Pengaruh Implementasi ZIS terhadap Kesejahteraan Umat (Studi kasus Lembaga Penyalur Zakat, Infaq, Shodaqoh di DKI Jaya ) Prof. Dr. Yuswar, ZB, Ak. MBA. Dr. Hj. Hermien Triyowati, MS Dr. Hj. Yolanda Masnita, MM Sumardjo, SE, MM, MBA
1. Pendahuluan Menurut Bahasa (lughat), Zakat berarti : tumbuh; berkembang; kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi), dapat pula berarti mensucikan (QS. At-Taubah : 10). Sedangkan menurut Hukum Islam (istilah syara'), Zakat adalah nama bagi suatu kegiatan pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. Istilah infak dan sadaqoh, merupakan kesatuan pengertian dengan zakat, sehingga sering diucapkan secara bersama sebagai zakat, infak dan sadaqoh (Z.I.S) Seperti diketahui, bahwa jumlah penduduk Muslim di Indonesia sekitar 200.280.000 jiwa (88,2% dari total populasi Indonesia), dimana dari jumlah tersebut, sekitar 55,28% atau 110.175.000 jiwa,adalah memiliki kewajiban dan kemampuan untuk membayar zakat Fitrah. Bila dilakukan perhitungan secara sederhana, jika seorang wajib Zakat, membayar zakat Fitrah sebanyak 2,5 kg beras, atau setara dengan nilai uang sekitar Rp. 20.000, maka nilkai total Zakat Fitrah yang diterima oleh kaum Dhuafa setiap bulan Ramadhan adalah = (Rp 20.000) (110.175.000 jiwa) = Rp. 2.203.500.000.000,-. Ini adalah jumlah uang yang besar, untuk pembayaran Zakat Fitrah saja, belum termasuk pembayaran Zakat Maal maupun Shodaqoh dimana jika digabungkan secara keseluruhan, akan menunjukkan besarnya potensi yang berasal dari obligasi religius ini. Dengan kata lain, dengan menyadari potensi ini, selanjutnya dikaitkan dengan target penerima ZIS (kaum Dhuafa), maka sangat disayangkan jika kekuatan ini ZIS tidak bisa berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat Dhuafa. Penelitian ini penting untuk dilakukan, karena belum diungkapkan secara komprehensif terkait potensi, kontribusi Z.I.S dan efektivitas Lembaga Z.I.S dalam menjalankan misi peningkatan kesejahteraan kaum Dhuafa yang sejalan dengan program pemerintah pengentasan kemiskinan di Indonesia, yang selanjutnya juga diusulkan rancangan Lembaga Z.I.S.yang diharapkan bisa lebih optimal dalam menjalankan misi tersebut. Dengan mengetahui potensi Z.I.S dan kontribusinya dalam pengentasan kemiskinan, diharapkan bisa menginformasikan kepada lembaga-lembaga Z.I.S yang ada, pentingnya
pembenahan kelembagaan Z.I.S, baik dari sisi organisasi maupun manajemen Z.I.S, agar tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat Dhuafa tercapai.
2. Tinjauan Pustaka 2.1. Z.I.S (Zakat, Infaq, Shodaqoh) Menurut Bahasa (lughat), Zakat berarti : tumbuh; berkembang; kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi), dapat pula berarti mensucikan (QS. At-Taubah : 10). Sedangkan menurut Hukum Islam (istilah syara'), Zakat adalah nama bagi suatu kegiatan pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu. Istilah infak dan sadaqoh, merupakan kesatuan pengertian dengan zakat, sehingga sering diucapkan secara bersama sebagai zakat, infak dan sadaqoh (Z.I.S). Lembaga
pengelola zakat secara formal oleh badan pemerintah di Indonesia
adalah
BAZNAS
pada tingkat pusat propinsi maupun Kabupaten/Kota. BAZNAS agar dapat
mengelola zakat dengan efektif, maka dapat membentuk unit pengumpul zakat (UPZ) pada badan pemerintah, BUMN, BUMD, perusahaan swasta, perwakilan Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan, tempat lainnya dan nama lainnya
2.2. Masyarakat Dhua’fa dan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Du’afa adalah sekelompok manusia yang dianggap lemah atau mereka yang tertindas. Masyarakat Dhu’afa bukan masyarakat yang malas. Mereka menjadi Dhuafa karena keadaan (Adnan : 2009). Bappenas,
2002],
menyebutkan
empat
unsur-unsur
dari
kemiskinan
yaitu:
(a)
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, transportasi, dan sanitasi); (b) kerentanan atas phisik dan psikologis ; (c) ketidak-berdayaan; dan (d) ketidak-mampuan menyalurkan aspirasinya. Pendapat ini diperjelas oleh Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK), 2003], yang mendefinisikan ciriciri masyarakat miskin, adalah: (a) basic need deprivation; (b) low production; (c) inaccessibility; (d) vulnerability; (e) low prestige and feel inferior. 2.3. Kesejahteraan Sosial. Dalam istilah umum, sejahtera mengarah kepada keadaan yang baik, di mana kondisi manusia dalam keadaan makmur, sehat dan damai. Dalam istilah ekonomi, sejahtera
dihubungkan dengan kondisi ekonomi seseorang yang diukur dengan pendapatan yang diperolehnya untuk membiayai kehidupannya. Dalam pendekatan kebijakan, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang dilakukan oleh negara ataupemerintahkepada orang yang membutuhkan, yaitu orang-orang yang tidak dapat bekerja, atau pendapatan yang diterima dari hasil kerjanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Bantuan ini bisa berupa bantuan finansial, bantuan pendidikan, bantuan kesehatan dan lain-lain 2.4. Sistem dan Efektivitas Kelembagaan Pada dasarnya, selama memenuhi syarat dan tepat sasaran, maka berzakat melalui lembaga atau langsung disalurkan sendiri, kedua-duanya boleh dan sah. Pengelolaan Zakat oleh Lembaga Amilin, adalah untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dalam rangka mengevaluasi efektivitas pencapaian sasaran, maka penilaian kinerja organisasi menjadi penting. Organisasi pengelola Z.I.S sebagai bagian dari sistem sosial harus bertanggung jawab untuk melakukan manajerial sesuai misi yang diembannya. Keberadaan Lembaga Zakat
perlu
dievaluasi
terhadap
parameter
efektivitas
organisasi
(Organizational
Effectiveness), sehingga dapat diketahui efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan dana yang diperolehnya. Efektivitas didefinisikan sebagai sejauhmana sebuah organisasi mewujudkan tujuantujuannya. Sementara Efektivitas Organisasi (EO), didefinisikan sebagai tingkat pencapaian organisasi atas tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
3. Hipotesis Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, trasendental dan horizontal. Dalam hubungan sosial kemasyarakatan di antara manusia, Zakat memiliki banyak hikmah, yakni: (i) Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsipprinsip Ummat Wahidan (umat yang satu), Musawah (persamaan derajat, dan dan kewajiban), Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan Takaful Ijti'ma (tanggung jawab bersama). (ii) Merupakan ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah SWT, merupakan perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusian dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan ummat dan bangsa, pengikat bathin antara golongan kaya dan miskin, penimbun jurang pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah. (iii) Menjadi unsur penting dalam “mewujudkan
keseimbangan dalam distribusi harta (social distribution)”, dan keseimbangan tanggungjawab individu dalam masyarakat. (iv)Mewujudkan tatanan masyarakat sejahtera, dimana hubungan seseorang dengan lainnya rukun, damai dan harmonis yang dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir bathin. (Hamid : 2004). Sehingga dibangun model penelitian sebagai berikut: Model Penelitian: Kes.Mas = f (Usaha, Sarpras, Pemberdayaan, Mitra, Zakat) Kes.Mas = a + b Usaha + c Sarpras + d Pemberdayaan + e Mitra + f Zakat + ε
Menurut (Mahmudi: 2001), pemberdayaan umat, merupakan upaya untuk membangun daya (umat) dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Dalam pengertian yang dinamis, pemberdayaan umat, berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat/umat, dari kondisi tidak mampu (kaum Dhuafa), serta melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut diduga hiotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis Mayor: Ha1: Diduga Implementasi ZIS (Xi) mempengaruhi Kesejahteraan Masyarakat (Ytot) Hipotesis Minor: Hm1: diduga Pendapatan, Pendidikan, Manfaat, dan Kebajikan mempunyai hubungan positif dengan Kesejahteraan Masyarakat Hm2: diduga Usaha, Sarpras, Pemberdayaan, Mitra, dan Zakat, mempunyai Hubungan Positif dengan Implementasi ZIS.
4. Metodologi Rancangan penelitian kajian ini, dimulai dengan exploratory dan causality study. Adapun populasi dari penelitian ini adalah sejumlah Muzzaki, Mustahiq dan SDM – pengelola (official management) yang berada pada beberapa kelembagaan zakat/ infaq/ shodaqoh resmi, yang diakui pemerintah dan dibawah koordinasi / terdaftar pada BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional). BAZNAS merupakan lembaga resmi bentukan pemerintah, dan bertugas
mengkoordinir zakat secara terpadu dari seluruh lembaga amil zakat swasta nasional. Penentuan sampling dilakukan dengan carastratified random sampling dengan judgement sampling Penelitian ini menggunakan beberapa metoda analisis data, identifikasi potensi menggunakan descriptive analytical approach. Selanjutnya metode Multiple Linear Regression digunakan untuk mengetahui pengaruh/dampak berbagai program penyaluran/pendistribusian ZIS, sebagai variable Xi, terhadap kesejahteraan masyarakat Dhuafa, sebagai variable Y. Selanjutnya hasil analisis multiple regression tersebut, belum bisa mengungkap potensi ZIS secara totalitas, karena hanya menggunakan data primer dan berdasarkan persepsi user saja. Oleh karena itu, untuk mengungkap potensi ZIS secara totalitas, perlu digunakan teknik Analisis Input-Output, berdasarkan Tabel I-O propinsi DKI Jakarta tahun 2006 (tersedia), yang perlu dilakukan updating, disesuaikan dengan kondisi terkini.
5. Analisis dan Pembahasan 5.1. Kesimpulan Pengujian Hipotesis Mayor: Hasil pengujian pada tingkat kesalahan 5%, membuktikan bahwa beberapa sub variable Implementasi ZIS (Xi) yaitu Usaha, Sarpras, Pemberdayaan, Mitra dan Zakat secara bersama – sama dan significance mempunyai pengaruh terhadap variable Kesejahteraan Masyarakat (Mustahik), tetapi dengan besar pengaruh hanya sebesar 0.29, artinya Implementasi ZIS terkait dengan pemanfaatannya untuk Usaha, penyediaan Sarpras, Pemberdayaan melalui program pelatihan dan penyuluhan dibidang bisnis dan agama, jalinan kemitraan antara Lembaga zakat dengan Mustahik; serta besarnya penerimaan Zakat oleh Mustahik, hanya mempengaruhi Kesejahteraan Masyarakat (Mustahik) sebesar 29%, sementara pengaruh lainnya sebesar 71%, adalah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model. Hasil pengujian juga membuktikan bahwa, pada tingkat kesalahan 5%, beberapa sub variable Implementasi ZIS (Xi), yaitu Usaha dan Pemberdayaan, secara positif dan significance masing – masing mempengaruhi variable Kesejahteraan Masyarakat. Pengaruh terbesar diberikan oleh sub variable Pemberdayaan sebesar 1.033, sementara sub variable Usaha hanya sebesar 0.720. Sementara disisi lain, sub variable Sarpras, Zakat dan Mitra, tidak mempunyai pengaruh terhadap Kesejahteraan Masyarakat, meskipun pada tingkat kesalahan 10% yang bisa ditoleransi secara statistic.
5.2. Kesimpulan Pengujian Hipotesis Minor: Uji hipotesis minor ini, bisa dilakukan dengan melihat hasil uji korelasi yang telah disampaikan pada uji kualitas data.Berdasarkan uji korelasi Pearson Product Momen, terbukti bahwa: Hm1: semua sub variable:Pendapatan, Pendidikan, Manfaat, Kebajikan masing-masing mempunyai hubungan positif dan significance dengan variable YTOT (Kesejahteraan Masyarakat), pada rentang korelasi lebih dari .30 sampai .80 Hm2: semua sub variable: Usaha, Sarpras, Pemberdayaan, Mitra dan Zakat masingmasing mempunyai hubungan positif dan significance dengan variable variable XTOT (Implementasi ZIS),pada rentang korelasi lebih dari .58 sampai .86 5.3. Hasil Analisis Input - Output Dampak penyaluran ZIS terhadap peningkatan kesejahteraan kaum Dhuafa berdasarkan persepsi user (Mustahik), telah terbukti positif dan significance, dimana berbagai program penyaluran ZIS, yang secara positif mempengaruhi kesejahteraan kaum Dhuafa adalah penyaluran ZIS dalam bentuk modal usaha dan pemberdayaan dibidang ekonomi dan Agama. Pada penelitian ini, karena wilayah kajian adalah di provinsi DKI Jakarta, maka untuk mengukur potensi atau dampak penyaluran ZIS(terkait pendidikan dan kesehatan) terhadap pembentukan output (proxi dari pendapatan) dengan pendekatan I-O Analysis, digunakan tabel I-O DKI Jakarta (tahun 2006 - hasil updating), yang di perbandingkan dengan kinerja penghimpunan dan penyaluran ZIS oleh BAZIS DKI Jakarta, tahun 2011-2013. 5.3.1. Penerimaan Zakat, Infaq, Shodaqoh - BAZIS Provinsi DKI Jakarta Penerimaan BAZIS provinsi DKI Jakarta berasal dari 3 sumber dana yaitu, zakat, infaq & sadaqoh dan dari dana pengelolaan. Selama periode 2011 – 2013, penerimaan ZIS terbesar berasal dari dana Zakat yaitu rata-rata lebih dari 50% dari total seluruh penerimaan. Untuk tahun 2011, dari total penerimaan sebesar Rp 75, 607 M, sebanyak 52,29% berasal dari dana zakat, sebanyak 33,39% (RP 25,248 M) berasal dari infaq & shodaqoh dan sebanyak 14,32% (Rp10,826 M) dari dana pengelolaan. Tahun 2012 terjadi peningkatkan total penerimaan menjadi Rp 94,419M, dimana sebanyak 57,46% berasal dari zakat, sebanyak 28,81% berasal dari Infaq & Sadaqoh dan sisanya yaitu 13,73% dari dana pengelolaan. Kenaikan penerimaan yang signifikan, juga terjadi pada tahun
2013 yaitu menjadi Rp 113,069 M, dimana sebanyak 53,68% berasal dari penerimaan zakat, sebanyak 32,81% berasal dari Infaq & Sadaqoh dan sisanya yaitu 13,51% berasal dari dana pengelolaan Dana zakat yang terkumpul oleh Bazis provinsi DKI Jakarta berasal dari 2 sumber yaitu muzaki entitas dan muzaki individual. Jika dilihat dari kontribusi sumber penerimaan Zakat, muzaki individual lebih mendominasi total penerimaan dana Zakat. Untuk tahun 2011 dari total penerimaan zakat, sebanyak Rp 37,39 M, berasal dari muzaki individual dan sisanya yaitu Rp 2,13 M berasal dari muzaki entitas. Pada tahun 2012, dari total penerimaan zakat, sebanyak 52,23 M berasal dari muzaki individual dan Rp 2,01 M, berasal dari muzaki entitas.
Gambar 1.: Penerimaan Dana Zakat BAZIS DKI Jakarta, berdasarkan Jenisnya, Tahun 2011-2013
5.3.2. PenyaluranZakat, Infaq, Shodaqoh - BAZIS Provinsi DKI Jakarta Penyaluran ZIS (zakat, infaq & sadaqoh) oleh BAZIS DKI Jakarta, selama periode 20112013 dapat dilihat pada Gambar.2 dibawah ini, yang menunjukkan pada tahun 2011 terjadi deficit anggaran dimana dari total penerimaan ZIS sebesar Rp 64,780 M, maka dana yang disalurkan adalah Rp 66,517 M, sehingga terjadi deficit Rp 1,737 M, yang ditutup dari penerimaan dana pengelolaan. Pada tahun 2012, terjadi peningkatan penyaluran dana ZIS menjadi Rp 76,708 M, dimana penerimaan dana ZIS Rp 81,453 M, sehingga terjadi surplus Rp 4,745 M. Kenaikan penyaluran dana ZIS juga terjadi pada tahun 2013, menjadi sebesar Rp 83,820 M, dengan penerimaan dana ZIS Rp 97,795 M, maka surplus anggaran 13,975 M.
Gambar 2: Penerimaan dan Penyaluran Dana ZIS - BAZIS DKI Jakarta Tahun 2011-2013
5.3.3. Hasil Analisis I-O Berbasis Tabel I-O DKI Jakarta Tahun 2006 (updating) a. Kontribusi Sektoral terhadap pembentukan Output Perekonomian DKI Jakarta Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu sektor perekonomian. Tabel 5.4 (lihat Lampiran Bab V), menunjukkan nilai output Propinsi DKI Jakarta berdasarkan tabel Input-Output, adalah sebesar Rp 960,185T, yang merupakan nilai output produksi barang dan jasa sektor-sektor perekonomian
DKI Jakarta tahun 2006
(updating). Berbagai kinerja tersebut menjelaskan, bahwa sektor jasa-jasa di DKI Jakarta, yang bertujuan untuk peningkatan pendapatan sebagai proksi dari output, belum banyak berperan meskipun total kontribusinya sebesar 71,6 T atau 7.5% dari total nilai output, serta telah didukung oleh pengeluaran/penyaluran ZIS dari BAZIS DKI Jakarta, sebesar 83,8 M atau 1.17% dari total nilai output sektor jasa-jasa, pada tahun 2013. b. Kontribusi Sektoral terhadap Permintaan Antara dan Permintaan Akhir - Perekonomian DKI Jakarta Total permintaan terdiri dari Permintaan Antara dan Permintaan Akhir. Pada provinsi DKI Jakarta berdasarkan basis data Input-Output 2006, updating, sebesar Rp 1.259,5 T, dengan rincian sebanyak Rp 417,4 T (33% dari total permintaan), adalah Permintaan Antara (digunakan
dalam
proses
produksi)dan
sebanyak
Rp
842,09
T(67%
perminataan),digunakan sebagai permintaan akhir (langsung dikonsumsi).
dari
total
Berdasarkan kontribusi sektoral untuk Permintaan Antara, maka konyribusi SektorJasa Kemasyarakatan Swasta lainnya 2.78% menempati peringkat 13, Jasa Kesehatan Swasta menempati peringkat 15, dengan kontribusi sebesar 1,32%, disusul Jasa Kesehatan Pemerintah di peringkat 20 dengan kontribusi sebesar 0,5%; Jasa Kemasyarakatan Pemerintah lainnya, menempat peringkat 25, dengan kontribusi sebesar 0,24%. Sektor Jasa Pendidikan Formal Pemerintah menempati peringkat 27 dengan kontribusi sebesar 0,1%, sementara sektor Jasa Pendidikan Swasta menempati peringkat paling rendah di peringkat 29 dengan kontribusi sebesar 0,01%. Hasil analisis ini menjabarkan bahwa, kontribusi sektor jasa-jasa, sebagai input antara atau input yang digunakan sebagai faktor produksi untuk pembentukan output sektoral, masih rendah, meskipun secara total nilainya adalah Rp. 18,6 T ( atau 2,21% dari total permintaan antara). c. Kontribusi Sektoral suatu sektor terhadap peningkatan Output Sektor Lain, melalui penyediaan outputnya sebagai Input untuk Sektor Lain (forward leakage). Analisis keterkaitan terdiri dari keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage). Nilai keterkaitan langsung dapat diperoleh dari matriks koefisien teknis atau matriks Leontief, sedangkan untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung diperoleh dari matriks kebalikan Leontief. Forward lingkage menunjukkan peranan suatu sektor tertentu terhadap sektor lainnya yang menggunakan output sektor tersebut sebagai inputnya, perunit kenaikan permintaan akhir. Dasar dari forward lingkage (kaitan ke depan) adalah penawaran akan input. Kaitannya ke depan merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan output, untuk digunakan sebagai input bagi sektor-sektor lain. Apabila nilai koefficient forward leakage atau KLDi > 1, menunjukkan bahwa satu satuan dari permintaan akhir sektor tersebut, akan menciptakan perubahan diatas rata-rata pada aktivitas perekonomian secara keseluruhan (Kuncoro, Mudrajat; 2001). Khususnya sektor jasa-jasa, maka sektor-sektor produksi yang berkaitan dengan penyaluran ZIS, adalah sektor Jasa Pendidikan Formal Pemerintah menempati peringkat kelima dengan nilai 0,6554. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satuan, maka output sektor tersebut akan menaikkan output di sektor lainnya sebesar 0,6554 satuan, yang dialokasikan langsung ke sektor-sektor lainnya, termasuk sektor itu sendiri.
Selanjutnya adalah sektor Jasa Kemasyarakatan Swasta lainnya menempati peringkat 17, dengan nilai 0.4725; sektor Jasa Kemasyarakatan Pemerintah lainnya menempati peringkat 20 dengan nilai 0.4358; sektor Jasa Kesehatan Swasta di peringkat 14 dengan nilai 0,5062. Sektor Jasa Pendidikan Swasta menempati peringkat 21 dengan nilai 0,4270 dan Sektor Jasa Kesehatan Pemerintah menempati peringkat 27 dengan nilai sebesar 0,2781. Untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, maka pada sektor jasa-jasa, sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan terbesar adalah sektor Jasa Pendidikan Formal Pemerintah menempati peringkat 5 dengan nilai 2.17875. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan maka akan meningkatkan output sektor Jasa kemasyarakatan swasta lainnya dan juga sektor-sektor lain yang menggunakan output sektor tersebut sebesar 1.82935 satuan baik secara langsung maupun tidak langsung. d. Kontribusi Sektoral suatuSektor terhadap Sektor Lain yahg menyediakan outputnya, sebagai inputsektor tersebut (backward leakage). Backward leakagemenunjukkan peranan suatu sektor tertentu, terhadap sektor lainnya yang menggunakan inputsektor tersebut sebagai outputnya, perunit kenaikan permintaan akhir Kaitan ke belakang merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat keterkaitan suatu sektor terhadap sektor-sektor lain yang menyumbang input kepadanya.Apabila nilai koefficient backward leakage atau KLBj > 1, menunjukkan bahwa satu satuan dari permintaan akhir sektor tersebut akan menciptakan perubahan diatas rata-rata pada aktivitas perekonomian secara keseluruhan Dengan memperhatikan beberapa koefisien backward leakage yang secara langsung dan tidak langsung ini, dapat diketahui bahwa, perubahan setiap satuan permintaan akhir akan menaikkan output sektor lainnya dan sektor itu sendiri, baik secara langusng maupun tidak langsung dengan tingkat perubahan diatas rata-rata. Informasi lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.6. 5.6. PEMBAHASAN a. Potensi dan Dampak ZIS, berdasarkan persepsi user Berdasarkan berbagai kajian tersebut diatas, bila diperhatikan lebih jauh, berbagai laporan disertai data, dari masing-masing lembaga pengelola Zakat – seperti disampaikan pada Deskripsi Objek Penelitian, secara garis besar menunjukkan adanya suatu progress yang
menjanjikan harapan bagi kaum Dhuafa dalam rangka peningkatan kesejahteraan mereka, terkait dengan peningkatan pendapatan, pendidikan dan kesehatan mereka. Hasil analisis data tersebut diatas, walaupun hanya berdasarkan persepsi user, dengan respondent yang diambil berdasarkan sampling, khususnya Mustahik, menunjukkan sebagian besar respondent adalah wanita (65%), usia (21- 26 tahun) 43.6%, berpendidikan SMA (56,4%), dan tidak bekerja (56.5%, dan sudah menikah (47,5%) dengan tanggungan keluarga kurang dari 3 orang (61,4%). Merekamemperoleh dana ZIS baru pertama kali (50.5%), dari lembaga bukan Baznaz atau LAZ (38,6%), dan menggunakan Zakat untuk kegiatan lainnya (42.6%) bukan untuk usaha. Besaran data ini menunjukkan bahwa dengan pendidikan mustahik yang berada pada usia produktif, serta tidak bekerja, maka kegiatan ZIS bisa lebih dimanfaatkan untuk pemberdayaan mereka, serta dalam pemberian ZIS yang lebih ditujukan untuk usaha produktif. Upaya ini mendukung hasil penelitian (Ha1), dimana berdasarkan persepsi Mustahik, terbukti bahwa peningkatan kesejahteraan adalah melalui Pemberdayaan (pendidikan: pelatihan / penyuluhan Bisnis dan Agama), serta Usaha (pemberian Zakat yang dimanfaatkan untuk Usaha). Selanjutnya, dari sisi Muzaki, sebagaian besar respondent adalah pria 52.9%, usia antara 27 - 32 tahun (35.3%), berpendidikan Diploma/Sarjana(88.2%), pekerjaan Karyawan Swasta (58.8%), dan telah bekerja lebih dari 10 tahun (26.5%). Penghasilan perbulan, kurang dari Rp 5.000.000 (64.7%), dimana pemberian dana ZIS dilakukan lebih dari 2 kali (64.7%). Sebagaian besar respondent telah menikah (79.4%) dengan tanggungan keluarga kurang dari 3 orang (55.9%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar Muzaki adalah dari kelompok ekonomi menengah, usia produktif, berpendidikan tinggi, serta memiliki kesadaran melaksanakan ZIS. Fakta ini mengindikasikan tumbuhnya kesadaran ber ZIS dari para kaum muda, yang tentu saja merupakan gambaran positif atas sikap dan sifat masyarakat muda Indonesia. Dengan berpegang pada fakta ini, maka bisa dikatakan prospek perkembangan ZIS adalah positif. Untuk pengelola ZIS, sebagian besar respondent adalah pria (75.0 %), berusia 21 - 26 tahun (45.0%); berpendidikan Diploma (25.0%), status karyawan Swasta (85%) dan telah bekerja antara 1 - 5 tahun (55.0%); dengan Instansi tempat kerja LAZ (55.0%), dan menyatakan donatur pemberi dana ZIS yang aktif berasal dari kalangan Individu (80.0%).
Gambaran ini mengindikasikan adanya kesadaran kawula muda berpendidikan menengah yang melibatkan dirinya pada kegiatan lembaga non profit. Ini artinya, dengan keberadaan SDM yang skill, maka keinginan untuk lebih memajukan kelembagaan amil zakat pada masa depan, menjadi sebuah lembaga yang lebih effektif dan effisien dalam rangka pencapaian tujuan yang lebih optimal, adalah merupakan hal yang sangat mungkin untuk dilaksanakan. b.
Potensi dan Dampak Kenaikan Permintaan Akhir Penyaluran ZIS terhadap Pembentukan Output
Analisis dilakukan dengan melakukan simulasi terhadap adanya kenaikan permintaan akhir (final demand) untuk jasa pendidikan dan kesehatan - khususnya sektor swasta. Hasil simulasi terhadap perubahan permintaan akhir untuk sektor Jasa Kesehatan dan Jasa Pendidikan Swasta terhadap Pembentukan Output sektoral provinsi DKI Jakarta, yaitu bahwa peningkatan penyaluran ZIS untuk bidang pendidikan dalam bentuk beasiswa baik untuk sekolah menengah dan mahasiswa sebesar Rp 12,616 M, dan bidang jasa kesehatan swasta sebesar Rp 10,893 M, menyebabkan output sektoral di provinsi DKI Jakarta mengalami peningkatan sebesar Rp 43,849 M, atau mengalami peningkatan hampir 2 (dua) kali dari peningkatan penyaluran dana ZIS di sektor pendidikan dan kesehatan. Secara keseluruhan, kontribusi pembentukan output menurut sektoral, maka peningkatan output terbesar akibat adanya penyaluran dana ZIS, adalah sektor Jasa Kesehatan Swasta sendiri yang meningkat sebesar Rp 12.985 M, diikuti oleh sektor jasa pendidikan swasta yaitu sebesar Rp 12,689 M. 6. Rekomendasi Penelitian Lebih Lanjut Dengan bertitik tolak pada temuan hasil penelitian, maka dalam rangka untuk mengoptimalkan penerimaan ZIS dan penyalurannya, serta dalam rangka pencapaian tujuan lembaga ZIS secara effektif dan effisien, maka diperlukan suatu Lembaga ZIS yang lebih professional baik secara kelembagaan/organisasi maupun keilmuan, mencakup ilmu Agama dan ilmu-ilmu lainnya yang terkait peningkatan professional SDM maupun para user. Langkah awal untuk melaksanakan tugas mulia tersebut, adalah melakukan penelitian dari sisi aspek kelembagaan terkait dengan pengelolaan lembaga ZIS, serta melakukan benchmark dengan beberapa lembaga ZIS lainnya, dalam rangka memperoleh informasi, masukanmasukan lainnya yang bermanfaat, yang bisa menjadi sumbangan pemikiran untuk merancang suatu model kelembagaan ZIS yang effektif, effisien dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Adnan, Wizar, 2009, Kepedulian Kepada Kaum Dhua’fa,wizaradnan.blogspot.com Al Mawardi dalam kitab Al Hawiy Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007 Bappenas, 2002, dalam Statistics Indonesia, Laporan Fakta dan Analisis, Penerbit BPS,Jakarta Burkey, Stan, 1993, People First: A Guide to Self-Reliant, Participatory Rural Development, Zed Books Ltd, London & New Jersey Campbell dalam Stephen Robbins 1994dalam Wiki Pedia, 2012, Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi,(Jakarta: Arcan: 1994), hal 4 Consortium for Sustainable Village Based Development (CSBD), www.villageearth.org Fathurahman Djamil, Pendekatan Maqosid Al- Syari’ah Terhadap pendayagunaan Zakat, dalam Hamid Abidin ( Ed.) Reintepretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas Pemanfaatan ZIS, ( Jakarta,Pirac,2004) 12 Gibb, 1957, Mohammednism, London, Oxford University Pers Gibson, James L,1996,Human Resources Management, John Wiley & Sons, Inc, NewYork. Gujarati, Damodar N, 2003, Basic Econometric, Mc, Graw Hill, US Military Academic, West Point, 4th edition. Isma’il, Nur Mahmudi,dalamHotmatua Daulay dan Mulyanto , 2001, Membangun SDM dan Kapabilitas Teknologi Umat, Bandung: ISTECS, 2001. Istiqomah, Supriyati, 2008, Pemberdayaan Dalam Konteks Pengembangan Masyarakat Islam, Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam,Vol 4, No 1, Juni 2008 Komite Penanggulangan Kemiskinan, 2002, dalam Statistics Indonesia,.Laporan Fakta dan Analisis, Penerbit BPS, Jakarta Mujahidin, Akhmad, 2007, Ekonomi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta Nur Mahmudi Isma’il, dalamHotmatua Daulay dan Mulyanto (ed.), Membangun SDM dan Kapabilitas Teknologi Umat, (Bandung: ISTECS, 2001). UU RI, no 11 tahun 2009, tentang Kesejahteraan Sosial. Siti Musdah Mulia,Pemberdayaan Lansia: Sisi Lain pendayagunaan dana ZIS , , dalam Hamid Abidin ( Ed.) Reintepretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas Pemanfaatan ZIS, (Jakarta,Pirac,2004) 108.
Supriyati Istiqomah, Pemberdayaan Dalam Konteks Pengembangan Masyarakat Islam, Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam,Volume 4, Nomor 1, Juni 2008