EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica dan Orthosiphon aristatus terhadap PROPORSI NEKROSIS SEL ENDOTEL GLOMERULUS GINJAL TIKUS MODEL HIPERTENSI Agus Nashir Muhammad, Rima Zakiyah, Noer Aini Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang Email :
[email protected] Abstract. Hypertension causes turbulence and shear stress on blood vessels capillaries kidneythat also increase the level of free radical substance.These free radicals cause glomerular endothelial cells experiencing necrosis that can occur’s renal failure. This research aims to know combination effect decocta of Centella asiatica, Imperata cylindrica and Orthosiphon aristatusto the necrosis of proportion renal glomerular endothelial cell rat models of hypertension induced by DOCA-NaCl. Experimental study laboratory control group post-test only, design using a male Wistar rats It consists of five groups which were negative control(aquades), positive control (DOCA 10mg/Kg weight+NaCl 1%), and treatment group of P1 (DPAK I(5:5:3)),P2 (DPAK 2 (6:4:3)) and P3 (DPAK 3 (4:6:3))). Necrosis of proportion renal glomerular endothelial cell was measured using Olympus BX51 microscope. The result were analyzed using one way ANOVA followed by Post Hoc Test usingLSD with a significant value of p˂0.05. Treatment with combination decocta DPAK 1, and 2 were able to reduce necrosis ofproportion renal glomerular endothelial cell on Wistar rat’s significantly (p<0,05) to 21,2%, and15,1% .Combination of decocta DPAK 3is not significantly different to reduce the necrosis of proportion renal glomerular endothelial cell to 6% compared with K(+) Combination decocta DPAK 1 (5:5:3) is the most effective combination to reduce necrosis ofproportion renal glomerular endothelial cell of hypertensive rat models. Keywords Hypertension, necrosis renal glomerular asiatica,Imperata cylindrica, Orthosiphon aristatus.
Hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar yang diperkirakan mencapai 13% total dari mortalitas di dunia.1 Pada tahun 2000 hampir 1 miliar penduduk dunia menderita hipertensi dan diperkirakan akan meningkat menjadi 1,56 miliar pada tahun 2025.2 Di Indonesia, terjadi peningkatan prevalensi hipertensi pada tahun 2007 sebesar 7,6% menjadi 9,5% tahun 2013.3 Hipertensi dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yang berakhir dengan terjadinya gagal ginjal terminal (GGT) yang merupakan stadium terberat dari penyakit ginjal kronik yang irreversible. Insidensi penyakit GGT Indonesia terus meningkat dari 340.000 pada tahun 1999 dan mencapai 651.000 pada tahun 2010.4 Komplikasi gagal ginjal terminal merupakan akibat dari aktivitasReactive Oxygen Species(ROS) yang dihasilkan oleh hipertensi. Peningkatan Reactive Oxygen Species(ROS) pada hipertensi mengakibatkan terjadinya penurunan bioavailabilitas nitric oxide (NO) sehingga menyebabkan disfungsi endotel sistemik dan
endothelial
cell,
Centella
terjadi kekakuan arteri akibat dari gangguan bioaktivitas nitric oxide(NO).5Reactive Oxygen Species ROS yang dihasilkan karena adanya hipertensi akan merusak jaringan glomerulus terutama pada sel endotel yang merupakan sawar filtrasi pertama dari ginjal.6Jika hal ini terjadi terus-menerus akan menyebabkan disfungsi endotel pada ginjal yang berakibat pada berkurangnya aliran darah menuju ginjal sampai terjadi iskemia. Iskemia yang berkepanjangan akan menyebabkan terjadinya nekrosis pada endotel glomerulus. Adanya nekrosis pada glomerulus dapat menyebabkan kerusakan dari fungsi glomerulus sehingga mengakibatkan penurunan fungsi ginjal dan memperberat kerja ginjal yang pada akhirnya terjadi gagal ginjal.7 Beberapa herbal yang sudah dilakukan penelitian oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) yang memiliki potensi sebagai antihipertensi diantaranya adalahpegagan (centella asiatica), alang-alang (imperata cylindrical), dan kumis kucing
Jurnal Kedokteran Komunitas
(orthosiphon aristatus). Kandungan flavonoid dan asiaticode pada daun pegagan (Centella asiatica) berfungsi sebagai antioksidan dengan menscavenger ROS.8,9 Pada daun kumis kucing (Ortosiphon aristatus) memiliki kandungan methylriopariocromene A berfungsi sebagai vasodilator , dan kandungan alkaloid pada akar alang-alang (Imperata cylindrical) memiliki efek sebagai diuretik dengan menghambat reasorbsi air dan elektrolit.10,11 Mekanisme antioksidan, diuretik, dan vasodilator pada ketiga herbal ini diharapkan memiliki efek anti hipertensi yang optimal. Sampai saat ini belum ada penelitian yang meneliti pengaruh kombinasi ketiga herbal tersebut terhadap nekrosis ginjal. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti efek antihipertensi dan antioksidan kombinasi dekokta daun pegagan,akar alang-alang dan daun kumis kucing terhadap proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium yang menggunakan desain penelitian control group post test only secara in vivo dan bertujuan untuk mengetahui efek pemberian kombinasi dekokta Pegagan (Centella asiatica), Alang-alang (Imperata cylindrica) dan Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) sebagai antihipertensi dan antioksidan terhadap histopatologi proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal pada tikus Wistar yang diinduksi Deoxycorticosterone acetate (DOCA) dan NaCl 1%. Kemudian tikus dikelompokkan secara acak, dua kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan. Prosedur Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Labotarium Biosains Universitas Brawijaya untuk pemeliharaan tikus.Kemudian pembuatan preparat histopatologi ginjal dilakukan di Labotarium Patologi Anatomi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Selanjutnya dilakukan penghitungan preparat proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal di Labotarium Farmakologi Universitas Brawijaya. Waktu penelitian 12 Page | 92
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
minggu dimulai dari awal bulan April sampai awal bulan Juli 2014. Adaptasi Hewan Coba Aklimatisasidilakukan selama 2 minggu dan diberi makan minum sesuai standar laboratorium. Berat badan tikus ditimbang sebelum, sesudah masa aklimatisasi, selama perlakuan (dua kali seminggu pada saat akan diinjeksi DOCA) dan setelah perlakuan. Berat badan tikus setelah masa aklimatisasi dianggap sebagai berat badan pra kondisi. Perlakuan (12 minggu), tikus juga dipelihara dan diberi makan dan minum standar laboratorium.Kandang tikus dibersihkan setiap 3 hari sekali.Penelitian ini telah mendapat surat laik etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dengan nomer 356/EC/KEPK/06/2015 yang disetujui pada tanggal 16 Juni 2015. Induksi Hipertensi Hewan coba dikondisikan hipertensi menggunakan induksi deoxycorticosterone (DOCA)dan NaCl 1%. DOCA dilarutkan dalam minyak jagung 0,3ml dengan dosis 10 g/KgBB.Deoxycorticosterone(DOCA) diberikan secara injeksi subkutan dua kali dalam satu minggu selama 10 minggu. Kemudian, NaCl 1% diberikan pada hewan cobasecara ad libitumdengan rumus takaran 0,5 g NaCltiap 50 cc per ekor tikus.12,13Deoxycorticosterone (DOCA)dan NaCl 1% diberikan pada kelompok KP,P1,P2, dan P3. Pengukuran tekanan darah bertujuan untuk mengetahui peningkatan tekanan darah sebagai efek dari induksi deoxycorticosterone (DOCA)dan NaCl 1% dan efektitivitas terapi pada tiap perlakuan sesudah induksi deoxycorticosterone (DOCA)dan NaCl 1%. Metode pengukuran tekanan darah hewan coba menggunakan non invasive blood pressuremonitoring dengan tail cuffdengan menggunakan LE5002 pan lab harvard apparatus.14Pengamatan tekanan darah sistolik melalui ekor tikus pada minggu ke-0 untuk mengetahui tekanan darah sebelum induksi DOCA-NaCl,minggu ke-6 untuk mengetahui peningkatan tekanan darah setelah pemberian DOCA NaClselama 6 minggu dan minggu ke-10 untuk mengetahui penurunan tekanan darah setelah pemberian herbal selama
Agus Nashir Muhammad, EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica
4 minggu.15Kondisi hewan coba mengalami hipertensi apabila tekanan darah sistolik >120 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg.16 Pemberian Kombinasi Dekokta PAK (DPAK) Sampel yang digunakan adalah serbuk daun pegagan, akar alang-alangdan daun kumis kucing yang diperoleh dari Balai Materia Medika Batu.Simplisia ditimbang sesuai dosis yang sudah ditentukan. Faktor konversi dari manusia ke tikus 200 g/BB=0.0018.17 Kemudian serbuk direbus 30 menit pada suhu 900C sambil diaduk.Selanjutnya, ekstrak di saring dengan kertas saring dan dimasukkan pada toples kaca untuk dilakukan sonde lambung pada hewan coba.Induksi dosis DPAK yang diberikan adalahP1(5:5:3) g, P2(6:4:3) g, dan P3(4:6:3) g per ekor tikus. Pemeriksaan Proporsi Nekrosis Sel Endotel Glomerulus Pengamatan proporsi nekrosis sel endotel glomerulus dengan menggunakan mikroskop Olympus BX51perbesaran 400 kali pada 5 lapang pandang setiap preparat. Penghitungan proporsi dilakukan dengan menghitung jumlah nekrosis sel endotel glomerulus dengan tanda nekrosis yaitu inti sel mengkerut dan menghitam (piknosis), terjadi fragmen-fragmen pada sel (karioreksis) dan sel memudar (kariolisis). Proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal, dihitung dengan menggunakan rumus.18 Proporsi sel nekrosis =
Jumlah sel endotel nekrosis Jumlah keseluruhan sel endotel
Metode penghitungan menggunakan proporsi karena ukuran dari glomerulus yang berbeda satu dengan yang lain dan jumlah sel endotel yang berbeda pada setiap glomerulus, maka menggunakan rumus perhitungan sampel untuk beda proporsi agar hasil yang diperoleh seimbang dan mengurangi bias analisis.19 Analisis Statistik Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan metode uji One Way Anova yang bertujuan menguji hipotesis. Kemudian,hasil dari data penelitian ini dilakukan uji beda Tukey Honestly Significant Difference (HSD). Hasil dapat dikategorikan bermakna bila p<0,05. Uji statistik tersebut dilakukan dengan program SPSS 17.0 secara komputerisasi.
HASIL PENELITIAN Karakteristik Populasi Karakteristik populasi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Populasi Kelompok
P1
Hewan coba
Tikus Wistar Tikus Wistar Tikus Wistar Tikus putih putihJant putih Wistar Jantan an Jantan putih Jantan 12 12 12 12 dan minggu mingguminggu minggu
Adaptasi perlakuan Jumlah tikus 5
BB awal (g) 207 209 BB akhir (g) 225 222 Induksi dan 10 dosis DOCA mg/KgBB Inj.SC Dosis NaCl 1% ad libitum kombinasi DPAK 5:5:3 g TD awal
P2
P3
5
5
KP
5
193 229 10 10 10 mg/KgBB mg/KgBB mg/KgBB Inj.SC Inj.SC Inj.SC 1% 1% 1% ad ad ad libitum libitum libitum 6:4:3 g 4:6:3 g -
104 101mmHg 113mmHg mmHg TD akhir setelah 175mmHg 177mmHg 177mmHg 173mmHg induksi DOCANaCl (6 minggu)
132 mmHg
130 mmHg
Tikus Wistar putih Jantan 12 minggu 5
208 210
111 mmHg
TD setelah pemberian 115 herbal DPAK mmHg
KN
172 mmHg (tanpa DPAK, setelah minggu ke 12)
200 216 -
-
114 mmHg 113 mmHg ( tanpa induksi,se telah minggu ke 8) 117 mmHg (tanpa DPAK, setelah minggu ke 12)
Keterangan: KN: Tanpa perlakuan KP:DOCA 10 mg/KgBB, NaCl 1% P1:DOCA 10 mg/KgBB, NaCl 1%, DPAK (5:5:3) P2: DOCA 10 mg/KgBB, NaCl 1%, DPAK (6:4:3) P3: DOCA 10 mg/KgBB, NaCl 1%, DPAK (4:6:3) *Data pengukuran tekanan darah diperolah dari penelitian kelompok.15 Hewan coba dalam penelitian efek kombinasi dekokta pegagan (Centella asiatica), alang-alang (Imperata cylindrica), dan kumis kucing (Orthosiphon aristatus) pada proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal ini adalah tikus putih spesies Ratus norvegicus strain Wistar jantan dengan usia 2-3 bulan dan berat 200-300 gram yang diinduksi 10 mg/KgBB DOCA secara injeksi subkutan dan NaCl 1% ad libitum. Pembagian kelompok hewan coba dengan 93 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
menggunakan metode simple random sampling. Terdapat 5 kelompok dan pada setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Perlakuan penelitian selama 12 minggu yaituinduksi DOCA-NaCl pada KP,P1,P2 dan P3 setelah aklimatisasi selama enam minggu dengan cara injeksi subkutan dua kali dalam satu minggu, serta dilanjutkan induksi DOCA-NaCl pada KP,P1,P2 dan P3 dan diberikan kombinasi dekokta DPAK pada P1,P2 dan P3 secara sonde lambung selama empat minggu. Ketentuan dosis herbal kombinasi P1 (5:5:3) gram, P2 (6:4:3) gram dan P3 (4:6:3) gram. Pemberian DOCA-NaCl selama enam minggu mampu meningkatkan tekanan darah pada KP,P1,P2 dan P3, dan pemberian kombinasi DPAK selama empat minggu mampu menurunkan tekanan darah pada P1,P2 dan P3. Efekinduksi DOCA-NaCl terhadap proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal Tabel.2 Rerata proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal tikus pada kelompokkontrol negatif dan positif. No 1
2
Perlakuan Kelompok Kontrol negatif (tanpa induksi DOCA-NaCl Kelompok Kontrol positif (dengan induksi DOCA-NaCl
N 4
Rerata ± SD 0,04 ± 0,007a
4
0,33 ± 0,023b
Keterangan: a =Berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (p < 0,05) b =Berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p < 0,05) N = jumlah preparat yang diamati pada setiap kelompok
Tabel2 dan Grafik 1 menunjukkan bahwa induksi DOCA-NaCl mengakibatkan peningkatan proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal pada kelompok kontrol positif (KP) dibandingkan kelompok normal (KN) secara signifikan (p<0.05). KP
KN
Gambar 1 Hasil pulasan HE pada sel endotel glomerulus ginjal tikus perbesaran 400x pada kelompok kontrol negatif dan positif Keterangan : KN = Ginjal tikus normal; KP = Ginjal tikus hipertensi. N= Inti sel normal, P = Inti Sel Piknosis, R = Inti Sel Karioreksis, KL = Inti Sel Kariolisis Gambar 1 menunjukkan bahwa pada preparat kelompok KP terdapat sel endotel glomerulus mengalami nekrosis dengan ciri-ciri sel mengalami inti sel memudar (karioeksis), inti sel terjadi fragmen (kariolisis), inti sel mengkerut dan menghitam (piknosis). Preparat kelompok KN terlihat sel endotel normal yang memiliki ciriciri berbentuk bulat oval, permukaan rata dan sedikit heterokromatik. Efek Kombinasi Dekokta Pegagan, Alang-alang dan Kumis kucingterhadap proporsi nekrosis sel endotel glomerulustikus model hipertensi Tabel.3 Rerata proporsi nekrosis sel endotel glomerulus tikus pada kelompok kontrol positif, negatif dan perlakuan
kkPerlakuanKN kelompok negatif KP dan kelompok positif
Grafik.1Rerata proporsis nekrosis sel endotel glomerulus ginjalkelompokkontrolnegatif dan positif
No 1 2
Perlakuan Kontrol Negatif Kontrol Positif ( DOCA-NaCl)
N 4 4
Rerata ± SD 0,04 ± 0,007a,c,d,e 0,33 ± 0,023b,c,d
3
Perlakuan 1(DOCA-NaCl + DPAK 5,5,3gr/50kgBB) Perlakuan 2 (DOCA-NaCl + DPAK 6,4,3gr/50kgBB) Perlakuan 3 (DOCA-NaCl + DPAK 4,6,3gr/50kgBB)
4
0,26 ± 0,021a,b,e
4
0,28 ± 0,002a,b,e
4
0,31 ± 0,016b,c,d
4 5
Page | 94
Agus Nashir Muhammad, EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica
Keterangan: a =p<0,05 berbeda signifikan dengan kontrol positif b =p<0,05 berbeda signifikan dengan kontrol negatif c =p<0,05 berbeda signifikan dengan P1 d =p<0,05 berbeda signifikan dengan P2 e =p<0,05 berbeda signifikan dengan P3
P1
P2
P3 =3 Gambar 2 Histologi Sel Endotel Glomerulus Ginjal Tikus Model Hipertensi dengan Pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE) Perbesaran 200X.
Grafik.2 Rerata proporsis nekrosis sel endotel glomerulus ginjal tikus pada kelompok kontrol positif, negatif dan perlakuan Tabel 3 dan Grafik 2 menunjukkan bahwa induksi DOCA-NaCl mengakibatkan peningkatan proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal pada KPyang berbeda signifikan dengan KN, P1 dan P2 (p<0,05), namun tidak berbeda signifikan dengan P3. P1dan P2 berbeda signifikan dengan KP, KN, dan P3. P3 berbeda signifikan dengan KN, P1 dan P2,namun tidak berbeda signifikan dengan KP. P1 dan P2 dapat menurunkan KPsecara signifikan sebesar 21,2% dan 15,1%. Tabel.4 Jumlah jenis nekrosis sel (piknosis (P), karioreksis (KR), kariolisis (KL)) sel endotel glomerulus ginjal tikus pada kelompok kontrol positif, negatif dan perlakuan Kelompok
K(-) K(+) P1 P2 P3
Nekrosis P KR
KL
106 968 869 812 967
6 438 174 340 343
96 870 496 563 718
Total nekrosis rata-rata 69,33 758,67 513 571,67 676
Total sel yang terlihat 208 2276 1539 1715 2028
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari jenis sel nekrosis pada semua kelompok KN, KP, P1, P2 dan P3 yang terbanyak yaitu piknosis kemudian diikuti karioreksis dan kariolisis.
Keterangan : P1: Kelompok perlakuan 1 (DOCANaCl+DPAK 1(5:5:3)), Kelompok perlakuan 2 (DOCA-NaCl+DPAK 2(6:4:3)), Kelompok perlakuan 3 (DOCA-NaCl +DPAK 3(4:6:3)), N= Sel endotel kapiler glomerulus normal, P = Sel endotel glomerulus piknosis, KR = Sel endotel kapiler glomerulus karioreksis, KL = Sel endotel glomerulus kariolisis. Gambar 2 menunjukkan pada preparat kelompok P1, P2, dan P3 terdapat sel endotel glomerulus mengalami nekrosis dengan ciri-ciri sel mengalami inti sel memudar (karioreksis) , inti sel terjadi fragmen (kariolisis), inti sel mengkerut dan lebih gelap (piknosis). PEMBAHASAN Karakteristik Populasi Pada penelitian ini menggunakan tikus Wistar putih spesies Rattus Norvegicus strain Wistar dengan umur 2-3 bulan, berat badan rata-rata 200 gram dengan kelamin jantan karena kadar testosteron pada jantan lebih stabil daripada betina sehingga mengurangi faktor bias karenapengaruh hormonal.20 Penelitian mengunakan tikus Wistar dikarenakan sehingga mudah dalam pemeliharaan , mudah diperoleh dan harganya relatif murah.21 Disamping itu, tikus Wistar dapat beradaptasi dengan kondisi labotarium selama 2 minggu. Tikus Wistar putih memiliki kemiripan struktur DNA dengan 22 manusia 98%.
95 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
Pengambilan data berat badan dilakukan setelah dan sebelum perlakuan dengan induksi DOCA dan NaCl. Peningkatan berat badan terjadi saat pengukuran berat badan awal pada kelompok kontrol negatif, kelompok perlakuan 1, perlakuan 2, perlakuan 3 dan tertinggi didapatkan pada kelompok kontrol positif. Faktor peningkatan berat badan diduga diakibatkan oleh penimbunan lemak dan kurangnya aktifitas fisik, hal ini didukung oleh penempatan 5 tikus dalam satu kandangsehingga akifitas fisik pada hewan coba menjadi terbatas namun demikianasupan makanan hewan coba tetap tinggi, dibuktikan dengan makanan yang diberikan habis dalam waktu kurang dari 24 jam. Hal ini akan menimbulkan penimbunan lemak serta dapat memicu peningkatan insulin dan leptin sehingga merangsang aktifitas saraf simpatis sehingga terjadi peningkatan resistensi perifer yang dapat meningkatkan tekanan darah.23 Induksi DOCA diberikan pada hewan coba dengan dosis 10 mg/kgBB dan dilarutkan ke dalam minyak jagung kemudian diinjeksi secara subcutankarena larut dalam lemak pada hewan coba dan tidak terjadi peningkatan tekanan darah secara drastis. Injeksi DOCA sebanyak dua kali dalam seminggu dan NaCl diberikan secara ad libitum selama 10 minggu pada kelompok kontrol positif, perlakuan 1, perlakuan 2 dan perlakuan 3. Pengukuran tekanan darah hewan coba dilakukan sebelum diberi perlakuan, pasca induksi DOCA dansetelah diberi kombinasi DPAK. Tekanan darah dapat dikategorikan hipertensi apabila tekanan sistolik >120 mmHg.15 DOCA (Deoxycorticosterone Acetate) merupakan senyawa yang memiliki efek yang sama dengan mineralokortikoid aldosteron yaitu menyebabkan ketidakseimbangan pada ginjal dalam mengontrol reabsorbsi Na+ dan H2O. Selain pemberian DOCA, model hewan coba juga diberikan NaCl 1%. Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan Na+ dan H2O dalam plasma yang menimbulkan peningkatan volume ekstraseluler.24 Peningkatan volume ekstraseluler mengakibatkan aliran balik vena ke jantung meningkat sehingga jantung memompa darah lebih banyak dalam setiap kuncup dan frekuensi jantung meningkat. Volume cairan intravaskuler
Page | 96
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
yang meningkat dapat menimbulkan terjadinya peningkatan tekanan darah.25,26 Di sisi lain, akibat dari induksi DOCA adalah dapat meningkatkan tekanan darah karena DOCA merupakan prekursor aldosteron yang dapat menstimulasi saraf simpatis yang mengakibatkan pengeluaran renin di ginjal. Renin berfungsi mengubah angiotensinogen dalam darah menjadi angiotensin I dan dirubah menjadi angiotensin II oleh Angiotensin Converting Enzyme yang berasal dari endothelium pembuluh paru. Selanjutnya, Angiotensin II akan diterima oleh Angiotensin 2 Reseptor1(AT1) sehingga terjadi vaskonstriksi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.27 KombinasiDPAK pada penelitian ini dibuat secara ekstrak dekokta dan selanjutnya diinduksikan kepada hewan coba secara sonde lambung yang bertujuan agar DPAK yang masuk pada semua kelompok perlakuan hewan coba dosisnya sama besar. Proses ekstrak dekokta dilakukan dengan cara merebus tanaman herbal PAK dosis tertentu dengan suhu 90oC selama 30 menit. Alasan memakai dekokta pada tanaman herbal ini karena menyesuaikan keadaan masyarakat Indonesia yang secara tradisional mengelola tanaman obat sebagai jamu dengan cara merebus hingga mendidih. Perebusan tanaman obat ini diharapkan dapat menarik zat aktif herbal. Efek Pemberian DOCA-NaCl terhadap Proporsi Nekrosis Sel Endotel Glomerulus Ginjal Tikus Model Hipertensi Hasil histopatologi kelompok kontrol positif akibat dari induksi DOCA dosis 10mg/KgBB dan NaCl 1% terjadi perubahan sel endotel pada glomerulus ginjal. Keadaan hipertensi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik pada aliran darah sehingga mengalami peningkatan aliran turbulensi pembuluh darahyang menyebabkan jejas endoteldan menimbulkan shear stress pada kapiler glomerulus. Sel yang mengalami jejas secara iskemik memiliki pertahanan antioksidan yang terganggu sehingga menyebabkan produksi radikal bebas meningkat.Radikal bebas dibentuk dari reaksi redoks oleh sel, oksigen dikonversi menjadi superoksida (O2-) oleh enzim oksidatif (P450 dan oksidase b5) dalam retikulum endoplasma, mitokondria, membran plasma,
Agus Nashir Muhammad, EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica
peroksisom dan sitosol. O2- dikonversi menjadi H2O2 oleh superoksida dismutase (SOD), kemudian menjadi OH dengan reaksi fenton dikatalisis Cu++/Fe++. Hasil radikal bebas ini dapat merusak lipid (peroksidasi) pada sel yang ada di lumen kapiler.26 Di lumen kapiler terdapat sel endotel yang merupakan salah satu dari sawar filtrasi glomerulus. Sel endotel yang ada di lumen terpapar radikal bebas, sehingga sel endotel tidak mampu mempertahankan fungsinyadan mengalami jejas irreversible yaitu nekrosis sel (piknosis, kariolisis, karioreksis).28 Di sisi lain, jejas endotel juga akan mengakibatkan pembongkaran matriks ekstraseluler (ECM) subendotel yang bersifat trombogenik dan menyebabkan trombosit menempel dan menjadi aktif yang dibantu oleh faktor von Wollebrand (vWF). Pada lokasi jejas, sel endotel diinduksi sitokin untuk mensintesis faktor jaringan yang merupakan faktor prokoagulan yang bekerja sama dengan faktor trombosit untuk mengaktifkan kaskade koagulasi dan meningkatkan aktifitas trombin. Trombin akan memecah fibrinogen menjadi fibrin yang tidak larut sehingga menyebabkan trombosis. Trombosis ini akan menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang atau iskemia.26Iskemia mengakibatkan produksi ATP pada mitokondria menurun sehingga terjadi penurunan fungsi pompa natrium ATP membran plasma. Keadaan ini mengakibatkan akumulasi natrium ke intrasel dan difusi kalium ke ekstrasel. Penurunan ATP juga meningkatkan glikolisis anaerob untuk menghasilkan energi sel dengan membentuk ATP dari glikogen. Keadaan ini menyebabkan cadangan glikogen menurun. Di sisi lain, peningkatan glikolisis dapat meningkatkan akumulasi asam laktat yang mengakibatkan menurunkan pH pada intrasel yang menyebabkan kromatin inti mengkerut. Akibat dari penurunan ATP dan kadar pH dapat mengakibatkan ribosom terlepas dari retikulum endoplasma kasar yang menyebabkan penurunan sintesis protein. Keadaan ini dapat menimbulkan gelembung pada permukaan sel dan pembengkakan sel yang disebut dengan jejas reversible. Apabila keadaan iskemia berlangsung lama, maka sel akan mengalami jejas irreversibledan keadaan nekrosis sel endotel yang terjadi akan semakin parah.29
Pada pengamatan histopatologi di kelompok kontrol negatif terdapat sel endotel yang mengalami nekrosis (piknosis, karioreksis, kariolisis). Hal ini dikarenakan adanya aktifitas sel dalam tubuh (intrinsik) yang menghasilkan ROS secara fisiologis. ROS pada keadaan fisiologis ini tidak akan berbahaya karena jumlahnya dalam batas normal dan adanya aktivitas antioksidan dalam tubuh yang dapat menetralkan ROS tersebut. Penyebab ROS dalam keadaan ini disebabkan adanya transportasi elektron ketika adanya metabolisme energi secara aerob (ATP) dari glukosa melalui siklus Krebs. Sumber ROS yang lain adalah berasal dari respiratory burst dari makrofag yang teraktivasi dan menyebabkan peningkatan penggunaan glukosa melalui lintasan pentose fosfat yang dipakai untuk mereduksi NADP menjadi NADPH, dan peningkatan penggunaan oksigen yang dipakai untuk mengoksidasi NADPH guna menghasilkan superoksida dan halogen radikal sebagai agen yangsitotoksik untuk membunuh mikroorganisme yang telah difagosit.30,31Kedua mekanisme tersebut menyebabkan terbentuknya ROS pada sel yang diduga berakibat terjadinya nekrosis sel pada (-) namun pada keadaan ini masih dalam batas normal, sehingga tidak terjadi kerusakan yang bermakna. Efek Kombinasi Dekokta Pegagan, Alang-alang, dan Kumis kucing terhadap Proporsi Nekrosis Sel Endotel Glomerulus Ginjal Tikus Model Hipertensi. Pada hasil penelitian yang sudah dilakukan ini, setiap dosis kombinasi dekokta pegagan, alangalang dan kumis kucing memberikan efek yang berbeda pada penurunan proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal tikus. Pemberian kombinasi DPAK 1 (5:5:3) dan DPAK 2 (6:4:3) mampu menurunkan proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal secara berurutan sekitar 21,2% dan 15,1% secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Sedangkan pada kelompok perlakuan DPAK 3 (4:6:3) tidak berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Pegagan memiliki senyawa flavonoid, asiaticode, triterpen, fenol dan quecertin yang dapat menghambat pembentukan radikal bebas dan meningkatkan antioksidan endogen seperti SOD, catalase dan GPx. Quercetin sendiri dapat 97 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
meningkatkan NO (Nitric Oxide) sehingga terjadi vasodilatasi.32,33 Pada tanaman herbal alangalang juga memiliki flavonoid sebagai antioksidan. Cylindrene dan graminone B pada alang-alang dapat menghambat kanal kalsium pada otot polos sehingga terjadi efek vasodilatasi.34 Selain itu, terdapat alkaloid yang merupakan zat aktif pada akar alang-alang yang dapat menghambat reasorbsi air dan elektrolit sehingga menimbulkan efek diuresis.11 Kumis kucing juga memiliki kandungan flavonoid dan terpenoid sebagai antioksidan. Selain itu, kumis kucing memiliki methylripariochromene A yang merangsang ekskresi Na, K, Cl dan menurunkan tekanan darah sistolik sebagai vasodilator pembuluh darah dan menurunkan cardiac output pada jantung.10 Pada hasil perlakuan DPAK 1 (5:5:3) terjadi penurunan signifikan dari kelompok kontrol positif. Diduga pegagan 9 mg/200gr dengan kandungan antioksidan (flavonoid dan asiaticode) bekerja sinergis dengan dosis yang sama pada alang-alang 9 mg/200gr yang memiliki alkaloid dengan efek diuresis menghambat reasorbsi air dan elektrolit. Flavonoid merupakan komponen spesifik tertinggi dari fenolik yang berfungsi sebagai pendonor hidrogen untuk senyawa oksidan yang merupakan electron yang tidak berpasangan.42 Selain itu, Alang-alang juga memiliki kandungan cylindrene dan graminone B yang berfungsi sebagai vasodilator dengan menghambat kanal kalsium pada sel otot polos pembuluh darah. Pada kombinasi ini, kumis kucing yang memiliki kandungan methylripariochromene A dengan dosis 5,4 mg/200gr memperkuat efek vasodilatasi pada pembuluh darah, sehingga dapat memperbaiki keadaan iskemia yang terjadi dan menurunkan tekanan darah.10Perbaikan keadaan iskemia yang terjadi diduga dapat menurunkan nekrosis sel, selain itu adanya aktivitas antioksidan dapat menghambat produksi dari ROS dan diduga dapat menurunkan proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal. Pada DPAK 1 diduga terjadi korelasi kandungan pegagan yaitu flavonoid, asiaticode, quecertin dengan zat aktif sebagai vasodilator, diuresis dengan alang-alang dan kumis kucing yang memiliki kandungan cylindrine, graminone B, alkaloid, methylripariochromene A dapat menghentikan pembentukan radikal bebas dan kondisi iskemia Page | 98
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
bekerja sama memberikan efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga menghambat terjadinya iskemia. Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian satu pohon yang dilakukan oleh Sari (2015) yaitu terjadi penurunan kadar H2O2 serum tikus pada pemberian kombinasi DPAK 1 sebesar 56% mendekati kontrol negatif.34 Avisena (2014), menyatakan terjadi penurunan kadar MDA serum tikus sebesar 40% pada pemberian kombinasi DPAK 1 dibandingkan kontrol positif.35 Hal ini juga didukung oleh penelitian satu pohon yang dilakukan oleh Mariana (2015, in publishing) bahwa DPAK 1 mampu menurunkan proporsi nekrosis sel epitel tubulus proksimal ginjal secara signifikan sebesar 12,5%.36 Pada pemberian kombinasi DPAK 2 (6:4:3) terjadi penurunan nekrosis pada sel endotel glomerulus yang berbeda signifikan dibanding kelompok kontrol positif. Pegagan dengan dosis 10,8 mg/200gr merupakan dosis paling besar dari dosis alang-alang 8,2 mg/200gr dan kumis kucing 5,4 mg/200gr. Pada penelitian sebelumnya mengatakan bahwa senyawa antioksidan pada pegagan dapat terambil 100% dengan pelarut air dibanding pelarut etanol. 30Pada kombinasi ini pegagan memiliki kandungan asiaticode, flavonoid dan fenolik yang merupakan antioksidan paling kuat dibandingkan alang-alang dan kumis kucing yang dapat menghambat pembentukan ROS pada O2- dan H2O2.9,30,38,39 Quecertin yang terkandung pada pegagan dapat meningkatkan antioksidan endogen melalui aktifasi nuclear erythtoid related factor 2 (Nrf2) seperti super oxide dismutase (SOD) yang merupakan ekspresi gen antioksidan endogen.46 Quecertin pada pegagan juga memiliki fungsi meningkatkan aktivitas NOS sel endotel pembuluh darah sehingga NO yang dihasilkan akan berdifusi ke otot polos dan mengaktifkan guanylate cyclase yang akan membentuk cGMP sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah.43,44 Alang-alang memiliki kandungan alkaloid dan manitol yang dapat menghambat reabsorbsi air dan elektrolit sehingga memberikan efek diuresis.45 Pada herbal alangalang memiliki kandungan flavonoid, terpenoid, tanin sebagai antiinflamasi sehingga dapat menghambat mekanisme terbentuknya disfungsi sel endotel.47 Polifenol pada akar alang-alang memiliki efek antioksidan dengan mendonorkan
Agus Nashir Muhammad, EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica
atom hidrogen pada radikal bebas sehingga dapat menurunkan produksi radikal bebas (Dhianawaty & Ruslin, 2015). Selain itu, alangalang memiliki kandungan cylindrene dan graminone B yang berefek sebagai vasodilator. Diduga dosis pegagan yang mendominasi pada DPAK 2 bekerja sinergis dengan dosis alang-alang yang lebih kecil karena pada DPAK 2 pegagan memiliki potensi antioksidan yang lebih kuat dibanding alang-alang dan kumis kucing yang dapat menurunkan radikal bebas lebih besar. Kedua herbal ini sama-sama memiliki efek sebagai antioksidan dan vasodilator yang cukup kuat dan diduga pada kombinasi DPAK 2 mampu menurunkan radikal bebas dan memperbaiki keadaan iskemia yang terjadi sehingga dapat menurunkan nekrosis sel dengan optimal setara dengan DPAK 1. Hal ini didukung dengan penelitian Avisena (2014), kombinasi DPAK 2 mampu meningkatkan kadar SOD hingga 60% dibandingkan dengan kontrol positif.36Dari data diatas diketahui kombinasi DPAK 1 & 2 mampu menurunkan proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal tikus model hipertensi, namun mekanisme kerja zat aktif pada herbal terhadap kesesuaian reseptor antioksidan, vasodilator, dan diuretik belum diketahui, maka perlu dilakukan uji molecular docking untuk mengetahui zat aktif yang dapat secara langsung mengikat reseptor di endothel. Pada penelitian pohon sama yang dilakukan Sari (2015), kombinasi DPAK 2 tidak dapat menurunkan kadar H2O2 serum karena efek antioksidan telah menjadi toksik akibat dari pemberian antioksidan yang tinggi sehingga diperlukan uji toksisitas dari kombinasi DPAK.36 Selain itu, untuk mengetahui kemampuan DPAK 1 dan 2 dalam memperbaiki nekrosis sel endotel glomerulus lebih lanjut perlu diberikan dalam jangka waktu yang lebih lama. Pada kombinasi DPAK 3 (4:6:3) tidak berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Hal ini diduga karena dosis alangalang yang lebih tinggi daripada pegagan. Alangalang memiliki kandungan cylindrene yang berfungsi sebagai vasodilator dengan menghambat kanal kalsium pada sel otot polos pembuluh darah. Namun, pada dosis alang-alang yang tinggi mengakibatkan kanal kalsium dihambat berlebihan, dengan dihambatnya kanal kalsium akan menurunkan produksi NO dari eNOS, dikarenakan produksinya bergantung
pada kalsium. Penurunan sintesis NO menyebabkan efek vasodilator juga menurun sehingga tidak dapat memperbaiki iskemia yang terjadi. Selain itu, kandungan tannin yang bertindak sebagai antioksidan pada alang-alang tidak dapat terambil secara optimal, karena tannin lebih efektif dengan ekstrak pelarut ethanol disebabkan sifat dari kepolarannya sedang-lemah.41 Dosis pegagan yang kecil diduga menjadi penyebab penurunan efek antioksidan dari kombinasi DPAK 3 ini, karena antioksidan terkuat dimiliki pegagan yang diikuti alang-alang dan kumis kucing.33 Hal tersebut diduga menjadi penyebab menurunnya efek antioksidan pada DPAK 3 ini sehingga pembentukan ROS yang menyebabkan nekrosis sel akan terus terjadi. Penelitian ini didukung oleh penelitian satu pohon yang dilakukan oleh Avisena (2014) pada pemberian dekokta DPAK 3 tidak mampu menurunkan kadar MDA serum mendekati normal.36 Dan didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Mariana (2015, in publishing) pada pemberian kombinasi dekokta DPAK 3 tidak mampu menurunkan proporsi sel epitel tubulus proksimal ginjal.37 Dalam dunia medis herbal PAK merepresentasikan obat antihipertensi yaitu golongan tiazid yang dihubungkan pada herbal alang-alang yang memiliki zat aktif alkaloid dan manitol sekaligus herbal kumis kucing yang memiliki zat aktif methylripariochromene A memiliki kerja yang sama dengan menghambat natrium dan air sebagai diuretik. Cylindrene dan graminone B yang terkandung pada alang-alang memiliki mekanisme yang sama dengan obat golongan dihidropiridin (amlodipin, felodipin, isradipin, nefidin, nisoldipin) dengan menghambat kanal kalsium sebagai vasodilator.48 Menurut data pengukuran tekanan darah didapatkan penurunan tekanan darah pada kelompok perlakuan yang diberikan DPAK 1, 2 dan 3. Pada DPAK 1 dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan dibandingkan dengan KP bahkan lebih rendah dari KN (normal) namun pada penelitian ini proporsi nekrosis sel endotel glomerulus masih jauh dari KN. Hal ini karena pada kelompok KP, P1, P2 dan P3 yang diinduksi DOCA-NaCl selama 6 minggu sudah mengalami hipertensi, dibuktikan dengan data pengukuran tekanan darah yang diduga sudah mengalami 99 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
kerusakan ginjal sebelum diberikan sonde lambung DPAK. Setelah diberikan DPAK selama 4 minggu didapatkan penurunan tekanan darah pada kelompok P1 namun karena jejas yang mengenai ginjal ini bersifat irreversible, maka tetap tidak dapat turun mendekati KN karena sudah terjadi kematian sel. Dengan pemberian sonde lambung DPAK ini diduga dapat mencegah proses kematian sel yaitu dengan mekanisme penurunan produksi radikal bebas dan iskemia yang terjadi agar tidak terjadi kerusakan sel lebih lanjut. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Induksi DOCA-NaCl dapat meningkatkan proporsi nekrosis sel endotel glomerulus ginjal tikus model hipertensi. 2. Kombinasi DPAK 1(5:5:3) dan DPAK 2 (6:4:3) mampu menurunkan proporsi nekrosis sel endotel glomerulus tikus model hipertensi DOCA-NaCl. 3. Kombinasi DPAK 1 (5:5:3) paling optimal dalam memperbaiki proporsi sel endotel glomerulus ginjal tikus model hipertensi DOCA-NaCl. Saran Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian yang sudah dilakukan diperlukan saran yaitu 1. Uji molecular docking pada ketiga herbal pegagan, alang-alang, dan kumis kucing bertujuan untuk mengetahui interaksi antara zat aktif yang ada pada herbal dengan kesesuaian reseptor antioksidan, vasodilator, dan diuretik. 2. Pemberian DPAK 1 dan 2 dengan jangka waktu lebih lama untuk mengetahui kemampuannya dalam memperbaiki nekrosis sel endotel glomerulus ginjal. 3. Diperlukan uji toksisitas dari kombinasi DPAK untuk mengetahui efek toksik dari zat aktif herbal egagan, alang-alang, dan kumis kucing.
Page | 100
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
DAFTAR PUSTAKA 1. Qurbany ZT. The Benefits Of Garlic (Allium Sativum) as Antihypertension (Artikel Review). Faculty of medicine, Lampung University. 2015. 2. Kearney P, Whelton M, Reynolds K, Muntner P,WheltonP, He J. Global burden of hypertension: analysis of worldwide data. Lancet 2005;365:217–23. 2005 3. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia. Jakarta: balitbangkes.P 80-89. 2013. 4. Nurjanah A, Hidayat N, Sulistyani. Hubungan Antara Lama Hipertensi Dengan Angka Kejadian Gagal Ginjal TerminalDi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. 2012. 5. Hermann M, Flammer A, Luescher T. Nitric oxide in hypertension. J Clin Hypertens (Greenwich).8 (12 suppl 4): 17-29. 2006. 6. Schena P, Gesualdo L. Pathogenetic Mechanism of Diabetic Nephrpathy. J Am Soc Nephro. l; 16:S30-S33. 2005. 7. Androwiki A, Camargo L, Sartoretto S, Couto G. Protein disulfide isomerase expression increases in resistance arteries during hypertgension development. Effectson Nox1 NADPH oxidase signaling Frontiers in Chemistry 2015;.3(24): 1-10. Open Access. 8. Karimi A, Majlesi M, Rafieian-Kopaei M. Herbal versus synthetic drugs; beliefs and facts.Nickan Research Institute. 2015. 9. Hashim P. Triterpene Composition and Bioactivities of Centella asiatica, Molecules. 16, 1310-1322. doi:10.3390/molecules16021310. 2011. 10. Matsubara T, Bohgaki T, Watarai M, Suzuki H, Ohashi K, Shibuya H. Antihypertensive Actions of Methylripariochromene A from Orthosiphon aristatus, an Indonesian Traditional Medicinal Plant. Biol Pharm Bull.;Oct22(10):1083-8. 1999. 11. Mak-Mensah E, Komlaga G, Terlabi E. Antiypertensive Action of Ethanolic Extract of Imperata cylindrica Leaves in Animal Models. Journal of Medicinal Plants Research. Vol. 4(14). pp. 1486-1491. 2010
Agus Nashir Muhammad, EFEK KOMBINASI DEKOKTA Centella asiatica, Imperata cylindrica
12. Badyal DK, Lata H, Dadhich AP. Animal Models Of Hypertension And Effect Of Drugs. Indian Journal of Pharmacology. 35: 349-362. 2003. 13. AthirohN, Permatasari N. MekanismeDeoxycorticosteroneacetate(DOCA)-Garam terhadap peningkatan tekanan darah pada hewan coba.El Hayah. 1(4), 199-213. 2011 14. Feng M,Whitesall S, Zhang Y, Beibel M, D’Alecy L,Dipitreilo K. Validation of volume pressure recording tail cuff blood pressure measurements. American Journal of Hypertention. 2008. 15. Ulya TDHA. Efek Dekok Centella asiatica, Imperata cylindrica dan Orthosiphon aristatus terhadap Tekanan Darah, Volume Urin dan Kadar NaCl Urin Tikus Model Hipertensi. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang. Skripsi. 2014. 16. Farris EJ, Graffith JQ. The rat in Laboratory Investigation. New York. 1971. http://worldcat.org/title/ratinlaboratoryinvestigation/oclc/320499971 (Accessed Juni 08, 2015). 17. Paget LH, Barnes O. Evaluation of Drug Activities: Pharmacometrics by Laurence and Bacharach, Academic Press, NY, USA. Vol. I, Page 90-91. 1964 18. Agustie MC. Pengaruh Pemberian Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa) dengan Dosis Bertingkat Terhadap Gambaran Histologi Ginjal Mencit BALB/C. Fakultas Kedoktera Unversitas Diponegoro. 2006. 19. Fridayanti CMA, Priyanto D, Isbandrio B.Pengaruh Pajanan Asap Terhadap Jumlah Candida pada Rongga Mulut. Media Medika Muda Vol. 4. Jurnal. 2015. 20. Krinke, George J. The Handbook of Experimental Animal: The Laboratory Rat. Dalam: Bullock G, Bunton TE, editor . New York: Academic Pres. 2000. 21. Udin MF. Pengaruh pemberian vaksin LDL yang dioksidasi kombinasi dengan adjuvan TT terhadap imunoglobulin g arteri renalis. Tesis Program Studi Biomedik Imunologi. Universitas Brawijaya. Malang.2005. 22. ManpreetK, Rana, Sunil K. Induction of Hypertension by Various Animal Models. Rayat Institute of Pharmacy, SBS Nagar, Ropar-144533, India. International Journal of
Pharmacy and Biological Sciences.;2230-7605. 2011. 23. Willerson JT, Cohn JN, Wellens, HJJ, Holmes DR. Cardiovascular Medicine. Edisi 3. London : Springer-Verlag. 2007. 24. Silbernagl S. Lang F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Penerbit buku Kedokteran EGC. 2006 25. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC. 2008. 26. Robbins SL, KumarV, Cotran RS. Buku Ajar Patologi, Edisi 7, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.2007. 27. Kurniawan A, Widodo. Amplifikasi Enhancer Gen Renin C-5312T pada Pasien Hipertensi di Rumah SakitDr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Biotropika | Vol. 2 No. 4.2014. 28. Rinawati W, Aulia D. Kidney Injury Molecule-1 (KIM-1) as Biomarker for the Early Identification of Acute Tubular Necrosis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Artikel. 2011. 29. WangW, Liu LQ, Higuchi CM, Chen. Induction of NADPH quinone reductase by dietary phytoestrogens in colonic Colo205 cells, Biochem Pharmacol J.;.vol.56, pp. 189195. 1998. 30. Rahman M, Hossain S, Rahaman A, Fatima N, Nahar T, Uddin B, Basunia MA. Antioxidant Activity of Centella asiatica (Linn,) Urban: Impact of Extraction Solven Polarity. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. vol. 1. 2013. 31. Botham KM, Mayes PA. The repiratory chain & Oxidative Phosphorilation. In: Murray K, Bender DA, Botham KM, et al. Eds. Harper’s Illuustrated Biochemistry, Ed 28th Mc Graw Hill Lange ; 103 12. 2009. 32. Seevaratnam V, Banumathi P, Premalatha MR., Sundaram SP., and Arumugam T. Functional Properties Of Centella Asiatica (L.): A Review. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. ISSN- 0975-1491 Vol 4.2012. 33. Krishnaiah D, Devi T, Bono A, Sabartly R. Full Length Research Paper: Studies on phytochemical constituents of six Malaysian medicinal plants. Journal of Medicinal Plants Research, vol, 3. 2009.
101 | Page
Jurnal Kedokteran Komunitas
34. Cerdeira AL, Cantrell CL, Dayan FE, Byrd JD, Duke SO. Tabanone, a New Phytotoxic Constituent of Cogongrass (Imperata cylindrica). USDA national agricultural library. Weed Science. 60:212–218. 2012. 35. Sari SP. Efek Kombinasi DekoktaCentella asiatica, Imperata cylindricadan Orthosiphon aristatusterhadap Kadar Hidrogen Peroksida (H2O2) Serum Tikus Model Hipertensi. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang.Skripsi. 2015. 36. Avisena, A.F. Efek Kombinasi Ekstrak Daun Pegagan, Akar Alang-alang dan Daun Kumis kucing terhadap Kadar SOD dan MDA Serum Tikus Model Hipertensi. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang.Skripsi.2014. 37. Mariana, D.E. Efek Kombinasi DekoktaCentella asiatica, Imperata cylindricadan Orthosiphon aristatusterhadap Proporsi Nekrosis Sel Epitel Tubulus Proksimal Ginjal Tikus Model Hipertensi DOCA-NaCl [in publishing]. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang.Skripsi. 2015. 38. Rajadurai M, Prince PSM. Preventive effect of naringin on lipid peroxide and antioxidants in isoproterenol-induced cardiotoxicity in Wistar rats: biochemical and histopathological evidence. Toxicology: Elsevier. vol. 228. 2006. 39. Roopesh C, Salomi KR, Nagarjuna S, Reddy YP. Diuretic activity of methanolic and ethanolic extracts of Centella asiatica leaves in rats’, International Research Journal of Pharmacy. 2011. 40. Padma R., Rahate KP, Parvathy NG, Renjith V. Quantitative estimation of tannins, phenols, and antioxidant, activity of methanolic extract of Imperata cylindrical‟, International Journal Research Pharmacology Science, vol, 4, pp. 73-77. Tian, FLBJBYJZGCY. & Luo, Y. Antioxidant and antimicrobial activities of consecituve extracts from Galla chinensis: The polarity affects the bioactivities, Food Chemistry. 113(1): 173179. 2009. 41. Rackelhoff JF. Gender difference in the regulation of blood pressure.Hypertension. 2001. 42. Zainol MK, Abd-Hamid A, Yusof, S., Muse, R. Antioxidative activity and total phenolic Page | 102
Volume 3, Nomor 1, Desember 2015
compounds of leaf, root and petiole of four accessions of Centella asiatica (L.) Urban., Department of Food Science, Universiti Putra Malaysia, UPM 43400, Serdang, Selangor, Malaysia. doi:10.1016/S0308-8146(02)004983. 2015. 43. Sanchez, M & Prince, PSM Quercetin regulates oxidized LDL induced inflammatory change in human PBMCs by modulating the TLR-NF_B signaling pathway. Immunobiology. 2006. 44. Toledo JC, Augusto O. Connecting the Chemical and Biological Propeties of Nitric Oxide. Chem Res Toxicol. 2012. 21;25(5):97589. doi: 10.1021/tx300042g. 2012. 45. Olaleye MT.Cytotoxicity and antibacterial activity of Methanolicextract of Hibiscus sabdariffa. J. Med. Plants Res. 1(1):009-013. 2007. 46. Padma R, Rahate KP, Parvaty NG, Renjith V. Quantitative estimation of tannins, phenol and antioxidant, activity of methanolic extrack of Imperata cylindrical. International Journal Research Pharmacology Science. Vol. 4. Pp:7377. 2009. 47. Hodgson JM., Croft KD. Dietary flavonoids: effects on endothelialfunction and blood pressure. Review. Perth. Journal Molecular Pharmacology. Vol. 86 Pp. 24922498. 2006. 1. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik edisi 10. Penerbit buku kedokteran EGC. 2007.