akan diberikan grafik senstivitas IRR pada skenario 2 dan skenario 3.
Gambar 3.3. Grafik sensitivitas IRR pada skenario 2
Gambar 3.4. Grafik sensitivitas IRR pada skenario 3
Berdasarkan Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 dapat terlihat bahwa kenaikan dan penurunan nilai hingga 10% untuk biaya bahan bakar, harga listrik, pajak, biaya maintenance, inflasi, dan modal tetap menunjukkan kedua skenario proyek tidak layak. Hal ini disebabkan perubahan nilai tersebut tetap menyebabkan nilai IRR kedua skenario kurang dari nilai IRR benchmark (16,73%). Demikian pula untuk parameter NPV dan B/C R yang tetap menunjukkan bahwa NPV kedua skenario kurang dari 0 dan nilai B/C R kurang dari 1. Selain itu, berdasarkan Gambar 3.3 dan Gambar 3.4 tersebut juga dapat terlihat bahwa garis yang menunjukkan modal, harga bahan bakar, dan inflasi memiliki gradien garis yang curam dibanding lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga faktor tersebut merupakan faktor kritis yang mempengaruhi sensitivitas kelayakan proyek. Dengan demikian ketiga faktor tersebut perlu mendapat controlling dan monitoring yang lebih intensif dibanding lainnya oleh tim proyek CDM yang ada. 1. Analisis praktek umum Penggunaan bahan bakar alternatif dalam industri semen di Indonesia bukanlah hal yang baru. Salah satu competitor SG yaitu Holcim telah terlebih dahulu menggunakan bahan bakar alternatif dengan menggunakan proyek CDM. Dari langkah-langkah penilaian additionality yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan proyek CDM untuk skenario 2 dan skenario 3 bersifat additional. Sehingga kedua skenario tersebut dapat
dijadikan aktivitas proyek CDM dan dapat dilanjutkan pada perhitungan pengurangan emisi. 5. Perhitungan Pengurangan Emisi dan Pemilihan Skenario Proyek CDM Perhitungan pengurangan emisi ini didasarkan pada persamaan yang terdapat pada Approved baseline methodology ACM0003 “Emissions reduction through partial substitution of fossil fuels with alternatif fuels or less carbon intensive fuels in cement manufacture”. Pengurangan emisi diperoleh dari perhitungan emisi baseline dikurangi emisi proyek dan leakage. ERy = EBy - EPy – leakage. 5.1 Emisi Baseline Emisi baseline (BEy) = emisi baseline dari bahan bakar yang digantikan oleh bahan bakar alternatif (BEFF,y) + emisi metana baseline yang dihindari dari pencegahan pembakaran residu pembakaran yang tidak terkontrol (BECH4,biomass,y). 5.1.1 Perhitungan BEFF,y a. Mengestimasikan nilai “project specific fuel penalty” (FPy) Project specific fuel penalty” dibutuhkan karena pembakaran tipe pembakaran biomasa yang lebih kasar akan mengurangi efisiensi transfer panas dalam proses produksi klinker. Karena itu, penggunaan biomasa akan meminta inputan panas yang lebih besar untuk memproduksi klinker dalam kuantitas dan kualitas yang sama dengan produksi klinker eksisting. Persamaan yang digunakan adalah
FPy = Pclinker,y + (SECclinker,PJ,y − SECclinker,BL) Pklinker,y adalah jumlah klinker yang diproduksi selama tahun ke y. Pada periode proyek klinker yang digunakan sebesar 2.364.764.928 kg, nilai SECklinker,PJ,y merupakan konsumsi kalor spesifik saat proyek berlangsung selama tahun ke y nilainya 3,84991(MJ.kg), dan SECklinker,BL adalah 3,84255 MJ/Kg. Sehingga jika dimasukkan ke dalam persamaan diperoleh nilai FPy sebesar 17.405.987,05 MJ untuk kedua skenario. b. Menentukan faktor emisi baseline Faktor emisi baseline yang digunakan adalah 0,09427 (kgCO2/MJ). c. Perhitungan nilai BEFF,y Emisi baseline dari bahan bakar yang digantikan oleh bahan bakar alternatif (BEFF,y) diperoleh berdasarkan persamaan ⎡ BE FF , y = ⎢ ∑ ( FC PJ , k , y × NCV ⎣ k
k,y
⎤ ) − FP y ⎥ × EF CO 2 , BL , y ⎦
1
Tabel 4.1 Perhitungan nilai BEFF,y pada skenario 2
Tabel 4.3 Perhitungan BECH4,biomass,y pada skenario 2
Tabel 4.4 Perhitungan BECH4,biomass,y pada skenario 3 Tabel 4.2 Perhitungan nilai BEFF,y pada skenario 3
4.1.3 Perhitungan nilai BEy Nilai BEy = BEFF,y + BECH4,y. Nilai BEy dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Perhitungan BEy pada skenario 2 dan 3
5.1.2 Perhitungan BECH4,biomass,y BECH4,biomass,y merupakan emisi baseline yang disebabkan oleh residu biomasa ditimbun atau dibiarkan membusuk dalam kondisi aerobic atau membakar residu biomasa dalam kondisi tidak terkontrol tanpa menggunakannya untuk tujuan energi. Persamaan yang digunakan adalah BECH 4,biomasa , y = GWPCH 4 ⋅ ∑ FC PJ ,k , y ⋅ NCVk , y ⋅ EFburning ,CH 4,k , y k
Nilai GWPCH4 sebesar 21. Sedangkan faktor emisi CH4 untuk pembakaran residu biomasa yang tidak terkontrol (EFburning,CH4) dapat dilihat pada metodologi baseline ACM0003 yaitu sebesar 0,001971 kgCO2/MJ.
5.2 Emisi Proyek Emisi proyek merupakan emisi yang dihasilkan akibat dari aktivitas proyek. PE y = PEk , y + PE FC , y + PE EC , y + PET , y + PE BC , y
5.2.1 Perhitungan nilai PEk,y, PEFC,y, dan PEBC,y PEk,y merupakan emisi proyek yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar
2
alternatif dalam proyek selama periode proyek (y). PEFC,y merupakan emisi proyek karena penambahan pembakaran bahan bakar fosil selama periode proyek. Sedangkan PEBC,y merupakan emisi proyek dari penanaman biomasa yang dapat diperbaharui yang dilakukan selama periode proyek (tCO2e). Ketiga nilai tersebut nilainya adalah nol. 5.2.2 Perhitungan nilai PEEC,y PEEC,y merupakan emisi proyek karena penambahan konsumsi listrik selama periode proyek. Selama masa trial (tahun 2009) terjadi penambahan konsumsi linstrik untuk skenario 2 sebesar 72Kwh/hari. Sedangkan untuk skenario 3 sebesar 144Kwh/hari. Sehingga jumlah konsumsi listrik (EC) tiap tahunnya menjadi 72 kwh/hari x 360 hari = 25920 kwh = 25,92 MWh/tahun (skenario 2) dan 144 kwh/hari x 360 hari = 51840 kwh = 51,84 MWh/tahun (skenario 3). Persamaan PEEC,y adalah PEEC,y = ECy(MWh) x EFEL,y (TCO2/MWh) x (1+TDLj). Mengacu pada Methodological tool “Tool to calculate baseline, project and/or leakage emissions from electricity consumption” versi 1 oleh UNFCCC, nilai faktor emisi listrik (EFEL,y) sebesar 1,3 TCO2/MWh dan nilai distribusion losses (TDLj) sebesar 20%. Dengan demikian nilai emisi proyek akibat penambahan konsumsi listrik (PEEC,y) untuk skenario 2 sebesar 40,4352 tCO2/tahun selama periode proyek dan skenario 3 sebesar 80,8704 tCO2/tahun selama periode proyek. 5.2.3 Perhitungan nilai PET,y PET,y merupakan emisi proyek dari pembakaran bahan bakar fosil untuk transportasi bahan bakar alternatif ke lokasi plant proyek. Persamaannya PE T , y =
∑
AF T , k , y
k
TL
⋅ AVD
y
⋅ EF km , CO 2 , y
y
Mengacu pada laporan monitoring “Replacement Of Fossil Fuel By Palm Kernel Shell Biomass In The Production Of Portland Cement “ yang dikeluarkan UNFCCC dapat diketahui bahwa nilai faktor emisi (EF) dari truk yang digunakan adalah 1.097 kgCO2/km. Untuk nilai TLy (load truk) sudah ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 3500 kg. Jarak yang ditempuh di skenario 2 sebesar 306 km dan jarak di skenario 3 sebesar 1078km. Tabel 4.6 Perhitungan PET,y pada skenario 2 dan 3
5.2.4 Perhitungan nilai PEy Setelah mengetahui nilai masing-masing jenis emisi proyek, maka selanjutnya dilakukan perhitungan emisi proyek total (PEy). Nilai PEk,y, PEFC,y, dan PEBC,y adalah nol. Sehingga nilai PEy merupakan penjumlahan dari PEEC,y dan PET,y. Tabel 4.7 Perhitungan PEy pada skenario 2 dan 3
5.3 Leakage Leakage merupakan emisi yang terjadi diluar batasan proyek tetapi emisi tersebut disebabkan oleh kegiatan proyek. Dalam tipe kegiatan proyek ini, dua sumber leakage yang harus dipertimbangkan (ACM 003) adalah a) Dalam aktivitas proyek yang menggunakan residu biomasa, kegiatan proyek akan menghasilkan kenaikan emisi dari pembakaran bahan bakar fosil atau sumber bahan bakar lain karena diversifikasi residu biomasa untuk plant proyek sebagai hasil dari kegiatan proyek. → dalam kasus ini, nilai leakage diasumsikan nol karena ketersediaan residu biomasa sebagai bahan bakar alternatif sangat banyak. b) Penggunaan less carbon intensive fossil fuel dalam aktivitas proyek, leakage
3
merupakan hasil m h dari keegiatan ekstrrasi, p proses, liquuefaction, trransportasi, reg gasification and distribuusi bahan baakar f fosil diluar batasan b proyyek. Leakagee ini a akan menghssilkan emisi CH4 dan CO O2. → →dalam kassus ini leakaage diasumsiikan n karena tidak sesuai dengan nol d kegiatan p proyek yangg diusulkan, baik itu unntuk s skenario 2 maupun m skenaario 3. Berdasarrkan poin b dan c di attas, maka dapat diasumsiikan bahwaa nilai leakaage baik unntuk skenarioo 2 maupun skenario s 3 addalah nol. hitungan Pen ngurangan Emisi E (ERy) 5.4 Perh P Pengurangan n emisi dapaat dicari denngan persamaaan ERy = EB E y - EPy – LEy. Leakkage
nilainyaa adalah noll.
Gambaar 4.1 Grafik pengurangan p e emisi skenarioo 2
tiap tahunnyya dengan harga CER.. Dari hasill finansial ddapat diketaahui bahwaa perhitungan p setelah adannya pendapattan CER mak ka nilai IRR R skenario 2 menjadi m 22,9445%, nilai NPV N menjadii 10.832.931.6661, dan raasio B/C meenjadi 1,43.. Karena ketiiga nilai teersebut lebih h dari nilaii parameter p benchmark m maka skenario 2 menjadii layak setelaah adanya ppendapatan CER (dapatt dilihat pada Gambar 4.3--4.5). Sedaangkan nilaai pengembaalian modall dari skenarioo 2 ini diperooleh dalam jaangka waktuu 9,4 tahun ataau 9 tahun 4 bulan 24 harri. 5.5.2 Analissis Finansiall Skenario 3 Perhitungan nilai IRR R, NPV, B/C R, dann Payback P Perriod Seteelah pendapatan CER dimasukkann dalam cashf hflow maka dihasilkan nilai IRR R sebesar 23,9992%, NPV sebesar 34.9 958.438.387,, dan rasio B//C sebesar 1,,67. Ketiga nilai n tersebutt sudah melebbihi nilai IR RR, NPV, daan rasio B/C C yang ditetappkan sebagaai benchmarrk sehinggaa skenario 3 sudah s layak secara finan nsial setelahh adanya penndapatan CE ER (dapat dilihat d padaa Gambar 4.3--4.5). Sedaangkan nilaai pengembaalian modall dari skenarioo 3 ini diperooleh dalam jaangka waktuu 9,3 tahun ataau 9 tahun 3 bulan 16 harri.
Gam mbar 4.3 Grafiik perubahan IRR I Gambaar 4.2 Grafik pengurangan p e emisi skenarioo 3
nsial dengaan Pendapaatan 5.5 Anaalisis Finan CER P Pada subbabb ini akan diiberikan anaalisis finansiall ketika penndapatan CE ER dimasukkkan dalam caashflow massing-masing skenario. Haarga CER yanng berlaku saaat ini adalahh 12.26 Euroo/ton CO2 (ECX ( CER R Daily Futures F Conttract 13/3/20009-30/11/20009) dan 1 uero = Rp 13.243,442 sehinggaa harga CE ER adalah Rp 162.364,,2154/tonCO O2. 5.5.1 An nalisis Finan nsial Skenarrio 2 Perhitunngan nilai IRR, NPV, B/C R, dan Paybackk Period dari peenjualan CER P Pendapatan C dimasukkkan ke dalaam cashflow w yang berpeeran sebagai inflow. Pendapatan pennjualan CER R ini diperolehh dari perkaalian antara emisi reducction
Gam mbar 4.4 Grafik perubahan NPV N
Gambaar 4.4 Grafik pperubahan rassio B/C
4
5.6 Analisis Sensitivitas Pada analisis sensitivitas tahap uji additionality, telah diketahui bahwa faktorfaktor yang paling berpengaruh terhadap sensitivitas parameter kelayakan adalah harga bahan bakar, modal, dan inflasi. Pada subbab ini juga akan dilakukan analisis sensitivitas perubahan parameter kelayakan terhadap ketiga faktor kritis tersebut. Namun karena sudah dilakukan perhitungan pengurangan emisi, maka ditambahkan faktor harga CER sebagai faktor sensitivitas.
Gambar 4.5 Grafik sensitivitas IRR pada skenario 2 setelah adanya pendapatan CER
Gambar 4.6 Grafik sensitivitas IRR pada skenario 3 setelah adanya pendapatan CER
Berdasarkan Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 tersebut dapat diketahui bahwa faktor modal dan harga CER merupakan faktor kritis yang memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan nilai IRR. Hal ini ditunjukkan dengan garis yang memiliki gradien yang lebih curam dibanding lainnya. Dengan demikian perusahaan perlu mengontrol modal investasi dan harga CER agar proyek dapat terus layak. 5.7 Analisis Benefit Lingkungan dan Sosial dari Skenario Aktivitas Proyek Tujuan utama dilakukannya proyek CDM di PT Semen Gresik adalah mengurangi dampak global warming melalui pengurangan emisi dari proses produksi yang ada. Dari segi lingkungan dalam skenario 2, akan dihasilkan rata-rata emisi sekitar 21.061 tonCO2 tiap tahunnya jika tidak dilakukan penggantian bahan bakar. Sedangkan untuk skenario 3, akan berpeluang menghasilkan emisi sekitar 43.108,96 tonCO2 tiap tahunnya atau 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan skenario 2 jika tidak
ada penggantian bahan bakar. Dari segi sosial, pada skenario 2 akan menghasilkan pendapatan kepada petani sekitar Rp 9.644.632.833 /tahun dan pada skenario 3 Rp 14.655.005.190/tahun. Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dilihat dari segi finansial skenario proyek dan analisis benefit lingkungan dan sosial yang dipilih adalah skenario 3. 6. Penutup 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Berdasarkan uji additionality, dapat diketahui bahwa skenario 2 (aktivitas proyek penggantian sekam) dan skenario 3 (aktivitas proyek penggantian sekam , tongkol jagung, kulit kacang tanah, dan limbah kelapa) menunjukkan indikator finansial proyek (IRR dan NPV) kurang dari nilai IRR dan NPV benchmark dan nilai rasio B/C tetap kurang dari 1. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua skenario tidak layak dilakukan sehingga kedua skenario tersebut tidak menarik secara finansial tanpa adanya pendapatan dari penjualan CER. Dengan demikian, setelah komponen pendapatan CER dimasukkan ke dalam cashflow, kedua skenario tersebut menjadi layak dilakukan sebagai proyek CDM. 2. Pada analisa sensitivitas nilai IRR, NPV, dan B/C R tanpa adanya pendapatan CER terhadap perubahan faktor-faktor yang terdapat pada cashflow proyek baik untuk skenario 2 maupun 3, seperti perubahan prosentase besarnya modal, harga bahan bakar, pajak, maintenance, inflasi, dan harga listrik tetap menunjukkan indikator finansial proyek (IRR, NPV) kurang dari nilai IRR dan NPV benchmark dan nilai rasio B/C tetap kurang dari 1. Hal ini membuktikan bahwa kedua skenario tersebut tidak menarik secara finansial tanpa adanya perdagangan karbon. Dari keenam faktor tersebut, perubahan prosentase besarnya modal, harga bahan bakar, dan inflasi menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap nilai IRR, NPV, dan rasio B/C. Hal ini menunjukkan bahwa faktor modal, harga bahan bakar, dan inflasi merupakan faktor kritis terhadap sensitivitas kelayakan skenario 2 dan skenario 3. 3. Hasil analisis sensitivitas setelah pendapatan CER dimasukkan ke dalam cashflow terhadap faktor-faktor kritis yang diperoleh
5
dari uji additionality dan harga CER menunjukkan bahwa nilai IRR dan NPV skenario 2 dan skenario 3 tetap lebih dari nilai IRR dan NPV benchmark serta rasio B/C tetap lebih dari satu. Hal ini membuktikan bahwa skenario 2 dan skenario 3 akan layak seecara finansial ketika adanya pendapatan dari penjualan CER. Dari keempat faktor kritis tersebut, faktor modal dan harga CER merupakan faktor kritis yang paling berpengaruh terhadap sensitivitas kelayakan kedua skenario tersebut. 4. Skenario yang lebih diunggulkan jika ditinjau dari segi keuntungan finansial perusahaan, manfaat lingkungan, dan sosial adalah skenario 3 yaitu mengganti bahan bakar fosil dengan berbagai jenis biomasa secara parsial. Sehingga perencanaan pengembangan energi yang dilakukan berdasarkan aktivitas proyek pada skenario 3. 6.2 Saran Saran dari penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penggunaan berbagai macam jenis biomasa lagi untuk proyek pengembangan energi alternatif. 2. Penelitian selanjutnya hendaknya memperhatikan aspek multikriteria untuk penilaian kelayakan proyek dan aspek resiko dalam supply chain biomasa. 3. 7. Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2009. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2009. Surabaya : BPS Biomassa, Energi Alternatif dari Limbah Industri Pangan. 2009.
. Diakses pada tanggal 19 Desember 2009 BUKU PUTIH INDONESIA 2005-2025. 2006. Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi Tahun 2025. Jakarta Carbon and Environmental Research (CER) Indonesia. 2009. CDM DALAM BAGAN VER.8.0. Diakses pada tanggal 10 Desember 2009 CDM – Executive Board. 2009. Approved baseline methodology ACM0003/Version
07.3 “Emissions reduction through partial substitution of fossil fuels with alternative fuels or less carbon intensive fuels in cement manufacture”. . Diakses pada tanggal 2 Desember 2009 CDM – Executive Board. 2008. Methodological tool “Tool to calculate baseline, project and/or leakage emissions from electricity consumption” (Version 01). . Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009 CDM – Executive Board. 2008. Annex: Guidance on the Assessment of Investment Analysis: (Version 02). CDM – Executive Board. 2008. Methodological Tool “Tool for the demonstration and assessment of additionality” (Version 05.2). GERES Carbon Finance Training. Juni 2009. “Training Structure and Introduction to Project Cycle”. Faiz, Pan Muhammad. 2009. “Perubahan Iklim Dan Perlindungan Terhadap Lingkungan: Suatu Kajian Berperspektif Hukum Konstitusi”. Disampaikan sebagai paper position pada Forum Diskusi Kelompok Kerja Pakar Hukum mengenai “Perubahan Iklim”, Jakarta pada tanggal 27 April 2009 Fees earned by exchanges in 2009. http://www.openeurope.org.uk/research/carb onexchanges2009.xls Diakses pada tanggal 4 Januari 2010 Kompas (Jakarta). 2009. 2 April. Diakses pada tanggal 15 Desember 2009 Kompas (Makassar). 2009. 14 Februari. Diakses pada tanggal 16 Desember 2009 Semen Gresik.2008. Menuju Era Baru. Diakses pada tanggal 9 Desember 2009 SeputarForex. Kurs EURO Terhadap IDR – Rupiah. Diakses pada tanggal 16 Januari 2010 UNEP.2005. Baseline Methodologies for CDM Project.
6