PEMBUATAN FILM ANIMASI PENDEK “LAIN DUNIA” DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SILHOUETTE
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh
Adi Prasetyo 08.11.2472
kepada JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYKARTA 2013
MAKING ANIMATED SHORT FILM “LAIN DUNIA” USING SILHOUETTE TECHNIQUE PEMBUATAN FILM ANIMASI PENDEK “LAIN DUNIA” DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SILHOUETTE Adi Prasetyo Hanif Al Fatta Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRACT Nowadays. In Indonesia, the animation film development increased by significant. The people can know kind of animation film, and one of most popular animation is foreign animation. Foreign animation will be more popular in Indonesia with two or three dimensions technique. Because that, I will develop short animation with some different fitur and concept.Building of this animation, it’s mean to implement my knowledge which I get from study with multimedia specification skill. So, I develop an animation film and hope this animation will be new promotion media in future. I give this short animation film title is”Lain Dunia”. This animation film develops with silhouette technique, slicing, videography, and motion graphic technique to make this animation more unique and interest to watching. Keywords: 2 dimension, 3 dimension, Design of animated short films
1.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi multimedia pada masa sekarang sangat pesat. Dalam bidang Sumberdaya Manusia, multimedia merupakan media pelatihan yang cukup baik dan menarik. Hal ini berperan besar juga dalam bidang komunikasi, bisnis, pendidikan, dan perindustrian Pada masa sekarang ini multimedia telah dapat mengembangkan proses penyampaian informasi menjadi lebih dinamis dan efektif. Kelebihan dari multimedia yaitu mampu menarik indera dan minat karena merupakan gabungan antara pandangan, suara dan gerakan yang memberikan kejelasan informasi yang disampaikan kepada masyarakat. Maka sesuai dengan perkembangan film animasi Indonesia sekarangi ini, banyak sekali muncul berbagai macam animasi baru dengan berbagai teknik animasi. Yang tentu saja itu akan membuat dunia film di Indonesia semakin beragam dan lebih berwarna, terutama animasi teknik silhouette. Saat ini film animasi masih diakui sebagai salah satu cara berpromosi yang paling efektif untuk menghibur masyarakat (public relations). Perkembangan film animasi sendiri juga sangat pesat, terbukti hingga saat ini sudah ratusan film animasi yang diproduksi oleh sutradara film animasi atau produsen film animasi di Indonesia. Animasi sendiri adalah merupakan suatu teknik yang banyak sekali dipakai di dalam dunia film dewasa ini, baik sebagai suatu kesatuan yang utuh, bagian dari suatu film, maupun bersatu dengan film live. Animasi silhouette adalah animasi dimana karakter hanya terlihat sebagai hitam siluet. H
2.
LANDASAN TEORI
2.1
Sejarah Multimedia Istilah multimedia berasal dari teater. Pertunjukan yang memanfaatkan lebih dari
satu media seringkali disebut pertunjukkan multimedia. Sistem multimedia dimulai pada akhir tahun 1980-an dengan diperkenalkannya Hypercard oleh Apple tahun 1987 dan pengumuman oleh IBM tahun 1989 mengenai perangkat lunak Audio Visual Connection (AVC) dan video adhapter card bagi PS/2, pada umumnya pertunjukan multimedia mencangkup monitor video, synthezid band, dan karya seni manusia sebagai bagian dalam pertunjukan. Citra visual dapat dimasukkan ke dalam sistem dari paket perangkat lunak yag menyatukan digital dan dari kamera video, pita dan piringan video dan scanner optik.
1
Input dapat dimasukkan melalui mikrofon, pita kaset, dan compact disk. Multimedia memungkinkan pemakai komputer untuk mendapat output dalam bentuk yang jauh lebih kaya daripada media kabel dan grafik konvensional. Pemakai dapat melihat gambar tiga dimensi, foto, video bergerak / animasi dan mendengar suara stereo, perekam suara / musik. Namun demikian diperlukan kombinasi peralatan yang canggih dan profesional komunikasi, ditambah spesialis informasi. Karena biaya pengembangan
yang mungkin besar, perusahaan yang tertarik
memanfaatkan kekuatan multimedia harus sangat berhati-hati dalam memilih dan merancang aplikasi.
2.3
Sejarah Animasi Silhouette Jenis
animasi ini menggunakan cara yang figur atau obyek animasi berupa
bayangan dengan latar belakang terang, karena pencahayaannya berada dibelakang layar. Terinspirasi oleh kedua wayang Eropa ( Ombres chinoises ) dan pemotongan siluet Eropa ( Etienne de Silhouette dan Johanna Casper Lavater ), media animasi silhouette dalam film tampaknya telah ditemukan secara independen oleh beberapa orang di sekitar waktu yang sama, awal dikenal sebagai subjek singkat The Sporting Mice (1909) oleh pembuat Inggris film Charles Armstrong. Yang pertama dapat bertahan adalah direktur yang sama, The Clown dan His Donkey (1910) Ini, dan setidaknya satu film lain dari Armstrong (beberapa stills yang bertahan dengan menjadi direproduksi dalam sebuah buku oleh Georges Sadoul), dalam bayangan hitam putih pada latar belakang hitam polos. Namun demikian, kemungkinan besar bahwa baik animator Jerman Lotte Reiniger maupun dalang Amerika Tony sarg mengetahui karyanya, dan itu Reiniger yang pertama kali didirikan cukup banyak dari apa yang sekarang praktekkan standar forman dengan film pertamanya, Das Ornamen des verliebten Herzens (The Ornament of the Enamoured Heart, 1919). nya fitur film Die Geschichte des Prinzen Achmed (The Adventures of Prince Achmed, 1926), salah satu yang tertua dari semua fitur animasi bertepatan dengan kebangkitan minat dalam siluet dan memicu beberapa peniru. Pengaruhnya jelas jauh seperti Jepang , dengan Toshio Suzuki 's Yonjunin tidak Tozoku (Forty Burglars, 1928), dan pada awal 1924, dengan Hidehiko Okuda, Tomu Uchida dan Hakuzan Kimura's Kanimanji Engi (The Tale of Crab Temple). Sebuah film siluet beberapa juga telah diproduksi oleh Dewan Film Nasional Kanada.
1
M. Suyanto, Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, ANDI Yogyakarta 2003, hal 19 – 20
Sekarang, film silhouette murni yang jarang terjadi dibuat secara profesional, dan lebih sedikit lagi adalah animator yang bekerja terutama dalam batas-batas nya. Namun, urutan animasi siluet digital dan diambil dapat dilihat, misalnya, dalam South Park ketika lampu dimatikan, dalam sebuah episode Mona the Vampire (1999) dan sebentarsebentar dalam animasi dari Sayonara Zetsubō-Sensei (2007) dan di beberapa tingkat di Donkey.
3.
ANALISI DAN PERANCANGAN
3.1
Analisis Kebutuhan Sistem Analisis kebutuhan sistem merupakan kebutuhan yang diperlukan saat
pembuatan film animasi. Kebutuhan yang diperlukan meliputi perangkat keras, perangkat lunak dan sumber daya manusia. 3.1.1
Kebutuhan Perangkat Keras (Hardware) Perangkat keras adalah alat yang digunakan untuk mengolah data dan penyajian
laporan. Perangkat keras yang dibutuhakan dalam pembuatan film animasi ini terdiri dari • Processor • MotherBoard • RAM • Harddisk • Monitor • Optical Drive • Keyboard dan Mouse • Speaker • Printer • Scanner • Kamera Digital
3.1.2
Kebutuhan Perangkat Lunak (Software) Perangkat lunak atau software yaitu program yang ditulis untuk mengendalikan
dan mengkoordinas kegiatan dari system komputer. Perangkat lunak yang dibutuhkan dalam pembuatan film animasi ini adalah sebagai berikut : • OS Windows 7 Ultimate • Adobe Photoshop CS3 • Adobe Premiere Pro CS3 • Adobe After Effect CS3 • Adobe Audition
3.1.4
Diagram Scene Untuk mempermudah pembuatan cerita dalam suatu film animasi, maka sebuah
cerita didasarkan pada diagaram scene yang secara umum memiliki 3 babak yaitu awal 25%, tengah 50%, dan akhir cerita 25%. Berikut diagram scene dari film kartun “Lain Dunia”:
Gambar 3.1 Diagram Scene Lain Dunia
4.
IMPLENTASI DAH PEMBAHASAN
4.1
Produksi Tahapan setelah pra produksi adalah tahap produksi dimana dalam tahapan ini merupakan proses eksekusi dari rancangan atau desain pada tahap pra produksi. Film Lain Dunia ini dalam tahap produksi melewati beberapa tahapan seperti berikut :
4.1.1
Pembuatan Proses making dalam film animasi Lain Dunia ini dilakukan secara analog. Dimana proses pengambarnya menggunakan media kertas, kayu, kawat dan kain untuk pembentukan gambar tokoh. Gambar
pergerakan tokoh selanjutnya akan digambar secara digital di Adobe After effect Proses penggambaran tokoh dan backrground secara analog adalah sebagai berikut : pembuatan tokoh dan background Silhpuette menggunakan kertas yang gelap, sedangkan yang nyata menggunakan kawat dan kayu sebagai bahan dasar.
Gambar 4.1 Tokoh utama Pak Jengggot dalam bentuk Silhouette dan nyata.
Gambar 4.2 Kerangka Properti Background Silhouette
Gambar 4.3 Kerangka Properti Background yang nyata sebagian dari 2D pewarnaannya diperbaiki dengan Adobe photoshop, sedang background dan beberapa properti selanjutnya dibentuk dan masuk ke proses pewarnaan analog atau manual.
Proses penggambaran secara digital adalah sebagai berikut : Hasil pemotretan tokoh yang sudah di foto selanjutkan di import ke Adobe After Effet. Cara import image ke stage adalah pilih menu File – Import – File – pilih file – OK. Selanjutnya drag gambar ke stage dan tarik seluruh gambit ke Creat New Compotition. Maka akan muncul New Composition Selection. Klik OK Kemudia tahap berikutnya agar bisa diatur waktunya harus Klik Layer – Pre-compos (Ctrl+Shift+C). Selanjutnya agar nantintinya bisa di rander dengan baik harus membuat
composition
baru,
yaitu
klik
Composition
–
New
Composition. Munculah Composition Setting, Atur dengan ukuran preset PAL DV standart 720 x 576 pixels resolusion Full dan klik OK. Jika sudah semua, yang sudah kita proses tadi berada di project tarik ke timeline untuk selanjutnya bisa editing.
Selanjutnya diperbaiki waktunya untuk
bisa bergerak
dengan
sempurna. Sedangkan untuk background yang secara digital di Adobe After Effect langkahnya mengunakan Effect – Keying – Keylight (1.2).
4.1.2
Background Background merupakan lokasi dan seting dimana animasi itu berada. Background yang baik harus memperhatikan detail, termasuk prespektif dan lighting yang disesuaikan dengan situasi pada adegan film terutama untuk film layar lebar. Pembuatan background bisa dilakukan mengunakan cara analog dengan kertas yang telah di cat air atau langsung dengan komputer secara digital menggunakan software grafis, seperti Adobe Photoshop atau Adobe After Effect. Background pada film Lain Dunia ini di bat menggunakan dua cara yaitu analog untuk nantinya akan difoto dan digital yang mengunakan Adobe After Effect dan Adobe Photoshop untuk beberapa efek yang ditidak ada di Adobe After Effect. Secara
teknis,
background
sebagai
setting
dikelompokan
menjadi dua, yaitu background (latar belakang) dan foreground (latar depan). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan background adalah arah cahaya datang, suasana alam (pagi, siang, sore, malam, hujan, mendung, atau cerah), dan apakah adegan akan dilaksanakan dalam ruangan atau di luar ruangan. Background dalam film Lain Dunia ini ada ada beberapa macam ukuran, seperti background fungsi Long Shoot, Till Up, camera follow dan very long shot makan ukurannya 2000 x 800 pixel atau 800 x 2000 pixel. Sedangkan untuk ukuran background yang lain, difilm ini ukurannya menggunakan ukuran PAL DV 720 x 576 pixel.
Gambar 4.3 Background Camera Long shot nyata
Gambar 4.4 Background Close Up
4.1.3
Pewarnaan (Coloring) Pewarnaan atau coloring bisa menggunakan dua teknik yaitu analog yang mengunkan cat air dan digital yang mengunakan sofware komputer seperti Adobe Photoshop, Adobe After Effect. Warna karakter pada dasarnya terdapat tiga jenis, yaitu : basic, shadow, dan highlight. Basic adlah warna dasar gambar, Highlight adlah bagian gambar yang terkena cahaya. Shadow adalah bagian gambar yang membelakangi cahaya sehingga terjadi bayangan. Proses pewarnaan dalam film Lain Dunia ini ada dua macam yaitu analaog untuk beberapa background atau properti film dan digital untuk tokoh dan sebagian besar background. Warna karakter yang di
pakai dalam film ini hanya mengunakan satu warna dasar (basic untuk tokoh) sedangkan background beberapa ada tambahan warna shadow. Hal ini digunakan karena setting dari film ini diambil seolah-olah terjadi ketika siang hari dan malam dinama matahari atau
bulan bersinar
berada tepat menjadi background.
Adapun langkah-langkah pewarnaan sebagai berikut: a. Pewarnaan secara analog Siapkan obyek (background dan properti) dan cat warna yang akan digunakan. b. Warnai obyek tersebut dengan warna yang telah ditentukan. c. Pewarnaan secara digital yang menggunakan Adobe photoshop. Sketsa tokoh dan background telah selesai di foto akan diperbaiki di Adobe photoshop. Klik Tombol Brush Tool pada panel Toolbox. d. Kemudian pilih warna pada karakter yang dibuat.
4.1.4
Pemotretan Film Lain Dunia ini menggunakan teknik animasi stop motion silhouette dimana animasi dua dimensi dan 3 dimensinya nya digabungkan dengan beberapa background atau foreground yang merupakan gambar dari foto. Obyek yang difoto ini awalnya di gambar dulu dan di dipotong dan selanjutnya masuk ke proses pemotretan ini. Alat digunakan dalam proses ini adalah kamera dan tripod. Tripod disini digunakan untuk mengurangi getaran saat melakukan pemotretan.Selain peralatan tersebut yang hasrus diperhatian adalah penataan cahaya yang dimana bisa didapatkan secara alami ataupun dengan bantuan lampu. Penataan lampu atau lighting ini akan mempengaruhi hasil dari foto. Proses
pemotretan
background
dan
beberapa
properti
pendukung adalah sebagai berikut : a. Siapkan obyek yang akan difoto b. Atur letak lampu dan kamera untuk mendapatkan angle atau sudut pandang yang akan dikehendaki. c. Hasil dari pemotretan ini atau foto lalu di koreksi warna atau lightingnya di Photoshop, dengan cara pilih menu File – Save – beri nama file dan klik OK.
Gambar 4.5 Koreksi warna di Adobe Photoshop
d. Barulah digabungkan di Adobe After Effect dengan animasi gambar lainnya.
4.1.5
Pengisian Suara Animasi akan lebih hidup jika ada suara yang mengiringi jalan cerita animasi tersebut. Suara untuk animasi dapat diperoleh dengan merekam sendiri atau mengedit file suara dengan software pengedit suara (audio editor). Kita juga bisa mendownload file suara yang kita inginkan dari internet.Untuk mengedit suara software tambahan yang dapat digunakan antara lain: FruityLoops, Sound Forge, Cool Edit 2000, dsb. Format suara yang dapat dimasukkan ke dalam Adobe After Effect antara lain waf dan mp3. Untuk memasukkan suara ke dalam Adobe After Effect adalah klik Import - File Library. Pada file type aktifkan All Sound Formats (untuk menyeleksi yang tampil hanya semua file suara yang didukung flash).> klik OK. Untuk memasukkan ke dalam timeline, cukup drag file suara ke dalam frame yang diinginkan. File suara tidak harus diletakkan di timeline utama, tapi cukup di movie clip yang ada di dalamnya. Suara akan ditampilkan pada saat dimainkannya movie clip tersebut.
ANIMASI
EFFECT SOUND
Gambar 4.6 Skema Dubbing
BACKSOU ND
4.1.6 Timeshetting Merupakan proses mengatur frame pada animasi agar gerakan menjadi sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan cara drag semua foto yang berada di project, kemudian tarik ke time marker. Lalu klik layer pilih Pre-compose, kalau sudah klik lagi pada compostion pilih new composition. hasilnya akan berada di project, kemudian kita masukkan lagi ke time marker. Bila speed yang tertera di film kurang pas klik layer pilih time > time stretch, tinggal mengatur durasi yang kita inginkan.
4.2
Pasca Produksi Pasca produksi atau post produksi merupakan tahapan paling akhir dari pembuatan film. Dalam proses ini meliputi editing (animasi dan video), rendering dan convert to CD/DVD. 4.2.1
Editing Pada proses editing film Animasi Lain Dunia ini mengunkan dua software, yaitu Adobe After dan Adobe Premiere. Sedangkan Editing sound atau audio dilakukan di Audition, After Effect dan Adobe Premiere. Langkah – langkah dari pengabungannya adalah sebgai berikut :
Tentukan ukuran layar pada Propertis menggunakan standart PAL D1/DV (720 x 576 pixel , 25fps) kemudian tentukan durasi 10 detik.
Atur tampilan agar tidak terlalu besar dengan menggunakan Ctrl + atau Ctrl -.
Import file foto dengan memilih File > Import > File.
Untuk mengintegrsikan cukup dengan men drag file foto yang berada di project sesuai dengan urutan.
Setelah animasi tersusun rapi selanjutnya adalah mengexport hasil animasi frame per frame tersebut ke movie. Dalam hal ini yang
dipilih
adalah
movie
dengan
format
avi.
Cara
mengexportnya adalah pilih File – Export Avi ( beri nama file dan tentukan type filenya) – Save .
Gambar 4.7 Memberi Nama File
Selanjutnya pilih setting video yang berisi Dimensions pilih ukuran DV PAL, Video format disini memilih 25 bit frame per second, aspect ratio 4:3 dengan alasan tampilan video cukup bagus, jika sudah kita ganti setting sound – OK.
Pilih None pada kolom Compressor, Rate 48.000 kHz, Size 16 bit, Streo di kotak Sound Setting lalu klik OK. Alasan milih semua itu agar saat proses editing di Adobe Premiere nantinya kualitas video tidak pecah.
Langkah editing selanjutnya adalah editing video di Adobe Premiere. Pada tahapan editing ini merupakan proses dimana hasil animasi yang telah di export ke video digabungkan dan disinkronkan dengan suara dubbing dialog, sound efek dan backsound. Adapun langkah – langkah kerja di Adobe Premiere dalam film Lain Dunia adalah sebagai berikut :
Buka Adobe Premiere Pro dan kemudian pilih New Project
Setelah itu piliha opsi DV PAL Standart 48khz dan beri nama project serta menentukan lokasi penyimpanan lalu klik OK.
Gambar 4.8 Setting Premiere
Import file video, backsound, dan sound efek kedalam jendela project dengan cara pilih menu File – Import (pilih file yang akan diimport) – Open atau bisa juga klik kanan pada jendera project dan pilih menu Import.
Intregrasikan file ke Timeline atau terlebih dahulu dijalankan di monitor untuk memilih durasi yang akan dipakai di Timeline dengan cara drag video ke Timeline bagian chanel video untuk file video atau gambar dan chanel audio untuk audio.
Selanjutnya tinggal mensinkronkan ataupun memberikan efek dan transisi pada audio dan video. Sikronisasi audio bisa mengunakan fasilitas Audio Mixer dan Effect Control dengan cara audio yang akan diedit atau di atur pada posisi aktif. Seperti tampilan berikut ini :
Gambar 4.9 Setting Audio dengan Audio Mixer
4.2.2
Rendering Rendering merupakan sebuah proses akhir dalam mengubah file mentah atau project menjadi file jadi atau video yang siap didistribusikan atau dijalankan pada pemutar video (player). Langkah – langkah dalam merender adalah sbagi berikut :
Siapkan dan pastikan file-file yang akan dirender ada di area worksheet atau timeline.
Sebelum merender pastikan panjang Work Area Bar telah sesuai dengan panjang durasi video yang ingin dirender.
Buka menu File – Export - Adobe Media Encoder.
Jika ingin mengubah setting defaultnya, masuk pilihan Setting dan akan muncul jendela Export Setting. Pada jendela ini ada beberapa setingan yang bisa diubah antara lain : Pada film Love Life ini memilih Eksport Setting dengan format MPEG2, range Work Area , preset PAL DV High Quality.
Setelah setting selesai maka, klik OK dan pilih lokasi file tersebut akan disimpan lalu klik Save.
Gambar 4.10 Tampilan Rendering
4.2.3
Konversi ke CD Sebelum melakukan Konversi dalam bentuk VCD atupun DVD, sebaiknya File Movie di Konversi kedalam bentuk MPG2 untuk DVD dan MPG1 untuk VCD. Setelah itu file dapat di Burn ke media disc dengan Nero Burning dengan format file MPG1 DAN MPG2.
4.2.4
Cover Design Dan Packing Seperti halnya VCD atau DVD yang beredar dipasaran, pembuatan Cover dimaksudkan untuk membuat kemasan lebih menarik. Desaign cover dapat dibuat dengan tampilan
sederhana tanpa
menginggalkan poin-poin penting sperti Title, Logline, Gambar Primer, Gambar Skunder dan Sinopsis. Proses terakhir adalah Packing. Cover dibuat berdasarkan ukuran DVD box yang telah banyak beredar dipasaran. Desain menampilkan tokoh karakter dengan pewarnaan yang cerah sehingga secara tidak langsung film tersebut terkesan saat pertama kali orang melihat.
5.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan Pada pembuatan film animasi Lain Dunia dengan pengabungan foto 3D dan animasi 2D mengunakan teknik stop motion silhouette dapat ditarik kesimpulan antara lain : 1. Pengunakan film animasi dengan mengunakan teknik silhouette yang
digabungkan
dengan
3D
teknik
stop
motion,
proses
pembuatanya hampir sama dengan pembuatan film animasi lainnya. Hanya saja yang membedakan adalah proses pemotretan dalam tahap produksi. 2. Proses terpenting dalam pengabungan foto dan animasi ini adalah ketika tahapan produksi dimana pada saat pemotretan harus sangat mengerti tentang lighting dan angle. Sedangkan untuk animasi 2D, proses timeshetting sangat berperan penting perubahan gerakan animasi dengan teknik silhouette. 3. Pengabungan foto dan Animasi tidak banyak mengalami kesulitan karena pada saat pemotretan setting lighting dan editing di Photoshop sangat membantu mensinkronkan antara foto dan animasi 2D. 4. Pengabungan foto dalam animasi dapat memberikan sebuah inovasi dalam pembuatan animasi mengunakan teknik stop motion silhouette sehingga membuat tidak membosankan.
5.2
Saran Dalam pembuatan film kartun yang berkualitas, perlu diperhatikan teknik yang akan digunakan. Terutama dalam proses pra poduksi harus benar-benar matang. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pembutan film kartun ini. Oleh karena itu saran dari laporan skripsi ini, adalah sebagai berikut: 1. Dalam tahapan pra produksi sebuah film harus benar-benar matang dan dipahami terlebih dahulu maksud dari jalan cerita dan konsep sebuah film. 2. Perlunya ketrampilan dan pengetahuan tentang lighting dan angle atau sudut pandang dalam pembuatan film. 3. Perkiraan waktu atau frame untuk animasi sangat dibutuhkan disini agar pergerakan animasi tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. 4. Sebaiknya film animasi dikerjakan secara tema dimana anggota team tersebut memiliki kemampuan atau keahlian dalam bidang animasi seperti animator, editor ataupun sound efek. 5. Perbanyaklah menonton film – film animasi untuk memperbanyak referensi indie dari vimeo atau youtube.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya. 2009. 3D Trik Dahsyat Menjadi Animator 3D Andal.Yogyakarta: Andi Offset. Anonim. 2010.Modul YBS. Photography Basic. Yogyakarta : Yogyakarta Broadcast School. Chandra, M.L., Ridho K., 2010.Modul YBS. Basic Video Editing. Yogyakarta : Yogyakarta Broadcast School. Madcoms. 2008. Adobe Premiere Pro CS3. Yogyakarta: Andi Offset. Soelistio, Hery. 2010.Modul YBS. Basic Storyboard and Development. Yogyakarta : Yogyakarta Broadcast School. Suyanto, M dan Aryanto Yuniawan. 2006. Merancang Film Kartun Kelas Dunia. Yogyakarta: Andi Offset. Suyanto, M . 2003. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta: Andi Offset. Suyanto, M . 2003. Analisis dan Design Aplikasi Multimedia untuk Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset. Zaharuddin G.Djalle. dkk. 2007. 3D Animation Movie Using 3Dstudio Max. Bandung: Informatika Bandung.