ANALISIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (Studi Kasus : Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)
OLEH WIRAWAN H14103097
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN WIRAWAN. Analisis Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Dana Zakat, Infaq, Dan Shodaqoh (Studi Kasus: Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh Jaenal Effendi, MA Kemiskinan di Indonesia cenderung terjadi di daerah perdesaan. Berdasarkan data jumlah penduduk miskin, dari 39,30 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2006, lebih dari 24,81 juta jiwa atau sekitar 63,13 persen dari total keseluruhan masyarakat miskin tinggal di daerah perdesaan. Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, yang mewajibkan umatnya untuk membayar zakat, pemberdayaan umat pada hakekatnya dapat dilakukan dengan sumber dana yang berasal dari zakat. Nilai zakat di Indonesia yang terkumpul sampai pertengahan tahun 2007 yang mencapai Rp 553,77 miliar dapat dialokasikan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat miskin. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa (MM-DD) meliputi pemberian modal usaha dan pendampingan. Pendampingan dilakukan bukan hanya sebagai penyalur modal tetapi juga sebagai agent of change dari program-program yang akan disampaikan dalam rangka peningkatan kualitas SDM pengrajin tahu di Kampung Iwul. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana persepsi masyarakat terhadap indikator keberhasilan program yang ada dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, lalu penilaian masyarakat terhadap proses cross cultural innovation yang terjadi, dan juga akan dilihat apakah terjadi peningkatan pendapatan pada peserta program dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan pendapatan mereka. Secara umum dapat dilihat bahwa persepsi dari responden menunjukkan bahwa indikator kemandirian komunitas sasaran dinilai berhasil dan faktor yang berhubungan nyata dengan persepsi mereka adalah jumlah tanggungan responden. Sementara masyarakat menilai indikator kemandirian manajemen komunitas sasaran belum berhasil dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang berhubungan nyata dengan persepsi mereka adalah tingkat pendidikan. Untuk indikator kemandirian intelektual komunitas sasaran persepsi masyarakat menunjukkan keberhasilan program namun tidak ada satupun karakteristik responden yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhinya berhubungan nyata dengan persepsi mereka. Dalam proses crosscultural innovation sebagian besar responden memberikan respon positif terhadap datangnya program. Hal ini mengindikasikan bahwa program terintegrasi dengan baik di masyarakat. Setelah mengikuti program pemberdayaan, secara rata-rata pendapatan masyarakat mengalami peningkatan dan peningkatan pendapatan tersebut secara signifikan dipengaruhi oleh besarnya pinjaman modal, besarnya pendapatan harian dari usaha tahu, dan besarnya pendapatan harian dari luar usaha tahu (usaha sampingan).
ANALISIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (Studi Kasus : Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)
OLEH WIRAWAN H14103097
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Wirawan
Nomor Registrasi Pokok : H14103097 Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
:
ANALISIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (Studi Kasus : Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing
Jaenal Effendi, MA. NIP. 132 317 142 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2008
Wirawan H14103097
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Wirawan, lahir 18 September 1985 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak bungsu dari enam bersaudara pasangan A.S. Kliwon dan Samiah. Jenjang pendidikan dimulai pada pendidikan Sekolah Dasar Negeri Pabrik Gas I, Kota Bogor pada tahun 1991. Pada tahun 1997 penulis masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 5 Bogor kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 3 Bogor pada tahun 2000 hingga lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan, antara lain Sharia Economics Students Club (SES-C) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis juga pernah mendapat penghargaan sebagai Penyaji Terbaik Tingkat Nasional pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XVIII melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penulisan Ilmiah (PKMI), pada tahun 2005 di Padang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala berkat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul ”Analisis Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Dana Zakat, Infaq, Dan Shodaqoh (Studi Kasus : Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan
Parung,
Kabupaten
Bogor)”.
Pemberdayaan
masyarakat
merupakan topik yang menarik untuk dibahas mengingat masih tingginya angka kemiskinan di Indonesia terutama di daerah perdesaan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihakpihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain : 1. Jaenal Effendi, MA yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis selama penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan. 2. Prof. Ir. Isang Gonarsyah, Ph.D yang telah memberikan bimbingan skripsi baik secara teknis maupun teoritis. 3. Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Sc. yang telah menguji hasil karya ini. 4. Toni Irawan, M.Ec. atas perbaikan dalam penulisan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi IPB. 6. Mas Rano, Mbak Was, Mas Armie dan seluruh pihak di Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa. 7. Bapak Safri, Bapak Mursali, dan pengrajin tahu lain di Kampung Iwul atas bantuannya dalam pengisian kuesioner. 8. Orang tua, Hj Samiah dan alm. A.S. Kliwon serta kakak-kakakku, Kakak #1, Kakak #2, Kakak #3, Kakak #4, Kakak #5 dan ipar-iparku atas doa, dukungan dan kasih sayangnya. 9. Teman-teman di IE angkatan 40, Nofa, Ria, Fj, Yusuf, Tyas, Nur, Giri, Anna, Mimi, Aji, Wida, Wenia, Ratih, Heri, Aga, Yogi, Wawan, Meidy, Tanti, Dian
abang, Timor, Ani, Ao, Echa, Elly, Rio, Rico, Erick, dan angkatan 39, 41, serta 42 atas bantuan dan dukungan untuk terus semangat. 10. Kania, Sansa, Wondo, Niko, Utari, dan teman-teman IPB yang lain. 11. Ali, Rano, Deden, Risna, Shynta, Dayu, Rizman, dan teman-teman paguyuban Mojang Jajaka Kota Bogor yang lain. 12. Rahmat, Dena, Arya Adit, Ike, Imron, multipliers, dan semua teman atas bantuannya yang secara langsung maupun tidak langsung. 13. Terakhir, untuk para keponakan yang senantiasa menghibur.
Bogor, Juli 2008
Wirawan H14103097
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix DAFTAR TABEL ................................................................................................... x I.
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Permasalahan .............................................................................................. 2 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5 1.5 Ruang Lingkup Penelitian........................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6 2.1 Tinjauan Teori ............................................................................................. 6 2.1.1 Konsep Pemberdayaan ....................................................................... 6 2.1.2 Mekanisme Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Domper Dhuafa .................................................................... 8 2.1.2.1 Kelompok Sasaran Program .................................................. 8 2.1.2.2 Tahapan Pelaksanaan Program ............................................ 10 2.1.3 Proses Crosscultural Innovation ...................................................... 13 2.1.4 Kemiskinan ...................................................................................... 21 2.1.5 Zakat ................................................................................................ 23 2.1.6 Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ...................... 28 2.1.6.1 Pembentukan Persepsi ......................................................... 29 2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 29 2.3 Kerangka Pemikiran.................................................................................. 33 2.3.1 Hubungan Modal, Pendampingan, Output, dan Pendapatan ........... 33 2.3.2 Kerangka Pemikiran......................................................................... 36 2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 37
III. METODE PENELITIAN............................................................................... 38 3.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 38 3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 38 3.3 Metode Analisis Data .............................................................................. 39 3.3.1 Artificial Nural Network System..................................................... 39 3.3.2 Analisis Regresi Linear .................................................................. 41 3.4 Pengolahan Data ...................................................................................... 45 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ...................................... 46 4.1 Kondisi Geografis .................................................................................... 46 4.2 Kondisi Demografi .................................................................................. 46 4.3 Kondisi Sarana dan Prasarana ................................................................. 46 4.4 Kondisi Ekonomi ..................................................................................... 47 V.
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 49 5.1 Karakteristik Umum Responden ............................................................. 49 5.2 Persepsi Peserta Program terhadap Keberhasilan Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa.......................................................................... 52 5.2.1 Persepsi Peserta Program terhadap Indikator Kemandirian Material Komunitas Sasaran........................................................... 53 5.2.2 Persepsi Peserta Program terhadap Indikator Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran ..................................................... 54 5.2.3 Persepsi Peserta Program terhadap Indikator Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran ....................................................... 55 5.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Peserta Program terhadap Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa.......... 56 5.3.1 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Material Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ................... 57 5.3.2 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ................... 59
5.3.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ................... 60 5.4 Crosscultural Innovation ......................................................................... 61 5.5 Perkembangan Pendapatan Mitra ............................................................ 63 5.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Masyarakat .............................................................................................. 64 5.7 Interpretasi Model ................................................................................... 67 5.8 Perkembangan Program........................................................................... 70 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 72 6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 72 6.2 Saran ........................................................................................................ 73 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76 LAMPIRAN .......................................................................................................... 79
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Lingkaran Penyebab Kemiskinan ................................................................... 22 Gambar 2. Proses Pembentukan Persepsi Menurut Litterer ............................................. 29 Gambar 3. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 35 Gambar 4. Peta Desa Bojong Sempu ................................................................................ 48 Gambar 5. Rata-rata Pendapatan Peserta Program ........................................................... 63 Gambar 6. Kurva Produk Total ......................................................................................... 69
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Karakteristik Responden ........................................................................ 49 Tabel 2. Persepsi Responden terhadap Indikator Kemandirian Material Komunitas Sasaran................................................................................. 53 Tabel 3. Persepsi Responden terhadap Indikator Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran................................................................................. 55 Tabel 4. Persepsi Responden terhadap Indikator Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran................................................................................. 56 Tabel 5. Persepsi Responden terhadap Indikator-indikator Pencapaian Program ................................................................................................. 57 Tabel 6. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Material Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ................................................... 57 Tabel 7. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ................................................... 59 Tabel 8. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ................................................... 60 Tabel 9. Crosscultural Innovation ....................................................................... 61 Tabel 10. Hasil Estimasi Model ........................................................................... 64 Tabel 11. Uji Multikolinearitas ............................................................................ 65 Tabel 12. Uji Heteroskedastisitas......................................................................... 66
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2006 adalah 222,2 juta jiwa atau bertambah sekitar 3,3 juta jiwa dibandingkan tahun 2005 yang mencapai 218,9 juta jiwa. Dari total jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 222,2 juta jiwa pada tahun 2006, 17,69 persennya atau sekitar 39,30 juta jiwa adalah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2007). Kemiskinan di Indonesia cenderung terjadi di daerah perdesaan. Berdasarkan data jumlah penduduk miskin, dari 39,30 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2006, lebih dari 24,81 juta jiwa atau sekitar 63,13 persen dari total keseluruhan masyarakat miskin tinggal di daerah perdesaan. Dalam upaya pengentasan kemiskinan di perdesaan maka diperlukan pemberdayaan sumber daya desa, baik alam maupun manusianya. Diperlukan suatu upaya dari pemerintah maupun pihak lain yang dapat membantu masyarakat desa dalam memberdayakan sumber daya yang dimilikinya. Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, yang mewajibkan umatnya untuk membayar zakat, pemberdayaan umat pada hakekatnya dapat dilakukan dengan sumber dana yang berasal dari zakat itu sendiri. Jika melihat besarnya jumlah penduduk yang menganut agama Islam maka dapat dibayangkan betapa besarnya potensi zakat yang dapat dikumpulkan dan digunakan untuk memberdayakan masyarakat miskin di Indonesia, khususnya masyarakat miskin yang tinggal di daerah perdesaan. Berdasarkan data dari Departemen Agama, dana
zakat yang diterima dari masyarakat se-Indonesia pada tahun 2007 mencapai 553,77 miliar. Data tersebut merupakan akumulasi penerimaan zakat dari setiap propinsi.
1.2 Permasalahan Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa (MM-DD) sebuah organisasi nirlaba yang berdiri pada tahun 2000, mempunyai kegiatan inti pemberdayaan masyarakat yaitu berupa pengembangan masyarakat melalui pengembangan usaha mikro dan kecil secara berkelompok, saat ini tengah melakukan program pemberdayaan ekonomi bagi pengrajin tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor dalam bentuk pembiayaan modal kerja dan pengadaan kerjasama bahan baku kedelai secara berkelompok. Modal yang diberikan kepada masyarakat adalah dana yang didapat dari hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS). Pendampingan dimaksudkan untuk mengembangkan kapasitas para pengrajin tahu dari segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan usaha serta memberikan
pembiayaan
usaha
melalui
dana
bergulir.
Agar
program
pengembangan industri rumah tangga di kampung Iwul ini dapat berlangsung dan memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan mitra pengrajin tahu dan masyarakat yang tinggal di wilayah sasaran, maka MM-DD menjadi media penyaluran pembiayaan ekonomi produktif antara lembaga donor maupun lembaga keuangan dengan para pengrajin tahu mitra dampingan MM-DD. Dengan kata MM-DD bukan hanya menjadi pendamping dan pemberi modal saja, tetapi
juga membantu mitra berhubungan langsung dengan pihak-pihak lain, baik swasta maupun pemerintah. Sinergi tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan modal tambahan bagi para pengrajin tahu skala mikro dan kecil dengan proses mudah dan ringan melalui kegiatan pendampingan kelompok usaha. Pendamping dalam menyampaikan program dari MM-DD kepada masyarakat tidak hanya berperan sebagai penyalur bantuan tetapi juga sebagai agent of change dari program-program yang akan disampaikan dalam rangka peningkatan kualitas SDM pengrajin tahu di Kampung Iwul. Dalam perannya sebagai agent of change pendamping harus siap mengatasi perilaku-perilaku masyarakat sasaran program. Peran pendamping dan perilaku masyarakat menjadi faktor penentu diterima atau ditolaknya program terkait dengan pengaruh yang ditimbulkan dari perilaku-perilaku mereka. Terkait dengan hal ini, maka diterima atau tidaknya program dapat dilihat melalui proses cross cultural innovation. Langkah awal pemberdayaan masyarakat di Kampung Iwul Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor dimulai sejak awal Februari 2006. Pada awalnya sebanyak 36 kepala keluarga (KK) yang merupakan pengrajin tahu, ikut bergabung. Setelah 17 bulan proses pendampingan dilaksanakan sudah 165 KK yang bergabung dari 70 target KK pada awalnya. Hal ini, secara sekilas dapat menunjukkan bahwa program yang dibawa ke Kampung Iwul dapat menarik minat para sebagian besar pengrajin tahu, namun tidak seluruh pengrajin tahu yang menjadi target program pemberdayaan bergabung. Dalam pelaksanaan program, ada beberapa indikator yang menjadi acuan MM-DD untuk menentukan keberhasilan program, diantaranya :
1. Kemandirian material komunitas sasaran, yang terdiri dari: rata-rata pendapatan harian mitra, omset usaha, kepemilikan aset produktif, kepemilikan tabungan, dan ada atau tidaknya usaha sampingan yang dilakukan mitra. 2. Kemandirian manajemen komunitas sasaran, yang terdiri dari: ada atau tidaknya
wadah
untuk
diskusi
mitra,
kemampuan
mitra
untuk
menyampaikan pendapat dalam forum resmi, dan jaringan pemasaran. 3. Kemandirian intelektual komunitas sasaran, yang terdiri dari: manajemen usaha (kebersihan tempat, standardisasi produk, penanganan limbah, dan pengetahuan tentang bahan tambahan pada makanan). Dengan besarnya dana zakat yang dapat terkumpul di Indonesia dan adanya penyaluran dana zakat ke masyarakat yang disertai dengan proses pendampingan, seharusnya indikator-indikator program yang menjadi acuan penentu keberhasilan program dapat tercapai. Oleh karena itu, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain : 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap indikator keberhasilan program dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi mereka itu ? 2. Bagaimana penilaian masyarakat terhadap proses cross cultural innovation yang terjadi ? 3. Apakah terjadi peningkatan pendapatan masyarakat pada peserta program dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan pendapatan mereka?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap indikator keberhasilan program dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi mereka. 2. Menganalisis penilaian masyarakat terhadap proses cross cultural innovation yang terjadi. 3. Menganalisis peningkatan pendapatan peserta program dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian ini antara lain : 1. Membuka pandangan baru masyarakat bahwa zakat tidak lagi disalurkan berbentuk charity saja tetapi juga dapat disalurkan melalui bentuk pinjaman yang bersifat produktif. 2. Sebagai bahan acuan dalam menentukan kebijakan bagi lembaga-lembaga terkait. 3. Sebagai bahan pustaka bagi penelitian-penelitian yang berkaitan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terbatas pada program pemberdayaan yang dilakukan di Kampung Iwul Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor yang dimulai pada Bulan Januari 2006. Dana ZIS yang disalurkan merupakan dana yang diperoleh oleh masyarakat Mandiri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Konsep Pemberdayaan Dalam situsnya, world bank mendefinisikan bahwa pemberdayaan adalah proses peningkatan kapasitas individu atau kelompok untuk membuat aneka pilihan dan mengubahnya ke dalam tindakan dan hasil yang diinginkan. Inti dari proses ini adalah tindakan yang membangun individu dan aset-aset kolektif, dan meningkatkan efisiensi dan kewajaran dari konteks organisasi dan kelembagaan dalam mengurus penggunaan aset-aset tersebut. Dalam hal ini, world bank mengartikan bahwa orang-orang miskin turut aktif di dalam organisasi dan kelembagaan,
dengan
mengambil
tindakan
antara
lain,
merundingkan,
mempengaruhi, mengendalikan, dan menjaga lembaga karena hal ini akan mempengaruhi hidup mereka. Ada empat unsur kunci pemberdayaan yang harus mendasari perubahan kelembagaan, diantaranya : 1. akses informasi, Informasi adalah salah satu kekuatan, tanpa informasi yang relevan, tepat waktu, dan disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami, orang miskin akan kesulitan untuk mengambil tindakan yang efektif. 2. keikutsertaan,
Keikutsertaan
orang
miskin
dalam
organisasi
akan
mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam pelaksanaan kegiatan/program sesuai dengan batas kemampuan sumber daya publik. 3. akuntabilitas, dan Akuntabilitas mengacu pada kemampuan pejabat publik, pegawai swasta atau penyedia jasa pelayanan dalam bertanggung jawab, termasuk untuk mempertanggungjawabkan kebijakan-kebijakan yang mereka keluarkan, tindakan dan penggunaan dana. 4. kapasitas organisatoris lokal. Kapasitas organisatoris lokal mengacu pada kemampuan orang untuk bekerja sama, mengatur diri mereka, dan mengerahkan sumber daya untuk memecahkan masalah dari berbagai minat. Salah
satu
upaya
mengatasi
kemiskinan
adalah
melalui
upaya
pengembangan kapasitas kelompok miskin. Konsep ini erat kaitannya dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat terutama mereka yang miskin sumber daya, kaum perempuan, dan kelompok yang terabaikan lainnya, didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Proses pemberdayaan masyarakat bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan sumber daya setempat sebaik mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. (Masyarakat Mandiri, 2007) Pemberdayaan selanjutnya diarakan pada kegiatan pengembangan masyarakat. Pada kegiatan ini, bagian yang tertinggal dalam masyarakat harus
ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan dan mendinamiskan potensinya.
2.1.2 Mekanisme Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Domper Dhuafa 2.1.2.1 Kelompok Sasaran Program Pemberdayaan Kelompok sasaran program secara umum dibagi menjadi 3, dilihat dari segi pendapatan dan kepemilikan, segi potensi usaha, dan dilihat dari segi potensi sumber daya manusia. Kriteria kelompok sasaran dilihat dari segi pendapatan dan kepemilikan, antara lain : 1. Kepala keluarga yang mempunyai penghasilan per hari kurang dari sama dengan Rp 20.000,00 (US$ 2 per hari) untuk wilayah pedesaan (rural). 2. Kepala keluarga yang mempunyai penghasilan per hari kurang dari sama dengan Rp 30.000,00 (US$ 3 per hari) untuk wilayah pinggiran kota (sub urban) dan perkotaan (urban). 3. Kondisi rumah (milik sendiri/sewa/kontrak) kurang layak dan kepemilikan harta (peralatan hidup) terbatas, dideskripsikan dengan indeks rumah. Selain itu, ada penilaian (kesepakatan) dari masyarakat setempat bahwa yang bersangkutan termasuk miskin. Kriteria kelompok sasaran dilihat dari segi potensi usaha, antara lain : 1. Usaha mampu untuk ditingkatkan baik dari sisi skala maupun ruang lingkupnya :
a. ketersediaan bahan baku, b. kapasitas produksi, c. potensi pasar, d. daya serap tenaga kerja. 2. Potensi pemberdayaan untuk menciptakaan usaha turunan, artinya dalam pengembangan usaha tersebut akan dimungkinkan untuk memberikan peluang pekerjaan dan atau manfaat ekonomi bagi para mustahik lainnya. 3. Potensi pemanfaatan sumber daya lokal. Kriteria kelompok sasaran dilihat dari segi potensi sumber daya manusia, antara lain : 1. Usia produktif minimal 18 tahun atau telah menikah dan maksimal 60 tahun. 2. Mempunyai visi untuk pengembangan usahanya. 3. Mampu bekerja. 4. Tidak sedang menerima bantuan program yang sejenis dari pihak lain. Sementara program dilakukan di daerah perkotaan dan pedesaan. Ada kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam menentukan wilayah sasaran, antara lain : 1. untuk wilayah urban a. daerah kumuh dan padat penduduk, b. mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sentra produksi, c. kemudahan dalam akses transportasi dan pemasaran, d. tidak sedang menjalankan program sejenis dari pihak lain. 2. untuk wilayah rural
a. mempunyai potensi komoditas unggulan yang komparatif, b. memiliki potensi sumber daya alam dimana kelompok miskin mempunyai aksesibilitas dalam pengelolaan sumber daya alam tersebut, c. memiliki potensi sumber daya manusia yang mendukung, baik dalam kualitas maupun kuantitas, d. tidak temasuk daerah konflik atau daerah yang mempunyai potensi konflik yang tinggi.
2.1.2.2 Tahapan Pelaksanaan Program Dalam melaksanakan program-program pemberdayaan, ada beberapa tahapan program, antara lain persiapan program, pelaksanaan program, dan pelepasan program 1. Persiapan Program (maksimal 3 bulan) Persiapan program meliputi pendataan aspek pemanfaatan sumber daya pada setiap proses produksi dan kebutuhannya dari aspek ekonomi, penyiapan konsep teknis dan pelatihan pendamping, penyiapan rekening program, serta sosialisasi awal pada level komunitas maupun pemerintahan lokal tentang program “Kampung Hayati Tahu”. a. Sosialisasi Program Sosialisasi Program dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kegiatankegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dalam mewujudkan Kampung hayati tahu.
b. Identifikasi Wadah Swadaya Lokal Wadah Swadaya Lokal, seperti: Kelompok Pengajian dan sejenisnya akan lebih difungsikan sebagai simpul-simpul kegiatan pembelajaran bersama dalam rangka mewujudkan program, wadah tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai cikal bakal komunitas zero waste. c. Teknik Penggalian Informasi Teknik penggalian informasi digunakan melalui diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam, observasi lapangan, serta kajian data sekunder. 2. Pelaksanaan (maksimal 21 bulan) a. Fase perintisan dan penumbuhan (7 bulan). Proses menumbuhkan rasa saling percaya antar anggota kelompok, serta membangun konsensus atau komitmen bersama. Melakukan proses penyadaran menyangkut keberadaan diri serta potensi keswadayaan. Proses penyadaran meliputi: penyadaran diri, penyadaran pentingnya kelompok dan cara berkelompok, penyadaran pentingnya pencatatan, penyadaran pentingnya manajemen, penyadaran pentingnya orientasi pasar, penyadaran pentingnya pembuatan kelayakan usaha, penyadaran pentingnya pengelolaan rumah tangga. Pada fase ini mulai dilakukan pembentukan kelompok, proses pembiayaan usaha, penerapan sistem aturan disiplin kelompok dan disiplin pinjaman, serta perintisan penerapan teknologi tepat guna dan aspek dukungan teknis lainnya.
b. Fase penguatan (7 bulan): 1) penguatan usaha (manajemen usaha, penanganan produk dan teknologi produksi), 2) alternatif pengembangan usaha baru atau usaha turunan, 3) penguatan manajemen organisasi/ kelembagaan (tertib pencatatan; kepemimpinan dan rotasi pengurus; pemahaman peran, fungsi dan tanggung jawab dalam organisasi; tersusun aturan-aturan secara tertulis), 4) penguatan jaringan (fasilitasi dalam akses pemasaran dan akses informasi), 5) penguatan permodalan (fasilitasi dengan sumber-sumber permodalan), 6) penguatan aplikasi teknologi tepat guna yang berbasis zero waste, 7) penataan
kawasan
dengan
arsitektur
lansekap
yang
mempertimbangkan etika dan norma lingkungan. c. Fase pemandirian (7 bulan): 1) stabilitas usaha, 2) standarisasi mutu produk, 3) pemantapan manajemen lembaga kelembagaan ekonomi lokal, 4) legalitas kelembagaan, 5) terbangun jaringan dengan multistakeholder dalam akses pemasaran, informasi, dan pelayanan keuangan, 6) kemampuan pembiayaan operasional lembaga, 7) standarisasi sanitasi lingkungan.
3. Pelepasan (Terminasi Program) Peran-peran
yang
selama
ini
dilakukan
oleh
pendamping
telah
ditransformasikan kepada kader komunitas. Ada beberapa indikator keberhasilan program pemberdayaan menurut Sumodiningrat (1999), yaitu : 1. berkurangnya jumlah penduduk miskin; 2. berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia; 3. meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya; 4. meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat; 5. meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.
2.1.3 Proses Crosscultural Innovation Menurut Niehoff dan Anderson (1964) dalam proses penyampaian program pemberdayaan kepada masyarakat akan terjadi sikap-sikap saling
mempengaruhi antara pemberi bantuan program dan masyarakat penerima program, atau dapat kita sebut proses crosscultural innovation (proses inovasi antar-budaya). Inovasi antar-budaya akan dipengaruhi oleh perilaku-perilaku dari agent of change (dalam program ini disebut pendamping program) dan dari masyarakat. Inovasi yang akan dibahas selanjutnya adalah program yang dibawa oleh pendamping. Perilaku dari masyarakat dibedakan berdasarkan motivasi dan budaya tradisional. Hal ini menjadi faktor yang menjadi pendukung diterimanya program dan ada pula yang akan menjadi penghalang. Perilaku-perilaku ini dapat saja tidak memiliki pengaruh apa-apa namun bisa juga menjadi pengaruh positif, pengaruh negatif, ataupun kedua-duanya. Ada perilaku yang dilakukan pendamping sebagai proses dalam mengimplementasikan program kepada masyarakat. Perilaku itu dilakukan semata-mata dari sudut pandang dan pengenalan pendamping terhadap masyarakat yang menjadi sasaran program. Perilaku tersebut, antara lain : 1. Communication, yang berarti proses tukar pikiran antara pendamping dan masyarakat untuk merencanakan dan mengimplementasikan program. Dalam proses pendampingan, communication merupakan bagian dari proses penyadaran masyarakat. Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengenali potensi diri dan lingkungan. Pada awalnya, pendamping melakukan proses pendataan sumber daya dan pengenalan program di Desa Bojong Sempu melalui pemerintahan setempat, antara lain, kantor desa, RW, dan RT. Dalam mengenalkan program pada masyarakat, pendamping tidak melakukan pengumpulan
masa secara sengaja namun dengan memanfaatkan perkumpulanperkumpulan yang diadakan warga, seperti pengajian warga dan acara yang diadakan oleh tokoh masyarakat setempat. Hal ini dinilai lebih efektif untuk mengenalkan diri pribadi pendamping, Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa, dan juga mengenalkan program yang dibawa oleh pendamping. 2. Role of change agent, gambaran tentang pendamping menurut masyarakat
penerima
program,
berdasarkan
kecakapan
dalam
berbahasa, pemahaman akan budaya, kecakapan secara teknis, dan interaksi dengan orang yang berpengaruh di tempat tersebut. Dengan memanfaatkan kegiatan pengajian yang ada di masyarakat, pendamping dapat menciptakan citra yang baik mengenai dirinya di mata masyarakat. Pemanfaatan acara yang diadakan oleh tokoh masyarakat dalam pengenalan program pun dapat memudahkan masayarakat lebih menerima dan untuk berpartisipasi pada program yang dikenalkan. Bukan hanya karena masyarakat menghargai tokoh mereka, namun dengan memanfaatkan simpul-simpul masyarakat seperti itu maka pendamping dengan mudah dapat melakukan interaksi dengan seluruh masyarakat yang ada. 3. Demonstration, menunjukkan ide atau teknik baru kepada penerima program sebagai metode dalam meyakinkan masyarakat untuk menerima program yang akan diberikan.
Melalui kegiatan pengajian yang ada di masyarakat itu juga, pendamping melakukan pengenalan terhadap metode dan teknis pelaksanaan program kepada masyarakat. Media pengajian digunakan sebagai cara pendamping dan masyarakat untuk saling bertukar pikiran serta untuk memberikan keyakinan pada masyarakat agar bergabung bersama dengan program. Setelah program dikenal oleh masyarakat, pendamping melakukan latihan wajib kelompok (LWK) pada pengrajin tahu yang siap untuk bergabung bersama program. Pada saat inilah segala materi yang menyangkut dengan teknis pelaksanaan program diberikan kepada mereka secara mendetil dan juga materi mengenai peningkatan kapabilitas individu dan kelompok. Pada masa ini, masyarakat calon peserta program diberikan materi mengenai kesadaran dalam berkelompok dan pentingnya kerapian dalam manajemen usaha mereka. Masyarakat juga mulai dikenalkan pada budaya menabung dan berinfak, mengingat budaya menabung di masyarakat yang masih kurang. Tabungan masyarakat digunakan untuk cadangan modal yang ada di Ikhtiar Swadaya Mandiri (ISM), yang merupakan lembaga lokal bentukan program, dan juga untuk pengembangan usaha bersama yang dilakukan ISM. Sementara infak dikumpulkan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kepedulian sosial di lingkungan masyarakat Desa Bojong Sempu. 4. Participation, keikutsertaan masyarakat secara sukarela dalam merencanakan dan mengimplementasikan program. Hal ini dilakukan
agar masyarakat dapat langsung mencoba. Proses ini dengan kata lain dapat disebut sebagai kaderisasi. Dalam kaderisasi, kader-kader yang berpartisipasi berasal dari masyarakat lokal dan dipilih berdasarkan musyawarah. Tugas kader bukan hanya sebagai pengurus lembaga bentukan program tetapi juga memainkan peran sebagai pendamping ketika program sudah berakhir. 5. Timeliness, pengenalan program dalam waktu yang menguntungkan atau kurang menguntungkan terkait dengan budaya lokal atau kejadian yang terjadi di masyarakat. Keberadaan program yang datang pada saat industri tahu sedang mengalami penurunan produksi dapat dikatakan sangat tepat. Pada saat program mulai dikenalkan kepada masyarakat, Februari 2006, industri tahu mengalami penurunan produksi akibat dampak isu penggunaan bahan pengawet formalin pada produk tahu. Banyak dari mereka yang harus berhenti berproduksi untuk sementara akibat permintaan terhadap tahu turun sangat drastis. Bantuan pinjaman modal yang datang, saat itu sangat diperlukan pengrajin tahu untuk memulai kembali usaha mereka. 6. Flexibility, kesediaan pendamping untuk mengubah programnya disesuaikan dengan kondisi yang tidak terduga (tidak sesuai dengan rencana semula). Pembentukan lembaga lokal, ataupun Latihan Wajib Kelompok (LWK) yang diberikan kepada masyarakat dimungkinkan
untuk disesuaikan dengan kondisi lapangan, baik kondisi masyarakat maupun pendamping program. Proses penerimaan pengrajin tahu sebagai peserta program sempat ada perubahan. Hal ini terjadi pada tahap penerimaan peserta program tahap ke-5 yang hanya dilakukan satu kali pertemuan LWK, normalnya LWK dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan secara berturutturut setiap harinya. Pada saat itu, pendamping program rehabilitasi akibat gempa di Yogyakarta yang dirasa lebih mendesak. Fleksibilitas ini benar-benar dimanfaatkan oleh para pengrajin tahu yang benarbenar ingin menjadi mitra yang telah gagal pada periode perekrutan mitra pada tahap sebelumnya. 7. Continuity dan maintenance, kekonsistenan kelanjutan rencana dalam unit sosial yang sewaktu-waktu akan ditinjau kembali. Untuk menjamin hal ini, ISM dirubah menjadi koperasi yang berbadan hukum serta akan dilakukan evaluasi terhadap akuntabilitas keuangan dan kelembagaan ekonomi lokal pasca pendampingan. Evaluasi bukan hanya akan dilakukan oleh MM-DD namun juga akan dilakukan oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan, seperti pemerintah yang sudah melegalisasikan ISM menjadi badan hukum koperasi dan juga Bank Danamon yang sudah memberikan bantuan pinjaman berbentuk qurdhul hasan kepada ISM sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR). Perilaku yang ada di masyarakat, antara lain :
1. Berdasarkan motivasi. a. Felt need, suatu kebutuhan untuk perubahan yang sudah dirasakan atau dikenali oleh masyarakat sebelum adanya pengaruh dari pendamping. Masyarakat Kampung Iwul, terutama pengrajin tahu, memiliki motivasi yang sama dalam menerima bantuan program, yaitu untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah untuk meneruskan usaha tahu mereka yang sempat terhenti karena adanya isu pemakaian pengawet formalin pada tahu. Program yang datang memberi pinjaman, baik dalam bentuk uang maupun bahan baku, sangat diperlukan untuk memulai kembali usaha yang sempat terhenti. 2. Berdasarkan budaya tradisional, terbagi berdasarkan struktur sosial, pola ekonomi, kepercayaan, pola rekreasi, pola konsumsi, dan nilai sistem. a. Struktur sosial. 1) Vested
interest,
reaksi
kelompok-kelompok
dari
terhadap
individu-individu
atau
program
akan
yang
mempengaruhi minat mereka secara kuat baik secara positif maupun negatif. 2) Religious fraternity, kelompok terorganisasi dari suatu kependetaan, pemimpin agama yang formal.
Keberadaan program yang menggunakan dana zakat dalam menyalurkan bantuan pinjaman relatif mudah diterima karena seluruh masyarakat yang menjadi target peserta program beragama Islam. Hal ini disebabkan masyarakat tidak terlalu merasa asing dengan sistem yang diberlakukan program walaupun pada prakteknya masyarakat masih harus belajar mengenai tata cara peminjaman. b. Pola Ekonomi. Sistem lokal dari hubungan-hubungan ekonomi. Mayoritas mata pencaharian
yang
sama
di
kampung
Iwul,
memudahkan
pendamping untuk melaksanakan program. Sebagai contoh, dengan seragamnya mata pencaharian masyarakat, sebagai pengrajin tahu, pendamping dapat menentukan waktu yang tepat untuk LWK (latihan wajib kelompok). Sistem peminjaman dan usaha yang dilakukan lembaga dapat berjalan dengan baik karena semua pengrajin tahu membutuhkan kacang kedelai sebagai bahan baku utama produksi. c. Pola rekreasi. Pola dari rekreasi atau perilaku yang menyenangkan. Kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan rekreasi dapat dimanfaatkan pendamping untuk mendekatkan diri dengan masyarakat dalam rangka mengenalkan keberadaan program kepada masyarakat.
2.1.4 Kemiskinan Kemiskinan dapat dilihat dari berbagai aspek, Bank Dunia menetapkan kemiskinan dari segi pendapatan, yaitu yang tergolong miskin adalah mereka yang memiliki pendapatan kurang dari $2 perhari (Todaro, 2002). Bank Dunia pun melakukan pendekatan relatif untuk melihat penduduk miskin, yaitu diarahkan pada 40 persen lapisan penduduk terbawah dari total penduduk suatu negara. Sedangkan kemiskinan menurut Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank) adalah kekurangan aset-aset penting dan kesempatan yang menjadi hak setiap manusia. Indikator-indikator untuk mengukur kemiskinan, yaitu pendidikan dasar, kesehatan, gizi, air, sanitasi, pendapatan, pekerjaan, dan upah. Selain itu ada juga indikator yang bersifat intangibles (tidak tampak), antara lain rasa ketidakberdayaan dan kurangnya kebebasan dalam berpartisipasi. Kemiskinan dapat dilihat dari dua besaran, yaitu absolut dan relatif. Kemiskinan absolut adalah tingkat kemiskinan di bawah batas minimum kebutuhan untuk bertahan hidup atau biasa diukur dengan kalori yang diperlukan ditambah dengan komponen-komponen penting lainnya yang bukan makanan. Sementara kemiskinan relatif biasanya didefinisikan dalam hubungannya dengan beberapa rasio garis kemiskinan absolut atau sebagai porsi dari rata-rata pendapatan nasional (Susanto, 2006). Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan. Chamber dalam Susanto, melihat kemiskinan secara multi-dimensional yang disebutnya sebagai jebakan perampasan. Dalam hal ini kemiskinan dilihat dari dua sisi, yaitu kemiskinan kewilayahan dan kemiskinan individu. Sementara itu perangkap
kemiskinan diklasifikasikan ke dalam lima aspek ketidakberuntungan, yaitu kemiskinan, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan.
Ketidakberdayaan Kerentanan
Isolasi MISKIN
Kemiskinan
Kelemahan Jasmani
Gambar 1. Lingkaran Penyebab Kemiskinan
Menurut Effendi (2006), dalam Islam ada beberapa unsur kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, yakni : 1. hifdzu al-Din, yaitu terpenuhinya pemeliharaan iman. 2. hifdzu al-Aql, yaitu tercukupkannya pendidikan untuk setiap warga negara, sehingga semakin cerdaslah warga negara tersebut. 3. hifdzu al-Mal, yaitu tercukupkannya kebutuhan fisik untuk pangan, sandang, dan perumahan serta harta yang kepemilikannya dijamin oleh hukum. 4. hifdzu al-Nafs, yaitu tercukupkannya pelayanan kesehatan, kesempatan untuk menyatakan harga diri, lingkungan yang sehat dan terjamin kelestariannya, ketentraman, dan pertahanan negara.
5. hidzu al-Nasl, yaitu terpeliharanya rumah tangga menuju keluarga yang sakinah (tentram), mawaddah (penuh kasih sayang), dan warahmah (mendapat karunia Allah) dengan adanya keturunan melalui sebuah perkawinan. Kriteria miskin yang ditetapkan oleh Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa, berdasarkan kriteria kelompok sasaran program, antara lain : 1. Memiliki penghasilan per hari kurang dari sama dengan Rp 20.000,00 (US$ 2 per hari) untuk wilayah pedesaan (rural); 2. Memiliki penghasilan per hari kurang dari sama dengan Rp 30.000,00 (US$ 3 per hari) untuk wilayah pinggiran kota (sub urban) dan perkotaan (urban); 3. Kondisi rumah (baik milik sendiri, sewa, maupun kontrak) kurang layak dan kepemilikan harta (peralatan hidup) terbatas, dideskripsikan dengan indeks rumah.
2.1.5 Zakat Zakat dapat diartikan tumbuh, berkembang, kesuburan, atau bertambah (HR At-Tirmidzi). Dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 10, zakat dapat berarti membersihkan atau mensucikan. Menurut terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula (Hafidhuddin, 1998). Persyaratan harta yang wajib dizakatkan, antara lain :
1. Al-milk at-tam yang berarti harta itu dikuasai secara penuh dan dimiliki secara sah, yang didiapat dari usaha, bekerja, warisan, atau pemberian yang sah. 2. An-namaa adalah harta yang berkembang jika diusahakan atau memiliki potensi untuk berkembang, misalnya harta perdagangan, peternakan, pertanian, deposito mudharabah, usaha bersama, dan obligasi. 3. Telah mencapai ukuran tertentu (nisab). Misalnya untuk emas sudah mencapai 85 gram. 4. Telah melebihi kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarganya yang menjadi tanggungannya untuk kelangsungan hidupnya. 5. Telah mencapai satu tahun (haul) untuk harta-harta tertentu. Namun untuk tanaman, zakatnya dikeluarkan pada saat memanennya. Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh karena itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) kepada setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain muslim, aqil, baligh, milik sempurna, memiliki harta yang mencapai nishab dan mencapai haul. Ada beberapa golongan orang yang berhak menerima zakat, yaitu : 1. Fakir dan miskin.. Dana zakat yang diberikan untuk golongan ini dibagi menjadi dua peruntukkan, yaitu berupa santunan sosial baik untuk lembaga maupun perorangan dan pemberian modal usaha produktif.
2. Amil. Dana zakat bagi amil dipergunakan untuk keperluan administrasi dan operasional pengelola zakat termasuk untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berzakat. 3. Muallaf. Zakat bagi kelompok ini diterapkan berupa bantuan untuk pembinaan orang yang baru masuk Islam serta untuk lembaga dakwah. 4. Riqab. Zakat riqab dipergunakan untuk membantu membebaskan pedagang, pengusaha, petani, nelayan kecil, dan sebagainya dari pemerasan dan tekanan lintah darah dan pengijon. 5. Gharimin. Untuk membantu orang yang jatuh pailit atau lembaga Islam yang mempunyai hutang untuk kegiatan pembangunan atau aktivitas lainnya. 6. Sabilillah. Termasuk dalam kategori sabilillah adalah peruntukkan zakat bagi peribadatan, pendidikan, dakwah, penelitian, penerbitan buku pelajaran, dan majalah ilmiah. 7. Ibnu sabil. Bantuan untuk membiayai perjalanan, beasiswa pelajar dan mahasiswa Islam serta biaya misi ilmiah keagamaan baik dalam maupun luar negeri. (Prihatna, 2005) Zakat terdiri dari dua macam, yaitu zakat nafs (jiwa), yang disebut juga zakat fitrah dan zakat maal (harta). 1. Zakat fitrah adalah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu laki-laki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan syaratsyarat yang telah ditetapkan. Kata fitrah merujuk pada keadaan manusia
pada saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah. Zakat fitrah dikeluarkan pada bulan Ramadhan, paling lambat sebelum orang-orang menunaikan salat ied. Jika waktu penyerahan melewati batas ini maka yang diserahkan tersebut tidak termasuk kategori zakat melainkan sedekah biasa. 2. Zakat maal adalah zakat yang dikenakan terhadap harta. Adapun pengertian harta yang dimaksud (menurut bahasa) adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan, dan menyimpannya. Menurut syar’a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut lazimnya. Harta (maal) yang wajib dizakati, antara lain : a. Binatang ternak; b. emas dan perak; c. harta perniagaan; d. hasil pertanian; e. ma’din (hasil tambang) dan kekayaan laut; f. rikaz (harta temuan). Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Jika zakat ada nishabnya, infaq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan oleh orang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, baik di saat lapang maupun sempit (QS: Ali Imran: 134). Jika zakat harus diberikan kepada mustahik tertentu, maka tidak demikian dengan
infaq. Infaq dapat diberikan kepada siapa saja, misalnya kepada kedua orang tua dan anak-anak yatim. Shodaqoh secara bahasa berarti benar. Pengertian shodaqoh sama dengan infaq, perbedaannya adalah bentuk yang diberikannya. Shodaqoh tidak hanya berupa materi yang diberikan tapi bisa juga hal yang bersifat non-materiil, yaitu perbuatan baik kepada orang lain. Menurut Ali dalam Ismail (2005), pemanfaatan alokasi harta zakat dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu : 1. Konsumtif tradisional Zakat dimanfaatkan dan digunakan langsung oleh mustahik untuk pemenuhan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. 2. Konsumtif kreatif Zakat yang digunakan dalam bentuk lain dari jenis barang semula, misalnya beasiswa. 3. Produktif tradisional Zakat dimanfaatkan dalam bentuk barang-barang produksi, seperti mesin jahit, sapi, dan lain-lain. 4. Produktif kreatif Pendayagunaan zakat diwujudkan dalam bentuk modal, baik untuk membangun suatu proyek sosial maupun proyek ekonomi, seperti memberikan modal kepada pedagang untuk berwirausaha.
2.1.6 Persepsi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Menurut Robbin (1988), persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi selain juga memungkinkan terjadinya perbedaan persepsi antar individu terhadap obyek yang sama. Faktor-faktor tersebut, antara lain : 1. Keadaan pribadi orang yang mempersepsi Adalah faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempersepsikan. Misalnya kebutuhan, suasana hati, pengalaman masa lalu, dan karakteristik lain yang terdapat dalam diri individu. Adanya faktor fungsional yang dapat menyebabkan perbedaan persepsi pada setiap orang terhadap suatu obyek yang sama. 2. Karakteristik target yang dipersepsi Karena target tidak dilihat sebagai suatu yang terisolasi maka hubungan antar target dan latar belakang serta kedekatan/kemiripan dan hal-hal yang dipersepsi dapat mempengaruhi persepsi seseorang. 3. Konteks terjadinya persesi Waktu dipersepsinya suatu kejadian juga dapat mempengaruhi persepsi, demikian pula dengan lokasi, cahaya, panas, atau faktor situasional lainnya.
2.1.6.1 Pembentukan Persepsi Menurut Litterer dalam Fauzi (2004), terdapat tiga mekanisme pembentukan persepsi, yaitu selectivity (selektivitas), closure (pemaknaan), dan interpretation (interpretasi). Pada awalnya individu akan menanggapi secara selektif stimuli yang ada sebelum proses pemaknaan. Setelah stimuli diseleksi dan kemudian disusun sedemikian rupa kemudian proses pemberian makna berlangsung, dan akhirnya terjadilah interpretasi-interpretasi tertentu secara menyeluruh tentang stimuli tersebut. Pada fase interpretasi, informasi yang sudah tersusun dan telah memberikan sedikit arti atau makna, mulai diberi penilaian yang sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman sebelumnya. Pengalaman Masa Silam Mekanisme Pembentukan Persepsi Interpretation Informasi sampai ke Individu
Selectivity
Persepsi Closure Perilaku
Gambar 2. Proses Pembentukan Persepsi Menurut Litterer (Fauzi, 2004)
2.2 Penelitian Terdahulu Rahmawati
(2005)
melakukan
penelitian
mengenai
dampak
pendistribusian zakat melalui kredit terhadap pendapatan mustahik. Dalam penelitian ini, ditunjukkan faktor-faktor apa saja yang penting dalam peningkatan
pendapatan mustahik. Penelitian ini dianalisis menggunakan metode regresi eksponensial dan data kualitatif disajikan secara deskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa setelah adanya kredit dari dana zakat, pendapatan mustahik penerima dana kredit meningkat. Berdasarkan hasil analisisnya menunjukkan bahwa laju dari pendapatan per kapita mustahik dipengaruhi secara signifikan oleh jumlah dana pembiayaan dan penambahan jumlah pembinaan yang diterima mustahik. Jumlah tanggungan keluarga mustahik berpengaruh secara signifikan dan berhubungan secara negatif dengan laju pendapatan per kapita mustahik. Terdapat perbedaan pendapatan per kapita mustahik secara signifikan antara mustahik dengan tingkat pendidikan yang berbeda dan juga antar mustahik dengan jangkauan pasar yang berbeda. Pada penelitian ini, rata-rata jumlah pinjaman tiap tahunnya meningkat, namun terjadi penurunan jumlah mustahik penerima pinjamannya. Hal ini disebabkan oleh 3 faktor, yaitu : 1. Dengan bertambahnya jumlah dana yang diterima mustahik, maka waktu pengembaliannya pun lebih lama. 2. Ada perubahan sistem pembiayaan qordhul hasan ke bentuk sistem bagi hasil dan sebagian mustahik belum bisa menerima sistem tersebut, alasannya mustahik belum paham dengan sistem bagi hasil dan mustahik enggan dan kesulitan melakukan pencatatan usaha karena dalam menerapkan sistem bagi hasil dibutuhkan pencatatan usaha.
3. Adanya tenggang waktu, yaitu jeda waktu tertentu sejak mustahik menyelesaikan pengembalian dana, mengajukan pembiayaan, dan pencairan dana. Fauzi (2004) melakukan penelitian mengenai persepsi dan partisipasi masyarakat sasaran dalam program pengembangan usaha kelompok kecil di Desa Bantar Karet dan Desa Kalongliud, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menganalisis persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat sasaran program Pengembangan Usaha Kelompok Kecil (PUKK). Dalam penelitian ini juga dianalisis hubungan karakteristik responden yang mempengaruhi persepsi terhadap manfaat dan partisipasi dalam program PUKK, serta hubungan persepsi masyarakat sasaran terhadap manfaat PUKK dan tingkat partisipasinya dalam program tersebut. Dalam penelitian ini, persepsi masyarakat terhadap manfaat program PUKK dilihat berdasarkan sepuluh indikator. Berdasarkan skornya, indikatorindikator tersebut dirangking, yang terdiri atas : 1. meningkatkan pendapatan masyarakat; 2. sesuai dengan kebutuhan masyarakat; 3. dapat dilaksanakan pelatihan kewirausahaan; 4. program PUKK merupakan bentuk pinjaman lunak; 5. mengatasi masalah permodalan usaha kecil di desa; 6. keberadaan konsultan dan pendamping dalam PUKK berguna sebagai transfer pengetahuan dan informasi bagi masyarakat; 7. mampu mengembangkan perekonomian desa;
8. secara tidak langsung dapat menciptakan lapangan kerja; 9. menciptakan hubungan harmonis antara perusahaan pertambangan dengan masyarakat setempat; 10. membantu dalam pemasaran usaha kecil. Sementara dalam penelitian ini disebutkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan program PUKK termasuk tinggi. Sementara memasuki tahapan pelaksanaan tingkat partisipasi masyarakat sasaran menjadi rendah. Tingkat pengembalian pinjaman PUKK juga tergolong rendah, yaitu sekitar 10 persen. Karakteristik individu responden yang berperan dengan persepsinya dalam program PUKK adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Sementara karakteristik umur dan pengalaman berwirausaha responden tidak berperan dengan persepsi terhadap manfaat program PUKK. Partisipasi responden dalam program PUKK dipengaruhi karakteristik internal, yang terdiri dari umur, tingkat pendapatan, pengalaman berwirausaha. Selain itu partisipasi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu penilaian responden tentang peranan tenaga konsultan, peranan pemerintah, dan sarana prasarana yang diberikan dalam pengembangan usaha responden. Persepsi responden berhubungan nyata dengan tingkat partisipasinya dalam program PUKK. Responden yang memiliki persepsi tinggi cenderung memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pula, sebaliknya responden yang termasuk dalam kategori persepsi rendah cenderung memiliki tingkat partisipasi yang rendah pula.
2.3 Kerangka Pemikiran 2.3.1 Hubungan Modal, Pendampingan, Output, dan Pendapatan Bantuan yang diberikan oleh MM-DD berupa pinjaman modal dan pendampingan. Modal merupakan salah satu faktor produksi utama, di samping tenaga kerja, yang menentukan tingkat output. Hubungan antara jumlah output (Q) yang dapat diperoleh dengan menggunakan berbagai alternatif kombinasi modal (K) dan tenaga kerja (L) dalam suatu produksi dapat dilihat dalam fungsi sebagai berikut :
Q = f ( K , L) Pendapatan masyarakat diperoleh dengan melihat keuntungan dari penjualan harian tahu ditambahkan dengan pendapatan dari usaha sampingan di luar produksi tahu. Dimana keuntungan merupakan hasil dari total penerimaan (TR) setelah dikurangi dengan biaya-biaya produksi (TC). Secara matematis dapat digambarkan sebagai berikut :
π = TR − TC dimana
TR = R(Q) = P (Q).Q dan TC = wL + vK
dengan a. P(Q) merupakan harga setiap output b. w merupakan harga tenaga kerja c. v merupakan harga modal
d. L merupakan jumlah pemakaian tenaga kerja e. K merupakan jumlah pemakaian modal f. wL merupakan pengeluaran untuk pemakaian tenaga kerja g. vK merupakan pengeluaran untuk untuk pemakaian modal Sementara pendampingan yang ada pada program dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas mitra, baik secara individu maupun kelompok dan pembinaan usaha, yang meliputi strategi peningkatan skala usaha, peningkatan mutu dan citra produk, dan juga usaha turunan yang dihasilkan. Dengan adanya pembinaan usaha, peserta program dapat mengembangkan usaha mereka. Peningkatan skala usaha tidak hanya dilakukan untuk penambahan output pada usaha tahunya saja namun juga dengan menambah usaha sampingan untuk meningkatkan pendapatannya. Pemanfaatan usaha turunan dari tahu diperoleh dengan memanfaatkan ampas kedelai yang sudah digiling. Ampas tersebut bisa dijual langsung kepada peternak untuk menjadi pakan ternak ataupun diproduksi menjadi oncom. Dengan demikian pendapatan yang diperoleh peserta program tidak hanya berasal dari keuntungan usaha tahu ( π (Tahu ) ) tetapi juga diperoleh dari peningkatan skala usaha di luar tahu ( π ( PL ) ), sehingga
π = π (Tahu ) + π ( PL ) . Selain itu pembinaan usaha yang dilakukan juga memberikan cara kepada peserta untuk mengurangi biaya produksi (TC) dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerja yang dibayar (L). Sebagai penggantinya, peserta dianjurkan untuk menggunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri, seperti istri, anak,
atau orang tua. Dengan demikian biaya produksi akan berkurang dari sisi tenaga kerja. Dalam rangka peningkatan mutu dan citra produk, pendamping mengadakan pembinaan dan penyuluhan produksi makanan secara sehat (Cara Mengolah Makanan yang Baik / CPBM) dan mengajukan sertifikasi produk dari dinas kesehatan dan juga sertifikasi kehalalan dari BP POM MUI. Pengentasan Kemiskinan Pemberdayaan Masyarakat
Pinjaman Modal
Pendampingan
Peningkatan Kapasitas Usaha & Pembinaan Usaha
Peningkatan Total Revenue & Pengurangan Total Cost
Responden (peserta program)
Proses Crosscultural Innovation
Karakteristik Responden
Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Analisis Deskriptif
Crosstabulation Analisis
Analisis Regresi Linear
Integrasi yang terjadi akibat Innovator dan Recipients Behaviour
Persepsi Masyarakat Peserta Program dan yang Mempengaruhinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan
Implikasi Penelitian dan Rekomendasi
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
2.3.2 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana mekanisme penyaluran bantuan program dari MM-DD kepada masyarakat terkait dengan adanya proses crosscultural
innovation.
Dalam
proses
ini
terjadi
sikap-sikap
saling
mempengaruhi antara pendamping (innovator behaviour) dan masyarakat penerima bantuan program (recipients behaviour) terkait dengan program yang diberikan, baik itu pengaruh negatif, positif, atau netral. Perilaku-perilaku atau sikap yang dilakukan pendamping antara lain communication (established), role (image created), demonstration of innovation, participation, traditional culture, environment, timing, flexibility, continuity, dan maintenance. Sementara perilaku atau sikap yang diberikan masyarakat terhadap bantuan program dilakukan berdasarkan motivasi dalam menerima program dan budaya tradisional yang sudah mengendap dalam diri mereka. Sikap saling mempengaruhi yang terjadi akan menimbulkan suatu integrasi antara masyarakat dan pendamping apakah program dapat diterima atau tidak oleh masyarakat. Selanjutnya akan dilihat bagaimana persepsi masyarakat, yang merupakan peserta program, terhadap program yang diberikan oleh MM-DD. Persepsi masyarakat terhadap indikator-indikator pencapaian program akan dianalisis secara deskriptif dan akan dilihat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan program untuk mengentaskan kemiskinan dapat dilihat melalui terjadi atau tidaknya peningkatan pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program. Bantuan modal yang diberikan dan pendampingan diadakan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan pembinaan usaha yang selanjutnya akan
berdampak pada peningkatan total revenue (TR) dan atau penurunan total cost (TC). Kemudian penambahan modal, pemakaian tenaga kerja, serta faktor-faktor lainnya, seperti pendapatan dari usaha tahu dan di luar usaha tahu, akan dianalisis apakah akan mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat atau tidak. Hal ini terkait dengan bantuan pinjaman modal dan pendampingan yang merupakan bentuk bantuan program yang diberikan. Sehingga akan terlihat keefektifan dana pinjaman dan pembinaan yang diberikan terhadap peningkatan pendapatan.
2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran maka hipotesis penelitian ini adalah : 1. Program yang ada terintegrasi dengan baik di masyarakat. 2. Karakteristik responden diduga berhubungan nyata dengan persepsi responden terhadap indikator-indikator keberhasilan program. 3. Terjadi peningkatan pendapatan peserta program setelah program dilaksanakan. 4. Modal pinjaman, pemakaian tenaga kerja, pendapatan usaha tahu, dan pendapatan usaha lain menjadi faktor yang berpengaruh secara positif terhadap peningkatan pendapatan peserta program.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Daerah tersebut merupakan salah satu desa binaan Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah jarak yang relatif dekat dengan tempat tinggal peneliti. Dekatnya jarak dipilih karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh peneliti.
3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pengrajin tahu yang ada di Kampung Iwul, yang menjadi peserta program. Data primer yang dikumpulkan berupa data mengenai keadaan sosial dan ekonomi pengrajin tahu. Responden dalam penelitian ini berjumlah 36 pengrajin tahu yang juga merupakan kepala keluarga dari setiap rumah tangganya. Teknik penarikan contoh yang dilakukan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling-purposive (judgement) sampling. Teknik ini dilakukan karena responden yang diambil adalah responden yang bergabung bersama program dari awal datangnya program di Kampung Iwul dan responden yang sudah genap satu tahun mengikuti program dengan tujuan untuk melihat pengaruh program terhadap peserta program.
Sedangkan data sekunder didapatkan dari Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa, Departemen Agama, Badan Pusat Statistik (BPS), dan instansi lain yang terkait. Data sekunder yang dikumpulkan berupa laporan-laporan evaluasi program dari pendamping, data jumlah penduduk, angka kemiskinan, jumlah mitra, dan jumlah modal yang disalurkan.
3.3 Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dan ekonometrika. Analisis deskriptif dilakukan dengan dua bentuk pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dengan sajian data yang ditampilkan dalam bentuk tabel/grafik dan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan faktafakta di lapangan hasil wawancara dengan responden. Sementara untuk analisis ekonometrika dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear untuk menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
peningkatan
pendapatan
masyarakat (peserta program).
3.3.1 Artificial Neural Network System Turban dan Aronson dalam Effendi (2005) Artificial Neural Network bertujuan untuk dapat menghitung nilai dari suatu output. Sistem ini memberikan nilai 1 untuk jawaban ”yes” dan nilai 0 untuk jawaban “no”. Dalam penelitian ini atribut yang dinilai dengan menggunakan sistem Artificial Neural Network adalah persepsi
masyarakat
mengenai
indikator-indikator
keberhasilan
program.
Selanjutnya nilai 1 (yes) akan diberikan pada jawaban ”berhasil” dan nilai 0 (no) akan diberikan pada jawaban ”belum berhasil”. Dari keseluruhan nilai jawaban responden akan dibuat rata-rata yang kemudian akan diinterpretasikan secara menyeluruh. Nilai rata-rata jawaban antara 0 – 0,54 akan diinterpretasikan sebagai jawaban ”belum berhasil”. Sementara nilai rata-rata jawaban antara 0,55 – 1 akan diinterpretasikan sebagai jawaban ”berhasil”. Analisis Chi-Kuadrat Analisis chi-kuadrat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara beberapa populasi dan dapat mengukur ketergantungan antara dua variabel. Rumus chi-kuadrat : ⎡ (Oij − Eij )2 ⎤ χ = Σ⎢ ⎥ Eij ⎣⎢ ⎦⎥ 2
dimana Oij merupakan simbol observasi dari tiap sel sedangkan Eij adalah hasil ekspektasinya. Dalam pemakaian rumus chi-kuadrat terdapat beberapa ketentuan, yaitu : a. Nilai Eij tiap sel minimal 10. b. Untuk derajat bebas lebih dari satu, frekuensi minimum 1 diperkenankan bila frekuensi harapan yang kurang dari lima maksimum 20 persen saja. c. Penggunaan tabel chi-kuadrat hanya memadai untuk derajat bebas kurang dari 30 dan frekuensi harapan minimum 2. d. Nilai observasinya tidak bernilai nol.
e. Baris-baris atau kolom-kolom bersebelahan dalam suatu tabel kontingensi boleh digabungkan guna mendapatkan frekuensi-frekuensi sel harapan yang disyaratkan.
3.3.2 Analisis Regresi Linear Model
yang
digunakan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat : Y = α0 + α1 M + α2 TK + α3 PL + α4 PT +ε dimana nilai α1>0, α2>0, α3>0, α4>0 Dengan : Y = nilai peningkatan pendapatan mustahik, yaitu besar pendapatan mustahik setelah mendapatkan bantuan dikurangi dengan besar pendapatan sebelum mendapatkan bantuan (dalam satuan rupiah) M = modal pinjaman dari MM-DD (rupiah) TK = pemakaian tenaga kerja (rupiah) PL = pendapatan harian lain-lain di luar usaha tahu (rupiah) PT = pendapatan harian dari usaha tahu (rupiah) α0 = konstanta α1, α2, α3, α4 = koefisien masing-masing variabel
Uji R2 Penjelasan persentase variasi total peubah tidak bebas yang disebabkan oleh peubah bebas digunakan dengan pengujian R2. Uji ini dilakukan untuk
mengukur sejauh mana besar keragaman yang dapat diterapkan oleh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
Uji t-statistik Uji t ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari suatu variabel independen secara individu atau masing-masing berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis : H0 : bi = 0
i = 1, 2, 3, .... k
H1 : bi ≠ 0 H1 : bi ≠ 0
t hitung =
bi S (b)
t tabel = tα / 2( n − k ) dimana : S(b) = simpangan baku koefisien dugaan Kriteria uji : t-hitung > t α / 2(n-k) , maka tolak H0 t-hitung < t α / 2(n-k) , maka terima H0 Jika H0 ditolak berarti variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (output) dalam model dan sebaliknya jika H0 diterima maka variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap output.
Uji F-Statistik
Uji F ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh peubah bebas terhadap peubah tidak bebas secara keseluruhan. Hipotesis : H0 : β1 = β2 = β3 H1 : minimal terdapat satu βi ≠ 0, i = 1, 2, ...., n.
Fhitung
R2 / k −1 = (1 − R 2 ) / n − k
Ftabel = Fα ( k −1,n − k ) Kriteria uji : F-hitung > Fα (k-1, n-k) , maka tolak H0 F-hitung < Fα (k-1, n-k) , maka terima H0 Dimana : R : Koefisien determinasi n : Banyaknya data k : Jumlah koefisien regresi dugaan Jika H0 ditolak berarti minimal ada satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap total besar output, dan sebaliknya jika H0 diterima maka tidak ada satu pun variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap output.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linear di antara beberapa atau semua variabel bebas
dari model regresi. Gejala multikolinearitas dalam suatu model akan menimbulkan beberapa konsekuensi, diantaranya : 1. Meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh namun kesalahan standarnya mungkin akan cenderung semakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antara pengingkatan variabel. 2. Standar error dari parameter diduga sangat besar sehingga selang keyakinan untuk parameter yang relevan cenderung lebih besar. 3. Jika
multikolinearitasnya
tinggi
kemungkinan
probabilitas
untuk
menerima hipotesis yang salah menjadi besar. 4. Kesalahan standar akan semakin besar dan sensitif bila ada perubahan data. 5. Tidak mungkinnya mengisolasi pengaruh individual dari variabel yang menjelaskan. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat korelasi antar peubah bebasnya (X). Multikolinearitas dapat dilihat dengan nilai VIF (variance inflation
factor). Jika nilai VIF yang lebih besar dari 10, maka diindikasikan adanya multikolinearitas. Uji multikolinearitas dapat juga dideteksi melalui uji
correaltion matrix. Jika korelasi antar variabel bebas dalam persamaan regresi kurang dari 0,8 (rule of thumbs) maka dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan regresi tidak terjadi gejala multikolinearitas, dan sebaliknya jika korelasi antar variabel bebas dalam persamaan regresi lebih dari 0,8 maka disimpulkan dalam persamaan regresi terjadi gejala multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dimana nilai ragam error
term pada variabel terikat tidak memiliki nilai yang sama untuk setiap observasi. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketidak biasan dan konsistensi dari penaksir ordinary least square, tetapi penaksir yang dihasilkan tidak lagi mempunyai variasi minimum (efisiensi). Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi tidak terjadi heteroskedastisitas (homoskedastisitas) atau memiliki ragam error yang sama. Gejala adanya heteroskedastisitas dapat ditunjukkan oleh probability Obs*R-squared pada uji White Heteroskedasticity. Hipotesis :
H0 : γ = 0 H0 : γ ≠ 0 Kriteria uji :
probability Obs*R-squared < taraf nyata (α) maka akan tolak H0 probability Obs*R-squared > taraf nyata (α) maka akan terima H0 Jika H0 ditolak, maka akan terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model. Jika H0 diterima maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model.
3.4 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan menggunakan program SPSS 13.0 untuk mengolah persepsi masyarakat secara crosstabulation. Sedangkan untuk mengolah data faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat menggunakan program Eviews 4.0.
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu terletak di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Desa Bojong Sempu memiliki luas lahan 159,682 ha, memiliki 4 RW dan 18 RT, serta memiliki batas-batas daerah sebagai berikut : Batas utara
: Desa Bojong Indah
Batas selatan : Desa Iwul Batas barat
: Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng
Batas timur
: Desa Waru Jaya
4.2 Kondisi Demografi
Penduduk Desa Bojong Sempu berjumlah 7787 jiwa, yang terdiri dari 4077 penduduk laki-laki dan 3710 penduduk perempuan. Desa ini memiliki 1840 kepala keluarga.
4.3 Kondisi Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan dasar yang ada di Desa Bojong Sempu ada 3 Sekolah Dasar Negeri dan 1 Madrasah Ibtidaiyah, sementara untuk pendidikan tinggi terdapat 1 perguruan tinggi swasta. Selain itu terdapat juga 2 Pondok Pesantren dan 1 Madrasah Diniyah. Di Desa Bojong Sempu terdapat 1 lembaga pendidikan non formal, yaitu lembaga pendidikan keterampilan tata busana.
Terdapat 1 tempat praktek bidan dan 10 posyandu untuk menunjang sarana kesehatan di Desa Bojong Sempu. Sementara tenaga kesehatan yang ada berjumlah 5 orang yang terdiri dari 2 perawat dan 3 bidan. Sarana ibadah yang ada di Desa Bojong Sempu terdiri dari 5 masjid dan 16 surau. Fasilitas olahraga yang ada terdiri dari 1 lapangan sepakbola, 1 lapangan voli, dan 3 lapangan bulutangkis. Untuk mendukung transportasi, komunikasi, dan informasi, Desa Bojong Sempu memiliki jalan kabupaten sepanjang 1,5 km dan jalan desa sepanjang 5 km. Angkutan umum yang ada adalah angkot dan ojek sepeda motor. Sampai saat ini ada sekitar 207 KK yang berlangganan telepon kabel dan terdapat 1 unit wartel.
4.4 Kondisi Ekonomi
Lahan yang ada di Desa Bojong Sempu dipergunakan untuk pertanian sawah, perkebunan, perikanan, peternakan, dan pemukiman. Terdapat 3 kelompok tani di Desa Bojong Sempu, antara lain Alam Jembar I yang menjadi paguyuban petani produksi padi, Alam Jembar II yang menjadi paguyuban petani palawija, dan Andika Karya yang menjadi paguyuban petani ikan. Dari keseluruhan penduduk, 324 orang bekerja di sektor pertanian, baik pertanian sawah, peternakan, kehutanan, maupun perikanan, 101 orang menjadi buruh tani, dan 2 orang menjadi TKI. Selain sektor pertanian, terdapat industri kecil yang menjadi mata pencaharian penduduk Desa Bojong Sempu, yaitu industri tahu sebanyak 267 unit
(berdasarkan Sensus Daerah Tahun 2006). Industri tahu rata-rata menggunakan 3 sampai 5 tenaga kerja dalam produksi termasuk di dalamnya anggota keluarga yang membantu.
Gambar 4. Peta Desa Bojong Sempu
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Umum Responden
Penelitian mengenai pemberdayaan masyarakat melalui dana zakat mengambil contoh 36 responden yang merupakan pengrajin tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor yang menjadi Kelompok Mitra (KM) Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa. Tabel 1. Karakteristik Responden Frekuensi Angka persentase (jiwa) (%) Jenis Kelamin Laki-laki 36 100 Perempuan 0 0 Usia 20 - 29 th 7 19,44 30 - 39 th 17 47,22 40 - 49 th 8 22,22 >= 50 th 4 11,11 Jumlah Tanggungan rendah (0 - 3 orang) 15 41, 67 sedang (4 - 7 orang) 20 55, 56 tinggi (> 7 orang) 1 2,78 Pendidikan rendah (TS - tamat SD) 23 63,89 sedang (TT SMP - tamat SMP) 9 25 tinggi (TT SMA - tamat SMA) 4 11,11 Pengalaman Usaha < = 5 th 9 25 6 - 10 th 7 19,44 11 - 15 th 7 19,44 > 15 th 13 36,11 Kapasitas Usaha rendah (< 30 kg) 15 41,67 tinggi (>= 30kg) 21 58,33 Pendapatan Usaha Lain 0 - Rp 10,000 per hari 18 50 Rp 10,001 - Rp 30,000 per hari 11 30,56 > Rp 30,000 per hari 7 19,44 Pengajuan Pinjaman 1 kali 19 52,78 2 kali 11 30, 56 3 kali 6 16,67 Jumlah Tenaga Kerja 0 10 27, 78 1 orang 11 30, 56 2 orang 7 19, 44 3 orang 8 22, 22 Karakteristik
Dari 36 responden, semuanya berjenis kelamin laki-laki dan hanya satu yang berstatus belum menikah. Berdasarkan usia, responden dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok terbesar berada pada kelompok usia 30 - 39 tahun yang mencapai 47,22 persen atau sebanyak 17 responden. Selanjutnya kelompok umur 40 – 49 tahun sebanyak 8 responden atau 22,22 persen. Diikuti dengan kelompok usia antara 20 – 29 tahun dan 50 tahun ke atas, masing-masing sebesar 19,44 persen atau 7 responden dan 11,11 persen atau 4 responden. Untuk jumlah tanggungan dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok terbesar berada pada responden dengan jumlah tanggungan sedang, yaitu sebesar 55,56 persen atau sebanyak 20 responden. Kelompok berikutnya adalah responden dengan jumlah tanggungan rendah, yaitu sebesar 41,67 persen atau sebanyak 15 responden. Terakhir, kelompok dengan jumlah tanggungan tinggi yaitu sebesar 2,78 persen atau hanya sebanyak satu responden. Berdasarkan tingkat pendidikan, responden dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok responden terbesar adalah yang berpendidikan rendah, yaitu sebesar 63,89 persen atau sebanyak 23 responden. Selanjutnya kelompok dengan tingkat pendidikan sedang, yaitu sebesar 25 persen atau sebanyak 9 responden dan diikuti dengan kelompok tingkat pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 4 responden atau sebesar 11,11 persen. Untuk pengalaman usaha, responden dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok terbesar berdasarkan pengalaman usaha adalah responden dengan pengalaman lebih dari 15 tahun, yaitu sebesar 36,11 persen atau sebanyak 13 responden. Selanjutnya responden dengan pengalaman usaha kurang dari sampai
dengan 5 tahun, yaitu sebesar 25 persen atau sebanyak 9 responden. Sementara untuk kelompok dengan pengalaman usaha antara 6 – 10 tahun dan 11 – 15 tahun, memiliki besar yang sama, yaitu 19,44 persen atau sebanyak 7 responden. Berdasarkan kapasitas usaha tahu, kelompok responden dibagi menjadi dua. Mayoritas responden atau sebesar 58,33 persen (21 responden) berada pada kelompok dengan kapasitas usaha tinggi. Sementara sisanya 41,67 persen atau sebanyak 15 responden memiliki kapasitas usaha yang rendah. Berdasarkan pendapatan usaha lain, responden dibagi menjadi tiga kelompok dengan mayoritas responden berada pada kelompok berpendapatan antara 0 sampai Rp 10.000, yaitu sebesar 50 persen atau sebanyak 18 responden. Selanjutnya kelompok responden dengan besar pendapatan dari usaha lain sebesar Rp 10.001 sampai Rp 30.000, yaitu sebesar 30,56 persen atau sebanyak 11 responden. Kelompok terkecil adalah responden dengan pendapatan dari usaha lain lebih besar dari Rp 30.000, yaitu sebesar 19,44 persen atau sebanyak 7 responden. Dari keseluruhan responden yang ada, tingkat frekuensi pengajuan pinjaman yang tertinggi adalah tiga kali sehingga berdasarkan frekuensi pengajuan pinjaman, responden dibagi menjadi tiga kelompok dengan kelompok terbesar adalah responden dengan frekuensi pengajuan pinjaman satu kali, yaitu sebanyak 19 responden, atau sebesar 52,78 persen. Selanjutnya adalah kelompok responden dengan frekuensi pengajuan pinjaman sebanyak 2 kali dan 3 kali, masing-masing sebesar 30,56 persen dan 16,67 persen atau sebanyak 11 responden dan 6 responden.
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dipakai dalam usaha tahu, responden dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok terbesar adalah responden yang menggunakan 1 orang tenaga kerja, yaitu sebanyak 11 responden atau sebesar 30,56 persen. Selanjutnya kelompok responden yang tidak menggunakan tenaga kerja yang bukan berasal dari anggota keluarga dekat (yang dibayar), yaitu sebesar 27,78 persen atau sebanyak 10 responden. Lalu kelompok yang menggunakan 3 orang tenaga kerja, sebesar 22,22 persen atau sebanyak 8 responden dan kelompok yang menggunakan 2 orang tenaga kerja, yaitu sebesar 19,44 persen atau 7 responden.
5.2 Persepsi Peserta Program terhadap Keberhasilan Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa
Persepsi masyarakat terhadap keberhasilan program diukur berdasarkan pencapaian tiap-tiap peserta program yang menjadi responden pada tiap-tiap indikator pencapaian program. Indikator-indikator pencapaian program dibedakan menjadi tiga, yaitu kemandirian material komunitas sasaran, kemandirian manajemen komunitas sasaran, dan kemandirian intelektual komunitas sasaran. Persepsi yang terbentuk dari skor yang dihasilkan berdasarkan jawaban responden adalah berhasil dan belum berhasil. Pengambilan kesimpulan persepsi dilakukan dengan menginterpretasikan total skor yang didapat sesuai dengan skala penilaian yang telah ditentukan, yaitu : 1. 0 – 0,54 kesimpulan persepsinya “belum berhasil” 2. 0,55 – 1 kesimpulan persepsinya adalah “berhasil”
5.2.1
Persepsi Peserta Program terhadap Indikator Kemandirian Material Komunitas Sasaran
Secara keseluruhan persepsi yang disimpulkan dari indikator kemandirian material komunitas sasaran adalah berhasil. Hal ini berdasarkan skor rata-rata mencapai 0,798 yang berada di kisaran 0,55 – 1. dari keseluruhan responden, secara mayoritas mereka mengalami peningkatan pendapatan harian, baik dari usaha tahu maupun secara keseluruhan pendapatan mereka di luar usaha tahu, seperti menjual ampas, menjual kayu bakar, membuat oncom, dan lain lain. Sementara untuk kelayakan aset produktif, berdasarkan frekuensi pinjaman peserta program yang menjadi responden, belum secara keseluruhan peserta program dapat dinilai layak aset yang digunakannya untuk berproduksi. Hal ini disebabkan pinjaman untuk peserta yang difokuskan untuk perbaikan asetaset produktif baru dimulai pada pinjaman kedua. Untuk kepemilikan tabungan, saat ini seluruh peserta telah memiliki tabungan. Hal ini tidak terlepas dari adanya TAMI (tabungan mitra) yang diwajibkan oleh program kepada setiap peserta. Tabungan mitra disetorkan secara wajib setiap kali pembayaran angsuran pinjaman setiap minggunya. Tabel 2. Persepsi Responden terhadap Indikator Kemandirian Material Komunitas Sasaran Kemandirian Material Komunitas Sasaran a. b. c. d.
peningkatan pendapatan harian (tahu dan yang lain) peningkatan omset usaha tahu kelayakan aset produktif kepemilikan tabungan Rata-rata
Total Skor 0,861 0,861 0,472 1 0,7985
Interpretasi Persepsi berhasil berhasil belum berhasil berhasil berhasil
5.2.2
Persepsi
Peserta
Program
terhadap
Indikator
Kemandirian
Manajemen Komunitas Sasaran
Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran memiliki skor rata-rata 0,472 yang dapat disimpulkan dengan persepsi belum berhasil. Aspek-aspek yang dilihat pada indikator kemandirian manajemen komunitas sasaran, antara lain persatuan dan kesatuan pengrajin tahu yang dilihat berdasarkan ada tidaknya wadah atau kegiatan berkumpul untuk mereka, kemampuan menyampaikan pendapat yang dilihat berdasarkan keaktifan mereka dalam setiap pertemuan, jaringan pemasaran yang dilihat berdasarkan ada tidaknya perluasan daerah pemasaran setelah adanya program, dan ada tidaknya pencatatan administrasi dalam usaha mereka. Persatuan dan kesatuan responden yang dinilai berdasarkan ada atau tidaknya wadah atau kegiatan berkumpul untuk mereka memiliki total skor 1, yang artinya secara keseluruhan mereka memiliki tempat untuk berkumpul dan sudah memiliki perkumpulan baik dalam bentuk kelompok pasar maupun kelompok mitra. Ada beberapa responden yang memang tidak terlalu aktif dalam kegiatan pertemuan antar pengrajin tahu sehingga mereka dapat dinilai kurang mampu dalam menyampaikan pendapat secara baik. Dalam setiap pertemuan antar mitra selalu dilakukan sesi untuk menyampaikan pendapat, baik untuk menyampaikan keluhan, menyampaikan pendapat untuk mencari solusi, maupun untuk sekedar memberikan pengumuman.
Keseluruhan responden mengatakan bahwa daerah pemasaran mereka tidak berubah sejak sebelum adanya program sampai dengan sekarang. Beberapa dari mereka memang sempat melakukan pameran produk tahu maupun produk turunan dari tahu. Dengan melakukan pameran produk mereka memang menjadi dikenal oleh masyarakat, namun hal itu belum membantu memperluas daerah pemasaran mereka. Sementara hampir seluruh responden tidak melakukan pencatatan administrasi dalam usaha mereka, ketika diajukan pertanyaan mengenai pencatatan usaha, mereka menjawab bahwa mereka cukup mengingat berapa pengeluaran, pemasukan, dan sisa uang yang akan dipakai untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Tabel 3. Persepsi Responden terhadap Indikator Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran a. b. c. d.
Total Skor
persatuan dan kesatuan pengrajin tahu kemampuan menyampaikan pendapat jaringan pemasaran pencatatan usaha Rata-rata
5.2.3
Persepsi
Peserta
Program
1 0,861 0 0,028 0,47225
terhadap
Indikator
Interpretasi Persepsi berhasil berhasil belum berhasil belum berhasil belum berhasil
Kemandirian
Intelektual Komunitas Sasaran
Persepsi yang dapat disimpulkan berdasarkan indikator kemandirian intelektual komunitas sasaran adalah berhasil. Hal ini berdasarkan nilai pada tabel yang mencapai 0,592. Aspek-aspek yang diperhatikan, antara lain penanganan limbah, kebersihan tempat usaha, dan mengenai penggunaan bahan tambahan pada makanan seperti zat pewarna.
Keseluruhan responden sudah sadar akan penanganan limbah sehingga mereka tidak membuang limbah secara langsung namun dibuat selokan maupun ditampung untuk limbah cari sementara untuk limbah padat, seperti ampas kedelai, mereka produksi ulang ataupun dijual sebagai pakan ternak. Sementara kebersihan tempat usaha dilihat berdasarkan frekuensi pinjaman yang sudah mencapai tahap 3, dimana pada tahap 3 pinjaman difokuskan kepada perbaikan bengkel usaha termasuk kebersihan tempat usaha bukan hanya cara produksi. Berdasarkan hal ini, baru sebagian kecil dari responden yang sudah dinilai berhasil dalam menjaga kebersihan tempat usaha. Sementara
yang
lainnya
masih
belum
berhasil
namun
mereka
tetap
memperhatikan kebersihan dalam memproduksi dengan cara menjaga kebersihan pada diri mereka. Tabel 4. Persepsi Responden terhadap Indikator Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran a. b. c.
penanganan limbah kebersihan tempat usaha tidak menggunakan bahan tambahan pada makanan Rata-rata
Total Skor 1 0,167 0,611 0,592667
Interpretasi Persepsi berhasil belum berhasil berhasil berhasil
5.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Peserta Program terhadap Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa
Dari keseluruhan 36 responden yang merupakan peserta program, yang memberi persepsi berhasil terhadap indikator kemandirian material komunitas sasaran dalam kaitannya dengan program yang diberikan oleh Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa adalah sebanyak 31 responden dan sisanya sebanyak 5 responden memberi persepsi belum berhasil. Sementara untuk persepsi berhasil
terhadap indikator kemandirian manajemen komunitas sasaran hanya satu responden yang memberi persepsi berhasil, sebanyak 35 responden memberi persepsi belum berhasil. Untuk persepsi kemandirian intelektual komunitas sasaran, sebanyak 24 responden memberi persepsi berhasil dan sisanya, 12 orang memberi persepsi belum berhasil. Tabel 5. Persepsi Responden terhadap Indikator-indikator Pencapaian Program Pencapaian Program Kemandirian Material Komunitas Sasaran Persentase Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran Persentase Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran Persentase
5.3.1
Berhasil (jiwa) 31 86,11% 1 2,78% 24 66,67%
Persepsi belum berhasil (jiwa) 5 13,89% 35 97,22% 12 33,33%
Total 36 100% 36 100% 36 100%
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian
Material
Komunitas
Sasaran
dalam
Program
Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Tabel 6. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Material Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa no. 1 2 3 4 5 6 7 8
Faktor yang Mempengaruhi Usia Jumlah Tanggungan Tingkat Pendidikan Pengalaman Usaha Kapasitas Usaha Pendapatan Usaha Lain Frekuensi Pengajuan Pinjaman Jumlah Tenaga Kerja
Persepsi berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil
chikuadrat tabel 7,815 5,991 5,991 7,815 3,841 5,991 5,991 7,815
chikuadrat hitung 5,286 7,990 0,939 1,738 0,803 2,386 1,995 2,479
Kesimpulan tidak berhubungan nyata berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata
Faktor-faktor yang dianggap dapat mempengaruhi persepsi responden adalah karakteristik dari masing-masing responden, antara lain usia, jumlah
tanggungan, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, kapasitas usaha, pendapatan usaha lain, frekuensi pengajuan pinjaman, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa hanya faktor jumlah tanggungan berhubungan nyata dengan persepsi responden terhadap indikator kemandirian material komunitas sasaran. Hal ini dapat dilihat pada nilai chi-kuadrat hitung yang didapatkan lebih besar dari chi-kuadrat tabel = 5,991, yaitu sebesar 7,990. Sementara faktor-faktor lain tidak berhubungan nyata karena nilai chi-kuadrat hitung yang didapat lebih kecil daripada chi-kuadrat tabelnya. Hal yang menjadi alasan mengapa jumlah tanggungan berhubungan nyata dengan persepsi responden terhadap indikator kemandirian material komunitas sasaran, yaitu ada banyak diantara responden yang menggunakan tenaga kerja dari kalangan keluarga sendiri dalam usahanya. Hal ini membuat total cost (TC) semakin berkurang karena kalangan keluarga sendiri bisa disebut unpaid labor (tenaga kerja yang tidak dibayar). Dengan adanya unpaid labor akan membuat output (Q) tetap seperti jika menggunakan tenaga kerja yang dibayar. Dengan berkurangnya biaya produksi dan jumlah output produksi tetap sama dengan pengrajin tahu lain yang memproduksi dengan menggunakan tenaga kerja yang harus dibayar maka nilai pendapatan yang berasal dari keuntungan produksi akan meningkat. Hal ini mengacu pada
π = TR − TC dimana nilai TC dapat
berkurang karena biaya penggunaan tenaga kerja (wL) berkurang sementara nilai TR tetap karena Q tidak berkurang.
5.3.2
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa
Tabel 7. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa no. 1 2 3 4 5 6 7 8
Faktor yang Mempengaruhi Usia Jumlah Tanggungan Tingkat Pendidikan Pengalaman Usaha Kapasitas Usaha Pendapatan Usaha Lain Frekuensi Pengajuan Pinjaman Jumlah Tenaga Kerja
Persepsi belum berhasil belum berhasil belum berhasil belum berhasil belum berhasil belum berhasil belum berhasil belum berhasil
chikuadrat tabel 7,815 5,991 5,991 7,815 3,841 5,991 5,991 7,815
chikuadrat hitung 1,150 1,440 8,229 4,261 1,440 2,338 2,338 4,261
Kesimpulan tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata
Persepsi responden terhadap indikator kemandirian manajemen komunitas sasaran dinilai belum berhasil secara rata-rata. Berdasarkan tabel 7 faktor yang berhubungan nyata dengan persepsi mereka adalah tingkat pendidikan. Dapat dilihat bahwa nilai chi-kuadrat hitung yang lebih besar daripada chi-kuadrat tabel pada tiap-tiap faktor hanya terdapat pada karakteristik tingkat pendidikan dengan nilai chi-kuadrat hitung sebesar 8,229 sementara nilai chi-kuadrat tabelnya sebesar 5,991. Hal-hal yang dapat berkontribusi sehingga indikator kemandirian manajemen program dinilai belum berhasil adalah perluasan nilai jaringan pemasaran dan pencatatan usaha tahu yang mendapat skor masing-masing 0 dan 0,028 (tabel 3). Tingkat pendidikan menjadi faktor yang berhubungan nyata pada persepsi responden terhadap indikator kemandirian manajemen komunitas sasaran. Hal ini
dapat dilihat pada tingkat pendidikan responden yang mayoritas berpendidikan rendah (tabel 1). Mereka belum memiliki kesadaran pentingnya pencatatan usaha dalam usahanya dan mereka juga berpikiran bahwa keberadaan pasar yang sekarang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehingga belum perlu untuk membuat pembukuan dan memperluas jaringan pemasaran untuk menambah maju usaha mereka.
5.3.3
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa
Tabel 8. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa no. 1 2 3 4 5 6 7 8
Faktor yang Mempengaruhi Usia Jumlah Tanggungan Tingkat Pendidikan Pengalaman Usaha Kapasitas Usaha Pendapatan Usaha Lain Frekuensi Pengajuan Pinjaman Jumlah Tenaga Kerja
Persepsi berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil
chikuadrat tabel 7,815 5,991 5,991 7,815 3,841 5,991 5,991 5,991
chikuadrat hitung 2,987 3,600 0,147 1,473 0,514 0,468 0,287 0,468
Kesimpulan tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata tidak berhubungan nyata
Persepsi responden terhadap indikator kemandirian intelektual komunitas sasaran dinilai berhasil secara rata-rata. Namun berdasarkan tabel 8, tidak ada karakteristik responden yang berhubungan nyata dengan persepsi mereka terhadap indikator kemandirian intelektual komunitas sasaran. Seluruh nilai chi-kuadrat hitung lebih kecil daripada nilai chi-kuadrat tabelnya. Unsur-unsur yang dilihat pada indikator kemandirian intelektual komunitas sasaran, antara lain penanganan
limbah, kebersihan tempat usaha, dan tidak menggunakan bahan tambahan pada makanan.
5.4 Crosscultural Innovation
Responden yang merupakan peserta program akan ditanyai pendapatnya mengenai minat mereka untuk mengikuti program (vested interest), ketepatan waktu datangnya program (timeliness), keaktifan pendamping (role of change agent), keberhasilan program, dan keberlanjutan program (continuity and maintenance). Hal ini terkait dengan proses crosscultural innovation yang terjadi ketika program masuk ke masyarakat. Tabel 9. Crosscultural Innovation Crosscultural Innovation Minat terhadap program Ketepatan Waktu datangnya program Keaktifan pendamping Keberhasilan program Keberlanjutan Program
Ya Tidak Ya Tidak Aktif Kurang aktif Sudah Belum Berlanjut Tidak
Frekuensi 36 0 36 0 20 16 36 0 36 0
Keseluruhan responden menyatakan minatnya untuk bergabung dengan program yang diselenggarakan oleh Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa. Hal yang menjadi alasan utama responden menjadi mitra antara lain, kebutuhan akan tambahan modal dan untuk menambah informasi. Responden cenderung mengatakan bahwa program datang tepat waktu, hal ini terkait dengan isu formalin yang mencuat ketika program mulai dikenalkan
kepada masyarakat. Saat itu pengrajin tahu membutuhkan modal baru untuk memulai usahanya yang sempat terhenti. Terkait dengan role of change agent, sebanyak 20 responden yang merupakan peserta program menilai bahwa pendamping berperan sangat aktif dalam mengenalkan program dan dalam pelaksanaan program, sementara sebanyak 16 responden yang merupakan peserta program menyatakan pendamping masih kurang aktif. Seluruh responden mengatakan bahwa program telah berhasil dalam pelaksanaannya. Alasan utama responden yang merupakan peserta program memandang bahwa program telah berhasil karena dapat menstabilkan harga kedelai di kalangan pengrajin tahu di Kp Iwul ketika harga di pasaran naik. Selain itu ada beberapa alasan lain, diantaranya : 1. Bertambahnya pengrajin tahu yang menjadi mitra; 2. Membantu pengrajin tahu dalam berbagai hal, seperti bantuan modal, promosi, pemasaran, dan kegiatan sosial di Kampung Iwul; 3. Sudah terbentuknya lembaga lokal bentukan program yang berbadan hukum (koperasi); 4. Mempererat ikatan antar pengrajin tahu; 5. Meningkatkan taraf hidup anggotanya. Seluruh responden mengatakan bahwa mereka optimistis bahwa program akan terus berlanjut ketika sudah sampai pada tahap pelepasan program oleh pendamping. Kegagalan lembaga koperasi yang pernah ada di Kampung Iwul pada pertengahan tahun 1980-an tidak membuat mereka pesimis. Mereka
mengatakan bahwa sistem yang diberlakukan pada program ini berbeda dengan koperasi yang pernah ada, selain itu mereka berpendapat bahwa mitra yang ada sudah cukup dibekali dengan pengetahuan mengenai organisasi.
5.5 Perkembangan Pendapatan Mitra
Perkembangan pendapatan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu pendapatan yang berasal dari usaha masyarakat yang mendapatkan pembiayaan dari MM dan keseluruhan jumlah pendapatan masyarakat tersebut, baik yang berasal dari usaha yang mendapat bantuan maupun yang bukan. Perkembangan pendapatan masyarakat dapat dilihat pada gambar 5 Gambar menunjukkan perbandingan kondisi pendapatan masyarakat yang berasal dari usaha yang mendapat bantuan pembiayaan. Pada awalnya rata-rata pendapatan masyarakat hanya sebesar Rp 24.027,78 setelah mendapatkan bantuan program selama satu tahun pendapatan mereka meningkat mencapai Rp 83479,60. Rata-rata Pendapatan Peserta Program (rupiah) 90000
83479,60028
80000 70000 60000
Pendapatan sblm program
50000 40000 30000
24027,77778
20000 10000 0
Gambar 5. Rata-rata Pendapatan Peserta Program
pendapatan stlh program (Rupiah)
5.6 Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Peningkatan
Pendapatan
Masyarakat Tabel 10. Hasil Estimasi Model
Variable Coefficient Prob. C -21431.90 0.0000 M (pinjaman modal) -0.000886 0.0501 TK (penggunaan tenaga kerja) -0.022475 0.6482 PL (pendapatan harian lain di luar usaha 0.978762 0.0000 tahu) PT (pendapatan dari usaha tahu) 0.989552 0.0000 R-squared 0.998049 Adjusted R-squared 0.997798 Durbin-Watson stat 1.877251 F-statistic 3965.112 Prob(F-statistic) 0.000000 Dari tabel di atas dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y = -21431.90291 - 0.0008858996419*M - 0.02247526657*TK + 0.9787617743*PL + 0.9895524734*PT
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dari hasil analisis data dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9980. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel-variabel bebas yang dipilih dapat menjelaskan keragaman dari variabel bebas sebesar 99,80 persen, cateris paribus. Dengan arti lain bahwa keragaman peningkatan pendapatan masyarakat dapat dijelaskan sebesar 99,80 persen oleh, besarnya modal pinjaman, penggunaan tenaga kerja, besarnya pendapatan usaha tahu dan besarnya pendapatan lain-lain di luar usaha tahu, sedangkan 0,20 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Uji t-Statistik
Dari hasil estimasi penelitian pada tabel dapat dilihat bahwa besarnya pendapatan usaha tahu dan besarnya pendapatan lain-lain di luar usaha tahu besarnya modal pinjaman, memiliki probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata 10 persen, sehingga dapat disimpulkan ketiga variabel tersebut signifikan mempengaruhi variabel tidak bebasnya pada taraf nyata 10 persen. Sedangkan variabel tenaga kerja memiliki tingkat probabilitas lebih besar dari taraf nyata 10 persen sehingga disimpulkan variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas. Uji F-Statistik
Nilai probabilitas F-hitung yang diperoleh dari hasil regresi seperti terlihat dalam tabel adalah sebesar 0,0000. Ini menunjukkan hasil yang baik karena pada tingkat signifikansi 10 persen, nilai probabilitas F-hitung lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa keabsahan model yang dibentuk dapat diterima, dimana minimal ada satu variabel bebas yang terdapat dalam model penelitian mempengaruhi variabel tak bebasnya (nilai peningkatan pendapatan mustahik) secara signifikan. Uji Multikolinearitas Tabel 11. Uji Multikolinearitas
M TK PL PT
M TK PL PT 1 0.0980495510682 0.137979491274 0.161267641222 0.0980495510682 1 0.181594704869 0.273023253296 0.137979491274 0.181594704869 1 0.171219080581 0.161267641222 0.273023253296 0.171219080581 1
Terjadinya multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat correlation
matrix, jika korelasi variabel bebas dalam persamaan regresi kurang dari 0,8 (rule of thumbs) maka dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan regresi tidak terjadi gejala multikolinearitas, dan sebaliknya jika korelasi antar variabel bebas dalam persamaan regresi lebih dari 0,8 maka disimpulkan dalam persamaan regresi terjadi gejala multikolinearitas. Berdasarkan kepada rule of thumbs, maka dalam model penelitian tidak terdapat gejala multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas Tabel 12. Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
1.081700 8.737675
Probability Probability
0.404929 0.364906
Pengujian heteroskedastisitas ditujukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain atau dapat juga dikatakan untuk melihat apakah model regresi memenuhi asumsi bahwa model memiliki gangguan yang variannya sama (homoskedastisitas). Pengujian menggunakan uji White Heteroskedasticity. Apabila hasil nilai probabilitas Obs*Squared lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen maka disimpulkan bahwa model persamaan mempunyai variabel pengganggu yang variannya sama (homoskedastisitas).
5.7 Interpretasi Model
Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi peningkatan pendapatan secara positif adalah pendapatan dari usaha tahu sebesar 0.9787 dan pendapatan lain-lain sebesar 0.9895. Sementara modal pinjaman berpengaruh signifikan secara negatif sebesar -0.0008. Nilai penggunaan tenaga kerja dalam usaha tahu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan. Berdasarkan model yang didapat, pendapatan usaha tahu mempengaruhi secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan peserta program. Pendapatan dari usaha tahu merupakan keuntungan dari produksi tahu. Sementara pendapatan lain-lain diperoleh dari penghasilan usaha sampingan, seperti jual oncom, jual ampas, jual kayu bakar, usaha dagang, menyewakan mesin giling kedelai, dan diperoleh juga dari penghasilan anggota keluarga lain yang masih menjadi tanggungan responden. Peningkatan pendapatan usaha tahu ini didapatkan oleh pengrajin tahu dengan cara mengurangi biaya-biaya produksi. Berbagai cara yang dilakukan untuk mengurangi biaya produksi dan menambah jumlah output, antara lain : 1. Penggunaan kacang kedelai dengan kualitas terbaik. Dengan penggunaan kacang kedelai kualitas terbaik, adonan tahu siap cetak yang dihasilkan menjadi lebih banyak (peningkatan Q) dibandingkan dengan penggunaan kacang kedelai kualitas yang lebih rendah walaupun harganya lebih tinggi. Namun biaya yang dikeluarkan (vK) cenderung lebih rendah dari nilai output yang dihasilkan (TC < TR) sehingga pembelian kacang kedelai
dengan harga yang lebih tinggi tersebut tertutupi dengan output yang lebih banyak. Hal ini berdasarkan π = TR − TC sementara TR = P(Q).Q dan TC = wL + vK .
2. Substitusi bahan bakar minyak menjadi kayu bakar untuk memanaskan gilingan kacang kedelai dan merebus tahu yang sudah dicetak. Dengan menggunakan kayu bakar pengrajin tahu dapat menghemat biaya produksi. Hal ini disebabkan harga kayu bakar yang lebih murah dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah. Sebagai contoh, untuk memproduksi tahu dengan menggunakan 25 kg kacang kedelai membutuhkan 10 liter minyak tanah dengan harga Rp 3.000,00 per liter, maka mereka harus mengeluarkan biaya Rp 30.000,00 untuk setiap kali produksi. Sementara dengan penggunaan kacang kedelai yang sama, dibutuhkan 15 ikat kayu bakar, dengan harga bervariasi sekitar Rp 1.000,00 sampai Rp 1.250,00 tiap ikatnya sehingga mereka hanya mengeluarkan biaya Rp 15.000,00 sampai Rp 18.250,00 untuk setiap produksi dengan menggunakan kayu bakar sebagai pengganti minyak tanah. Harga kayu bakar akan lebih murah jika peserta program membelinya di ISM. Karena ISM bukan hanya bertindak mengurus pemberian pinjaman modal kepada peserta tetapi juga mengadakan usaha jual beli kedelai dan kayu untuk memudahkan peserta program mendapatkan bahan baku produksi. 3. Peningkatan harga jual tahu juga dilakukan oleh para pengrajin. Ketika terjadi kenaikan harga kedelai, harga jual tahu pun dinaikkan. Nilai
peningkatan harga jual tahu — P(Q) — lebih besar dari peningkatan harga kedelai — vK — (P(Q) > vK) sehingga keuntungan ( π ) yang diperoleh dari penjualan lebih besar. Modal pinjaman yang didapat dari program berpengaruh secara signifikan secara negatif sebesar -0,0008, hal ini berarti setiap kenaikan modal sebesar satu satuan rupiah akan menurunkan nilai peningkatan pendapatan sebesar -0,0008 rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa jika mitra melakukan penambahan modal lagi dalam usahanya maka akan terjadi diminishing returns pada hasil produksinya. Produk Total
PTK
K*
K**
K***
Modal
Gambar 6. Kurva Produk Total
Pada kurva dapat dilihat hubungan antara input modal dengan produk total. Seaktu K masih sedikit, output dapat naik dengan pesat ketika ditingkatkan penggunaannya. Tetapi karena input lain konstan, penambahan output akan semakin berkurang dan ketika telah mencapai titik maksimum di K***, penambahan input modal tanpa diimbangi dengan penambahan input lain, seperti tenaga kerja, cenderung akan mengurangi output. Dengan keadaan yang seperti
ini, pengrajin tahu seharusnya tidak menambah lagi modal pinjaman tanpa menambah pemakaian tenaga kerja. Pada kasus ini terjadinya diminishing return bukan karena keberadaan modal tidak lagi diperlukan tetapi lebih cenderung karena alokasi penggunaan modal pinjaman tidak hanya dialokasikan untuk pemakaian dalam jangka pendek (pembelian bahan baku kacang kedelai) tetapi juga digunakan untuk investasi tetap (pemakaian jangka panjang). Investasi tetap yang dimaksud adalah pengalokasian modal pinjaman untuk perbaikan barang-barang produksi, seperti bangunan bengkel tahu, tahang, jambrong, ember, dan lain-lain. Sementara nilai peningkatan pendapatan yang dihitung menjadi variabel tak bebasnya berdasarkan pendapatan rata-rata harian masyarakat (jangka pendek) bukan pendapatan dalam jangka panjang (satu tahun atau lebih). Dalam penelitian ini, variabel penggunaan tenaga kerja (TK) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai peningkatan pendapatan masyarakat sebesar 0.6482. Hal ini disebabkan adanya penggunaan unpaid labor, yaitu pihak keluarga terdekat. Sementara dalam penggunaan tenaga kerja dinilai dalam bentuk besaran upah yang dibayarkan sehingga unpaid labor tidak memberikan kontribusi.
5.8 Perkembangan Program
Sampai dengan saat ini jumlah mitra sudah mencapai 210 mitra, yang terdiri dari 150 mitra yang berprofesi sebagai pengrajin tahu, 7 pengusaha kayu, 3 pengusaha oncom, dan 5 mitra memiliki usaha dagang. Sementara sisanya sebanyak 45 mitra merupakan mitra layanan yang berada di luar Kampung Iwul
Desa Bojong Sempu. Mitra layanan tersebar di empat desa sekitar Desa Bojong Sempu, antara lain, Desa Iwul, Desa Jampang, Desa Nyungcung, dan Desa Ciseeng. Perlakuan terhadap mitra layanan sedikit berbeda dengan mitra yang berada di Kampung Iwul karena mereka tidak perlu datang ke Kampung Iwul untuk mengurus pinjaman tetapi hanya dengan berhubungan langsung dengan pengurus ISM yang merupakan pengrajin tahu dari Kampung Iwul yang berdagang di dekat mereka, namun proses pendataan tetap disamakan dengan mitra lain. Saat ini lembaga lokal bentukan program, ISM, sudah berubah bentuk menjadi koperasi. Hal ini dilakukan untuk melegalkan lembaga tersebut. Selain itu, perubahan bentuk dilakukan untuk menjamin keberlanjutan program. Dengan adanya perubahan bentuk menjadi koperasi, kelegalan lembaga ini diharapkan akan membuat pihak pemerintah terutama Departemen Sosial lebih menaruh perhatian kepada lembaga.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Secara umum dapat dilihat bahwa persepsi dari responden menunjukkan bahwa indikator kemandirian komunitas sasaran dinilai berhasil dan faktor yang berhubungan nyata dengan persepsi mereka adalah jumlah tanggungan responden. Sementara masyarakat menilai indikator kemandirian manajemen komunitas sasaran belum berhasil dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang berhubungan nyata dengan persepsi mereka adalah tingkat pendidikan. Untuk indikator kemandirian intelektual komunitas sasaran persepsi masyarakat menunjukkan keberhasilan program namun tidak ada satupun karakteristik responden yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhinya berhubungan nyata dengan persepsi mereka. 2. Program yang disampaikan oleh pendamping sebagai agent of change telah terintegrasi dengan baik di masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah peserta program yang melebihi target awal. Perilaku-perilaku dari pendamping, seperti role (image created), participation, timing, continuity, dan maintenance dinilai oleh masyarakat secara positif, hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban-jawaban mereka. Ketertarikan masyarakat dan pola ekonomi yang homogen juga mendukung diterimanya program secara baik. Pengaruh negatif timbul dari masyarakat akibat project negativism, atau sikap ragu dari masyarakat akibat adanya kegagalan pada program sebelumnya namun tidak mempengaruhi karena terdapat perbedaan sistem pengelolaan.
Program pemberdayaan yang dilakukan oleh Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa dinilai telah berhasil dan akan terus berlanjut oleh mayoritas responden. Hal ini berdasarkan respon mereka yang secara keseluruhan menyatakan bahwa program sudah berhasil, terutama karena keberhasilan lembaga bentukan program dalam menjaga kestabilan harga kedelai yang menjadi faktor produksi utama dalam usaha tahu. Hal-hal lain yang menjadi alasan masyarakat menjawab bahwa program sudah berhasil, antara lain bertambahnya pengrajin tahu yang menjadi mitra; program membantu pengrajin tahu dalam berbagai hal, seperti bantuan modal, promosi, pemasaran, dan kegiatan sosial di Kampung Iwul; sudah terbentuknya lembaga lokal bentukan program yang berbadan hukum (koperasi); mempererat ikatan antar pengrajin tahu; dan sudah meningkatkan taraf hidup anggotanya. 3. Pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program selama satu tahun mengalami peningkatan yang signifikan melebihi dua kali lipat. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi peningkatan pendapatan peserta program, antara modal pinjaman, pendapatan dari usaha tahu dan pendapatan lain di luar usaha tahu.
6.2 Saran
1. Pengadaan pertemuan rutin dalam program sebaiknya dilakukan lebih intensif lagi oleh pihak pendamping. Selain itu reward and punishment harus lebih diberlakukan sehingga peserta program akan lebih aktif dalam mengikuti
pertemuan. Hal ini dibutuhkan untuk mengurangi sebagian pendapat masyarakat yang menilai pendamping kurang aktif. Jawaban ini berasal dari peserta program yang jarang mengikuti pertemuan rutin. Selain untuk menuntut keaktifan peserta program, reward and punishment juga dapat diberlakukan untuk lebih menegaskan aturan sehingga indikator-indikator pencapaian program, terutama indikator kemandirian manajemen, dapat tercapai. 2. Untuk menjamin kontinuitas dari program pemberdayaan dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, diharapkan dapat membantu dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kemudahan dalam menjalankan program pemberdayaan. Pemerintah pusat dapat melalui kebijakan-kebijakan yang lebih memperhatikan usaha-usaha kecil karena program pemberdayaan yang dilakukan memiliki sasaran pada usaha mikro dan kecil. Dalam kasus ini pemerintah dapat mengendalikan harga kedelai yang merupakan faktor produksi utama dalam memproduksi tahu. Sedangkan pemerintah daerah dapat membantu dengan membangun sarana dan prasarana yang mendukung. Sarana dan prasarana yang dapat dibuat sebagai tindakan nyata adalah pembangunan jalan desa yang lebih baik sebagai sarana transportasi sehingga alat transportasi dapat lebih mudah mengakses masuk ke dalam desa dan pembentukan pasar khusus sebagai solusi untuk perluasan jaringan pemasaran pengrajin tahu yang cenderung tetap. Dari pihak swasta dapat membantu melalui kegiatan corporate social responsibility. Bantuan
dari pihak pemerintah maupun swasta selanjutnya dapat menjadi pengawas dan pengendali kegiatan masyarakat yang mendapat bantuan. Dengan adanya pengawasan dari pihak lain di luar lembaga yang membentuk dan bentukan program dapat menjamin keberlanjutan program pemberdayaan yang sudah ada. Tidak hanya di Kampung Iwul tetapi juga di tempat lain yang masyarakatnya membutuhkan bantuan produktif agar dapat menjalankan usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia 2007. Badan Pusat Statistik: Jakarta Deaton, A. 1997. The Analysis of Household Surveys. The John Hopkins University Press: Baltimore, Maryland. Effendi, J. 2005. Strategi Penanggulangan Kemiskinan dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di Kabupaten Indramayu). Tesis Magister Program Studi Ekonomi Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Effendi, J. 2006. Kemiskinan Menurut Islam. [Materi Kuliah: Ekonomi Syariah 2] Fauzi, A. 2004. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Sasaran dalam Program Pengembangan Usaha Kelompok Kecil (Kasus Program Pengembangan Masyarakat PT Aneka Tambang, UPBE Pongkor di Desa Bantar Karet dan Desa Kalongliud, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi Sarjana Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometrics (fourth edition). McGraw-Hill/Irwin: New York. Hafidhuddin, D. 1998. Tentang Zakat Infak dan Sedekah. Gema Insani Press: Jakarta Ismail. 2005. Zakat Produktif Sistem Alternatif dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Tesis Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press: Bogor. Masyarakat Mandiri. 2006. Laporan Triwulanan III (TW03): Oktober – Desember Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa Program Pendampingan Klaster Tahu Iwul Desa Bojong Sempu. Morgan, C. T. 1961. Introduction to Psychology. McGrawhill Book co., Inc.: New York.
Muttaqien, I. 2007. Evaluasi Dampak Program Ikhtiar Baytul Maal Bogor terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Desa Sukaluyu Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor). Skripsi Sarjana Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Nicholson, W. 2001. Teori Ekonomi Mikro Prinsip Dasar dan Pengembangannya. Cetakan Keenam. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. Niehoff, A.H., J.C. Anderson. 1964. The International Development Review. Pindyck, R, Daniel R. 1998. Econometrics Models and Economic Forecasts. The McGraw Hill Companies: New York. Prihatna, A. A. 2005. Revitalisasi Filantropi Islam. Pusat Bahasa dan Budaya Universitas Islam Negeri dan The Ford Foundation: Jakarta. Rahmawati, I. 2005. Dampak Pendistribusian Zakat Melalui Kredit terhadap Pendapatan Mustahik. Skripsi Sarjana Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Robbin, S. P. 1988. Organization Behaviour. Prentice Hall: New Jersey. Sahdan, G. 2005. Menanggulangi Kemiskinan Desa. [Artikel: Ekonomi Rakyat dan Kemiskinan]. www.jurnalekonomirakyat.com Santosa, A., Dadit G. H., Puthut I. 2003. Program Penanggulangan Kemiskinan Bersasaran di Propinsi DIY. [Artikel – Th. II – No. 2]. www.jurnalekonomirakyat.com Simanjuntak, E. M. 2004. Aspirasi dan Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen terhadap Kehidupan Kampus di Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi Sarjana Departemen Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sritua, A. 1993. Metode Penelitian Ekonomi. UI-Press: Jakarta. Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Susanto, H. 2006. Dinamika Penanggulangan Kemiskinan: Tinjauan Historis Era Orde Baru. Khanata: Jakarta. Tim
Program Masyarakat Mandiri. 2007. Panduan Umum Pemberdayaan. Cetakan Kedua. Masyarakat Mandiri: Bogor.
Program
Tim Program Masyarakat Mandiri. 2007. Panduan Teknis Bagi PEndamping Program Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan Kedua. Masyarakat Mandiri: Bogor. Todaro, M. P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga: Jakarta. Usman. 2006. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Distribusi Pendapatan Dan Tingkat Kemiskinan. Tesis Magister Sains (tidak dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bogor. World Bank. 2007. What is Empowerment. http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTPOVERTY/ EXTEMPOWERMENT/0,,contentMDK:20244572~isCURL:Y~pagePK:21 0058~piPK:210062~theSitePK:486411,00.html
LAMPIRAN
Lampiran 1. Output Tabulasi Silang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Material Komunitas Sasaran
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N kemandirian material komunitas sasaran * usia kemandirian material komunitas sasaran * tanggungan kemandirian material komunitas sasaran * pendidikan kemandirian material komunitas sasaran * pengalaman usaha kemandirian material komunitas sasaran * kapasitas usaha kemandirian material komunitas sasaran * pendapatan usaha lain kemandirian material komunitas sasaran * pengajuan pinjaman kemandirian material komunitas sasaran * jumlah tenaga kerja
Percent
Cases Missing N Percent
Total N
Percent
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
kemandirian material komunitas sasaran * usia Crosstab Count
kemandirian material komunitas sasaran
20 - 29 th 1 6 7
belum berhasil berhasil
Total
usia 30 - 39 th 40 - 49 th 1 1 16 7 17 8
> 50 th
Total 2 2 4
5 31 36
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 5,286a 4,090
3 3
Asymp. Sig. (2-sided) ,152 ,252
1
,144
df
2,138 36
a. 5 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,56.
kemandirian material komunitas sasaran * tanggungan Crosstab Count
kemandirian material komunitas sasaran
rendah (0 3 orang) 3 12 15
belum berhasil berhasil
Total
tanggungan sedang (4 - 7 orang) 1 19 20
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 7,990a 6,059 ,002
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,018 ,048
1
,961
df
36
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,14.
tinggi (> 7 orang) 1 0 1
Total 5 31 36
kemandirian material komunitas sasaran * pendidikan Crosstab Count
kemandirian material komunitas sasaran
pendidikan sedang (TT SMP - Tamat SMP) 1 8 9
rendah (TS tamat SD) 4 19 23
belum berhasil berhasil
Total
tinggi (TT SMA - Tamat SMA) 0 4 4
Total 5 31 36
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value ,939a 1,479 ,887
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,625 ,477
1
,346
df
36
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,56.
kemandirian material komunitas sasaran * pengalaman usaha Crosstab Count <= 5 th kemandirian material komunitas sasaran Total
belum berhasil berhasil
1 8 9
pengalaman usaha 6 - 10 th 11 - 15 th 2 1 5 6 7 7
> 15 th 1 12 13
Total 5 31 36
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 1,738a 1,564
3 3
Asymp. Sig. (2-sided) ,628 ,667
1
,598
df
,278 36
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,97.
kemandirian material komunitas sasaran * kapasitas usaha Crosstab Count
kemandirian material komunitas sasaran
kapasitas usaha rendah (< tinggi (>= 30 kg) 30 kg) 3 2 12 19 15 21
belum berhasil berhasil
Total
Total 5 31 36
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value ,803b ,166 ,791
,781
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) ,370 ,684 ,374
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,630
,337
,377
36
a. Computed only for a 2x2 table b. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,08.
kemandirian material komunitas sasaran * pendapatan usaha lain Crosstab Count
kemandirian material komunitas sasaran
pendapatan usaha lain Rp 10.001 Rp 30.000 0 - Rp 10.000 > Rp 30.000 4 1 0 14 10 7 18 11 7
belum berhasil berhasil
Total
Total 5 31 36
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 2,386a 3,240 2,296
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,303 ,198
1
,130
df
36
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,97.
kemandirian material komunitas sasaran * pengajuan pinjaman Crosstab Count
kemandirian material komunitas sasaran Total
belum berhasil berhasil
pengajuan pinjaman 1 2 3 4 1 15 10 19 11
Total 0 6 6
5 31 36
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 1,995a 2,753
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,369 ,252
1
,165
df
1,928 36
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,83.
kemandirian material komunitas sasaran * jumlah tenaga kerja Crosstab Count 0 kemandirian material komunitas sasaran
belum berhasil berhasil
2 8 10
Total
jumlah tenaga kerja 1 2 1 0 10 7 11 7
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 2,479a 3,304 ,007
3 3
Asymp. Sig. (2-sided) ,479 ,347
1
,934
df
36
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,97.
3
Total 2 6 8
5 31 36
Lampiran 2. Output Tabulasi Silang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran
Crosstabs Case Processing Summary
Valid N kemandirian manajemen komunitas sasaran * usia kemandirian manajemen komunitas sasaran * tanggungan kemandirian manajemen komunitas sasaran * pendidikan kemandirian manajemen komunitas sasaran * pengalaman usaha kemandirian manajemen komunitas sasaran * kapasitas usaha kemandirian manajemen komunitas sasaran * pendapatan usaha lain kemandirian manajemen komunitas sasaran * pengajuan pinjaman kemandirian manajemen komunitas sasaran * jumlah tenaga kerja
Percent
Cases Missing N Percent
Total N
Percent
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
kemandirian manajemen komunitas sasaran * usia Crosstab Count
kemandirian manajemen komunitas sasaran Total
belum berhasil berhasil
20 - 29 th 7 0 7
usia 30 - 39 th 40 - 49 th 16 8 1 0 17 8
> 50 th
Total 4 0 4
35 1 36
Chi-Square Tests Value 1,150a 1,533
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
3 3
Asymp. Sig. (2-sided) ,765 ,675
1
,780
df
,078 36
a. 5 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,11.
kemandirian manajemen komunitas sasaran * tanggungan Crosstab Count
kemandirian manajemen komunitas sasaran
tanggungan sedang (4 - 7 orang) 20 0 20
rendah (0 3 orang) 14 1 15
belum berhasil berhasil
Total Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 1,440a 1,791 1,274
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,487 ,408
1
,259
df
36
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,03.
tinggi (> 7 orang) 1 0 1
Total 35 1 36
kemandirian manajemen komunitas sasaran * pendidikan Crosstab Count
kemandirian manajemen komunitas sasaran
rendah (TS tamat SD) 23 0 23
belum berhasil berhasil
Total
pendidikan sedang (TT SMP - Tamat SMP) 9 0 9
tinggi (TT SMA - Tamat SMA) 3 1 4
Total 35 1 36
Chi-Square Tests Value 8,229a 4,640
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,016 ,098
1
,026
df
4,951 36
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,11.
kemandirian manajemen komunitas sasaran * pengalaman usaha Crosstab Count pengalaman usaha 6 - 10 th 11 - 15 th 6 7 1 0 7 7
<= 5 th kemandirian manajemen komunitas sasaran
belum berhasil berhasil
9 0 9
Total Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 4,261a 3,397 ,308
3 3
Asymp. Sig. (2-sided) ,235 ,334
1
,579
df
36
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,19.
> 15 th 13 0 13
Total 35 1 36
kemandirian manajemen komunitas sasaran * kapasitas usaha Crosstab Count
kemandirian manajemen komunitas sasaran
kapasitas usaha rendah (< tinggi (>= 30 kg) 30 kg) 14 21 1 0 15 21
belum berhasil berhasil
Total
Total 35 1 36
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 1,440b ,029 1,791
df
1,400
1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) ,230 ,864 ,181
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,417
,417
,237
36
a. Computed only for a 2x2 table b. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,42.
kemandirian manajemen komunitas sasaran * pendapatan usaha lain Crosstab Count
kemandirian manajemen komunitas sasaran Total
belum berhasil berhasil
pendapatan usaha lain Rp 10.001 Rp 30.000 0 - Rp 10.000 > Rp 30.000 18 10 7 0 1 0 18 11 7
Total 35 1 36
Chi-Square Tests Value 2,338a 2,437
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,311 ,296
1
,693
df
,155 36
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,19.
kemandirian manajemen komunitas sasaran * pengajuan pinjaman Crosstab Count 1 kemandirian manajemen komunitas sasaran
belum berhasil berhasil
Total
pengajuan pinjaman 2 3 19 10 0 1 19 11
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 2,338a 2,437 ,231
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,311 ,296
1
,631
df
36
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,17.
Total 6 0 6
35 1 36
kemandirian manajemen komunitas sasaran * jumlah tenaga kerja Crosstab Count jumlah tenaga kerja 1 2 11 6 0 1 11 7
0 kemandirian manajemen komunitas sasaran
belum berhasil berhasil
10 0 10
Total Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 4,261a 3,397 ,332
3 3
Asymp. Sig. (2-sided) ,235 ,334
1
,565
df
36
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,19.
3
Total 8 0 8
35 1 36
Lampiran 3. Output Tabulasi Silang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing N Percent
Valid N kemandirian intelektual komunitas sasaran * usia kemandirian intelektual komunitas sasaran * tanggungan kemandirian intelektual komunitas sasaran * pendidikan kemandirian intelektual komunitas sasaran * pengalaman usaha kemandirian intelektual komunitas sasaran * kapasitas usaha kemandirian intelektual komunitas sasaran * pendapatan usaha lain kemandirian intelektual komunitas sasaran * pengajuan pinjaman kemandirian intelektual komunitas sasaran * jumlah tenaga kerja
Percent
Total N
Percent
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
36
100,0%
0
,0%
36
100,0%
kemandirian intelektual komunitas sasaran * usia Crosstab Count
kemandirian intelektual komunitas sasaran Total
belum berhasil berhasil
20 - 29 th 3 4 7
usia 30 - 39 th 40 - 49 th 6 1 11 7 17 8
> 50 th
Total 2 2 4
12 24 36
Chi-Square Tests Value 2,378a 2,620
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
3 3
Asymp. Sig. (2-sided) ,498 ,454
1
,696
df
,152 36
a. 5 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,33.
kemandirian intelektual komunitas sasaran * tanggungan Crosstab Count
kemandirian intelektual komunitas sasaran
belum berhasil berhasil
Total
rendah (0 3 orang) 3 12 15
tanggungan sedang (4 - 7 orang) 8 12 20
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 3,600a 3,896 2,947
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,165 ,143
1
,086
df
36
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
tinggi (> 7 orang) 1 0 1
Total 12 24 36
kemandirian intelektual komunitas sasaran * pendidikan Crosstab Count
kemandirian intelektual komunitas sasaran
belum berhasil berhasil
Total
pendidikan sedang (TT SMP - Tamat SMP) 3 6 9
rendah (TS tamat SD) 8 15 23
tinggi (TT SMA - Tamat SMA) 1 3 4
Total 12 24 36
Chi-Square Tests Value ,147a ,153
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,929 ,926
1
,735
df
,115 36
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,33.
kemandirian intelektual komunitas sasaran * pengalaman usaha Crosstab Count pengalaman usaha 6 - 10 th 11 - 15 th 2 3 5 4 7 7
<= 5 th kemandirian intelektual komunitas sasaran
belum berhasil berhasil
4 5 9
Total Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 1,473a 1,482 ,757
3 3
Asymp. Sig. (2-sided) ,689 ,686
1
,384
df
36
a. 6 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.
> 15 th 3 10 13
Total 12 24 36
kemandirian intelektual komunitas sasaran * kapasitas usaha Crosstab Count
kemandirian intelektual komunitas sasaran
belum berhasil berhasil
Total
kapasitas usaha rendah (< tinggi (>= 30 kg) 30 kg) 4 8 11 13 15 21
Total 12 24 36
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value ,514b ,129 ,521
df
,500
1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) ,473 ,720 ,470
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,721
,363
,480
36
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00.
kemandirian intelektual komunitas sasaran * pendapatan usaha lain Crosstab Count
kemandirian intelektual komunitas sasaran Total
belum berhasil berhasil
pendapatan usaha lain Rp 10.001 Rp 30.000 0 - Rp 10.000 > Rp 30.000 6 3 3 12 8 4 18 11 7
Total 12 24 36
Chi-Square Tests Value ,468a ,463
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,792 ,793
1
,764
df
,090 36
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.
kemandirian intelektual komunitas sasaran * pengajuan pinjaman Crosstab Count 1 kemandirian intelektual komunitas sasaran
belum berhasil berhasil
Total
pengajuan pinjaman 2 3 7 3 12 8 19 11
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value ,287a ,292 ,096
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,866 ,864
1
,757
df
36
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,00.
Total 2 4 6
12 24 36
kemandirian intelektual komunitas sasaran * jumlah tenaga kerja Crosstab Count jumlah tenaga kerja 1 2 3 2 8 5 11 7
0 kemandirian intelektual komunitas sasaran
belum berhasil berhasil
4 6 10
Total Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value ,516a ,517 ,011
3 3
Asymp. Sig. (2-sided) ,915 ,915
1
,917
df
36
a. 5 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.
3
Total 3 5 8
12 24 36
Lampiran 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Masyarakat Dependent Variable: DY Method: Least Squares Date: 03/23/08 Time: 11:15 Sample: 1 36 Included observations: 36 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C M TK PL PT
-21431.90 -0.000886 -0.022475 0.978762 0.989552
995.9942 0.000435 0.048773 0.018011 0.010036
-21.51810 -2.038194 -0.460810 54.34125 98.59588
0.0000 0.0501 0.6482 0.0000 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.998049 0.997798 2889.161 2.59E+08 -335.2642 1.877251
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
59451.82 61562.96 18.90357 19.12350 3965.112 0.000000
Substituted Coefficients: ===================== DY = -21431.90291 - 0.0008858996419*M - 0.02247526657*TK + 0.9787617743*PL + 0.9895524734*PT
Correlation matrix M TK PL PT
M TK PL PT 1 0.0980495510682 0.137979491274 0.161267641222 0.0980495510682 1 0.181594704869 0.273023253296 0.137979491274 0.181594704869 1 0.171219080581 0.161267641222 0.273023253296 0.171219080581 1
Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistic
1.081700
0.404929 Probability
Obs*R-squared
8.737675
0.364906 Probability