99
6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1
PPI Pangandaran
6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Sebagaimana telah dikemukakan dalam subbab 2.2, aktivitas pendaratan hasil tangkapan meliputi pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek, penurunan hasil tangkapan dari dek ke dermaga dan pengangkutan dari dermaga ke TPI. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada umumnya hanya meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi pantai dan pengangkutan hasil tangkapan dari tepi pantai ke TPI, tidak dilakukan pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek karena jenis perahu yang digunakan nelayan tidak memiliki palkah untuk menyimpan hasil tangkapan. Pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek hanya dilakukan oleh armada jenis kapal motor. Ikan hasil tangkapan nelayan disimpan di dalam blong plastik, ember plastik atau keranjang bambu dan telah disortir berdasarkan jenis ikan ketika nelayan masih berada di laut.
Gambar 56 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Pangandaran dilakukan di 2 tempat, yaitu di pantai timur dan pantai barat Pangandaran (Gambar 56). Aktivitas pendaratan hasil tangkapan dilakukan pada pukul 04.00 – 10.00 WIB. Banyaknya pendaratan di PPI Pangandaran berjumlah sekitar 20 – 40 pendaratan per hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebanyak 100 – 200 kg per hari pada
100
musim paceklik, sedangkan pada musim puncak banyaknya pendaratan di PPI ini dapat mencapai sekitar 80 – 100 pendaratan per hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebanyak 1,5 – 2 ton per hari. Proses pendaratan hasil tangkapan armada perahu motor tempel di PPI Pangandaran dimulai ketika perahu nelayan merapat ke pinggir pantai. Proses pendaratan hasil tangkapan dilakukan oleh 2 – 3 orang nelayan. Wadah ikan berupa tong (blong) plastik, ember plastik atau keranjang bambu diangkut dari perahu ke pantai oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah 1 – 2 orang, sedangkan nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan mesin ke pantai. Setelah pengangkutan selesai, perahu nelayan diangkat ke pantai oleh nelayan yang berjumlah 6 – 9 orang dengan cara meminta bantuan kapada nelayan lain yang berada di sekitar pantai, sedangkan di pantai timur perahu nelayan tetap dibiarkan berada di dalam air dan diikatkan ke batu groin agar tidak terbawa arus gelombang (Gambar 57). Armada penangkapan ikan
jenis kapal
motor mendaratkan
hasil
tangkapannya di pantai timur Pangandaran. Karena kapal motor tidak dapat merapat ke pantai, pembongkaran hasil tangkapan dilakukan di tengah laut. Pengangkutan hasil tangkapan ke pantai dilakukan dengan menggunakan bantuan berupa 1 – 2 unit perahu motor tempel. Selanjutnya proses pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan sama dengan armada jenis perahu motor tempel.
(a) Pantai Barat Pangandaran
(b) Pantai Timur Pangandaran
Gambar 57 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Pangandaran tahun 2011 Nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan di pantai barat mengangkut hasil tangkapannya ke pantai timur yang berjarak sekitar 300 m dengan
101
menggunakan blong plastik, keranjang plastik atau keranjang bambu. Untuk memudahkan pengangkutan, nelayan menggunakan gerobak dorong atau bambu berukuran 1,5 m sehingga dapat diangkut oleh 2 orang nelayan. Nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan di pantai timur tetap membiarkan hasil tangkapannya di tepi pantai sambil menunggu pedagang ikan atau bakul yang datang untuk membeli ikan.
Gambar 58 Pengangkutan hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011 Berdasarkan pengamatan peneliti, proses penurunan dan pengangkutan hasil tangkapan di PPI Pangandaran belum memperhatikan aspek kebersihan. Hal ini dapat dilihat dari blong maupun keranjang yang digunakan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya. Selain itu, hanya sedikit nelayan yang menggunakan es untuk menjaga kualitas hasil tangkapan. Menurut Clucas dan Ward (1996) vide Lubis et al. (2010), prinsip yang perlu diperhatikan selama penanganan ikan mulai saat pembongkaran sampai pengangkutan ke TPI atau ke hinterland adalah pengontrolan suhu ikan selama penanganan agar selalu dingin, penanganan dilakukan dengan cepat, memperkecil sentuhan fisik secara langsung dengan ikan, menghindari sengatan langsung sinar matahari pada tubuh ikan dan memperkecil terjadinya kontaminasi terhadap ikan. Berbagai jenis ikan didaratkan di PPI Pangandaran, beberapa diantaranya adalah jenis ikan ekonomis penting yaitu udang lobster, bawal, kakap, tenggiri, kerapu dan layur. Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis penting yang didaratkan di PPI Pangandaran pada tahun 2010 adalah sebesar 25,46 ton atau 59,72% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Pangandaran pada tahun tersebut.
102
6.1.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan Aktivitas pemasaran ikan di PPI Pangandaran dimulai ketika nelayan telah selesai mendaratkan hasil tangkapannya. Transaksi antara nelayan dengan bakul (pedagang ikan), pengumpul dan atau tengkulak bertempat di tepi pantai timur PPI Pangandaran, hal ini disebabkan karena tidak beroperasinya TPI sebagai tempat pemasaran ikan. Hasil tangkapan nelayan ditimbang terlebih dahulu oleh bakul. Timbangan tersebut dibawa sendiri oleh bakul yang akan membeli ikan. Namun tidak sedikit bakul yang tidak membawa timbangan sehingga berat ikan tersebut hanya berdasarkan pada perkiraan (taksiran). Jika terdapat lebih dari satu orang bakul yang akan membeli ikan pada nelayan yang sama, maka terjadi tawar menawar antara bakul dan nelayan, bakul yang menawar dengan harga tertinggi berhak untuk membeli ikan tersebut. Selain menjual hasil tangkapannya kepada bakul, nelayan menjual hasil tangkapannya kepada tengkulak. Hal ini disebabkan karena tengkulak tersebut telah memberikan pinjaman modal melaut kepada nelayan sehingga nelayan tersebut harus menjual hasil tangkapannya kepada tengkulak untuk melunasi utangnya. Tidak beroperasinya TPI di PPI Pangandaran dinilai sangat merugikan nelayan. Berdasarkan hasil wawancara, nelayan menjual hasil tangkapannya langsung kepada bakul dan tengkulak dengan harga yang lebih rendah jika dibandingkan nelayan menjual hasil tangkapannya melalui aktivitas pelelangan ikan, yaitu lebih murah Rp 3.000,00 – Rp 7.000,00 per kg. Hal ini disebabkan karena nelayan tidak mengetahui secara pasti berapa harga ikan yang dimilikinya. Selain itu, keberadaan tengkulak menyebabkan nelayan semakin terjerat dengan utang kepada tengkulak karena harus membayar utang dengan bunganya. Tengkulak, dalam memberikan pinjaman kepada nelayan, bisa aktif menawarkan pinjaman dan atau sebaliknya nelayan yang aktif mencari pinjaman kepada tengkulak. Dengan memberikan pinjaman, tengkulak berharap dapat mengikat peminjam sehingga selanjutnya peminjam akan selalu bergantung dan meminjam uang kepadanya, khususnya peminjam yang memiliki usaha produksi seperti nelayan pemilik unit penangkapan ikan. Bila nelayan pemilik sudah terikat, selanjutnya nelayan pemilik yang aktif mencari pinjaman kepada
103
tengkulak. Dengan demikian, penawaran pinjaman dari pihak tengkulak merupakan langkah awal dalam mengikat nelayan pemilik. Pinjaman yang diberikan tengkulak kepada nelayan pemilik umumnya tanpa membutuhkan jaminan. Kemudahan tanpa jaminan ini yang menjadi salah satu daya tarik utama bagi nelayan untuk meminjam uang kepada tengkulak daripada ke bank (Lubis et al, 2011). Selanjutnya Lubis et al menjelaskan, uang ijon yang yang dipinjamkan kepada nelayan pemilik diberikan sebelum nelayan melaut sebenarnya merupakan uang muka operasional melaut atau uang pengikat nelayan. Bila nelayan pemilik telah terikat pengijon (tengkulak) dan tidak mampu mengembalikan pinjamanpinjamannya, maka nelayan pemilik diwajibkan menyerahkan hasil tangkapannya kepada pengijon. Pengijon selanjutnya menjual hasil tangkapan tersebut kepada pedagang ikan lainnya. Eksportir Nelayan
Pengumpul
Luar Negeri
Pengolah
Luar Daerah/Kota Pasar Ikan
Bakul/ Tengkulak
Keterangan :
Pengecer
Konsumen
Hotel/Restoran
= Alur pemasaran ikan basah = Alur pemasaran ikan olahan
Gambar 59 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011 Gambar 59 di atas memperlihatkan alur pemasaran di PPI Pangandaran. Hasil tangkapan nelayan di PPI Pangandaran sebagian besar dipasarkan untuk konsumsi oleh masyarakat lokal sekitar PPI Pangandaran seperti pasar ikan, industri pengolahan ikan, restoran seafood dan hotel. Selain dikonsumsi oleh masyarakat lokal, ikan hasil tangkapan tersebut dipasarkan melalui pengumpul ke Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis yaitu Banjar, Tasikmalaya dan
104
Bandung. Jenis ikan ekonomis penting yaitu udang, lobster dan layur diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan melaui PT. ASI Pujiastuti dan CV. Budi Dharma. Transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI Pangandaran, bakul ataupun pedagang ikan menggunakan kendaraan roda dua seperti sepeda dan sepeda motor (Gambar 60.a dan 60.b). Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak styrofoam, ember plastik atau keranjang bambu yang telah diberi es. Berdasarkan pengamatan peneliti, tempat yang digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan tersebut dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya. Untuk pemasaran ke luar kota, alat transportasi yang digunakan berupa mobil pick up terbuka (Gambar 60.c). Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam blong plastik atau kotak fiber yang telah diberi es.
a) Sepeda
b) Sepeda motor
c) Mobil pick up
Gambar 60 Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan di PPI Pangandaran tahun 2011 6.2
PPI Parigi
6.2.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Parigi dimulai ketika perahu nelayan merapat ke pinggir sungai. Proses pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan di PPI Parigi hanya meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi sungai dan pengangkutan hasil tangkapan dari tepi sungai ke TPI. Proses pendaratan ini dilakukan oleh 2 – 3 orang nelayan dan berlangsung selama 20 – 30 menit. Blong, ember atau keranjang plastik yang berisi ikan hasil tangkapan nelayan diangkut dari perahu ke daratan oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah 1 – 2 orang, sedangkan nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan mesin ke daratan.
Setelah
pengangkutan
selesai,
perahu
nelayan
diikat
dengan
105
menggunakan tali yang telah diikatkan pada batu atau besi pemberat yang berfungsi sebagai jangkar. Hasil tangkapan yang telah didaratkan kemudian diangkut ke TPI yang berjarak 200 m oleh 2 orang dengan menggunakan bambu berukuran 1,5 m atau gerobak dorong.
Gambar 61 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Parigi tahun 2011 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Parigi dilakukan pada pukul 06.00 – 11.00 WIB. Banyaknya pendaratan di PPI Parigi berjumlah sekitar 30 – 50 pendaratan per hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebesar 150 – 300 kg pada musim paceklik, sedangkan pada musim puncak banyaknya pendaratan di PPI ini dapat mencapai sekitar 70 – 90 pendaratan per hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebanyak 2 – 3 ton per hari. Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis penting yang didaratkan di PPI Parigi pada tahun 2010 adalah sebesar 52,70 ton atau 39% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Parigi pada tahun tersebut. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Parigi belum memperhatikan aspek kebersihan. Berdasarkan pengamatan peneliti, wadah ikan seperti blong, ember maupun keranjang yang digunakan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya. Selain itu, hanya sedikit nelayan yang menggunakan es untuk menjaga kualitas hasil tangkapan. 6.2.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan Pelelangan ikan merupakan awal dari aktivitas pemasaran hasil tangkapan di PPI Parigi. Nelayan yang telah mendaratkan hasil tangkapannya kemudian
106
menimbang jumlah ikan yang dimilikinya untuk dicatat oleh petugas TPI. Proses pelelangan ikan di PPI Parigi dipimpin oleh seorang juru lelang, juru catat dan juru timbang. Aktivitas pelelangan ikan di PPI Parigi dilakukan tanpa menggunakan pengeras suara. Juru lelang akan menyebutkan harga penawaran ikan untuk setiap jenis ikan per tumpukan. Harga penawaran awal disesuaikan dengan harga lelang pada pelelangan terakhir atau hari sebelumnya. Proses pelelangan ikan berakhir setelah penawaran ikan mencapai harga tertinggi dari calon pembeli. Pemenang lelang membayar sejumlah uang atas ikan yang dibeli ditambah dengan biaya retribusi sebesar 3% dari total pembayaran kepada kasir TPI; dan mendapatkan karcis sebagai bukti pembayaran. Selanjutnya pihak TPI akan membayarkan sejumlah uang kepada nelayan yang telah dipotong biaya retribusi sebesar 2% dari total harga ikan yang dijual; dan nelayan mendapat karcis sebagai tanda terima uang. Menurut Pane (2010), harga jual ikan yang disajikan dalam pelelangan ikan di TPI adalah “harga yang bersaing” karena sifatnya yang terbuka dihadapan para pembeli dan penjual. Oleh karenanya, adanya pelelangan ikan di TPI akan menguntungkan bagi pihak pedagang/pengolah/pembeli. Selain itu, sistem pelelangan juga akan meningkatkan “daya saing transaksi” antara penjual dan pembeli dan antara sesama pembeli.
Gambar 62 Peletakan ikan di atas lantai TPI di PPI Parigi tahun 2011 Berdasarkan pengamatan di lapangan, aktivitas pelelangan ikan di PPI Parigi tidak memperhatikan aspek kebersihan. Ikan yang dilelang diletakan di atas lantai tanpa alas (Gambar 62). Peletakan ikan di atas lantai TPI dapat mengakibatkan timbulnya genangan darah dan lendir ikan serta ceceran air sisa
107
pencucian ikan tidak hanya mencemari lantai TPI namun juga ikan yang diletakan di atas lantai tersebut sehingga mempercepat penurunan kualitas ikan. Selain itu keranjang maupun ember plastik yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya. Eksportir
TPI Nelayan
Pelelangan Ikan
Pengumpul
Luar Negeri
Luar Daerah/Kota
Pengolah Pasar Ikan
Pengecer
Bakul/ Pedagang
Keterangan :
Konsumen
Hotel/Restoran
= Alur pemasaran ikan basah = Alur pemasaran ikan olahan
Gambar 63 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2011 Gambar 63 diatas memperlihatkan alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Parigi. Sebagian besar ikan hasil tangkapan nelayan di PPI Parigi dipasarkan melalui pasar ikan dan industri pengolahan ikan untuk konsumsi masyarakat lokal di sekitar PPI Parigi; dan dipasarkan ke Kecamatan Pangandaran untuk memenuhi permintaan pariwisata seperti restoran seafood dan hotel. Selain untuk dikonsumsi oleh masyarakat lokal, ikan hasil tangkapan tersebut dipasarkan melalui pengumpul ke Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis yaitu Tasikmalaya dan Bandung. Berbagai jenis hasil tangkapan ekonomis yaitu udang, lobster dan layur diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan melaui PT. ASI Pujiastuti dan CV. Budi Dharma yang terletak di Kecamatan Pangandaran. Transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI Parigi adalah dengan menggunakan kendaraan roda dua seperti sepeda dan sepeda motor (Gambar 64.a dan 64.b). Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak styrofoam, ember plastik atau keranjang bambu yang telah diberi es. Untuk pemasaran ke luar kota, alat transportasi yang digunakan berupa mobil pick up
108
(Gambar 64.c). Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam blong plastik atau kotak fiber yang telah diberi es.
a) Sepeda
b) Sepeda motor
c) Mobil pick up
Gambar 64 Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran hasil tangkapan di PPI Parigi tahun 2011 6.3
PPI Batu Karas
6.3.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Batu Karas dilakukan pada pukul 04.00 – 11.00 WIB. Banyaknya pendaratan di PPI Batu Karas berjumlah sekitar 40 – 60 pendaratan per hari dengan volume ikan yang didaratkan sebanyak 200 – 300 kg per hari pada musim paceklik, sedangkan pada musim puncak banyaknya pendaratan di PPI ini dapat mencapai sekitar 90 – 120 pendaratan per hari dengan volume ikan yang didaratkan sebanyak 2 – 4 ton per hari.
Gambar 65 Aktivitas berlabuh armada penangkapan ikan nelayan PPI Batu Karas tahun 2011 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Batu Karas dilakukan di pinggir pantai. Aktivitas pendaratan ini dilakukan oleh 2 – 3 orang nelayan dan berlangsung selama 30 – 40 menit. Wadah berisi ikan seperti blong plastik atau
109
keranjang plastik diangkut dari perahu ke pantai oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah 1 – 2 orang, sedangkan nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan mesin ke pantai. Setelah pengangkutan selesai, perahu nelayan diangkat ke pantai oleh nelayan yang berjumlah 6 – 8 orang dengan cara meminta bantuan kapada nelayan lain yang berada di sekitar pantai. Hasil tangkapan yang telah didaratkan kemudian diangkut ke TPI yang berjarak sekitar 100 – 300 m dengan menggunakan blong plastik, keranjang plastik atau keranjang rotan. Untuk memudahkan pengangkutan, nelayan menggunakan gerobak dorong atau bambu berukuran 1,5 m sehingga dapat diangkut oleh 2 orang nelayan. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Batu Karas belum memperhatikan aspek kebersihan. Hal ini dapat dilihat dari blong maupun keranjang yang digunakan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya. Selain itu, hanya sedikit nelayan yang menggunakan es untuk menjaga kualitas hasil tangkapan. Menurut Poernomo vide Nikijuluw (2007) vide Lubis et al. (2010), satusatunya cara untuk mempertahankan kesegaran mutu hasil tangkapan adalah dengan menurunkan suhu serendah mungkin, biasanya mendekati suhu cair es yaitu 0oC. Dengan demikian mendinginkan ikan mendekati titik beku air atau sekitar 0oC segera setelah ikan ditangkap atau dipanen merupakan tahap pertama penanganan hasil tangkapan yang tidak dapat diabaikan. Suhu ini harus dipertahankan selama hasil tangkapan dalam rantai distribusi, pengolahan dan konsumsi. Berbagai jenis ikan didaratkan di PPI Batu Karas, beberapa diantaranya adalah jenis ikan dengan nilai ekonomis penting yaitu udang lobster, bawal, kakap, tenggiri, kerapu dan layur. Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis penting yang didaratkan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 adalah sebesar 36,96 ton atau 16,67% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Batu Karas pada tahun tersebut. 6.3.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan Ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Batu Karas dipasarkan melalui aktivitas pelelangan ikan di TPI. Nelayan yang telah mendaratkan hasil
110
tangkapannya kemudian menimbang jumlah ikan yang dimilikinya untuk dicatat oleh petugas TPI. Proses pelelangan ikan di PPI Batu Karas dipimpin oleh seorang juru lelang, juru catat dan juru timbang yang berasal dari KUD Minarasa. Ikan yang akan dilelang diletakkan di atas lantai tanpa alas, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas pelelangan ikan di PPI Batu Karas belum memperhatikan aspek kebersihan, hal ini dapat dilihat dari ikan yang dilelang diletakkan begitu saja di atas lantai tanpa alas. Selain itu masih terdapat banyak genangan air, potongan ikan, lendir maupun darah ikan di lantai TPI. Selain mencemari lantai TPI, hal ini dapat mengakibatkan penurunan pada kualitas ikan.
Gambar 66 Aktivitas pelelangan ikan di PPI Batu Karas tahun 2011 Pada saat aktivitas pelelangan ikan berlangsung, juru lelang akan menyebutkan harga penawaran ikan untuk setiap jenis ikan per tumpukan, harga penawaran awal tersebut merupakan harga lelang pada pelelangan terakhir atau hari sebelumnya. Proses pelelangan ikan berakhir setelah penawaran ikan mencapai harga tertinggi dari calon pembeli. Pemenang lelang membayar sejumlah uang atas ikan yang dibeli ditambah dengan biaya retribusi sebesar 3% dari total pembayaran kepada kasir TPI; dan mendapatkan karcis sebagai bukti pembayaran. Selanjutnya pihak TPI akan membayarkan sejumlah uang kepada nelayan yang telah dipotong biaya retribusi sebesar 2% dari total harga ikan yang dijual; dan nelayan mendapat karcis sebagai tanda terima uang. Hasil tangkapan nelayan di PPI Batu Karas sebagian besar dipasarkan untuk konsumsi oleh masyarakat lokal sekitar PPI Batu Karas melalui pasar ikan, industri pengolahan ikan, restoran seafood dan hotel. Selain untuk dikonsumsi
111
oleh masyarakat lokal, ikan hasil tangkapan tersebut dipasarkan melalui pengumpul ke Kecamatan Pangandaran untuk memenuhi permintaan pariwisata melalui restoran seafood dan hotel; Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis yaitu Banjar, Tasikmalaya dan Bandung. Jenis ikan ekonomis penting yaitu udang, lobster dan layur diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan melaui PT. ASI Pujiastuti dan CV. Budi Dharma yang terletak di Kecamatan Pangandaran (Gambar 63 subsubbab 6.2.2). Transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI Batu Karas, bakul maupun pedagang ikan menggunakan sepeda motor. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak styrofoam atau ember plastik yang telah diberi es. Untuk pemasaran ke luar kota, alat transportasi yang digunakan berupa mobil pick up dan truk terbuka. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak fiber yang telah diberi es. Menurut Pane (2008), ikan yang berada di dalam kotak styrofoam terlindung di dalamnya, namun sebagai akibat bahan basket ini mudah rusak (pecah), maka daya tampung basket ini terbatas sekitar 20 kg. Namun basket ini mampu melindungi ikan di dalamnya terhadap tetesan cairan lendir, darah dan atau tetesan es yang ada di atasnya karena basket ini tidak memiliki lubang baik di bagian atas maupun di bagian bawahnya. 6.4
PPI Cimerak
6.4.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Cimerak hanya meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi pantai dan pengangkutan hasil tangkapan dari tepi pantai ke TPI. Sama seperti di lokasi PPI lainnya, tidak dilakukan pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek karena jenis perahu yang digunakan nelayan tidak memiliki palkah untuk menyimpan hasil tangkapan. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Cimerak dilakukan pada pukul 05.00 – 10.00 WIB. Banyaknya pendaratan di PPI Cimerak berjumlah sekitar 20 – 30 pendaratan per hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebanyak 100 – 150 kg per hari pada musim paceklik, sedangkan pada musim puncak banyaknya pendaratan di PPI ini dapat mencapai sekitar 60 – 80 pendaratan per
112
hari dengan jumlah volume ikan yang didaratkan sebanyak 1 – 2 ton per hari. Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis penting yang didaratkan di PPI Cimerak pada tahun 2010 adalah sebesar 7,72 ton atau 18,35% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan di PPI Cimerak pada tahun tersebut. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Cimerak dilakukan di pinggir pantai seperti yang dilakukan oleh nelayan di PPI Pangandaran dan PPI Batu Karas. Proses pendaratan ini dilakukan oleh 2 – 3 orang nelayan dan berlangsung selama 20 – 30 menit. Wadah yang berisi ikan hasil tangkapan nelayan diangkut dari perahu ke pantai oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah 1 – 2 orang, sedangkan nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan mesin ke pantai. Setelah pengangkutan selesai, perahu nelayan diangkat ke pantai oleh nelayan yang berjumlah 6 – 8 orang dengan cara meminta bantuan kepada nelayan lain yang berada di sekitar pantai. Hasil tangkapan yang telah didaratkan kemudian diangkut ke TPI dengan menggunakan blong plastik atau keranjang plastik. Untuk memudahkan pengangkutan, nelayan menggunakan bambu berukuran 1,5 m sehingga dapat diangkut oleh 2 orang nelayan. 6.4.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan Ikan hasil tangkapan yang telah didaratkan dipasarkan melalui aktivitas pelelangan ikan di TPI. Pada saat proses pelelangan ikan berlangsung, juru lelang akan menyebutkan harga penawaran ikan untuk setiap jenis ikan per tumpukan. Proses pelelangan ikan berakhir setelah penawaran ikan mencapai harga tertinggi dari calon pembeli. Pemenang lelang membayar sejumlah uang atas ikan yang dibeli ditambah dengan retribusi sebesar 3% dari total pembayaran kepada kasir TPI; dan mendapatkan karcis sebagai bukti pembayaran. Selanjutnya pihak TPI akan membayarkan sejumlah uang kepada nelayan yang telah dipotong biaya retribusi sebesar 2% dari total harga ikan yang dijual; dan nelayan mendapat karcis sebagai tanda terima uang. Hasil tangkapan nelayan di PPI ini sebagian besar dipasarkan melalui pasar ikan dan industri pengolahan ikan untuk konsumsi oleh masyarakat lokal sekitar PPI Cimerak itu. Selain untuk konsumsi masyarakat lokal, ikan hasil tangkapan tersebut dipasarkan melalui pengumpul ke Desa Batu Karas, Kecamatan Cijulang
113
untuk memenuhi permintaan pariwisata seperti restoran seafood dan hotel (Gambar 67). Transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI Cimerak adalah dengan menggunakan sepeda motor. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak styrofoam atau ember plastik yang telah diberi es. Untuk pemasaran ke luar Kecamatan Cimerak, alat transportasi yang digunakan berupa mobil pick up. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak fiber yang telah diberi es.
Pelelangan Ikan
TPI
Keterangan :
= Alur pemasaran ikan basah = Alur pemasaran ikan olahan
Gambar 67 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Cimerak tahun 2011 6.5
PPI Kalipucang
6.5.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Kalipucang dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 10.00 WIB. Banyaknya pendaratan di PPI Kalipucang berjumlah sekitar 5 – 10 pendaratan per hari pada musim paceklik, sedangkan pada musim puncak banyaknya pendaratan di PPI ini dapat mencapai sekitar 30 – 40 pendaratan per hari. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Kalipucang dilakukan di pinggir sungai. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Kalipucang hanya meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi sungai dan pengangkutan hasil tangkapan dari tepi sungai ke TPI, tidak dilakukan pembongkaran hasil
114
tangkapan dari palkah ke dek karena jenis perahu yang digunakan nelayan tidak memiliki palkah untuk menyimpan hasil tangkapan. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI Kalipucang dilakukan oleh 2 – 3 orang nelayan dan berlangsung selama 20 – 30 menit. Keranjang atau ember plastik yang berisi ikan hasil tangkapan nelayan diangkut dari perahu ke daratan oleh nelayan itu sendiri yang berjumlah 1 – 2 orang, sedangkan nelayan lainnya mengangkut alat tangkap dan mesin ke daratan. Setelah pengangkutan selesai, perahu nelayan diikat dengan menggunakan tali yang telah diikatkan pada tiang yang terbuat dari bambu ataupun besi. Hasil tangkapan yang telah didaratkan kemudian diangkut ke TPI oleh 1 – 2 orang nelayan. 6.5.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan Pelelangan ikan merupakan awal dari aktivitas pemasaran hasil tangkapan di PPI Kalipucang. Nelayan yang telah mendaratkan hasil tangkapannya kemudian menimbang jumlah ikan yang dimilikinya untuk dicatat oleh petugas TPI. Proses pelelangan ikan di PPI Kalipucang dipimpin oleh seorang juru lelang, juru catat dan juru timbang. TPI
Pengumpul
Nelayan
Pelelangan Ikan
Hotel/Restoran
Konsumen
Bakul/ Pedagang
Gambar 68 Alur pemasaran hasil tangkapan di PPI Kalipucang tahun 2011 Pada saat aktivitas pelelangan ikan berlangsung, juru lelang akan menyebutkan harga penawaran ikan untuk setiap jenis ikan per tumpukan. Proses pelelangan ikan berakhir setelah penawaran ikan mencapai harga tertinggi dari calon pembeli Pemenang lelang membayar sejumlah uang atas ikan yang dibeli ditambah dengan biaya retribusi sebesar 3% dari total pembayaran kepada kasir
115
TPI; dan mendapatkan karcis sebagai bukti pembayaran. Selanjutnya pihak TPI akan membayarkan sejumlah uang kepada nelayan yang telah dipotong biaya retribusi sebesar 2% dari total harga ikan yang dijual; dan nelayan mendapat karcis sebagai tanda terima uang. Hasil tangkapan nelayan di PPI Kalipucang dipasarkan ke Kecamatan Pangandaran untuk memenuhi permintaan pariwisata seperti restoran seafood dan hotel (Gambar 68). Baik bakul maupun pedagang ikan menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan tersebut. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak styrofoam yang telah diberi es. 6.6 Kajian Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan di Kabupaten Ciamis 6.6.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis pada umumnya hanya meliputi penurunan hasil tangkapan dari dek ke tepi pantai atau tepi sungai; dan pengangkutan hasil tangkapan dari tepi pantai atau tepi sungai ke TPI, tidak dilakukan pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek karena jenis perahu yang digunakan nelayan tidak memiliki palkah untuk menyimpan hasil tangkapan. Pembongkaran hasil tangkapan dari palkah ke dek hanya terjadi di PPI Pangandaran dan dilakukan oleh armada jenis kapal motor. Ikan hasil tangkapan nelayan disimpan di dalam blong plastik, keranjang plastik atau keranjang bambu yang telah disortir berdasarkan jenis ikan ketika nelayan masih berada di laut. Penggunaan tong (blong) plastik dapat menyebabkan tubuh ikan dapat tertekan di dalamnya, terutama ikan berukuran kecil dan berada pada bagian dasar tong, sebagai akibat isi tong yang besar (120 kg). Penggunaan tong dapat menurunkan mutu ikan sebagai akibat tekanan berat ikan yang ada di atasnya, bila jumlah ikan yang dimasukkan berlebihan. Sebaiknya berat ikan dalam suatu basket tidak melebihi 20 – 30 kg per basket. Untuk ikan yang berada di dalam keranjang bambu, sebagai akibat konstruksinya yang berupa anyaman, mengakibatkan bentuknya bisa berubah-ubah akibat beban berat ikan selama
116
pengangkutan menuju TPI, maka ikan yang ada di dalamnya tergencet dan mempengaruhi mutu ikan (Pane, 2008). Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di PPI-PPI yang ada di Kabupaten Ciamis dilakuka n di tepi pantai seperti yang terjadi di PPI Pangandaran, PPI Batu Karas dan PPI Cimerak; dan di muara sungai seperti yang terjadi di PPI Parigi dan PPI Kalipucang sehingga menyebabkan aktivitas tersebut hanya dapat dilakukan oleh armada jenis perahu motor tempel dan perahu tanpa motor, sedangkan untuk kapal motor proses pendaratan dilakukan di tengah laut kemudian hasil tangkapan diangkut dengan perahu motor tempel untuk dibawa ke daratan. Fasilitas pendaratan seperti kolam pelabuhan sebagai tempat untuk tambat labuh perahu; dan dermaga sebagai tempat pendaratan hasil tangkapan merupakan fasilitas yang sangat penting yang harus dimiliki oleh suatu pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan untuk memudahkan proses pendaratan hasil tangkapan. Namun fasilitas tersebut tidak dimiliki oleh sebagian besar PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Hal ini tentu sangat menyulitkan dan memakan waktu lebih banyak jika dibandingkan proses pendaratan ikan yang dilakukan di kolam pelabuhan dan dermaga. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis pada umumnya dilakukan pada pukul 04.00 – 11.00 WIB. Hal ini disebabkan karena kebiasaan nelayan setempat yang biasa menangkap ikan pada malam hari atau menjelang subuh. Menurut Batubara (1989) vide Rahardiansyah (2003), pembongkaran hasil tangkapan harus dilakukan pada pagi hari untuk menghindari pengaruh langsung panas matahari. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses pembongkaran hasil tangkapan adalah menjaga mata rantai pendinginan
dengan
menyediakan
wadah-wadah
yang
berisi
es
serta
memperhatikan cara pengangkatan ikan sehingga badan ikan tidak tertekuk. Aktivitas pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI juga harus dilakukan dengan baik dan hati-hati sesuai dengan prosedur yang ada. Adapun cara penanganan pada saat pengangkutan adalah sebagai berikut (Rahardiansyah, 2003) : 1) Ikan secepat mungkin diangkut ke tempat penimbangan dengan menggunakan alat angkut lori atau kereta dorong;
117
2) Selama pengangkutan sebaiknya ikan diangkut melalui tempat yang teduh atau ditutupi agar terhindar dari sinar matahari langsung; 3) Lori atau kereta dorong hanya digunakan untuk mengangkut ikan dalam wadah. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis belum memperhatikan aspek kebersihan. Hal ini dapat dilihat dari blong maupun keranjang yang digunakan dalam keadaan kotor karena tidak dibersihkan sebelumnya. Dalam pengangkutan menuju TPI, nelayan juga tidak menggunakan penutup. Menurut Rusmali (2004), hal ini menyebabkan ikan terkena sinar matahari langsung dan polusi udara yang akan berdampak kepada penurunan mutu ikan yang akan dijual di TPI. Penanganan hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis masih sangat kurang, hanya sedikit nelayan yang menggunakan es untuk menjaga kualitas hasil tangkapan. Dalam melakukan satu trip penangkapan ikan, nelayan hanya membawa sekitar seperdelapan sampai seperempat dari balok es berukuran 25 kg. Penanganan atas mutu ikan hasil tangkapan sangat penting dilakukan oleh nelayan. Mutu juga menunjukkan kualitas dari hasil tangkapan yang didaratkan sehingga dapat meningkatkan daya tawar saat pemasaran ikan, baik melalui pelelangan maupun tanpa pelelangan. Ada 3 cara utama untuk memperlambat penurunan kualitas pada ikan, yaitu kehati-hatian dalam penanganan, kebersihan dan menjaga produk tetap dingin (Hamzah, 2010). Lubis (2012) menjelaskan, penanganan seperti memasukkan ikan ke dalam cool room sesaat setelah ikan didaratkan atau memberikan es secukupnya agar terjaga mutunya. Perlu diperhatikan teknik pemberian es terhadap ikan dalam boks fiber atau basket. Pemberian es ke dalam suatu boks yang berlapis hendaknya jarak antara sekat dengan tinggi lapisan ikan sekecil mungkin dan es yang digunakan adalah es curah. Seandainya yang digunakan adalah basket tunggal atau tidak berlapis, maka es dituang pada setiap lapisan ikan. Ditinjau dari jumlah pendaratan dan volume hasil tangkapan yang didaratkan, PPI Batu Karas merupakan PPI dengan jumlah pendaratan dan volume pendaratan hasil tangkapan paling banyak dibandingkan dengan PPI lainnya.
118
Namun menurut DKP Kabupaten Ciamis (2011), jenis ikan ekonomis penting yaitu udang jerbung, lobster, bawal, kakap, tenggiri, layur dan kerapu yang didaratkan di PPI Batu Karas pada tahun 2010 adalah sebesar 36,96 ton atau 30,04% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan ikan ekonomis penting di Kabupaten Ciamis pada tahun tersebut. PPI Parigi merupakan PPI yang paling banyak mendaratkan jenis ikan ekonomis penting dengan jumlah volume produksi sebesar 52,70 ton atau 42,84% dari jumlah volume produksi hasil tangkapan ikan ekonomis penting di Kabupaten Ciamis pada tahun tersebut. 6.6.2 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan Pelelangan ikan merupakan awal dari aktivitas pemasaran hasil tangkapan hampir di seluruh PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Nelayan yang telah mendaratkan hasil tangkapannya kemudian menimbang jumlah ikan yang dimilikinya untuk dicatat oleh petugas TPI. Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran merupakan satu-satunya PPI yang tidak memasarkan hasil tangkapannya melalui aktivitas pelelangan ikan, hal ini disebabkan karena terlibatnya pengurus KUD Minasari dalam kasus korupsi dalam pengadaan bantuan perahu motor tempel pasca tsunami. Lubis (2012) menjelaskan, dengan mekanisme pemasaran tanpa lelang mengakibatkan peran bakul/tengkulak untuk menekan harga ikan semakin besar, sehingga harga jual ikan dari nelayan menjadi rendah. Nelayan hanya berperan sebagai penerima harga (price taker) karena posisi tawar yang lemah atau bahkan tidak berperan sama sekali. Pelelangan ikan merupakan suatu aktivitas utama terpenting di pelabuhan perikanan, sehingga perlu dikelola secara optimal. Aktivitas lelang ini berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga ikan sehingga akan menentukan berapa besaran pendapatan nelayan (nelayan pemilik dan nelayan buruh). Pelelangan ikan merupakan satu-satunya mekanisme pemasaran ikan yang bertujuan untuk mendapatkan harga yang layak bagi nelayan maupun pedagang (Lubis, 2012). Konstruksi bangunan TPI harus memenuhi persyaratan kebersihan seperti lantai mempunyai kemiringan yang cukup sehingga memungkinkan air di permukaan lantai dapat mengalir ke selokan dan tidak tergenang. Selain itu, ikan
119
yang dilelang di TPI tidak boleh diletakkan begitu saja di lantai, dilangkahi atau diinjak (Rahayu, 2000). Hal ini sangat berbeda dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, aktivitas pelelangan ikan di semua lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis belum memperhatikan kebersihan. Ikan yang akan dilelang diletakkan begitu saja di atas lantai yang kotor. Ikan hasil tangkapan yang didaratkan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis dipasarkan baik secara lokal melalui pasar ikan dan industri pengolahan ikan maupun untuk memenuhi kebutuhan pariwisata pantai di Pangandaran dan Batu Karas; Kabupaten Ciamis dan luar Kabupaten Ciamis yaitu Banjar, Tasikmalaya dan Bandung. Jenis hasil tangkapan ekonomis penting yaitu udang, lobster dan layur yang didaratkan di PPI Pangandaran, PPI Parigi dan PPI Batu Karas diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan melaui PT. ASI Pujiastuti dan CV. Budi Dharma yang terletak di Kecamatan Pangandaran. Ikan hasil tangkapan yang telah dilelang tidak hanya dipasarkan dalam bentuk ikan segar, berbagai jenis ikan seperti teri, layang, tongkol, kuwe dan ikan rucah dijual dalam bentuk olahan. Pengolahan ikan ini dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah kepada ikan yang dijual dan menjaga mutunya agar tetap baik meskipun disimpan lama. Aktivitas pengolahan ikan ini dilakukan oleh penduduk yang tinggal di sekitar PPI dan masih bersifat industri rumah tangga. Jenis olahan yang paling banyak dilakukan di PPI yang ada di Kabupaten Ciamis adalah pengasinan, pemindangan dan terasi. Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran lokal di sekitar PPI adalah dengan menggunakan kendaraan roda dua seperti sepeda dan sepeda motor. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam kotak styrofoam, ember plastik atau keranjang bambu yang telah diberi es. Untuk pemasaran ke luar kota, alat transportasi yang digunakan berupa mobil pick up terbuka. Ikan yang akan dipasarkan disimpan di dalam blong plastik atau kotak fiber yang telah diberi es. Pendistribusian ikan hasil tangkapan sebaiknya dilakukan dengan sarana transportasi mobil bak tertutup. Selama aktivitas pendistribusian hasil tangkapan, suhu ikan dipertahankan dalam keadaan dingin dengan cara menambahkan es selama dalam perjalanan secara cukup, serta menutup ikan yang berada dalam boks dengan menggunakan terpal atau bahan lainnya. Untuk transportasi jarak
120
jauh sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk menjaga kualitas ikan agar tetap baik (Anonymous, 1997 vide Rahardiansyah, 2003). Lubis et al. (2010) menjelaskan, proses penanganan merupakan suatu hal yang penting untuk hasil tangkapan ikan segar mulai saat ikan didaratkan di pelabuhan perikanan sampai selama transportasi pendistribusian menuju hinterland-nya. Penanganan ikan harus cepat dilakukan untuk memperlambat kebusukan. Peningkatan pemantauan penanganan hasil tangkapan dapat dilakukan melalui sosialisasi terhadap nelayan, pedagang atau pengusaha agar tercipta penanganan hasil tangkapan yang higienis. Hal ini dapat dilakukan melalui pencucian ikan dengan air bersih, penggunaan basket yang higienis, melakukan pengecekan sarana transportasi dan pendukungnya, seperti sarana transportasi harus berpendingin (truk berpendingin), sarana transportasi dalam keadaan bersih dari kontaminasi, sarana transportasi dipastikan dalam kondisi baik dan aman, tidak rusak atau bermasalah. Tabel 32 Perkembangan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 – 2010 Tahun
PPI Pangandaran Rasio NP/P
2006
PPI Parigi
I
Rasio NP/P
12.008,13
1,16
2007
14.122,87
2008
18.211,96
2009 2010
PPI Batu Karas
PPI Cimerak
PPI Kalipucang
I
Rasio NP/P
I
9.594,73
0,92
8.564,06
0,83
14.968,67
1,44
9.471,02
0,91
1,09
12.564,30
0,97
9.835,44
0,76
30.123,83
2,33
11.783,98
0,91
1,23
14.023,55
0,95
10.467,48
0,71
30.618,74
2,08
13.060,02
0,89
22.422,12
1,44
14.878,51
0,96
10.996,95
0,71
29.178,65
1,88
32.264,31
2,08
21.921,27
1,31
18.627,34
1,11
13.435,01
0,80
23.043,76
1,37
133.061,05
7,93
Rasio NP/P
I
Rasio NP/P
I
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Untuk mengetahui harga jual ikan dan kualitas pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis dapat digunakan pendekatan dengan menggunakan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi. Pada Tabel 32 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010, PPI Kalipucang mempunyai rasio NP/P tertinggi dibandingkan PPI lainnya pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 133.061,05 dengan indeks relatif nilai produksi terbesar, yaitu 7,92. Hal ini disebabkan karena jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan dan dipasarkan di PPI ini bersifat homogen yaitu hanya terdiri dari udang lobster yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi.
121
Jika ditinjau dari jenis hasil tangkapan yang didaratkan beragam, PPI Cimerak memiliki rasio NP/P tertinggi dibandingkan dengan PPI lainnya pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 23.044,76 dengan indeks relatif nilai produksi sebesar 1,37. Nilai tersebut menunjukkan bahwa PPI Cimerak memiliki indikator harga ikan paling tinggi dibandingkan dengan PPI lainnya dan kualitas pemasaran ikan di PPI ini lebih baik dibandingkan dengan kualitas pemasaran ikan di tingkat Kabupaten Ciamis.
Rasio NP/P (Rp/kg x 1.000)
140 120 100 80 60 40 20 0 2006
2007 PPI Pangandaran
2008 Tahun PPI Parigi
PPI Cimerak
PPI Kalipucang
2009
2010 PPI Batu Karas
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 69 Kurva perkembangan rasio NP/P di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis tahun 2006 – 2010 Perkembangan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi pada tahun 2006 – 2010 memperlihatkan bahwa PPI Cimerak mendominasi dari tahun 2006 – 2008 (Gambar 69 dan Gambar 70). Jenis hasil tangkapan didaratkan yang didominasi jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi diduga mengakibatkan nilai rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi di PPI ini lebih besar dibandingkan PPI lainnya. Pangkalan Pendaratan Ikan Batu Karas merupakan PPI yang memiliki rasio NP/P terendah pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 13.435,01 dengan indeks relatif nilai produksi sebesar 0,80. Dalam perkembangan rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi pada tahun 2006 – 2010, PPI Batu Karas merupakan PPI dengan nilai rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi terendah dibandingkan PPI
122
lainnya, selain itu indeks relatif nilai produksi di PPI ini kurang dari 1. Nilai tersebut menunjukkan bahwa indikator harga ikan di PPI Batu Karas paling rendah dibandingkan dengan PPI lainnya dan kualitas pemasaran ikan di PPI ini kurang baik dibandingkan dengan kualitas pemasaran ikan di tingkat Kabupaten Ciamis. Rendahnya nilai rasio NP/P dan indeks relatif nilai produksi di PPI Batu Karas disebabkan karena jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI ini beragam dan didominasi oleh jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis rendah (Tabel 17 subsubbab 5.3.1).
Indeks Relatif Nilai Produksi
8 7 6 5 4 3 2 1 0 2006
2007 PPI Pangandaran PPI Cimerak
2008 Tahun PPI Parigi PPI Kalipucang
2009
2010 PPI Batu Karas
Sumber : DKP Kabupaten Ciamis (2011); diolah kembali
Gambar 70 Kurva perkembangan indeks relatif nilai produksi di 5 lokasi PPI di Kabupaten Ciamis Kualitas pemasaran di suatu pelabuhan perikanan erat kaitannya dengan kekuatan hasil tangkapan (KHT) didaratkan di suatu tempat pendaratan atau suatu pelabuhan perikanan. Pane (2009) menjelaskan, KHT adalah kemampuan atau keunggulan hasil tangkapan yang ada di suatu tempat pendaratan atau pelabuhan perikanan tersebut. Kekuatan hasil tangkapan di suatu pelabuhan perikanan meliputi komponen-komponen : 1). Jenis-jenis ikan yang tersedia; 2). Volume atau ketersediaan jumlah ikan; 3). Mutu ikan; 4). Ukuran ikan yang tersedia dan 5). Harga ikan. Bagi pedagang dan pengolah ikan, ketersediaan jenis-jenis ikan bernilai ekonomis atau sesuai dengan kebutuhan konsumen di suatu pelabuhan
123
perikanan akan mengakibatkan pedagang dan pengolah ikan tertarik melakukan pembelian di pelabuhan tersebut dan terjaminnya kelangsungan aktivitas mereka. Berdasarkan penjelasan di atas, Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, kiranya dapat memberikan perhatian semua PPI yang ada di Kabupaten Ciamis. Pembangunan berbagai fasilitas kepelabuhanan perikanan khususnya yang berkaitan dengan aktivitas pendaratan, pemasaran dan penanganan hasil tangkapan diharapkan dapat meningkatkan aktivitas nelayan, pedagang dan pengolah ikan di PPI tersebut. Hal ini dikarenakan keberadaan fasilitas kepelabuhanan perikanan yang ada di 5 lokasi PPI tersebut masih sangat kurang (Tabel 31 subsubbab 5.6.3). Selain itu, diperlukan peningkatan kesadaran kepada semua pihak yang terlibat dalam aktivitas pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di 5 lokasi PPI yang ada di Kabupaten Ciamis dalam melakukan penanganan hasil tangkapan melalui berbagai aktivitas seperti penyuluhan, pembinaan dan pelatihan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hasil tangkapan sehingga dapat meningkatkan harga jual hasil tangkapan yang dipasarkan di PPI tersebut.