Pengaruh Pelatihan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Terhadap Kemampuan Melakukan Sadari Effect of BSE (Breast Self-Examination) Training To Ability To Do BSE Nur Aini Retno Hastuti Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Saat ini kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita setelah kanker rahim, dan merupakan kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium lanjut, sehingga upaya pengobatan mencapai kesembuhan sulit dilakukan. Dalam perkembangan teknologi dunia kedokteran, ada berbagai macam cara untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan pada payudara, namun ada juga cara yang lebih mudah dan efisien untuk dapat mendeteksi kelainan payudara oleh diri sendiri yang dikenal dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pelatihan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) terhadap kemampuan melakukan SADARI. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperiment: before and after with control design, dengan teknik simpel random sampling dengan jumlah sampel 106 siswi SMA Negeri 1 Sukoharjo Kelas XI IPA. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dengan alat bantu checklist dan analisis uji statistik MannWhithney dengan menggunakan SPSS. Berdasarkan analisis secara keseluruhan didapatkan nilai Asymp.Sig sebesar 0,000 ( < 0,05). Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada perbedaan skore yang signifikan antara hasil postest dengan hasil pretest. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pelatihan SADARI terhadap kemampuan melakukan SADARI. Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara pelatihan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) terhadap kemampuan melakukan SADARI. Kata Kunci : Pelatihan, SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri), Kemampuan ABSTRACT Today breast cancer is the second cause of death from cancer in women after cervical cancer, and the most common cancer suffered by women. In Indonesia, more than 80% of cases were found in an advanced stage, so the treatment difficult to achieve a cure. In the world of medical technology development, there are various ways to detect early abnormalities in the breast, but there is also a more easy and efficient way to detect breast abnormalities by themselves are known as breast self-examination (BSE). The purpose of this study is to know the influence of training BSE (Breast Self-Examination) to the ability to do BSE. This research is Quasi Experiment: before and after with control design, the technique is simple random sampling with a sample 106 High School student of 1 Sukoharjo Class XI IPA. Technique of data collecting used observation method with checklists and analysis with Mann-Whithney statistical tests using SPSS. Based on the analysis was obtained Asymp.Sig value of 0.000 (<0.05). So, it is known that there is significant differences result scores between the pretest and postest. It can be concluded that there is a positive conection and very signivicant relationship between training BSE and the ability to do BSE. The conclusion are, there is a positive connection and highly significant relationship between training BSE (Breast Self-Examination) to the ability to do BSE. Keywords : Training, BSE (Breast Self-Examination), Ability Korespondensi: Nur Aini Retno Hastuti, Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur, Sido Makmur Combongan Sukoharjo Jawa Tengah Tel.085642140459. Email: PENDAHULUA
[email protected]
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Gedung Biomedik Lt. 1 FKUB Jln. Veteran Malang 65145 Tel. 0341-551611 pesawat 84, fax. (0341) 564755, email:
[email protected], hotline: +628113644626
PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan keganasan yang paling umum pada wanita di seluruh dunia terutama pada daerah yang sedang berkembang (1-2). Saat ini kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita setelah kanker rahim, dan merupakan kanker yang paling banyak ditemui pada wanita (3). Secara umum angka kejadian kanker payudara pada negara-negara yang sedang berkembang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju (4). Diperkirakan angka terjadinya di Indonesia adalah 12/100.000 perempuan, sedangkan Amerika adalah sekitar 92/100.000 perempuan dengan mortalitas yang cukup tinggi, yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai pada perempuan (5). Kanker payudara adalah kanker paling umum pada wanita di dunia dan merupakan salah satu dari beberapa kanker yang mempunyai teknologi skining (6). Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium lanjut, sehingga upaya pengobatan mencapai kesembuhan sulit dilakukan (7). Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal (5). Deteksi dini SADARI melalui skrining dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat kanker payudara (8). Dalam perkembangan teknologi dunia kedokteran, ada berbagai macam cara untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan pada payudara, diantaranya dengan thermography, mammography, ductography, biopsi dan USG payudara (4). Pemeriksaan berkala mammografi dan SADARI setiap bulan sangat penting dalam mendeteksi kanker payudara pada tahap awal (9-12). Disamping itu ada juga cara yang lebih mudah, murah, sederhana dan efisien untuk dapat mendeteksi kelainan payudara oleh diri sendiri yang dikenal dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) (8, 10-12). Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi (13). Karena sebagaian besar tumor payudara, baik kelainan jinak maupun ganas ditemukan oleh penderita sendiri, maka pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) menjadi sangat penting (7). Sudah banyak bukti bahwa SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara dan dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup, namun belum banyak pendekatan sistematis untuk meningkatkan SADARI, banyak pasien yang tidak melalukan deteksi dini dan pengobatan awal karena kurangnnya informasi, pengetahuan, kesadaran dan skrining kanker payudara (10) menggunakan kelompok pembanding eksternal (14). Pretest-postest design adalah penelitian yang dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi, setelah diberikan intervensi kemudian dilakukan kembali postest (pengamatan akhir) (15). Dengan pola two-group pra-post test design. Penelitian ini dilaksaakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo Jawa Tengah. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 1 Sukoharjo. Tujuan
dari penelitian adalah menngetahui pengaruh pelatihan SADARI terhadap kemampuan melakukan SADARI.
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Gedung Biomedik Lt. 1 FKUB Jln. Veteran Malang 65145 Tel. 0341-551611 pesawat 84, fax. (0341) 564755, email:
[email protected], hotline: +628113644626
Hipotesis adanya pengaruh pelatihan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) terhadap kemampuan melakukan SADARI. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi: before and after with control design atau disebut juga rancangan sebelum dan sesudah intervensi kelas XI IPA sebanyak 106 orang yang saat penelitian serta memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusinya adalah siswi putri yang berada di lokasi saat dilakukan penelitian dengan krtiteria: sudah mengalami menstruasi, tak ada gangguan dalam perkembangan seksual primer dan sekunder serta sehat jasmani rohani. Sedangkan kriteria ekslusinya adalah tidak bersedia menjadi subjek penelitian. Pelatihan diberikan sekali dalam proses penelitian, dilaksanakan setelah pre-test, hanya pada kelompok perlakuan dengan metode ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Selama pelatihan pada kelompok perlakuan dan kontrol kemampuan melakukan SADARI akan diukur 2 kali (pre-test dan post-test) dengan jangka jarak pengukuran 15 hari. Alat ukur berupa checklist, diisi oleh penilai yang telah mendapat pelatihan melakukan SADARI dengan baik. Sampel melakukan SADARI pada mannequin tubuh manusia (wanita). Pada penelitian ini menggunakan uji t-test independent. Dalam analisis ini suatu hipotesis (Ha) dapat diterima apabila nilai Asymp.Sig lebih kecil dari 0,05 dengan derajat kesalahan yang bernilai 0,05 (16) . Namun, bila data yang dihasilkan tidak memenuhi ktriteria untuk dilakukan uji t-test independent maka akan diuji dengan menggunakan Mann Whitney (17).
HASIL Jumlah responden 106 siswi dari 140 siswi dengan rentang usia 16-17 tahun (18). a. Kelompok Kontrol Telah didapat data dengan skor pretest terendah 0, skor pretest tertinggi 8, skor postest terendah 0, skor postest tertinggi 8, dan rata-rata selisih skor pretest dan protest adalah 2,33. Selanjutnya data diuji normalitasnya sebagai syarat dalam statistik parametrik, data harus terdistribusi normal. Normalitas data menggunakan kolmogorov smirmov test.
Tabel 1. Tabel hasil uji normalitas data kelompok kontrol
Kolmogorov-Smirnov Statistic
Df
Sig.
.186
53
.000
Skor kelompok kontrol
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Gedung Biomedik Lt. 1 FKUB Jln. Veteran Malang 65145 Tel. 0341-551611 pesawat 84, fax. (0341) 564755, email:
[email protected], hotline: +628113644626
Gambar 1. Gambar Q-Q plots kelompok kontrol
Hasil uji normalitas data menggunakan kolmogorov smirmov test dengan sig. (0,00) < 0,05 maka disimpulkan data tidak terdistribusi normal. Gambar Q-Q plots juga menunjukkan pancaran data berada di sekitar garis melintang, namun ada beberapa titik yang berada jauh dari garis melintang, hal ini menunjukkan data tidak terdistribusi normal. Karena data tidak terdistribusi normal maka data ditransformasikan, dengan hasil:
Tabel 2. Tabel hasil uji normalitas data kelompok kontrol setelah data di transformmasi
Trans_baru_kontrol
Kolmogorov-Smirnov Statistic Df .147 41
Sig. .026
Hasil transformasi data menunjukkan sig. (0,026) < 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak terdistribusi normal.
b. Kelompok Eksperimen Telah didapat data dengan skor pretest terendah 0, skor pretest tertinggi 6, skor postest tertendah 24, skor postest tertinggi 30, dan rata-rata selisih skor pretest dan postest adalah 26,37. Selanjutnya data diuji normalitasnya sebagai syarat dalam statistik parametrik, data harus terdistribusi normal. Normalitas data menggunakan kolmogorov smirmov test. Tabel 3. Tabel hasil uji normalitas data kelompok eksperimen
Skor kelompok eksperimen
Kolmogorov-Smirnov Statistic
Df
Sig.
.109
53
.164
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Gedung Biomedik Lt. 1 FKUB Jln. Veteran Malang 65145 Tel. 0341-551611 pesawat 84, fax. (0341) 564755, email:
[email protected], hotline: +628113644626
Gambar 2. Gambar Q-Q plots kelompok eksperimen
Hasil uji normalitas data menggunakan kolmogorov smirmov test dengan sig. (0,164) > 0,05 maka disimpulkan data terdistribusi normal. Gambar Q-Q plots juga menunjukkan pancaran data berada di sekitar garis melintang, hal ini menunjukkan data terdistribusi normal.
c. Mann-Witnney Persyaratan dalam uji statisistik t-test independen adalah data terdistribusi normal (19), hasil uji normalitas data untuk kelompok kontrol menunjukkan data tidak terdistribusi normal, sedangkan data untuk kelompok eksperimen menunjukkan data dapat terdistribusi normal, sehingga tidak dapat dilanjutkan dengan uji t-test untuk 20
sampel independen, sehingga digunakan uji Non-Parametrik yaitu Mann-Withney .
Hasil uji Mann-Withney sebagai berikut: Tabel 4. Tabel Ranks Skor kemampuan
Pelatihan SADARI Kontrol Eksperimen Total
N 53 53 106
Mean Rank 27.00 80.00
Sum of Rank 1431.00 4240.00
Tabel 5. Tabel Test Statistics Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Skor Kemampuan .000 1431.000 -8.902 .000
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Gedung Biomedik Lt. 1 FKUB Jln. Veteran Malang 65145 Tel. 0341-551611 pesawat 84, fax. (0341) 564755, email:
[email protected], hotline: +628113644626
Hasil Mann-Withney menunjukkan nilai Asymp.Sig sebesar 0,000 ( < 0,05) (21) maka disimpulkan ada perbedaan yang signifikan skor kemampuan melakukan SADARI antara kedua kelompok.
DISKUSI Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik menghasilkan nilai Asymp.Sig sebesar 0,000 ( < 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak (22). Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada perbedaan skor yang signifikan antara hasil postest dengan hasil pretest. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pelatihan SADARI terhadap kemampuan melakukan SADARI. Hasil dari penelitian didapatkan hasil postest lebih baik daripada hasil pretest pada kelompok eksperimen, hal ini disebabkan karena adanya suatu perlakuan yaitu sebelum postest para siswi diberikan pelatihan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan teori bahwa seseorang setelah mengalami stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui dan disikapinya (23). Tujuan yang ingin dicapai dalam pelatihan ini adalah meningkatnya kemampuan siswa dalam melakukan SADARI. Hal ini sesuai dengan tujuan umum dalam pelatihan adalah untuk mengembangkan keahlian, pengetahuan, dan sikap (24). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kemampuan melakukan SADARI pada siswi yang sudah diberi pelatihan SADARI lebih baik, hal ini didukung oleh metode yang dipakai dalam memberikan pelatihan. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah metode ceramah, demonstrasi, dan diskusi. Pemilihan metode disini didasarkan pada tujuan dan sasarannya. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari pendidik kepada peserta didik dan karakteristik peserta didik. Selain itu ada beberapa hal yang dipertimbangkan dalam memilih metode yaitu jumlah peserta didik (25). Hal ini sesuai dengan metode ceramah digunakan jika jumlah peserta didik cukup banyak, metode ceramah digunakan jika materi yang diberikan adalah materi baru, dan peserta didik mampu menerima informasi melalui kata-kata (25). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun menggunakan penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang disajikan (26). Dalam metode demonstrasi pendidik dapat membimbing peserta didik ke arah berfikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama sehingga dapat mengurangi kesalahankesalahan bila dibandingkan hanya dengan membaca atau mendengarkan karena peserta didik mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya. Diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah dan mencari kebenaran (25). Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan responden dan dalam penyampaian pelatihan menggunakan alat bantu leaflet, audio visual berupa rekaman video tentang langkah SADARI yang baik dan benar, dan mannequin tubuh manusia. Media pendidikan lazim disebut sebgai alat belajar atau mengajar. Metode yang tepat untuk bahan pelajaran tertentu dapat lebih efektif jika disertai dengan media pendidikan yang tepat pula. Pada dasarnya sesuai
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Gedung Biomedik Lt. 1 FKUB Jln. Veteran Malang 65145 Tel. 0341-551611 pesawat 84, fax. (0341) 564755, email:
[email protected], hotline: +628113644626
dengan perkembangan peserta didik, pengajaran lebih mengutamakan sifat konkret, sehingga alat mengajarpun dimulai pemilihannya dari sifat itu seperti yang digambarkan oleh Edgar Dale (25). Dalam penelitian ini penyampaian materi kepada peserta pelatihan tidak hanya melihat-mendengar (audio-visual) namun juga demonstrasi langsung (demonstration experiences). Hal ini sesuai dengan pendapat Edgar Dale diatas bahwa suatu media pembelajaran hendaknya diuamakan pemilihannya yang bersifat konkret.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadjadi, A., Bashash, M.,Ghorbani, A., Nouraie, M., Babaei,M., Malekzadeh, R & Yavari, P. . (2009). Comparison of breast cancer survival in two populations: Ardabil, Iran and British Columbia, Canada. Cancer , 9, 381 2. Parvin Mangolian Shahrbabaki, jamileh farokhzadian, Zahra Hasanabadi, Simin Hajjotoleslami. The Evaluation Of The Educational Plan Of Breast Self-Examination Of Women Referring To Health Center. Procedia – social And Behavioral Scienes 31 (2012): 913 -914. 3. Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.pp472495 4. Rasjidi, I. 2010. 100 Question & Answer Kanker Pada Wanita. Jakarta: Elex Media Komputindo.pp.17-53 5. Perhimpunan Onkologi Indonesia. 2010. Pedoman Tatalaksana Kanker. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.pp.13-26 6. World Health Organization. (2012). Screening and early detection of cancer. (Online) Diakses pada 20 Januari 2012 http://www.who.int/cancer/detection/en/. 7. Dalimartha, S. 2004. Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya.pp.19-26 8. Jahan S, Al-Saigul AM, Abdelgadir MH. Breast cancer: knowledge, attitudes and practices of breast self examination among women in Qassim region of Saudi Arabia. Saudi Med J 2006;27:1737–41 9. Secginli S, Nahcivan NO. Factors associated with breast cancer screening behaviors in a sample of Turkish women: a questionnaire survey. Int J Nurs Stud 2006;43:161–71 10.Du¨ ndar EP, Ozmen D, Ozturk B, Haspolat G, Akyildiz F, Coban S, et al. The knowledge and attitudes of breast self-examination and mammography in a group of women in a rural area in western Turkey. BMC Cancer 2006;6:43 11.Ozturk M, Engin VS, Kisioglu AN, Yilmazer G. Effects of education on knowledge and attitude of breast self examination among 25+ years old women. East J Med 2000;5:13–7. 12.Saadon F, Al-Azmy, Ali Alkhabbaz, Hadeel A. Almutawa, Ali E. Ismaiel, Gamal Makboul, Medhat K. ElShazy. 2013. Preacticing Breast self – Examnation Among Women attending Primary Health Care in Kuait. Alexandria Jurnal Of Medicine 2013; 281-282 13.Koni, E dan Eka B. 2009. Kupas Tuntas Kanker Payudara. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.pp. 1-155 14.Taufiqurohman, M A. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Surakart: UNS Press.pp.91-122 15.Hidayat, A A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.pp25-40 16.Pratisto, A. 2009. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. Jakarta: Elex Media Komputindo.pp.37-44 17.Dahlan, S. 2009. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan: Diskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Jakarta: Salemba Medika.pp 22-25 18.Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.pp.118-121 19.Budiarto, E. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.pp.29-32 20.Arief, Muhammad Tq. 2009. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Klaten.CSGF (The Community of Self Help Group Forum) pp. 21. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.pp.77-130 22.Fajar, I. 2009. Statistika Untuk Praktisi Kesehatan. Malang: Graha Ilmu.pp.101-104 Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Gedung Biomedik Lt. 1 FKUB Jln. Veteran Malang 65145 Tel. 0341-551611 pesawat 84, fax. (0341) 564755, email:
[email protected], hotline: +628113644626
23.Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.pp. 24.Moekijat. 2003. Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung; Mandiri Maju.pp.1-41 25.Sagala, S. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.pp.161-212 26.Syah, M. 2005. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Karya.pp.190-214
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Gedung Biomedik Lt. 1 FKUB Jln. Veteran Malang 65145 Tel. 0341-551611 pesawat 84, fax. (0341) 564755, email:
[email protected], hotline: +628113644626