ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: AGROEKONOMI DUSUN DAN KETAHANAN PANGAN di PULAU-PULAU KECIL
Wardis Girsang dan Hamid
Paper dipresentasikan dalam Workshop Ahli Perubahan Iklim Regional Maluku dan Maluku Utara, Ambon, 3 Juni 2016 Peningkatan Kapasitas Ahli Dalam Penanganan Pemanasan Global dan Perubahan Iklim pada Pulau-Pulau Kecil
CONTENTS 1.
PENDAHULUAN: GAMBARAN UMUM PROVINSI MALUKU
2.
MASALAH PEMBANGUNAN MALUKU: KEMISKINAN DAN KESENJANGAN [DAN LINGKUNGAN]
3.
AGROEKONOMI DUSUN DAN ADAPATASI PERUBAHAN IKLIM
4.
KETAHANAN PANGAN DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM: AGROEKONOMI DAN KETAHANAN PANGAN PERSPEKTIF PERAN HUTAN
Two divergent positions on REDD+:
one that supports forest exploitation and sees limited prospects in forest carbon
one that embraces sustainable forest management and expresses conditional support for REDD+ subject to benefit-sharing and property arrangements.
MANFAAT ADAPTASI [HUTAN] KERAGAMAN HAYATI / BIODIVERSIT
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
PANGAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN
BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL/ TOURISM
ECONOMI
DIRJEN PPI
IPCC PAPER INTERNATIONAL LOW EMISSION
IR. AHMAD G.MAS DR.IR.NUR MASRIPATIN
SIGNIFICANT GLOAL N LOCAL NO 13 DARI 17 MDGs
MEASURABLE
ADAPTATION AND MITIGATION
DANPAK GLOBAL DAN LOKAL
Carbon Trade
Awareness DIKAT ISU CC
What is adaptation in terms of climate change?
An adjustment in ecological, social and economic systems, in response to observed or expected changes in climate stimuli and their effects and impacts in order to alleviate adverse impacts of changes or tahe advantage of opportunities
Adaptation involved 2 levels:
Building adaptive capacity to increase the ability individual, group and community/ organizasions,
Implementing adaptation decisions: transforming the capacity to action
[IPCC, 2012, Adger, W.A, N.W. Arnell, E,L. Tompkins, Successful adaptation to climate change across scale, Global Environmental Change 15 (20015), 77-86. www.Elsevier.com/locate/gloenvcha
KRITERIA NORMATIF MENGUKUR KESUSKSESAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN [in uncertain future]
Effectiveness
Efficiency
Robustness to uncertainty and flexibility [ability to change in response to alterned circumstances] Meeting define the goal
[Benefit Cost Analysis; BC to action, B/C perubahan yg tdk bias dihitung dengan harga pasar, and timing on adaptation actions]
Legitimacy [and trust] Equity [outcome perspective: who wins and losesfrom the adaptation of action, i.e zonasi lahan, tempat perlindungan banjir, dll]
[decisions are acceptable to participants and non participants] There are no universal rules karena cultural expectation and interpretation mengenai apa yang legal dan tidal legal
PEMBANGUNAN MALUKU BERBASIS GUGUS PULAU: 12 GUGUS PULAU
Road Map: Dari Keunggulan Komparatif ke Keunggulan Kompetitif KEUNGGULA NKeunggulan Komparatif KOMPARATIF
Transisi
INNOVATION DRIVEN TAHAP 3:
Terampil
CAPITAL DRIVEN TAHAP 2: CAPITAL DRIVEN
Semi terampil
Belum terampil
TRANSFORMASI TRANSFORMASI SUMBERDAYA SDM MANUSIA
KEUNGGULA N Keunggulan Kompetitif KOMPETITIF
INNOVATION DRIVEN
Teknologi sedang berkembang
TAHAP 1: FACTORS FACTORS DRIVEN DRIVEN
SUMBERDAYA ALAM
Teknologi adaptif
Teknologi belum berkembang
INVESTASI
INOVASI & KREATIFITAS
TRANSFORMASI TRANSFORMASI TEKNOLOGI TEKNOLOGI
Perlu Penyusunan Data Berbasis Gugus Pulau: Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Jumlah Desa Menurut Gugus Pulau, 2013
GP
Kabupaten/ Kota/ Kecamatan
Ibu Kota
Areal (km2)
Penduduk, Jumlah Kepadatan 2013 kecamatan penduduk
Jumlah desa
Buru
Namlea
6644.4
115004
10
21
82
Buru Selatan
Namrole
5060.0
56368
6
15
79
Piru
6948.4
180398
11
42
92
1840
19895
1
116
18
1010.7
99892
11
29
191
I II Seram Barat VI Kepulauan Banda
Banda
Maluku Tenggara
Langgur
Kota Tual
Tual
352.3
62036
5
242
29
IX Kepulauan Aru
Dobo
6426.7
88692
10
14
119
10102.0
110339
10
11
79
VIII
X Maluku Tenggara Barat Saumlaki
KARAKTERISTIK WILAYAH MALUKU •
Wilayah kepulauan: sekitar 1340 pulau
•
UU NO 27/2007; Luas area pulau kecil < 2,000 km2
•
Luas area pulau sangat kecil < 100 km2
•
<10000 km2 [hidrologi]
•
Infrastruktur terbatas: Geographical trap
•
Teknologi pengolahan belum berkembang
•
Akses pasar terbatas
•
Sebagian besar kualitas SDM belum terampil
•
Sensitif konflik sosial
Pertanian: Sistem Dusun • Kombinasi tanaman pertanian dan kehutanan • Integrasi wilayah hutan-perkebunanpermukiman-pesisir [mangrove-coral reef]
•
Potensi sumberdaya adalah laut (92%); tetapi 80% masyarakat hidupbertani
• •
DAS pendek dan sempit Rentan terhadap kerusakan lingkungan, bencana alam dan perubahan iklim
29 27
Southeast Maluku Seram Bagian Timur
15 14 10
Aru islands Tanimbar islands Maluku
16
Buru Selatan
22
Southwest Maluku
Buru
32
Maluku Tengah
0 42
Seram Bagian Barat
Tual City
1000
Ambon City
KEPADATAN PENDUDUK DAN IPM MALUKU
Maluku: Population Density, 2013
1200
1007
800
600
400 252
200 30
CORAL REEF
MASALAH KHUSUS PROVINSI MALUKU: PERTUMBUHAN EKONOMI, KEMISKINAN DAN KESENJANGAN SOSIAL 45
25 20
40
15 35
30
0 2012
-10
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2000
1999
1998
-5
Kemiskinan (%)
5
1996
Maluku 25
Indonesia Gorontalo
20
Sulut Sulsel Papua
15
-15
10
-20 -25
5
-30 2013
2012
2011
2010
2009
2008
Indonesia
2007
Papua
2006
Maluku
0 2005
Gorontalo
2004
Sulsel
2003
Sulut
2002
Pertumbuhan (%)
10
Indonesia: Poverty rate by islands Indonesia: Poverty rate by islands, 2007-2014 45
Indonesia: Poverty rate by islands, Sept 2014 30 26,3
40
25
35 1Papua 2Maluku
20
18,4 18,3
3Nusatenggara
15
12,3
5Sumatera
10
7,4
7North Maluku
Java
Sumatera
Sept 2014
2013
2011
2009
0
0 Sulawesi
Indonesia
5
4,8
Nusatenggara
9Bali
6,3
5
Maluku
10
Papua
8Kalimantan
10,96
9,9
Indonesia
6Java 15
10,6
Bali
20
Kalimantan
4Sulawesi
North Maluku
25
2007
Poverty rate (%)
30
MASALAH KHUSUS: KESENJANGAN SOSIAL DAN SPASIAL DEGRADASI LINGKUNGAN?
Year 0,70 District /Cluster
Quadrant I
0,50
2006
Kabupaten/ Kota
III
IV
0,614
0,610
0,605
0,60
II
0,50
Rapid growth region: High growth-High income
Retarded region: Low Growth-High Income
Growing region: High Growth-Low Income
Ambon
-
-
0,45
Backward region: Low 0,568 Growth-Low Income 0,528
0,40
Semua kabupaten &
0,35
Kota Tual 0,363
Gugus Pulau
GPVII
GPX
0,365
GPIII, GPIX
0,346
0,30
0,372
GPI, GPII, GPIV, GPV, 0,360 GPVI, GPVIII, GPXI, GPXII
0,33
0,33
0,20
0,31 Tengah, Maluku Kepulauan Aru, Maluku Barat Daya,
0,10
Maluku Tenggara, Buru Selatan, Seram Barat
2010
Kabupaten/ Kota
-
Ambon 0,29 0,263
0,26
0,30
0,371
0,31 Seram Timur, Buru, Tual,
Maluku Tenggara Barat
Gini Ratio
0,40
Maluku Indonesia
0,25
Sulut Sulsel Gorontalo
0,20
Papua 0,15
Gugus Pulau
-
GPVII
GPII, GPIX, GPXI
0,00 2005
2006
2009
0,00 2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2005
2002
Household income
2010
0,05
1999
Island Cluster
2008
GPI, GPIII, GPIV, GPV, GPVI, GPVIII, GPX, GPXII
1996
District/City
2007
0,10
Pola Pertanian / Perikanan Tradisional-Modern: di Kepulauan Maluku Dusun systems: Multiple Cropping Farming Systems (MCFs)
Intensive Irrigated Rice Field (Monoculture Farming Systems=MFs)
Teknologi penangkapan ikan dan budidaya rumput laut Lutur systems: Crops Livestock Farming Systems (CLFs)
Plantation: Cocoa, Rubber and Palm Oil
Rencana penggunaan lahan PERTANIAN
Luas Hektar (HA)
Kehutanan
2,274,49 2
Perkebunan
1,263,57 5
Lahan kering untuk 718,466 tanaman pangan Perikanan tambak
146,420
Agroforestry (Dusun)
129,137
Lahan sawah
57,120
Mangrove
36,205
Total
4,625,41 5
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi
PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN BELUM OPTIMAL
Tan pangan lahan basah 1%
Perikanan tambak 3%
Luas panen (%)
Hutan pantai 1%
Tan pangan lahan kering
2,85
Tan pangan lahan kering 16% Kehutanan 49%
Wanatani 3%
Sawah
33,28
Perkebunan 27%
Perkebunan
16,48
0
10
20
30
40
Maluku: The pattern of Agricultural systems management
House Yard/ Kintal Garden /Kabong Marginal land/ Aong Dusung/ Agroforestry Forest/ Ewang
Maluku: The pattern of coastal systems management
House Yard/ Kintal Coastal/ Coconut
Seaweed
Fish catching area
Deeper sea
KONSEPSI DUSUN: INTEGRASI HUTAN, PERTANIAN & PERIKANAN
85% dari 1000 desa di maluku adalah desa pesisir
Jebakan kendala / tingkat kesulitan & isolasi geografis
Konektivitas: biaya transport dan operasional mahal
Rumah & Kintal Kabong / Pantai Aong / Rumput Laut
Usaha berskala kecil, musiman & tersebar di beberapa tempat
Dusung [Agroforestry] / Laut Dangkal
Lahan berpindah
Ewang/ Laut Dalam
Berorientasi subsisten
Komoditas berorientasi komersial belum dikelola optimal: perkebunan, hortikultura, perikanan, rumput laut
Dusun process development: From slash and burn to multiple cropping Family/ Household
Kintal Home garden
Kabong-2 garden Plot4 (Annual crops)
Dusun
With tree and seedling perennial crops
Dusun
Kabong-1 Garden Plot1 Annual crops (2)
Ewang. Clear primary forest (1)
Aong (Fallow land)
Kabong-3 Garden Plot2 (Annual crops)
Kabong-4 garden Plot3 (Annual crops)
Slash
Burn
agroforestry systems (4)
Dusun-1 Tree crops +Perennial crops (3)
Dusun-2 Tree crops +Perennial crops
Aong (Fallow)
Ash + Land Kabong (Taro + Perennial)
Kabong (Taro)
The structure of fruit crops in the Dusun
Edible crops-trees
Vegetables crops in the Dusun
The structure of crops in the Dusun: Banana, Fruits, Clove-Nutmeg, Coconut,
Types of fruit crops in the Dusun
Durian (Lansium domesticum)
Rambutan (Nephelium lappaceum )
Nenas-Pine apple (Ananas comasus Merr )
Orange (Jeruk ) Gandaria (Borrea macrophylla Griff )
Manggis (Garcinia mangostana L) Duku (Lansium domesticum Correa)
Spices and snake fruits in the DUSUN, Ambon Island Nutmeg (Myristica fragnans): Origin from Maluku (Banda Island)
Clove (Eugenia aromaticum): Origin from Maluku
Snake Fruit (Salacca zallaca var amboniensis Becc): Origin from Maluku (Ambon)
The DUSUN OF SAGO PALM: Sustainable Local Staple Food
SOCIOECONOMIC AND ENVIRONMENTAL BENEFIT OF SAGO PALM
Environmental sustainability: water and soil conservation
Functional and organic food for human health and beauty
Bio-ethanol productivity around 12.2 Kilo liter/ha/year
Feed for livestock: Starch mill residue and waste
Global warming reduction: About 1 million ha of sago plantation reduces 0.08 Giga ton (79.52 t/ha) or 0.3% CO2 (Ishizaki, 2009)
Building, housing and handy craft
Economic, Cultural and Spiritual activities
Food security, safety and sovereignty
Buffer zone for flood and sea water intrusion
Lutur: Crops Livestock Farming Systems (CLFs) in the Dry Area To improve soil fertility and protect crops from strong wind and soil erosion
1. Buffaloes are kept in the ‘Lutur’ and pond during the dry season
2. Buffaloes faeces is collected in the Lutur
4. Lutur is cultivated during the wet season
3. Buffaloes are kept in the field ranch during the wet season
Food consumption and seed preparation Selected corn will be smoked on the top of kitchen shelves to reduce water content and to control the quality of corn seed for the next season Selected rice or nuts will be kept in the special pumpkin to preserve and control the quality of rice seed for the next season
Shortage of water
in dry area of small islands
Girls took drinking water From water sourcefountain +/- 1 km
Bamboo irrigation water for vegetable crops
AGRO-EKONOMI DUSUN DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
The main Characteristics of the farmer’s household in the Dusun systems in Ambon city islands [Note: n=88] Characteristics
Indicators Older (≥45)
1.
Indicators
%
Young (<45)
77.0 6. Land ownership Dati (Clan) status 23.0 Negeri (Village)
Elementary
50.0
Rental
High school
44.0
Small (1-2 ha)
53.4
6.0
Medium (3-4)
22.7
Low (≤2)
33.0
Large (>4 ha)
23.9
Medium (3-4)
40.0
One location
69.3
High (>4)
27.0
2-3 locations
26.1
Farmer/Fisher
92.0
4-5 locations
4.5
Age
2. Education
% Characteristics
95.5 3.4 1.1
7. Dusun land size University
3. Number of dependents
4.
Primary job
Non farmers
8. Number of Dusun location
8.0
Male
95.5
9. Sex 4.
Farmer only
71.0
Female
4..5
Farmer + Fisher
18.0
Married
94.3
Secondary jobs
Farmers + Non-farm activities
10. Marital status 11.0
Unmarried
5.7
Name of the crops No
Indonesia / English name
No. of crops tree or clump
Local name
Latin name
1 Pete-Petai
Petai/ Jengkol
Leucanea leucochephala
2 Durian/Durian
Duriang
3 Langsat/ Langsat
Hative Besar
Hutumury
No. of crops or clump per household Hutumury (n=30)
Soya
Hative Besar (n=29)
Soya (n=29)
5
5
18
0.17
0.17
0.62
Durio zibethinus Mur
1081
298
1179
36.03
10.28
40.66
Langsa
Lansium domesticum
1129
565
773
37.63
19.48
26.66
4 Duku/ Duku
Duku
Lansium domesticum Correa
1778
437
168
59.27
15.07
5.79
5 Kelapa/ Coconut
Kalapa
Cocus nucifera
662
630
380
22.07
21.72
13.10
6 Aren/Sugar palm
Mayang
Arenga pinnata
0
0
50
0.00
0
1.72
7 Manggis/ Mangosteen
Manggis
Garcinia mangostana L
92
43
575
3.07
1.48
19.83
8 Embacang
Bacang
Mangifera foetida Lour
3
3
0
0.10
0.10
0.00
9 Pala/ Nutmeg
Pala
Myristica fragnans
1341
510
532
44.70
17.59
18.34
10 Cengkeh/ Clove
Cengkih
Eugenia aromaticum
861
995
920
28.70
34.31
31.72
11 Coklat / Cocoa 12 Jambu/Guava 13 Alpukat/Avocado 14 Rambutan/ Rambutan
Kakao Jambu Apukat Rambutan
Theobroma cacao Syzigium aqueum Persea americana Nephelium lappaceum
530 0 0 65
50 14 0 57
0 0 5 0
17.67 0.00 0.00 2.17
1.72 0.48 0.00 1.97
0.00 0.00 0.17 0.00
15 Gandaria
Gandaria
Borrea macrophylla Griff
0
308
560
0.00
10.62
19.31
16 Cempedak 17 Kedongdong 18 Kecapi/ Lute
Nangka Belanda Kadongdong Kecapi
Artocarpus integra Merr Lannea grandis Engl Sandoricum koetjpe Merr
97 0 0
181 2 0
25 0 200
3.23 0.00 0.00
6.24 0.07 0.00
0.86 0.00 6.90
19 Pisang/ Banana
Pisang
Musa spp
0
970
20
0.00
33.45
0.69
20 Salak/ Snake fruit
Salak
Salacca zallaca var amboniensis Becc
0
10
6140
0.00
0.34
211.72
21 Nenas/ Pine apple
Nanas
Ananas comasus Merr
7650
4010
0
255.00
138.28
0.00
22 Pare/ 23 Tomat/ Tomatoe
Pare Tomat
Momordica charantina Solanum lycopersicum L
110 560
0 0
0 0
3.67 18.67
0.00 0.00
0.00 0.00
24 Cabe rawit/ Chili
Cili
Capsicum frutescens
0
500
0
0.00
17.24
0.00
25 Terong/ egg plant Ubi/ tubers/ cassava/ taro/ 26 sweet potato
Terung
Solanum melongena Manihot esculenta, Ipomea batatas, Colocasia spp
200
0
0
6.67
0.00
0.00
560
8440
4285
18.67
291.03
147.76
Patatas/Kasbi/Kaladi
The structure of annual household income from Dusun systems in Ambon islands
Model
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
t
Sig.
161306.0
45142.53
3.573
0.001
10287.3
4308.93
0.146
2.387
0.019
Age of the farmers (X2)
-43080.2
11257.09
-0.249
-3.827
0.000
Number of Durian trees (X5)
395.633
130.54
0.177
3.031
0.003
Number of clove trees (X3)
701.173
137.67
0.368
5.093
0.000
Number of snake fruit trees (X6)
-131.708
46.53
-0.17
-2.831
0.006
9.177
1.38
0.515
6.674
0.000
(Constant) Size of Dusun land area (X1)
Number of Manggis trees (X4)
Beta
Notes: Dependent Variable: Household income from Dusun/year; Adjusted R2=78.2%; α=0.05%; n=88
ADAPTASI PENGELOLAAN TANAMAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM
KEPULAUAN KEI [KECIL]: Persepsi cuaca/ perubahan iklim Distribusi persepsi petani ubi kayu (%) terhadap kondisi cuaca saat ini dibanding masa lalu [satu dekade atau lebih] di desa Wain A dan Wain B 100,0
94,3
90,0
90,0
85,7
83,8
80,0
91,7
89,2
Tahun perubahan iklim-kekeringan berkepanjangan
70,0
80,0
60,0
70,0 60,0
50,0
50,0
40,0
40,0
30,0
30,0
20,0
20,0 8,6
10,0
10,8
9,7
10,0
14,3
10,8
5,4 0,0
0,0
0,0 WA
WB
Musim hujan dan kering semakin tidak menentu
Rata-rata
Tidak tahu
2014
2015
WA
WB
Tidak tahu
Apakah curah hujan berkurang dan apa dampak kekeringan terhadap tan pangan Apakah curah hujan cenderung berkurang dalam 10 tahun terakhir 100,0
Dampak kekeringan terhadap tanaman pangan 100,0 89,2
90,0
94,3
89,2
90,0
80,0
80,0
70,0
70,0
60,0
60,0
50,0
50,0
40,0
40,0
30,0
30,0
54,3
34,3
20,0
20,0
10,8
5,7
10,0
10,0
2,9
2,9
5,7
10,8
0,0
0,0
Tan rusak WA
WB
Ya
Tidak tahu
Pertumbuhan tan terganggu
Tanaman mati
WA
WB
Tan tidak bagus
Tidak ada jawaban
Adaptasi petani enbal terhadap perubahan iklim (Desa) Wain, Kep Kei Kecil, Maluku Tenggara
89,2
48,6
83,8
45,7 22,9
WAIN_A
WAIN_B
Lainnya
2,9 5,4
0,0 Mengubah jenis tanaman yang ditanam
5,7
Mengubah waktu tanam
2,7
Mencari nafkah di laut dan luar pertanian
0,0
Memanfaatkan tanaman pangan di dusun
5,7
Membakar lahan
0,0 0,0 Tidak menanam
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Adaptasi petani terhadap perubahan waktu olah tanah dan waktu tanam ubi kayu di desa Wain, Kep Kei Perubahan waktu olah tanah
Perubahan waktu tanam
80
80
70,3
70
70
62,9
60,0
60
60
50
50
37,1
40
40
30
31,4
30
20
20
10
13,5
10 0
73,0
5,7 0 0,0 Sangat besar
Besar
Cukup besar Wain-A
Wain-B
0 2,7
Kecil
0,0 0,0
13,5 0,0 0,0 Sangat besar
Besar
Cukup besar
Sangat kecil Wain-A
Wain_B
2,9 0,0
0,0 0,0
Kecil
Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan waktu panen dan pasca panen ubi kayu di desa Wain, Kepulauan Kei Kecil Adaptasi perubahan waktu panen 80
Adaptasi petani perubahan pasca panen 90,0
73,0
80,0
70
70,0
60
60,0
50
50,0
37,1
40
34,3
34,3
30,0 13,5
11,4
17,1
20,0
8,1
10 0
37,1
40,0
30 20
81,8
0 Sangat besar
5,4
0,0 Besar
Cukup besar
Wain_A
Wain_B
Kecil
Sangat kecil
10,0 0,0
15,2
11,4
0 Sangat besar
17,1
0,0 Besar Wain_A
Cukup besar Wain_B
Kecil
0,00,0 Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan pola penyimpanan dan pemasaran produk pangan enbal di Kep Kei Perubahan pola penyimpanen 90
Perubahan pola pemasaran produk ubi kayu 100
84,4
90
80
86,5
80
70
70
57,1
60
57,1
60 50 50 40 40
31,4
30
34,3
30
20
15,6
20
13,5
11,4 10 0
8,6
10 0
0
Sangat besar
0,0 Besar
Cukup besar Wain-A
Wain-B
Kecil
0,0 0,0 Sangat kecil
0
0
0
Sangat besar
0,0 Besar
0,0 Cukup besar Wain-A
Wain-B
0,0 Kecil
Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan waktu olah tanah Petani desa Purpura, Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, 2016 100
93
Petani desa Lorulun, Kepulauan Tanimbar, kabupaten MTB
100
93
100
100
73 73
27
27 0 0 0 0 SANGAT BESAR
0 BESAR Jagung
0
7 0 CUKUP Ubi kayu
10 0 0 0 KECIL Sayur
Sagu
0 0 0 SANGAT KECIL
0 0 0 0 SANGAT BESAR
0
0
BESAR Jagung
7 0
10 0 0 0
CUKUP Ubi kayu
KECIL Sayur
Sagu
0 0 0 SANGAT KECIL
Adaptasi petani terhadap perubahan waktu olah tanah Petani di desa transmigrasi Waihatu, Pulau Seram Bagian Barat 90
83
120 100
100
80 70
Desa Mida, Pulau Gorom, Seram Bagian Timur
67
80
100
73
60 60
50 40
33
40
30 17
20 10 0
0
0
Sangat besar
0 Besar Jagung
33
33
33
27
20 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
Cukup
Kecil
Sangat kecil
Ubi kayu
Sayur
Sagu
0
0
0
Sangat besar
0 0 0 Besar Jagung
0 Cukup Ubi kayu
0 0 0 0 Kecil
Sayur
Sagu
0 0 0 Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan waktu tanam Perubahan waktu tanam, Desa Purpura, Pulau Kisar, Maluku Barat Daya
Perubahan waktu tanam di desa Lorulun, Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara Barat
120 100
100
100
83 67
80
67 60
60
40
33 17 0
0
Sangat besar
Besar
Jagung
0
0 0 0 0 Cukup Ubi kayu
0 0 Kecil
Sayur
17 17
20
17 0
67
60
40
40
0
100
100
80
20
120
Sagu
0
0
Sangat kecil
0
0
0
Sangat besar
0
17 0
Besar Jagung
0 0
0 0 0 0
Cukup Ubi kayu
Kecil Sayur
Sagu
0 0 0 Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan waktu tanam Perubahan pola tanam di desa transmigrasi Waihatu, Pulau-Seram Bagian Barat 90 80
Desa Mida, Pulau Gorom, Seram Bagian Timur 120
83
73
100
100
70 60
100
80
67
50 60
40 27
30
40
33
17
20
20
10 0
100
0
0
Sangat besar
0 Besar Jagung
0
0 0 0 0
0 0 0 0
Cukup Ubi kayu
Kecil Sayur
Sagu
0 0 0 0 Sangat kecil
0
0 0 0 0 Sangat besar
0 Besar
Jagung
0
0 0 Cukup
Ubi kayu
0 0 0 0 Kecil
Sayur
Sagu
0 0 0 Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan waktu panen Desa Purpura, Pulau Kisar, Maluku Barat Daya
Desa Lorulun, Pulau Tanimbar 120
70 100
100
60
83 80
50
73 67
40
60
30 40
33
20
27
17
20
10 0
0 Sangat besar
Besar
Jagung
Cukup
Ubi kayu
Kecil
Sayur
Sagu
Sangat kecil
0
0
Sangat besar
0 Besar
Jagung
0
0
0 0 Cukup
Ubi kayu
0
0 0 Kecil
Sayur
Sagu
0 0 0 Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan waktu panen Desa transmigrasi Waihatu, Pulau Seram, Seram Bagian Barat 70
67
Desa Mida,Pulau Gorom, Seram Bagian Timur 120
67
60
100
100
50
100100
100
80
40 33
33
60
30 40
20
20
10 0
0
0
Sangat besar
0 0 Besar
Jagung
0
0 0 0 Cukup
Ubi kayu
Sayur
0 0 0 0
0 0 0 0
Kecil
Sangat kecil
Sagu
0
0 0
0
Sangat besar
0 0 0 0 Besar
Jagung
0 0 Cukup
Ubi kayu
0 0 0 0 Kecil
Sayur
Sagu
0 0 0 Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan waktu pasca panen Desa Lorulun, Pulau Tanimbar, Maluku Tenggara Barat
Desa Purpura, Pulau Kisar, Maluku Barat Daya
120
120 100
100
100
100 83 80
80 67 60
67
67 60
50
40
33
33
40
33 17
20
0
83
0
0
Sangat besar
0 Besar
Jagung
0
0
0 0 Cukup
Ubi kayu
17
20 0 0 Kecil
Sayur
33
Sagu
0 0 0 Sangat kecil
0
0
0
Sangat besar
0 Besar
Jagung
17 0
0
0 0 Cukup
Ubi kayu
0
0 0 Kecil
Sayur
Sagu
0 0 0 Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan waktu pasca panen Desa Transmigrasi Waihatu, Pulau Seram, Seram Bagian barat 120
Desa Mida, Pulau Gorom Seram Bagian Timur 120
100
100
100
100 83
80
80
67 60
40
60
33
33
40
33
20
0
33 17
20 0
0
Sangat besar
0 0 0 Besar
Jagung
0 0 0 Cukup
Ubi kayu
Sayur
0 0 0 0
0 0 0 0
Kecil
Sangat kecil
Sagu
0
0 0
0
Sangat besar
0 Besar
Jagung
0
0 0 0 Cukup
Ubi kayu
0
0 0 Kecil
Sayur
Sagu
0 0 0 0 Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan penyimpanan pangan Desa Purpuran, Pulau Kisar Maluku Barat Daya 70
67
Desa Lorulun, Pulau Tanimbar Maluku Tenggara Barat 120
67
60
100
50
80
40 33
33
60
30 40
20
20
10 0
0 0
0
Sangat besar
0 0 Besar
Jagung
0
0 0 0 0 Cukup
Ubi kayu
0 0 0 Kecil
Sayur
Sagu
0 0 0 Sangat kecil
0 Sangat besar
Besar
Jagung
Cukup
Ubi kayu
Kecil
Sayur
Sagu
Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan penyimpanan pangan Desa Transmigrasi Waihatu, Pulau Seram Bagian Barat
Desa Mida, Pulau Gorom, Seram Bagian Timur
120
120 100
100
100
80
80
60
60
40
40
20
20
0
0 0
0
Sangat besar
0 0 0 0
0 0 0 0
Besar
Cukup
Jagung
Ubi kayu
0 0 0 Kecil
Sayur
100
100
Sagu
0 0 0 0 Sangat kecil
0
0 0
100100
0
Sangat besar
0 0 0 0
0 0 0 0
Besar
Cukup
Jagung
Ubi kayu
100
0 0 Kecil
Sayur
Sagu
0 0 0 Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan pemasaran hasil Desa Purpura, Pulau Kisar, Maluku Barat Daya 90
Desa Lorulun, Pulau Tanimbar Maluku Tenggara Barat 120
83
80 67 67
70
100
100 83
60
80
73
67
50 60 40
33
30
40 17
20
17 20
33 17
17 10
10 0
0 0
0
Sangat besar
0 0 0 0 Besar
Jagung
0 Cukup
Ubi kayu
0 0 Kecil
Sayur
Sagu
0 0 0 0 Sangat kecil
0
0 Sangat besar
0 Besar
Jagung
0
0
0 Cukup
Ubi kayu
0 0 0 0 Kecil
Sayur
Sagu
0 0 0 Sangat kecil
Adaptasi petani terhadap perubahan pemasaran hasil Desa transmigrasi Waihatu, Pulau Seram Bagian Barat
Desa Mida,Pulau Gorom Seram Bagian Timur
120
120 100
100
100
100
80
80
60
60
40
40
20
20
0
0 0
0
Sangat besar
0 0 0 0 Besar
Jagung
0 0 0 Cukup
Ubi kayu
Sayur
0 0 0 0
0 0 0 0
Kecil
Sangat kecil
Sagu
0 Sangat besar
Besar
Jagung
Cukup
Ubi kayu
Kecil
Sayur
Sagu
Sangat kecil
CONCLUSIONS AND FUTURE CHALLENGES
Maluku memiliki sumberdaya alam pertanian dan kelautan yang cukup melimpah tetapi belum dikelola secara optimal diikuti infrastruktur [konektivitas yang masih belum memadai/ merata] Provinsi maluku merupakan wilayah berciri kepulauan [pulau kecil] yang sensitif terhdap perubahan iklim dan bencana alam, oleh karena itu adaptasi terhadap perubahan iklim sangat penting artinya bagi provinsi maluku guna mendukung pemanasan global tidal lebih dari 1.5-2 derajat celcius [kesepakatan paris] yang diduga berakibat fatal terhadap pulau kecil dan manusia Sebagai wilayah kepulauan, pulau kecil di maluku memiliki karakteristik pertanian dan perikanan yang terintegrasi dari hutan ke coral reef yang disebut sebagai sistem dusun Menurut petani dampak perubahan ikiim sudah terasa besar khususnya tanaman pangan dan syur, kecuali sagu, maka ketahanan pangan di masa depan adalah berbasis pohon seprti sagu dan sukun Pemerintah daerah memilih strategi pengembangan komoditas unggulan [pala, cengkeh, kelapa, ikan tuna, rumput laut, parawisata dan tambang] termasuk pangan lokal dan padi sawah di desa-desa transmigrasi berbasis gugus pulau untuk percepatan pembangunan ekonomi daerah dan pengentasan kemiskinan Dalam pembangunan tersebut maka adapatasi petani terhadap perubahan iklim perlu dilakukan, tidak hanya untuk diantisipasi, tetapi juga melakukan linking, bonding and brigding lintas sektor dan lintas stakeholder Hal ini penting untuk menjaga keberlanjutan, kearifan lokal, keragaman hayati, ekonomi dan kelembagaan
KEMITRAAN, KOORDINASI, INTEGRASI & SINKRONISAS9: BONDING, BRIGING DAN LINKING PEMBANGUNAN KAWASAN KAWASAN/ PULAU-PULAU KECIL/GUGUS PULAU BERKELANJUTAN: SIAPA INTEGRATOR?
Policy makers Lembaga Keuangan Petani Pengusaha UMK & Koperasi
Perg Tinggi/ Lembaga Penelitian
Future challenges:
Kerjasama lintas sector membangun pulau-pulau kecil dalam satuan Gugus Pulau secara terintegrasi dan atas prinsip sinkronisasi
Menjadikan agenda perubahan iklim dan prinsip konservasi maritime yang terintegrasi dengan pulau dan wilayah laut/ pesisir [karena perubahannya membutuhkan data jangka panjang] dalam semua kegiatan pembangunan
Mengembangkan Riset dan Teknologi yang adaptif terhadap pembangunan pulau-pulau kecil sekaligus meng-up grade nilai tambah produk2 asal Maluku
Pengembangan eko-turisme [alam dan budaya] YANG RAMAH LINGKUNGAN
Pangan berkelanjutan BERBASIS TEPUNG SAGU •
Potensi tepung sagu di Maluku mencapai 416,000 ton per tahun tetapi baru dimanfaatkan sekitar 2% secara efektif
•
Maluku masih menghadapi kondisi rawan pangan karena stok pangan terbatas dan kondisi geografis kepulauan dengan infrastruktur transportasi terbatas
•
Peningkatan dan optimalisasi pemanfaatan potensi sagu dapat dilakukan dengan mendorong teknologi pengolahan sagu untuk mengembangkan produk sesuai selera pasar