AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013
103
PENENTUAN LOKASI INDUSTRI PALA PAPUA BERDASARKAN PROSES HIERARKI ANALITIK (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ) DAN APLIKASI SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN (SPK) DI KABUPATEN FAKFAK
Aceng Kurniawan dan Murtiningrum Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian (Fapertek) Universitas Negeri Papua (UNIPA), Korespondensi : Jl. Gunung Salju Amban. Manokwari-98314, Papua Barat. Email:
[email protected]
ABSTRACT The Analytic Hierarchy Process (AHP), a decision-making method based upon division of problem spaces into hierarchies. This Study looks at AHP as a tool used in determination of industrial location. Solution of AHP method finished with the iteration process of through at scheme of Visual Basic computer program to assist the calculation process. From result of program device which have been made to be obtained the highest total priority value. Key words: Industrial Location, Pala, Analytic Hierarchy Process, Total Priority Value, Kabupaten Fakfak PENDAHULUAN Kabupaten Fakfak sebagai sentra pala di Provinsi Papua Barat, khususnya pala papua (Myristica argentea ware). Tanaman Pala di kabupaten Fakfak sebagai penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar ketiga setelah subsektor kehutanan dan perikanan. Penyumbang PDRB Kabupaten Fakfak sebesar 35% dari sektor pertanian sub sektor perkebunan berasal dari produksi daging buah pala sebanyak 1.162.691 ton per tahun (daging buah pala kurang lebih 90% dari total buah pala) (BPS, Fakfak, 2009). Jumlah daging pala yang cukup besar tersebut selama ini belum dikelola dengan baik, apabila dikelola dengan baik dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi petani pala maupun industri rumah tangga dalam meningkatkan kesejahteraannya. Melihat potensi dan peluangnya yang masih terbuka, pengembangan usaha produk agroindustri komoditas pala papua merupakan lahan investasi yang mempunyai prospek yang cukup baik. Analisis mendalam diperlukan untuk menilai kelayakan rencana
investasi pala, salah satunya adalah pengambilan keputusan dalam penentuan lokasi industri. Kesalahan di dalam proses penentuan lokasi industri akan menimbulkan berbagai dampak baik dampak internal (seperti kerugian pendapatan) maupun dampak eksternal (seperti pencemaran lingkungan sekitar) (Karoror, A. J., 2007). Kemampuan di dalam proses pengambilan keputusan secara cepat, tepat sasaran, dan dapat dipertanggungjawabkan menjadi kunci keberhasilan dalam persaingan global di waktu mendatang. Memiliki banyak informasi saja tidak cukup, jika tidak mampu meramunya dengan cepat menjadi alternatifalternatif terbaik di dalam proses pengambilan keputusan. Akan tetapi, sebelum dilakukan proses pengambilan keputusan dari berbagai alternatif yang ada maka dibutuhkan adanya suatu kriteria. Setiap kriteria harus mampu menjawab satu pertanyaan penting mengenai seberapa baik suatu alternatif dapat memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan menerapkan metode Proses Hierarki Analitik/Analytical Hierarchy Process (AHP) (Saaty 1993). Keuntungan lain dari metode
104
ini adalah pada tahap akhir dapat ditarik suatu konsesus yang merupakan gabungan pendapat dari seluruh pihak yang dijadikan narasumber (expert) (Fewidarto1988). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis dan strategi pengembangan lokasi industri daging pala untuk dikembangkan di Kabupaten Fakfak. METODE PENELITIAN Tahapan penelitian Pengumpulan data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer untuk penentuan lokasi agroindustri yang diperoleh dengan cara wawancara dengan pelaku usaha dan dinas terkait (Dinas Perindagkop, Dinas Pertanian dan Perkebunan dan Bappeda Kabupaten Fakfak) dan data sekunder yang berupa data distrik yang ada di Kabupaten Fakfak yang selama ini dijadikan daerah untuk pengembangan pala papua. Penentuan lokasi industri potensial Pada tahap ini dilakukan pemilihan lokasi agroindustri potensial untuk pengembangan Produk agroindustri berbasis pala papua dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), dengan cara wawancara dengan pelaku usaha dan dinas terkait sebagai responden. Tahap terpenting dalam AHP adalah penilaian dengan teknik komparasi berpasangan terhadap aktor-aktor pada suatu tingkat hirarki. Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot numerik dan membandingkan antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tahap selanjutnya adalah melakukan sintesa terhadap hasil penilaian untuk menentukan elemen mana yang memiliki prioritas tertinggi dari terendah. Skala komparasi yang digunakan adalah 1 sampai 9. Diawali dengan penyusunan matriks individu, kemudian matriks pendapat gabungan dilanjutkan dengan pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal maka akan diperoleh skala prioritas lokasi agroindustri potensial untuk pengembangan produk agroindustri pala papua Perancangan sistem Perancangan sistem meliputi perancangan sistem manajemen basis data,
Penentuan Lokasi Industri Pala…(Aceng K dkk)
sistem manajemen basis model, sistem pengolahan pusat, dan sistem dialognya. Pemodelan sistem Secara garis besar Sistem Penunjang Keputusan (SPK) yang akan dibuat terdiri dari 2 (dua) komponen sistem yaitu sistem manajemen basis data yaitu sistem yang terdiri dari sekumpulan data dan sistem manajemen basis model yaitu sistem yang terdiri dari sekumpulan model. Sistem yang satu dapat berinteraksi secara timbal balik dengan sistem yang lainnya melalui sistem pengolahan pusat pengolahan sistem yang mengelola dan mengatur seluruh bagian atau komponen sistem yang terintegrasi dalam paket program. Pusat pengolahan sistem ini menerima sinyal dari sistem manajemen dialog yang bersifat interaktif dengan pengguna. Model yang digunakan pada tahapan ini adalah Model Perbandingan Eksponensial (MPE), dengan model ini maka sistem akan menghitung dan menampilkan 3 (tiga) lokasi agroindustri potensial dari data tahapan sebelumnya yaitu tahap penentuan lokasi Agroindustri potensial dengan metode AHP. Implementasi dan verifikasi Hasil rancangan serta akuisi pengetahuan diimplementasikan ke dalam suatu bentuk model paket program komputer. Pengembangan model Sistem Penunjang Keputusan ini dilakukan menggunakan perangkat lunak Visual Basic 6.0 untuk pengembangan keseluruhan sistem dan Microssoft Access 7.0 untuk pengembangan manajemen basis data. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses hierarki analitik untuk penentuan lokasi industri Usaha untuk meminimumkan biaya pendirian industri antara lain dapat dilakukan dengan pemilihan lokasi industri yang tepat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam penentuan lokasi industri, yaitu : 1) ketersediaan lahan, 2) kemudahan akses dengan sumber bahan baku, 3) ketersediaan sarana transportasi, 4) ketersediaan sarana komunikasi, 5) ketersediaan air, 6) ketersediaan listrik, 7) ketersediaan tenaga kerja, dan 7) kondisi sosial ekonomi.
AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013
105
Tabel 1. Bobot Enam Alternatif Lokasi Industri Berdasarkan Rangking Prioritas. No Kriteria Bobot 1. Distrik Fakfak Barat 0,2975 2. Distrik Kota Fakfak 0,2934 3. Distrik Teluk Patipi 0,1502 4. Distrik Fakfak Tengah 0,1133 5. Distrik Fakfak Timur 0,0868 6. Distrik Kramomongga 0,0589 Total Bobot 1,0000 Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, terdapat 6 (enam) alternatif lokasi industri potensial di Kabupaten Fakfak yaitu : 1) Distrik Fakfak Timur, 2) Distrik Fakfak Tengah, 3) Distrik Kota Fakfak, 4) Distrik Fakfak Barat, 5) Distrik Teluk Patipi, dan 6) Distrik Kramomongga, Pada tahapan ini dihitung nilai bobot untuk ke enam distrik yang merupakan lokasi yang paling potensial untuk lokasi industri menurut skala prioritas hasil wawancara dan dihitung dengan menggunakan metode AHP. Alternatif lokasi agroindustri berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1. Distrik Fakfak Barat merupakan lokasi industri yang paling potensial untuk pengembangan industri pala papua dengan Bobot 0,2975 disusul dengan Distrik Kota Fakfak dan Distrik Teluk Patipi dengan Bobot masing-masing 0,2934 dan 0,1502. Perancangan Sistem Secara umum Sistem Penunjang Keputusan (SPK), menurut Marimin (2004) yang diperkuat oleh Turban et. al. (2005) terdiri dari tiga komponen utama yaitu : 1. Manajemen data, adalah data base yang berisi data yang berhubungan dengan sistem yang diolah menggunakan perangkat lunak yang disebut sistem manajemen basis data. 2. Manajemen model, yaitu paket perangkat lunak yang terdiri dari model finansial, statistikal, ilmu manajemen atau model kuantitatif lain yang menyediakan kemampuan sistem analisis. 3. Sub sistem dialog atau antarmuka pengguna, yaitu sub sistem yang menghubungkan pengguna dengan perintah-perintah dalam SPK, pengguna
Rangking 1 2 3 4 5 6
berkomunikasi dengan dan memerintahkan SPK melalui sub sistem ini. Perancangan SPK perencanaan lokasi industri pala papua didasarkan atas sistem yang dikaji, meliputi perancangan sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model, sistem pengolahan pusat, dan sistem dialognya. Pengembangan model SPK ini dilakukan menggunakan perangkat lunak Visual Basic 6.0 untuk pengembangan keseluruhan sistem dan Microssoft Access 7.0 untuk pengembangan manajemen basis data. Pemodelan Sistem Model dirancang untuk menganalisis prioritas lokasi potensial untuk industri pala papua. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan lokasi industri dapat lebih spesifik berdasarkan data yang sudah diperoleh sebelumnya (Tabel 1), verifikasi dilakukan terhadap 6 distrik yang ada di Kabupaten Fakfak. Penentuan dan pembobotan kriteria didapatkan dari hasil wawancara dengan responden, dan selanjutnya akan dihitung dengan menggunakan model Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) untuk memilih 3 (tiga) lokasi agroindustri potensial dari 6 (enam) lokasi potensial. Masukan model analisa lokasi agroindustri potensial dibedakan menjadi dua yaitu input statis yang tersedia dalam sistem berupa data prioritas lokasi agroindustri (Tabel 1) dan input dinamis berupa data yang diinput oleh pengguna. Input dinamis pada model adalah nilai alternatif lokasi untuk setiap kriteria. Keluaran yang dihasilkan dari model analisa prioritas lokasi industri ini adalah urutan 3 prioritas alternatif lokasi yang paling potensial untuk pengembangan industri pala Papua berdasarkan nilai MPE.
Penentuan Lokasi Industri Pala…(Aceng K dkk)
106
Implementasi dan Verifikasi Pada tahap ini, pengguna diminta menginput beberapa alternatif lokasi industri potensial dan nilai untuk masing-masing alternatif lokasi. Skala penilaian yang disarankan sistem adalah nilai genap, yaitu nilai 2,4,6 dan 8. Nilai ganjil dapat diberikan jika penilaian tersebut berada diantara skala nilai genap. Bobot setiap kriteria pemilihan lokasi industri potensial diambil dari tahap sebelumnya yaitu dari penentuan lokasi agroindustri dengan menggunakan proses AHP. Nilai masing-masing alternatif lokasi untuk setiap kriteria pemilihan lokasi agroindustri potensial yang telah diinput dihitung dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Urutan prioritas lokasi agroindustri potensial terpilih ditentukan dengan mencari nilai total dari alternatifalternatif lokasi agroindustri yang sudah diinput dan diurutkan dari nilai yang terbesar hingga terkecil. Tampilan model pemilihan
alternatif lokasi industri pala papua disajikan Pada Gambar 1. Keluaran yang dihasilkan oleh model Analisa Prioritas Lokasi industri ini adalah urutan prioritas alternatif lokasi yang paling potensial sebagai tempat pengembangan agroindustri pala papua. Data penilaian setiap alternatif lokasi yang sudah diinput akan dihitung dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), sehingga di dapat total nilai perhitungan MPE untuk masing-masing alternatif lokasi. Nilai total tersebut kemudian diurutkan untuk mendapatkan prioritas lokasi industrii yang paling potensial. Contoh hasil perhitungan model Analisa Prioritas Lokasi Agroindustri Potensial dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan tampilan program hasil Analisa Prioritas Lokasi Agroindustri Potensial dapat dilihat pada Gambar 2.
Tabel 2. Contoh Hasil Perhitungan Model Analisa Prioritas Lokasi Agroindustri Potensial Prioritas Alternatif Terpilih Lokasi Potensial 1 Distrik Fakfak Barat Lokasi Potensial 2 Distrik Kota Fakfak Lokasi Potensial 3 Distrik Teluk Patipi
Nilai MPE 216.897 175.603 164.133
Gambar 1. Tampilan Model Pemilihan Lokasi Agroindustri Potensial
AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013
107
Gambar 2. Tampilan Hasil Analisa Prioritas Lokasi Industri Potensial KESIMPULAN Program aplikasi SPK dapat digunakan oleh para pengusaha atau investor yang ingin merencanakan investasi untuk mengembangkan industri pala papua. Sistem dapat dioperasikan di berbagai kantor yang menyediakan informasi, seperti kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Bappeda dan lain sebagainya. Untuk dapat dioperasikan dengan baik, sistem ini memerlukan dua orang Operator yang memahami konsep database untuk menginput data dan satu orang Administrator yang memahami konsep pemograman untuk memelihara sistem. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Kabupaten Fakfak Dalam Angka. Fakfak : Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak. Fewidarto, P.D. 1988. Aplikasi Teori Proses Hirarki pada Metode Skenario. Paper. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor Karoror. A. J. 2007. Strategi Disvertisifikasi Produk Buah Pala Negeri (myristica argenta ware) di Kabupaten Fakfak. Tesis. Magister Manejemen dan Bisnis. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Saaty, T. L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Terjemahan. Jakarta : PT. Pustaka Binaan Pressindo. Turban E., Aronson, J. E. dan Peng Liang T. 2005. Decision Support System and Intelligent System. Terjemahan . Yogyakarta : Penerbit ANDI.