ANALISA PENGARUH GENRE TOKUSATSU DALAM PEMBUATAN FILM “MASUKU” DENGAN TEKNIK MASKING, ROTOSCOPING DAN TRAKCING
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh Anggi Agvendo 11.11.5443
kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2015
ANALISA PENGARUH GENRE TOKUSATSU DALAM PEMBUATAN FILM “MASUKU” DENGAN TEKNIK MASKING, ROTOSCOPING DAN TRAKCING Anggi Agvendo), Dhani Ariatmanto), 1) 2)
Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta
Magister Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta
Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283 Email :
[email protected]),
[email protected])
Di Indonesia film atau serial yang menggunakan efek visual sudah banyak, akan tetapi film atau serial tersebut tidak bergenre tokusatsu, sehingga kejelasan genre film atau serial tersebut masih rancu. Contohnya pada sinetron “Ganteng-Ganteng Serigala”, “Manusia Harimau”, “Bastian Steel”, “Tangan-Tangan Mungil” yang telah menggunakan teknik visual efek, masih terlihat kalau efek visual pada film tersebut tidak menyatu dengan film dan kondisi cerita yang dibuat. Sehingga hal itu akan membuat gambaran tentang suatu film dengan efek visual akan menjadi buruk. Hal itu terjadi karena genre film yang digunakan tidak menyatu dengan konsep efek visual yang digunakan. Karena tidak semua genre film bisa menyatu dengan efek visual.
Abstract - The entertainment world is divided into many sessions. One of them is movie. There are so many kinds of movies. For example there are action, comedy, horror, adventure and fantasy movie. Each genre has it own sensation. There's one genre which has Japanese taste as its main source. The genre name is 'tokusatsu' or known as a movie with special effect in Japan. Tokusatsu movies are often filled with fantasy fiction story. So, it may be called as the sci-fi movie with Japanese touch in the movie such as costume, property, and visual effect style. And most of movie which has tokusatsu touch in it, would have japanese style. Most of tokusatsu genre always use masking, rotoscoping and tracking technique. Keywords - Tokusatsu, Genre, Japanese Style,
Oleh karena itu, penulis akan membuat suatu film bergenre tokusatsu dengan judul “MASUKU” dengan maksud akan membuat gebrakan baru dalam dunia film di Indonesia tentang penggunaan teknik masking, rotoscoping, dan tracking yang sesuai dengan komposisi efek visual yang menyatu dengan alur cerita dan sesuai dengan genre yang dipakai. Kelebihan genre tokusatsu akan dipaparkan pada penelitian yang akan dilakukan.
Visual Effect. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tokusatsu adalah istilah dalam bahasa Jepang untuk efek spesial atau efek khusus atau efek visual dan seringkali digunakan untuk menyebut film sci-fi, fantasi, horror, live action produksi Jepang. Tokusatsu sendiri menitik beratkan pada efek visual atau efek spesial pada suatu film. Penggunaan efek visual pada suatu film akan menjadi suatu bumubu yang pas apabila digunakan dengan semestinya dan menyatu dengan tema dan kondisi cerita pada suatu film.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Analisa Pengaruh Genre Tokusatsu dalam Pembuatan Film “MASUKU” dengan Teknik Masking, Rotoscoping dan Tracking?”
Genre tokusatsu dapat menjadi suatu pengaruh yang kuat dalam pembuatan film, karena genre tokusatsu sendiri mempunyai ciri khas sebagai film fantasy live shoot, maka film dengan genre tokusatsu akan menjadi berbeda dengan film lainnya. Suatu film yang dengan alur cerita yang datar bisa menjadi menarik apabila ditambahkan elemen genre tokusatsu dalam film tersebut. Misalnya pada serial film “Ultraman”, film tersebut memiliki alur cerita yang mudah ditebak oleh penonton, tetapi film tersebut menjadi menarik karena di setiap episode memiliki komposisi visual efek yang berbeda, sehingga penonton tidak bosan dengan visual efek yang disajikan. “Suatu nuansa atau kesan yang berbeda bisa didapatkan dengan menambahkan efek visual yang nantinya film tersebut akan bergenre menjadi tokusatsu” ujar Mark Player(midnighteye.com, 21-03-2014)[1].
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah : 1. Menempatkan efek visual dan audio sesuai dengan genre film dan kondisi cerita film. 2. Menggangkat budaya-budaya Indonesia melalui film. 3. Sebagai pesan agar produksi film di Indonesia agar dapat menempatkan teknik visual efek sesuai dengan genre film dan kondisi cerita. 4. Mengetahui minat penonton film Indonesia dengan bergenre tokusatsu. 1.4 Metode Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahap yaitu:
1
1.
film menentukan kemana arah konsep dan suasana yang akan dibawakan dalam suatu film disajikan. Eden Howard (2006) menjelaskan dalam bukunya yang berjudul ”RECENT TRENDS IN VIDEO ANALYSIS : A TAXONOMY OF VIDEO CLASSIFICATION PROBLEMS” bahwa “Klasifikasi video adalah sebuah topic utama dan interpretasi atau pengertian suatu video”. Penelitian tersebut hanya mengklarifikasi suatu genre tanpa mengungkapkan elemen yang terkandung di dalamnya, hal ini belum cukup memperkuat suatu kejelasan genre video. Lee John (2010). Film adalah gambar hidup yang juga disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sebagai sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan cairann selulosa, biasa dikenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harfiah film(sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + to = pythos(cahaya) + graphie = graph(tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.. Film adalah sekedar gambar yang bergerak, adapun pergerkannya disebut sebagai intermitten movement, gerakan yang muncul hanya karena keterbatasan kemampuan mata dan otak manusia menagkap sejumlah pergantian gambar dalam sepersekian detik. Film menjadi media yang sangat berpengaruh, melebihi media-media yang lain, karena secara audio dan visual dia bekerja sama baik dalam membuat penontonnya tidak bosan dan lebih mudah diingat, karena formatnya yang menarik.
Pengumpulan Data Kepustakaan Melakukan pengumpulan data dengan cara mempelajari melalui buku dan internet. Observasi Suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti, yaitu dengan menonton film sebagai sumber referensi dan melihat sejarah, budaya serta unsur-unsur lain untuk dapat dikemas dalam film yang akan dibuat. Deskriptif Mengamati sinetron yang menggunakan visual efek yang ada di Indonesia dan mengamati genre yang digunakan dalam film atau sinetron tersebut. Penggunaan visual efek dan genre dengan cerita yang tidak cocok dalam suatu film menjadi pembahasan utama dalam penellitian ini.
2.
Perancangan Metode perancangan dalam penelitian ini mencakup proses pra-produksi. Mulai dari pembuatan storyboard, naskah cerita, breakdown, daftar properti, pemilihan lokasi, dan pemilihan elemen untuk film yang akan dibuat.
3.
Pengembangan Pra-produksi Proses pra-produksi meliputi pembuatan kostum, pembuatan properti, perekaman, penyuntingan, pengarahan dalam proses pengambilan gambar untuk nantinya akan diproses dalam tahap pasca produksi.
2.1 Pengertian Efek Spesial Efek Spesial di dalam Motion Picture, merupakan teknik kamera yang membuat ilusi pada pikiran penonton, contoh pada umumnya mengunakan teknik rear-screens projections atau; gambar yang berada di belakang aktor, objek miniatur yang terlihat ukurannya sesuai dengan aslinya, dan teknik animasi yang membuat mahluk terlihat realsitis.
Produksi Dalam tahap ini semua materi yang sudah dikumpulkan pada proses pra-produksi akan diterapkan di lapangan, yaitu dengan melakukan shooting.
2.2 Pengertian Visual Effect
Pasca-Produksi
Madcoms (2007). Visual Effect merupakan sub kategori dari Special Effects, Visual Effects adalah sebuah istilah yang banyak digunakan pada dunia visualisasi dan Motion Graphic. Pengertian Visual Effect dalam visualisasi dan Motion Graphic lebih menekankan pada kreativitas Motion Graphic designer agar dapat menghasilkan efek-efek visual tertentu atau bahkan mungkin lain daripada yang lain.
Setelah melalui proses produksi, maka masuklah ke proses produksi. Dalam proses produksi juga shot-shot yang sudah diambil disusun sesuai dengan konsep dan jalan cerita serta diberikan tambahan BGM(Background Music), SFX(Sound Effect), pengoreksian warna, pemberian efek khusus. 2. Pembahasan
2.3 Pengertian Tokusatsu
Dalam memproduksi suatu film, dibutuhkan suatu klasifikasi genre film yang akan dibuat. Genre menjadi suatu acuan dalam proses produksi film karena genre
Kento Handa (2009). Tokusatsu adalah istilah dalam bahasa Jepang untuk efek special atau visual efek,
2
2. Tim Artistik Yang termasuk menjadi tim artistik meliputi : • Sutradara, asisten sutradara dan pencatat skrip • Penata kamera, asisten kamera dan still photo • Penata artistik, penata rias dan busana • Penata lampu, penata suara dan penata music
seringkali digunakan untuk menyebut film sci-fi, horror, live-shoot produksi Jepang. Istilah tokusatsu merupakan kependekan dari istilah tokushu satsuei, sebuah istilah bahasa Jepang yang bisa diterjemahkan sebagai "special photography" yang mengacu pada penggunaan efek khusus (special efek). Biasanya, dalam sebuah film atau pertunjukan, orang yang bertanggung jawab untuk urusan efek khusus seringkali dipanggil dengan julukan tokushu gijutsu, yang berarti "special techniques" (istilah yang dulu digunakan untuk menyebut "special effects"), atau tokusatsu kantoku. Contoh dari film bergenre tokusatsu yang telah dikenal masyarakat dengan baik adalah “Kamen Rider Gaim : Showa vs Heisei” yang dirilis pada 2014.
2.5 Tahap Produksi Dalam tahap pengembangan sebuah film, tahap ini disebut sebagai tahap produksi. Produksi adalah proses yang paling menentukan keberhasilan penciptaan sebuah karya film. proses yang dalam kata lain bias disebut dengan shooting (pengambilan gambar) ini dipimpin oleh seorang sutradara, orang yang paling bertanggung jawab dalam proses ini. orang yang ikut dalam proses ini antara lain kameraman atau DOP (Director Of Photography) yang mengatur cahaya, warna, dan merekam gambar. Artistik yang mengatur set, make up, wardrobe dan lain sebagainya. dan soundman yang merekam suara. Tahapan ini dimana hampir seluruh team work mulai bekerja. Seorang sutradara, produser atau line produser sangat dituntut kehandalannya untuk mengatasi kru dalam tiap tahap ini.
2.4 Analisis Perbandingan Metode analisis yang digunakan adalah metode perbandingan. Dengan membandingkan antara 2 objek yang telah ditentukan. 1 objek sebagai contoh atau acuan dan objek lain sebagai bahan masalah yang telah ada. 2.2.3 Analisis Economic Howad Eden (2009). Metode perancangan adalah tahap pra produksi, meliputi :
2.6 Langkah-langkah Analisis 2.4.1 Metode Perancangan Sebelum membuat cerita film, harus dipertimbangkan dahulu tentang tujuan pembuatan film. Hanya sebagai hiburam, mengangkat fenomena, pembelajaran, dokumenter, atau hanya menyampaikan pesan moral tertentu. Hal ini sangat perlu agar pembuatan film lebih terfokus, terarah dan sesuai. Jika tujuan telah ditentukan maka semua detail cerita dan pembuatan film akan terlihat dan lebih mudah. Jika perlu diadakan observasi dan pengumpulan data dan faktanya. Bisa dengan membaca buku, artikel atau bertanya langsung kepada sumbernya.
Langkah-langkah analisis penggunaan visual efek dalam suatu film, dan langkah-langkah awal dalam analisis tersebut sebagai berikut : 1.
Identify Mengidentifikasi masalah yang ada pada suatu film yang menggunakan visual efek. Penggunaan visual efek yang tidak cocok dengan komposisi video menjadi titik fokus dalam analisis yang dilakukan. 2. Understand Memahami perbedaan antara film yang tepat dalam penggunaan visual efek dan komposisi video yang menyatu dengan visual efek yang digunakan. 3. Analyze Menganalisa perbedaan visual efek yang digunakan dalam film dalam negeri (“Ganteng-ganteng Serigala”, “Manusia Harimau”, “Ronaldowati”, “Raden Kian Santang”, “Aladdin”) dengan film luar negeri yang menggunakan visual efek (“Kamen Rider Faiz”, “R.I.P.D”, “Men In Black”, “X-men : Days of Past Future”, “Ultraman Tiga”). 4. Compare Membandingkan penggunaan visual efek yang digunakan dalam film buatan dalam negeri dengan film luar negeri yang menggunakan visual efek. 5. Report Membuat Laporan tentang hasil analisa yang telah dilakukan.
2.4.2 Menyiapkan Naskah Skenario Jika dalam penulis naskah sulit mengarang suatucerita, maka dapat mengambil cerita dari cerpen, novel ataupun film yang sudah ada dengan diberi adaptasi yang lain. Setelah naskah disusun maka perlu diadakan. Breakdown naskah. Breakdown naskah dilakukan untuk mempelajari rincian cerita yang akan dibuat film. 2.4.3 Merekrut Pekerja Film Menyeleksi kru dari tiap departemen. Menentukan kru dari hasi show reel ( report produksi).Menetapkan komposisi kru berdasarkan anggaran. Dalam suatu produksi komposisi kru terbagi menjadi : 1. Tim Non Artistik Yang termasuk menjadi tim non artistik meliputi : • Produser • Eksekutif produser • Line produser • Manajer produk dan unit
2.7 Hasil Analisis Dari langkah-langkah analisis yang telah diambil, maka disimpulkan bahwa penggunaan visual efek pada film dalam negeri contohnya pada film “Ganteng-ganteng 3
Serigala”, “Aladdin”, “Manusia Harimau”, dan “Raden Kian Santang” belum menggunakan visual efek yang menyatu dengan komposisi video.
NO
KEBUTUHAN
BIAYA
1
Konsumsi
Rp.50.000,00
2
Transportasi
Rp.20.000,00
Total
Rp.70.000,00
2.8 Analisis Kebutuhan 2.8.1 Kebutuhan Perangkat Keras Perangkat keras yang dibutuhkan untuk memproduksi film “MASUKU” adalah sebagai berikut : 1. Kamera DSLR 2. Laptop dengan spesifikasi : • Processor Intel Pentium Dual Core • VGA Intel HD 769MB • RAM 2GB • Harddisk 15GB 2.8.2
2.9
Perancangan Proses
2.9.1 Proses Pra-Produksi Dalam proses pra-produksi ada 2 bagian penting yang harus dibuat agar project yang akan dibuat dapat dilaksanakan dalam waktu yang efisien. 2.9.1.1 Skenario Pada proses pra-produksi film “MASUKU” menggunakan scenario yang dibuat dalam software “Celtx” :
Kebutuhan Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang dibutuhkan untuk memproduksi film “MASUKU” adalah sebagai berikut : 1. Adobe After Effect CS3 2. Adobe Premiere Pro CS3 3. Adobe Photoshop CS3 4. Celtx 2.8.3
Kebutuhan SDM
Dalam proses produksi film “MASUKU” diperlukan beberapa SDM yang dikategorikan sebagai aktor dan cameraman. Karena tanpa adanya aktor dan cameraman maka hasil produksi tidak dapat maksimal dan memerlukan waktu yang cukup lama apabila dilakukan hanya oleh 1 orang saja. 2.8.4
Gambar 1 Skenario 2.9.1.2 Jadwal Kegiatan Tabel 1 Jadwal Kegiatan April Mei Juni I 2 3 4 I 2 3 4 I 2 3 4 Pra-Produksi Membuat cerita Membuat skenario/storybo ard Membuat breakdown Pengumpulan property Produksi Survey lokasi Shooting Pasca-Produksi Editing visual effect Penyusunan video Penambahan sound Rendering
Kebutuhan Fungsional
Untuk memproduksi film “MASUKU” maka diperlukan beberapa kebutuhan yang harus ada dalam aplikasi yaitu : 1. Software Adobe After Effect CS3 2. Footage video ledakan 3. Footage video percikan api 4. Footage video asap 5. Software Adobe Photoshop CS3 6. Software Adobe Premiere Pro CS3 7. Software Celtx 2.8.5 Kebutuhan Non-Fungsional Untuk memaksimalkan hasil efek visual dalam film “MASUKU” maka dibutuhkan beberapa plugin dalam software After Effect CS3, antara lain : 1. Shine 2. Starglow 3. Twitch 4. Optical Flares 2.8.6 Analisis Kebutuhan Biaya Dalam proses produksi fim “MASUKU”, biaya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
4
2.6 Hasil Produk
Daftar Pustaka
Hasil produk berupa sebuah video dengan durasi 15 menit 34 detik dengan format .mp4 dengan resolusi 1280 x 720. Format tersebut sudah termasuk dalam ukuran HDTV.
[1] Didik Wijaya, 2006. Total Training Max : Special effects ,Bogor, Escaeva. Madcoms, 2007. Seri Panduan Lengkap : Adobe After Effects, Yogyakarta, Andi Offset. [2] M.Suyanto, 2003. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Yogyakarta, Andi Offset. [3] Howard Eden, 2009. Nicole Shay LaLoggia. IFP / Los Angeles Independent Filmmaker’s Manual. Focal Prress 2004, pg. 222. ISBN 0-240-80585-2. [4] Prabowo Himawan, 2012. Pemanfaatan Efek Khusus CGI (Computer Generate Imagery) 3D Dalam Film Pendek “AEROSULTAN”. Yogyakarta : STMIK AMIKOM Yogyakarta. [5] Handa, Kento 2009. Intergalactic Tokusatsu Opera, http://www.midnighteye.com/features/intergalactictokusatsu-charting-the-japanese-space-opera/. Diambil pada tanggal 25 Mei 2015. [6] Lee John, 2010. The Producer’s Bussiness Handbook : The Roadmap for the Balanced Film Producer. Focal Press. pp. 218-. ISBN 9780240814636.
Gambar 1 Hasil Produk 3. Kesimpulan Dari uraian dan penjelasan secara keseluruhan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam pembuatan suatu film, maka dibutuhkan SDM (Sumber Daya Manusia) dan peralatan yang memadai. Dan SDM tersebut adalah cameraman, aktor, editor video, editor visual efek, soundman dan properti.
Biodata Penulis
2. Tidak semua efek CGI (Computer-generated Imagery) dapat menyatu dengan komposisi video, dan masing-masing genre film memerlukan sentuhan efek visual yang berbeda. Visual efek yang dimaksud adalah visual efek yang menggunakan sentuhan khas Jepang, seperti menggunakan tulisan kanji Jepang atau menggunakan kelopak bunga sakura.
Anggi Agvendo, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2015. Dhani Ariatmanto, M.Kom , memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2009. Memperoleh gelar Master of Informatics Engineering (M.Kom) Program Pasca Sarjana Magister Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2011. Saat ini menjadi Dosen di STMIK AMIKOM Yogyakarta.
3. Visual effect dan komposisi sound serta grading menjadi sentuhan yang membuat suatu film menjadi lebih terasa antara genre satu dengan genre lainnya dan mengubah suatu suasana dalam suatu film. Grading dengan warna cerah akan membuat kesan yang ceria, sedangkan grading dengan warna gelap akan membuat suasana menjadi sedih atau mencekam. 4. Untuk cara analisa pengaruh genre tokusatsu dalam pembuatan film “MASUKU” dengan teknik masking, rotoscoping dan tracking adalah sebagai berikut : a. Suatu film yang diberikan sentuhan genre tokusatsu akan memiliki suasana yang berbeda dikarenakan pengambilan gambar yang bervariasi (closeup, long shot, frog eye, dan lain-lain). b. Kostum dan properti yang digunakan akan menambah kesan tentang ciri khas tokusatsu, yaitu berkiblat pada Jepang. c. Penggunaan teknik masking, tracking dan rotoscoping dapat membuat suatu visual efek yang digunakan menjadi menyatu dengan komposisi video.
5