L PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan yang 213 atau 5.8 juta km2 wilayahnya berupa perairan atau lautan. Di dabm perairan tersebut terkandung surnberdaya ikan yang sangat besar baik jumlah (6.4 juta tonltahun) maupun keanekaragamannya
(Dahuri.
2002).
Dalam
memanfaatkan
potensi
sumberdaya tersebut dibutuhkan pelabuhan perikanan yang menjadi pusat kegiatan
penangkapan
sumberdaya
ikan,
pengembangan
armada
penangkapan ikan, penanganan dan pengolahan hasil produksi tangkapan serta pemasaran hasil tangkapan. Pemusatan lokasi tersebut memudahkan dalam pengembangan dan pembangunan serta kontrol terhadap fasilitasfasilitas yang dibutuhkan. Teluk Jakarta dikenal sebagai salah satu sistem pesisir yang paling kompleks di Indonesia. Hal ini terkait dengan laju pembangunan pada tahun
1970-an, dalam ha1 ini Jakarta sebagai ibukota negara membuat hampir seluruh aktivitas ekonomi difokuskan di wibyah ini (Jakarta dan kawasan penyangganya seperti Bekasi, Tanggerang dan Bogor). Kompleksitas Teluk Jakarta pada akhirnya membawa pada dinamika evolusi kebijakan (policy evolution), sehingga tantangan dan masalah yang timbul akibat pembangunan terhadap kondisi ekosistem Teluk Jakarta harus dapat dipecahkan sejalan dengan kepentingan mempertahankan (sustaining) kondisi ekonomi dan mata pencaharian masyarakat pesisir Teluk Jakarta (Adrianto et a/. 2005). Menurut Sutjahjo et a/. (2005) salah satu contoh wilayah pesisir yang banyak mendatangkan manfaat ekonomi adalah Teluk Jakarta, sehingga tidak diragukan lagi bahwa Teluk Jakarta merupakan salah satu daerah produktii. Seiring dengan perkembangan waktu, tanpa disadari Teluk Jakarta telah menjadi tempat pembuangan berbagai hasil kegiatan manusia, selanjutnya dikatakan bahwa sampah perkapita penduduk di Jakarta Utara adalah sebesar 2.51 literlhari, yang terangkut adalah sebesar 2.24 liter1 hari. Dan yang tidak
terangkut sebesar 0,27 literlhari. Berdasarkan asumsi bahwa sampah yang tidak terangkut akan terbuang melalui sungai, diantaranya melalui Sungai Ciliwung yang bermuara di perairan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta, maka sampah-sampah ini akan terkumpul di PPS Nizam Zachman dan mengakibatkan terjadinya pencemaran.
Masalah yang dihadapi oleh pengelolah PPS Nizam Zachman Jakarta saat ini adalah masalah kebersihan dan pencemaran lingkungan perairan. Dalam ha1 ini PPS Nizam Zachman Jakarta merupakan pelabuhan yang memiliki industri pengolahan ikan yang modem di Jakarta, hasil olahan berupa ikan tuna segar dan tuna beku selain untuk konsumsi lokal juga merupakan komodiias ekspor. Menumt Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51/MENLH11/2004 pencemaran air adalah masuknya atail di masukkannya mahluk hidup, zat. energi dan atau komponen lain ke dalam air cieh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air t i a k berfungsi lagi sesuai dengan pe~ntukannya. Sumber pencemaran yang mencemari perairan PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dikelompokan dalam 2 kelompok yaitu: (1) Kegiatan di darat (land based pollution). Sumber pencemaran dari kegiatan di darat berupa pencernaran yang berasal dari kegiatan industri pengohhan ikan, tempat pelelangan ikan (TPI) dan kegiatan ~ m a h tangga (domestik) misalnya perumahan, perkantoran, hotel, dan lainnya berupa limbah padat dan cair. Adapun sumber pencemaran dari kegiatan industri berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dari kemasan bahan penolong, yaitu sisa kemasan dan bahan penolong yang terbuang. Limbah padat tersebut berupa plastik polietilena, kardus, Styrofoam, spon dan tisssue berbentuk lembaran dan kotak. Limbah bahan baku dari sisa kegiatan proses produksi, yaitu sisa kegiatan proses produksi pemotongan (cuffing, deheading, tail, removing, trimming) berupa kepala ikan, semua sirip, ekor, tulang serta sisa-sisa daging yang terkikis, berbentuk potongan dan partikel. Sumber limbah cair berasal dari ruang proses produksi dari air pencucian ikan, pencucian lantai dan peralatan yang diperkirakan sebanyak 13.95 m3/hari, berupa campuran darah dan ceceran daging ikan. Hasil analisis laboratoriurn disalah satu industri pengolahan ikan menunjukan zat padat terlarutltotal dissolved solid (TDS) mencapai 33.800 mgll. di atas baku mutu yang ditetapkan (PT. Fajar Cakrawab Sumbindo. 2001). Sumber limbah cair dari aktivitas TPI bempa sisa air pembersih lantai TPI dan peralatan seperti keranjang dan lainnya. air tersebut akan langsung mengalir ke kolam pelabuhan yang ada dekat TPI, sehingga mengakibatkan
turunnya kualitas peniran
dan menimbulkan bau yang tidak sedap swta
perubahan pada warnah air. Limbah padat dari kegiatan TPI adalah sisa ikan yang kualitasnya sudah turun yang dibuang begitu saja ke kobm pelabuhan sekiiar TPI. (2). Dari kegiatan di laut (marine based pollution). Sumber pencemaran yang berasal dari kegiatan di laut di PPS Nizam Zachrnan Jakarta antara lain adalah kegiatan pelayaran kapal (incoming dan outgoing) terutama yang tertambat di pelabuhan. Sumber pencemar cair yang berasal dari kapal adaiah air sisa pencucian (ballast) dari kapal yang langsung masuk ke kolam pelabuhan, tumpahanlceceran oli dan minyak waktu buruh menurunkan drum oli sisa genset kapal. Diperkirakan sebanyak 71,25 Sierlbulan, limbah di dan pelumas bekas yang berasal dari kapal diiampung dan diiurunkan di PPS N i i m Zachman Jakarta waktu kapal berlabuh untuk selanjutnya sisa oh dijual kepada penampung oli dan pelumas bekas. Aktivitas penurunan ini sangat berpengaruh besar terhadap tingkat pencemaran air d i s e k i r PPS Nizam Zachman Jakarta (PT. Fajar Cakrawala Sumbindo. 2001). Menyadari banyaknya bahan pencemar yang masuk ke PPS Nizam zachman, maka PPS Nizam Zachman berupaya untuk meminimalisasi tingkat pencemaran di wilayah tersebut, dengan membangun instalasi pengolah air lirnbah (IPAL) kawasan pelabuhan pada tahun 2001. IPAL tersebut digunakan untuk mengotah limbah dari semua industri yang ada dalam kawasan pelabuhan. IPAL atau unit pengolahan limbah (UPL) PPS N i i m Zachman Jakarta mulai dioperasikan tahun 2002 sampai sekarang, hanya dalam pengoperasiannya tidak semua industri yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta menyalurkan lirnbahnya ke UPL, sehingga sebagian limbah cair tersebut dibuang ke badan air lingkungan (laut) melalui saluran drainase pabrik. Kegagalan pengelolaan sumberdaya alarn dan lingkungan hidup diduga akibat adanya tiga kegagalan dasar dari komponen perangkat dan pelaku pengelolaan yaitu : (I). Akibat adanya kegagalan kebijakan (policy failures) sebagai bagian dari kegagalan perangkat hukum
yang
tidak
dapat
mengintemalisasi
permasalahan lingkungan yang ada. Kegagatan ini terjadi akibat adanya kesalahanjustifikasi para policy maker dalam menentukan kebijakan. Slain itu. proses penciptaan dan penentuan kebijakan ini kurang melibatkan partisipasi masyarakat.
(2). Adanya kegagalan masyarakat (community failures) sebagai bagian dari kegagalan pelaku pengelolaan lokal akibat adanya beberapa persoalan mendasar yang menjadi keterbatasan masyarakat. Kegagalan masyarakat ( community failunes) terjadi akibat kurangnya kemampuan masyarakat untuk dapat menyelesaikan persoalan lingkungan secara sepihak, disamping kurangnya kapasitas dan kapabilitas masyarakat untuk memberikan tekanan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan berkewajiban mengelola dan melindungi lingkungan. Ketidak berdayaan masyarakat tersebut sernakin memperburuk posisi tawar masyarakat sebagai pengelola lokal dan pemanfaat sumber daya alam dan lingkungan. (3). Adanya kegagalan pemerintah (government failures) sebagai bagian
kegagalan pelaku pengelola regional yang diakibatkan oleh kurangnya perhatian pemerintah dalam menanggapi persoalan lingkungan yang dihadapi secara menyeluruh dengan melibatkan segenap komponen terkait (stakeholders). Pelabuhan perikanan merupakan pusat kegiatan perikanan yang juga memiliki fungsi industri. Oleh karena itu pembangunan prasarana perikanan sangat mutlak diperlukan dalam menunjang keberhasilan pembangunan perikanan. Adapun prasarana pelabuhan perikanan yang dibangun hams dapat mendukung pengembangan industri yang berwawasan agribisnis, yang mempunyai fungsi 1). pusat pengembangan masyarakat nelayan 2). tempat berlabuh kapal perikanan 3). tempat pendaratan ikan hasil tangkapan 4). tempat untuk memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan 5). pusat penanganan dan pengolahan hasil perikanan. 6). pusat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan 7). pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan 8). pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data perikanan
9). pusat pengawasan penangkapan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya ikan (Murdiianto, 2004). Dermaga tempat bongkar hasil tangkapan kapal tuna yaitu berada di dermaga barat dan kapal tradisional di dermaga timur. Kapal tuna mendaratkan hasil tangkapannya menggunakan papan luncur dari kapal langsung ke tenpat penangananlpengolahan tuna yang disebut tuna lending centre (TLC). Jumlah industri, tuna landing centre (TLC) dan kapal yang berlabuh di
PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel I.
Tabel 1. Jumlah industri, tuna landing centre (TLC) dan Kapal masuk PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2003. No
Uraian
Satuan
Jumlah
lndustri
53
1.
lndustri pengolahan
2.
Tuna landing centre (TLC)
Unit
29
3.
Kapal rnasuk PPS
Unit
4.856
Sumber : PPS Nizam Zachman Jakarta (2005) Sementara itu jumlah produksi ikan ekspor yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah produksi ikan untuk ekspor yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004. (Ton) No Uraian Beku Segar Jumlah Ket. 1.
Tuna e k s ~ o r
8.164
8.935
2.
Udang ekspor
1.804
146
3.
Lainnya ekspor
6.554
1.137
7.691
10.218
172.594
Jurnlah
16.522
17.099 147.804
Daerah ekspor ter,.tarna ~epang
Sumber : PPS Nizam Zachman Jakarta (2005) Berdasarkan
ha1
tersebut
dapat
dikatakan
bahwa
semakin
berkembangnya aktivitas industri pengolahan perikanan akan berdampak pada semakin berkembang juga kegiatan penangkapan ikan dan bertambahnya jurnlah unit penangkapan serta peningkatan jumlah kapal yang berlabuh untuk membongkar muatannya. Akhir-akhir ini kian disadari
peran serta pemerintah menjadi amat
penting dalam pengelolaan lingkungan hidup. Ini terkait dengan posisi pernerintah sebagai penentu kebijakan dibidang lingkungan hidup. Untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan perairan akibat aktivitas kepelabuhan baik aktivitas di darat maupun aktivitas di laut maka perlu adanya manajemen pengelolaan pelabuhan dan lingkungan, dimana tersedia data yang baik untuk mengevaluasi dampak kegiatan pelabuhan terhadap lingkungan. Adanya peraturan dan perundang-undangan yang rnengarah pada perlindungan lingkungan sehingga memperkuat kebijakan perlindungan terhadap lingkungan, tetapi terdapat tantangan yang besar yaiiu adanya gap antara kebijakan
perlindungan lirgkungan yang ada dengan implementasi secara nyata dilapangan, sehubungan dengan itu sangat penting adanya monitoring dari berbagai pihak temasuk peran serta dari para ilmuwan demi tercapainya lingkungan pelabuhan yang tidak tercemar (Wooldridgeel et a/. 1999). Monitoring merupakan pokok utama dalam manajemen lingkungan pelabuhan. Lebih dari itu monitoring lingkungan adalah komponen yang berhubungan dengan perilaku manusia dalam mernanajemen lingkungan. Jadi seorang manager lingkungan hams mengerti lingkungan awal pelabuhan dengan begitu dia akan bisa menilai perubahan yang tejadi. Kesimpulanya informasi merupakan ha1 yang penting baik masa kini maupun masa lampau dalam menentukan kebijakan lingkungan pelabuhan. M e n u ~Wooldridgeel t et a/. (1999) ada 4 (empat) langkah utama dalam monitoring, yaitu : (1) mengenali masalah lingkungan dan peraturan perundangan yang berlaku; (2) menentukan infomasi apa yang telah tersedia; (3) mengembangkan suatu sistem untuk mengolah data yang ada dan untuk bisa mengintegrasikan informasi baru; (4) memilih metode monitoring yang bijaksana. Berkaitan dengan ini, maka peneliian Analisis Kebijakan Pemanfaatan Pelabuhan dalam Kerangka Pengelolaan Lingkungan di PPS Nizam Zachman Jakarta perlu dikaji mulai dari aktivitasnya, pengelolaan lingkungannya sampai pada kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Analisis kebijakan mempakan awal bukan akhir dari upaya memperbaiki proses pembuatan kebijakan. Hal ini erat kaitannya dengan pesatnya pembangunan pelabuhan dan ramainya kegiatan-kegiatan yang dilakukan di pelabuhan tersebut yang belum sejalan dengan pesatnya kajian kemsakan lingkungan pelabuhan yang di akibatkan oleh semua aktivitas-aktivitastersebut. 1.2. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran ini didasari atas keberadaan PPS Nizam Zachman Jakarta sebagai pusat perekonomian, dan aktivitas yang dilakukan di dalamnya dapat membantu kelancaran ekspor maupun impor hasikhasil perikanan dan untuk menambah devisa negara dari sektor non migas, menyediakan khan untuk industri perikanan dalam rangka meningkatkan nilai tambah produksi perikanan. Selama ini di PPS Nizam Zachman Jakarta banyak kapal perikanan yang berlabuh untuk mendaratkan hasil tangkapan, karena PPS Nizam Zachman Jakarta mempakan salah satu
lokasi industri pengolahan ikan
modern di Teluk Jakarta, selain memenuhi kebutuhan masyarakat lokal juga untuk ekspor. Sejalan dengan sernakin pesat dan tingginya aktivitas di PPS Nizarn Zachman Jakarta, maka tingkat pencemaran lingkungannya juga semakin meningkat. Kerangka pemikiran dalam penelitian Analisis Kebijakan Pemanfaatan Pelabuhan dalam Kerangka Pengelolaan Lingkungan di PPS Nizam Zachman Jakarta disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Dari Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa akibat dari beberapa aktivitas di kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta seperti kegiatan pendaratan ikan (PI), tempat pelelangan ikan (TPI) dan processinglindustri perikanan yang menimbulkan berbagai masalah lingkungan seperti penurunan mutu lingkungan
yang bisa dilihat dengan mengukur kualitas perairan. Untuk menanggulangi atau meminimalkan penurunan kualitas lingkungan pelabuhan perikanan dapat di mulai dari evaluasi kebijakan pengelolaan kawasan lingkungan PPS Niam Zachman Jakarta, apakah sudah berjalan sesuai dengan semestinya, jika sudah perlu dipertahankan dan jika belum perlu pencegahan, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan sebuah kebijakan pengelolaan pelabuhan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di
PPS Nizam Zachman
Kecamatan Penjaringan. DKI Jakarta. PPS Nizarn Zachman Jakarta terdiri atas 3 dennaga yaitu dermaga satu sepanjang 775 meter diperuntukan untuk bongkar rnuat kapal tuna. Dennaga dua sepanjang 868 meter diperuntukan untuk pendaratan kapal-kapal tradisional. Sedangkan denaga tiga diperuntukan untuk kapat berukuran > 200 GT. Dari ketiga dermaga tersebut menghasilkan banyak limbah berupa
tumpahan oli, minyak dan sampah yang masuk ke kolam pelabuhan. Berkaitan dengan itu perlu pengkajian kebijakan PPS N i m Zachman Jakarta.
1.3. Rumusan Masalah Dari berbagai permasalahan yang ada akibat berbagai aktivitas di pelabuhan perikanan seperti meningkatnya aktivitas konversi lahan perairan menjadi daerah industri dan lainnya, terjadinya proses sedimentasi dan erosi, ketidakmampuan kebijakan dan kelembagaan yang ada dalam mengeliminir kerusakan lingkungan dan berbagai permasalahan lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana pengaruh berbagai aktivitas pelabuhan terhadap kondisi
lingkungan perairan PPS Nizam Zachman Jakarta. 2). Bagaimana memilih arah kebijakan pemanfaatan PPS N i a m Zachman
Jakarta, terkait dengan pengelolaan lingkungannya. Untuk membantu terbentuknya kebijakan pengelolaan lingkungan alam pelabuhan yang berkelanjutan, maka diperlukan alat analisis berupa pendekatan-pendekatan sebagai landasan untuk memberikan gambaran pada pengambil kebijakan mengenai kondisi pengelolaan alam pelabuhan di Indonesia, khususnya di PPS Nizam Zachman Jakarta.
1.4. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain untuk : 1). Mengidentikasi dan mengevaluasi permasalahan lingkungan dari aktivitas
PPS Nizam Zachman Jakarta. 2). Mempelajari dan menganalisis kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan
PPS Nizam Zachman Jakarta terkait dengan arah kebijakan pengelolaan lingkungan pelabuhan.
1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelola PPS Nizam Zachman Jakarta sebagai bahan pertimbangan untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan pelabuhan akibat berbagai aktivitasnya serta infomasi bagi Pemerintah DKI dalam menentukan kebijakan pengelolaan PPS Nizam Zachman Jakarta yang berkelanjutan dan betwawasan lingkungan di masa yang akan datang.