DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
FENNY KURNIAWATI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN FENNY KURNIAWATI. Dampak Perubahan Iklim terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus: Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Bogor). Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT Perubahan iklim yang terjadi akan berdampak negatif pada sektor pertanian di wilayah Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang memiliki potensi pada sektor pertanian tanaman pangan berupa padi dan ubi jalar. Persepsi petani terhadap perubahan iklim berbeda-beda. Adaptasi yang dilakukan oleh petani melalui perubahan pola tanam akan menyebabkan perubahan pendapatan yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai dampak perubahan iklim terhadap pendapatan petani dan faktor-faktor yang menentukan seorang petani melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mengkaji persepsi petani mengenai perubahan iklim, (2) mengkaji strategi adaptasi petani terhadap perubahan iklim (3) menganalisis dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi, penggunaan input dan pendapatan petani akibat perubahan iklim dan (4) mengidentifikasi faktor-faktor penentu adaptasi petani terhadap perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan selama lima bulan. Khusus untuk pngambilan data primer dilakukan pada bulan Maret-April 2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan petani melalui kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutan Kabupaten Bogor, BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, BPS Kabupaten Bogor, dan studi literatur lainnya yang mendukung penelitian ini. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis persepsi, strategi adaptasi dan dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi dan penggunaan input. Estimasi perubahan pendapatan petani dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani, sedangkan faktorfaktor yang diduga berpengaruh dalam adaptasi petani terhadap perubahan iklim diidentifikasi menggunakan regresi logistik. Pengolahan data dilakukan menggunakan komputer dengan program Microsoft Excel 2007 dan software Minitab 14. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani mengenai perubahan iklim pada umumnya masih rendah, yaitu sebesar 43% responden memahami adanya perubahan iklim, namun mayoritas responden telah menyadari adanya perubahan iklim. Adaptasi yang dilakukan petani masih rendah, yaitu sebanyak 17 responden dari 37 responden melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Adaptasi yang dilakukan oleh responden yaitu dengan melakukan perubahan pola tanam. Responden yang melakukan perubahan pola tanam dari padi-ubi jalar menjadi ubi jalar-ubi jalar adalah sebanyak 9 responden dan responden yang melakukan perubahan pola tanam dari padi-padi menjadi padi-ubi jalar sebanyak
5 responden, sedangkan responden yang merubah pola tanam dari padi-padi menjadi ubi jalar-ubi jalar adalah sebanyak 3 responden. Dampak dari adanya perubahan iklim menyebabkan hasil produksi dan pendapatan yang dihasilkan oleh petani mengalami penurunan. Variabel yang signifikan dalam faktor-faktor penentu adaptasi petani terhadap perubahan iklim adalah pemahaman petani terhadap perubahan iklim dengan nilai P sebesar 0,032 pada taraf nyata lima persen (5%). Pemahaman yang kurang yang dimiliki oleh petani mengenai perubahan iklim, cenderung untuk tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Jika pemahaman petani mengenai perubahan iklim tersebut ditingkatkan, maka peluang untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim semakin besar. Kata kunci: perubahan iklim, produksi padi dan ubi jalar, pendapatan, dan adaptasi perubahan iklim
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
FENNY KURNIAWATI H44070077
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Dampak Perubahan Iklim terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim Studi Kasus di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
Fenny Kurniawati H44070077
Judul Skripsi : Dampak Perubahan Iklim terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) Nama
: Fenny Kurniawati
NRP
: H44070077
Menyetujui Pembimbing,
Dr.Ir. Yusman Syaukat, M.Ec NIP. 19631227198811 1 001
Mengetahui Ketua Departemen,
Dr.Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717199203 1 003
Tanggal Lulus:
UCAPAN TERIMA KASIH Skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik moril maupun materil. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ayahanda (Bapak Sutardi) dan ibunda (Ibu Nursoimah), kakak dan adik tercinta (Rini Rahmawati dan Fajriana Salasati) yang selalu memberikan kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan yang tiada hentinya. 2. Bapak Dr.Ir. Yusman Syaukat, M.Ec sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta perhatiannya yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Pini Wijayanti, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi selama kuliah di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 4. Bapak Dr.Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen penguji utama dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan saran, kritik dan masukan, sehingga penulis dapat memperbaiki karya ini. 5. Teman-teman satu bimbingan (Nurul Fadillah, Resti Ariesta, Syifa Azizah, Maeda Niella, dan Riony Rihardika Purnama) yang telah memberikan banyak saran, motivasi dan semangat untuk terus maju. 6. Sahabat-sahabat seperjuangan ESL 44: Nurul Fadillah, Rizky Amelia, Syifa Azizah, Fachrunnisa, Resti Ariesta F, Chichi Rizky, Ratih Trianita, Raisa, dan Norita Vibryanto yang selalu memberikan motivasi, pengalaman dan arti persahabatan.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Perubahan Iklim terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim”. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2011
Fenny Kurniawati
DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN ………………………………………......................
i
RINGKASAN ………………………………………………………..
ii
JUDUL ……………………………………………………………….
iv
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………….
v
UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………
vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
vii
DAFTAR ISI .......................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...............................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
xiii
1. PENDAHULUAN ........................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ...............................................................
4
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................
7
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................
8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................
8
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
9
2.1 Ekonomi Perubahan Iklim ......................................................
9
2.1.1 Konsep Perubahan Iklim ..............................................
11
2.2 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim ............................
11
2.2.1 Perubahan Pola Tanam sebagai Upaya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim ............................................
14
2.3 Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi, Input dan Pendapatan Petani ..................................................................
15
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ...............................................
17
III. KERANGKA PEMIKIRAN .........................................................
20
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................
20
3.1.1 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim ..................
20
3.1.2 Dampak Perubahan Iklim terhadap Output, Input dan
Pendapatan Petani ..................................................................
21
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ..........................................
22
IV. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
25
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................
25
4.2 Jenis dan Sumber Data ...........................................................
25
4.3 Metode Pengambilan Contoh .................................................
26
4.4 Metode dan Prosedur Analisis ...............................................
26
4.4.1 Analisis Persepsi, Adaptasi Petani dan Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi dan Penggunaan Input ..........................................................
27
4.4.2 Estimasi Perubahan Pendapatan Petani Akibat Perubahan Iklim ............................................................
28
4.4.3 Analisis Pendapatan Usahatani .....................................
29
4.4.4 Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim ............................................................
30
4.4.4.1 Model Regresi Logistik ......................................
29
4.4.4.2 Pengujian Model Regresi Logistik .....................
32
4.5 Definisi Operasional ...............................................................
34
V. GAMBARAN UMUM ..................................................................
36
5.1 Keadaan umum Lokasi Penelitian ..........................................
36
5.2 Komoditas Padi dan Komoditas Ubi Jalar .............................
37
5.3 Karakteristik Umum Responden ............................................
38
5.3.1 Jenis Kelamin dan Usia .................................................
38
5.3.2 Pendidikan Formal ........................................................
38
5.3.3 Luas dan Status Kepemilikan Lahan .............................
39
5.3.4 Lama Bertani .................................................................
40
VI. HASIL PEMBAHASAN ..............................................................
42
6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim .............................
42
6.1.1 Penilaian Responden terhadap Suhu Udara .................
43
6.1.2 Penilaian Responden terhadap Curah Hujan .................
43
6.1.3 Penilaian Responden terhadap Jumlah Hari Hujan .......
45
6.1.4 Penilaian Responden terhadap Produktivitas Padi dan Ubi Jalar ........................................................................
45
6.2 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim ............................
46
6.2.1 Adaptasi Petani terhadap perubahan Iklim Melalui Pola Tanam ............................................................................
47
6.2.1.1. Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim pada Pola Tanam Padi-Ubi Jalar ..............................
49
6.2.1.2. Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim pada Pola Tanam Padi-Padi ......................................
50
6.3 Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi, Penggunaan Input dan Pendapatan Petani ..............................
51
6.3.1 Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi dan Penggunaan Input ……………………………………… 6.3.2 Analisis Pendapatan Usahatani akibat Perubahan Iklim
51 53
6.3.2.1. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Ubi Jalar .......................................
55
6.3.2.2 Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Padi ...............................................
58
6.4. Identifikasi Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim ......................................................
61
6.4.1 Variabel yang Signifikan ...............................................
63
6.4.2 Variabel yang Tidak Signifikan ....................................
64
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
65
7.1 Kesimpulan .......................................................................... 7.2 Saran .....................................................................................
65 66
VIII. DAFTAR PUSTAKA ................................................................
67
LAMPIRAN ........................................................................................
69
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………..
83
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman
Luas Area Panen dan Produksi Padi Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010 ............................................
3
Luas Area Panen dan Produksi Ubi Jalar Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010 ............................................
3
Perubahan Pola Tanam pada Tahun 2008 dan Tahun 2009 di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor .......
5
Perubahan Pola Tanam Sebagai Dampak Perubahan Iklim .........
15
5. Matriks Metode Analisis Data .....................................................
27
6.
Jumlah Angkatan Kerja di Desa Purwasari Tahun 2010 .............
37
7.
Kondisi Pola Tanam Padi-Ubi Jalar Tahun 20098 dan 2009 .......
48
8.
Kondisi Pola Tanam Padi-Padi Tahun 2008 dan 2009 .................
48
9.
Rata-Rata Hasil Produksi dan Produktivitas Padi Tahun 2008 dan Tahun 2009 ...........................................................................
52
2. 3. 4.
10. Rata-Rata Hasil Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar Tahun 2008 dan Tahun 2009 ...........................................................................
52
11. Pendapatan Responden yang tidak Merubah Pola Tanam ...........
56
12. Pendapatan Responden yang Merubah Pola Tanam ....................
57
13. Perbandingan Pendapatan Petani ………………………………..
58
14. Pendapatan Responden yang Merubah Pola Tanam (Padi-Ubi Jalar) ............................................................................
59
15. Pendapatan Responden yang Merubah Pola Tanam (Ubi Jalar-Ubi Jalar) .....................................................................
60
16. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Melakukan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim ..........................
61
DAFTAR GAMBAR Nomor 1.
Halaman
Curah Hujan Tahunan (mm) Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2001-2010 ……………………………………......
6
2.
Kerangka Pemikiran .....................................................................
24
3.
Peta Desa Purwasari .....................................................................
36
4.
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .........
39
5.
Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan .
39
6.
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan.
40
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bertani .................. 0
40
8.
Temperatur Tahunan ( C) Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010…
43
9.
Curah Hujan Bulanan (mm) Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2008 – 2009 .........................................................
44
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Kuesioner Penelitian .....................................................................
70
2. Tabulasi Karakteristik Responden di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2010 ……………
76
3. Tabulasi Persepsi Responden terhadap Perubahan Iklim di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2010 .
77
4. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Ubi Jalar (Tidak Merubah Pola Tanam) ……………………………………
78
5. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Ubi Jalar (Merubah Pola Tanam menjadi Ubi Jalar-Ubi Jalar) …………....
79
6. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Padi (Merubah Pola Tanam menjadi Padi-Ubi Jalar) …………………
80
7. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Padi (Merubah PolaTanam menjadi Ubi Jalar-Ubi Jalar) ……………
81
8. Hasil Estimasi Pendugaan Model ................................................
82
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan isu global yang disebabkan karena adanya perubahan pada parameter iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban udara, angin, kondisi awan, presipitasi maupun radiasi matahari (Aliadi et al. 2008). Salah satu indikator dari perubahan iklim yang terjadi adalah kejadian pemanasan global (Handoko et al. 2008). Pemanasan global ditandai dengan adanya peningkatan suhu bumi yang disebabkan karena meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dalam atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia. Emisi Gas Rumah Kaca itu sendiri diantaranya yaitu, karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O) yang bersifat menahan radiasi inframerah yang dipancarkan oleh bumi di atmosfer, sehingga menyebabkan suhu bumi mengalami peningkatan (Gintings, 2003). Dampak dari adanya perubahan iklim khususnya parameter iklim yaitu suhu udara dan curah hujan akan menimbulkan berbagai perubahan lingkungan global yang terkait dengan pencairan es di kutub, distribusi vegetasi alami dan keanekaragaman hayati, produktivitas tanaman, distribusi hama dan penyakit tanaman dan manusia. Kajian Intergovernmental Panel on Climate Change, organisasi yang dibentuk tahun 1988 oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan Program Lingkungan PBB (UNEP), memperkirakan Indonesia akan mengalami kenaikan suhu 1-4 derajat celsius pada tahun 2050. Kenaikan suhu ini akan mempengaruhi dan menurunkan produksi pangan.1
1
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/02/17/23483639/ diakses tanggal 6 Januari 2011
Berbagai penelitian dan pemodelan terhadap produksi pertanian dan perubahan iklim menunjukkan bahwa perubahan iklim memiliki dampak negatif terhadap produksi pertanian. Adanya perubahan iklim yang terjadi maka dapat menyebabkan aktivitas pertanian menjadi terganggu (Handoko et al. 2008). Padahal sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang cukup besar dan menjadi sektor penting terutama bagi masyarakat miskin. Data yang berasal dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa luas areal panen dan produksi padi di Kecamatan Dramaga tahun 2006-2010 cenderung fluktuatif. Tahun 2007, luas areal panen padi mengalami penurunan yaitu sebesar 0,29%, sedangkan produksi mengalami peningkatan yaitu mencapai 6,68%. Tahun 2008, luas areal panen mengalami penurunan yaitu sebesar 0,65%, sedangkan produksi mengalami peningkatan yaitu mencapai 5,91%. Luas areal panen dan produksi padi menurun cukup drastis pada tahun 2009 yaitu sebesar 6,31% dan 3,66%, karena pada tahun ini terjadi penurunan curah hujan El Nino di wilayah Indonesia. Tahun 2010, luas areal panen dan produksi justru mengalami peningkatan yaitu sebesar 10,38% dan 27,34%. Luas areal panen dan produksi padi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Areal Panen dan Produksi Padi Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010 Tahun
Luas Areal Panen Ha
Produksi
%
Ton
%
2006
1.391
-
7.125
-
2007
1.387
-0,29
7.601
6,68
2008
1.378
-0,65
8.050
5,91
2009
1.291
-6,31
7.755
-3,66
2010
1.425
10,38
9.875,2
27,34
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2011)
Data luas areal panen dan produksi ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor pada tahun 2006-2010 cenderung fluktuatif. Tahun 2007 menunjukkan bahwa luas areal panen mengalami peningkatan yaitu sebesar 3,7% sedangkan produksi menurun sebesar 9,61%. Tahun 2008 terjadi peningkatan luas area panen dan produksi yang cukup besar yaitu sebesar 35,71% dan 33,33%. Luas areal panen dan produksi pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2010 mengalami peningkatan. Luas area dan produksi ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas Area Panen dan Produksi Ubi Jalar Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Luas Areal Panen Ha % 135 140 3,70 190 35,71 230 21,05 271 17,8
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2011)
Produksi Ton % 2.257 2.040 -9,61 2.720 33,33 3.308 21,62 4.173,4 26,1
1.2 Rumusan Masalah Kabupaten
Bogor
merupakan
wilayah
yang
berpotensi
untuk
dikembangkan sektor pertanian tanaman pangan berupa padi dan palawija berupa ubi jalar. Salah satu wilayah yang memiliki potensi padi dan ubi jalar tersebut adalah Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh iklim. Perubahan iklim yang terjadi yang ditandai dengan penurunan curah hujan pada tahun 2009 dan peningkatan suhu selama lima tahun terakhir di wilayah Kabupaten Bogor akan berdampak pada penggunaan input, produktivitas (hasil panen) pertanian dan pendapatan petani. Desa Purwasari merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak perubahan iklim. Hasil produksi pertanian petani pada tahun 2009 mengalami penurunan akibat dari adanya serangan hama merah yang menyerang komoditas padi mereka. Serangan hama yang timbul dikarenakan perubahan iklim yang terjadi karena siklus hidup suatu hama sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Perubahan iklim yang terjadi menyebabkan beberapa petani melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Adaptasi yang dilakukan oleh petani di Desa Purwasari yaitu dengan melakukan perubahan pola tanam, yang sebelumnya padi-palawija menjadi palawija-palawija dan padi-padi menjadi padi-palawija dan palawijapalawija. Perubahan pola tanam di Desa Purwasari dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perubahan Pola Tanam pada Tahun 2008 dan Tahun 2009 di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2008 2009
Pola Tanam I Padi-Palawija Palawija-Palawija
Pola Tanam II Padi-Padi Padi-Palawija atau Palawija-Palawija
Sumber : Data primer (diolah), 2011
Data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas padi di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor pada tahun 2000-2005 produktivitas padi sebesar 5,20 ton/ha/tahun sedangkan pada tahun 2006-2010 produktivitas padi mengalami peningkatan yaitu sebesar 5,87 ton/ha/tahun. Produktivitas palawija yaitu ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor pada tahun 1999-2004 sebesar 15,48 ton/ha/tahun dan mengalami penurunan pada tahun 2005-2009 yaitu sebesar 14,94 ton/ha/tahun. Berdasarkan data hasil wawancara dengan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, pada tahun 2009 telah terjadi penurunan curah hujan (El Nino). Data yang berasal dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor menunjukkan bahwa curah hujan tahunan pada tahun 2009 mengalami penurunan curah hujan, sedangkan curah hujan pada tahun 2008 mendekati keadaan normal. Kondisi curah hujan normal Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor adalah sebesar 3.930,4 mm/tahun. Penurunan curah hujan terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 3.497,8 mm. Grafik Curah hujan tahunan pada tahun 2001-2010 dapat dilihat pada Gambar 1.
6000 5000
4338.41
4221
4000 3000
5097.3
3683.7
3774.9
3890.2 2990.7
4036.13
4051.2
3468.1
2000 1000 0 2001200220032004200520062007200820092010
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Kabupaten Bogor
Gambar 1. Curah Hujan Tahunan (mm) Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2001-2010 Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), trend suhu wilayah Kabupaten Bogor mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan data rata-rata temperatur tahunan di Kabupaten Bogor selama lima tahun terakhir telah mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,218 0C. Persepsi petani mengenai perubahan iklim perlu diketahui, karena pengetahuan dan pemahaman petani terhadap perubahan iklim bervariasi. Menganalisis strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dalam rangka melakukan penyesuaian terhadap perubahan iklim dan sebagai upaya dalam merumuskan kebijakan pemerintah mengenai strategi atau langkah-langkah adaptasi yang harus dilakukan oleh petani akibat perubahan iklim. Analisis mengenai sejauh mana dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi atau output (padi dan palawija berupa ubi jalar) dan penggunaan input perlu dilakukan. Estimasi perubahan pendapatan petani perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dampak perubahan iklim terhadap pendapatan petani yang melakukan adaptasi dengan petani yang tidak melakukan adaptasi. Faktorfaktor yang diduga mempengaruhi petani untuk melakukan adaptasi terhadap
perubahan iklim perlu dilakukan dalam rangka merumuskan kebijakan yang tepat dalam kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi petani mengenai perubahan iklim? 2. Bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani dalam menghadapi perubahan iklim? 3. Bagaimana dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi, penggunaan input dan seberapa besar perubahan pendapatan petani
akibat perubahan
iklim? 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim? 1.3. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Menganalisis persepsi petani mengenai perubahan iklim. 2. Menganalisis strategi adaptasi petani dalam menghadapi perubahan iklim yang terjadi di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 3. Menganalisis dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi, penggunaan input dan mengestimasi perubahan pendapatan petani akibat perubahan iklim. 4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Menjadi dasar pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Bogor untuk menentukan kebijakan dalam upaya mengatasi dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian tanaman pangan. 2. Bagi peneliti dan akademisi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang merupakan wilayah yang memiliki potensi pada sektor tanaman pangan yaitu komoditas padi dan ubi jalar. Pokok bahasan penelitian ini adalah mengkaji dampak perubahan iklim terhadap pendapatan petani dan faktorfaktor yang menentukan adaptasi petani terhadap perubahan iklim di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Perubahan Iklim Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0C. Pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi seperti sekarang, maka diperkirakan pada tahun 2100 konsentrasi CO2 akan meningkat dua kali lipat dibanding zaman industri, yaitu sekitar 580 ppm. Berbagai model sirkulasi global memperkirakan peningkatan suhu bumi antara 1,7-4,5 0C. Peningkatan yang besar terjadi pada daerah lintang tinggi, sehingga akan menimbulkan berbagai perubahan lingkungan global yang terkait dengan pencairan es di kutub, distribusi vegetasi alami dan keanekaragaman hayati, produktivitas tanaman, distribusi hama dan penyakit tanaman dan manusia. Studi yang dilakukan oleh Handoko et al. (2008) dampak sosio-ekonomi akibat perubahan iklim diantaranya yaitu : 1. Penurunan produksi dan produktivitas 2. Penurunan pangsa GDP sektor pertanian 3. Fluktuasi harga produk pertanian di pasar dunia 4. Perubahan distribusi geografis dari rezim perdagangan 5. Peningkatan jumlah penduduk yang berisiko kelaparan dan ketidakamanan pangan Secara tidak langsung pengaruh perubahan iklim terhadap penurunan produksi pangan dunia, misalnya terjadi melalui peningkatan area dan produksi bio-fuel (konversi dari lahan pangan), yang mengakibatkan kenaikan harga bahan pangan karena area yang dialokasikan ke bahan pangan mengalami penurunan. Variabilitas produktivitas sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim,
karena variabilitas hasil akan menyebabkan variabilitas supply (penawaran), maka perdagangan internasional sering digunakan sebagai alat untuk mengatasi variabilitas penawaran ini. Dampak perubahan iklim terhadap perdagangan dipengaruhi oleh tiga faktor: (1) total produksi pertanian di dalam negeri, (2) Keseimbangan antara produk yang diekspor dan yang dipasarkan di dalam negeri, dan (3) struktur produksi pertanian itu sendiri. Bidang Aplikasi Klimatologi dan Lingkungan (2009) menyatakan bahwa produktivitas pertanian di daerah tropis diperkirakan akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara 1-2 0C sehingga meningkatkan risiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang dan cenderung kering dengan trend hujan makin turun sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Pola musim mulai tidak beraturan sejak 1991 yang mengganggu swasembada pangan nasional hingga kini tergantung impor pangan. Terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan, akibatnya Indonesia harus mengimpor beras. Dampak perubahan iklim akan diperparah oleh masalah lingkungan, kependudukan, dan kemiskinan, karena lingkungan rusak, alam akan lebih rapuh terhadap perubahan iklim. Dampak terhadap penataan ruang dapat terjadi antara lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi, memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana alam,
berupa banjir dan tanah longsor. Daerah rawan bencana menjadi perhatian perencanaan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang. 2.1. 1 Konsep Perubahan Iklim Iklim adalah rata-rata jangka panjang dari kondisi atmosfer (cuaca) di suatu tempat. Secara singkat iklim dapat dikatakan sebagai rata-rata dari cuaca. Cuaca suatu daerah akan berfluktuasi dalam rentang waktu detik sampai harian. Nilai rataan dari kondisi unsur-unsur cuaca pada jangka panjang merupakan gambaran dari kondisi iklim daerah tersebut. Kemajuan teknologi informasi, mmperkirakan perubahan iklim disebabkan oleh perubahan komposisi atmosfer atau faktor-faktor lainnya, secara umum, relatif dapat dilakukan (Handoko et al. 2008). Perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun (inter centenial). Perubahan iklim tersebut disebabkan oleh kegiatan manusia (anthropogenic), khususnya yang berkaitan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih-guna lahan. Kegiatan manusia yang dimaksud adalah kegiatan yang telah menyebabkan peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O). Gas-gas inilah yang selanjutnya menentukan peningkatan suhu udara, karena sifatnya yang seperti kaca, yaitu dapat meneruskan radiasi gelombang-pendek yang tidak bersifat panas, tetapi menahan radiasi gelombangpanjang yang bersifat panas. Akibatnya atmosfer bumi makin memanas dengan laju yang setara dengan laju perubahan konsentrasi GRK.
Secara umum, perubahan iklim akan membawa perubahan pada parameter-parameter cuaca, yaitu temperatur, curah hujan, tekanan, kelembaban udara, laju serta arah angin, kondisi awan, dan radiasi matahari (Aliadi et al. 2008). Peningkatan suhu yang besar terjadi pada daerah lintang tinggi, sehingga akan menimbulkan perubahan lingkungan global yang terkait dengan pencairan es di kutub, distribusi vegetasi alami, dan keanekaragaman hayati. Daerah tropis atau lintang rendah akan terpengaruh dalam hal produktivitas tanaman, distribusi hama dan penyakit tanaman dan manusia. Peningkatan suhu pada gilirannya akan mengubah pola distribusi dan curah hujan. Kecenderungannya adalah bahwa daerah kering akan menjadi makin kering dan daerah basah menjadi semakin basah sehingga kelestarian sumberdaya air akan terganggu (Salim, 2003). 2.2 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim Strategi adaptasi adalah pengembangan berbagai upaya yang adaptif dengan situasi yang terjadi akibat dampak perubahan iklim terhadap sumberdaya infrastruktur dan lain-lain melalui (a) reinventarisasi dan redelineasi potensi dan karakterisasi sumberdaya lahan dan air, (b) penyesuaian dan pengembangan infrastruktur pertanian, terutama irigasi sesuai dengan perubahan sistem hidrologi dan potensi sumberdaya air, (c) penyesuaian sistem usahatani dan agribisnis, terutama pola tanam, jenis tanaman dan varietas, dan sistem pengolahan tanah (Las, 2007). Adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan suatu proses yang masyarakat memiliki kemampuan dari dalam dirinya sendiri dalam menghadapi ketidakpastian iklim di masa mendatang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mampu mengembangkan cara-cara tertentu yang dapat mengurangi dampak
negatif dari perubahan iklim dengan melakukan penyesuaian dan perubahan secara tepat pada aktivitas mereka. Hal ini dapat berupa penyesuaian teknologi hingga perubahan tingkah laku individual, seperti perubahan jenis tanaman ketika ketersediaan air mulai menipis. Menurut World Bank, 2008 dalam Handoko et al. (2008), adaptasi merupakan suatu proses dimana masyarakat membuat dirinya menjadi lebih baik menghadapi ketidakpastian hasil panen di masa mendatang. Adaptasi perubahan iklim merupakan suatu upaya yang benar untuk mengurangi dampak negatif dengan melakukan suatu penyesuaian atau perubahan. Beberapa pilihan untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim diantaranya peningkatan sistem teknologi seperti meningkatkan keamanan laut atau melindungi kawasan pemukiman di sekitar pesisir pantai, merubah pola pikir seseorang untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, mengurangi penggunaan air pada saat terjadi kekeringan, dan menggunakan insektsida pembasmi hama. Upaya perbaikan sistem informasi mengenai kondisi iklim yang terjadi di suatu wilayah perlu dilakukan dalam rangka memperkuat perencanaan dan koordinasi, melakukan investasi pada pengembangan teknologi dan menciptakan sistem keuangan yang efektif dalam upaya antisipasi perubahan iklim. Adaptasi
terhadap
perubahan
iklim
bersifat
multidimensi
dan
menggabungkan berbagai komponen yang ada seperti peningkatan kesadaran terhadap perubahan iklim, pengaturan yang harus diprioritaskan, perencanaan yang tepat terhadap adaptasi perubahan iklim, pengembangan penelitian dan teknologi dan pergerakan sumberdaya. Resiko perubahan iklim dan tindakan
adaptasi yang dilakukan memerlukan kerjasama antar individu, komunitas dan pemerintah. Faktor-faktor yang menyebabkan tingkat adaptasi sistem produksi tanaman pangan nasional terhadap kejadian iklim ekstrim masih rendah antara lain (i) lokasi perluasan areal umumnya pada wilayah yang rawan kejadian iklim ekstrim sebagai salah satu akibat dari rendahnya kemampuan dalam memanfaatkan informasi iklim, (ii) masih lemahnya kemampuan peramalan musim, dan rendahnya kemampuan pengguna dalam memanfaatkan hasil ramalan, (iii) belum berkembangnya teknologi antisipasi atau rendahnya tingkat adopsi petani dalam memanfaatkan teknologi antisipasi (Gintings et al. 2003). Literatur studi sebelumnya menunjukkan bahwa studi mengenai dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian telah banyak dilakukan oleh para peneliti, studi mengenai analisis perubahan pendapatan petani berdasarkan sistem pola tanam dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim belum dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan. 2.2.1 Perubahan Pola Tanam sebagai Upaya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Salah satu dampak dari fenomena perubahan iklim adalah kejadian perubahan pola curah hujan. Perubahan pola hujan ini dapat menyebabkan perubahan waktu musim hujan dan kemarau yang dalam bidang pertanian dapat menimbulkan pergeseran waktu tanam serta perubahan pola tanam pertanian. Studi yang telah dilakukan oleh Handoko et al. (2008) menyatakan bahwa perubahan iklim yang terjadi telah mengubah pola tanam yang dilakukan oleh
petani. Secara umum dua provinsi di Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur) yang pasokan airnya lebih tersedia, memiliki intensitas tanam yang lebih tinggi dibandingkan empat provinsi lainnya di luar Jawa, namun di Jawa Barat dan Jawa Timur telah terjadi perubahan pola tanam yang sebelumnya padi-padi-padi menjadi padi-padi-palawija. Sebaliknya pola tanam tidak mengalami perubahan sama sekali di empat provinsi luar Jawa, walaupun mereka merasakan ada perubahan iklim, yakni penurunan muka air tanah dan curah hujan. Mereka seluruhnya tetap mengusahakan lahannya hanya untuk dua kali tanam per tahun berupa padi-padi atau padi-palawija. Perubahan pola tanam sebagai dampak perubahan iklim dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perubahan Pola Tanam sebagai Dampak Perubahan Iklim Provinsi Jawa Barat Jawa Timur Sulawesi Utara dan Gorontalo Sulawesi Selatan Sumatera Utara
Pola Tanam 5 Tahun Lalu Sekarang Padi-Padi-Padi Padi-Padi-Palawija Padi-Padi-Padi Padi-Palawija-Padi Padi-Padi Padi-Padi Padi-Palawija Padi-Palawija Padi-padi Padi-Padi
Sumber : Handoko et al. (2008)
2.3 Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi, Input dan Pendapatan Petani FAO Committee on Food Security, Report of 31st Session (2005) dalam Handoko et al mengungkapkan bahwa 11% dari lahan pertanian di negara-negara berkembang dipengaruhi oleh perubahan iklim, yang dampaknya telah mempengaruhi produksi bahan pangan biji-bijian di 65 negara dan telah mengakibatkan 16% penurunan GDP. Warren et al. (2006) dalam Handoko et al. (2008) memprediksi bahwa peningkatan suhu sebesar 3 0C akan menimbulkan kelaparan bagi sekitar 600 juta jiwa, terutama di negara-negara berkembang yang
penduduknya memiliki resiko kekurangan pangan. Oleh karena itu, dampak adanya perubahan iklim akan mempengaruhi hasil produksi (output) dan penggunaan input, sehingga akan mempengaruhi pendapatan petani. Studi yang dilakukan oleh Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa secara temporal akan terjadi potensi peningkatan curah hujan pada musim hujan dan penurunan curah hujan pada musim kemarau di beberapa wilayah. Ini yang dirasakan oleh banyak petani di sebagian besar wilayah yang di survey dalam rangka verifikasi lapang, dan hal tersebut berpotensi menjadi bencana banjir
serta bencana
kekeringan yang dapat mengganggu produksi pangan strategis. Sektor pertanian akan terpengaruh melalui penurunan produktivitas pangan yang disebabkan oleh peningkatan sterilitas serealia, penurunan areal yang dapat diirigasi dan penurunan efektivitas penyerapan hara serta penyebaran hama dan penyakit. Beberapa tempat di negara maju (lintang tinggi) peningkatan konsentrasi CO2 akan meningkatkan produktivitas karena asimilasi meningkat, tetapi di daerah tropis yang sebagian besar negara berkembang, peningkatan asimilasi tersebut tidak signifikan dibanding respirasi yang juga meningkat. Secara keseluruhan jika adaptasi tidak dilakukan, dunia akan mengalami penurunan produksi pangan hingga 7 persen, namun dengan adaptasi yang tingkatnya lanjut, artinya biayanya tinggi, produksi pangan dapat distabilkan. Artinya bahwa stabilisasi produksi pangan pada iklim yang berubah akan memakan biaya yang sangat tinggi, misalnya dengan meningkatkan sarana irigasi, pemberian input (bibit, pupuk, insektisida/pestisida) tambahan. Negara Indonesia dengan skenario konsentrasi CO2 dua kali lipat dari saat ini produksi padi akan meningkat hingga 2,3 persen jika irigasi dapat
dipertahankan. Jika sistem irigasi tidak mengalami perbaikan produksi padi akan mengalami penurunan hingga 4,4 persen. 2.4 Penelitian Terdahulu Handoko et al. (2008) melakukan studi mengenai keterkaitan perubahan iklim dan produksi pangan strategis. Hasil penelitian ini mengungkapkan sepuluh skenario perubahan iklim dan program adaptasi pertanian yang dikembangkan bertujuan untuk menganalisis proyeksi surplus (defisit) pangan strategis yang akan terjadi hingga tahun 2050. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor perubahan suhu udara memiliki potensi dampak negatif lebih besar dibandingkan dengan faktor perubahan curah hujan dalam mempengaruhi surplus (defisit) pangan Indonesia. Penelitian mengenai dampak perubahan iklim terhadap pendapatan petani padi telah dilakukan oleh Asikin (2010). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode persamaan simultan. Selain itu, adanya keterbatasan petani dalam memahami perubahan iklim dan keterbatasan informasi dan teknologi sehingga menyebabkan adaptasi yang dilakukan oleh petani menjadi terbatas. Hasil dari penelitian Asikin adalah dampak dari adanya perubahan iklim menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan petani sebesar 0,91%. Mayoritas petani hanya mampu beradaptasi dengan cara merubah waktu penanaman. Mayangsari (2010) melakukan analisis dampak perubahan iklim terhadap tingkat kesejahteraan nelayan perahu motor tempel di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Estimasi perubahan kesejahteraan nelayan dilakukan dengan menggunakan nilai tukar nelayan (NTN). Berdasarkan perhitungan Nilai Tukar Nelayan (NTN), dapat diketahui bahwa telah terjadi penurunan tingkat
kesejahteraan nelayan perahu motor tempel di tahun 2009. Rata-rata NTN untuk nelayan perahu motor tempel berubah dari 1,53 di tahun 2008 menjadi 0,89 di tahun 2009 yang berarti rata-rata penerimaan nelayan perahu motor tempel sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Penelitian yang dilakukan oleh Syahbana (2010) mengenai analisis dampak perubahan iklim lokal terhadap kesejahteraan petambak udang, Kabupaten Bekasi. Metode yang digunakan untuk mengukur perubahan kesejahteraan petambak dilakukan dengan menggunakan Nilai Tukar Nelayan (NTN). Perubahan iklim yang terjadi di wilayah yang diteliti menyebabkan gagal panen dan kerugian bagi para petambak udang. Penurunan produktivitas yang terjadi menyebabkan penurunan volume produksi udang 25-50% dan peningkatan total biaya produksi sebesar 201,01%, yaitu meningkat dari Rp 203.700.000, menjadi Rp 409.600.000 akibat adanya perubahan iklim. NTPU turun dari 1,74 tahun 1999 menjadi 1,16 pada tahun 2010 atau mengalami penurunan sebesar 33,58%. Perubahan iklim telah mendorong para petambak udang melakukan adaptasi. Bentuk adaptasi yang dilakukan adalah berhenti sejenak untuk bertambak, merubah waktu panen udang, membuat atau meninggikan tanggul untuk menahan banjir, dan menanam mangrove di sekitar tambak. Osmaleli (2010) melakukan penelitian mengenai analisis dampak perubahan iklim lokal dan kesejahteraan nelayan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Dampak perubahan iklim lokal yang terjadi ditandai dengan perubahan musim yang tidak menentu, musim barat dan timur yang sulit diprediksi oleh nelayan. Perubahan iklim global saat ini belum berpengaruh terhadap perubahan iklim lokal Labuan, tetapi model dugaan grafik suhu global
dan suhu lokal hingga tahun 2010 mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan suhu rata-rata bumi selama 150 tahun yang mengindikasikan peningkatan suhu di Indonesia. Daya dukung lingkungan sebesar 32.044 orang, nilai EF sebesar 1,8715 ha/kapita dan biocapacity (BC) hanya tersedia sebesar 1,1382 ha/kapita. Hasil ini memperlihatkan bahwa BC/EF (defisit sumberdaya alam) di Labuan. Kondisi daya dukung ekologis dan lingkungan Labuan tersebut dapat diartikan dalam status rendah (daya dukung rendah). Kesejahteraan nelayan berdasarkan daya dukung lingkungan dan nilai tukar nelayan, masyarakat di Labuan belum sejahtera.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teorotis 3.1.1 Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim Menurut
Chambwera
(2008)
dalam
Handoko
et
al.
(2008)
mengungkapkan bahwa perlu tiga dimensi dalam melakukan adaptasi : (1) untuk menstabilkan produksi pertanian, yakni dengan melakukan penyesuaian terhadap praktek-praktek pertanian, pola tanam, jenis benih, penggunaan pupuk dan pestisida, dan lainnya, (2) untuk mempertahankan tingkat pendapatan dengan menemukan sumber-sumber pendapatan dari luar pertanian, dan (3) untuk meminimalkan dampak kerusakan. Studi yang dilakukan oleh Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa adaptasi perubahan iklim dapat diklasifikasikan ke dalam delapan kelompok upaya (effort), yaitu: 1. peningkatan produksi melalui peningkatan luas area tanam, 2. peningkatan produktivitas (hasil) pertanian, 3. melakukan diversifikasi pangan, khususnya untuk bahan pangan utama beras, 4. perencanaan waktu dan pola tanam 5. intensifikasi lahan, 6. konservasi sumberdaya lahan dan air, 7. peningkatan pemahaman petani akan pertanian dan variabilitas iklim bagi pertanian, dan 8. pengembangan pasar Menurut Handoko et al. (2008), adaptasi pertanian yang dapat dilakukan antara lain: peningkatan luas areal tanam, meningkatkan produktivitas makanan, meningkatkan intensitas tanam, dan mengurangi tingkat konsumsi per kapita per
tahun. Aspek terpenting dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim adalah bagaimana menemukan cara-cara adaptasi yang membutuhkan biaya terendah sehingga dapat membantu masyarakat khususnya masyarakat miskin dalam melakukan adaptasi yang dibutuhkan. 3.1.2 Dampak Perubahan Iklim terhadap Output, Input dan Pendapatan Petani Penelitian dan pemodelan yang dilakukan terhadap produksi pertanian dan perubahan iklim menunjukkan bahwa perubahan iklim memiliki dampak negatif terhadap produksi pertanian. Data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa produktivitas ubi jalar Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor pada tahun 1999-2004 sebesar 15,48 ton/hektar/tahun, sedangkan pada tahun 2005-2009 produktivitas ubi jalar sebesar 15,02 ton/hektar. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan produktivitas ubi jalar sebesar 0,46 ton/hektar yang diduga karena dampak dari adanya perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi diduga menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas tanaman pangan akibat bumi yang mengalami peningkatan suhu dan curah hujan yang tidak menentu, karena sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Penurunan produktivitas akan menyebabkan penurunan pendapatan petani. Perhitungan perubahan pendapatan akibat perubahan iklim dapat dihitung dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani merupakan analisis pendapatan yang berguna untuk mengukur apakah kegiatan usahatani pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973). Perhitungan pendapatan petani dapat dilakukan, setelah mengetahui sistem pola tanam yang dilakukan oleh petani. Petani yang melakukan adaptasi dengan cara
merubah pola tanam dan petani yang tidak melakukan adaptasi (tidak merubah pola tanam) akan menghasilkan pendapatan yang berbeda. Perhitungan pendapatan petani dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan pendapatan yang dihasilkan pada tahun 2009 yaitu tahun terjadinya perubahan iklim yang ditandai dengan adanya penurunan curah hujan dan pendapatan petani pada tahun 2008 yaitu tahun kondisi iklim mendekati keadaan normal (cenderung bersifat normal). Hasil perhitungan pendapatan akan dibandingkan antara kedua tahun tersebut. Perubahan pendapatan didapatkan dari perhitungan selisih antara penerimaan petani dengan pengeluaran petani tiap tahunnya. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Desa Purwasari yang merupakan wilayah yang memiliki potensi dalam sektor pertanian tanaman pangan mengalami penurunan hasil produksi berupa padi dan ubi jalar. Penurunan produksi tersebut dikarenakan serangan hama yang timbul akibat perubahan iklim yang terjadi di wilayah Kabupaten Bogor, sehingga pendapatan petani akan mengalami penurunan. Adaptasi terhadap perubahan iklim perlu dilakukan dalam mengurangi resiko dalam kegiatan usahatani petani. Sebelum melakukan adaptasi, perlu diketahui persepsi petani terhadap perubahan iklim. Tahapan pelaksanaan penelitian dimulai dari analisis persepsi petani terhadap perubahan iklim, kemudian dilanjutkan dengan strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani dalam mengatasi perubahan iklim, selanjutnya menganalisis dampak perubahan iklim terhadap output, input dan perubahan pendapatan petani yang dilihat dari sistem pola tanam yang dilakukan oleh petani. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana perubahan iklim berpengaruh terhadap pendapatan petani. Tahap akhir yaitu mengidentifikasi faktor-faktor penentu adaptasi petani terhadap perubahan iklim. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat disajikan pada Gambar 2.
Potensi komoditas padi dan ubi jalar di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
Perubahan iklim akan mempengaruhi sektor pertanian
Peningkatan suhu
Persepsi petani terhadap perubahan iklim
Penurunan curah hujan
Strategi adaptasi petani terhadap perubahan iklim
Melakukan
Faktor-faktor penentu adaptasi terhadap perubahan iklim
Tidak melakukan adaptasi
adaptasi
Kebijakan dalam Perubahan penggunaan input dan output
Perubahan pendapatan Gambar 2. Kerangka Pemikiran
penanganan masalah perubahan iklim
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Desa Purwasari merupakan wilayah yang memiliki potensi sektor tanaman pangan yaitu padi dan ubi jalar. Penelitian dilakukan selama empat bulan. Khusus untuk pengambilan data primer dilakukan pada Bulan Maret-April 2011. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor dan wawancara dengan bantuan kuesioner kepada petani di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Data primer yang diperoleh melalui kuesioner terhadap petani yaitu, mengenai persepsi petani terhadap perubahan iklim, strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani akibat perubahan iklim, hasil produksi, harga output dan input selama dua tahun. Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh melalui berbagai sumber diantaranya, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, Badan Pusat Statisitik (BPS) Kabupaten Bogor, dan berbagai studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder meliputi data produksi tanaman pangan, luas areal panen, produktivitas tanaman pangan, curah hujan, suhu udara dan data lain yang mendukung penelitian.
4.3 Metode Pengambilan Data Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi secara disengaja dengan persyaratan yang dikehendaki, yaitu sesuai dengan kriteria yang sesuai dengan penelitian. Menurut Mardalis (2004), purposive sampel adalah cara memperoleh sampel yang dilakukan dengan cara sengaja dan dengan menggunakan perencanaan tertentu. Responden diambil sebanyak 37 orang. Pengambilan contoh ini bertujuan agar contoh yang diambil mewakili seluruh petani yang terdapat di Desa Purwasari dan responden yang dipilih adalah responden yang melakukan kegiatan usahatani dengan menanam komoditas yaitu, padi dan palawija berupa ubi jalar. Responden yang terpilih, diwawancarai berdasarkan pertanyaan dalam kuesioner yang telah disiapkan. 4.4 Metode dan Prosedur Analisis Data yang didapatkan dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Metode prosedur analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam Tabel 5. Pengambilan sampel dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Tabel 5. Matriks Metode Analisis Data No. 1.
Tujuan Penelitian
Sumber Data
Data primer melalui (wawancara menggunakan kuesioner) Data primer melalui Menganalisis strategi adaptasi petani terhadap (wawancara menggunakan perubahan iklim kuesioner)
Analisis deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007
3.
Menganalisis dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi, input, dan mengestimasi besarnya perubahan pendapatan petani
Data primer melalui (wawancara menggunakan kuesioner)
Analisis deskriptif dan analisis pendapatan usaha tani dengan menggunakan Microsoft Excel 2007
4.
Mengidentifikasi faktor-faktor petani melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim
Data primer melalui (wawancara menggunakan kuesioner)
Model Regresi Logistik menggunakan Program Minitab 14.0 for Windows
2.
Menganalisis persepsi petani mengenai perubahan iklim
Metode Analisis Data
Analisis deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007
4.4.1 Analisis Persepsi dan Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim dan Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi dan Penggunaan Input Hasan (2009) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu sampel. Analisis deskriprif ini dilakukan melalui pengujian hipotesis deskriptif. Hasil analisisnya adalah apakah hipotesis penelitian dapat digeneralisasikan atau tidak. Jika hipotesis nol (Ho) diterima, berarti hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Analisis deskriptif ini menggunakan satu variabel atau lebih tapi bersifat mandiri, oleh karena itu analisis ini tidak berbentuk perbandingan.
Analisis persepsi dan adaptasi petani dilakukan untuk mengetahui pengetahuan atau informasi mengenai perubahan iklim yang didapatkan oleh petani, seberapa jauh masyarakat menyadari akan adanya perubahan iklim, strategi petani dalam menghadapi perubahan iklim yang terjadi, ketepatan petani dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahan iklim, upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Analisis ini dilakukan melalui wawancara kepada petani dengan menggunakan kuesioner. Hasil kuesioner akan diolah menggunakan diagram untuk mempermudah dalam melakukan analisis. Analisis dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi dilakukan untuk membandingkan hasil produksi yang diperoleh sebelum terjadi perubahan iklim (kondisi normal) dan setelah terjadi perubahan iklim. Berbagai penelitian dan pemodelan terhadap produksi pertanian menunjukkan bahwa perubahan iklim memiliki dampak negatif terhadap produksi pertanian (Handoko et al. 2008). 4.4.2 Estimasi Perubahan Pendapatan Petani Akibat Perubahan Iklim Estimasi perubahan pendapatan petani akibat perubahan iklim dihitung menggunakan analisis pendapatan usahatani. Perubahan pendapatan petani dihitung berdasarkan data produksi tanaman pangan responden selama periode dua tahun yaitu tahun 2008 dan 2009. Data primer pada tahun 2008 merupakan proyeksi dari data yang diambil di lapang pada kondisi tahun 2010, karena kondisi iklim pada tahun 2008 dan 2010 berada pada kondisi iklim mendekati normal. Hal ini dilakukan karena analisis pendapatan usahatani lebih akurat dan tepat jika dilakukan pada peiode satu atau dua tahun terakhir. Perubahan pendapatan akan dibandingkan pada kedua tahun tersebut yang dihitung berdasarkan bentuk pola
tanam yang biasanya dilakukan oleh petani, kemudian dibandingkan dengan perubahan pendapatan responden yang merubah pola tanam atau responden yang tidak merubah pola tanam. 4.4.3 Analisis Pendapatan Usahatani Soekartawi (2003) menyatakan bahwa pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu (a) menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, (b) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani, analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya berhasil atau tidak berhasil pada saat ini. Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Rumus pendapatan petani adalah sebagai berikut : Π=
…………………………........
(4.1)
Keterangan : : Harga output (Rp) : Jumlah output tanaman yang dihasilkan pada musim tanam tertentu (ton) : Harga input (Rp) : Jumlah input j yang digunakan pada tanaman i
Penerimaan atau nilai produksi merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Jenis tanaman yang diusahakan dalam penelitian ini adalah padi dan ubi jalar. Rumus total penerimaan adalah sebagai berikut:
TR =
............................................................................................. (4.2)
Keterangan: : Harga output (Rp) : Jumlah output tanaman yang dihasilkan pada musim tanam tertentu (ton) Total biaya merupakan jumlah biaya variabel dan biaya tetap per usahatani dengan satuan rupiah. Rumus total biaya adalah sebagai berikut : TC =T FC + TVC ............................................................................................ (4.3) Keterangan : TC : Total biaya (Rp) TVC : Biaya variabel, yaitu biaya yang digunakan untuk membeli atau menyediakan bahan baku yang habis dalam satu kali produksi (Rp) TFC : Biaya tetap, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang tidak bergantung kepada besarnya produksi (Rp) TVC =
………………………………………………….. (4.4)
Keterangan: : Harga input (Rp) : Jumlah input j yang digunakan pada tanaman i 4.4.4 Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim 4.4.4.1 Model Regresi Logistik
Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
petani
melakukan
adaptasi
terhadap
perubahan
iklim
menggunakan pendekatan model regresi logistik. Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif yang dispesifikasikan sebagai berikut (Juanda, 2009): Pi = F(Zi) = F (α + βXi) =
=
.................................... (4.5)
Dimana: Pi = peluang individu untuk mengambil keputusan α = intersep β = koefisien regresi Xi = variabel bebas e = bilangan dasar logaritma natural (e = 2,718) Dengan menggunakan aljabar biasa, persamaan (4.5) dapat ditunjukkan menjadi : (1 + e –zi)Pi = 1, maka : e-zi =
e-zi =
.............................(4.5)
Jika persamaan (4.4) ditransformasi dengan logaritma natural, maka : Zi =
.......................................(4.6)
Atau dari persamaan (4.5) menjadi : = Zi = α + βXi ...............(4.7)
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi petani melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim adalah tingkat pendidikan, lama bertani, luas area, pemahaman petani terhadap perubahan iklim. Berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya, maka model logit dapat dijabarkan sebagai berikut : = Zi = β0 + β1TPDK + β2LBTI + β3LARA + β4PPTI ..................(4.8) Dimana: Pi 1-Pi Zi β0 β1 TPDK LBTI LARA PPTI
= peluang kesediaan petani melakukan adaptasi perubahan iklim = peluang ketidaksediaan petani melakukan adaptasi perubahan iklim = keputusan petani = intersep = parameter peubah Xi = tingkat pendidikan = lama bertani = luas area panen (ha) = pemahaman petani terhadap perubahan iklim
Hipotesis dari faktor yang diduga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim adalah sebagai berikut : 1. Tingkat Pendidikan Formal Petani (TPDK) Tingkat pendidikan formal petani diharapkan bernilai positif. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka semakin mudah untuk melakukan adaptasi, karena pendidikan berkorelasi positif terhadap tingkat pengetahuan. 2. Lama Bertani (LBTI) Lama bertani diharapkan bernilai positif. Semakin lama bertani, maka semakin banyak pengalaman petani dalam melakukan usahatani, sehingga akan lebih besar kecenderungan petani untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. 3. Luas Area Panen (LARA)
Luas area diharapkan bernilai positif. Semakin tinggi luas area, maka semakin tinggi pula pendapatan yang akan didapatkan, asumsi variabel yang lain dianggap konstan (cateris paribus), sehingga petani akan lebih mudah untuk melakukan adaptasi untuk meningkatkan pendapatan mereka. 4. Pemahaman Petani terhadap Perubahan Iklim (PPTI) Pemahaman petani terhadap perubahan iklim diharapkan positif. Semakin tinggi pemahaman petani terhadap perubahan iklim, maka kecenderungan petani untuk melakukan adaptasi akan semakin tinggi sebagai upaya penyesuaian terhadap perubahan iklim yang terjadi.
4.4.4.2 Pengujian Model Regresi Logistik a.)
Uji Likelihood Ratio Uji likelihood ratio merupakan uji secara keseluruhan model logit dimana
rasio fungsi kemungkinan modelUR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan modelR (Ho benar) (Juanda, 2009). Hipotesis statistik yang diuji dalam hal ini adalah : H0: β1 = β2 = ... = βk = 0
(model tidak dapat menjelaskan)
H1: minimal ada βj ≠ 0, untuk j = 1,2,...k
(model dapat menjelaskan)
Statistik uji-G di bawah ini menyebar menurut sebaran Khi-kuadrat dengan derajat bebas (k-1). G = -2 ln
= 2 ln
= 2 [ln(likelihood_ModelUR) – ln(likelihood_ModelR)]
Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak jika: statistik G > χ2 α,k-1 b) Uji Wald Untuk menguji faktor mana (βj ≠ 0) yang berpengaruh nyata terhadap pilihannya, perlu uji statistik lanjut. Dalam hal ini dapat menguji signifikansi dari parameter koefisien secara parsial dengan statistik uji-t atau uji-Z dalam regresi linear biasa. Hipotesis statistik yang diuji adalah: H0: βj = 0 untuk j = 1,2,...k
(peubah Xj tidak berpengaruh nyata)
H1: βj ≠ 0
(peubah Xj berpengaruh nyata)
Statistik uji yang digunakan adalah : W=
.........................(4.9)
Dimana: βj = koefisien regresi se (βj) = standard error of β (galat kesalahan dari β) c) Odds Ratio Odds ratio diinterpretasikan sebagai berapa kali kemungkinan pilihan-1 diantara individu dengan X=1 dibandingkan diantara individu dengan X=0. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Juanda, 2009) : Odds Ratio = Dimana: P 1-P
= peluang kejadian yang terjadi = peluang kejadian yang tidak terjadi
4.5 Definisi Operasional 1.
Hasil produksi adalah hasil produksi fisik berupa padi dan ubi jalar dalam satuan ton per hektar per tahun.
2.
Perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan dalam dua tahun produksi yaitu pada tahun 2009 (perubahan iklim) dan 2010 (iklim mendekati normal).
3.
Pendapatan petani adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya per usahatani dengan satuan rupiah.
4.
Penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan harga produksi dengan satuan rupiah.
5.
Total biaya adalah jumlah biaya variabel dan biaya tetap per usahatani dengan satuan rupiah.
6.
Biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk membeli atau menyediakan bahan baku yang habis dalam satu kali produksi.
7.
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang tidak bergantung kepada besarnya produksi.
8.
Harga yang berlaku untuk input dan output dalam analisis pendapatan usahatai ini disesuaikan dengan harga yang berlaku dipasaran.
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukajadi, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Petir dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Situ Daun. Berdasarkan letak topografinya, Desa Purwasari sebagian besar berada pada dataran rendah. Desa Purwasari memiliki luas 211.016 hektar yang terdiri dari lahan sawah seluas 158.233 hektar dan lahan darat seluas 52.783 hektar. Peta Desa Purwasari dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber: Kantor Kelurahan Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
Gambar 3. Peta Desa Purwasari
Jumlah penduduk Desa Purwasari pada tahun 2010 mengalami penurunan. Penduduk Desa Purwasari pada tahun 2009 berjumlah 6.773 jiwa yang terdiri dari 3.434 laki-laki (50,70%) dan 3.339 perempuan (49,30%), sedangkan pada tahun 2010, jumlah penduduk menjadi 6.747 jiwa yang terdiri dari 3.474 laki-laki (51,49%) dan 3.273 perempuan (48,51%). Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja adalah sebanyak 2.971 jiwa yang terdiri dari yang bekerja sebanyak 1.951 jiwa dan pengangguran sebanyak 1.020 jiwa. Sektor pertanian merupakan sektor mata pencaharian paling banyak menyumbang tenaga kerja di Desa Purwasari yaitu sebesar 91,85%. Setelah itu diikuti oleh sektor jasa dan perdagangan yang menyumbang sebesar 5,59%. Persentase penyerapan tenaga kerja tahun 2010 di Desa Purwasari dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Angkatan Kerja di Desa Purwasari Tahun 2010 Angkatan Kerja
Jumlah
Pengangguran
1,020
Bekerja a. Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan b. Jasa dan Perdagangan
1.951
c. Lainnya Jumlah
Persentase (%)
1.792
91,85
109
5,59
50
2,56
1.951
100
Sumber: Kantor Kelurahan Desa Purwasari, Kabupaten Bogor (2010)
5.2 Komoditas Padi dan Komoditas Ubi Jalar Komoditas yang paling banyak terdapat di Desa Purwasari adalah komoditas padi dan palawija berupa ubi jalar. Hasil panen padi sawah secara keseluruhan pada tahun 2010 sebanyak 340 ton/hektar/tahun dengan luas area
panen padi sawah mencapai 31 hektar, sedangkan hasil produksi ubi jalar sebanyak 125 ton/ha/tahun dengan luas area panen mencapai 25 hektar. Jenis varietas padi yang diproduksi di Desa Purwasari pada umumnya yaitu jenis padi Ciherang, sedangkan varietas ubi jalar yang pada umumnya ditanam oleh petani yaitu jenis ubi jalar merah. 5.3 Karakteristik Umum Responden Karakteristik umum responden di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor diperoleh berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 37 responden petani. Petani yang dimaksud adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani mereka berupa komoditas padi dan ubi jalar. Karakteristik umum responden ini terdiri dari beberapa variabel, diantaranya jenis kelamin dan usia, pendidikan formal, luas dan status kepemilikan lahan serta lama bertani. 5.3.1 Jenis Kelamin dan Usia Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini, 100% berjenis kelamin pria, karena pada umumnya kegiatan usahatani di Desa Purwasari dilakukan oleh pria. Responden memiliki tingkat usia yang berbeda-beda. Usia responden sebagian besar berada pada tingkat usia diatas 50 tahun yaitu sebanyak 48,64%. Sebagian kecil responden yaitu sebanyak 5% berada pada tingkat usia 30-39 tahun, sedangkan responden yang memiliki usia berada pada kisaran 40-50 tahun adalah sebanyak 46,36%. 5.3.2 Pendidikan Formal Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan formal yang sangat rendah. Hal ini ditunjukkan bahwa sebanyak 90% responden berpendidikan SD, 5% berpendidikan SLTP, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 5% tidak tamat SD.
Tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki petani ini pada umumnya dikarenakan kondisi perekonomian keluarga yang tidak mencukupi untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Persentase tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 4.
SD
SLTP
Tidak Sekolah
5% 5%
90%
Sumber: Data primer (diolah), 2011
Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 5.3.3 Luas dan Status Kepemilikan Lahan Responden memiliki luas lahan yang bervariasi, yaitu antara 0,05-2 hektar. Responden yang melakukan kegiatan usahatani pada lahan kurang dari 0,25 hektar mencapai 43% dan yang bertani pada lahan antara 0,25-0,5 hektar sebanyak 41%, sedangkan petani yang melakukan kegiatan usahatani pada lahan lebih dari 0,5 hingga satu hektar adalah sebanyak 13% dan sisanya yaitu sebanyak 3% petani bertani pada lahan lebih dari satu hektar. Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki oleh petani di Desa Purwasari masih sempit. Karakteristik responden berdasarkan luas kepemilikan lahan dapat dilihat pada Gambar 5.
Sumber : Data primer (diolah), 2011
Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan Status kepemilikan lahan responden pada umumnya berstatus pemilik yaitu sebanyak 68% dan sisanya sebanyak 32% berstatus penyewa. Persentase status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Gambar 6.
pemilik
penyewa
32% 68%
Sumber : Data primer (diolah), 2011
Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan 5.3.4 Lama Bertani Responden dalam penelitian ini pada umumnya telah bertani dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini ditunjukkan dengan responden sebanyak 16% telah bertani selama 10-20 tahun, 33% telah bertani selama 21-30 tahun, 32%
telah bertani selama 31-40 tahun, dan sisanya sebanyak 16% telah bertani selama lebih dari 40 tahun. Persentase lama bertani dapat dilihat pada Gambar 7.
10 ‐ 20 tahun
21 ‐ 30 tahun
19%
32%
31 ‐ 40 tahun
> 40 tahun
16%
33%
Sumber : Data primer (diolah), 2011
Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bertani
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan informasi dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki tentang perubahan iklim berbeda-beda. Hasil wawancara yang dilakukan kepada 37 responden yaitu petani Desa Purwasari menyatakan bahwa 43% responden memahami adanya perubahan iklim, 14% responden menyatakan kurang paham mengenai makna perubahan iklim, dan sisanya sebesar 43% responden tidak memahami makna perubahan iklim. Penentuan pemahaman terhadap perubahan iklim didasarkan pada kemampuan petani menjabarkan makna perubahan iklim, sehingga terlihat bahwa masih sedikit responden yang memahami makna perubahan iklim, namun pada umumnya para petani menyadari akan adanya perubahan iklim. Hal ini ditunjukkan bahwa sebesar 81% responden menyadari akan adanya perubahan iklim, sedangkan sisanya yaitu sebesar 19% responden menyatakan bahwa mereka tidak menyadari adanya perubahan iklim. Hasil wawancara terhadap responden menunjukkan bahwa perubahan iklim yang mereka sadari pada umumnya baru mereka rasakan pada waktu 1-2 tahun terakhir ini. Menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan bahwa curah hujan cenderung mengalami penurunan (El Nino) pada tahun 2009.
2
)Hasil wawancara bersama Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Ir. Agus, pada tanggal 19 Maret, 2011.
6.1.1 Penilaian Responden terhadap Suhu Udara Responden pada umumnya menyadari adanya perubahan suhu yang terjadi di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Hal ini ditunjukkan dari 59% responden menyatakan bahwa suhu udara mengalami peningkatan, 27% responden menyatakan tidak mengetahui tentang perubahan suhu, dan sisanya sebesar 14% responden menyatakan suhu tidak mengalami perubahan (tetap). Hal ini sesuai dengan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang menunjukkan bahwa suhu udara pada lima tahun terakhir di Kabupaten Dramaga Bogor mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,218
o
C. Responden
pada
umumnya menyatakan bahwa perubahan suhu yang terjadi tidak berpengaruh pada hasil produksi padi dan ubi jalar. Grafik temperatur tahunan Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 8. 26 25.8 25.6 25.4 25.2 25 2006
2007 suhu tahunan
2008
2009
2010
suhu normal
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor
Gambar 8. Temperatur Tahunan (OC) Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010 6.1.2 Penilaian Responden terhadap Curah Hujan Hasil wawancara kepada responden menunjukkan bahwa dari 51% responden menyatakan terjadi peningkatan curah hujan, 12% responden menyatakan tidak mengetahui adanya perubahan curah hujan, 11% menyatakan curah hujan tidak mengalami perubahan sedangkan sisanya menyatakan curah
hujan mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Dramaga Bogor yang menunjukkan bahwa data curah hujan wilayah Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor pada tahun 2009 cenderung mengalami penurunan, sedangkan data curah hujan pada tahun 2008 cenderung mendekati normal. Bulan Januari curah hujan mengalami penurunan, namun pada bulan Februari hingga Maret, curah hujan justru mengalami peningkatan. Curah hujan kembali menurun dengan penurunan yang cukup besar pada bulan April hingga Mei, sedangkan pada bulan Juni hingga Oktober curah hujan mengalami peningkatan, dan pada akhirnya curah hujan kembali menurun pada bulan November hingga Desember. Curah hujan tahunan di kawasan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor mengalami penurunan pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2008 curah hujan tahunan cenderung mendekati normal. Grafik curah hujan bulanan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 9. 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Tahun 2008
jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
Tahun 2009
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Kabupaten Bogor (2011)
Gambar 9. Data Curah Hujan Bulanan (mm) Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009
Hasil panen padi menurun diduga karena serangan hama yang timbul akibat terjadinya penurunan curah hujan. Jenis hama yang menyerang pun tidak dapat dibasmi dengan menggunakan pestisida atau obat-obatan. 6.1.3 Penilaian Responden terhadap Jumlah Hari Hujan Persepsi responden terhadap jumlah hari hujan menunjukkan bahwa dari 54% responden menyatakan telah terjadi peningkatan jumlah hari hujan, sedangkan sebesar 46% responden menyatakan jumlah hari hujan tidak mengalami perubahan atau tetap. Perubahan jumlah hari hujan akan berpengaruh pada perubahan debit mata air, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan debit mata air tidak mengalami perubahan, sedangkan sebesar 8% responden menyatakan bahwa debit air mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan kondisi wilayah kegiatan pertanian terletak di wilayah yang memiliki cukup banyak mata air, sehingga perubahan debit mata air tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas pertanian di wilayah tersebut. 6.1.4 Penilaian Responden terhadap Produktivitas Padi dan Ubi Jalar Dampak perubahan iklim yang terjadi, mempengaruhi produktivitas usahatani petani Desa Purwasari. Mayoritas responden (81,08%) menyatakan bahwa perubahan iklim menyebabkan produktivitas padi dan ubi jalar mereka mengalami penurunan, sedangkan 18,92% responden menyatakan perubahan iklim tidak mempengaruhi produktivitas hasil tani mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 29 responden yang melakukan pola tanam padi-ubi jalar pada tahun 2008 dan 20 responden yang tidak melakukan perubahan pola tanam, telah terjadi penurunan produktivitas padi dan ubi jalar yang mereka tanam. Penurunan produktivitas yang cukup tajam terjadi pada tahun 2009. Penurunan
produktivitas padi di Desa Purwasari sebesar 4,22 ton/ha/tahun dan penurunan produktivitas ubi jalar sebesar 1,52 ton/ha/tahun. Responden menyatakan bahwa penurunan produktivitas padi dan ubi jalar tersebut disebabkan karena musim (kemarau dan hujan) yang sudah tidak dapat diprediksi waktunya dan serangan hama yang menyerang hasil panen padi mereka. 6.2 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 45,95% responden menyatakan, mereka telah melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim sedangkan 54,05 % responden menyatakan mereka tidak melakukan adaptasi apapun. Bentuk adaptasi yang dilakukan oleh petani Desa Purwasari pada umumnya yaitu dengan merubah pola tanam mereka. Petani yang tidak melakukan adaptasi disebabkan oleh faktor pemahaman dan informasi mengenai adanya perubahan iklim yang masih minim. Responden menyatakan bahwa mereka tidak ingin mengambil resiko apabila mereka melakukan adaptasi tertentu yang justru akan menimbulkan kerugian bagi usahatani mereka. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
dari
37
responden
yang
diwawancarai, terdapat dua bentuk pola tanam yang berbeda, yaitu sebanyak 29 responden melakukan kegiatan pola tanam berupa padi-ubi jalar dan delapan responden melakukan kegiatan pola tanam berupa padi-padi. Responden yang melakukan kegiatan usahatani dengan pola tanam padi-ubi jalar, sebanyak 9 responden telah melakukan adaptasi akibat perubahan iklim, yaitu merubah pola tanam mereka menjadi ubi jalar-ubi jalar, sedangkan sisanya lebih memilih untuk tidak melakukan adaptasi apapun. Seluruh responden yang melakukan kegiatan pola tanam berupa padi-padi, telah melakukan adaptasi akibat perubahan iklim,
yaitu dengan cara merubah pola tanam mereka menjadi padi-ubi jalar dan tiga responden lainnya mengganti pola tanam mereka menjadi ubi jalar-ubi jalar. Responden menyatakan bahwa dengan mengganti varietas tanaman padi pada pola tanam dan musim tanam tertentu menjadi tanaman ubi jalar, dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan usahatani padi. Hal ini dikarenakan ubi jalar tidak membutuhkan jumlah air yang cukup banyak dan mudah untuk tumbuh dalam keadaan tanah yang kering atau ketersediaan air yang kurang. 6.2.1 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim melalui Pola Tanam Bentuk kegiatan pola tanam yang dilakukan oleh responden terdiri dari dua jenis bentuk pola tanam tiap tahunnya, yaitu padi-ubi jalar dan padi-padi. Responden dalam penelitian ini pada umumnya melakukan kegiatan pola tanam berupa berupa padi-ubi jalar, namun sebanyak 21,62% responden melakukan kegiatan pola tanam berupa padi-padi. Perbedaan pola tanam tersebut dikarenakan adanya budaya turun-temurun dengan latar belakang pendidikan yang rendah, sehingga petani hanya akan mencontoh pola tanam yang sudah ada. beberapa responden mempertimbangkan ketepatan tanaman terhadap kecocokan tanah, iklim dan keuntungan yang diperoleh. Kegiatan pola tanam dalam penelitian ini tidak mengikuti ketetapan dari Dinas Pertanian, karena kawasan irigasi dan luas areal tanam yang pada umumnya kurang dari 0,5 hektar, sehingga penetapan pola tanam dilakukan berdasarkan ketentuan masing-masing petani. Iklim merupakan salah satu faktor penentu penetapan pola tanam dan urutan tanam dalam satu tahun (Sukartaatmadja, 2000). Dampak dari adanya perubahan iklim yang terjadi pada tahun 2009, yang ditandai dengan adanya penurunan curah hujan menyebabkan kegiatan usahatani di beberapa wilayah di
Kabupaten Bogor, salah satunya yaitu wilayah Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga menjadi terganggu. Responden yang melakukan kegiatan usahatani dengan bentuk pola tanam padi-ubi jalar, sebanyak 9 responden telah melakukan perubahan pola tanam menjadi ubi jalar-ubi jalar pada tahun 2009, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 20 orang lebih memilih untuk tidak merubah pola tanam mereka. Kondisi pola tanam padi-ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kondisi Pola Tanam Padi-Ubi Jalar Tahun 2008 dan 2009 Tahun 2008 2009
Pola Tanam Pola Tanam Pola Tanam I II Padi Ubi Jalar Padi Ubi Jalar Ubi Jalar Ubi Jalar
Jumlah Responden
Keterangan
29 20 9
Pola tanam dasar Pola tanam tetap Pola tanam berubah
Sumber : Data primer (diolah), 2011
Responden yang melakukan kegiatan usahatani dengan pola tanam padipadi, sebanyak 5 responden telah melakukan perubahan pola tanam menjadi padiubi jalar dan 3 responden lainnya melakukan perubahan pola tanam menjadi ubi jalar-ubi jalar pada tahun 2009. Kondisi pola tanam padi-padi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kondisi Pola Tanam Padi-Padi Tahun 2008 dan 2009 Pola Tanam Jumlah Tahun Keterangan Pola Tanam Pola Tanam Responden I II 2008 Padi Padi 8 Pola tanam dasar Padi Ubi Jalar 5 Pola tanam tetap 2009 Ubi Jalar Ubi Jalar 3 Pola tanam berubah Sumber : Data primer (diolah), 2011
6.2.1.1 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim pada Pola Tanam PadiUbi Jalar Dampak dari adanya perubahan iklim tersebut menyebabkan sebanyak 31,03% dari 29 responden yang melakukan bentuk pola tanam yang pertama yaitu berupa padi-ubi jalar pada tahun 2008, akhirnya melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi, yaitu dengan merubah pola tanam mereka menjadi ubi jalar-ubi jalar pada tahun 2009. Responden menyatakan bahwa perubahan pola tanam tersebut dilakukan agar dapat mengurangi resiko terjadinya penurunan hasil produksi mereka. Hasil panen padi responden mengalami penurunan akibat serangan hama yang menyerang tanaman padi mereka. Hama tersebut timbul karena disebabkan oleh curah hujan yang mengalami penurunan (El Nino) pada tahun 2009 sehingga jenis hama tertentu mudah timbul dan menyerang tanaman padi mereka. Responden menyatakan bahwa dengan mengganti
tanaman
padi
menjadi
tanaman
ubi
jalar
dianggap
lebih
menguntungkan karena tanaman ubi jalar membutuhkan biaya produksi yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman padi, selain itu, komoditas ubi jalar tidak memerlukan banyak air. Mayoritas responden ( 68,96%) yang tetap mempertahankan bentuk pola tanam sebelumnya yaitu padi-palawija memiliki alasan bahwa, mereka selama ini melakukan kegiatan usahatani hanya berdasarkan karena pemikiran unsur keberuntungan, sehingga perubahan iklim yang terjadi tidak mempengaruhi mereka untuk merubah pola tanam.
6.2.1.2 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim pada Pola Tanam PadiPadi Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% dari 8 responden yang melakukan bentuk pola tanam berupa padi-padi pada tahun 2008 melakukan adaptasi akibat perubahan iklim. Adaptasi yang dilakukan yaitu sebanyak 62,5% responden merubah pola tanam mereka dari padi-padi menjadi padi-ubi jalar, sedangkan sisanya merubah pola tanam mereka menjadi ubi jalar-ubi jalar pada tahun 2009. Responden yang merubah pola tanamnya dari padi-padi menjadi padi-ubi jalar menyatakan bahwa perubahan pola tanam tersebut dilakukan karena hasil panen padi mereka terserang hama akibat curah hujan yang mengalami penurunan. Responden tetap mempertahankan menanam padi pada musim tanam pertama karena untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras mereka, sedangkan responden yang merubah pola tanamnya menjadi ubi-ubi, selain karena alasan hama yang menyerang hasil panen padi mereka juga dikarenakan responden tidak ingin mengambil resiko terlalu besar apabila pada tahun berikutnya (tahun 2009) tetap menanam padi baik pada musim tanam pertama maupun musim tanam kedua. 6.3 Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi, Penggunaan Input dan Pendapatan Petani Perubahan iklim akan mempengaruhi hasil produksi yang diperoleh petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim menyebabkan hasil produksi padi mengalami penurunan. Perubahan iklim yang terjadi pada tahun 2009 yang ditandai dengan adanya penurunan curah hujan akan berdampak pada penurunan produksi usahatani, sehingga pendapatan petani mengalami penurunan.
Respon petani akibat pendapatan yang menurun yaitu melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dampak dari perubahan iklim dalam penelitian ini menyebabkan beberapa responden melakukan adaptasi dengan cara merubah pola tanam mereka, tetapi ada pula yang tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Berubah atau tidaknya pola tanam yang responden lakukan sebagai dampak dari adanya perubahan iklim akan mempengaruhi pendapatan usahatani mereka. 6.3.1 Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi dan Penggunaan Input Hasil produksi padi pada kondisi terjadinya perubahan iklim yaitu pada tahun 2009 mencapai 0,601 ton.
Penurunan hasil produksi padi disebabkan
karena serangan hama merah yang timbul pada hasil panen padi mereka, sedangkan pada tahun 2008 yaitu kondisi iklim mendekati normal, hasil produksi adalah sebesar 1,863 ton, sehingga produktivitas padi mengalami penurunan yaitu sebesar 67,76% pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa dampak dari adanya perubahan iklim (penurunan curah hujan) yang terjadi pada tahun 2009 menyebabkan hasil produksi dan produktivitas padi mengalami penurunan karena adanya serangan hama yang menyerang hasil panen responden. Dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi dan produktivitas dalam penelitian ini merupakan hasil produksi yang dianalisis pada responden yang tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim dengan pola tanam padi-ubi jalar, sehingga luas areal pun tidak mengalami perubahan. Hasil produksi dan produktivitas dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-Rata Hasil Produksi dan Produktivitas Padi Tahun 2008-2009 Tahun
Hasil Produksi (Ton)
2008 2009
1,863 0,601
Luas Areal (Ha) 0.36 0,36
Produktivitas (Ton/Ha/Tahun) 5,18 1,67
Perubahan Produktivitas (%) -67,76
Sumber: Data primer (diolah), 2011
Hasil produksi ubi jalar pada tahun 2009 lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi ubi jalar pada tahun 2008 yaitu sebanyak 3,5 ton. Hal ini dikarenakan komoditas ubi jalar tidak membutuhkan banyak air, sedangkan pada tahun 2008 walaupun kondisi curah hujan mendekati normal, namun cenderung mengalami sedikit peningkatan sehingga hasil produksi ubi jalar pada tahun 2008 lebih sedikit. Hasil produksi dan produktivitas ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-Rata Hasil Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar Tahun 2008 dan 2009 Tahun 2008 2009
Hasil Produksi (Ton) 2,92 3,5
Luas Areal (Ha) 0,36 0,36
Produktivitas (Ton/Ha/Tahun) 8,11 9,72
Perubahan Produktivitas (%) 19,85
Sumber: Data primer (diolah), 2011
Penggunaan input seperti obat-obatan mengalami peningkatan setelah terjadinya perubahan iklim pada responden yang melakukan kegiatan tanam berupa padi-padi dan merubah pola tanam mereka menjadi padi-ubi jalar, namun penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk tenaga pemanenan lebih sedikit setelah terjadi perubahan iklim. Hal ini disebabkan karena hasil produksi responden mengalami penurunan.
6.3.2 Analisis Pendapatan Usahatani Akibat Perubahan Iklim Analisis pendapatan usahatani akibat perubahan iklim dalam penelitian ini, dibedakan atas dua bentuk pola tanam yang dilakukan di Desa Purwasari, yaitu pola tanam padi-ubi jalar dan pola tanam padi-padi. Perubahan pendapatan petani dapat dihitung dari berubah atau tidaknya pola tanam yang dilakukan dan dalam hal ini akan terlihat besar atau kecilnya pendapatan petani yang melakukan perubahan pola tanam sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim dengan petani yang tidak merubah pola tanam. Biaya dalam analisis pendapatan usahatani ini terdiri atas biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya yang tergolong ke dalam biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk pupuk, benih, obat-obatan (pestisida), sewa traktor dan kerbau, pajak lahan, biaya solar, biaya konsumsi pekerja, dan untuk membayar tenaga kerja luar keluarga (TKLK), sedangkan yang termasuk biaya yang diperhitungkan adalah biaya sewa lahan, biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan biaya penyusutan alat. Penerimaan dihitung sebagai hasil perkalian antara jumlah panen (jumlah produksi) dengan harga jualnya. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ini adalah tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Biaya upah pekerja untuk wanita dan pria berbeda. Biaya upah pria adalah sebesar Rp 20.000 pada tahun 2009 dan Rp 25.000, sedangkan biaya upah pekerja wanita pada tahun 2009 dan 2010 adalah sbesar Rp 15.000. Petani sering tidak memasukkan tenaga kerja dalam keluarga sebagai biaya usahatani dalam perhitungan keuntungan usahatani. Hal tersebut mengakibatkan keuntungan yang diterima petani seolah-olah besar.
Biaya penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus, yaitu peralatan yang digunakan tidak dapat melewati masa umur teknis. Rata-rata pembayaran pajak dalam penelitian ini adalah sebesar Rp 75,- per m2 dan ratarata biaya pajak mengalami peningkatan sebesar 50% dari tahun sebelumnya. Penggunaan pupuk yang pada umumnya digunakan oleh petani adalah pupuk urea, TSP dan pupuk poska. Rata-rata perbandingan penggunaan pupuk urea, TSP dan poska adalah 3:2:1. Petani di Desa Purwasari umumnya tidak menggunakan pupuk pada saat menanam tanaman ubi jalar, baik pupuk urea, TSP dan poska, walaupun terdapat beberapa petani yang menggunakan pupuk dengan porsi yang sedikit, karena lahan yang mereka tanami adalah lahan sawah. Bibit yang digunakan untuk tanaman ubi adalah bibit yang didapatkan dari hasil panen sebelumnya, sehingga petani pada umumnnya tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit. Peralatan yang digunakan oleh petani untuk menanam tanaman padi adalah cangkul, parang, golok, garpu dan linggis, sedangkan untuk menanam ubi jalar peralatan yang dibutuhkan yaitu cangkul dan parang. Biaya yang dikeluarkan untuk sewa traktor dan kerbau tiap tahunnya berbeda. Rata-rata peningkatan biaya sewa per tahunnya adalah sebesar Rp 10.000. 6.3.2.1 Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Ubi Jalar Pendapatan usahatani dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan hasil wawancara terhadap responden. Pendapatan yang dihasilkan selama dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2009 sebagai tahun dengan kondisi terjadinya perubahan iklim dan tahun 2008 sebagai tahun dengan kondisi iklim mendekati normal, yaitu pendapatan responden yang merubah pola tanam mereka sebagai upaya adaptasi
terhadap perubahan iklim yang terjadi pada tahun 2009 atau responden yang tidak merubah pola tanam. a) Analisis Pendapatan Usahatani pada Responden yang Tidak Merubah Pola Tanam Responden yang tidak melakukan perubahan pola tanam menghasilkan pendapatan sebesar Rp 11.110.556 pada tahun 2009 (kondisi terjadinya perubahan iklim), sedangkan pada tahun 2008 yaitu kondisi iklim mendekati normal pendapatan yang dihasilkan sebesar Rp 16.217.458. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan petani pada tahun 2009 lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan pada tahun 2008, sehingga persentase pendapatan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 31,49% dibandingkan dengan pendapatan pada tahun 2008. Penurunan pendapatan yang terjadi dikarenakan hasil produksi padi mengalami penurunan pada tahun 2009. Hasil produksi padi pada tahun 2009 sebesar 0,601 ton, sedangkan pada tahun 2008, hasil produksi padi yang dihasilkan sebesar 1,863 ton. Hal ini menunjukkan telah terjadi penurunan produksi padi pada tahun 2009 sebesar 67,74%. Penurunan produksi tersebut disebabkan karena adanya serangan hama merah yang timbul pada hasil panen padi mereka. Faktor iklim sangat mempengaruhi siklus hidup hama. Akibat perubahan iklim yang terjadi pada tahun 2009 yang ditandai dengan adanya penurunan curah hujan (El Nino), maka hama akan lebih mudah untuk melakukan reproduksi. Penurunan pendapatan yang terjadi pada tahun 2009 lebih dikarenakan hasil produksi padi mengalami penurunan. Total biaya produksi pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 10,4% yang disebabkan karena penggunaan tenaga kerja yang digunakan pada tahun 2009 lebih sedikit untuk kegiatan pemanenan, karena hasil panen padi yang responden peroleh pada tahun 2009 lebih sedikit
dibandingkan tahun 2008, sehingga tenaga kerja yang digunakan pun lebih sedikit. Penerimaan total mengalami penurunan sebesar 28,62%. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan penerimaan lebih besar dibandingkan dengan penurunan biaya total, sehingga pendapatan responden yang tidak melakukan prubahan pola tanam mengalami penurunan. Perubahan pendapatan responden yang tidak melakukan perubahan pola tanam dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pendapatan Responden yang Tidak Merubah Pola Tanam
Tahun 2008 2009
Pola Tanam Padi-Ubi Jalar Padi-Ubi Jalar Perbedaan
Penerimaan (Rp)
Biaya Total (Rp)
Pendapatan (Rp/Ha/ Tahun)
% Perubahan pendapatan
20.853.214
4.635.756
16.217.458
-
14.885.181
3.774.625
11.110.556
-31,49
-5.968.033
-861.131
-5.106.902
Sumber : Data primer (diolah), 2011
b) Analisis Pendapatan Usahatani pada Responden yang Merubah Pola Tanam Responden dalam penelitian ini sebagian kecil merubah pola tanam mereka dari padi-ubi jalar menjadi ubi jalar-ubi jalar. Perubahan pola tanam yang dilakukan oleh responden berdampak positif bagi pendapatan mereka, namun jika dibandingkan dengan responden yang tidak merubah pola tanam, pendapatan yang dihasilkan oleh responden yang melakukan perubahan pola tanam lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak merubah pola tanam. Hal ini ditunjukkan dengan selisih pendapatan total yang dihasilkan pada responden yang tidak merubah pola tanam dengan responden yang merubah pola tanam adalah sebesar Rp 11.951.416. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang melakukan perubahan pola tanam akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan responden yang tidak merubah pola tanam pada bentuk pola tanam padi-ubi jalar. Penurunan pendapatan yang terjadi pada tahun 2009 dikarenakan hasil produksi padi mreka mengalami penurunan akibat hama. Responden yang melakukan perubahan pola tanam ini mengalami peningkatan penerimaan sebesar 44,90%, sedangkan biaya total mengalami penurunan sebesar 36,86%. Penurunan biaya produksi disebabkan karena biaya produksi pada komoditas ubi jalar lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan pada komoditas padi, karena responden pada umumnya tidak menggunakan pupuk untuk menanam ubi jalar, walaupun beberapa responden menggunakan pupuk, tetapi dalam jumlah yang sedikit. Sebagian responden tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit ubi jalar, karena mereka dapat memperoleh bibit ubi dari bibit tanaman sebelumnya atau memperoleh nya secara gratis dari petani lainnya. Hal ini membuktikan bahwa perubahan pola tanam yang dilakukan responden memberikan dampak yang lebih positif dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan perubahan pola tanam. Pendapatan responden yang melakukan perubahan pola tanam dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Pendapatan Responden yang Merubah Pola Tanam Tahun 2008 2009
Pola Tanam Padi-Ubi Jalar Ubi Jalar-Ubi Jalar Perbedaan
4.929.796
Pendapatan (Rp/Ha/ Tahun) 8.496.033
% Perubahan pendapatan -
18.453.461
3.112.914
15.340.547
80,56
5.027.632
-1.816.882
6.844.514
Penerimaan (Rp)
Biaya Total (Rp)
13.425.829
Sumber : Data primer (diolah), 2011
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh petani yang melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, lebih tinggi
dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan adaptasi atau tidak merubah pola tanam mereka. Perbedaan pendapatan tersebut adalah sebesar Rp 12.951.416. Perbandingan pendapatan petani yang melakukan adaptasi dengan yang tidak melakukan adaptasi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Pendapatan Petani Pola Tanam Padi-Ubi Jalar Tidak MelakukanAdaptasi Melakukan Adaptasi
Pendapatan (Rp/Ha/Tahun) 2008 2009 11.110.556 16.217.458 8.496.033 15.340.547
Perbedaan Pendapatan -5.106.902 6.844.514 11.951.416
Sumber: Data primer (diolah) 2011
6.3.2.2 Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Padi Responden yang melakukan kegiatan usahatani dengan pola tanam padipadi membutuhkan input yang lebih banyak dibandingkan petani dengan pola tanam padi-ubi jalar. Hal ini dikarenakan komoditas ubi jalar membutuhkan pupuk dan air dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman padi. Seluruh responden yang melakukan kegiatan pola tanam berupa padi-padi ini, melakukan perubahan pola tanam sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Sebagian responden merubah pola tanam mereka dari padi-padi menjadi padi ubi-jalar dan sisanya merubah pola tanam mereka menjadi ubi jalar-ubi jalar. a)
Analisis Pendapatan Usahatani dengan Perubahan Pola Tanam Menjadi Padi-Ubi Jalar Pendapatan responden pada tahun 2009 yaitu kondisi terjadinya perubahan
iklim dan merubah pola tanam mereka mengalami penurunan sebesar 49,42%. Penurunan pendapatan yang terjadi pada tahun 2009 disebabkan karena menurunnya hasil produksi padi yang diperoleh musim tanam pertama, yaitu sebesar 63,64%. Penurunan hasil produksi padi disebabkan karena adanya hama
yang menyerang pada tanaman padi mereka. Tumbuhnya hama disebabkan karena faktor penurunan curah hujan yang terjadi pada tahun 2009. Responden yang merubah pola tanam mereka dari padi menjadi ubi jalar tetap menghasilkan pendapatan yang menurun, karena hasil produksi padi pada musim tanam pertama mengalami penurunan cukup besar. Penerimaan total mengalami penurunan sebesar 42,49%, walaupun biaya produksi menurun sebesar
30,89%, namun
penurunan penerimaan lebih besar dibandingkan penurunan biaya produksi. Pendapatan responden yang merubah pola tanam dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pendapatan Responden yang Merubah Pola Tanam (Padi-Ubi Jalar)
Tahun
Pola Tanam
Penerimaan (Rp)
Biaya Total (Rp)
Pendapatan (Rp/Ha/ Tahun)
% Perubahan pendapatan
2008
Padi-Padi
14.188.165
5.304.708
8.883.457
-
2009
Padi-Ubi Jalar
8.159.258
3.666.053
4.493.205
-49,42
-6.028.907
-1.638.655
-4.390.252
Sumber : Data primer (diolah), 2011
b) Analisis Pendapatan Usahatani dengan Perubahan Pola Tanam Menjadi Ubi Jalar-Ubi Jalar Pendapatan petani yang dihasilkan pada pola tanam padi-padi yaitu sebelum merubah pola tanam (tahun 2009) mengalami penurunan pendapatan sebesar 60,54% jika dibandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan setelah melakukan perubahan pola tanam menjadi ubi jalar-ubi jalar (tahun 2009). Penurunan pendapatan tersebut disebabkan karena hasil produksi padi mengalami penurunan akibat serangan hama merah yang menyerang hasil panen padi mereka. Biaya produksi yang lebih besar pada tahun 2009 pun menjadi faktor yang menyebabkan pendapatan yang diperoleh semakin sedikit, karena biaya total untuk komoditas ubi jalar lebih murah dibandingkan dengan komoditas padi. Tanaman ubi jalar
hanya membutuhkan pupuk dalam jumlah yang sedikit dan pada umumnya responden tidak perlu membeli bibit ubi jalar, karena bibit tersebut dapat diperoleh dari hasil panen sebelumnya. Jika dibandingkan dengan perubahan pola tanam padi-padi menjadi padi-ubi jalar, responden yang merubah pola tanam mereka dari padi-padi menjadi ubi jalar-ubi jalar lebih menguntungkan, karena dapat menghindari serangan hama yang menyerang hasil panen padi mereka, sehingga pada kondisi tersebut lebih menguntungka responden merubah pola tanam menjadi ubi jalar-ubi jalar dibandingkan merubah pola tanam menjadi padi-ubi jalar. Pendapatan responden yang merubah pola tanam dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pendapatan Responden yang Merubah Pola Tanam (Ubi Jalar-Ubi Jalar) Tahun
Pola Tanam
Penerimaan (Rp)
Biaya Total (Rp)
Pendapatan (Rp/Ha/ Tahun)
% Perubahan pendapatan
2009
Padi-Padi
14.000.000
4.715.401
9.058.349
-
17.339.505
2.217.633
15.121.827
66,94
3.339.505
-2.497.768
6.063.523
Ubi JalarUbi Jalar Perbedaan
2010
Sumber: Data primer (diolah), 2011
6.4 Identifikasi Faktor-faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim Perubahan iklim yang terjadi menyebabkan beberapa responden melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Adaptasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah merubah pola tanam mereka. Tujuan responden melakukan adaptasi terhadap
perubahan
iklim
adalah
agar
petani
dapat
mengatasi
dan
mengoptimalkan hasil usahatani mereka, sehingga dapat memperbaiki tingkat pendapatan sebelumnya akibat adanya perubahan iklim. Semakin banyak
responden yang melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, maka diharapkan akan memperbaiki tingkat pendapatan mereka. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam adaptasi petani dianalisis menggunakan model regresi logistik. Variabel independen yang menjadi faktorfaktor yang diduga berpengaruh adalah tingkat pendidikan (TPDK), lama bertani (LBTI), luas area (LARA), dan pemahaman petani terhadap perubahan iklim (PPTI). Variabel dependen dalam model ini adalah keputusan petani untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, yang bernilai “satu” dan keputusan petani untuk tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim yang bernilai “nol”. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi petani dalam Melakukan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Predictor
Coef -30,4276 22,1910 0,0143 5,9534 4,6070
P 0,998 0,998 0,856 0,322 0,032
Odds Ratio
Constant Tingkat Pendidikan 4,33941E+09 Lama Bertani 1,01 Luas Area 385,08 Pemahaman Petani 100,19 Log-Likelihood = -5,238 Test that all slopes are zero : G = 40,573, DF = 4, P-Value = 0,000 Goodness-of-Fit Test Method Chi-Square DF P Pearson 20,9641 32 0,932 Deviance 10,4764 32 1,000 Hosmer Lemeshow 5,3794 8 0,716 Measures of Association : (Between the Response Variable and Predicted Probabilities) Pairs Number Percent Summary Measures Concordant 329 96,8 Discordant 11 3,2 Somers’ D 0,94 Ties
0
0,0
Goodman-Kruskal Gamma
0,94
Total
340
100
Kendall’s Tau-a
0,48
Sumber : Data primer (diolah), 2011
Keterangan : * Signifikan pada tingkat kepercayaan 95%
Model regresi logistik yang didapat dari model dapat dituliskan sebagai berikut : Zi = -30,4276 + 22,1910TPDK + 0,0143LBTI + 5,9534LARA + 4,6070PPTI Pengujian keseluruhan model logit untuk menyatakan model logit dapat menjelaskan keseluruhan atau memprediksi pilihan individu pengamatan dapat menggunakan uji G, dengan membandingkan antara nilai G dan nilai Khi-kuadrat tabel pada a tertentu dengan derajat bebas k-1. Jika menggunakan program Minitab dapat dilihat dari nilai P yaitu model regresi logistik secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan petani untuk melakukan adaptasi terhadap iklim jika P yang dihasilkan kurang dari taraf nyata yang dipilih. Hasil olahan data pada halaman sebelumnya diperoleh nilai Log-likelihood sebesar -5,238 yang menghasilkan nilai G sebesar 40,573 dengan nilai P yaitu 0,000. Nilai P yang dihasilkan berada di bawah taraf nyata lima persen (α = 5%), maka dapat dismpulkan bahwa model logistik secara keseluruhan dapat menjelaskan atau memprediksi keputusan petani untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Hasil olahan data menunjukkan bahwa Goodness of-Fit-Test atau uji kebaikan model dapat dilihat pada metode Pearson, Deviance dan HosmerLemeshow. Nilai P yang dihasilkan pada ketiga metode tersebut menunjukkan nilai P yang lebih besar dibandingkan dengan taraf nyata 5%, sehingga model layak untuk digunakan. 6.4.1 Variabel yang Signifikan Hasil olahan data menunjukkan bahwa variabel yang signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai P sebesar 0,032 adalah pemahaman petani terhadap perubahan iklim. Variabel pemahaman petani terhadap perubahan iklim bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin petani paham akan adanya
perubahan iklim maka semakin besar kecenderungan petani untuk melakukan adaptasi. Pemahaman petani mengenai perubahan iklim seperti kesadaran petani akan adanya perubahan iklim, informasi yang didapat oleh petani dari berbagai sumber akan membantu para petani untuk merubah pola pikir mereka. Responden akan menyadari bahwa kegiatan usahatani dengan bentuk usahatani yang sama seperti bentuk pola tanam yang sama padahal kondisi iklim telah berubah maka akan menyebabkan pendapatan mereka mengalami penurunan. Pemahaman yang kurang yang dimiliki oleh petani mengenai perubahan iklim, cenderung untuk tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Hal ini ditunjukan dari kondisi di lapangan bahwa dari 37 responden, hanya 17 responden yang melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim yaitu dengan cara merubah pola tanam mereka. Nilai odds ratio sebesar 100,19 menunjukkan bahwa tambahan satu pemahaman petani terhadap perubahan iklim maka peluang untuk melakukan adaptasi terhadap
perubahan iklim 100,19 kali lebih tinggi dibandingkan
peluangnya untuk tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, dengan asumsi yang lain dianggap konstan (ceteris paribus). Hal ini menunjukkan bahwa setiap pemahaman petani terhadap perubahan iklim mengalami peningkatan, maka peluang untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 43% responden memahami adanya perubahan iklim. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman petani Desa Purwasari terhadap perubahan iklim cenderung masih rendah, oleh karena itu potensi atau peluang untuk melakukan adaptasi semakin besar jika pemahaman petani terhadap perubahan iklim ditingkatkan.
6.4.2 Variabel yang Tidak Signifikan Hasil olahan data menunjukkan bahwa variabel yang tidak signifikan diantaranya yaitu tingkat pendidikan (TKPD), lama bertani (LBTI), dan luas area (LARA). Variabel tingkat pendidikan tidak signifikan karena memiliki nilai P sebesar 0,998 yang artinya lebih besar dari taraf nyata lima persen (α = 5%). Tingkat pendidikan yang dimiliki responden yang melakukan adaptasi maupun yang tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim pada umumnya memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), sehingga responden yang melakukan perubahan pola tanam maupun yang tidak merubah pola tanam pada umumnya memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar. Variabel lama bertani tidak signifikan karena nilai P yang dimiliki lebih besar dari taraf nyata lima persen yaitu sebesar 0,856. Petani baik yang sudah lama bertani maupun yang belum lama bertani tidak mempengaruhi petani untuk melakukan adaptasi atau tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Variabel luas area tidak signifikan karena memiliki nilai P sebesar 0,322 yang artinya lebih besar dari taraf nyata lima persen, sehingga dapat diabaikan secara statistik. Responden yang melakukan adaptasi atau responden yang tidak melakukan adaptasi pada umumnya hanya memiliki luas area yang sempit, sehingga luas area tidak mempengaruhi petani untuk beradaptasi.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1)
Persepsi petani terhadap perubahan iklim pada umumnya masih rendah. Rendahnya pemahaman petani terhadap perubahan iklim disebabkan karena kurangnya informasi dan sumber pengetahuan mengenai perubahan iklim.
2) Kecenderungan adaptasi petani terhadap iklim masih kecil. Hal ini terbukti dari 37 responden, hanya 17 responden yang melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Adaptasi yang dilakukan petani dalam penelitian ini yaitu melakukan perubahan pola tanam. 3)
Perubahan iklim menyebabkan hasil produksi mengalami penurunan dan penggunaan
input
berupa
obat-obatan
meningkat.
Responden
yang
melakukan perubahan pola tanam sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim, menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan perubahan pola tanam. 4) Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi adaptasi petani terhadap perubahan iklim adalah tingkat pendidikan, lama bertani, luas area dan pemahaman petani terhadap iklim. Namun variabel yang signifikan adalah variabel pemahaman petani terhadap perubahan iklim dengan nilai P sebesar 0,032 pada taraf nyata lima persen (α=5%). Nilai odds ratio yang diperoleh adalah sebesar 100,19. Hal ini menunjukkan bahwa tambahan satu pemahaman petani terhadap perubahan iklim, maka peluang untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim 100,19 kali lebih tinggi dibandingkan peluangnya untuk tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, (ceteris paribus).
Artinya, setiap tingkat pemahaman petani mengalami peningkatan, maka peluang untuk melakukan adaptasi semakin besar. Pemahaman petani Desa Purwasari terhadap perubahan iklim cenderung masih rendah, oleh karena itu potensi atau peluang untuk melakukan adaptasi semakin besar jika pemahaman petani terhadap perubahan iklim ditingkatkan. Pemahaman petani yang diperoleh petani Desa Purwasari berasal dari berbagai informasi yang mereka dapatkan dari media televisi, radio, surat kabar dan media informasi lainnya. 7.2 Saran 1) Pemberian sosialisasi dan penyuluhan kepada para petani dalam upaya peningkatan pemahaman terhadap perubahan iklim melalui peningkatan praktik sekolah lapang perubahan iklim (SLPI) dan informasi dari berbagai media seperti televisi, majalah, koran dan sumber informasi lainnya yang mudah diakses oleh para petani. 2) Pengembangan sistem perencanaan pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim, seperti penetapan pola tanam yang tepat, penanaman varietas tanaman yang adaptif terhadap perubahan iklim seperti ubi jalar.
DAFTAR PUSTAKA Aliadi et al. 2008. Perubahan Iklim, Hutan dan REDD : Peluang atau Tantangan. CSO Network on Forestry Governance and Climate Change, The Partnership for Governance Reform, Bogor. Asikin, Z. 2010. Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2010. Data Curah Hujan Bulanan (mm). BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga, Bogor. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2010. Data Temperatur Bulanan (0C). BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga, Bogor. Bidang Aplikasi Klimatologi dan Lingkungan. 2009. Dampak Perubahan Iklim. Pusfatsatklim LAPAN, Jakarta. BPS. 1986. Statistik Indonesia. Susenas. Jakarta. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2010. Laporan Tahunan 20002010. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Bogor. Gintings et al. 2003. Anomali dan Perubahan Iklim sebagai Peluang untuk Meningkatkan Hasil Perikanan dan Ketahanan Pangan. Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI), Bogor. Handoko et al. 2008. Keterkaitan Perubahan Iklim dan Produksi Pangan Strategis : Telaah Kebijakan Independen dalam Bidang Perdagangan dan Pembangunan. Seameo Biotrop, Bogor. Hasan, Iqbal. 2009. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. PT Bumi Aksara, Jakarta. International Rice Research Institute. 1989. Climate and Food Security. American Association for the Advancement of Science, Washington D.C. Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor. Kompas. 2011. Strategi Adaptasi untuk Atasi Dampak Perubahan Iklim. http://cetak.kompas.com/read/xml/2009. [16 Januari 2011]. Las, Irsal. 2007. Strategi dan Inovasi Antisipasi Perubahan Iklim. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Jakarta.
Mardalis, 2004. Metode Penelitian. PT Bumi Aksara, Jakarta. Mayangsari, N. 2010. Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Tingkat Kesejahteraan Nelayan Perahu Motor Tempel di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Mirer, Thad W. 1990. Economic Statistics and Econometrics. Macmillan Publishing Company, New York. Osmaleli. 2010. Analisis Dampak Fenomena Perubahan Iklim Lokal dan Kesejahteraan Nelayan (Studi Kasus: Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten). Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Republika. 2010. Perubahan Iklim Kota Bogor sedang Dikaji BMKG. http://www.republika.co.id/berita/breaking news/metropolitan/10/05/12/115401. [ 30 Januari 2011] Saliem et al. 2006. Diversifikasi Usaha Rumah Tangga dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Penanggulan Kemiskinan di Indonesia. Salim, Emil. 2003. Sepuluh Tahun Pejalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim. Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Soeharjo,A dan D.Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut pertanian Bogor. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia Press (UI Press), Jakarta. Sukartaatmadja, Sukandi. 2000. Pedoman Penentuan Suatu Pola Tanam. Laboratorium Teknik Tanah dan Air. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Syahbana, N. 2011. Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal dan Kesejahteraan Petambak Udang (Studi Kasus di Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat). Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Hari/Tanggal : ..................... INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : .............................................................................................. Alamat Responden : .............................................................................................. Kuesioner ini digunakan untuk penelitian “Dampak Perubahan Iklim terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)” oleh Fenny Kurniawati, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan seksama. Saya akan menjaga kerahasiaan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/I. Saya ucapkan terima kasih. A. DATA RESPONDEN 1. Nama : ................................................................ 2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 3. Pendidikan Terakhir : SD Akademi/Diploma SLTP Perguruan Tinggi (S1) SLTA Pasca Sarjana (S2/S3) 4. Umur : ....................................................... tahun 5. Lama Bertani : ........................................... tahun B. KONDISI SUMBERDAYA PERTANIAN 6. Lahan Sawah : • Status Lahan : Pemilik Penyewa Lainnya 7. Lahan Non Sawah : • Status Lahan : Pemilik Penyewa Lainnya 8. Bagaimana pola tanam pada tahun 2009 dan 2010? Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Pola Tanam Jun Jul Ags
Sep
Okt
Nov Des
9. Jika terjadi perubahan pola tanam, faktor apa yang menyebabkan terjadi perubahan pola tanam tersebut? a. Terjadi pergeseran musim hujan b.Kekurangan air irigasi c. Lainnya : ..................................................................... C. PERSEPSI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM 10. Apakah Saudara mengetahui apa yang dimaksud dengan perubahan iklim? ........................................................................................................................... 11. Apakah Saudara menyadari akan adanya perubahan iklim? Ya Tidak 12. Sejak kapan Saudara merasakan adanya perubahan iklim? 1-2 tahun terakhir 3-5 tahun terakhir tidak tahu 13. Perubahan iklim apa saja yang Saudara rasakan? Perubahan suhu Perubahan curah hujan Perubahan debit mata air 14. Bagaimana komponen perubahan iklim tersebut berubah? 1. Suhu : Peningkatan suhu Penurunan suhu Tetap Tidak tahu 2. Curah hujan : Peningkatan curah hujan Penurunan curah hujan Tetap Tidak tahu 3. Jumlah mata air : Meningkat Menurun Tetap Berubah 4. Jumlah hari hujan : Meningkat Menurun Tetap Berubah 5. Jumlah hari kering : Meningkat Menurun Tetap Berubah 15. Apakah terjadi perubahan pada produktivitas (hasil) tanaman pangan (padi dan palawija) akibat perubahan iklim yang terjadi? Ya Tidak 16. Jika ya, apakah terjadi peningkatan produktivitas atau penurunan produktivitas tanaman pangan (padi dan ubi jalar)? ............................................................................................................ Kira-kira berapa peningkatan atau penurunan produktivitas tanaman pangan akibat perubahan iklim? a. - Peningkatan padi : .................. /Ha menjadi .............................. /Ha - Penurunan padi: ...................... /Ha menjadi .............................. / Ha b. - Peningkatan ubi jalar : .................. /Ha menjadi .............................. /Ha - Penurunan ubi jalar: ...................... /Ha menjadi .............................. / Ha
D. ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM 17. Apakah Saudara melakukan suatu adaptasi (penyesuaian) akibat dari adanya perubahan iklim? Ya Tidak 18. Jika Ya, adaptasi apakah yang telah Saudara lakukan? Merubah waktu penanaman Mengganti varietas (jenis) tanaman Menggunakan air suplemen (dari sumur bor) Membuat embung/kolam penampung air hujan Lainnya : ............................................................................................... E. ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI TAHUN : .............................. E.1. Sarana Produksi Musim tanam I (Jenis Komoditas : .................................) Hasil Harga per Nilai Total Produksi Uraian Satuan Jumlah satuan (Rp) (..........) (Rp/satuan) (Kg/Ha) 1) Pupuk - Urea - TSP - KCI - Kandng 2) Bibit 3) Obat-obatan 4) 5) Musim Tanam II (Jenis Komoditas: ..........................................)
Uraian
1) Pupuk - Urea - TSP - KCI - Kandng 2) Bibit
Satuan
Jumlah
Harga per satuan (Rp/satuan)
Hasil Produksi Nilai Total (...........) (Rp) (Kg / Ha)
3) Obat-obatan 4) 5) Musim Tanam III (Jenis Komoditas : .................................................) Uraian
Satuan
Jumlah
Harga per satuan (Rp/satuan)
Hasil Nilai Produksi Total (Rp) Padi (Kg / Ha)
1) Pupuk - Urea - TSP - KCI - Kandng 2) Bibit 3) Obat-obatan 4) 5) E.2. Pengeluaran Usahatani Lainnya Jenis Pengeluaran Jumlah (Rp) Padi 1. Pajak lahan 2. Sewa lahan 3. Sewa Traktor 4. Penyusutan Total E.3. Peralatan yang digunakan dalam usahatani Jenis Jumlah (Buah) Peralatan Padi Ubi Jalar 1. Cangkul 2. Parit 3. Parang 4. Sekop 5. Bajak 6. 7
Ubi Jalar
Harga Beli (Rp)
Masa Pakai (Tahun)
E.4. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahatani Musim Tanam I (Jenis Komoditas : ...........................................) Jumlah Tenaga Kerja (JTK) Upah Periode (Rp/JTK) Dalam Keluarga Luar Keluarga 1. Pembibitan 2. Persiapan lahan 3. Penanaman 4. Pemupukan 5. Pengairan 6. Panen Musim Tanam II ( Jenis Komoditas : ...........................................) Jumlah Tenaga Kerja (JTK) Upah Periode (Rp/JTK) Dalam Keluarga Luar Keluarga 1. Pembibitan 2. Persiapan lahan 3. Penanaman 4. Pemupukan 5. Pengairan 6. Panen Musim Tanam III (Jenis Komoditas : ................................................) Jumlah Tenaga Kerja (JTK) Upah Periode (Rp/JTK) Dalam Keluarga Luar Keluarga 1. Pembibitan 2. Persiapan lahan 3. Penanaman 4. Pemupukan 5. Pengairan 6. Panen E.5. Penanganan Pasca Panen Biaya Jumlah Tenaga Kerja Upah (Rp/JK) Lainnya (JK) Proses (Rp) Padi Ubi Jalar Padi Ubi Jalar 1. Penjualan 2. Pembelian 3. Pembersihan 4. Penyimpanan 5. Pengangkutan 6. Informasi pasar
E.6. Penerimaan Usahatani tahun 2009 Hasil penjualan padi (Jumlah produksi x harga jual) = ................kg x Rp ...................../kg Hasil penjualan ubi jalar (Jumlah produksi x harga jual) = ................kg x Rp...................../kg E.7. Penerimaan Usahatani tahun 2010 Hasil penjualan padi (Jumlah produksi x harga jual) = ................kg x Rp ...................../kg Hasil penjualan ubi jalar (Jumlah produksi x harga jual) = ................kg x Rp...................../kg
Lampiran 2. Tabulasi Karakteristik Responden di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2010 Jenis Kelamin
Jumlah (%)
Laki-laki Perempuan Total
100 0,00 100
Lama Bertani
Jumlah (%)
10-20
16
21-30
33
31-40
32
>40
19
Total
100
Usia (Tahun)
Jumlah (%)
30-39
5
40-50
46,36
> 50
48,64
Total
100
Pendidikan Formal Tidak tamat SD SD SMP Total
Luas Lahan (Ha) < 0,25 0,25-0,5 >0,5 >1 Total
Jumlah (%) 5 90 5 100
Jumlah (%) 43 41 13 3 100
Lampiran 3. Tabulasi Persepsi Responden terhadap Perubahan Iklim di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2010 Suhu Udara
Jumlah (%)
Meningkat
59
Tetap
14
Tidak tahu
27
Total
100
Curah Hujan
Jumlah (%)
Meningkat
51
Tetap
11
Menurun
26
Tidak tahu
12
Total
100
Jumlah Hari Hujan
Jumlah (%)
Meningkat
54
Tetap
46
Total
100
Produktivitas
Jumlah (%)
Tetap
81,08
Menurun
18,92
Total
100
Lampiran 4. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Ubi Jalar (Tidak Merubah Pola Tanam) Pola Tanam
Penerimaan Total
Padi-Ubi Jalar
Padi-Ubi Jalar
2008
2009
20.853.214
14.885.181
Urea
445.142
373.749
TSP
191.212
187.988
Poska
208.749
208.562
Bibit
225.852
165.671
36.667
36.667
1.244.763
749.755
35.000
35.000
Pajak Lahan
824.028
651.598
Sewa Traktor dan Kerbau
474.635
469.076
3.686.048
2.878.066
Penyusutan
47.013
43.178
Sewa Lahan
681.028
681.028
Tenaga Kerja Dalam Keluarga
221.667
172.353
Total Biaya yang Diperhitungkan
949.708
896.559
4.635.756
3.774.625
16.217.458
11.110.556
Biaya Tunai Biaya Variabel
Obat-obatan Tenaga Kerja Luar Keluarga Solar + Konsumsi Pekerja Biaya Tetap
Total Biaya Tunai Biaya Yang Diperhitungkan Biaya Tetap
Biaya Variabel
BIAYA TOTAL PENDAPATAN TOTAL
Lampiran 5. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Ubi Jalar (Merubah Pola Tanam Menjadi Ubi Jalar-Ubi Jalar) Pola Tanam
Penerimaan Total
Padi-Ubi Jalar
Ubi Jalar-Ubi Jalar
2008
2009
13.425.829
18.453.461
Urea
393.368
191.361
TSP
267.597
130.236
Poska
261.170
149.215
Bibit
274.346
23.560
0
0
949.889
146.428
40.000
40.000
Pajak Lahan
645.550
694.634
Sewa Traktor dan Kerbau
418.848
0
3.250.768
1.375.434
38.060
41.512
1.465.968
1.465.968
175.000
230.000
1.679.028
1.737.480
Biaya Tunai Biaya Variabel
Obat-obatan Tenaga Kerja Luar Keluarga Solar + Konsumsi Pekerja Biaya Tetap
Total Biaya Tunai Biaya Yang Diperhitungkan Biaya Tetap Penyusutan Sewa Lahan Biaya Variabel Tenaga Kerja Dalam Keluarga Total Biaya yang Diperhitungkan
BIAYA TOTAL
4.929.796
3.112.914
PENDAPATAN TOTAL
8.496.033
15.340.547
Lampiran 6. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Padi (Merubah Pola Tanam menjadi Padi-Ubi Jalar) Pola Tanam
Penerimaan Total
Padi-Padi
Padi-Ubi Jalar
2008
2009
14.188.165
8.159.258
Urea
516.265
372.239
TSP
207.366
160.213
Poska
275.079
166.076
Bibit
205.666
370.875
0
40.000
2.710.200
996.900
140.000
80.000
Pajak Lahan
744.818
1.051.608
Sewa Traktor dan Kerbau
359.967
245.432
5.159.361
3.483.343
52.014
57.710
0
0
93.333
125.000
145.347
182.710
BIAYA TOTAL
5.304.708
3.666.053
PENDAPATAN TOTAL
8.883.457
4.493.205
Biaya Tunai Biaya Variabel
Obat-obatan Tenaga Kerja Luar Keluarga Solar + Konsumsi Pekerja Biaya Tetap
Total Biaya Tunai Biaya Yang Diperhitungkan Biaya Tetap Penyusutan Sewa Lahan Biaya Variabel Tenaga Kerja Dalam Keluarga Total Biaya yang Diperhitungkan
Lampiran 7. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Padi (Merubah Pola Tanam menjadi Ubi Jalar-Ubi Jalar) Pola Tanam
Penerimaan Total
Padi-Padi
Ubi Jalar-Ubi Jalar
2008
2009
14.000.000
17.339.505
Urea
367.129
205.247
TSP
277.778
236.111
Poska
327.932
170.525
Bibit
222.222
231.482
25.000
0
1.246.667
196.666
70.000
0
750.000
1.125.000
Sewa Traktor dan Kerbau
1.250.000
0
Total Biaya Tunai
4.536.728
2.165.031
72.006
52.602
0
0
Tenaga Kerja Dalam Keluarga
106.667
0
Total Biaya yang Diperhitungkan
178.673
52.602
Biaya Tunai Biaya Variabel
Obat-obatan Tenaga Kerja Luar Keluarga Solar + Konsumsi Pekerja Biaya Tetap Pajak Lahan
Biaya Yang Diperhitungkan Biaya Tetap Penyusutan Sewa Lahan Biaya Variabel
BIAYA TOTAL
4.715.401
2.217.633
PENDAPATAN TOTAL
9.058.349
15.121.827
Lampiran 8. Hasil Estimasi Pendugaan Model Logistic Regression Table
Predictor Odds Ratio Constant TINGKAT PENDIDIKAN (TAHUN) 4.33941E+09 LAMA BERTANI 1.01 LUAS AREA (Ha) 385.08 PEMAHAMAN PETANI 100.19
Coef
SE Coef
Z
P
-30.4276 22.1910
10080.6 10080.6
-0.00 0.00
0.998 0.998
0.0143227
0.0787064
0.18
0.856
5.95344
6.00799
0.99
0.322
4.60707
2.15207
2.14
0.032
95% CI Predictor Constant TINGKAT PENDIDIKAN (TAHUN) LAMA BERTANI LUAS AREA (Ha) PEMAHAMAN PETANI
Lower
Upper
0.00 0.87 0.00 1.48
* 1.18 50078561.78 6803.05
Log-Likelihood = -5.238 Test that all slopes are zero: G = 40.573, DF = 4, P-Value = 0.000
Goodness-of-Fit Tests Method Pearson Deviance Hosmer-Lemeshow
Chi-Square 20.9641 10.4764 5.3794
DF 32 32 8
P 0.932 1.000 0.716
Measures of Association: (Between the Response Variable and Predicted Probabilities) Pairs Concordant Discordant Ties Total
Number 329 11 0 340
Percent 96.8 3.2 0.0 100.0
Summary Measures Somers' D Goodman-Kruskal Gamma Kendall's Tau-a
0.94 0.94 0.48