BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia merupakan salah satu pusat perekonomian Indonesia. Jakarta sebagai ibukota dan pusat perekonomian berperan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dengan adanya pembangunan baik dari sektor perkantoran, hunian dan pusat perbelanjaan. Kemajuan perekonomian tersebut mendorong peningkatan dari sektor pariwisata dengan datangnya wisatawan mancanegara untuk tujuan wisata maupun bisnis ke Jakarta. Menurut data Badan Pusat Statistik jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya (Katalog BPS, 2012). Peningkatan dari sektor pariwisata tersebut berdampak pada peningkatan kebutuhan hotel khususnya di Jakarta. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat okupansi hotel beberapa tahun ini. Tingkat okupansi hotel di Indonesia dari tahun 2008 – 2011 mengalami kenaikan okupansi dari 48.06 hingga 51.25 (Katalog BPS 2012).
Gambar 1.1. Wisatawan masuk dan Okupansi Hotel 2008 - 2011 Sumber : Katalog Badan Pusat Statistik, 2012
Adanya peningkatan okupansi hotel tersebut mendorong untuk didirikannya hotel, terutama di lokasi yang strategis seperti di kawasan Puri Kembangan. Adapun pemilihan lokasi kawasan puri tersebut kerena belum 1
2
terdapat
hotel
di
sekitar
daerah
tersebut
dan
juga
dengan
akan
dikembangkannya kawasan Puri menjadi menjadi CBD (Central Bussiness District) yang nantinya dalam kawasan tersebut terdapat pusat bisnis dan perkantoran, hunian eksklusif, pusat perbelanjaan, dan pusat pemerintahan (Fatia Qanitat, 2013). Dengan pengembangan kawasan puri menjadi pusat bisnis dan perkantoran, tentunya kawasan tersebut akan dipadati dengan para pelaku bisnis dan profesional kelas menengah keatas, sehingga hotel yang dirancang adalah hotel bisnis dengan fasilitas yang setara dengan hotel bintang empat. Perancangan hotel bisnis tersebut atas dasar lokasi yang berada di perkotaan yang akan menjadi area perkantoran dan bisnis, perancangan hotel bisnis dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan para pelaku bisnis di daerah tersebut. Sedangkan fasilitas hotel yang disediakan setara dengan hotel bintang empat, hal tersebut juga mempertimbangkan dari segi kebutuhan, bahwa hotel bintang empat paling banyak diminati ditinjau dari tingkat okupansinya (Katalog BPS 2012).
Gambar 1.2. Puri Indah CBD Sumber : http://thewindsor-okky.blogspot.com, diakses 10 juli 2013
.
Dengan adanya pertumbuhan penduduk dan ekonomi, kebutuhan akan
sayuran akan semakin meningkat (Budi, G., 2010). Hal tersebut juga dinyatakan serupa oleh Direktur Pemasaran Domestik, Ditjen PPHP Kementrian Pertanian, Gardjita Budi bahwa tingkat konsumsi sayuran masyarakat akan meningkat seiring dengan meningkatnya perhatian dan
3
kesadaran orang untuk hidup sehat dengan mengkonsumi makanan sehat (healty food) dan juga semakin meningkatnya perhatian terhadap lingkungan dengan memilih sayur organik (back to nature). Hal tersebut dapat dilihat dari adanya kenaikan konsumsi sayur perkapita nasional tahun 2006 – 2008 sebesar 38,8% (Budi, G., 2010) Tabel 1.1. Konsumsi Sayur Perkapita 2006 - 2008
Sumber : Perkembangan Pemasaran Trend Sayuran di Indonesia, Budi, G, 2010
Dengan adanya peningkatan kebutuhan sayur dan kesadaran masyarakat untuk mulai mengkonsumsi makanan sehat, perancangan hotel bisnis yang berlokasi di kawasan CBD Puri ini menerapkan konsep Building Farming akan menggunakan sistem aeroponik, dimana hotel bisnis tersebut menawarkan makanan sehat dengan dari produk organik yang dihasilkan menggunakan sistem aeroponik yang digunakan pada restoran hotel, dengan sistem aeroponik produk yang dihasilkan memiliki kualitas prima, segar, bergizi, sehat dan aman dikonsumsi, selain sistem aeroponik juga memiliki beberapa keuntungan lainnya dibandingkan dengan menanam secara konvensional ataupun secara hidroponik (Dwilistyanti, R., 2009; Sylvia, 2012). Disamping menawarkan makanan sehat, penerapan konsep Building Farming tersebut juga merupakan upaya mewujudkan kemandirian suatu kawasan (compact city) sehingga dampak dari ketergantungan suplai pangan akibat gagal panen yaitu dengan
4
melonjaknya harga bahan pangan ((Deo, 2012, Ella Syaputri, 2013 dalam antarnews.com diakses 8 mei 09:38) dapat diminimalisir. Adapun dalam penerapan konsep Building Farming ini untuk menunjang keberhasilan dari sistem aeroponik perlu memperhatikan faktor persyaratan tumbuh tanamannya, salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah cahaya matahari (Rahimah, 2010), dimana cahaya matahari berperan penting dalam proses fotosintesis tumbuhan hijau (juwilda, 2011). Proses fotosintesis itu sendiri berperan penting dalam biokimia pembentukan zat makanan oleh tumbuhan. (juwilda, 2011).
1.2
Masalah / Isu Pokok Konsep Building Farming dengan penggunaan sistem aeroponik didasarkan dengan meningkatnya perhatian masyarakat akan kesehatan dengan mengkonsumsi makanan sehat (healty food) (Budi, G., 2010). Adapun keberhasilan penerapan Building Farming tersebut akan sangat dipengaruhi oleh faktor persyaratan tanaman untuk tumbuh salah satunya pencahayaan matahari (Rahimah, 2010), dimana cahaya diperlukan tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis (juwilda, 2011). Oleh karena itu dalam perancangan hotel bisnis ini, penelitian mengenai lokasi penanaman perlu dilakukan untuk menunjang keberlangsungan hidup tanaman yang digunakan.
1.3
Formulasi Masalah Bagaimana posisi perletakan atau zoning area penanaman pada hotel bisnis terkait persyaratan tanaman untuk tumbuh optimal?
5
1.4
Ruang Lingkup Pembahasan dalam penelitian ini membahas penerapan konsep Building Farming dengan menggunakan sistem tanam aeroponik pada bangunan, pembahasan tersebut meliputi : Membahas jenis tanaman aeroponik yang dapat digunakan untuk keperluan restoran hotel dengan cara mencari tahu resep masakan yang digunakan di hotel kemudian akan didapatkan spesifikasi bahan (ingredient) yang digunakan sehingga dapat dicari tanaman apa saja yang dapat diproduksi dengan sistem aeroponik yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan masakan hotel. Membahas letak atau zoning tanaman yang akan digunakan dikaitkan dengan persyaratan tanaman untuk tumbuh berupa kebutuhan cahaya dan suhu tanaman pada sisi atau bidang gubahan massa. Penelitian ini tidak membahas mengenai produksi tanaman aeroponik sehingga hal – hal yang terkait dengan produksi, seperti untuk mencari luasan lahan tanam tidak terdapat dalam penelitian. Penelitian mengaitkan perancangan dengan produksi tanaman aeroponik menjadi saran untuk penelitian berikutnya. Bentuk gubahan massa mengikuti analisa tapak (form follow site), program ruang akan dimasukan ke dalam gubahan massa, perubahan gubahan massa akibat analisa atau program ruang akan disesuaikan pada tahap perancangan.
6
1.5
Tujuan Penelitian Mengetahui letak tanaman yang sesuai pada hotel bisnis dengan memperhatikan cahaya matahari dan suhu terkait dengan persyaratan tanaman untuk tumbuh.
1.6
Tinjauan Pustaka (State of Arts) Makalah ilmiah Teknik Hidroponik Untuk Budidaya tanaman oleh Herry Suhardiyanto tahun 2010. Merupakan makalah bidang pertanian yang menjelaskan berbagai teknik penanaman menggunakan sistem hidroponik, salah satunya menjelaskan mengenai sistem aeroponik meliputi jenis tanaman yang digunakan, cara kerja dan peralatan yang digunakannya. Teknologi Rumah Tanaman untuk Iklim Tropoika Basah oleh Herry Suhardiyanto tahun 2009, penelitian yang menjelaskan greenhouse atau rumah kaca, fungsi dari rumah kaca itu sendiri, jenis rumah kaca, dan lain – lain. Pengaturan Suhu, kelembaban, waktu pemberian nutrisi dan waktu pembuangan air untuk pola cocok tanam hidroponik berbasis mikrokontroler AVR Atmega 8535 oleh Muthia Diansari tahun 2008. Secara garis besar menjelaskan mengenai pengaturan suhu, kelembaban, waktu pemberian nutrisi dan waktu pembuangan air yang diatur secara otomatis menggunakan mikrokontroler AVR Atmega 8535. Hal yang diambil dalam penelitian ini adalah mengenai pegaruh lingkungan terhadap tanaman seperti suhu dan kelembaban. Comparasion of Hydroponic and Aeroponic Cultivation Systems merupakan makalah bidang pertanian yang membahas mengenai perbandingan produk
antara
sistem
hidroponik
drip
irrigation
dengan
aeroponik
7
menggunakan tanaman kentang. Secara ringkasnya sistem aeroponik memberikan keuntungan kuantitas produksi 2,5 kali lebih besar tetapi mempunyai berat yang lebih ringan 33%. Implementasi Sistem Pertanian Aeroponik Pada Fasad Bangunan di Pusat Kota oleh Silvia dan Kurnia A.S.. Makalah ini merupakan perancangan sebuah bangunan yang mengimplementasikan sistem aeroponik pada fasade bangunannya, sistem aeroponik digunakan dalam bentuk modular yang disusun sedemikian rupa membentuk fasade bangunan.