186
PEMURNIAN PAPAIN, PENGEMBANGAN PRODUK LOSION PEMUTIH KULIT DAN SABUN PEMBERSIH MUKA Oleh: Faizah Hamzah1) dan Farida Hanum Hamzah 1) ABSTRACT The results showed that cysteine and sodium metabisulfhite were able to increase papain enzyme activity. Cysteine however, shows the highest increment in papain enzyme activity. The analysis included visual analysis degree of free fatty acids, and total account of bacteria. Degree of free fatty acids is used as primary parameter of the shelf life of emulsion. Shelf life is determined when the quality of emulsion has decreased about 50% by accelerated method at 40oC and 50oC in 10 weeks. Emulsion’s shelf life at room temperature is calculated by conversion factor Q10 the ratio of the shelf life at ToC and (Tr10)oC. Product formulation were conducted in “nourishing and anti acne facial wash” the formulation is based on liquid soap. Papain increase to remove dead skin. Layer and clean dirt from skin, soften and give smoothness to skin and helped another component in facial wash penetrate to subsurface skin. Key words: anti acne facial wash, purification papain, whitening lotion nourishing.
PENDAHULUAN Tanaman pepaya memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena disamping menghasilkan buah yang bernilai ekonomi, juga seluruh batang, daun dan buahnya mengandung getah yang merupakan bahan baku industri papain. Indonesia adalah salah satu produsen utama pepaya di dunia, yang mempunyai potensi besar dan cukup baik untuk dikembangkan. Untuk merealisasikan potensi tersebut perlu adanya peningkatan produksi dengan usaha diversifikasi pemanfaatan buah pepaya (Gumbira Said et al., 2006). Data statistik tahun 2002-2006 menunjukkan rata-rata luas panen pepaya Indonesia adalah 9.911 ha dengan rataan produksi sebesar 518.959 ton atau mempunyai produktivitas sebesar 52,4 ton pepaya per ha per tahun (Departemen Pertanian, 2007). Potensi tersebut bila dikaji per propinsi, maka selama kurun waktu tahun 2002-2006, luas areal dan panen tertinggi adalah propinsi Jawa Timur (3.587 ha dan 234,98 ton), disusul Propinsi Jawa Tengah (1,071 ha dan 53.285 ton), Jawa Barat (953,5 ha dan 61,6 ton) dan Nusa Tenggara Timur (757 ha dan 36,515 ton). 1
Papain merupakan enzim yang banyak kegunaannya terutama karena sifat proteolitiknya, diantaranya sebagai bahan penstabil (stabilisator) bir dan minuman, pengempuk daging, pengekstrak protein ikan, industri makanan ternak, industri farmasi, industri kosmetik, membantu proses hidrolisis khamir, penyamak kulit sebagai bahan pembantu dalam industri kertas dan tekstil, industri fotografi, di bidang patologi sebagai reagen untuk reaksi serologi (Albrecht, 2006). Efek farmakologi papain antara lain sebagai antikoagulan, yaitu menghilangkan nekrosis pada luka yang kronis, luka bakar dan luka lambung untuk iritasi kulit (jerawat) serta gastritis. Pada manusia papain memperlambat kerja jantung sehingga menurunkan tekanan darah. Dosis yang tinggi akan menyebabkan vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah), sedangkan karpain dilaporkan mempunyai efek antelmentik (mengobati penyakit cacing) dan amebisia (bersifat membunuh amuba) (Leipner and Saller, 2005). Nuning dan Nowak (2005) papain dilaporkan dapat mengobati penyakit kanker, membunuh sel limfatik leukemia, membunuh parasit bacillus tubercular dan menormalkan fungsi ginjal. Saat ini ada 3 jenis papain di pasar dunia yaitu crude papain (papain kasar), refined
) Staf Pengajar Pada Jurusan Volume Budidaya Pertanian Program Riau, Pekanbaru. AGRIPLUS, 20 Nomor : 03THP-Universitas September 2010, ISSN 0854-0128
186
187
papain (papain murni teknis) dan pure papain (papain murni pro analisis). Crude papain adalah papain yang langsung diperoleh dari hasil pengeringan getah pepaya, biasanya digunakan sebagai bahan baku industri bahan pengempuk daging atau diolah lebih lanjut dengan proses pemurnian. Refined papain adalah papain yang diperoleh dari tahapan melalui tahapan pemurnian (misalnya ion exchange chromatography) dari crude papain dan umumnya digunakan sebagai bahan penolong dalam proses pembuatan bir, perenyah biskuit atau industri lainnya. Pure papain adalah papain yang diperoleh melalui tahapan pemurnian (misalnya Gel Electrophoresis) dan refined papain digunakan untuk industri farmasi, industri kosmetik atau untuk tujuan penelitian yang lebih spesifik lagi, Nowak (2005). Peluang industri farmasi dan industri kosmetik dengan bahan aktif papain di Indonesia masih sedikit, sedangkan penggunaan papain untuk kesehatan/kosmetik sangat banyak sehingga dapat dikembangkan industri farmasi dan kosmetik yang berbahan dasar tumbuhan. Contohnya obat untuk saluran pencernaan atau membantu pencernaan (Chewable tablet), dutary suplemen, krim pemutih, sabun mandi, pasta gigi dan lain-lain (Nuning and Nowak, 2005). Prospek bisnis papain yang cerah merupakan peluang bagi pengembangan industri papain di Indonesia. Industri tersebut sangat strategis untuk dikembangkan dari bahan baku tanaman pepaya, karena industri papain belum memasyarakat, maka perlu dilaksanakan suatu pilot proyek pengembangan industri papain sebagai percontohan, sekaligus sebagai sarana pelatihan untuk pengembangan selanjutnya di berbagai daerah penghasil pepaya di Indonesia (Gumbira Said et al., 2006). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memodifikasi proses pemurnian papain kasar yang sudah pernah dilakukan sehingga dapat dihasilkan papain murni yang lebih baik, serta pemanfaatannya dengan teknik formulasi yang dikembangkan untuk suatu produk kosmetik yang mengandung zat berkhasiat papain.
Kerangka pemikiran pengembangan agroindustri papain dapat dilihat pada diagram alir (Gambar 1). Potensi tanaman pepaya di Indonesia Kemitraan bahan baku getah pepaya dengan petani Teknologi penanaman dan penyadapan getah pepaya Nilai tambah petani
Riset teknis proses produksi papain
Teknologi pemurnian papain
Teknologi formulasi
Nilai tambah petani
Dampak yang diharapkan: Peningkatan nilai tambah petani Pemberdayaan masyarakat Perluasan kesempatan kerja Pembangunan industri Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran pengembangan agroindustri papain
BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan papain kasar dan bahan-bahan yang digunakan untuk proses isolasi, ekstraksi, pemurnian maupun bahanbahan untuk analisis data. Peralatan yang digunakan adalah seperangkat peralatan untuk keperluan proses isolasi, ekstraksi, pemurnian serta peralatan untuk pembuatan formulasi produk. Penelitian dilakukan sesuai diagram alir tata laksana penelitian yang dilaksanakan di beberapa laboratorium yaitu Laboratorium Analitik BPPT dan Laboratorium Mikrobiologi Pusat Penelitian Kimia LIPI di kawasan Puspitek Serpong. Penelitian dimulai dari bulan April 2005 sampai dengan Juli 2007.
AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128
188
Bahan dan alat Bahan baku utama dalam penelitian ini adalah getah pepaya dan papain kasar dari pepaya varietas semangka yang diperoleh dari kebun percobaan Koperasi Usaha Bersama (KUB) Agropaptin Desa Cimanggu Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Papain kasar tersebut adalah dengan metode pengeringan kabinet (Gumbira-Said et al., 2006). Bahan lainnya yaitu bahan-bahan kimia untuk pemurnian, bahan untuk formulasi diperoleh dari Laboratorium Pusat Penelitian Kimia LIPI Puspitek Serpong dan PAUBioteknologi IPB-Bogor. Alat-alat yang digunakan adalah alat pengendapan protein, ion excharge chromatography dan alat-alat untuk formulasi kesemuanya diperoleh dari Laboratorium Puspitek Serpong.
Pengaruh penambahan antioksidan dan aktivator terhadap aktivitas getah pepaya dan aktivitas papain kasar
Metode penelitian Secara keseluruhan penelitian ini dibagi dalam 6 tahap, yaitu (1) penelitian pendahuluan untuk mencari antioksidan dan aktivator, serta pH aktivasi yang tepat. Untuk peningkatan aktivitas papain kasar, (2) proses pemisahan (pengendapan) enzim, (3) cation exchange pemurnian dengan chromatography (CHEX) dan identifikasi serta penentuan bobot molekul dengan elektroforesis-SDS_PAGE, (4) formulasi produk kosmetika yang mengandung zat berkhasiat papain dalam bentuk losion pemutih kulit dan sabun pembersih muka, (5) penentuan umur simpan produk losion pemutih kulit dan (6) kajian finansial dan penentuan HPP (harga pokok produk) sabun pembersih muka. Tahapan pemurnian papain dan formulasi produk kosmetika digambarkan seperti diagram alir (Gambar 2).
Gambar 2. Diagram alir tahapan pemurnian papain dan formulasi produk kosmetika
Proses pemisahan (pengendapan enzim)
Pemurnian, identifikasi dan penentuan bobot molekul Formulasi produk kosmetika Penentuan umur simpan losion pemutih kulit Kajian finansial dan penentuan harga pokok produk (HPP) sabun anti jerawat
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Uji lanjut yang digunakan adalah uji pembanding berganda Duncan. Rumus umum untuk rancangan ini menurut Sudjana (2004) adalah sebagai berikut: Yijk = μ + Ai + Bj + AB(ijk) + Ek(ij) dimana: Yijk = nilai pengamatan pada ulangan ke-k pada konsentrasi ke-i dan kelompok lama penyimpanan ke-j. μ = rata-rata sebenarnya Ai = pengaruh taraf ke-i faktor konsentrasi Bj = pengaruh taraf ke-j faktor lama penyimpanan AB(ijk)= pengaruh interaksi antara faktor konsentrasi taraf ke-i dan faktor lama penyimpanan taraf ke-j Ek(ij) = Pengaruh galat percobaan dari faktor konsentrasi taraf ke-i dan faktor lama penyimpanan ke-ij dan ulangan ke-k. Penelitian pendahuluan termasuk: (a) penyimpanan peningkatan aktivitas getah pepaya, (b) peningkatan aktivitas papain kasar Penelitian utama meliputi: (a) pengendapan enzim, (b) ion exchange chromatography.
AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128
189
Penentuan umur simpan produk losion pemutih kulit dan formulasi sabun pembersih muka anti jerawat, yaitu: (a) pembuatan fase air dan fase minyak, (b) homogenasi. Analisis produk Penentuan umur simpan produk losion pemutih keluar: (1) Metode pengujian emulsi (Tokiwa, 2006). (2) Metode analisis kadar asam lemak bebas (Hamilton and Rossel, 2006). (3) Metode analis mikrobiologi (Total plate count) (Nowak, 2005). (4) Metode perhitungan (Labuza and Schmild, 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penyimpanan dan peningkatan aktivitas getah pepaya Karakteristik dari getah yang memilih parameter pengukuran kadar air, kadar abu, nilai pH dan kadar protein dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik getah pepaya Komponen Kandungan Kadar air 80,56 Kadar abu 2,39 Kadar protein 7,27 Nilai pH 5,65 Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kadar air getah pepaya cukup tinggi, sehingga getah tidak disarankan disimpan dalam waktu yang lama. Untuk mempertahankan mutu getah pepaya selama penyimpanan kadar air harus dikurangi sehingga akan meminimalkan perusahaan kimia lain yang tidak dikehendaki selama penyimpanan. Reaksi pencokelatan non-enzimatis pada suatu produk dipercepat pada kondisi kadar air yang cukup tinggi (Marsili, 2005). Pengaruh asam askorbat terhadap aktivitas spesifik papain getah pepaya Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kurva nilai aktivitas spesifik papain getah pepaya mengalami penurunan seiring dengan lamanya penyimpanan. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa nilai aktivitas
spesifik papain getah pepaya dengan penambahan asam askorbat selama 3 minggu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan getah pepaya kontrol (tanpa penambahan asam askorbat), sehingga analisis ini hanya dilakukan sampai dengan lama penyimpanan tiga minggu. Hal ini menunjukkan bahwa asam askorbat tidak dapat digunakan untuk mempertahankan aktivitas spesifik papain getah pepaya selama penyimpanan. Di lain pihak penambahan asam askorbat pada konsentrasi 0,03% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap aktivitas spesifik papain getah pepaya pada selang kepercayaan 95%. Selama penyimpanan getah pepaya kontrol maupun getah pepaya dengan penambahan asam askorbat mengalami perubahan warna dari putih menjadi cokelat dan timbul bau busuk. Terjadinya warna cokelat diduga disebabkan oleh reaksi pencokelatan non enzimatis karena degradasi asam askorbat. Dalam penelitian ini parameter warna tidak diukur, sehingga dari perubahan warna tidak dapat diambil kesimpulan, walaupun demikian pengamatan perubahan warna secara visual tersebut menguatkan kesimpulan tentang ketidaksesuaian penggunaan asam askorbat untuk mempertahankan mutu getah (Tabel 2). Tabel 2. Aktivitas spesifik dan aktivitas relatif getah pepaya dengan penambahan asam askorbat selama satu minggu dan tiga minggu Konsentrasi (%) 0,000 0,005 0,010 0,020 0,030
Aktivitas spesifik Aktivitas Penurunan (μ/mg protein) relatif aktivitas Minggu Minggu Minggu (%) ke-2 ke-0 ke-2 0,615 0,441 71,63 100,00 0,569 0,482 84,70 109,31 0,641 0,504 78,50 114,42 0,668 0,459 68,64 104,09 0,556 0,425 76,51 96,48
Pengaruh natrium hidrogenbisulfit terhadap aktivitas spesifik papain getah pepaya Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap penambahan konsentrasi larutan
AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128
190
NaHSO3 akan menghasilkan nilai dan kecenderungan yang berbeda sejak minggu pertama penyimpanan, getah pepaya kontrol (tanpa penambahan NaHsO3) mempunyai aktivitas spesifik yang lebih rendah bila dibandingkan dengan getah pepaya yang Hal ini ditambah larutan NaHSO3. menunjukkan bahwa larutan NaHSO3 dapat meningkatkan aktivitas spesifik papain getah pepaya. Semakin lama penyimpanan maka aktivitas spesifik papain getah pepaya akan semakin menurun. Penambahan NaHSO3 dapat mempertahankan aktivitas spesifik papain getah pepaya terlihat adanya kecenderungan semakin tinggi konsentrasi larutan NaHSO3, aktivitas spesifik yang dihasilkan akan semakin tinggi pula. Akan tetapi seiring dengan lamanya waktu penyimpanan maka aktivitas spesifik yang lebih tinggi menunjukkan kecenderungan penurunan yang lebih drastis. Tabel 3. Aktivitas spesifik papain getah pepaya dengan penambahan NaHSO3 setelah penyimpanan selama tiga minggu dan tujuh minggu Penurunan Aktivitas spesifik (μ/mg protein) aktivitas (%) Konsentrasi (%) Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu ke-0 ke-2 ke-6 ke-2 ke-6 0,0 0,62 0,51 0,09 82,77 14,96 0,2 0,67 0,60 0,52 89,81 77,51 0,7 0,77 0,74 0,87 96,35 63,41 1,2 0,75 0,83 0,30 110,70 40,33 1,5 0,94 0,86 0,21 91,04 22,53 2,0 0,90 0,89 0,04 98,83 4,39
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa pada minggu ke-2 semakin tinggi konsentrasi larutan NaHSO3 maka semakin tinggi aktivitas spesifik papain getah pepaya. Aktivitas spesifik papain getah pepaya tertinggi dicapai pada penambahan konsentrasi larutan NaHSO3 2%, semakin lama penyimpanan maka aktivitas spesifik papain getah pepaya akan semakin menurun, sedangkan pada minggu ke-6 aktivitas tertinggi dicapai oleh getah pepaya dengan penambahan larutan NaHSO3 0,2%. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi 0,2% dapat mempertahankan aktivitas spesifik papain getah pepaya dan
konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi yang optimum. Hal ini sesuai dengan pendapat Ough (2004) yang menjelaskan bahwa selama penyimpanan NaHSO3 dapat mempertahankan warna dan bau getah pepaya tetap pada keadaan semula. Selanjutnya sulfit memegang peranan penting dalam menghambat reaksi pencokelatan enzimatis maupun non-enzimatis dan memiliki sifat anti mikrobia, sehingga dalam penelitian ini tidak perlu dilakukan pengukuran parameter warna. Uraian tersebut dapat menunjukkan bahwa NaHSO3 digunakan untuk mempertahankan mutu getah selama penyimpanan, sama halnya ditegaskan oleh Suhartono (2002) bahwa senyawa bisulfit dapat melindungi gugus sulfhidril pada papain, sehingga meningkatkan daya simpannya. Pengaruh natrium metabisulfit terhadap aktivitas spesifik papain getah pepaya Pengaruh penambahan Na2S2SO3 menghasilkan peningkatan aktivitas spesifik papain getah pepaya. Hal ini menunjukkan bahwa larutan tersebut dapat mempertahankan aktivitas spesifik papain getah pepaya. Tabel 4. Persamaan regresi beberapa konsentrasi Na2S2O5 terhadap aktivitas spesifik papain getah pepaya Konsentrasi (%)
Persamaan
R2
0,0 0,2 0,7 1,2 1,5 2,0
Y = 0,0263X + 0,3895 Y = 0,0191X + 0,5017 Y = 0,0087X + 0,4976 Y = 0,0065X + 0,4931 Y = 0,0161X + 0,5534 Y = 0,0271X + 0,5618
0,54 0,23 0,09 0,02 0,01 0,19
Tabel 4 menunjukkan bahwa konsentrasi 0,2% merupakan konsentrasi yang optimum, hal ini sesuai dengan hasil analisis bahwa getah pepaya dengan penambahan Na2S2O5 terdapat perbedaan yang nyata terhadap getah pepaya kontrol pada selang kepercayaan 95%, dan tidak terdapat yang nyata diantara getah pepaya dengan penambahan Na2S2O5 pada konsentrasi 0,2%; 0,7%; 1,2%; 1,5% dan 2%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi 0,2% merupakan
AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128
191
konsentrasi terkecil yang menghasilkan model linier sehingga tidak tepat digunakan. Tabel 5. Aktivitas spesifik papain getah pepaya dengan penambahan Na2S2O5 setelah penyimpanan selama tiga minggu dan tujuh minggu Aktivitas spesifik Konsen(μ/mg protein) trasi Minggu Minggu Minggu (%) ke-0 ke-2 ke-6
0,0 0,2 0,7 1,2 1,5 2,0
0,410 0,596 0,496 0,414 0,484 0,415
0,277 0,580 0,584 0,729 0,650 0,695
0,249 0,346 0,389 0,432 0,343 0,272
Penurunan aktivitas (%) Minggu Minggu ke-2 ke-6
67,58 97,35 117,73 176,33 134,26 167,33
60,73 58,10 78,41 104,35 70,76 65,62
Pada Tabel 5 terlihat bahwa minggu ke-2 dan minggu ke-6 getah pepaya dengan penambahan Na2S2SO3 pada konsentrasi 1,2% menunjukkan aktivitas spesifik yang paling tinggi. Semakin lama penyimpanan maka aktivitas spesifik papain getah pepaya semakin menurun. Penambahan Na2S2O5 dapat mempertahankan aktivitas spesifik papain getah pepaya dan terlihat adanya kecenderungan semakin tinggi konsentrasi Na2S2O5 aktivitas spesifik papain yang dihasilkan akan semakin tinggi. Getah pepaya dengan penambahan larutan NaHSO3, penambahan larutan Na2S2O5 juga dapat mempertahankan warna dan bau getah seperti keadaan getah semula. Selain sebagai antioksidan keduanya juga digunakan sebagai pengawet makanan, desinfektan dan antiseptik (Budivari, 2006). Bila dipertimbangkan dari fungsi tersebut, keduanya mempunyai sifat anti mikrobial dan inhibitor reaksi pencokelatan enzimatis yang dapat menjaga getah dari perubahan yang tidak diinginkan selama penyimpanan. Pengaruh sistein terhadap aktivitas spesifik papain getah pepaya Hasil analisis keragaman terhadap data aktivitas spesifik getah pepaya, menunjukkan bahwa getah pepaya dengan penambahan sistein menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap getah pepaya. Kontrol pada selang
kepercayaan 95%. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada konsentrasi 0,05% dan 0,1%, sedangkan pada konsentrasi 0,01% menunjukkan perbedaan yang nyata. Tabel 6. Aktivitas spesifik papain getah pepaya dengan penambahan sistein setelah penyimpanan selama tiga minggu dan tujuh minggu Aktivitas spesifik Konsen(μ/mg protein) trasi Minggu Minggu Minggu (%) ke-0 ke-2 ke-6
0,00 0,01 0,05 0,10
0,534 0,449 0,598 0,491
0,270 0,350 0,412 0,456
0,037 0,076 0,115 0,174
Penurunan aktivitas (%) Minggu Minggu ke-2 ke-6
50,56 77,93 68,81 92,86
6,84 16,83 19,15 35,37
Tabel 7. Persamaan regresi beberapa konsentrasi sistein terhadap aktivitas spesifik papain getah pepaya Konsentrasi (%)
Persamaan
R2
0,00 0,01 0,05 0,10
Y = 0,0791X + 0,4665 Y = 0,0659X + 0,4786 Y = 0,0855X + 0,5846 Y = 0,0528X + 0,5153
0,91 0,89 0,92 0,77
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa persamaan regresi tersebut terdapat persamaan regresi linier yang mempunyai koefisien determinasi (R2) tertinggi adalah pada konsentrasi 0,05%. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi sistein 0,05% merupakan konsentrasi yang optimum dan merupakan konsentrasi terkecil yang menghasilkan aktivitas spesifik terbaik. Dari percobaan di atas diperoleh Na hidrogen bisulfit dan Na metabisulfit, dapat mempertahankan aktivitas spesifik papain getah pepaya selama penyimpanan, sedangkan sistein dapat meningkatkan aktivitas spesifik getah pepaya. Untuk penelitian selanjutnya sistein dan Na metabusulfit digunakan untuk meningkatkan aktivitas papain kasar. Penelitian utama Proses pemisahan (pengendapan) enzim Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tahapan pemisahan terjadi perubahan aktivitas proteolitik maupun kadar protein.
AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128
192
Pada tahap 1 papain kasar diukur aktivitasnya, tanpa penambahan aktivator sistein (kontrol) sehingga diperoleh aktivitas proteolitik 0,04 unit dan aktivitas spesifik 0,054 unit. Papain kasar
Tahap 1
Aktivitas proteolitik 0,09H2 Aktivitas spesifik 0,054Pa
Papain kasar + larutan sistein 0,040M pH 6,0 Aktivitas proteolitik 0,215 unit Aktivitas spesifik 0,091 unit
Sentrifugasi 10` 10.000rpm, 4oC
sistein konsentrasi 0,040 M pada pH 6,0 menghasilkan peningkatan aktivitas spesifik papain kasar tertinggi sebesar 78.63% atau menjadi 0,563 unit/mg protein, sedangkan penambahan natrium metabisulfit 0,01M pada pH 4,0 menghasilkan peningkatan aktivitas papain kasar sebesar 26,56% atau menjadi 0,456 unit/mg protein. Berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa pengaruh penambahan sistein dan natrium metabisulfit terhadap peningkatan aktivitas proteolitik papain kasar memiliki kecenderungan membentuk pola polinomial.
Tahap 2
Supernatan + NaOH sampai pH 9
Sentrifugasi 10` 10.000rpm, 4oC
DAFTAR PUSTAKA
Aktivitas proteolitik 0,015 unit Aktivitas spesifik 0,007 unit
Albrecht, K. 2006. Papain in Industri, www.chem.uwec.edu/chem. (15 Juli 2007).
Supernatan
Budivari. 2006. Phytochemical Database. http//probenalusda gov.8300/egi-bin/browse, (17 Juni 2007).
+ (NH4)2SO4 250g/l didiamkan 24 jam (4oC)
Sentrifugasi 10` 10.000rpm, 4oC
Departemen Pertanian. 2007. Penentuan aktivitas dan Produksi Papain Kasar Buah dari Beberapa Varietas Pepaya. Buletin Peneliti Hortikultura: 6(4).
Aktivitas proteolitik 0,118 unit Aktivitas spesifik 0,100 unit
Endapan Dilarutkan dlm sistein 0,02M pH 7,3 didiamkan 24 jam
Aktivitas proteolitik 0,072 unit Aktivitas spesifik 0,033 unit
Sentrifugasi 10` 10.000rpm, 4oC Dilarutkan dlm sistein 0,02M pH 6,5 didialisis selama 24 jam
Aktivitas proteolitik 0,196 unit Aktivitas spesifik 0,858 unit
Ion exchange chromatography Identifikasi penentuan BM
Tahap 3
Elektroforesis fraksi papain dengan SDS_PAGE
Freeze drying
Papain murni
Gambar 3. Diagram alir hasil proses pemisahan/ pengendapan enzim papain
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan sistein dan natrium metabisulfit dapat meningkatkan aktivitas proteolitik papain kasar. Penambahan
Gumbira Said E., Rahmawanti, Z. Muttaqin. 2006. Managemen Teknologi Agribinis. Edisi 1, Ghalia Indonesia, Jakarta. Hamilton, R.J. and J.B. Rossel. 2006. Analysis of Oil and Fats. Elsevier Applied Science. London and New York. Labuza, T.P. and M.K. Schmild. 2005. Accelereted Shelf Life Testing di dalam Food Industry Briefing Series. Shelf Life. Its Ed. Iowa Sate University Press Iowa. Leipner, J. and Saller, R. 2005. Systemic Enzyme Therapy in Oncology: Effect and Mode of Action. Drugs 2000 Apr: 59(4): 769-780. Marsili, R. 2005. Water Activity Week Publishing Company. www.foodproductdesign.com. (12 Februari 2008). Nuning and G.A. Nowak. 2005. Kosmetik Preparations. 3rd Ed. Vol. 1. Ernst Kieser Gmbh. Angsburg. http//gxyuefeng.com/ papaya. (22 Juni 2006).
AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128
193
Nowak, G. A. 2005. Papain and Processing. 1st. Ernst Kieser Gmbh. Angsburg. http://www. gxyuefeng. com/ papain.html. (22 Mei 2007). Ough, A. 2004. The Storage and Drying Characteristic of Papaya (Carica papaya L.) Latex. J. See Food Agric. 31: 510.
Suhartono, M.T. 2002. Protese. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tokiwa, 2006. Surfactant, A Comprehensive Gulde. Kao-Corporation. Tokyo.
AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 03 September 2010, ISSN 0854-0128