4
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang suatu kegiatan investasi yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat atau tidak. Studi kelayakan bisnis sering disebut juga feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan untuk menerima atau menolak suatu rencana bisnis yang direncanakan dan menghentikan atau mempertahankan bisnis yang sudah/sedang terlaksana. Pihak-pihak yang memerlukan studi kelayakan bisnis yaitu investor, kreditor/bank, analis, masyarakat dan pemerintah (Nurmalina et al 2010). Persyaratan studi kelayakan bisnis untuk mencapai sasaran dari berbagai pihak yaitu sebagai berikut : 1)
Studi harus dilakukan dengan teliti dan penuh kehati-hatian;
2)
Studi harus dilakukan dengan dukungan data yang lengkap dan akurat;
3)
Studi harus dilakukan dengan kejujuran;
4)
Studi harus dilakukan dengan objektif;
5)
Studi harus dilakukan dengan adil, tidak memihak kepentingan tertentu;
6)
Studi harus dapat diuji ulang jika diperlukan.
2.2
Perikanan Tangkap Perikanan menurut UU No. 45 tahun 2009 adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan hingga pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan mengawetkan. Pelaksanaan kegiatan di bidang penangkapan ikan dihadapkan pada beberapa karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh sistem eksploitasi sumberdaya pertanian lainnya. Beberapa karakteristik khusus tersebut antara lain : 1)
Sumberdaya pada umumnya tidak terlihat (invisible);
2)
Sumberdaya merupakan milik umum (common property);
5
3)
Eksploitasi sumberdaya melibatkan resiko yang besar (high risk);
4)
Produk sangat mudah rusak (highly perishable). Karakteristik-karakteristik tersebut yang menyebabkan sulitnya proses
pemanfaatan sumberdaya perikanan dibandingkan dengan sumberdaya lainnya (Monintja 1989). Komponen utama dari perikanan tangkap adalah unit penangkapan atau aspek teknis, yang terdiri atas : 1) perahu/kapal; 2) alat tangkap; 3) tenaga kerja/nelayan yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lainnya. Aspek-aspek yang mempengaruhi usaha perikanan terdiri atas aspek teknis, aspek finansial, aspek sensitivitas, aspek pemasaran dan aspek sosial. 2.2.1 Aspek teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berhubungan dengan pengoperasian unit penangkapan ikan yang terkait dengan proses produksi, karakteristik produksi, sistem produksi, sistem usaha dan lokasi dari unit produksi. Aspek teknis dapat dilihat dari faktor teknis pengoperasian unit penangkapan ikan yang meliputi kapal, alat tangkap, nelayan dan metode pengoperasian secara deskriptif (Wahyudi 2004). 2.2.2 Aspek finansial Aspek finansial merupakan suatu analisis terhadap biaya dan manfaat pada suatu usaha yang dilihat dari sudut badan atau orang-orang yang menanam modalnya atau yang berkepentingan langsung dalam usaha tersebut. Analisis ini mengenai hasil untuk modal saham (equity capital) yang ditanam dalam proyek berupa hasil yang diterima oleh badan-badan atau orang-orang
yang
berkepentingan dalam pembangunan proyek. Hasil finansial sering disebut sebagai private returns (Kadariah et al 1999). Pada kajian kelayakan usaha, aliran kas (Cashflow) menjadi bagian terpenting yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen, investor, stakeholder dan lainnya untuk memperhitungkan kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Laporan Cashflow untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan asal perolehan sumber-sumber kas dan penggunaannya (Nurmalina et al 2010).
6
Dalam mempertimbangkan suatu investasi proyek, perlu diketahui 3 jenis arus kas, yaitu: 1)
Arus kas keluar awal (initial cash flow), yaitu pengeluaran-pengeluaran kas awal yang dilakukan sehubungan dengan investasi;
2)
Arus kas operasional (operational cash flow), yaitu penerimaan-penerimaan kas yang diperoleh setelah suatu investasi beroperasi. Selain penerimaanpenerimaan kas, juga terdapat pengeluaran-pengeluaran kas yang terjadi setelah suatu investasi beroperasi;
3)
Terminal arus kas (terminal cash flow), yaitu penerimaan-penerimaan yang diperoleh dari nilai sisa (salvage value) suatu investasi/pengembalian modal kerja (working capital). Kriteria investasi atau investement criteria yaitu Indeks-indeks untuk
mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik atau tidaknya suatu usaha yang dijalankan. Kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). NPV merupakan selisih antara nilai sekarang (present value) dari keuntungan (benefit) dan nilai sekarang dari biaya. IRR adalah nilai tingkat bunga i (discount rate) yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Net B/C merupakan perbandingan antara total nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun yang memiliki keuntungan bersih negatif (Kadariah et al 1999). 2.2.3 Aspek sensitivitas Aspek sensitivitas merupakan suatu analisis untuk mengetahui dampak dari suatu keadaan yang berubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis sensitivitas diantaranya (Nurmalina et al 2010) : 1)
Kenaikan harga atau cost over run, terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya konstruksi, misalnya pada saat pelaksanaan ada kenaikan pada harga peralatan dan lain sebagainya. Usaha cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya. Umumnya pada usaha yang memerlukan biaya konstruksi yang besar;
7
2)
Perubahan harga yang terjadi akan mempengaruhi terhadap tingkat harga umum, misalnya penurunan harga hasil produksi;
3)
Mundurnya waktu implementasi;
4)
Ketidaktepatan dan perkiraan hasil (produksi) bila cara produksi baru yang dipakai sebagai ukuran atu informasi terutama berdasarkan pada hasil penelitian.
2.2.4 Aspek pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial yang dilakukan individu dan kelompok untuk mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas menukar produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler dan Keller 2007). Analisis pemasaran digunakan untuk mengetahui pasar dan peluang pemasaran dari pendaratan hasil tangkapan. Analisis pemasaran dilakukan pada jalur pemasaran komoditas, margin pemasaran dan perkembangan harga produk (Hanafiah 1986). 2.2.5 Aspek sosial Aspek sosial digunakan untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat terkait dengan kegiatan perikanan jaring insang hanyut yang dilakukan oleh nelayan PPN Karangantu, Teluk Banten. Analisis ini mengamati keadaan sosial masyarakat nelayan yang meliputi kesejahteraan, tingkat pendidikan dan respon nelayan terhadap teknologi baru serta kegiatan yang nelayan lakukan saat tidak ada modal melaut atau musim paceklik (Renofati 2008). 2.3
Jaring Insang Hanyut
2.3.1 Definisi dan klasifikasi alat tangkap jaring insang hanyut Alat tangkap jaring insang (gillnet) adalah jaring yang terbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata yang sama pada seluruh badan jaring. Pelampung (float) pada sisi atas dan pemberat (sinker) pada sisi bawah. Jaring akan terentang akibat adanya dua gaya yang berlawanan arah yaitu daya apung dan daya tenggelam. Penamaan gillnet beraneka ragam di Indonesia misalnya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap dan posisi pemasangannya di dalam laut (Ayodhyoa 1981). Jaring insang hanyut merupakan alat penangkapan ikan yang
8
terbuat dari jaring, berbentuk persegi empat dengan ukuran mata jaring yang sama dan dioperasikan dengan cara dihanyutkan (Diniah 2008). Jaring insang hanyut merupakan jaring insang yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan, baik itu dihanyutkan di permukaan perairan, kolom perairan atau dasar perairan. Jaring insang diklasifikasikan menjadi 2 yaitu berdasarkan metode pengoperasian dan konstruksi. Klasifikasi berdasarkan metode pengoperasian terdiri atas 5 jenis : (1) Jaring insang menetap (set gillnet); (2) Jaring insang hanyut (jaring insang hanyut); (3) Jaring insang lingkar (encirclig gillnet); (4) Jaring insang giring (frightening gillnet/drive gillnet); (5) Jaring insang sapu (rowed gillnet). Klasifikasi berdasarkan konstruksi dibedakan menjadi jumlah lembar dan pemasangan tali ris pada badan jaring. 1)
Klasifikasi berdasarkan jumlah lembar badan jaring terdiri atas 3 jenis yaitu : (1) Jaring insang satu lembar (gillnet); (2) Jaring insang dua lembar (semi trammel net/double gillnet); (3) Jaring insang tiga lembar (trammel net).
2)
Klasifikasi berdasarkan pemasangan tali ris terdiri atas 4 jenis yaitu : (1) Pemasangan tali ris atas dan tali ris bawah disambungkan langsung dengan badan jaring; (2) Pemasangan tali ris atas disambungkan langsung dengan badan jaring sedangkan tali ris bawah disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung (hanging twine); (3) Pemasangan tali ris atas disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung (hanging twine), sedangkan tali ris bawah disambungkan langsung dengan badan jaring; (4) Pemasangan tali ris atas dan tali ris bawah disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung (hanging twine).
9
Menurut Sainsbury (1971) Bahan dan bagian jaring insang terdiri atas badan jaring, tali ris atas, tali ris bawah, pelampung, pemberat dan tali selambar. (1)
Badan jaring Badan jaring merupakan susunan mata jaring yang memiliki ukuran yang
sama. Umumnya badan jaring terbuat dari bahan sintesis antara lain : nylon, amilon dan sebagainya. Bahan sintesis memiliki kekuatan putus yang cukup tinggi, sehingga menyulitkan ikan yang terjerat untuk melepaskan diri. Warna benang menyesuaikan dengan perairan. Hal ini untuk mengaburkan penglihatan ikan terhadap jaring insang hanyut seperti transparan, coklat dan biru. Pemakaian benang yang lebih lembut akan meningkatkan daya tangkap jaring. (2)
Tali ris atas Tali ris atas terbagi menjadi 2, yaitu tali pelampung untuk menggantungkan
pelampung dan tali jaring untuk menggantungkan jaring bagian atas. Tali ris atas menggunakan bahan nylon polyethylene multifilament. Arah pilinan kedua tali ini harus berbeda agar tali ris atas tidak terbelit pada saat pengoperasian jaring. (3)
Pelampung Pelampung biasanya terbuat dari berbagai bahan antara lain : sterofoam,
plastik, karet dan sebagainya. Jumlah pelampung yang digunakan tergantung pada panjang jaring. Pelampung berguna untuk kesempurnaan rentangan bentuk jaring selama operasi. Jumlah, bentuk dan jenis bahan pelampung berkaitan dengan daya apung. Pelampung yang digunakan sejenis atau seragam dan mempunyai tahanan yang cukup terhadap air agar daya apung sempurna. (4)
Tali ris bawah Tali ris bawah berjumlah 2 buah yaitu tali untuk menggantungkan pemberat
dan jaring bagian bawah. Arah pilinan harus berlawanan untuk menghindari jaring terbelit sewaktu pengoperasian. Arah pilinan tali ris bawah adalah S dan Z. (5)
Tali selambar Tali selambar dipasang pada kedua ujung alat tangkap jaring. Salah satu
ujung tali selambar diikatkan ke perahu di saat pengoperasian. Panjang tali selambar tergantung pada panjang jaring dan ukuran kapal. Bagian-bagian jaring insang hanyut adalah pelampung tanda, tali pelampung tanda, pelampung, tali selambar, tali ris atas, badan jaring, pemberat, tali ris
10
bawah, jangkar dan tali jangkar. Pelampung tanda terbuat dari bahan poly vinil clorida dan berfungsi sebagai penanda letak alat tangkap. Pelampung biasanya terbuat dari karet sendal jepit dan berfungsi menjaga agar alat tetap mengapung. Pemberat terbuat dari timah dan berfungsi agar alat tetap terbentang. Jangkar tebuat dari logam atau timah. Pemasangan jaring yang baik adalah tegak lurus atau memotong miring terhadap arah arus. Alat tangkap jaring insang hanyut (Gambar 1).
Sumber: Subani dan Barus 1989
Gambar 1 Alat tangkap jaring insang hanyut 2.3.2 Kapal Jaring insang menggunakan kapal atau perahu dengan metode static gear. Umumnya kapal jaring insang dioperasikan pada berbagai jenis ukuran alat tangkap. Penggunaan kapal jaring insang hanyut menggunakan penggerak kapal motor tempel (outboard engine) atau mesin yang dapat dipasang dan dilepaskan secara cepat. Namun adapula yang menggunakan tenaga penggerak di dalam (inboard engine) (Ayodhyoa 1981). 2.3.3 Nelayan Jumlah nelayan yang mengoperasikan jaring insang hanyut tergantung pada ukuran dan alat tangkap yang digunakan. Nelayan mempunyai tugas yang berbeda-beda di atas kapal. Ada yang bertugas sebagai ABK dan nakhoda. Faktor keahlian nelayan pada pengoperasian jaring insang hanyut berperan penting saat penurunan jaring (setting) dan pengaturan posisi kapal (Ayodhyoa 1981).
11
2.3.4 Metode pengoperasian Menurut Miranti (2007) metode pengoperasian alat tangkap jaring insang secara umum terdiri atas beberapa yaitu: (1)
Persiapan yang dilakukan nelayan meliputi pemeriksaaan alat tangkap, kondisi mesin, bahan bakar kapal, perbekalan, es dan tempat untuk menyimpan hasil tangkapan;
(2)
Pencarian daerah penangkapan ikan (DPI), berdasarkan pengalaman melaut nelayan yaitu dengan mengamati kondisi perairan seperti banyaknya gelembung-gelembung udara, warna perairan serta adanya burung-burung di atas perairan yang mengindikasikan adanya schooling ikan;
(3)
Pengoperasian alat tangkap yang terdiri atas penurunan jangkar, tali pemberat, jaring, tali ris atas, dan tali pelampung (setting), perendaman jaring (soaking), pengangkatan jangkar, tali ris atas, tali pemberat dan jaring (hauling);
(4)
Tahap penanganan hasil tangkapan adalah pelepasan ikan hasil tangkapan dan jaring untuk kemudian disimpan pada suatu wadah. Menurut Hadian (2005), pengoperasian jaring insang hanyut biasanya
dilakukan pada malam hari. Pada saat nelayan tiba, kecepatan kapal atau perahu dikurangi dan nelayan bersiap untuk melakukan setting. Setting dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, badan jaring kemudian jangkar. Setting membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Pada saat setting, arah perahu berlawanan dengan arus dan berada dalam keadaan stabil serta kecepatan rendah. Setelah seluruh jaring diturunkan ke dalam air, mesin perahu dimatikan dan jaring dibiarkan hanyut terbawa arus selama kurang lebih 4 jam. Jaring insang hanyut kemudian dinaikkan ke atas perahu. Hauling dilakukan dari sebelah kiri perahu atau kapal, satu orang menarik jaring pada tali ris atas, dua orang menarik jaring pada bagian bawah dan memisahkan hasil tangkapan serta satu orang bertugas dalam mengurus pelampung. 2.3.5 Daerah pengoperasian Jaring insang hanyut dapat dioperasikan di dasar perairan, kolom perairan dan dipermukan perairan (Subani dan Barus 1989).
12
2.3.6 Hasil tangkapan Jenis-jenis hasil tangkapan jaring insang hanyut yaitu ikan-ikan pelagis kecil antara
lain
:
kembung
(Rastrelliger
spp.),
selar
bentong
(Selaroides
crumenopthalmus), japuh (Sardinella spp.), lemuru (Sardinella sirm), golok-golok (Chirocentrus dorab), tenggiri (Scomberomerous spp.), tongkol (Auxis thazard) dan lain-lain (Direktorat Jendral Perikanan 1994). 2.4
Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Pengembangan usaha perikanan tangkap dapat terlaksana melalui kebijakan
dan program yang berdasarkan pada pendekatan sistem usaha perikanan tangkap. Kebijakan yang dapat ditempuh untuk merealisasikan tujuan industri perikanan tangkap, yaitu : 1) Optimalisasi tingkat penangkapan ikan sesuai potensi lestari; 2) Penanganan dan pengolahan hasil penangkapan ikan; 3) Transportasi dan pemasaran hasil tangkapan ikan; 4) Pengembangan sarana prasarana; 5) Sistem usaha kemitraan usaha perikanan secara terpadu. Strategi yang digunakan dalam pengembangan sumberdaya perikanan adalah analisis SWOT. Hal ini dikarenakan memiliki kelebihan yaitu : sederhana, fleksibel, menyeluruh, menyatukan dan berkolaborasi. Analisis ini untuk mengetahui keterkaitan antara faktor internal dengan faktor eksternal sehingga dapat menghasilkan alternatif strategis (Rangkuti 2005). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan
(strengths)
dan
meminimalkan kelemahan (weaknesses)
dan
peluang
(opportunities),
ancaman
(threats).
dan
Proses
pengambilan keputusan strategis berkaitan dengan pengembangan nilai, tujuan, strategis dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus dapat menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada pada saat ini (Rangkuti 2005). Analisis SWOT dapat diterapkan dalam tiga hal untuk membuat keputusan yang bersifat strategis yaitu : 1) analisis SWOT memungkinkan para pengambil keputusan kunci dalam suatu perusahaan menggunakan kerangka berpikir yang logis, identifikasi dan analisis berbagai alternatif yang layak untuk dipertimbang
13
kan dan pada akhirnya dapat memilih pada alternatif yang diperkirakan berhasil; 2) perbandingan secara sistematik antara peluang dan ancaman eksternal pada satu pihak dan kekuatan dan kelemahan pada lain pihak; 3) setiap orang yang sudah memahami dan pernah menggunakan analisis SWOT mengetahui bahwa tantangan utama dalam penerapan analisis SWOT terletak pada identifikasi dari posisi sebenarnya untuk tujuan bisnis.