IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian
6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pengembangan perindustrian tidak terlepas dari pengaruh perkembangan lingkungan strategis yaitu pengaruh perkembangan global, regional dan nasional. Untuk itu pembangunan industri diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai baik pada kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut, industri telematika, maupun penguatan basis industri manufaktur, serta industri kecil-menengah tertentu. Dalam rangka peningkatan daya saing, maka pembangunan industri harus saling bersinergi antara nasional dengan daerah dan diarahkan melalui dua pendekatan. Pertama, pendekatan top-down yaitu pembangunan industri yang direncanakan (by design) dengan memperhatikan prioritas yang ditentukan secara nasional dan diikuti oleh partisipasi daerah. Kedua, pendekatan bottom-up yaitu melalui penetapan kompetensi inti yang merupakan keunggulan daerah sehingga memiliki daya saing. Sejalan dengan kewenangan yang dimiliki Daerah, pengembangan industri akan lebih efektif jika diarahkan kepada kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi. Sehingga daerah akan berupaya melakukan pembinaan terhadap kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi untuk mendukung pengembangan industri dan sesuai dengan kondisi potensi dan kemampuan masing-masing daerah. Dengan berkembangnya sektor IKM tersebut sampai tahun 2009 kontribusi sektor industri terhadap PDRB sebesar 10,55% dan diharapkan untuk tahun-tahun yang akan datang bisa meningkat. Terkait dengan hal tersebut kebijakan yang ditempuh Kabupaten Wonosobo adalah : Meningkatkan kemampuan daya saing industri dan IKM. Mewujudkan efisiensi industri unggulan melalui pengembangan klaster industri penghela dan klaster pendukung lainnya serta penguatan klaster kelembagaan IKM. Mengembangkan sumberdaya manusia sektor industri secara insentif melalui ketrampilan dan teknologi serta perkuatan kelembagaan. Menarik investor dalam rangka meningkatkan hasil produksi industri daerah. Meningkatkan promosi produk industri baik dalam maupun luar negeri.
a. PROGRAM DAN KEGIATAN Sejalan dengan arah kebijakan tersebut pada tahun 2010 telah dilaksanakan berbagai program dan kegiatan dengan tetap memfokuskan pada upaya peningkatan daya saing industri dan pegembangan sentra dan klaster industri. Untuk mendukung dan mewujudkan tujuan tersebut, melalui Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 telah dialokasikan sebesar Rp. 4.890.218.083 atau sebesar 0,68% dari total APBD Tahun 2010. Dari alokasi tersebut terealisasi sebesar Rp. 4.734.841.096 atau 96,82%. Anggaran tersebut digunakan untuk pengembangan sentra industri, peningkatan SDM dan kelembagaan industri. Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut :
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
217
IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian
Tabel IV.C.6.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perindustrian Tahun 2010 No.
Program
A 1
Belanja Langsung Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial 2 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Industri 3 Pengembangan Kelembagaan Industri Kecil dan Menengah 4 Pelayanan Administrasi Perkantoran 5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur B Belanja Tidak langsung 1 Belanja Gaji dan Tunjangan 2 Belanja Tambahan penghasilan 3 Belanja Hibah Total Sumber : APBD Kabupaten Wonosobo 2010 (diolah)
Alokasi (Rupiah) 1.265.740.500 65.000.000
Realisasi (Rupiah) 1.187.022.532 64.900.000
104.470.000
104.360.000
146.000.000
144.287.000
802.770.500 147.500.000
727.436.277 146.039.255
3.624.477.583 3.330.972.583 293.505.000 4.890.218.083
3.547.818.564 3.298.018.564 249.800.000 4.734.841.096
b. REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN Program Pengembangan Sentra-sentra Potensial Program ini bertujuan untuk mewujudkan industri kecil dan menengah (IKM) sebagai basis pengembangan industri regional. Melalui program ini telah dilaksanakan kegiatan berupa Pengembangan Sentra Desa Mandiri Energi. Dengan adanya desa mandiri energi diharapkan desa tersebut dapat memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri yang berasal dari sumber-sumber energi baru dan terbarukan yang dihasilkan melalui pendayagunaan potensi sumber daya setempat. Potensi yang dimanfaatkan adalah ketela pohon (singkong). Komoditas ini di Kabupaten Wonosobo cukup melimpah namun belum dapat dimanfaatkan menjadi enegi alternatif berupa Bio Ethanol yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif dan pencuci alat-alat kesehatan di rumah sakit dan klinik. Untuk memanfaatkan produksi ketela pohon yang melimpah tersebut, pada tahun 2010 telah dilakukan kegiatan pelatihan produksi dan manajemen usaha kepada IKM Pengolah Bio Ethanol dan pemberian bantuan peralatan produksi bio ethanol di Desa Tracap Kecamatan Kaliwiro. Program Peningkatan kualitas Sumber Daya Industri Tujuan program ini adalah meningkatkan ketrampilan, keahlian dan kompetensi sumber daya industri sehingga mampu memanfaatkan potensi sumber daya lokal dan meningkatkan produktivitas industri agar mampu bersaing di pasar global. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan, sosialisasi dan bantuan peralatan bagi IKM yang meliputi : Pelatihan Teknis dan Pengadaan Peralatan IK Pengolahan tepung Moca Dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk telah dilakukan pelatihan teknis (manajemen dan produksi) pengolahan tepung moca yang diikuti oleh 20 IKM di
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
218
IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian
Desa Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo. Sehingga singkong yang tadinya bernilai ekonomi rendah dapat diolah menjadi tepung mokal (Modified Cassava Flour), yang bermanfaat untuk bahan pengganti atau pencampur Tepung Gandum dalam Industri Makanan dan Minuman sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Pelatihan Teknologi Desain IKM Mendong. Produk kerajinan mendong selama ini hanya dimanfaatkan untuk membuat tikar tradisional. Untuk meningkatkan nilai tambah mendong sehingga bisa bersaing dengan produk lainnya telah dilakukan pelatihan teknologi (manajemen usaha dan desain) kerajinan mendong di Desa Pecekelan Kecamatan Sapuran. Dengan adanya pelatihan desain ternyata mendong bisa dibuat menjadi berbagai produk kerajinan yang cantik dan bernilai ekonomi tinggi sehingga bisa bersaing di pasaran baik lokal maupun mancanegara. Sosialisasi Usaha industri Rokok Kecil Dalam situasi pamasaran yang semakin ketat, peranan standarisasi produk akan semakin besar dikarenakan semakin efektifnya konsumen memilih produk. Demikian pula dengan produk rokok, bahwa rokok menjadi bahan perdebatan yang seakan tidak berujung. Satu sisi rokok memberikan kontribusi signifikan pada penyediaan lapangan kerja dan pendapatan nasional, tapi di sisi lain dampak kesehatan dan pemiskinan dari kebiasaan merokok juga menyedot perhatian. Telah ada standarisasi produk rokok terkait dengan bahan, kadar nikotin dan tar, jumlah partikel asap dan air, kandungan karbon monoksida. Seluruh proses standardisasi bermuara pada kemajuan industri dan kaitannya terhadap upaya-upaya perlindungan konsumen terhadap aspek mutu produk, keamanan, kesehatan dan lingkungan hidup. Dengan banyaknya produk rokok yang tidak sesuai dengan standarisasi produk yang beredar di Kabupaten Wonosobo maka telah dilakukan sosialisasi kepada pedagang rokok eceran sebanyak 35 orang yang dilaksanakan di Desa Reco Kecamatan Kertek selama enam hari.
Program Pengembangan kelembagaan Industri Kecil dan Menengah Tujuan program ini adalah mewujudkan industri kecil dan menengah (IKM) sebagai basis pengembangan industri regional. Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan ketrampilan dan manajemen, studi banding dan pemberian bantuan peralatan pada IKM di lingkungan IHT untuk pengolahan makanan dan minuman. Bahwa tanaman tembakau tidak lagi bisa diandalkan. Selain tanaman tembakau berpotensi menimbulkan kerusakan lahan, jika cuaca kurang mendukung maka tembakau tidak lagi bisa diandalkan sebagai tanaman primadona yang menjanjikan keuntungan besar. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Wonosobo berusaha mengalihkan ketergantungan para petani pada tanaman tembakau berupa pelatihan ketrampilan dan manajemen, studi banding dan pemberian bantuan peralatan pada IKM di lingkungan IHT untuk pengolahan makanan dan minuman. Dengan adanya IKM makanan dan minuman di lingkungan IHT bisa digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan pendapatan. Dalam melaksanakan urusan perindustrian, didukung oleh alokasi anggaran untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan administrasi perkantoran dan peningkatan sarana prasarana aparatur dengan uraian sebagai berikut :
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
219
IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Tujuan program ini adalah menyediakan sumber daya dalam pelaksanaan urusan perindustrian dan perdagangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Dinas Perindustrian dan Perdagangan telah melaksanakan kegiatan penyediaan jasa surat menyurat, penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik, penyediaan jasa administrasi keuangan, penyediaan alat tulis kantor, penyediaan barang cetakan dan penggandaan, penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan, penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan, penyediaan makanan dan minuman, rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah, rapat-rapat koordinasi dan konsultasi dalam daerah, penyelesaian pekerjaan kantor dan penyediaan jasa pelayanan umum pemerintah.
Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Program ini mencakup pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor, pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional, pemeliharaan rutin/ berkala alat-alat kantor.
Capaian Kinerja Urusan Perindustrian Tabel IV.C.6.2 Capaian Kinerja Urusan Perindustrian Berdasarkan IKK Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD)
No. 1
Capaian Kinerja
Indikator Kinerja Berdasarkan EKPPD Kontribusi sektor industri thd PDRB (Jumlah Kontribusi PDRB dari sektor industri) / (Jumlah total PDRB)x100%
2009 10,55%
2
Pertumbuhan industri 10,09% (Jumlah industri tahun 2010 - Jumlah Industri tahun 2009) / Jumlah industri s/d tahun 2009 x 100% Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan BPS
2010 Rp 193.794.500.000 ------------------------ x 100% Rp 1.811.092.670.000 = 10,70%**) 684 -------- x 100% 13.876 = 4,93%
**) data sementara
Capaian kinerja urusan perindustrian di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari kontribusi sektor industri terhadap PDRB, yang pada tahun 2010 rata-rata menyumbang 10.70%. Jika dibandingkan tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 0,15%. Keberadaan industri di Kabupaten Wonosobo semakin bertambah tetapi pertambahan tersebut berasal dari industri kecil dan industri informal di mana produktivitasnya masih kurang maksimal yang disebabkan kurangnya persaingan usaha dan masih menggunakan tenaga kerja yang minimal. Sedangkan untuk pertumbuhan industri pada tahun 2010 yang ditargetkan mencapai 12,67% (target RPJMD Kabupaten Wonosobo 2006-2010) dengan serapan tenaga kerja mencapai 8,3% dari tahun 2005. Sampai tahun 2010 jumlah industri khususnya industri rumah tangga di Kabupaten Wonosobo mengalami peningkatan sebesar 36,56% dengan serapan tenaga kerja pada industri rumah tangga 14,06%. Capaian ini sudah melampauai target RPJMD, dan tetap harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi.
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
220
IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian
Sehingga dengan banyaknya industri terutama IKM jumlah pengangguran akan semakin berkurang dan kemiskinan juga berkurang. Berikut adalah data target dan capaian tentang jumlah industri rumah tangga dan serapan tenaga kerja di Kabupaten Wonosobo : Tabel IV.C.6.3 Capaian Kinerja Urusan Perindustrian Tahun 2010
No.
Target RPJMD
Indikator
1
Jumlah Industri Rumah Tangga (Unit)
2
Serapan tenaga kerja (orang)
Capaian 2005
2010
Naik/turun
12,67%
10.662
14.560
36,56%
8,3%
24.151
27.546
14,06%
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
c. PERMASALAHAN DAN SOLUSI Permasalahan umum yang muncul pada urusan perindustrian antara lain : Kualitas SDM industri masih terbatas, terutama dalam pengembangan desain, penguasaan teknologi proses dan informasi. Terbatasnya ketersediaan jaringan informasi pasar dalam dan luar negeri bagi produk IKM. Keterkaitan antara industri hulu dan hilir belum terbangun secara optimal. Masih kurangnya pabrikan pengolah hasil – hasil pertanian.
Upaya yang perlu dilakukan adalah :
dalam menangani pembangunan urusan perindustrian
Dalam mengatasi keterbatasan SDM diupayakan semaksimal mungkin mengefektifkan tenaga yang ada dengan disertai peningkatan kemampuan dan ketrampilan dengan mengikutsertakan pelatihan bimbingan di bidang pengembangan desain, packaging, kualitas dan mutu produk sehingga dapat mengantisipasi perkembangan industri agar bisa bersaing dalam segi diversifikasi produk dan kualitas produksi. Melakukan promosi produk yang dihasilkan melalui pameran baik dalam maupun luar negeri serta melalui media massa. Mengembangkan klaster industri dengan memperkuat industri-industri yang terdapat dalam rantai nilai yang mencakup industri inti, industri terkait dan industri pendukung dengan keunggulan lokasi, yang dapat mendorong keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif sehingga bisa berfungsi sebagai penggerak pembangunan ekonomi yang mampu menghasilkan produk-produk unggulan dan bisa menerobos pasar dalam dan luar negeri. Mengembangkan agroindustri sebagai penghasil produk pertanian yang berkualitas dan berdaya saing.
LKPJ 2010 Bab IV – Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
221