.
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat SLTP
475
321
5.
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat SMU
375
298
6.
Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat Perguruan Tinggi Jumlah
75
53
3590 orang
3318 orang
(Sumber: Daftar Isian Data Profil Desa Cimande Hilir, 2010) Tabel 3.5. menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang berusia 18-56 tahun di desa Cimande Hilir paling banyak tidak tamat SD yaitu berjumlah 1450 laki-laki dan 1525 perempuan. Sedangkan yang menamatkan hingga jenjang SD berada di urutan kedua. Hal ini sesuai dengan bidang usaha yang kebanyakan digeluti oleh masyarakat desa Cimande Hilir yaitu di sekor pertanian dan perdagangan dimana tidak dibutuhkan pengetahuan/pendidikan tinggi tapi yang penting cukup pengalaman dan kerja keras.
56
B. Gambaran Umum Program Sentra Ternak Domba BAZNAS 1. Latar Belakang Berdasarkan survey yang dilakukan BPS pada tahun 2000 ada sekitar 60 juta Ha lahan yang belum dimanfaatkan untuk peternakan sementara 40% pada tahun 2003 kebutuhan ternak masih mengandalkan impor dari Australia, Amerika dan India. Dari data tersebut jelaslah terdapat kontradiksi antara potensi yang bisa dimanfaatkan dengan gambaran umum tentang kemiskinan, tentunya yang menjadi perhatian utama dalam program ini adalah pemanfaatan potensi lokal berbasis pengembangan peternakan sebagai program menuju ke arah swasembada pangan serta kemandirian. Program peternakan yang akan dirintis adalah dalam bentuk program pengembangan peternak mandiri berbasis sentra ternak. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai salah satu lembaga yang memerankan kegiatan pemberdayaan mustahik adalah menekankan pada isu strategis untuk mengatasi permasalahan ketersediaan pangan hewan ternak oleh sebab itu BAZNAS mengadakan program Sentra Ternak Cimande untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi lokal peternakan. Program ini mulai dilaksanakan antara bulan Januari-Maret 2008 hingga sekarang.
57
2. Gambaran Umum Program BAZNAS sentra ternak didirikan oleh BAZNAS dengan system peternakan yang modern untuk model penggemukan jenis domba garut. Sentra ternak modern menghasilkan keuntungan pada periode kedua, untuk memberikan bantuan ternak kepada mitra binaan di daerah-daerah sebagai upaya mendukung kegiatan desa ternak makmur. Alokasi profit sebagaian akan digunakan untuk melakukan pembinaan, pelatihan dan memberikan bantuan kepada mustahik dengan proses seleksi yang cukup ketat. Pengembangan program akan membentuk dan mengembangkan jenis ternak kambing. Gambar 3.1. Gambaran Umum Program Sentra Ternak Cimande Bantuan Ternak
Mustahik
TRAINING
BAZNAS SENTRAL TERNAK CIMANDE
OUTPUT
Mustahik Mandiri Cloning Ternak Modern
Quality Control Profit Sentra Ternak Cimande
58
Gambar 3.2. Pola Pengembangan Program Sentra Ternak Cimande
Desa Ternak Makmur
Desa Ternak Makmur
Sentra Ternak Cimande
Desa Ternak Makmur
Training dan bantuan ternak
Desa Ternak Makmur
Jaringan dan kemitraan
3. Tujuan, Sasaran dan Manfaat Program ini memiliki tujuan: 1. Memfasilitasi peternak-peternak gurem dan peternak yang tergolong mustahik untuk mencapai pengembangan peternak modern.
59
2. Sebagai wadah pusat training peternak untuk pengembangan kepada peternak berbasis committee development. 3. Memberikan support kepada program “Desa Ternak Makmur” sebagai plasma sentra ternak program peternakan. Support yang diberikan meliputi jaringan pemasaran, jaringan kemitraan, penanganan ternak teknologi modern tepat guna dan basis training peternak-peternak. 4. Menciptakan lumbung ternak di daerah. 5. Memberikan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja secara optimal. Sasaran program adalah: 1. Desa atau wilayah dengan potensi peternakan yang cukup baik. 2. Membangun kegiatan-kegiatan produktif yang dapat menyerap tenaga kerja pedesaan yang dapat dilakukan oleh masyarakat desa. 3. Pemerataan distribusi harta terhadap desa-desa yang tertinggal sebagai upaya dalam pembangunan pedesaaan dengan pengembangan basis peternakan. 4. Jaringan unit pemasaran ternak. Manfaat program yaitu: 1. Memberikan lapangan pekerjaan di desa sasaran.
60
2. Meningkatkan peran desa ternak makmur untuk membangun desa berbasis peternakan. 3. Membangun kemitraan jaringan peternakan secara lebih luas. 4. Meningkatkan kapasitas dan pendapatan mustahik peserta program BAZNAS Sentra Ternak. 5. Multiplier dan kontinuitas program secara baik dan berorientasi kepentingan jangka panjang. 4. Target Wilayah Geografis Wilayah yang menjadi sasaran program adalah desa Cimande, Bogor, Jawa Barat. 5. Target Penerima Manfaat Program
Masyarakat Cimande dan sekitarnya, dengan jumlah pekerja 8 orang.
Mitra program Desa Ternak Makmur Badan Amil Zakat Nasional yang tersebar di Bandung, NTB dan NTT. Dengan jumlah peserta program saat ini berjumlah 124 orang.
Mitra USZ dengan julah mitra 20 orang dan UPZ 70 Mitra.
Dimulai pada periode ke-3, mustahik yang akan mendapatkan training dan bantuan ternak berjumlah 10 orang tiap tahunnya.
6. Tahapan Pelaksanaan Program DTM Cimande Wilayah Cimande adalah salah satu wilayah yang terkenal dengan sentra peternakan, terutama untuk pengembangan peternakan domba dan kambing.
61
Program Pemda setempat yang saat ini masih berjalan adalah pengembangan kambing peranakan etawa. Program sentra ternak Cimande merupakan program yang dapat diterima manfaatnya dalam waktu 1,5 tahun yang akan datang dengan rentang jangka panjang 5 tahun. Penerima manfaat banyak akan diperoleh dimulai pada periode ke-4. Tahapan tersebut meliputi: a. Assesment 1,5 tahun b. Establishment 3,5 tahun c. Independent. ∞ Tabel 3.6. Tahapan Pencapaian Sentra Ternak Cimande Hasil yang Diharapkan
Tujuan Capaian
Indikator Kuantitas
Keuntungan tiap periode sentra ternak di atas-rata Training peternak pada periode ke-3 Pekerja dan tenaga kerja
Profit
Di atas 50 juta Rupiah
Jumlah mustahik
4 orang tiap periode.
Penyerapan tenaga kerja
Etalase program
Kunjungan dari donator dan mitra UPZ
Melibatkan 8 pekerja yang tergolong mustahik -
Assesment
Establishment
Keterangan
Independent ∞
(Sumber: Dokumen Internal Program Sentra Ternak Domba Cimande BAZNAS, 2008)
Nilai mustahik yang diberdayakan akan sangat sedikit jika dibuat rasio biaya yang dikeluarkan namun untuk jangka waktu setelah 1,5 tahun secara mandiri akan memulai operasionalnya dan memberikan bantuan ternak dan pelatihannya secara 62
mandiri. Namun program ini akan memberikan manfaat jangka panjang. Ditargetkan BAZNAS akan memiliki sentra peternakan yang mandiri mampu mengcover kegiatan pelatihan dan memberikan bantuan ternak secara langsung kepada mustahik. Sentra ternak dapat dimanfaatkan secara baik oleh karyawan BAZNAS yang memiliki minat untuk menginvestasikan uangnya untuk kepentingan pengembangan sentra ternak. 7. Dampak Eksekusi Program Sentra Ternak Cimande Setelah program ini berjalan sesuai dengan skenario 3 tahap maka dapat dikatakan sebagai berikut: Tabel 3.7. Dampak Eksekusi Program Sentra Ternak Cimande Komponen Dampak yang dihasilkan Strategis Ekonomi
Organisasi Sosial Dakwah
Penyerapan tenaga kerja di Cimande. Dan peningkatan kualitas ternak secara baik yang sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Menciptakan jaringan pemasaran dan pengendalian harga ternak secara baik. Peningkatan pendapatan mustahik dan menciptakan peternak modern sesuai dengan kapasitas. Menjadikan sentra ternak mandiri untuk pengembangan peternakan secara modern. Menjamin organisasi peternakan baik. Membangun basis peternakan masyarakat secara partisipatif dan mandiri. Sebagai syiar Islam untuk pengembangan potensi umat sebagai wasilah pembinaan akhlak dan agama.
(Sumber: Dokumen Internal Program Sentra Ternak Domba Cimande BAZNAS, 2008)
8. Keunggulan Program Program ini memiliki tingkat independensi yang cukup baik, skenario pencapaian kemandirian jangka panjang. Secara kualitas program ini menjamin akan terus berkembang dikarenakan setiap obyek program adalah basic needs masyarakat.
63
Kemitraan yang dibangun dengan Tawakkal Farm adalah sebagai salah satu mitra/provider pelaksana program Sentra Ternak Cimande, yang sudah berpengalaman mengembangkan sentra ternak modern, dengan jaringan pemasaran seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah. 9. Pengawasan, Laporan, Evaluasi dan Audit
Pengawasan akan dilakukan secara berkala oleh BAZNAS dalam hal ini adalah divisi program pendayagunaan. Pelaksanaan akan dilakukan melalui kunjungan berkala dan dadakan.
Laporan dilakukan oleh pelaksana sentra ternak Cimande kepada BAZNAS setiap bulannya.
Evaluasi akan dilaksanakan secara menyeluruh pada tiap 3 bulan.
Audit dilaksanakan oleh auditor independen maupun internal auditor BAZNAS.
10. Risiko dan Kelonggaran Risiko yang mungkin timbul adalah:
Penyakit menular dan mematikan yang belum ditemukan obatnya/yang menjadi satu endemi.
Force major. Nilai produktifitas dapat ditolerir adalah sebesar 5% dari total populasi yang
digemukan artinya; produktifitas penggemukan dari 300 ekor berarti 15 ekor
64
mengalami kegagalan dalam proses penggemukan dikarenakan daya tahan ternak. Namun tingkat kegagalan dapat diminimalisir dengan pengawasan secara berkala yang dilakukan oleh Tawakkal Farm.
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Temuan Penelitian 1. Karakteristik Karyawan Sentra Ternak Domba BAZNAS Grafik 4.1. Umur dan Jumlah Tanggungan Karyawan Sentra Ternak BAZNAS 40 35 30 25 20 15 10
Umur Jumlah Tanggungan
5 0
(Sumber: data diolah, 2011)
Grafik di atas menampilkan komposisi umur dan jumlah tanggungan keluarga para karyawan yang terlibat dalam program sentra ternak domba BAZNAS. Adapun pembagian tugas yang dilakukan pada program ini yaitu 2 orang bertugas sebagai kepala kandang dan 6 orang lainnya bertugas mencari rumput dan mengambil pakan ternak cadangan berupa ampas tahu. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa dari 8 karyawan tersebut semuanya masih berada pada kategori usia produktif (15-49 tahun). Hal ini mengindikasikan bahwa 66
target pelaksana program dan BAZNAS untuk mempekerjakan 8 orang karyawan usia produktif berhasil dicapai dan sekaligus membuktikan bahwa program ini dapat menjadi lahan pekerjaan yang baik bagi masyarakat desa Cimande Hilir dan sekitarnya. Dari sisi jumlah tanggungan keluarga, dari 8 karyawan terdapat 2 orang karyawan yang masih lajang dan 6 orang di antaranya sudah berkeluarga. Dari 6 orang karyawan yang sudah berkeluarga, tiga orang di antaranya memiliki jumlah tanggungan masing-masing sebanyak 3 orang (50%) dan tiga orang lainnya memiliki tanggungan masing-masing sebanyak 2 orang (50%). Dengan kondisi ekonomi yang saat ini tengah menurun, sebagian karyawan sentra ternak yang sudah mempunyai tanggungan tentu semakin terasa berat beban hidupnya akibat tingginya biaya hidup dan upah yang kurang memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup keluarga. Grafik 4.2. Tingkat Pendidikan Karyawan Sentra Ternak Cimande
2 25%
SD 6 75%
SMP
(Sumber: data diolah, 2011)
67
Pada grafik di atas terlihat bahwa mayoritas karyawan sentra ternak domba BAZNAS menempuh pendidikan hanya sampai tingkat SD yaitu 75% dari 8 orang karyawan dan hanya 2 orang saja yang menempuh pendidikan hingga SMP. Hal ini mengindikasikan bahwa pekerjaan yang diberikan kepada mereka tidak memerlukan pengetahuan atau proses pemikiran yang rumit, sehingga pekerjaan untuk mengelola ternak domba sangat tepat diberikan kepada mereka. Dalam usaha peternakan domba baik penggemukan ataupun pembibitan, yang dibutuhkan hanya etos kerja kerja yang ulet dalam mencari pakan ternak dan pengalaman dalam mengelola ternak. 2. Karakteristik Program Sentra Ternak Domba BAZNAS Grafik 4.3. Pekerjaan Karyawan Sentra Ternak Sebelum Adanya Program
1; 13% Buruh tani 1; 13% 1; 12%
Kuli bangunan Tukang roti 5; 62%
Tukang ojek
(Sumber: data diolah, 2011)
Dari grafik di atas terlihat sebelum adanya program sentra ternak oleh BAZNAS, lima orang atau 62% karyawan sentra ternak bekerja sebagai buruh
68
tani yang menggarap sawah atau kebun orang lain dengan upah Rp 15.000/hari dan mendapatkan makan siang dari sawah. Selanjutnya 3 orang yang lain berprofesi sebagai kuli bangunan (12%), tukang roti (13%) dan tukang ojek (13%). Setelah mengikuti program sentra ternak domba BAZNAS, mereka lebih terfokus untuk mengelola dan mencari pakan ternak untuk domba. Sebagai program pendayagunaan ZIS, program sentra ternak juga memberikan manfaat kepada masyarakat yang tergolong mustahik yang tinggal di sekitar program. Saat ini manfaat yang mereka dapat dari program sentra ternak domba BAZNAS masih berupa hasil keuntungan dari penjualan domba, belum berupa pemberdayaan ekonomi. Adapun jumlah mustahiq yang mendapatkan manfaat tersebut berjumlah 60 orang dengan jumlah nominal yang mereka terima masing-masing Rp 195.000,-. Mereka mendapatkan proporsi dari pembagian keuntungan hasil ternak sebesar 50% dan sisanya dibagikan masing-masing 25% untuk pelaksana program dan karyawan sentra ternak. Adapun nama-nama mustahiq serta besaran manfaat yang mereka dapat dari program sentra ternak terlampir pada bagian akhir penelitian ini. 3. Kendala yang Dihadapi dalam Program Dalam pelaksanaan program sentra ternak domba ini berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan dan hasil wawancara mendalam terhadap
69
pelaksana program, karyawan sentra ternak maupun BAZNAS, maka didapat kesimpulan bahwa kendala yang dihadapi terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu: a) Kendala yang dihadapi oleh Penanggung Jawab Program Sentra Ternak Domba Dalam hal ini Bapak Bunyamin (Tawakkal Farm) selaku penanggung program di lapangan menuturkan beberapa kendala yang dihadapi dalam program sentra ternak domba BAZNAS yaitu: 1) Kondisi jalan dari depan sentra ternak hingga menuju tempat pengambilan rumput masih dalam keadaan yang rusak atau kurang memadai. Hingga saat ini belum ada satu pun bentuk partisipasi dari BAZNAS untuk ikut memperbaiki jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut rumput. Saat ini upaya yang tengah dilakukan oleh Pak Bunyamin adalah meminta bantuan kepada pemerintah daerah setempat untuk membangun akses jalan baru dari Pasar Caringin – Curug Dendeng sebagai akses alternatif bagi kendaraan pengangkut rumput Sentra Ternak BAZNAS. 2) Alokasi dana dari BAZNAS untuk program sentra ternak ini masih tergolong kecil dan baru sebatas diberikan dalam bentuk bantuan ternak dan operasional, belum meliputi pendidikan dan pelatihan (diklat). Belum dibangunnya pusat diklat ini membuat tujuan program
70
sentra ternak membentuk mustahiq menjadi muzakki melalui kegiatan ternak menjadi terhambat. 3) Pencairan anggaran periodik per 3 bulan dari BAZNAS untuk program sentra ternak ini sering mengalami keterlambatan. Hal ini membuat Pak Bunyamin harus menutupi terlebih dahulu dengan uang pribadinya. Beliau melakukan hal tersebut supaya aktivitas peternakan di sentra ternak tetap berjalan meskipun anggaran dari BAZNAS belum turun. 4) Kurangnya pendampingan dari pihak BAZNAS terhadap program sentra
ternak
domba
Cimande.
BAZNAS
baru
melakukan
pengawasan sebatas monitoring setiap 3 bulan sekali. Salah satu penyebab dari hal ini adalah fokus perhatian BAZNAS yang masih terpecah kepada program bencana seperti wasior, mentawai dan merapi. 5) Ada satu kasus dimana BAZNAS bekerjasama dengan salah satu bank syariah berjanji kepada pak Bunyamin ingin membangun satu kandang baru untuk pembibitan domba. Namun baik BAZNAS maupun bank syariah tersebut meminta pak Bunyamin untuk mengeluarkan uang pribadinya terlebih dahulu untuk membangun kandang tersebut dan dijanjikan akan dibayar setelah kandang selesai dibangun. Namun setelah kandang selesai dibangun, BAZNAS dan bank syariah tersebut hingga saat ini belum mengganti biaya 71
pembangunan kandang pembibitan yang sudah dikeluarkan oleh pak Bunyamin. b) Kendala yang dihadapi oleh Karyawan Program Sentra Ternak Domba Secara umum kendala yang dihadapi oleh karyawan sentra ternak domba BAZNAS adalah: 1) Tidak adanya mobil yang dialokasikan khusus oleh BAZNAS untuk mengangkut rumput. Saat ini para karyawan sentra ternak masih menumpang mobil milik Tawakkal Farm untuk mengambil rumput dan pakan ternak lainnya, sehingga waktu pengiriman pakan ternak untuk sentra ternak domba BAZNAS masih sering terlambat karena mereka harus mengalah dengan pengambil rumput dari Tawakkal Farm. 2) Nominal gaji yang mereka terima belum cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Untuk menutupi kekurangan tersebut, para istri dan anak mereka harus ikut serta membantu
para
suaminya
dengan
membuka
warung
dan
membersihkan kandang. Jumlah gaji yang mereka terima sebesar Rp 200.000,-/minggu. 3) Kejenuhan yang timbul akibat dari rutinitas pekerjaan yang monoton. Hal ini muncul karena dari 8 orang karyawan yang ada hanya 2 orang yang benar-benar mengerti aktivitas peternakan. Selanjutnya 6 orang
72
karyawan lainnya belum sepenuhnya memiliki keahlian dalam beternak dikarenakan fokus pekerjaan mereka hanya bertugas mencari rumput. c) Kendala yang Dihadapi Oleh BAZNAS Secara umum kendala yang dihadapi oleh BAZNAS dalam program sentra ternak domba ini adalah pada tahap awal sosialisasi, program ini masih belum mendapat sambutan baik dari masyarakat sekitar. Pada saat itu masyarakat sekitar menilai bahwa program ini adalah milik pribadi sehingga mereka khawatir program ini tidak mampu memberikan manfaat bagi warga yang tinggal di sekitar program sentra ternak. Namun seiring makin intensifnya sosialisasi yang dilakukan oleh BAZNAS, anggapan tersebut perlahan hilang. B. Analisis Efektivitas Pendayagunaan Dana ZIS Berbasis Sentra Ternak Domba 1. Analisis Program Berdasarkan Perhitungan Kinerja Keuangan Setiap model pengembangan ekonomi harus ditunjukkan dampak pada perbaikan kondisi ekonomi masyarakat terhadap adanya suatu proyek dalam kurun waktu tertentu. Untuk menganalisis pengaruh model pendayagunaan ZIS berbasis sentra ternak yang dilaksanakan oleh BAZNAS, perlu dilakukan penelaahan terhadap kinerja keuangan usaha tersebut dengan menggunakan teknik analisis arus kas (cash flow)
73
terhadap usaha peternakan domba yang pencatatannya dilakukan oleh pihak pelaksana program dalam hal ini bapak Bunyamin dari Tawakkal Farm. Mengingat bentuk usaha yang dijalankan oleh bapak Bunyamin dan karyawan sentra ternak masih sederhana, maka analisis arus kas yang diterapkan pun akan sederhana menyesuaikan dengan kondisi laporan keuangan yang ada. Penilaian kinerja keuangan dilakukan menggunakan analisis Profitability Index (PI) atau Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio) dengan rumus:
Keterangan: PI
= Profitability Index, yaitu salah satu metode penilaian investasi dengan menghitung perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan
PV
= Present Value, yaitu nilai sekarang dari arus kas masuk akan datang dari proyek tersebut
Dimana apabila hasil analisis rasio lebih besar (>) dari 1, maka kinerja keuangan berada dalam posisi yang baik dan bisa diterima. Namun jika hasil analisis rasio lebih
74
kecil (<) dari 1, maka kinerja keuangan berada dalam posisi yang tidak baik dan tidak dapat diterima1. Berbeda dengan sektor perdagangan dan jasa, sektor peternakan memiliki siklus usaha yang lebih panjang. Rata-rata setiap usaha ternak baru akan mencapai masa panen setelah melewati 6-7 bulan masa penggemukan, sehingga pendapatan dari usaha penggemukan ini tidak bisa diukur per bulan, melainkan setelah mencapai masa panen/momen Idul Adha. Sehingga analisis laporan keuangannya diukur per tahun anggaran. Berikut ini adalah hasil analisis Profitability Index (PI) atau Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio) berdasarkan arus kas yang tercatat di buku kas sentra ternak BAZNAS terhadap hasil penjualan domba yang telah digemukkan.
1
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 164.
75
Tabel 4.1. Laporan Arus Kas Peternakan Domba BAZNAS Di Cimande Periode 2008-2010 KETERANGAN 2008 2009 SALDO SEBELUMNYA Rp Rp 154.130.000 PEMASUKAN Anggaran Baznas Rp 105.000.000 Rp 74.875.000 Dana Operasional Rp 49.129.500 Rp Pinjaman dari Tawakkal Farm Rp 5.000.000 Rp Penjualan Kambing Rp 186.600.000 Rp 264.626.000 TOTAL PEMASUKAN Rp 345.729.500 Rp 339.501.000
Rp
2010 185.225.000
Rp Rp Rp Rp Rp
310.850.000 310.850.000
PENGELUARAN Pembelian domba Biaya Perlengkapan Biaya Upah Karyawan Biaya Peralatan Biaya Transportasi Biaya Listrik Tunjangan Hari Raya & Bonus Karyawan Pelunasan Pinjaman Biaya Kesehatan Domba Penyaluran laba ke mustahik Penyaluran laba ke pengelola/PJ Piutang
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
105.000.000 16.611.000 25.725.000 2.008.000 7.200.000 2.330.000 7.890.000 5.000.000 1.245.500 11.700.000 6.890.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
161.000.000 26.002.000 27.425.000 1.430.000 14.400.000 4.599.000 6.950.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
150.000.000 23.342.000 38.880.000 835.000 13.280.000 3.524.000 5.500.000
Rp Rp Rp Rp
5.720.000 11.400.000 5.700.000 43.780.000
Rp Rp Rp
1.375.000 9.500.000 4.250.000
TOTAL PENGELUARAN
Rp
191.599.500
Rp
308.406.000
Rp
250.486.000
BALANCE (TPM - TPN)
Rp
154.130.000
Rp
31.095.000
Rp
60.364.000
SALDO
Rp
154.130.000
Rp
185.225.000
Rp
245.589.000
(Sumber: data diolah, 2011)
Analisis Profitability Index program pada tahun 2008 sebagai berikut :
= 1,47
76
Terlihat bahwa pada tahun 2008, hasil analisis rasio lebih besar (>) dari 1 yaitu 1,47 yang menandakan bahwa kinerja keuangan sentra ternak domba pada tahun ini baik. Hal ini dikarenakan dukungan dana yang cukup besar dari BAZNAS pada awal periode serta tingkat kematian domba tergolong rendah yaitu 3 ekor. Berikutnya adalah analisis Profitability Index pada tahun 2009:
= 0,19 Terlihat bahwa Profitability Index dari tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami penurunan dari yang awalnya berada pada posisi baik karena 1,47 > 1, menjadi tidak baik (kurang < 1) pada posisi 0,19. Hal ini disebabkan jumlah anggaran yang diberikan oleh BAZNAS menurun dan tingkat kematian domba cukup tinggi yaitu mencapai 12 ekor. Meskipun pada periode ini sudah ada dokter hewan yang terlibat dalam aktivitas sentra ternak, namun keberadaannya tidak mempengaruhi tingkat kematian domba ternak. Berikutnya adalah analisis Profitability Index pada tahun 2010:
= 0,40 Dapat dilihat bahwa terjadi sedikit peningkatan rasio keuntungan pada tahun 2010 dibandingkan dengan periode 2009 yaitu 0,40. Namun jumlah ini masih memposisikan kinerja keuangan sentra ternak pada posisi tidak baik karena hasil PI masih lebih kecil (<) dari 1. Beberapa penyebab di antaranya BAZNAS tidak 77
menyuntikkan anggaran untuk program sentra ternak domba sehingga bapak Bunyamin selaku penanggung jawab program di lapangan menggunakan saldo dari periode sebelumnya sebagai modal untuk membeli domba pada periode 2010. Selain itu masih terdapat piutang yang belum dibayarkan oleh beberapa pihak pada periode 2009 sehingga mempengaruhi total arus kas bersih program sentra ternak domba periode 2010. 2. Analisis Perubahan Kondisi Ekonomi Karyawan Sentra Ternak Perubahan kondisi ekonomi karyawan sentra ternak diukur dengan indikator perubahan pendapatan karyawan antara sebelum dan sesudah intervensi dari program. Pengukuran perubahan dilakukan menggunakan Uji Statistik Wilcoxon Signed Rank Test. Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah: H0
= Program tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi ekonomi karyawan Program Sentra Ternak Domba
H1
= Program berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi ekonomi karyawan Program Sentra Ternak Domba
78
Berikut ini adalah hasil pengolahan data melalui bantuan program SPSS versi 17. Ranks N Sesudah_Program Sebelum_Program
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
1
a
1.00
1.00
Positive Ranks
7
b
5.00
35.00
Ties
0
Total
c
8
a. Sesudah_Program < Sebelum_Program b. Sesudah_Program > Sebelum_Program c. Sesudah_Program = Sebelum_Program
Dasar Pengambilan Keputusan Uji t: Dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.
Apabila t hitung < t tabel, maka H0 ditolak.
Apabila t hitung > t tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak.
Hasil analisis terhadap uji t dari Tabel Wilcoxon Signed Ranks. Dari output terlihat bahwa dari 8 data kondisi ekonomi sebelum dan sesudah mengikuti program, 1 data mempunyai ranking negatif, 7 data mempunyai ranking positif dan tidak ada data dengan ranking sama. Dalam uji Wilcoxon, yang dipakai adalah jumlah ranking yang paling kecil, karena itu dalam kasus ini diambil ranking yang negatif yaitu 1,00 (lihat output pada kolom ‘sum of ranks’). Dari angka ini didapat hasil uji statistik Wilcoxon (t) adalah 1. Dengan melihat tabel Wilcoxon, untuk n (jumlah data) = 8, uji satu sisi dan tingkat signifikansi (α) = 5%, maka didapat nilai t tabel dari tabel Wilcoxon = 5. dari
79
hasil penjabaran terhadap uji Wilcoxon di atas maka kesimpulan yang didapat adalah oleh karena t hitung < t tabel = 1 < 5 maka H0 ditolak yang berarti program berpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi karyawan sentra ternak. b
Test Statistics
Sesudah_Program Sebelum_Program Z
a
-2.383
Asymp. Sig. (2-tailed)
.017
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dasar Pengambilan Keputusan Uji z: Dengan membandingkan nilai z hitung dengan z tabel.
Apabila z hitung > z tabel, maka H0 ditolak.
Apabila z hitung < z tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak.
Hasil analisis terhadap uji z dari Statistics Test. Dari output terlihat nilai z sebesar -2,383. Sedangkan z tabel dapat dihitung pada tabel z dengan α = 5%, maka luas kurva normal adalah 50% - 5% = 45% atau 0,45. Pada tabel z, untuk luas 0,45 didapat angka z tabel sekitar -1,645 (tanda ‘-‘ menyesuaikan dengan z output). Maka berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan: z hitung > z tabel = -2,383 > -1,645, maka H0 ditolak
80
Dengan Menggunakan Angka Signifkansi
Jika angka signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.
Jika angka signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima.
Hasil yang didapat dari tabel menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2tailed)/asymptotic significance untuk uji dua sisi adalah 0,017. Oleh karena kasus ini adalah uji satu sisi, maka nilai Sig. menjadi 0,017/2 = 0,0085. Di sini menandakan bahwa signifikansi di bawah 0,05 (0,0085 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya berdasarkan uji t, uji z dan uji signifikansi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa program pendayagunaan ZIS berbasis sentra ternak domba memang mempunyai efek yang nyata/berpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi karyawan sentra ternak. 3. Analisis Dampak Program terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Selain memiliki dampak secara ekonomis yang sudah dipaparkan pada bagian sebelumnya, program yang dijalankan juga memiliki dampak sosial bagi para karyawan sentra ternak dalam kapasitasnya sebagai peserta program. Dampak program terhadap kehidupan sosial keagamaan tampak pada: a. Peningkatan Status Sosial Karyawan Program Sentra Ternak Domba Dampak sosial dari program yang paling nyata terlihat dan terasa pengaruhnya adalah peningkatan status sosial peserta program dari yang awalnya pendapatan mereka hanya sekitar Rp 15.000,-/hari sebagai buruh tani menjadi
81
karyawan sentra ternak dengan penghasilan Rp 800.000,-/bulan ditambah bonus akhir tahun yang mereka dapatkan dari hasil penjualan domba pada hari raya Idul Adha. Adanya perubahan ini membuat mereka makin bersemangat dalam menjalani kehidupan setelah adanya program sentra ternak domba BAZNAS. Namun yang sangat disayangkan hal ini tidak mempengaruhi kondisi ibadah mereka. Para karyawan sentra ternak sering mengabaikan sholat lima waktu ketika sedang bekerja. Meskipun bapak Bunyamin selaku penanggung jawab program sering mengingatkan mereka agar senantiasa menunaikan sholat lima waktu, kesadaran mereka untuk melaksanakannya masih terlihat kurang. Hal ini tentu saja harus menjadi perhatian bagi BAZNAS dan bapak Bunyamin agar senantiasa mengingatkan dan mendampingi mereka khususnya terkait dengan masalah ibadah sholat. b. Peningkatan Kualitas Hubungan (Ukhuwah) antar Karyawan Sentra Ternak Domba Berdasarkan hasil yang diteliti dari pelaksanaan wawancara serta observasi terhadap karyawan sentra ternak domba, responden/karyawan berpendapat bahwa dengan adanya program ini terjadi peningkatan kualitas hubungan (ukhuwah) antar karyawan program sentra ternak. Hal ini terlihat dengan semakin seringnya mereka berkumpul untuk membahas permasalahan yang terjadi diantara mereka dalam hal pencarian pakan ternak seperti rumput, pengolahan pakan ternak yang efektif, cara-cara menggemukkan domba yang baik dan lain-lain. Dalam pertemuan tersebut mereka saling mengungkapkan permasalahan yang mereka 82
hadapi dan berbagi solusi penyelesaian permasalahan tersebut. Tak jarang mereka bahu–membahu memberikan bantuan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh sesama karyawan program. Melalui mekanisme seperti demikian, terciptalah suasana ukhuwah yang mengikat dalam persaudaraan.
C. Analisis SWOT Program Sentra Ternak Domba BAZNAS 1. Kekuatan/Strengths
Potensi desa Cimande cocok untuk dijadikan program pengembangan sentra ternak. Wilayah Cimande diapit oleh gunung Salak dan gunung Halimun dimana kedua gunung tersebut dapat menjadi penyedia pakan peternakan dalam jumlah yang memadai.
Desa Cimande merupakan wilayah peternakan yang terbebas dari endemi Antraks dan penyakit ternak lainnya.
Masyarakat di wilayah Cimande sudah terbiasa untuk mengelola peternakan, dikarenakan sebagian dari mereka adalah buruh peternakan.
2. Kendala/Kelemahan/Weakness
Implementasi program masih belum konsisten dengan yang direncanakan serta pengawasan dari pihak BAZNAS lemah.
Amil yang dipercaya untuk mengawasi program sentra ternak belum ditunjuk sesuai kompetensi yang dibutuhkan di lapangan. Satu amil harus menangani
83
beberapa program pendayagunaan yang berakibat pengawasan program sentra ternak menjadi lemah.
Dana yang dialokasikan oleh BAZNAS untuk program sentra ternak domba masih tergolong kecil serta pencairan anggaran sering terlambat dan diserahkan pada akhir periode.
Belum adanya pusat pendidikan dan pelatihan bagi para peternak mustahiq.
3. Peluang/Opportunity
Peluang pengembangan program sentra ternak domba semakin besar dengan dimulainya program pembibitan domba.
Dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat terhadap program sentra ternak domba.
Dukungan jaringan pemasaran ternak oleh pihak Tawakkal Farm.
Peluang kerjasama pengembangan program sentra ternak dengan instansi pemerintah, BUMN, bank-bank syariah, LAZ serta institusi pendidikan tinggi (IPB, UI, UIN).
4. Kendala/Ancaman/Threats
Musim kemarau akan menambah beban biaya.
Faktor peralihan musim dapat mempengaruhi kesehatan hewan ternak.
Akses jalan dari sentra ternak menuju tempat pengambilan rumput dan sebaliknya masih melewati jalan warga yang sempit. Hal ini menyulitkan proses pengantaran pakan ternak.
84
Belum adanya mobil pengambil pakan ternak milik sentra ternak BAZNAS membuat proses pemberian pakan ternak sering terlambat. Saat ini para pengambil rumput sentra ternak BAZNAS masih menumpang mobil milik Tawakkal Farm.
5.
Analisis Matriks SWOT Kearns Setelah memaparkan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
eksternal (peluang dan tantangan) dari program sentra ternak domba BAZNAS, penulis mencoba mempertemukan faktor-faktor internal dan eksternal tersebut ke dalam matriks SWOT Kearns untuk mendapatkan solusi strategis dalam rangka pengembangan program sentra ternak domba BAZNAS. Tabel 4.4. Matriks SWOT Kearns Eksternal
OPPORTUNITY
THREATS
Internal STRENGTHS
WEAKNESS
Comparative Advantage: Strategi sinergis dengan seluruh stakeholder untuk mengembangkan potensi dan jaringan program Sentra Ternak Domba BAZNAS. Divestment/Investment: Penguatan pengawasan program, pembentukan jejaring khusus sentra ternak dan pembangunan pusat diklat.
Mobilization: Pembangunan akses jalan alternatif dan pengadaan mobil pengangkut pakan ternak. Damage Control: Penguatan manajemen risiko dalam rangka antisipasi peralihan musim.
85
Penjelasan: 1. Sel A: Comparative Advantage Pada sel ini, solusi strategis yang penulis coba paparkan yaitu membangun sinergi dengan seluruh stakeholder terkait guna mengembangkan potensi dan jaringan program sentra ternak domba BAZNAS. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan kerjasama permodalan usaha dengan institusi pemerintah, UPZ BUMN dan lembaga-lembaga zakat milik bank syariah guna mengembangkan program penggemukkan dan pembibitan domba. 2. Sel B: Mobilization Pada sel ini, solusi strategis yang penulis coba paparkan yaitu pembangunan akses jalan alternatif dan pengadaan mobil pengangkut pakan ternak. Bentuk pembangunan akses jalan alternatif ini yaitu memperbaiki jalan dari pasar Caringin melewati Curug Dendeng. Tujuannya adalah untuk menghemat waktu tempuh mobil pengangkut pakan ternak dari sentra ternak menuju tempat pengambilan rumput dan dari arah sebaliknya. Pengadaan mobil pengangkut pakan ternak ini bertujuan agar para karyawan pengambil rumput dapat lebih cepat mengantarkan pakan ternak ke sentra ternak domba BAZNAS.
86
3. Sel C: Divestment/Investment Pada sel ini, solusi strategis yang penulis coba paparkan yaitu penguatan pengawasan program, pembentukan jejaring khusus sentra ternak dan pembangunan pusat diklat. Untuk mendukung penguatan pengawasan, BAZNAS tidak hanya melakukan pengawasan berkala saja tapi juga memberikan pendampingan kepada karyawan baik secara teknis pengelolaan maupun spiritual keagamaan. Sebagai langkah pendukung, BAZNAS dapat membentuk jejaring khusus yang tugasnya mengurus secara penuh aktivitas sentra ternak serta membangun pusat pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi peternak mustahiq. Hal ini penting supaya fokus pengembanganan sentra ternak menjadi lebih terarah dan terstruktur. 4. Sel D: Damage Control Pada sel ini, solusi strategis yang penulis coba paparkan yaitu penguatan manajemen risiko dalam rangka antisipasi peralihan musim. Dengan perubahan iklim yang begitu ekstrem seperti sekarang, BAZNAS perlu melakukan langkah-langkah antisipatif seperti penyiapan dana cadangan apabila musim kemarau berkepanjangan, pencarian
pakan
ternak
alternatif
apabila
jumlah
rumput
menipis
serta
mempersiapkan obat-obatan khusus untuk hewan ternak apabila terkena penyakit akibat dari peralihan musim.
87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian, baik melalui hasil wawancara mendalam terhadap penanggung jawab program, karyawan sentra ternak dan divisi pendayagunaan ZIS BAZNAS, pengamatan langsung terhadap objek penelitian dan analisis dokumen laporan keuangan program, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Model pendayagunaan dana Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) berbasis sentra ternak domba yang dilaksanakan oleh BAZNAS merupakan salah satu program pendayagunaan ZIS yang memadukan pendekatan lembaga pengelola zakat dalam bentuk pemberian bantuan ternak berwujud hewan domba,
dengan
pendekatan
pemanfaatan
potensi
lokal
berbasis
pengembangan peternakan modern dengan melibatkan masyarakat dhu’afa terpilih di dalam pengelolaannya. Tujuan dari program ini yaitu untuk mengatasi permasalahan ketersediaan pangan berbasis hewan ternak. 2. Model pendayagunaan dana ZIS berbasis sentra ternak domba yang dilaksanakan oleh BAZNAS dapat dikatakan belum efektif berdasarkan
88
hasil
analisis
kinerja
keuangan
program
sentra
ternak
dengan
menggunakan analisis Profitability Index atau Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio). Dari analisis tersebut ditemukan hasil profitability index dengan tingkat penurunan yang tinggi dimana pada periode 2008 berada pada level 1,47 > 1, periode 2009 berada di level 0,19 < 1 dan pada periode 2010 berada di level 0,40 < 1. Berdasarkan hasil uji statisitik nonparametrik Wilcoxon, program ini berdampak pada peningkatan kondisi ekonomi karyawan sentra ternak dengan signifikansi perubahan dari uji statistik menunjukkan tingkat signifikansi lebih kecil dari α 5%. Selain berdampak pada kondisi ekonomi, program sentra ternak juga membawa dampak positif secara sosial kepada karyawan sentra ternak domba. Dampak tersebut adalah peningkatan status sosial karyawan program dan peningkatan ukhuwah antar karyawan. Kemudian dampak program terhadap masyarakat setempat baru sebatas pemberian hasil keuntungan dari penjualan domba kepada 60 mustahiq dengan nilai Rp 195.000,-/orang. Belum ada bentuk pemberdayaan ekonomi yang telah dilakukan oleh BAZNAS kepada mereka. 3. Kelebihan dan kekurangan program terangkum dalam kerangka analisis SWOT dimana dari sisi kekuatan/strengths yaitu: potensi desa Cimande cocok dijadikan sebagai program pengembangan sentra ternak; desa Cimande merupakan wilayah peternakan yang terbebas dari endemi Antraks dan penyakit ternak lainnya; masyarakat Cimande sudah terbiasa 89
mengelola peternakan. Dari sisi kelemahan/weakness yaitu: implementasi program masih belum konsisten serta pengawasan yang masih lemah; amil yang dipercaya untuk mengelola program masih belum sesuai kompetensi yang dibutuhkan; dana yang dialokasikan oleh BAZNAS untuk program sentra ternak masih tergolong kecil dan pencairan anggaran sering mengalami keterlambatan; belum adanya pusat diklat. Dari sisi peluang/opportunity yaitu: peluang pengembangan program semakin besar dengan
dimulainya
program
pembibitan
domba;
dukungan
dari
pemerintah daerah dan masyarakat setempat; dukungan jaringan pemasaran ternak oleh Tawakkal Farm; peluang kerjasama dengan institusi lainnya seperti BUMN, instansi pemerintah, bank-bank syariah dan institusi pendidikan tinggi. Dari sisi tantangan/threats yaitu: faktor peralihan musim; belum adanya akses jalan alternatif untuk mengambil rumput; belum adanya mobil operasional milik sentra ternak domba untuk mengangkut rumput dan pakan ternak lainnya. Adapun solusi strategis yang didapat dari hasil analisis SWOT tersebut disajikan dalam bentuk matriks Kearns dengan 4 kategori sel. Pada sel A: Comparative Advantage, solusi yang coba ditawarkan yaitu strategi sinergis dengan seluruh stakeholder untuk mengembangkan potensi dan jaringan program sentra ternak domba BAZNAS. Pada sel B: Mobilization, solusi yang coba ditawarkan yaitu pembangunan akses jalan alternatif dan pengadaan mobil pengangkut pakan ternak. Pada sel C: Divestment/Investment, solusi yang 90
coba ditawarkan yaitu penguatan pengawasan program, pembentukan jejaring khusus sentra ternak dan pembangunan pusat diklat. Pada sel D: Damage Control, solusi yang coba ditawarkan yaitu penguatan manajemen risiko dalam rangka antisipasi peralihan musim.
B. Saran Berdasarkan temuan dan kesimpulan yang penulis telah paparkan, kiranya penulis dapat menyampaikan saran atas pelaksanaan program pendayagunaan dana ZIS berbasis sentra ternak domba yang dilaksanakan oleh BAZNAS sebagai perbaikan program ke depannya, yaitu: 1. Sebaiknya pihak BAZNAS mulai menunjuk amil atau jejaring yang khusus menangani program sentra ternak domba agar arah pengembangan program menjadi lebih fokus dan terarah. Keberadaan amil atau jejaring di sini tidak hanya sebatas mengawasi program secara berkala saja, tetapi juga melakukan pendampingan kepada karyawan sentra ternak baik dari segi pengelolaan program maupun pendampingan dari segi mental spiritual. 2. Untuk ke depan sebaiknya pola pengembangan yang dilakukan juga melibatkan pihak mustahiq secara aktif melalui pembentukan kelompok peternak, yang selanjutnya mereka dididik dan dilatih tentang peternakan di dalam pusat diklat yang didirikan oleh BAZNAS. Setelah mereka
91
memiliki bekal yang cukup tentang ilmu peternakan, BAZNAS melalui bapak Bunyamin memberikan 12-15 ekor domba kepada masing-masing anggota kelompok untuk dikelola. Selama mereka mengelola domba tersebut, pihak BAZNAS dan bapak Bunyamin turut aktif mengawasi dan mendampingi kegiatan mereka. 3. Untuk mempermudah kerja BAZNAS dalam membina para peternak, BAZNAS dapat menggandeng institusi pendidikan tinggi yang memiliki fakultas peternakan seperti IPB agar pembinaan terhadap mereka menjadi lebih intensif dan terstruktur. Pola pembinaan yang efektif dan efisien diharapkan mampu meningkatkan derajat mustahiq menjadi muzakki.
92
93
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an, Terjemahan Kementerian Agama Republik Indonesia. Ahmad, Indra Azhar.“Efektivitas Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Berbasis Peternakan Dan Penggemukan Sapi (Studi Pada Program SABANSA Yayasan BIK Desa Mekarwangi, Sukawening, Garut – Jawa Barat)“. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf. Jakarta: UI Press, 1988. Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, cet. IX. Jakarta: Gema Insani Press & Tazkia Cendekia, 2001. Beik, Irfan Syauqi. “Analysis on the Role of Zakat in Alleviating Poverty: Dompet Dhuafa Republika Case Study”. Makalah Dipresentasikan pada Konferensi Internasional IDB di Bangladesh, Februari 2009. Blocher. Et All. Manajemen Biaya: Dengan Tekanan Stratejik, cet. II. Jakarta: Salemba Empat, 2001. Buku Kas Sentra Ternak Domba BAZNAS, 2008-2010. Daftar Isian Data Profil Desa Cimande, 2010. Departemen Agama Republik Indonesia. Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. 2003. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Djamil, Fathurrahman.”Pendekatan Maqashid Al-Syariah terhadap Pendayagunaan Zakat”. Dalam: Abidin, ed. Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas Pemanfaatan Zakat, Infak, Sedekah. Jakarta: PIRAMEDIA, 2004.
94
Djarwanto. Statistik Non Parametrik. Yogyakarta: BPFE, 2003. Dokumen Internal Program Sentra Ternak Domba Cimande BAZNAS, 2008. Fakhruddin. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang: UIN Malang Press, 2008. Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakata: Gema Insani Press, 2002. Handoko, T. Hani. Manajemen Edisi ke 2, Yogyakarta: BPFE, 1998. Hermawan, Asep. Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta: LPFE Trisakti, 2003. Jogiyanto. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman, Yogyakarta: BPFE, 2004. Kanisius. Ensiklopedi Umum. Jakarta: Kanisius, 1973. Kasmir dan Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana, 2004. Meylani, Wina.“Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Sebagai Modal Kerja Terhadap Indikator Kemiskinan dan Pendapatan Mustahiq (Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)“. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2009. PEBS-FEUI, Indonesia Zakat & Development Report: Menggagas Arsitektur Zakat Indonesia – Menuju Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Sipil dalam Pengelolaan Zakat Nasional. Jakarta: CID Publishing, 2010. Qoyyim, Muhyil. “Efektifitas Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid (Studi pada Program Pemberantasan Kemiskinan Berbasis Masjid)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Rahmawati, Irma.“Analisis Dampak Pendistribusian Zakat Melalui Kredit Terhadap Pendapatan Mustahik (Studi Kasus: Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa)“. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2005.
95
Rintuh & Miar. Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat. Jakarta: DIKTI, 2003. Rochaety, Ety dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007. Sudewo, Eri. Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar. Ciputat: IMZ, 2004. Supranto, Johanes. Statistik: Teori dan Aplikasi, cet. II. Jakarta: Erlangga, 2001. Tim Penulis Fakultas Syariah Dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Ciputat : FSH UIN Jakarta, 2007. Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis: Teknis Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003. www.baznas.or.id www.bps.go.id Yogatama, Aditya Rangga.“Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kepatuhan Menunaikan Zakat: Pendekatan Kontinjensi“. Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, 2009.
96
LAMPIRAN Pendapatan Karyawan Sentra Ternak Pendapatan Karyawan Sentra Ternak Sebelum Mengikuti Program Setelah Mengikuti Program + Bagi Hasil Rp 250.000 Rp 500.000 Rp 1.500.000 Rp 450.000 Rp 900.000 Rp 900.000 Rp 600.000 Rp 450.000
Rp 1.331.250 Rp 1.631.250 Rp 1.331.250 Rp 1.331.250 Rp 1.331.250 Rp 1.531.250 Rp 1.331.250 Rp 1.331.250
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Sesudah_Program Sebelum_Program
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
1
a
1.00
1.00
Positive Ranks
7
b
5.00
35.00
Ties
0
Total a. Sesudah_Program < Sebelum_Program b. Sesudah_Program > Sebelum_Program c. Sesudah_Program = Sebelum_Program
c
8
97
Test Statistics
b
Sesudah_Progra mSebelum_Progra m Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
a
-2.383
.017
98
Panduan Indepth Interview untuk Bapak H. Bunyamin Sentra Ternak BAZNAS, Desa Cimande Ilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor
1. Bagaimana pandangan anda terhadap program Sentra Ternak Domba BAZNAS di desa Cimande? Jawab: Program ini cukup bagus karena melibatkan masyarakat yang tidak mampu sekaligus memberikan manfaat bagi mustahiq. Program ini pun ditujukan untuk membentuk mustahiq menjadi muzakki. 2. Bagaimana tahapan persiapan dari program Sentra Ternak Domba BAZNAS? Jawab: Saya secara pribadi membuat MoU ke BAZNAS untuk melaksanakan program yang kemudian dinamakan Sentra Ternak Domba BAZNAS. 3. Bagaimana bentuk hak dan kewajiban antara pihak BAZNAS dengan Tawakkal Farm (Bapak Bunyamin) terkait program Sentra Ternak? Jawab: Peran Tawakkal Farm di sini hanya membantu memasarkan hasil domba yang telah digemukkan oleh BAZNAS dan saya (H. Bunyamin). Jadi saya secara pribadi bekerjasama dengan BAZNAS, hasil dari Sentra Ternak BAZNAS dijual ke Tawakkal Farm atau BAZNAS sendiri yang membeli hasil ternak tersebut untuk dibagikan pada saat hari raya Idul Adha. 4. Bagaimana tahapan pelaksanaan dari program Sentra Ternak Domba BAZNAS? Sesuaikah dengan yang direncanakan dalam tahap persiapan?
99
Jawab: Kalau untuk program penggemukan domba, tahap pelaksanaannya sudah sesuai. Hingga saat ini proses yang berjalan sudah mencapai 3 tahun. 5. Manfaat apa saja yang anda dapatkan dari program tersebut? Jawab: Saat ini mustahiq yang sudah menerima manfaat dari program sentra ternak berjumlah 65 orang. Para karyawan sentra ternak juga mendapatkan manfaat dari program ini dalam bentuk bagi hasil dari hasil penjualan. Adapun porsi pembagian hasil keuntungan yaitu dari 100%, 50% diperuntukkan bagi mustahiq, 25% diperuntukkan bagi penanggung jawab dan 25% diperuntukkan bagi karyawan. 6. Setelah berapa lama para peternak/karyawan mendapatkan manfaat dari program Sentra Ternak Domba BAZNAS? Jawab: Keuntungan atau manfaat dari hasil penjualan tersebut dibagikan satu tahun sekali setelah masa penjualan domba pada Idul Adha. 7. Berapa jumlah pendapatan yang diberikan kepada karyawan Sentra Ternak? Jawab: Gaji yang diberikan kepada karyawan sebanyak Rp 200.000,/minggu. Namun jika dihitung per bulan maka gaji yang didapat yaitu 4 minggu x Rp 200.000,- = Rp 800.000,-. 8. Digunakan untuk keperluan apa saja pendapatan tersebut? Jawab: Kebanyakan dipergunakan untuk keperluan sehari-hari. 9. Hal-hal apa saja yang menjadi kendala di dalam pelaksanaan program Sentra Ternak Domba BAZNAS desa Cimande?
100
Jawab: Yang menjadi kendala saat ini adalah akses jalan. Dikarenakan akses jalan ini dilewati setiap hari oleh mobil pengangkut rumput dan pakan ternak lainnya (ampas tahu) sentra ternak BAZNAS, akhirnya jalan menjadi cepat rusak. Sampai saat ini belum ada dukungan finansial dari BAZNAS untuk membantu perbaikan jalan tersebut. Untuk menyikapi hal ini, saya sedang mengupayakan dukungan dari pihak pemda setempat untuk membangun akses jalan alternatif dari Pasar Caringin mengarah ke Curug Dendeng. Mudahmudahan upaya tersebut didukung oleh kepala desa. Memang hal tersebut bukan menjadi masalah besar, akan tetapi saya selaku penanggung jawab program sentra ternak sering merasa malu dengan masyarakat sekitar. 10. Bagaimana harapan anda terhadap program Sentra Ternak Domba BAZNAS desa Cimande ke depan? Jawab: Harapan saya di antaranya sebaiknya pihak BAZNAS sebelum mengembangkan program sentra ternak di daerah lainnya, para mustahiq tersebut dibekali kemampuan untuk beternak melalui training. Setelah mereka memiliki ilmu beternak yang baik dari sentra ternak, mereka kemudian diberi bantuan hewan ternak oleh BAZNAS. Apabila bantuan ternak sudah datang, mereka sudah mengerti bagaimana mengelola ternak dengan baik. Diharapkan BAZNAS dapat membentuk kader-kader peternak yang tadinya mustahiq menjadi muzakki. Saya sangat menginginkan hal itu dapat terwujud. Jangan sampai bantuan yang diberikan oleh BAZNAS sama bentuknya seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai). Pola tersebut dapat mengabadikan kemiskinan.
101
Panduan Indepth Interview untuk Bapak Budi (Divisi Pendayagunaan ZIS) Sentra Ternak BAZNAS, Desa Cimande Ilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor
1. Bagaimana pandangan anda terhadap program Sentra Ternak Domba BAZNAS di desa Cimande? Jawab: Tujuan pembentukan program ini adalah untuk mengembangkan kegiatan peternakan di daerah Cimande, Bogor dengan hewan yang dikembangkan yaitu domba. Kami dari BAZNAS bekerjasama dengan bapak Bunyamin ingin melakukan pemberdayaan masyarakat berbasis ternak. Dari kegiatan ini, alhamdulillah sekarang sudah banyak muncul komunitas peternakan di sekitar Cimande yang mengikuti pola yang dikembangkan oleh BAZNAS. Dengan adanya kegiatan peternakan di sana, diharapkan masyarakat sekitar dapat terbantu secara ekonomi. 2. Bagaimana tahapan persiapan dari program Sentra Ternak Domba BAZNAS? Jawab: Pada tahap awal kami melakukan proses assessment. Di dalamnya kami juga melakukan analisis dari sisi feasible programnya. Setelah itu baru kita melaksanakan program. Kami juga melakukan monitoring dan evaluasi tiap tahun. 3. Bagaimana bentuk hak dan kewajiban antara pihak BAZNAS dengan Tawakkal Farm (Bapak Bunyamin) terkait program Sentra Ternak?
102
Jawab: Kami sudah menetapkan hak dan kewajiban di dalam program kami secara professional. Hak dari bapak Bunyamin kami penuhi dan beliau berperan sebagai pendamping program sentra ternak di Cimande. 4. Bagaimana tahapan pelaksanaan dari program Sentra Ternak Domba BAZNAS? Sesuaikah dengan yang direncanakan dalam tahap persiapan? Jawab: Tahap pelaksanaan yang kami lakukan sudah sesuai dengan yang direncanakan. Ke depan, kami akan mengembangkan desa Cimande sebagai salah zakat community development dimana bukan hanya kegiatan peternakan yang dikembangkan tapi juga bagaimana membantu masyarakat Cimande dalam bentuk pemberdayaan ekonomi lainnya. 5. Bagaimana tahapan pemberian manfaat kepada mustahiq program Sentra Ternak Domba BAZNAS? Jawab: Pemberian manfaat dari program ini ditujukan kepada dua pihak. Yang pertama adalah para karyawan yang bekerja di sana dan yang kedua para mustahiq yang tinggal di sekitar desa Cimande. Sebelum memberikan manfaat finansial kepada mustahiq, kami sudah melakukan survei dan verifikasi terlebih dahulu. Kami memang belum merencanakan keterlibatan mustahiq secara langsung pada tahun ini. Setelah sentra ternak memiliki jumlah domba hingga ribuan ekor, kami akan membuat pola plasma pada sentra ternak domba ini. Saat ini yang kami fokuskan adalah pembuatan sistem terlebih dahulu baru kemudian diaplikasikan di lapangan.
103
6. Hal-hal apa saja yang menjadi kendala di dalam pelaksanaan program Sentra Ternak Domba BAZNAS desa Cimande? Jawab: Menurut kami program ini tidak banyak memiliki kendala. Namun pada tahap assessment, ada sebagian masyarakat Cimande yang awalnya menolak keberadaan program ini. Pada saat itu asumsi yang berkembang di masyarakat Cimande mengganggap program ini adalah milik pribadi sehingga mereka berpikir program ini tidak akan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Setelah kami jelaskan lebih lanjut kepada mereka, akhirnya mereka dapat menerima keberadaan program sentra ternak hingga saat ini. 7. Bagaimana harapan anda terhadap program Sentra Ternak Domba BAZNAS desa Cimande ke depan? Jawab: Ke depan kami akan mengembangkan komunitas peternakan yang dapat menjadi program unggulan dari wilayah ini. Selanjutnya kami pun akan memberdayakan mustahiq secara aktif melalui program sentra ternak domba ini. Model seperti ini akan kami kembangkan di beberapa wilayah lain dengan tujuan ingin mengembangkan kegiatan peternakan secara modern dan mampu memberikan manfaat kepada mustahiq.