KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX F SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh KHAIRUNISA RRA1B109045
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan menulis cerpen oleh siswa kelas IX F SMPN. 24 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/20014.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis cerpen oleh siswa kelas IX F SMPN. 24 Kota Jambi dikategorikan baik dengan persentase 67,69%. Rinciannya pada unsur-unsur cerpen (1) penggunaan plot berkriteria cukup 64,84% (2) pendeskripsian latar (setting) berkriteria cukup dengan 64,09% (3) penggunaan gaya bahasa berkriteria cukup dengan 63,72% (4) pemilihan dan mengemas tema berkriteria cukup dengan 68,79% (5) penggunaan sudut pandang berkriteria cukup dengan 83,83% (6) kemampuan mengemas amanat berkriteria sangat baik dengan 72,55% (7) penggambaran tokoh dan penokohan berkriteria sangat cukup dengan 72,18%. I.
PENDAHULUAN
Tingkat satuan pendidikan (KTSP) khususnya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pemerintah menghendaki suasana pembelajaran yang menarik agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya. Proses pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam berbahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa adalah menulis cerpen. Kegiatan menulis cerpen merupakan kegiatan yang dapat menuangkan pikiran, perasaan dan gagasan kedalam sebuah cerita, cerita pendek juga merupakan kegiatan yang sulit dilakukan namun akan mudah apabila kita mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Banyak manfaat dari menulis cerpen dengan adanya pembelajaran
tersebut materi pembelajaran menulis cerpen
dianggap sangatlah penting bagi siswa.
Berdasarkan informasi awal yang peneliti dapatkan, bahwa sebagian siswa kelas IX F di SMP Negeri 24 Kota Jambi diharapkan pada persoalan yang berhubungan dengan kegiatan menulis, terutama dalam menulis cerpen. Sebagian besar dari mereka kurang begitu memahami apa itu unsur –unsur pembangun cerpen mempunyai peranan yang penting dalam penulisan sebuah cerpen yang baik. Untuk itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana kemampuan siswa kalas IX F SMPN.24 Kota Jambi tahun ajaran 2013/2014 dalam menulis cerpen dengan memperhatikan unsur-unsur pembangunan cerpen. Berdasarkan permasalan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti kemampuan siswa dan penulis dikembangkan dalam bentuk judul skipsi dengan judul ” Kemampuan Menulis Cerpen oleh Siswa Kelas IX F SMP Negeri 24 Kota Jambi tahun pelajaran 2013/2014” II.
PEMBAHASAN
2.1
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pembelajaran yang wajib, karena dengan pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih terampil. Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi empat aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis keempat aspek itu saling berkaitan. 2.2 Pembelajaran Menulis Cerpen Pembelajaran menulis cerpen di SMP Negeri 24 Kota Jambi salah satunya adalah pembelajaran menulis cerpen.Pembelajaran menulis cerpen dapat dilihat pada silabus dan rencana pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IX, yang mengatakan kembali pikiran, perasaan dan pengalaman dalam bentuk cerita pendek, BNSP. Menerapkan unsur-unsur pembangun cerpen merupakan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kegiatan menulis cerpen di SMP Negeri 24 Kota jambi.Pembelajaran menulis cerpen menerapkan unsur-unsur pembangun cerpen, terdiri atas penerapan (1). Alur, (2).tokoh dan penokohan, (3).latar (4).sudut pandang, (5).gaya bahasa (6).amanat, (7).tema dan. Hal ini sejalan dengan pendapat Siswanto (2008: 142 ) yang menyatakan bahwa pada umumnya para ahli
membagi unsur intrinsik prosa atas alur (plot), tokoh dan penokohan, latar ceria atau (setting), titik pandang (sudut pandang) gaya bahasa, amanat, dan tema.
2.2
Hakikat Menulis
Menulis merupakan kegiatan pemindahan pikirsn kedalam tulisan secara tidak langsung menulis juga merupakan pengungkapan pengalaman secara tertulis, pengalaman itu dapat berupa pengalaman sendiri dan dapat pula berupa itu dapat berupa pengalaman yang diperoleh oleh orang lain atau dari membaca buku. Menulis bertujuan untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Pesan adalah isi muatan yang terkandung dalam tulisan. Tulisan merupakan sebuah system komunuikasi antar manusia dalam menggunakan symbol atau lambing bahasa yang sudah disepakati pemakainnya. Komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat di dalamnya yaitu penulis sebagai suatu pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan dan pembaca sebagai penerima pesan.
2.3
Tata Cara Menulis Tahap Pratulis
Tahap pratulis merupakan merupakan tahap awal dalam proses pengembangan ide sebelum menulis. Sedangkan, Akhadiah (1988: 3) menyatakan bahwa “tahap ini merupakan tahapan perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa kegiatan. “Selanjutnya Semi (2007 : 46) menyatakan bahwa kegiatan persiapan dalam menulis terdiri dari empat jenis yaitu menetapkan jenis yaitu menetapkan topic sebagai langkah awal memulai tulisan, menetapkan tujuan agar kitsa mengetahui kemsana arah tulisan kita, mengumpulkan infomasi pendukung dan perancang tulisan agar tulisan lebih bagus dan lebih menarik. Hasil pemilihan ini disusun dalam suatu susunan yang disebut dengan kerangka tulisan.
Tahap Penulisan Tahap penulisan merupakan tahap yang paling penting karena pada tahap ini semua persiapan yang telah dilakukan pada tahap pratulis dituangkan ke dalam kertas. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan saat mencurahkan gagasan kedalam konsep tulisan, yang pertama yaitu konsentrasi terhadap gagasan pokok tulisan, agar selama menulis pikiran siswa hanya terpusat pada satu gagasan saja. Yang
kedua yaitu kosentrasi terhapat tujuan tulisan sehingga tulisan tidak melenceng ketujuan yang lainnya, dan ketga adalah kosentrasi terhadap siapa calon pembacanya.
Tahap Penyutingan Tahap ini merupakan penyelesaian akhir tulisan.Tahap ini penting dilakukan karena pada saat menulis kerangka tulisan atau outline masih terdapat berbagai kesalahan. Akhadiah (1988 :5) menyatakan bahwa “tahap ini biasanya dilakukan untuk meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan cacatan kaki, daftar pustakan, dan sebagainya”. Disekolah,hal ini dapat dilakukan dengan memberikan intruksi pada siswa untuk mengoreksi hasil tulisan dikumpilkan kepada guru.
2.4
Hakikat Cerita Pendek
ceriat pendek orang boleh bertengkar, tetapi cerita yang seratus halaman panjangnya sudah tidak bisa disebut cerita pendek dan memang tidak ada cerita pendek yang sedemikian panjangnya. Cerpen sebagai hasil karya sastra yang tergolong dalam fisik merupakan sebuah cerita, tujuannya untuk memberikan hiburan kepada pembaca untuk memprooleh kepuasan batin disamping adanya tujuan estetika.
2.5
Kriteria Cerpen a. Cerpen itu harus pendek.
Tidak menguras waktu pembacanya, bisa selesai dibaca dalam waktu singkat tapi tetap memberikan kesan yang mendalam. Cerpen bagaikan kain ketat, tak banyak memberi kelonggaran. Pengarang cerpen ulung selalu menghindari uraian berkepanjangan tentang tokoh cerita atau pemandangan alam. b.
Cerpen membuat efek yang tunggal dan unik. Sebuah cerpen yang baik hanya punya satu pikiran utama dan action yang
bisa dikembangkan melalui sebuah garis dari awal hingga akhir. Berbeda dengan novel yang memungkinkan memiliki garis-garis sampingan atau cerita-cerita penyeling, cerpen tidak punya hak untuk ngelantur ke berbagai soalan lain. c.
Cerpen harus ketat dan padat.
Seorang cerpenis harus berusaha memadatkan setiap detil pada ruang tulisannya sepadat mungkin. Tiada ruang untuk memaparkan serbaneka kejadian atau serba detil karakter seperti pada novel. Maksudnya tidak lain agar pembaca mendapat kesan tunggal dari keseluruhan cerita. Inilah sebabnya dalam cerpen amat dituntut ekonomi bahasa. Segalanya harus diseleksi secara ketat, agar misi yang hendak disampaikan dapat dikemukakan secara tajam, dan menghunjam ke dalam hati pembacanya.
d.
Cerpen harus tampak sungguhan. Cerpen memang karya fiksi tapi harus diupayakan agar terkesan nyata.
Sebab “tampak seperti sesungguhnya” adalah prinsip seni penceritaan sebuah cerita termasuk pula cerpen. Semua fiksi tak boleh kentara nilai fiksi atau imajinasinya meskipun semua orang tahu bahwa itu hanya fiksi belaka. Oleh karena itu, seorang cerpenis jangan membuat plot atau alur cerita yang mustahil. Jangan pula melebihlebihkan karakter tokoh ceritanya seperti pada kartun atau karikatur.
e.
Cerpen harus memberi kesan yang tuntas. Selesai membaca cerpen, pembaca harus merasa bahwa cerpen itu benar-
benar selesai. Tidak boleh tidak cerita itu harus rampung pada suatu titik. Jika tidak, pembaca akan bertanya-tanya atau bahkan merasa kecewa. Itu prinsip menulis cerpen rumusan Edgar Allan Poe. Namun pada kenyataannya banyak juga cerpen terkenal yang melanggarnya.
2.6
Unsur Pembangun Cerpen
a. Tema Menurut Kusrini (2008:34)”tema adalah ide pokok atau landasan cerita”. Menurut Kokasih (2012:40) tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita, tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya. Tema merupakan pokok pikiran atau gagasan utama dalam karya sastra. Tema tidak dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya, unsur yang digunakan pengarang untuk menyalurkan tema ceritanya biasanya melalui alur cerita, tokoh cerita dan perkataan yang digunakan pengarang. b. Amanat
Siswanto (2008 :163) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita. pemilihan amanat haruslah mampu menyimpan amanat dalam keseluruhan isi cerpen, dan amanat yang disampaikan mengandung ajaran moral didaktis.
c. Alur Menurut Suharyanto menyatakan : alur atau plot terdiri atas lima (1) pemaparan atau pendahuluan,yakni bagian cerita tempat pengarang mulai melukiskan suatu keadan yang merupakan awal cerita (2) penggawatan,yaitu bagan yang melukiskan tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita yang mulai bergerak (3) penajakan, yakni bagan cerita yang melukiskan konflik-konflik yang mulai memuncak (4) puncak atau Klimaks,yaitu bagian yang melukiskan peristiwa mencapai puncaknya (5) peleraraian,yaitu bagian cerita tempat pengarang memberikan pemecahkan dari semua peritiwa yang telah terjadi dalam cerita. Sedangkan dilihat dari penyusunan perstiwa atau bagian-bagiannya,alur atau plot cerita dapat dibedakan menjadi plot kronologis atau plot cerita dapat dibedakan menjadi plot kronologis plot progresif,dan plot regresif atau flash back.
menggunakan alur haruslah alur yang digunakan konsisten, alurnya masuk akal, sangat memberikan kejutan, dan adanya keutuhan dari keseluruhan cerita yang dibangun.
d. Tokoh dan Penokohan Titik dkk (2012 :51)”Tokoh atau pelaku dalam sebuah cerita disebut tokoh’’.Pelaku atau tokoh utama juga disebut protagonis yang berperan sangat penting dan menjadi pusat perhatian dalam cerita. Penokohan dalam cerpen mengacu pada watau atau sifat, pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Menurut Husnul (2011:31) “watak tokoh dibedakan menjadi tiga macam yaitu tokoh protagonist (baik), antagonis (jahat) dan tirtagonhis (penengah)”. Watak tokoh dapat diketahui melalui nada suara, ungkapan yang digunakan, dan gerak-gerik. pemilihan tokoh dan penokohan haruslan mengandung unsure kewajaran, mengandung aspek imajinasi, serta mampu menggambarkan watak tokoh secara kompleks dan disampaikan secara dramatik.
e. Latar atau setting Menurut Wiyatmi (2006:40) ” latar/setting dibedakan menjadi tiga macam yaitu latar
tempat,waktu
dan
sosial.Latar
tempat.
Dilokasi
mana
peritiwa
terjadi,didesa apa, kota apa, dan sebagainya. Latar waktu berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Latar memikliki fungsi untuk member konteks cerita. Kokasih
(2012:38).
Latar
adalah
suatu
lingkungan
tempat
untuk
mengekspresikan cerita juga tokoh dan tempat terjadinya peristiwa didalam sebuah cerita itu. Latar pada umumnya menyangkut tiga unsur tempat, waktu dan suasana/ budaya. Latar atau setting merupakan keterangan tempat, ruang dan waktu berlangsungnya
kejadian
dalam
cerita
yang
berfungsi
memperkuat
dan
mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya cerita ataupun pada karakter tokoh . memilih
latar
haruslah
latanya
membuah
cerita
lebih
logis,
dapat
menngerakkan perasaan atau emosi pembaca, mampu menciptakan mud atau perasaan pembaca dan mampu menggunakan latar sebagai tempat untuk mengungkapkan nilai-nilai.
f.
Gaya Bahasa Pengarang Inggris yang terkenal George Berbard Shaw,menyatakan bahwa
“gaya bahasa adalah cara atau teknik pengarang dalam menuturkan cerita. Ini berkaitan dengan bahasa, dan erat hubungannya dengan kepribadian pengarang itu sendiri. Pengarang yang memiliki rasa humor, lucu, membuat pembaca tertawa senang atau atau kagum. Cara pengungkapannya lincah adan jenaka. menggunakan gaya bahasa haruslah mampu memilih kata dan penggunaan kalimat
yang
baik,
mampu
menyuguhkan
dialog
yang
indah,
terampil
menggambarkan detail dan mampu mengandung persoalan secara bijak dan logis.
g.
Sudut Pandang Kusrini (2008 :05) mengatakan bahwa “sudut pandang merupakan segi
penceritaan, pencerita dapat berlaku sebagai tokoh utama dengan mengungkapkan kata ganti aku, saya, atau kami atau berlaku sebagai pengamat dengan menggunakan kata ganti dia, mereka, ia atau ganti nama. Sejalan dengan kusrini Aminudin berpendapat bahwa “sudut pandang adalahbagaimana cara pengarang menampilkan pelaku dalam cerita yang dipaparkan.”. menggunakan sudut pandang haruslah memilih sudut pandang yang mampu melebur atau menggabungkan tema dengan fakta cerita, mampu menyeleksi kejadian-kejadian yang disajikan, mampu mengarahkan pembaca untuk mengikuti cerita yang disajikan, dan mampu menyadarkan pembaca tentang siapa yang sedang dipaparkan. III.
METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk menggambarkan secara objektif tentang suatu seperti apa adanya. Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
3.2
.Subjek Penelitian
Subjek adalah seluruh populasi yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX f SMPN 24 Kota Jambi yang berjumlah 38 orang.
3.3
.Data dan sumber data Data Data penelitian adalah kemampuan menulis siswa dikelas IX F SMPN 24
Kota Jambi Tahun pelajaran 2013/2014 dalam bentuk cerita pendek. Sumber Data Sumber data dari penelitian ini adalah Hasil dari Tulisan siswa dikelas IX F SMPN 24 Kota Jambi Tahun pelajaran 2013/2014 dalam bentuk cerita pendek.
3.4
. Instrumen Penelitian
Insutrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja yaitu tes kemampuan siswa dalam menulis cerpen Validitas Penelitian ini menggunakan validitas isi karena peneliti akan meneliti kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan instrument beberapa tes unjuk kerja Reliabilitas Secara konvensional, reliabilitas sebagai ciri tes yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan pengukuran yang sama atau tidak berubah-ubah. Arikunto (2002 :154) menyatakan bahwa “reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat untuk mengumpul data karena instrument tersebut sudah baik”.Instrumen yang dapat dipercaya,yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataan, maka beberapa kalipun diambil akan tetap sama. menemukan skor reliabilitas penerapan unsur-unsur pembangun cerpen dalam tulisan siswa digunakan metode antar penilai. Dalam penerapan metode ini, setiap pekerjan siswa dinilai lebih dari suatu orang penilai, sekurang-kurangnya dua orang,yaitu peneliti dan guru pelajaran disekolah
3.5 . Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif. Analisis data yang dilakukan adalah dengan menghitung persentase dari penilaian kemampuan menulis cerpen dalam penilaiannya memperhatikan aspek-aspek berikut : (1). Penggunaan plot (2).Pendeskripsian latar (setting), (3). Penggunaan bahasa (4). Pemilihan dan mengemas tema (5). Penggunaan sudut pandang, (6). Kemampuan mengemas amanat. (7). Penggambaran tokoh dan penokohan. Dari masing-masing aspek tersebut akan ditetapkan skor maksimal. Penskoran menggunakan format yang dimodifikasi dari Sugiyono (2012 : 191 ) pada tabel berikut. Table 3.2 Skor Masing-masing Aspek Penilaian Kemampuan Siswa Kelas IX F SMPN 24 Menulis CerpeN No Aspek penilaian Skor tertinggi
1
Pemilihan dan pengemasan tema
5
2
Kemampuan mengemas amanat
5
3
Perangkaian alur atau plot
5
4
Menggambarkan tokoh dan penokohan
5
5
Mendeskripsikan latar/ setting
5
6
Penggunaan gaya bahasa
5
7
Penggunaan sudut pandang
5
Jumlah
35
Setelah diketahi skor yang diperoleh siswa yang berdasarkan kisi-kisi penilaian menulis cerpen pada tabel 3.3 maka skor tersebut dimasukan dalam tabel berikut:
Untuk
memperoleh
nilai
rata-rata
kemampuan
menulis
untsur-unsur
pembangun cerpen dan kemampuan menulis cerpen secara keseluruhan akan dijumlahkan oleh dua peneliti yaitu, peneliti dan guru Bahasa Indonesia dikelas IX f SMP N 24 Kota Jambi dengan menggunakan rumus Djiwandono (1996: 102 )
= Keterangan : P1 = Penilai 1, yaitu peneliti. P2 = Penilai 2, yaitu guru Bahasa Indonesia kelas IX F Hasil dari penjumlahan tersebut dikonversikan dalam tabel seperti berikut.
Dari penjumlahan tersebut akan diperoleh nilai rata-rata kemampuan semua siswa. Selanjutnya akan dicari persentase kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan menggunakan rumus Ali (1993 :186 ).
x 100% = Keterangan: % = Persentase tinggkat kemampuan siswa n = Jumlah nilai rata-rata N = Jumlah keseluruhan skor maksimal
Nilai N diperoleh dari skor maksimal dikali banyaknya subjek. Untuk skor maksimal adalah 7 dikali banyaknya subjek yaitu 38 orang siswa, jadi jumlah keseluruhan skor maksimal (N) adalah 266 jumlah dari nilai rata-rata dari semua unsure pembangun cerpen akan dikelompokan dalam tabel berikut. Langkah terakhir jumlah dari P1 dan P2 yang dirangkum dalam tabel 3.6 dari keseluruhan unsur-unsur cerpen akan dibagi banyaknya unsure pembangun cerpen, yaitu tujuh, dari hasil tersebut akan didapat kesimpulan kemampuan siswa kelas IX F SMPN 24 Kota Jambi dalam menulis cerpen. Menentukan
predikat
kemampuan
menulis
unsur-unsur
cerpen
alam
kemampuan menulis cerpen secara keseluruhan dalam penelitian ini peneliti berpedoman pada kriteria yang dimodifikasi dari Nurgiyantoro (1987 :363 ) seperti dalam tabel berikut. Tabel 3.7 Interval Persentase Kemampuan Siswa Kelas IX F dalam Menulis Cerpen Interval Persentase Keteranagan 85%-100%
Baik Sekali
75%-85%
Baik
60%-75%
Cukup
40%-59%
Kurang Baik
0%-39%
Tidak Baik (Nurgiantoro 1987:363)
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Alur Berdasarkan perhitungan dapat diketahui kemampuan menulis cerpen oleh siswa kelas IX F SMPN.24 Kota Jambi dalam unsur alur (plot) adalah 64,84 % , indek penilaian ini masuk dalam interval 60-75% dengan kategori cukup.
2. Latar atau setting Berdasarkan perhitungan dapat diketahui kemampuan menulis cerpen oleh siswa kelas IX F SMPN.24 Kota Jambi dalam unsur mendeskripsikan latar
(setting) adalah 64,09 % , indek penilaian ini masuk dalam interval 60-75% dengan kategori cukup. 3. Gaya bahasa Berdasarkan perhitungan dapat diketahui kemampuan menulis cerpen oleh siswa kelas IX F SMPN.24 Kota Jambi dalam unsur menggunakan gaya bahasa adalah 63,72 % , indek penilaian ini masuk dalam interval 60-75% dengan kategori cukup. 4. tema Berdasarkan perhitungan dapat diketahui kemampuan menulis cerpen oleh siswa kelas IX F SMPN.24 Kota Jambi dalam unsur pemilihan dan mengemas tema adalah 68,79 % , indek penilaian ini masuk dalam interval 60-75% dengan kategori cukup.
5. Sudut pandang Berdasarkan perhitungan dapat diketahui kemampuan menulis cerpen oleh siswa kelas IX F SMPN.24 Kota Jambi dalam unsur menggunakan sudut pandang adalah 72,55 % , indek penilaian ini masuk dalam interval 60-75% dengan kategori cukup. 6. amanat Berdasarkan perhitungan dapat diketahui kemampuan menulis cerpen oleh siswa kelas IX F SMPN.24 Kota Jambi dalam mengemas amanat adalah 72,18 % , indek penilaian ini masuk dalam interval 60-75% dengan kategori cukup. 7. Tokoh dan penokohan Berdasarkan perhitungan dapat diketahui kemampuan menulis cerpen oleh siswa kelas IX F SMPN.24 Kota Jambi dalam menggambarkan tokoh dan penokohan adalah 67,66 % , indek penilaian ini masuk dalam interval 6075% dengan kategori cukup. V.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dalam bab IV, kemampuan siswa dalam kelas IX F
SMPN.24 Kota Jambi dalam menulis cerpen memperoleh 67,69%. Berdasarkan tabel kriteria interval persentase kemampuan menulis cerpen, perolehan tersebut
terdapat
pada interval 60-75% berkriteria baik maka disimpulkan bahwa
kemampuan siswa kelas IX F SMPN.24 Kota Jambi dalam menulis cerpen tahun pelajaran 2013/2014 berkriteria baik. Selain itu jika ditinjau dari kriteria ketuntasan minimal (KKM ) pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN.24 Kota Jambi yaitu 70 Sehingga nilai 67,69% Tersebut masuk nilai yang berkriteria tidak tuntas. 2.
Saran Berdasarkan penelitian, penulis mengemukakan saran- saran sebagai berikut : 1. Bagi guru Bahasa Indonesia di SMPN.24 Kota Jambi diharapkan untuk meningkatkan pembelajaran mengenai menulis cerpen berdasarkan unsurunsur pembangun cerpen 2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti penulisan cerpen diharapkan dapat memanfaatkan skripsi ini sebagai bahan rujukan.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, M. 1993, Penelitian kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Djuharie, S dan Suherli. 2001. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama Widya Kosasih. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Jakarta:Yrama Widya. Husnul, Ade. 2010. Mengenal dan Mengidentifikasi Drama. Jakarta: PT Wadah Ilmu Husnul, Ade dan Ihsan Nuugraha. 2010a. Menulis Kreatif Naskah Drama. Jakarta: PT Wadah Ilmu Husnul, Ade dan Ihsan Nuugraha. 2010b. Mengenal dan Memahami Isi Cerita. Jakarta: CV Citraunggul Laksana Margono, S. 2009. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara Nurgiantoro, Burhan. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE
Semi, M, Atar. 2007. Keterampilan Menulis. Padang: FPBS IKIP Padang
Sumber:online http://idtesis.com/peningkatan -kemampuan -menulis -cerpen melaluiteknik-pengandaian-diri-sebagai-tokoh-dalam-cerita-dengan media-audiovisual-pada-siswa-kelas-x4-sma-n-2-tegal
Ws, Titik. 2012. Kreatif menulis cerita anak. Bandung: nuansa Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publiser