PENGA ARUH PE EMBERIA AN PAC CLOBUTR RAZOL T TERHAD DAP PERT TUMBUH HAN PLA ANLET ANGGREK A K Dendrobium lasiantherra PADA A TAHAP P AKLIMATISASII NE SISI HANDINI ALIN 0102 A24080
DE EPARTEM MEN AGR RONOMII DAN HO ORTIKU ULTURA FAKU ULTAS PE ERTANIA AN NSTITUT T PERTA ANIAN BO OGOR IN 2012 2
PENGARUH PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP PLANLET ANGGREK Dendrobium Lasianthera PADA TAHAP AKLIMATISASI (The Effect of Paclobutrazol to Orchid Dendrobium lasianthera Planlet in Acclimatization Stage) Aline Sisi Handini1, Diny Dinarti2 1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB Abstract The objective of this research was to determine the effect of paclobutrazol to orchid Dendrobium lasianthera planlet in acclimatization stage. The research was conducted in green house, Cikabayan Department Agronomi and Horticulture IPB Dramaga, Bogor from Oktober to December 2011. The research was arranged in Completely Randomized Design, with paclobutrazol as a treatment.There were five concentration of paclobutrazol; 0, 5, 10, 15, and 20 ppm. Each treatment was repeated five times and number each treatment has 25 unit experiment. Each unit treatment has 10 planlet to grow, so total planlet in experiment is 250 planlet. The result from this research showed that the effect of application paclobutrazol was not significant for percent to grow, lenght leaf, colour leaf, number of root, length root, diamtre of root, plant height, number of shoot, diameter cell palisade, and weight of fresh plant. The range chlorophyl (a+b) is 0.4296 until 0.8477 mg/g, and the range number of cell palisade is 229.35 until 346.58/ mm2, The density of stomata is 50.96 until 86.64/ mm2.
RINGKASAN
ALINE SISI HANDINI. Pengaruh Pemberian
Paclobutrazol terhadap
Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium lasianthera
pada Tahap
Aklimatisasi. (Dibimbing oleh DINY DINARTI). Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pemberian paclobutrazol terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera pada tahap aklimatisasi yang dilaksanakan di Green House Kebun Percobaan Cikabayan IPB pada bulan Oktober - Desember 2011. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap satu faktor yaitu konsentrasi paclobutrazol. Terdapat lima taraf konsentrasi paclobutrazol yang digunakan yaitu 0, 5, 10, 15, dan 20 ppm, dengan lima ulangan setiap perlakuan, sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 10 planlet yang ditanam, sehingga total planlet anggrek Dendrobium lasianthera yang ditanam adalah 250 planlet. Masing-masing satuan percobaan terdapat lima planlet yang diamati sehingga terdapat 125 planlet sebagai satuan amatan. Sumber planlet yang digunakan adalah planlet anggrek Dendrobium lasianthera yang berumur sekitar satu tahun. Planlet anggrek Dendrobium lasianthera direndam selama 30 menit dalam larutan paclobutrazol sesuai konsentrasi. Planlet yang sudah diberi perlakuan selanjutnya ditanam pada media pakis cacah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol nyata berpengaruh terhadap peubah pengamatan jumlah daun total dan lebar daun tanaman anggrek Dendrobium lasianthera pada 6, 7, dan 8 MSP. Perlakuan paclobutrazol 10 ppm menghasilkan jumlah daun total planlet tertinggi yaitu 6 helai pada 8 MSP. Pemberian paclobutrazol menurunkan lebar daun dengan lebar daun terkecil terdapat pada perlakuan paclobutrazol 15 ppm sebesar 0.56 cm pada 8 MSP. Aplikasi paclobutrazol memberikan respon positf terhadap pertumbuhan planlet
anggrek
Dendrobium
lasianthera.
Respon
positif
dari
aplikasi
paclobutrazol ditunjukkan dengan munculnya akar lateral, meningkatnya warna hijau daun, meningkatnya kerapatan stomata dan diameter sel palisade, serta tidak menghambat panjang daun dan tinggi tanaman. Pengaruh positif tersebut diduga i
membuat kondisi tanaman menjadi lebih tegar dan kokoh, sehingga potensi hidup dan pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera setelah aklimatisasi akan lebih baik. Pada pengamatan persen tumbuh, jumlah daun total, panjang daun, lebar daun, pertambahan jumlah tunas baru, jumlah akar, panjang akar, diameter akar, warna daun, tinggi tanaman, bobot segar tanaman, dan diameter sel palisade pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata. Kerapatan stomata berkisar antara 50.96 hingga 86.64 per mm2, kerapatan sel palisade berkisar antara 229.35 hingga 346.58 per mm2, dan jumlah klorofil (a+b) berkisar antara 0.4296 hingga 0.8477 mg/g.
ii
PENGARUH PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK Dendrobium lasianthera PADA TAHAP AKLIMATISASI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
ALINE SISI HANDINI A24080102
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
iii
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: PENGARUH PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL TERHADAP ANGGREK
PERTUMBUHAN Dendrobium
PLANLET
lasianthera
PADA
TAHAP AKLIMATISASI Nama
: ALINE SISI HANDINI
NIM
: A24080102
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Diny Dinarti, MSi NIP.19660408 199203 2 003
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi Dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, Msc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
iv
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lamongan, Provinsi Jawa Timur pada Tanggal 10 Agustus 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Bagus Mulyanto dan Ibu Naning Suprihandini. Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri Unggulan Babat VII, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Babat, Lamongan. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 1 Babat, Lamongan. Tahun 2008 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas pertanian IPB melalui jalur USMI. Tahun 2011 hingga 2012 penulis menjadi asisten mata kuliah Ilmu Tanaman Pangan dan pada tahun 2012 menjadi asisten mata kuliah Pembiakan Tanaman.
v
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian tentang pengaruh pemberian paclobutrazol pada pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui metode aklimatisasi anggrek yang efektif dan efisien. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan IPB, Dramaga, Bogor. Penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada Dr. Ir. Diny Dinarti, MSi. yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dukungan selama kegiatan penelitian dilaksanakan. Kepada kedua orang tua dan saudara yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun matriil, penulis mengucapakan banyak terimakasih. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada teman-teman Agronomi dan Hortikultura Angkatan 45 (Indigenous AGH 45), teman-teman Organisasi Mahasiswa Lamongan (Formala IPB), dan semua pihak yang ikut terlibat dalam penelitian ini penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Bogor, April 2012
Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN . .........................................................................
x
PENDAHULUAN .................................................................................. Latar Belakang ............................................................................ Tujuan.......................................................................................... Hipotesis ......................................................................................
1 1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... Bio-Ekologi Anggrek Dendrobium lasianthera .......................... Aklimatisasi Bibit Anggrek ......................................................... Paclobutrazol ...............................................................................
4 4 7 8
BAHAN DAN METODE ....................................................................... Tempat dan Waktu ...................................................................... Bahan dan Alat ............................................................................ Metode Penelitian ........................................................................ Pelaksanaan Penelitian ................................................................ Perlakuan ..................................................................................... Penanaman ................................................................................. Pemeliharaan ............................................................................... Pengamatan .................................................................................
11 11 11 11 12 13 13 13 14
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. Keadaan Umum ........................................................................... Hasil ............................................................................................ Pembahasan…………………………………... ..........................
16 16 17 27
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... Kesimpulan.................................................................................. Saran ...........................................................................................
33 33 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
34
LAMPIRAN ............................................................................................
37
vii
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman
Rata-Rata Persentase Tumbuh Planlet Anggrek D. lasianthera ...........................................................................
17
2.
Rata-Rata Jumlah Daun Total Anggrek D. lasiathera..............
18
3.
Rata-Rata Panjang Daun Anggrek D. lasianthera....................
19
4.
Rata-Rata Lebar Daun Anggrek D. lasianthera ......................
20
5.
Rata-Rata Pertambahan Jumlah Tunas Baru Anggrek D. lasianthera ............................................................
21
Rata-Rata Jumlah Akar, Panjang Akar, dan Diameter Akar Anggrek D. lasianthera Pada 8 MSP .......................................
22
7.
Rata-Rata Warna Daun Anggrek D. lasianthera ......................
23
8.
Jumlah Klorofil a dan b Anggrek D. lasianthera ....................
23
9.
Kerapatan Stomata Anggrek D. lasianthera Pada 8 MSP ........
24
10. Kerapatan Sel Palisade dan Diameter Sel Palisade Anggrek D. lasianthera Pada 8 MSP .........................................
25
11. Tinggi Tanaman Anggrek D. lasianthera Pada 8 MSP ............
26
12. Bobot Segar Tanaman Anggrek D. lasianthera Pada 8 MSP ...
27
6.
viii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Anggrek Dendrobium lasianthera ...............................................
5
2. Bagian-bagian Bunga Anggrek Dendrobium ...............................
6
3. Skema Penghambatan Sintesis Giberelin oleh Paclobutrazol ........................................................................
9
4. Planlet Terserang Hama ..............................................................
16
5. Respon Lebar Daun terhadap Pemberian Paclobutrazol Pada 7 MSP .................................................................................
20
6. Respon Lebar Daun terhadap Paclobutrazol Pada 8 MSP ..................................................................................
20
7. Penampilan Akar Lateral Anggrek Dendrobium lasianthera .....
22
8. Stomata Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP.............
24
9. Sel Palisade Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP ......
26
ix
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Rekapitulasi Sidik Ragam ............................................................
38
2. Perendaman Planlet Anggrek D. lasianthera pada Larutan Paclobutrazol ..................................................................
39
3. Green House Kebun Percobaan Cikabayan IPB Dramaga (a); Planlet Anggrek D. lasianthera .............................................
39
4. Planlet Anggrek D. lasianthera 0 MSP .......................................
40
5. Planlet Anggrek D. lasianthera pada 8 MSP ...............................
40
x
xi
PENDAHULUAN Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu famili yang memiliki keragaman bunga terbesar jumlahnya. Famili Orchidaceae ini dapat dijumpai hampir diseluruh negara di dunia. Tanaman anggrek merupakan salah satu primadona dikalangan pecinta tanaman hias. Penggemarnya kian hari semakin bertambah, seiring dengan banyaknya varietas-varietas baru yang telah dihasilkan oleh para pemulianya. Keragaman dan keunikan dalam morfologi bunganya telah menarik perhatian para ahli botani dan kolektor anggrek. Anggrek merupakan salah satu bunga unggulan yang diproduksi Indonesia dan pengembangannya didukung oleh pemerintah sebagai salah satu komoditas penting hortikultura. Produksi anggrek Dendrobium pada tahun 2010 mencapai 14 050 445 tangkai pada luas area panen 10 024 605 m2 dengan produktivitas 7.68 tangkai per m2 (Badan Pusat Statistik, 2010). Permintaan bunga dalam negeri dipenuhi oleh produksi dalam negeri dan impor untuk jenis tertentu. Permintaan pasar dunia juga mendorong ekspor anggrek semakin berkembang. Nilai ekspor anggrek pada tahun 2008 sebesar $ 740 751 meningkat menjadi $ 1 040 544 pada tahun 2009 (Direktorat Jendral Hortikultura, 2011). Permintaan akan bunga anggrek yang cenderung semakin meningkat menjadikan bunga anggrek menjadi salah satu komoditas penting dalam bidang hortikultura. Jenis anggrek yang banyak diminati oleh konsumen baik penghobi, kolektor maupun konsumen diantaranya adalah Dendrobium, Phalaenopsis, Vanda, Cattleya, dan Oncidium. Salah satu dari jenis tersebut anggrek Dendrobium adalah jenis anggrek yang paling diminati dan paling dikenal oleh masyarakat secara luas karena perawatan yang mudah, habitat hidup yang luas, dan harga yang relatif terjangkau. Jenis anggrek Dendrobium sangat beragam, salah satu diantaranya adalah Dendrobium lasianthera yang sering disebut anggrek kriting atau anggrek stuberi. Anggrek Dendrobium lasianthera merupakan salah satu spesies yang memiliki keunikan tersendiri dari morfologi bunganya. Anggrek tersebut berpotensi untuk dikembangkan baik sebagai tanaman hias pot, bunga potong, dan sebagai salah satu tetua potensial untuk
2 pengembangan varietas baru. Keberadaan anggrek Dendrobium lasianthera pada habitat alami sudah semakin berkurang, penjarahan oleh manusia, dan tidak seimbangnya ekosistem mengakibatkan keberadaan anggrek Dendrobium lasianthera semakin langka.
Pelestarian dan pengembangan perlu dilakukan
untuk menghindari kepunahan spesies tersebut. Budidaya anggrek yang semakin intensif dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar, baik sebagai tanaman pot atau bunga potong. Perbanyakan anggrek secara kultur jaringan semakin berkembang dan diminati masyarakat. Kultur jaringan memiliki beberapa kelebihan seperti perbanyakan tanaman secara missal dalam waktu yang singkat, tidak tergantung musim, relative cepat, dan tanaman yang dihasilkan seragam. Kelebihan tersebut menyebabkan teknik kultur jaringan semakin diminati dan terus dikembangkan. Kultur jaringan disebut juga perbanyakan secara in vitro, yaitu salah satu teknik isolasi bagian tanaman yang ditumbuhkan pada media buatan, dalam kondisi aseptik dan terkontrol sehingga bagian tanaman dapat beregenerasi menjadi tanaman lengkap (Zulkarnain, 2009). Keberhasilan teknik kultur jaringan sudah banyak dibuktikan khususnya pada tanaman anggrek. Salah satu kunci keberhasilan dalam teknik budi daya anggrek secara kultur jaringan adalah proses aklimatisasi planlet. Pemeliharaan bibit dari botol menjadi tanaman dewasa masih menemukan banyak permasalahan terutama pada fase aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dari dalam botol kultur ke lingkungan non aseptik. Kondisi anatomi tanaman dari hasil perbanyakan in vitro umumnya memiliki lapisan kutikula yang tipis, sel palisade lebih sedikit dan lebih kecil, dan stomata tidak berfungsi sempurna (Zulkarnain, 2009). Adanya hambatan dalam proses aklimatisasi dipandang merugikan dalam budidaya anggrek, sehingga diperlukan perbaikan dalam teknik budidaya. Paclobutrazol merupakan salah satu jenis zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk menekan pertumbuhan tanaman. Hazarika (2003) menyatakan bahwa, paclobutrazol dapat memperkuat batang, akar dan menekan hilangnya air oleh daun melalui regulasi fungsi stomata dan kutikula serta meningkatkan sintesis klorofil per unit area pada daun.
Pemberian paclobutrazol pada
konsentrasi yang tepat akan menunjukkan daun lebih hijau, akar lebih kokoh, ruas
3 batang memendek, dan kompak (Harjadi, 2009). Pemberian paclobutrazol ini diharapkan mampu memberikan respon positif terhadap hasil aklimatisasi, sehingga tanaman yang dihasilkan dapat tumbuh lebih kokoh, warna daun lebih hijau, persentase tumbuh planlet tinggi dan dapat tumbuh secara optimal.
Tujuan Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh pemberian paclobutrazol terhadap keberhasilan tumbuh dan pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera pada tahap aklimatisasi.
Hipotesis Terdapat konsentrasi optimal dari pemberian paclobutrazol yang memberikan respon terbaik terhadap keberhasilan tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera.
TINJAUAN PUSTAKA Bio-Ekologi Anggrek Dendrobium lasianthera Taksonomi Anggrek Dendrobium lasianthera merupakan tanaman asli dari daerah tropis Asia dan Pasifik, tepatnya di Papua (Gilbert, 1953). Taksonomi anggrek Dendrobium lasianthera adalah Kingdom: Plantae; Sub kingdom: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh); Divisi: Spermatophyta; Sub Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida (berkeping satu/monokotil); Sub Kelas: Liliidae; Ordo: Orchidales; Famili: Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan); Genus: Dendrobium; Spesies: Dendrobium lasianthera (Anonim, 2008).
Morfologi Anggrek merupakan salah satu tanaman yang memiliki beragam warna pada bunganya. Ciri khas dari anggrek Dendrobium lasianthera adalah sepal dan petal bunganya yang terpilin menyerupai spiral. Warna bunganya perpaduan warna coklat, merah marun dan ungu (Gambar 1b). Morfologi tanaman anggrek terdiri dari berbagai bagian yaitu, akar, batang, daun, bunga, dan buah. Akar anggrek Dendrobium lasianthera bebentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Akar tampak berwarna putih keperakan dan hanya bagian ujung akar berwarna hijau atau tampak keunguan. Akar mempunyai filamen, yaitu lapisan luar terdiri dari beberapa lapis sel berongga dan transparan, serta merupakan lapisan pelindung pada sistem saluran akar (Destri dan Jodi, 2006). Filamen ini berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses transpirasi dan evaporasi, menyerap air, melindungi bagian dalam akar, serta membantu akar melekat pada benda yang ditumpanginya. Air atau hara yang langsung mengenai akar akan diabsorbsi (diserap) oleh filamen dan ujung akar (Darmono, 2008). Menurut Darmono (2008), bentuk batang anggrek beraneka ragam, ada yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja, dengan atau tanpa umbi semu (pseudobulb). Batang anggrek Dendrobium
5 lasianthera berbentuk ramping memanjang dan tingginya hampir mancapai tiga meter (Gilbert, 1953). Batang anggrek dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial (Destri dan Jodi, 2006). Tipe simpodial mempunyai beberapa batang utama dan berumbi semu (pseudobulb) dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Pada tipe monopodial mempunyai batang utama dengan pertumbuhan tidak terbatas, bentuk batang ramping tidak berumbi dan tangkai bunga keluar di antara dua ketiak daun. Anggrek Dendrobium lasianthera termasuk dalam tipe simpodial karena pertumbuhan ujung batang terbatas dan mempunyai beberapa batang utama (Gambar 1a). Daun anggrek Dendrobium lasianthera berbentuk bulat telur memanjang, dengan tebal daun agak berdaging dan kaku. Bagian tepi tidak bergerigi, tidak bertangkai, dan sepenuhnya duduk pada batang. Tulang daun sejajar dengan tepi daun berakhir di ujung daun. Susunan daun berselang-seling atau berhadapan. Warna daun hijau muda sampai hijau tua (Latif, 1960).
Gambar 1. Batang Anggrek Dendrobium lasianthera (a); Bunga Anggrek Dendrobium lasianthera Sumber: (David, 2010) Bunga anggrek Dendrobium lasianthera tersusun dalam karangan bunga dan pada satu karangan dapat terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Anggrek Dendrobium lasianthera memiliki lima bagian utama bunga seperti bunga anggrek Dendrobium lainnya (Gambar 2) yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), stamen (benang sari), pistil (putik) dan ovarium (bakal buah). Sepal berjumlah tiga buah, sepal bagian atas disebut sepaldorsal, sedangkan dua lainnya
6 disebut sepal lateral. Petal berjumlah tiga buah, petal pertama dan kedua letaknya berseling dengan sepal, dan petal ketiga mengalami modifikasi menjadi labellum (Latif, 1960). Tangkai bunga dapat keluar dari ujung pseudobulb atau dari samping pseudobulb. Pada anggrek Dendrobium lasianthera modifikasi sepal dan petal yang terlihat melintir menyerupai spiral tidak terlihat seperti layaknya sepal dan petal anggrek Dendrobium lainnya. Column (tungu) yang terdapat di bagian tengah bunga merupakan tempat alat reproduksi jantan dan alat reproduksi betina. Pada ujung column (tungu) terdapat anter atau kepala sari yang merupakan gumpalan serbuk sari atau pollinia. Pollinia tertutup dengan sebuah cap (anther cap). Stigma (kepala putik) terletak dibawah rostellum dan menghadap ke labellum. Ovarium bersatu dengan dasar bunga dan terletak di bawah column, sepal dan petal (Latif, 1960).
Gambar 2. Bagian-bagian Bunga Anggrek Dendrobium Sumber: (Subhan, 2010). Menurut Sumartono (1981), buah anggrek mengandung ribuan sampai jutaan biji yang sangat halus, berwarna kuning sampai coklat. Pembiakan dengan biji lebih sukar dibandingkan dengan cara lainnya, karena biji anggrek tidak mengandung endosperma atau cadangan makanan. Pembiakan dengan biji yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan varietas baru.
7 Ekologi Anggrek merupakan tanaman terna perenial dengan perawakan yang beraneka ragam, hidup sebagian besar epifit, ada yang saprofit dan terrestrial (Tjitrosoepomo, 2007). Anggrek Dendrobium lasianthera menyukai sinar matahari penuh dengan intensitas yang tinggi. Pertumbuhan anggrek Dendrobium lasianthera dipengaruhi oleh cahaya (intensitasnya, panjang hari atau lama penyinaran), kelembaban udara, dan temperatur udara (Gilbert, 1953).
Aklimatisasi Bibit Anggrek Tahap akhir dalam kegiatan budidaya tanaman secara kultur jaringan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi dapat dilakukan jika planlet sudah memiliki organ lengkap yang umumnya berumur delapan hingga dua belas bulan. Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang merupakan masalah penting dalam budidaya tanaman menggunakan bibit dari teknik kultur jaringan. Banyak kegagalan yang terjadi pada saat proses aklimatisasi berlangsung. Karakteristik planlet hasil kultur in vitro sangat berbeda bila dibandingkan dengan tanaman yang hidup pada kondisi in vivo (Zulkarnain, 2009). Tanaman hasil perbanyakan kultur in vitro menunjukkan beberapa karakterikstik yang khas diantaranya: daun tanaman yang berasal dari kultur in vitro sering memperlihatkan lapisan kutikula yang kurang berkembang sebagai akibat tingginya kelembaban dalam wadah kultur (90-100%). Lapisan kutikula yang tipis mengakibatkan tanaman akan kehilangan air dalam jumlah cukup besar melalui evaporasi kutikula pada saat tanaman dipindahkan pada kondisi in vivo. Planlet kadang memiliki daun yang tipis, lunak, tidak aktif berfotosintesis, dan tidak adaptif terhadap kondisi in vivo. Sel-sel palisade lebih kecil dan lebih sedikit jumlahnya. Stomata tidak berfungsi dengan sempurna sehingga menyebabkan terjadinya cekaman air (Zulkarnain, 2009). Pada planlet hasil kultur jaringan, sistem pembuluh angkut antara pucuk dan akar sering tidak terhubung dengan sempurna sehingga menyebabkan berkurangnya transport air dan hara. Sistem perakaran yang cenderung mudah
8 rusak dan tidak berfungsi dengan baik akan membuat pertumbuhan tanaman pada kondisi in vivo sangat tertekan (Zulkarnain, 2009). Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya persentase tumbuh tanaman jika proses aklimatisasi tidak dilakukan dengan baik. Kegiatan aklimatisasi merupakan kegiatan penting yang akan menentukan hasil akhir keberhasilan teknik kultur jaringan. Kondisi non aseptik dan tidak terkontrol baik suhu, cahaya, dan kelembaban, memaksa tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof. Perlakuan yang tepat dan terkontrol pada planlet akan menentukan tingkat keberhasilan saat aklimatisasi. Banyak metode yang sudah dilakukan untuk meminimalisir kegagalan seperti pemberian sungkup, paranet, rumah lindung (green house), pengaturan cahaya, hingga proses hardening. Kondisi lingkungan yang kondusif seperti intensitas cahaya, suhu, kelembaban, dan suplai hara akan mendukung tercapainya proses aklimatisasi (Zulkarnain, 2009).
Paclobutrazol Zat penghambat tumbuh tanaman adalah senyawa organik yang menghambat perpanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak langsung mempengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan abnormal (Cathey, 1975). Zat penghambat tumbuh (retardan) menyebabkan perubahan biokimia dalam sel seperti stimulasi aktivitas peroxidase dan IAA oksidase, penghambatan respirasi, meningkatkan permeabilitas membran, penghambatan
oksidasi
tryptomin
menjadi
indole
acetaldehyde,
dan
meningkatkan fotosintesis tanaman (Harjadi, 2009). Paclobutrazol termasuk zat pengatur tumbuh golongan retardan yang berpengaruh terhadap metabolisme tanaman pada meristem sub apikal. Paclobutrazol merupakan anggota dari triazoles, yang tercatat sebagai penghambat
pertumbuhan,
yang
mempunyai
keaktifan
paling
tinggi
digolongannya (Purohit, 1986). Triazol ditransportasikan oleh daun melalui xylem, tetapi dapat ditransportasikan keluar pada daun menuju bagian lain pada tanaman (Purohit, 1986). Paclobutrazol merupakan turunan pirimidin yang memiliki rumus empirik C15H20CIN3O dengan nama kimia Paclobutrazol (2RS,
9 3RS) - 1 - (4-chlorophenyl) - 4,4 - dimethyl - 2 - (1H-1,2,4-triazol-1-yl) pentan-3ol (Hazarika, 2003). Prinsip kerja paclobutrazol di dalam tanaman yaitu menghambat sintesis giberelin dengan cara menghambat oksidasi kaurene menjadi asam kaurenat (Gambar 3). Terhambatnya sintesis giberelin mengakibatkan pemanjangan dan pembelahan sel pada sub apikal berjalan lambat (Krishnamoorthy, 1981). Hal ini mengakibatkan penurunan laju pemanjangan sel secara morfologi dan secara tidak langsung mengalihkan asimilat ke fase generatif.
Mevalonic acid
ABA
Farnesy pyrophosphate
Squalen 2.3-oxidosqualene
Geranyl geranyl pyrophosphate
Copalyl pyrophosphate
chlorophyll chlorda BTS 44584 cycloeucalenol chloromequat chloride mepiquat chloride
ent-kaurene
ent-kaurenol
ent-kaurenal
obtusifoliol paclobutrazol tripenthenol uniconazol ancymidol flurprimidol tetcyclasis
stigmasterol
GA12 aldehyde
Other giberellins Gambar 3. Skema Penghambatan Sintesis Giberelin oleh Paclobutrazol (Hazarika, 2003).
10 Paclobutrazol merupakan zat pengatur tumbuh yang telah dibuktikan dapat mempengaruhi ketegaran planlet dan menambah butir-butir klorofil. Akar dan batang menjadi kuat bila ditambahkan anti giberelin (Lestari dan Purnamaningsih, 2005). Paclobutrazol dengan konsentrasi rendah dapat meningkatkan perakaran dan kualitas planlet. Paclobutrazol menyebabkan banyak perubahan morfologi, anatomi, fisiologi dan biokimia pada tanaman melalui reduksi reaksi hydroxilasi yang dibutuhkan untuk giberelin dan biosintesis sterol (Sitepu, 2007). Tanaman yang diberi retardan menunjukkan daun yang lebih hijau, ruas lebih pendek, dan pengurangan kerusakan tanaman (Harjadi, 2009). Pemberian retardan dapat menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman dan dapat memperpendek tinggi tanaman serta mengurangi tingkat kerebahan, sehingga tanaman tampak roset dan kompak (Harjadi, 2009). Pemberian paclobutrazol 600 ppm menghasilkan ruas batang lebih pendek, luas daun semakin sempit dan meningkatkan jumlah tunas berbunga pada tanaman melati (Jasminum sambac) (Herlina dan Dwiatmini, 1996).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB, selama tiga bulan yaitu: Oktober hingga Desember 2011. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya planlet anggrek Dendrobium lasianthera berumur sekitar satu tahun, berasal dari Nursery Budi Handoyo Orchid, di kota Malang Jawa Timur, media tanam pakis cacah, fungisida, bakterisida, pupuk daun, dan retardan paclobutrazol. Alat yang digunakan adalah SPAD (Soil Plant Analysis Development) alat tanam, pinset, pot anggrek, sprayer, jangka sorong, sarung tangan, dan alat tulis.
Metode Penelitian Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL),
dengan faktor tunggal yaitu konsentrasi paclobutrazol. Terdapat lima taraf konsentrasi paclobutrazol yaitu: 0, 5, 10, 15, 20 ppm. Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali, sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 10 planlet anggrek Dendrobium lasianthera. Jumlah total planlet yang ditanam adalah 250 planlet. Masing-masing satuan percobaan terdapat lima planlet yang diamati sehingga terdapat 125 planlet sebagai satuan amatan. Pemberian perlakuan pada masing-masing kelompok percobaan adalah sebagai berikut: Kontrol
: planlet ditanam dalam media pakis cacah tanpa paclobutrazol (kelompok kontrol)
P1
: planlet ditanam dalam media pakis cacah + 5 ppm paclobutrazol
P2
: planlet ditanam dalam media pakis cacah + 10 ppm paclobutrazol
P3
: planlet ditanam dalam media pakis cacah + 15 ppm paclobutrazol
P4
: planlet ditanam dalam media pakis cacah + 20 ppm paclobutrazol
12 Model matematika yang digunakan yaitu: Yij = μ + τi + εij (i = 1,…p; j = 1,…r) Dimana : Yij
= Respon pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j
μ
= Nilai tengah umum
τi
= Pengaruh perlakuan ke-i
εij
= Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, ulangan ke-j
Data hasil pengamatan diuji dengan uji-F dan jika hasil yang diperoleh berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α = 5% (Gomez dan Gomez, 2007).
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan dan Sterilisasi Peralatan Media tanam pakis cacah direndam dalam air bersih yang diberi larutan fungisida.
Pinset, pot tanam, dan peralatan tanam lainnya dicuci dengan air
bersih.
Pemindahan Planlet dari Botol Kultur Planlet dikeluarkan dari dalam botol kultur dimulai dengan memasukkan air ke dalamnya, kemudian botol digoyang sehingga planlet terlepas dari medianya. Planlet dikeluarkan satu persatu menggunakan pinset panjang. Planlet dicuci bersih dari media agar-agar yang menempel, kemudian direndam pada larutan fungisida dan bakterisida selama ± 10-15 menit. Planlet diletakkan diatas kertas koran dan dikering anginkan selama satu hari.
Sterilisasi Lingkungan Kerja Lingkungan kerja dalam tahap aklimatisasi terdiri dari lingkungan umum yaitu ruang transfer secara keseluruhan dan lingkungan khusus yaitu lingkungan di dalam rak-rak tanam (green house). Kebersihan lingkungan khusus dilakukan
13 dengan pembersihan media tanam dari gulma dan tanaman pengganggu lainnya, dan menjaga kebersihan green house (Gambar Lampiran 2a). Perlakuan Pemberian perlakuan dengan perendaman larutan paclobutrazol dilakukan sehari setelah planlet dikeluarkan dari botol. Volume larutan yang digunakan, yaitu 250 mL sehingga dapat merendam seluruh planlet. Pemberian paclobutrazol dilakukan dengan merendam planlet selama 30 menit sesuai perlakuan (Gambar Lampiran 1).
Penanaman Penanaman planlet dilakukan dalam green house, dengan media tanam dan peralatan yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Pot diisi dengan pakis cacah kurang lebih 3/4 bagian. Planlet ditanam di dalam pot dengan diameter 15 cm sebanyak 10 planlet dalam tiap satuan percobaan. Jarak tanam diatur agar planlet tidak saling menutupi dan memiliki ruang tumbuh yang kondusif (Gambar Lampiran 2b). . Pemeliharaan Pecegahan terhadap hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan aplikasi bakterisida Agrept dengan konsentrasi 1 g/L, dan fungisida Dithane M-45 1 g/L yang disemprotkan setiap dua minggu. Pemeliharaan juga dilakukan dengan memberikan pemupukan secara berkala setiap minggu. Pemupukan dimaksudkan untuk menjaga ketersediaan hara selama kelangsungan hidup tanaman. Pemupukan diberikan setiap minggu dengan konsentrasi 1 g/L dan perbandingan unsur hara N:P:K adalah 30:10:10, pupuk yang digunakan adalah pupuk daun. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan frekuensi penyiraman satu kali setiap hari.
14 Pengamatan Peubah yang diamati pada masing-masing perlakuan dalam penelitian ini meliputi: 1. Persen tumbuh planlet (diamati setiap minggu hingga akhir pengamatan) Keberhasilan aklimatisasi (%) = Jumlah planlet hidup x 100% Total planlet 2. Jumlah daun total (jumlah daun yang telah membuka sempurna) 3. Panjang daun (diamati setiap minggu dan diukur dari pangkal hingga ujung daun terpanjang) 4. Lebar daun (diamati setiap minggu dan diukur dari daun terlebar) 5. Pertambahan jumlah tunas baru (diamati setiap minggu dan dihitung pertambahan jumlah tunas yang muncul) 6. Jumlah Akar (dihitung pada 8 MSP) 7. Panjang akar primer (diamati pada 8 MSP) 8. Diameter akar (diukur dari bagian tengah akar terbesar pada 8 MSP, dengan menggunakan jangka sorong) 9. Warna daun (diamati dengan menggunakan alat SPAD pada 8 MSP) Penggunaan alat SPAD dengan tahapan: kalibrasi alat, kemudian meletakkan daun pada penjepit yang sudah terdapat pada alat tersebut. Nilai warna daun akan ditunjukkan pada layar dan perhitungannya menggunakan rumus: Nilai kalibrasi
x Nilai yang tertera pada layar alat
Nilai baku yang tertera pada alat 10. Jumlah Klorofil (diamati dengan metode USIDA pada 8 MSP) Pengamatan jumlah kloroifl menggunakan metode USIDA dengan cara kerja: daun tanaman ditimbang 0.05 g kemudian dihaluskan dengan mortar dan ditambahkan aseton 2 mL sehingga terbentuk cairan. Cairan tersebut dimasukkan dalam tabung ependorf dan disentrifuge. Fitrat dipisahkan dalam labu takar dan diekstraksi kembali hingga tidak terbentuk warna, kemudian ditambahkan aseton sampai tanda tera. Setelah cairan siap dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer pada gelombang 645 nm dan 663 nm. Nilai yang absorban yang keluar dari alat spektofotometer
15 digunakan dalam perhitungan dengan rumus sebagai berikut untuk memperoleh nilai klorofil a dan klorofil b (Yoshida, et al., 1976): Klorofil a (mg/g)
= [(12.7 x A 663) – (2.69 x A 645)] x fp Bobot sample (g)
Klorofil b (mg/g)
= [( 22.9 x A 645) – (4.68 x A 663)] x fp Bobot sample (g)
fp
= 10 mL x 1L 1000 mL
11. Kerapatan stomata (diamati pada 8 MSP) Kerapatan stomata (per mm2) dihitung menggunakan rumus: Jumlah stomata pada bidang pandang Luas bidang pandang (perbesaran) 12. Kerapatan sel palisade (diamati pada 8 MSP) Kerapatan sel palisade (per mm2) dihitung menggunakan rumus: Jumlah sel palisade pada bidang pandang Luas bidang pandang (perbesaran) 13. Diameter sel palisade (diamati pada 8 MSP) Pengukuran diameter sel palisade menggunakan mikroskop dan bantuan software DP2-BSW. 14. Tinggi tanaman (diamati pada 4 dan 8 MSP) 15. Bobot segar tanaman (ditimbang seluruh bagian tanaman, baik akar, batang dan daun pada 8 MSP
HASIL DAN PEM MBAHAS SAN Keadaan Umum Secara umum m planlet annggrek Den ndrobium lasianthera tumbuh deengan baik dalam m green hoouse, walauupun terdap pat planlet yang terseerang hama kutu putih Pseuudococcus spp s pada um mur 4 MSP (minggu setelah perlakkuan) dan tu ungau merah Tenuipalpus T pacificuss (Gambarr 4). Seraangan ham ma kutu putih menyebabbkan daun menjadi menguning g, sedangkkan hama tungau merah m menyebabbkan daun seperti beergambar peta dengann adanya ggaris-garis putih keperakann yang berlikku-liku (Sanndra, 2010).
a
b
Gambar 4. 4 Planlet Annggrek Denndrobium la asianthera Terserang T H Hama Kutu Putih P (a); Planlett Anggrek Dendrobium D m lasiantherra Akibat Teerserang Haama Tungau Meerah (b). d penyak kit dilakukaan dengan menyemprotkan Penanggulanggan hama dan larutan Agrept dengan konsenttrasi 1 g/L dan fungissida Dithanne M-45 deengan konsentrassi 1 g/L. Laarutan terseebut disemp protkan ke seluruh s perrmukaaan planlet seminggu sekali. Keegiatan pem meliharaan yang y dilakuukan yaitu penyiraman n dan pemupukaan. Frekuennsi penyiraaman dilak kukan satuu kali setiaap hari deengan menyempootkan air kee seluruh peermukaan planlet p dan media tanaam hingga basah. b Pemupukaan dilakukaan satu mingggu sekali dengan d mennyemprotkaan larutan pupuk p daun konssentrasi 1 g/L. g Persenttase tanamaan yang hiddup hingga akhir peneelitian dari selurruh perlakkuan lebih dari 70% %. Tanamaan yang ddiberi perlaakuan
17 paclobutrazol umumnya memiliki penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman control (tanpa aplikasi paclobutrazol) . Hasil Berdasarkan hasil rekpitulasi sidik ragam (Tabel Lampiran 1), diketahui bahwa pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun total dan lebar daun tanaman anggrek Dendrobium lasianthera . Pada peubah jumlah daun total dan lebar daun berpengaruh nyata pada 6 MSP dan berpengaruh sangat nyata pada 7 dan 8 MSP. Paclobutrazol tidak memberikan respon yang nyata pada peubah persen tumbuh, panjang daun, pertambahan jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, diameter akar, diameter sel palisade, warna daun, tinggi tanaman, dan bobot segar tanaman. Jumlah stomata berkisar antara 50.96 hingga 86.64 per mm2, jumlah sel palisade berkisar antara 229.35 hingga 346.58 per mm2 dan jumlah klorofil (a+b) berkisar antara 0.4296 hingga 0.8477 mg/g. Persentase Tumbuh Planlet Persen tumbuh pada data hasil analisis (Tabel 1) menunjukkan bahwa persentase tumbuh planlet tidak berbeda nyata antar perlakuan. Perlakuan dengan aplikasi paclobutrazol tidak meningkatkan persen tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera. Planlet anggrek Dendrobium lasianthera cenderung mengalami penurunan daya tumbuh selama delapan minggu selama pengamatan. Persen tumbuh planlet yang diberi aplikasi paclobutrazol masih tinggi (mencapai 90%) sampai 3 MSP.
18 Tabel 1. Rata-Rata Persentase Tumbuh Planlet Anggrek Dendrobium lasianthera Paclobutrazol (ppm)
Waktu pengamatan (MSP) 1
0 5 10 15 20 Uji F KK
92 96 94 98 98 tn 6.93
Keterangan : tn KK
2 3 4 5 .......................%...................... 92 90 84 80 96 96 94 88 94 94 90 86 98 98 94 94 98 98 98 88 tn tn tn tn 6.93 8.13 8.55 10.87
6
7
8
76 80 82 83 88 tn 10.82
74 78 80 78 84 tn 14.46
72 78 78 78 84 tn 14.72
= tidak berbeda nyata = Koefisien Keragaman
Jumlah Daun Total Jumlah daun total diamati setiap minggu hingga 8 MSP, jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Aplikasi paclobutrazol terhadap jumlah daun total tidak berpengaruh nyata pada 1 hingga 5 MSP (Tabel 2). Hasil analisis statistik pada 8 MSP menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 10 ppm berbeda nyata dengan semua perlakuan dengan jumlah daun total tanaman 6 helai. Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Daun Total Anggrek Dendrobium lasinathera Paclobutrazol (ppm)
Waktu pengamatan (MSP) 1
0 5 10 15 20 Uji F KK Keterangan : * ** tn MSP KK
3.32 3.48 3.76 3.36 3.6 tn 9.71
2 3 4 5 6 ……………….helai……………… 3.32 3.32 3.32 4.32 4.56b 3.48 3.48 3.48 4.52 4.92ab 3.76 3.76 3.76 4.76 5.20a 3.36 3.36 3.36 4.04 4.48b 3.6 3.6 3.6 4.2 4.84ab tn tn tn tn * 9.71 9.71 9.71 9.38 7.90 = berbeda nyata pada taraf 5% = berbeda sangat nyata pada taraf 1% = tidak berbeda nyata = Minggu Setelah Perlakuan = Koefisien Keragaman
7
8
5b 5.28b 5.8a 5.04b 5.2b ** 6.79
5.16b 5.52b 6a 5.36b 5.52b ** 5.96
19 Panjang Daun Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata menghambat panjang daun (Tabel 3). Sejak minggu awal setelah perlakuan, rata-rata panjang daun tanaman cenderung meningkat hingga akhir pengamatan. Tabel 3. Rata-Rata Panjang Daun Anggrek Dendrobium lasianthera Paclobutrazol (ppm)
Waktu pengamatan (MSP) 1
0 5 10 15 20 Uji F KK Keterangan : tn KK
2 3 4 5 6 …………………cm………………. 4.28 4.3 4.36 4.39 4.49 4.6 4.9 5.02 5.05 5.06 5.24 5.2 5.39 5.40 5.44 5.44 5.46 5.54 5.24 5.24 5.24 5.25 5.27 5.32 4.75 4.76 4.76 4.77 4.78 4.82 tn tn tn tn tn tn 11.29 11.37 11.38 11.27 11.11 11.24
7
8
4.67 5.34 5.60 5.36 4.86 tn 11.14
4.7 5.41 5.66 5.41 4.89 tn 10.94
= tidak berbeda nyata = Koefisien Keragaman
Lebar Daun Lebar daun tidak dihambat oleh pemberian paclobutrazol pada 1 hingga 5 MSP (Tabel 4). Konsentrasi paclobutrazol 15 ppm berbeda nyata dengan perlakuan 0 ppm, dan 5 ppm. Perlakuan paclobutrazol 15 ppm menghasilkan lebar daun terkecil pada 8 MSP, dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pemberian paclobutrazol menunjukkan respon linier pada 6 dan 7 MSP, serta respon kuadratik pada 8 MSP. Respon linier pada 7 MSP memiliki persamaan y = 0.7344 - 0.01072x, dengan R2 = 0.46 (Gambar 6). Respon kuadratik pada 8 MSP memiliki persamaan y = 0.8037 – 0.02730x + 0.000857x2, dengan R2 = 0.54 (Gambar 7). Pemberian paclobutrazol menurunkan lebar daun anggrek Dendrobium lasianthera pada 6 dan 7 MSP.
20 Tabel 4. Rata-Rata Lebar Daun Anggrek Dendrobium lasianthera Paclobutrazol (ppm)
Waktu pengamatan (MSP) 1
0 5 10 15 20 Uji F KK
2 3 4 5 6 ……………………..cm…………………… 0.46 0.49 0.53 0.58 0.62 0.71a 0.44 0.49 0.50 0.51 0.56 0.6ab 0.48 0.49 0.52 0.52 0.52 0.57bc 0.44 0.45 0.45 0.45 0.46 0.49c 0.48 0.48 0.48 0.48 0.48 0.52bc tn tn tn tn tn * 20.35
Keterangan : * ** tn MSP KK
19.54
17.13
16.22
17.01
13.84
7 0.76a 0.67ab 0.60bc 0.52c 0.57bc **
0.79a 0.70ab 0.62bc 0.56c 0.61bc **
12.96
12.15
= berbeda nyata pada taraf 5% = berbeda sangat nyata pada taraf 1% = tidak berbeda nyata = Minggu Setelah Perlakuan = Koefisien Keragaman
y = 0.7344 – 0.01072x
Gambar 5. Respon Lebar Daun terhadap Pemberian Paclobutrazol pada 7 MSP. y = 0.8037-0.02730X + 0.000857x2
Gambar 6. Respon Lebar Daun terhadap Pemberian Paclobutrazol pada 8 MSP
8
21 Pertambahan Jumlah Tunas Baru Tunas baru pada planlet anggrek Dendrobium lasianthera mulai muncul pada 5 MSP (Tabel 5). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsentrasi paclobutrazol tidak nyata meningkatkan pertambahan jumlah tunas baru pada 5 hingga 8 MSP. Jumlah tunas baru yang dihasilkan tanaman rata-rata tertinggi terdapat pada 5 MSP. Tabel 5. Rata-Rata Pertambahan Jumlah Tunas Baru Anggrek D. lasianthera Paclobutrazol (ppm) 0 5 10 15 20 Uji F KK Keterangan : tn KK
Waktu pengamatan (MSP) 5 0.56 0.64 0.60 0.48 0.52 tn 1.73
6 0.08 0.24 0.20 0.36 0.40 tn 2.93
7 0.12 0.08 0.24 0.40 0.20 tn 2.42
8 0.04 0.04 0.04 0.04 0.12 tn 1.13
= tidak berbeda nyata = Koefisien Keragaman
Jumlah Akar, Panjang Akar, dan Diameter Akar Konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah, panjang, dan diameter akar tanaman anggrek Dendrobium lasianthera (Tabel 6). Panjang akar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan 0 ppm yaitu sebesar 3.85 cm. Pada perlakuan 20 ppm memiliki rata-rata panjang akar terkecil yaitu 3.03 cm. Diameter akar terbesar terdapat pada tanaman kontrol yaitu sebesar 0.17 cm dan terkecil pada perlakuan 5 ppm yaitu sebsar 0.11 cm.
Pada
penelitian
ini
pemberian paclobutrazol menginduksi terbentuknya akar lateral tanaman. Akar lateral terdapat pada seluruh perlakuan dengan paclobutrazol, 5, 10, 15, dan 20 ppm. Tanaman kontrol menunjukkan tidak terdapat akar lateral (Gambar 8).
22 Tabel 6. Rata-Rata R Juumlah Akar, Panjang Akar, A dan Diiameter Akaar Anggrek Dendrobium lasiantheraa pada 8 MS SP Paclobuttrazol (ppm m) 0 5 10 15 20 Uji F KK Keterangan : tn KK
J Jumlah akaar 7.26 7.13 9.79 9.79 7.6 tn 8.50
Panjaang akar priimer (cm) 3.85 3.45 3.69 3.72 3.03 tn 5.68
Diameter akaar (cm) 0.17 0.11 0.16 0.13 0.12 tn 0.73
= tidak berbbeda nyata = Koefisien Keragaman
0 ppm
5 ppm p
15 pp pm
10 ppm
20 ppm
G Gambar 7. Penampilan P n Akar Angg grek Dendroobium lasiaanthera
Warna Daun Waarna daun anggrek Dendrobiu um lasianthhera diam mati pada akhir pengamataan 8 MSP P, dengan menggunak m kan alat SP PAD (Soil Plant Ana alysis Developm ment). Pengaamatan warna daun bertujuan b u untuk melihhat tingkat hijau
23 daun pada planlet anggrek Dendrobium lasianthera setelah diberikan aplikasi paclobutrazol. Rata-rata warna daun tertinggi terdapat pada perlakuan 20 ppm yaitu sebesar 25.33 (Tabel 7). Tabel 7. Rata-Rata Warna Daun Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) 0 5 10 15 20 Uji F KK Keterangan : tn KK
Warna daun 20.99 20.87 23.05 22.44 25.33 tn 20.92 = tidak berbeda nyata = Koefisien Keragaman
Jumlah Klorofil Hasil uji klorofil anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP menunjukkan jumlah klorofil a, b, dan jumlah klorofil (a+b) pada semua perlakuan paclobutrazol memiliki jumlah klorofil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa paclobutrazol (Tabel 8). Tabel 8. Nilai Uji Klorofil a dan b Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) Klorofil a Klorofil b ……………………mg/g…………………… 0 0.2698 0.1598 5 0.2680 0.2366 10 0.2761 0.1669 15 0.4741 0.3736 20 0.3064 0.2198
Klorofil (a+b) 0.4296 0.5046 0.4430 0.8477 0.5262
Kerapatan Stomata Kerapatan stomata anggrek Dendrobium lasianthera diamati pada 8 MSP. menunjukkan bahwa kerapatan stomata daun anggrek Dendrobium lasianthera berkisar antara 50 hingga 86 stomata, dengan perbesaran 40x di bawah mikroskop (Gambar 9).
24 Tabel 9. Kerapatan Stomata Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) 0 5 10 15 20
Kerapatan stomata (per mm2) 66.25 50.96 56.06 66.25 86.64
0 ppm
5 ppm
10 ppm
15 ppm
20 ppm Gambar 8. Stomata dun anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP.
25 Kerapatan Sel Palisade dan Diameter Sel Palisade Kerapatan sel palisade diamati pada 8 MSP, dengan pengamatan dibawah mikroskop pada perbesaran 40x (Gambar 10). Kerapatan sel palisade berkisar antara 229.35 hingga 346.58 (Tabel 11). Pada perlakuan kontrol kerapatan sel palisade dan diameter sel palisade menunjukkan nilai terkecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tabel 10. Kerapatan Sel Palisade dan Diameter Sel Palisade Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) 0 5 10 15 20 Uji F KK Keterangan : tn KK
Kerapatan sel palisade (per mm2)
Diameter sel palisade (nm)
229.35 285.42 305.81 346.58 326.19
32264 34365 35956 36645 41540 tn 8.46
= tidak berbeda nyata = Koefisien Keragaman
0 ppm
5 ppm
26
10 ppm
15 ppm
20 ppm Gambar 9. Sel palisade daun anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP. Tinggi Tanaman Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa perlakuan tanpa aplikasi
paclobutrazol (0 ppm) dan seluruh konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata dalam menghambat tinggi tanaman anggrek Dendrobium lasianthera, pada 4 MSP dan 8 MSP.
27 Tabel 11. Rata-Rata Tinggi Tanaman Anggrek Dendrobium lasianthera Paclobutrazol (ppm)
Waktu pengamatan (MSP) 4 8 1.40 1.47 1.56 1.61 1.36 1.46 1.33 1.38 1.40 1.45 tn tn 19.26 19.05
0 5 10 15 20 Uji F KK Keterangan : tn KK
= tidak berbeda nyata = Koefisien Keragaman
Bobot Segar Tanaman Bobot segar tanaman anggrek Dendrobium lasianthera diamati pada 8 MSP. Hasil analisis menunjukkan bahwa bobot segar tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi paclobutrazol yang diberikan (Tabel 12). Bobot segar tanaman anggrek Dendrobium lasianthera berkisar antara 0.60 hingga 0.86 g. Tabel 12. Rata-Rata Bobot Segar Tanaman Anggrek D. lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) 0 5 10 15 20 Uji F KK Keterangan : tn KK
Bobot (g) 0.67 0.60 0.86 0.76 0.60 tn 4.04 = tidak berbeda nyata = Koefisien Keragaman
Pembahasan Aklimatisasi adalah suatu proses dari suatu organisme untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan (Dinarti et al., 2007). Keberhasilan aklimatisasi akan menentukan persentase tumbuh bibit
di lapangan. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa persentase tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera selama 4 MSP dengan pemberian paclobutrazol 5-20 ppm, menunjukkan persentase tumbuh yang tinggi yaitu diatas 90%, sedangkan pada tanaman kontrol penurunan persen tumbuh mulai terlihat sejak 3 MSP.
28 Persentase tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera terus mengalami penurunan pada seluruh perlakuan dari 5 hingga 8 MSP, dan rata-rata mencapai 78 % pada 8 MSP. Penurunan persentase tumbuh diduga karena suhu di dalam green house yang berkisar antara 25 - 40oC dan kelembaban berkisar 5275%. Tingginya suhu dan rendahnya kelembaban udara di green house menyebabkan tanaman anggrek Dendrobium lasianthera layu, sehingga mengalami kematian. Anatomi daun anggrek dari perbanyakan in vitro yang memiliki lapisan kutikula kurang berkembang menyebabkan laju transpirasi tanaman tinggi, dan tidak adaptif terhadap kondisi in vivo, sehingga efektivitas paclobutrazol masih rendah. Efektivitas paclobutrazol ditentukan oleh cara aplikasi dan konsentrasi yang diberikan. Cara aplikasi melalui perendaman yang diduga kurang efektif dan konsentrasi paclobutrazol yang masih rendah, membuat persen tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera belum maksimal. Planlet anggrek Dendrobium lasianthera setelah aklimatisasi diharapkan memiliki persentase tumbuh yang tinggi, hijau daun meningkat, dan memiliki jumlah akar hidup yang optimal. Hasil
penelitian
Syahid
(2007)
menunjukkan
pengaruh
retardan
paclobutrazol terhadap pertumbuhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) selama konservasi in vitro, pada tahap aklimatisasi di rumah kaca pada umur 2 bulan cukup tinggi karena bibit dapat tumbuh dan hidup dengan baik, serta berkembang dengan sempurna secara morfologi baik dalam bentuk batang dan daun tanpa menunjukkan adanya penyimpangan dalam penampilannya secara visual di rumah kaca. Jumlah daun total anggrek Dendrobium lasianthera pada akhir pengamatan menunjukkan bahwa tanaman kontrol (0 ppm) memiliki jumlah daun paling sedikit dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan 10 ppm yang memberikan jumlah daun terbanyak sebesar 6 helai. Hal yang berbeda ditemukan pada penelitian Syahid (2007) konservasi in vitro temulawak, jumlah daun temulawak
yang
dihasilkan
tidak
berbeda
pada
berbagai
konsentrasi
paclobutrazol. Perbedaan hasil penelitian ini diduga karena jumlah daun dihitung dari jumlah tunas awal dan tunas baru yangg muncul, berdasarkan jumlah tunas yang diberi aplikasi paclobutrazol cenderung mempunyai jumlah daun lebih
29 banyak dibandingkan dengan kontrol. Krishnamoorthy (1981) menyatakan bahwa retardan merupakan senyawa kimia yang mempunyai efek fisiologis menghambat pemanjangan
sel
dipengaruhinya.
di
meristem
Pemberian
apikal,
paclobutrazol
sedangkan
jumlah
daun
tidak
dalam
penelitian
ini
tidak
mempengaruhi jumlah daun anggrek Dendrobium lasianthera. Pemberian paclobutrazol yang semakin tinggi menurunkan lebar daun tanaman anggrek Dendrobium lasianthera. Tanaman kontrol memiliki ukuran lebar daun lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol. Sesuai dengan pernyataan Wattimena (1988) bahwa pengaruh pemberian retardan dapat menghambat proses sintesis giberelin, atau biasa disebut anti giberelin. Paclobutrazol menghambat sintesis giberelin dengan cara menghambat oksidasi kaurene menjadi asam kaurenat. Terhambatnya sintesis giberelin mengakibatkan pemanjangan sel pada meristem sub apikal berjalan lambat (Khrisnamoorthy, 1981). Pada 8 MSP terdapat respon kuadratik yang diduga efektivitas paclobutrazol mulai menurun, dengan ditunjukkan oleh lebar daun tanaman yang mengalami peningkatan. Panjang daun dalam penelitian ini tidak dihambat oleh paclobutrazol. Hal tersebut
menunjukkan
bahwa
aplikasi
paclobutrazol
tidak
menghambat
pemanjangan sel daun tanaman anggrek Dendrobium lasianthera. Panjang daun yang tidak terhambat akan memberikan respon baik terhadap tanaman, sehingga tanaman tetap dapat hidup dan tumbuh normal tanpa adanya penghambatan. Pertumbuhan tunas yang terdapat pada meristem apikal tidak dipengaruhi oleh pemberian paclobutrazol. Pada penelitia ini aplikasi paclobutrazol tidak menekan pertambahan jumlah tunas baru anggrek Dendrobium lasianthera. Hal berbeda ditemukan pada hasil penelitian Syahid (2007) pengaruh retardan paclobutrazol terhadap pertumbuhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) selama konservasi in vitro, konsentrasi tinggi paclobutrazol 5.0 mg/L mampu menekan jumlah tunas yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa paclobutrazol. Pada semua perlakuan paclobutrazol, tunas-tunas baru masih bertambah sampai kultur berumur tujuh bulan walaupun dalam jumlah sedikit. Menurut Syahid (2007) bertambahnya jumlah tunas diduga kandungan sitokinin endogen di dalam jaringan cukup tinggi sehingga pada perlakuan
30 tersebut tunas baru masih terbentuk. Hasil yang sama pada penelitian ini diduga sitokinin endogen cukup tinggi, sehingga petambahan jumlah tunas masih terlihat. Akar pada tanaman merupakan bagian terpenting dalam penyerapan hara. Jumlah akar yang semakin banyak memungkinkan penyerapan hara dan pertumbuhan tanaman lebih baik. Akar merupakan jaringan tanaman yang berasal dari meristem apikal, sedangkan paclobutrazol bekerja pada meristem sub apikal. Pada hasil penelitian ini pemberian paclobutrazol tidak menurunkan jumlah, panjang, dan diameter akar anggrek Dendrobium lasianthera. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Syahid (2007) pada tanaman temu lawak dan Rosita et al. (2008) pada tanaman nilam bahwa pemberian beberapa konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tiga varietas nilam memberikan pengaruh yang tidak berbeda. Pada penelitian ini pengaruh paclobutrazol menginduksi terbentuknya akar lateral anggrek Dendrobium lasianthera. Akar lateral terdapat pada seluruh perlakuan konsentrasi paclobutrazol 5, 10, 15, dan 20 ppm. Tanaman kontrol tidak menghasilkan akar lateral (Gambar 8). Menurut Early dan Martin (1988) pemberian paclobutrazol meningkatkan ketebalan akar dan menyebabkan munculnya akar lateral pada daerah dekat ujung akar. Terbentuknya akar lateral akan meningkatkan ketegaran tanaman, sehingga potensi tumbuh akan lebih baik. Munculnya akar lateral diduga karena efektivitas fotosintesis yang meningkat, secara tidak langsung akan meningkatkan sinsetis auksin endogen. Auksin disintesis pada apeks tajuk dan ujung akar dan salah satu peran fisiologis auksin adalah inisiasi akar lareral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akar lateral, kerapatan stomata, dan warna daun tertinggi terdapat pada aplikasi paclobutrazol 20 ppm. Akar lateral, kerapatan stomata, dan warna daun yang meningkat diduga akan meningkatkan asimilat yang dihasilkan dan secara tidak langsung akan meningkatkan potensi hidup lebih baik bagi tanaman. Warna daun tanaman berkisar antara 20.87-25.33 dan warna daun terendah ditunjukkan pada tanaman kontrol. Warna daun mencerminkan kandungan klorofil pada daun. Mattjik et al., (1994) menyatakan bahwa retardan merupakan zat pengatur tumbuh yang
telah dibuktikan dapat mempengaruhi ketegaran
planlet dan menambah butir-butir klorofil. Harjadi (2009) menyatakan bahwa
31 tanaman yang diberi zat penghambat tumbuh (retardan) menunjukkan daun yang lebih hijau. Jumlah klorofil a, klorofil b, dan klorofil (a+b) cenderung lebih tinggi pada tanaman yang diberi paclobutrazol dibandingkan dengan tanaman kontrol. Jumlah klorofil yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan efektivitas proses fotosintesis pada daun, yang kemudian akan meningkatkan pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera. Jumlah sel palisade berkisar 229.35 hingga 346.58. Semakin besar jumlah sel palisade dalam sel tanaman, diduga tebal daun, kandungan klorofil dan ketegaran daun akan semakin meningkat. Menurut pendapat Wattimena (1988) pemberian paclobutrazol dapat menyebabkan perubahan karakteristik daun seperti penurunan ukuran sel, ruang interseluler, meningkatkan kandungan klorofil, jumlah sel parenkim palisade dan menahan pembukaan stomata. Sel palisade berbentuk seperti tiang atau berbentuk seperti pagar yang terdiri dari satu atau beberapa lapis sel yang mengandung kloroplas. Fungsi dari sel palisade terspesialisasi untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis. Bentuk dan susunan sel palisade memungkinkan kloroplas terlokalisasi pada posisi strategis untuk menyerap cahaya matahari secara maksimal. Area permukaan sel yang bebas dari kontak dengan sel lain merupakan faktor yang menentukan tingginya efisiensi fotosintesis (Iriawati, 2009). Besarnya diameter sel palisade berhubungan dengan kandungan klorofil pada daun tanaman. Diameter sel palisade yang semakin besar diduga akan meningkatkan kandungan klorofil dalam sel. Jumlah stomata tanaman anggrek Dendrobium lasianthera berkisar antara 50.96 - 86.64 per mm2. Fungsi dari stomata adalah (1) sebagai jalan masuk dan keluarnya CO2 maupun O2 dari udara pada waktu proses fotosintesis dan respirasi, (2) sebagai jalan penguapan (transpirasi), (3) serta sebagai jalan masuk unsur hara yang diberikan melalui daun. Semakin banyak dan besar ukuran stomata daun semakin tinggi laju transpirasi pada daun sehingga akan mempengaruhi laju transportasi zat hara dari akar ke daun (Pandey dan Sinha, 1972). Aplikasi paclobutrazol tidak menurunkan tinggi dan bobot segar tanaman anggrek Dendrobium lasianthera. Hal ini sejalan dengan penelitian Rosita et al. (2008) pemberian paclobutrazol pada tiga varietas nilam memberikan pengaruh
32 yang tidak berbeda terhadap karakter tinggi tunas dan bobot basah planlet nilam dan Satjapradja (2006) pada Agathis loranthifolia. Tanaman anggrek tergolong tanaman yang cukup lambat dalam pertumbuhannya, sehingga pemberian paclobutrazol tidak menghambat pertumbuhan tanaman. Aplikasi paclobutrazol memberikan respon positf terhadap pertumbuhan planlet
anggrek
Dendrobium
lasianthera.
Respon
positif
dari
aplikasi
paclobutrazol ditunjukkan dengan munculnya akar lateral, meningkatnya warna hijau daun, meningkatnya kerapatan stomata dan diameter sel palisade, tidak menghambat panjang daun dan tinggi tanaman. Pengaruh positif tersebut diduga membuat kondisi tanaman menjadi lebih tegar dan kokoh, sehingga potensi hidup dan pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera setelah aklimatisasi akan lebih baik.
33
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan pemberian paclobutrazol hingga 20 ppm belum mampu meningkatkan persentase tumbuh tanaman anggrek Dendrobium lasianthera. Pemberian paclobutrazol meningkatkan jumlah daun total dan menurunkan lebar daun tanaman anggrek Dendrobium lasianthera pada 6, 7, dan 8 MSP. Perlakuan 10 ppm paclobutrazol menghasilkan rata-rata jumlah daun total planlet tertinggi yaitu 6 helai pada 8 MSP. Lebar daun terkecil ditunjukkan pada perlakuan paclobutrazol 15 ppm sebesar 0.56 cm pada 8 MSP. Respon positif dari aplikasi paclobutrazol ditunjukkan dengan munculnya akar lateral, meningkatnya warna hijau daun, meningkatnya kerapatan stomata dan diameter sel palisade, serta tidak menghambat panjang daun dan tinggi tanaman. Pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata pada panjang daun, jumlah tunas, warna daun, jumlah akar, panjang akar, diameter akar, diameter sel palisade, tinggi tanaman, dan bobot segar tanaman. Berdasarkan data peubah persentase tumbuh, akar lateral yang terbentuk, warna daun, diameter sel palisade, dan jumlah stomata, pemberian paclobutrazol 20 ppm merupakan perlakuan terbaik.
Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai lama perendaman, cara aplikasi paclobutrazol melalui penyemprotan pada daun maupun aplikasi penyiraman pada media tanam dan konsentrasi paclobutrazol yang lebih tinggi dari 20 ppm. Penelitian sebaiknya dilakukan di green house dengan intensitas cahaya rendah seperti penggunaan paranet dengan persentase naungan lebih tinggi untuk mengurangi intensitas cahaya dan frekuensi penyiraman lebih sering.
34
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Anggrek Stuberi Dendrobium http://www.plantamor.com. [ 12 Maret 2012].
lasianthera.
Badan Pusat Statistik. 2010. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Anggrek 2009-2010. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 4 hal. Cathey, H.M. 1975. Comparative plant growth-retarding activities of Ancymidol with ACPA, Phosfon, Chlormequat, and SADH on ornamental plant species. Hort.Sci. 10(3):204-216. Darmono, D.W. 2008. Agar Anggrek Rajin Berbunga. Penebar Swadaya. Jakarta. 95 hal. David,. 2010. Dendrobium lasianthera J.J Sm 1932. http://d-orchid.blogspot.com. [10 September 2011]. Dinarti, D., A. Purwito, dan A.D. Susila. 2007. Optimalisasi Daya Regenerasi dan Multiplikasi Tunas In Vitro Bawang Merah untuk Mendukung Penyediaan Bibit Berkualitas. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 89 hal. Destri dan T. Jodi. 2006. Koleksi Anggrek Kebun Raya Cibodas. LIPI UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas. Cianjur. 83 hal. Direktorat Jendral Hortikultura. 2011. Data Ekspor Impor Anggrek 2006-2010. Jakarta: Departemen Pertanian. Early, J.D.Jr., and G.C. Martin. 1988. Sensitivity of peach seedling vegetative growth to paclobutrazol. J. Amer. Soc. Hort. Sci., 113:23-27. Dalam R. Poerwanto dan H. Inoue. Pengaruh paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan pembungaan jeruk satsuma mandarin pada beberapa kondisi suhu. 1994. Bul. Agron. 22(1):55-67. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (diterjemahkan dari: Physiology of Crop Plants, penerjemah: H. Susilo). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal. Gilbert, P.A. 1953. A beautiful Dendrobium from New Guinea. Australian Orchid Review. 18:58 Gomez, G.K.A., dan A.A. Gomez. 2007. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Edisi kedua. Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta. 698 hal. Harjadi, S.S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar Sawadaya. Jakarta. 76 hal.
35 Hazarika, B.N. 2003. Acclimatization of tissue cultured plants. Current Science 85(12):1704-1712. Herlina, D. dan K. Dwiatmini. 1996. Peran Zat Pengatur Tumbuh dan Dosis Pupuk Organik terhadap Induksi Pembungaan Melati (Jasminum sambac) sebagai Tanaman Pot. Laporan Penelitian Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta. 14 hal. Iriawati. 2009. Struktur dan Fungsi Daun. Institut Teknologi Bandung. 22 hal. Krishnamoorthy, H.N. 1981. Plant Growth Substances Including Aplication in Agriculture. Tata Mc. Graw-Hill Pub. Co. Ltd. New Delhi. 241 p. Latif, S.M. 1960. Bunga Anggrek Permata Belantara Indonesia. Sumur Bandung. Bandung. 105 hal. Lestari, E.G. dan R. Purnamaningsih. 2005. Penyimpanan in vitro tanaman obat daun dewa melalui pertumbuhan minimal. AgroBiogen 1(2):68-72. Mattjik, N. A., E. Prasetyo dan J. Wiroatmodjo, 1994. Penggunaan retardan pada media kultur in vitro Zingiber officinale Rosc untuk memperoleh ketegaran plantlet. Makalah dalam Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Bio-teknologi II. Puslitbang Biotek-nologi LIPI. 6 - 7 September. 20 hal. Pandey, S.N. dan B.K. Sinha. 1972. Plant Physiology. Edisi kedua. Vikas Press PVT LTD. New Delhi. Purohit, S.S. 1986. Hormonal regulation of plant growth and development Volume III. Agro Botanical Publishers. http://www.OVPg.org/98otrios.htm.india. [2 September 2011]. Rosita, E., M. Ariyanti, dan S. Amin. 2008. Induksi akar dari eksplan daun tiga varietas nilam dalam media ms yang mengandung paclobutrazol in vitro. Zuriat 19(1):179-192. Sandra, E. 2010. Mengenal Hama pada http://www.EshaFlora.com. [ 13 Januari 2012].
Tanaman
Anggrek.
Satjapradja, O., L. Setyaningsih, D. Syamsuwida, dan A. Rahmat. 2006. Kajian penggunaan paclobutrazol terhadap pertumbuhan semai Agathis loranthifolia. Manajemen Hutan Tropika 12(1):63-73. Sitepu, R. 2007. Respon Petumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) terhadap Pupuk Kalium dan Paclobutrazol. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. 67 hal.
36 Subhan. 2010. Mengenal Dendrobium. http://subhan98.wordpress.com. [10 September 2011]. Sumartono. 1981. Anggrek untuk Rakyat. PT Bumi Restu. Jakarta. 87 hal. Syahid, S.F. 2007. Pengaruh retardan paclobutrazol terhadap pertumbuhan temu lawak (Curcuma xanthorrhiza) selama konservasi in vitro. Littri 13(3):93-97. Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 475 hal. Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor. 145 hal. Yoshida, S., D.A. Forno, J.H. Coock, and K.A. Games. 1976. Laboratorium Manual for Physiologal Studies of Rice. The International Rice Research Institute. Manila. Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Edisi 1. PT Bumi Aksara. Jakarta. 250 hal.
LAMPIRAN
38 Tabel Lampiran 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Peubah-Peubah yang Diamati pada Perlakuan Berbagai Konsentrasi Paclobutrazol No Peubah Umur (MSP) Pengaruh Perlakuan 1 2
Persen Tumbuh Planlet Jumlah Daun Total
3 4
Panjang Daun Lebar Daun
5
Pertambahan Jumlah Tunas Jumlah Akar Panjang Akar Diameter Akar Warna Daun Jumlah Klorofil Kerapatan Stomata Kerapatan Sel Palisade Diameter Sel Palisade Tinggi Tanaman Bobot Segar Tanaman
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Keterangan : * ** tn MSP
1–8 1–5 6, 7 8 1–8 1–5 6 7, 8 1–8
tn tn * ** tn tn * ** tn
8 8 8 8
tn tn tn tn
8 4, 8 8
tn tn tn
= berbeda nyata pada taraf 5% = berbeda sangat nyata pada taraf 1% = tidak berbeda nyata = Minggu Setelah Perlakuan
39
Gambar Lampiran L 1.. Perendamaan Planlet Anggrek A Deendrobium llasianthera Pada Laarutan Pacloobutrazol.
Gambar Lampiran 2. 2 Green Hoouse Kebun n Percobaan Cikabayann, IPB Dram maga (a); Planlett Anggrek Dendrobium D m lasianthera dalam Pott Pada Rak besi b (b).
40
Gam mbar Lampiiran 2. Planlet anggrek Dendrobiuum lasiantheera 0 MSP
a
b
c
d
e Gambaar Lampirann 3. Planlet anggrek Deendrobium lasiantheraa pada 8 MS SP a; 0 ppm m, b; 5 ppm m, c; 10 ppm m, d; 15 ppm m, e; 20 ppm m.