BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Industri Pengertian industri memiliki beberapa pandangan dan pendekatan yang berbeda-beda dari berbagai pihak.
Berikut beberapa pengertian
industri menurut para ahli dan berbagai pihak:
1. Pengertian Industri menurut Departemen Perindustrian Menurut Departemen Perindustrian (2006), industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
2. Pengertian Industri menurut Departemen Perdagangan Definisi Industri menurut Departemen Perdagangan dilihat dari aspek modal yaitu “industri yang menggunakan modal kurang dari Rp 25.000.000,-“ (Mudrajad Kuncoro, 2000 : 310).
3. Pengertian Industri menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Menurut Badan Pusat Statistik (2008), industri mempunyai dua pengertian, pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Pengertian secara luas, “Industri yaitu mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi bersifat produktif”. Sedangkan pengertian secara sempit: “Industri adalah hanya mencakup industri pengolahan yaitu suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah
suatu barang dasar mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi dan atau barang jadi, kemudian barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya dan sifatnya lebih kepada pemakaian akhir”.
Selain pengertian diatas, pada tahun 2002 Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Tambunan (2002 : 49), membagi industri berdasarkan aspek tenaga kerja. Industri dibagi menjadi empat yaitu industri besar, industri sedang, industri kecil, industri rumah tangga (usaha mikro). Namun, dalam penelitian ini hanya menggunakan pengertian industri secara mikro yaitu suatu usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja kurang dari 5 orang.
4. Pengertian Industri menurut UU No. 9 Tahun 1995 Menurut UU No 9 Tahun 1995 dalam Tambunan, 2002 : 49, industri memiliki definisi sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan maksimal Rp 200.000.000,b. Nilai hasil penjualan per tahun maksimal Rp 1.000.000.000,c. Milik Warga Negara Indonesia (WNI) d. Bukan dari anak cabang dari usaha besar e. Berbadan usaha perorangan, tidak berbadan hukum, termasuk koperasi.
5. Pengertian Industri menurut Kementrian Negara Koperasi dan Industri Menurut Kementrian Negara Koperasi dan Industri dalam Mudrajad Kuncoro, 2000 : 310, Industri dibagi menjadi dua definisi yaitu: industri mikro dan industri makro. Usaha Mikro yaitu suatu usaha yang memiliki
aset diluar tanah dan bangunan kurang dari Rp 200.000.000,- dan memiliki omset kurang dari I milyar per tahun.
6. Pengertian Industri menurut Bank Indonesia Pengertian industri menurut Bank Indonesia.
Bank Indonesia
mendefinisikan Industri sebagai berikut: Usaha Mikro yaitu suatu usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau dekat miskin, bersifat usaha keluarga, menggunakan sumber daya lokal, menerapkan teknologi sederhana, dan mudah keluar masuk industri.
7. Pengertian Industri menurut Para Ahli Menurut Para Ahli dalam artikel Ase Satria (2010) yang berjudul Materi
Ekonomi:
Teori
Industri
Menurut
Para
Ahli
dan
Pengelompokannya, mengungkapkan beberapa pendapat mengenai pengertian industri: a. Menurut Hasibuan (2000), Industri dibagi ke dalam lingkup makro dan mikro. Secara Mikro pengertian “Industri sebagai kumpulan dan sejumlah perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti sangat erat”. b. Menurut Teguh S.Pambudi, “Industri adalah sekelompok perusahaan yang
bisa
menghasilkan
sebuah
produk
yang
dapat
saling
menggantikan antara yang satu dengan yang lainnya”. c. Kemudian Menurut Hinsa Sahaan, “Industri adalah bagian dari sebuah proses yang mengolah barang mentah menjadi barng jadi
sehingga menjadi sebuah barang baru yang memiliki nilai lebih bagi kebutuhan masyarakat”. d. Dan Menurut Wirasti dan Dini Natalia, “industri diartikan sebagai pengolahan barang setengah jadi menjadi barang yang telah jadi sehingga dapat mendatangkan keuntungan bagi pelaksananya”
Dari pendapat berbagai pihak dan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengubah bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang baru yang memiliki nilai lebih tinggi dan menghasilkan pendapatan bagi pelaksananya.
2.1.2 Kinerja Kinerja digunakan sebagai ukuran untuk mencapai hasil tertentu dalam menjalankan suatu usaha. Menurut Robbins (1996:24) Kinerja dapat ditentukan dari seberapa besar tingkat pendapatan dan keuntungan yang diperoleh, seberapa besar volume produksi yang dihasilkan dan seberapa besar peran sumber daya manusia dalam mengelola usaha tersebut. Kinerja merupakan suatu ukuran efektif dan efisien dari pengolahan input dan output untuk mencapai suatu tujuan. Tokoh lain menyatakan bahwa kinerja adalah ukuran efisiensi dan efektifitas yang ditujukan dengan kemampuan menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya dan kemampuan memilih tujuan yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. (Handoko, 2002).
Sedangkan menurut
Wiliam ((2002:94) “kinerja merupakan suatu proses melakukan kegiatan
yang dapat dilihat dari baik atau tidaknya aktivitas tersebut dalam memperoleh hasil yang diinginkan”. Dari
pendapat
beberapa
tokoh
diatas,
maka
dapat
diambil
kesimpulan bahwa kinerja adalah suatu ukuran hasil karya yang dapat dilihat baik atau tidaknya kegiatan, dipengaruhi oleh tingkat efektifitas dan efisien dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam waktu tertentu.
2.1.3 Industri Kreatif 1. Pengertian Industri Kreatif Ada beberapa definisi industri kreatif yang dikemukakan oleh berbagai ahli, yaitu sebagai berikut: Definisi industri kreatif berdasarkan United Kingdom, Department of Culture, Media, and Sport (UK DCMS) yang mendirikan Creative Industries Task Force dalam Departemen Perdagangan (2008 : 4) adalah: “Creatives Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content”.
Departemen
Perdagangan
Republik
Indonesia
(2008:4)
menggunakan acuan tersebut, sehingga di Indonesia industri kreatif didefinisikan sebagai berikut: “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan,
serta
bakat
individu
untuk
menciptakan
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut”.
Selain pendapat diatas, Simatupang (2007) mendefinisikan industri kreatif sebagai “industri yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni, film, permainan atau desain fashion, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan”. John Howkins dalam bukunya yang berjudul “Creative Economy How People Make Money From Ideas”, menjelaskan bahwa ekonomi kreatif merupakan suatu kegiatan ekonomi yang berasal dari pengolahan input dan output dalam bentuk gagasan (Afiff, 2012). Ekonomi menitikberatkan
kreatif pada
merupakan
suatu
pengoptimalan
konsep
informasi
ekonomi dan
yang
kreativitas,
mengandalkan gagasan inovasi serta ketersediaan sumber daya sebagai faktor produksi utama menjalankan kegiatan ekonomi. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan proses teknologi dari tradisional beralih ke proses modern, perubahan penggunaan sumber daya alam beralih ke pemanfaatan sumber daya manusia, dan perubahan industri dari manufaktur menjadi jasa berkembang menjadi industri kreatif.
2. Klasifikasi Industri Kreatif Industri kreatif merupakan kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing-masing memiliki keterkaitan dalam proses pengeksploitasian idea atau kekayaan menjadi nilai ekonomi tinggi yang dapat menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Berdasarkan studi, Negara Inggris mengelompokkan Industri Kreatif dalam 13 sektor antara lain advertising, architecture, art & antiques
market, craft, design, designer fashion, film & video, interactive leisure software, music, performing arts, publishing, software & computer services, television & radio. Mengadopsi
pengklasifikasian
tersebut
dan
didasari
dengan
berbagai pertimbangan, Departemen Perdagangan Republik Indonesia menetapkan bahwa di Indonesia terdapat 14 subsektor industri kreatif yang meliputi periklanan; arsitektur; pasar seni dan barang antik; kerajinan; desain; desain fesyen; video, film dan fotografi; permainan interaktif;musik; seni pertunjukkan; penerbitan dan percetakan; layanan computer dan piranti lunak; televise dan radio; riset dan pengembangan; serta kuliner.
Sumber: Departemen Perdagangan RI Tahun 2008
Gambar 2.1: Klasifikasi Industri Kreatif di Indonesia
Berikut akan dijelaskan klasifikasi subsektor industri kreatif menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008 : 4 – 6), sebagai berikut:
a. Periklanan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan produksi iklan, antara lain riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang produksi material iklan, promosi, kampanye relasi public, tampilan iklan di media cetak dan elektronik.
b. Arsitektur Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan cetak biru bangunan dan informasi produksi antara lain: arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan
biaya
konstruksi,
konservasi
bangunan
warisan,
dokumentasi lelang, dan lain-lain.
c. Pasar seni dan barang antik Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan perdagangan, pekerjaan, produk antik dan hiasan melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet.
d. Kerajinan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan distribusi produk kerajinan antara lain barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, aksesoris, pandai emas, perak, kayu, kaca, porselin, kain, marmer, kapur dan besi.
e. Desain Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, dan konsultasi identitas perusahaan.
f. Desain fesyen Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, prooduksi pakaian mode
dan aksesorisnya, konsultasi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
g. Video, film dan fotografi Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.
h. Permainan interaktif Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi permainan computer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi.
i. Musik Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi dan ritel rekaman suara, hak cipta rekaman, promosi musik, penulis lirik, pencipta lagu atau musik, pertunjukkan musik, penyanyi, dan komposisi musik.
j. Seni pertunjukkan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukkan, pertunjukkan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.
k. Penerbitan dan percetakan
Kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, Koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita.
l. Layanan computer dan piranti lunak Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal.
m. Televisi dan radio Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan transmisi televisi dan radio.
n. Riset dan pengembangan Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.
3. Pelaku dan Faktor Penggerak Industri Kreatif Pelaku yang menjadi faktor penggerak industri kreatif adalah (Departemen Perdagangan, 2008:54 – 57):
Sumber: Departemen Perdagangan RI Tahun 2008
Gambar 2.2: Pelaku dan faktor penggerak Industri kreatif
a. Cendekiawan Cendekiawan merupakan seseorang yang memiliki keahlian dan kemampuan dalam mengolah seni dan ilmu pengetahuan. Dalam industri kreatif pelaku ini terdiri dari peneliti, penulis, aktor, budayawan, seniman, pengajar, dan tokoh lain di bidang seni, budaya dan ilmu lain yang terkait dengan industri kreatif.
b. Bisnis Bisnis merupakan suatu kesatuan organisasi yang dibentuk untuk memfasilitasi ketersediaan barang dan jasa kepada konsumen. Bisnis ini biasanya dimiliki oleh pihak swasta untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
c. Pemerintah Pemerintah merupakan suatu organisasi yang memiliki wewenang mengelola
kegiatan
suatu
Negara.
Peran
pemerintah
dalam
pengembangan industri kreatif didorong oleh adanya kegagalan pasar yang disebabkan monopoli, eksternalitas, barang publik, informasi yang asimetris, ketidakefisienan yang tinggi dan ketidakmerataan hasil pembangunan.
4. Arti Penting Industri Kreatif Ada beberapa alasan mengapa industri kreatif perlu dikembangkan di Indonesia, seperti yang digambarkan pada bagan berikut:
Sumber: Departemen Perdagangan RI Tahun 2008
Gambar 2.3: Arti penting Industri Kreatif
Industri Kreatif perlu dikembangkan di Indonesia karena: a. Memberikan kontribusi Ekonomi yang signifikan. Kontribusi Ekonomi yang dimaksud dalam hal ini ialah berupa PDB dan menciptakan lapangan pekerjaan ekspor. b. Menciptakan iklim bisnis yang positif, misalnya yaitu dengan menciptakan lapangan usaha, memberi dampak bagi sektor lain, melakukan kegiatan pemasaran yang aktif. c. Membangun citra identitas Bangsa terutama pada orang asing atau pendatang atau yang biasa disebut turisme yang berkunjung ke Indonesia.
Misal dengan menunjukkan ikon nasional, membangun
budaya, warisan budaya dan nilai lokal. d. Berbasis kepada Sumber Daya yang terbaharukan seperti ilmu pengetahuan, kreativitas.
Sebutan lain dari orang-orang yang
tergabung dalam kegiatan ini adalah Green Community. e. Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa seperti ide dan gagasan yang menciptakan nilai. f. Memberikan dampak sosial yang positif.
Dampak sosial yang
dimaksud yaitu berupa kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan, peningkatan toleransi sosial.
5. Pilar Utama Industri Kreatif Dalam mengembangkan industri kreatif sebagai dasar ekonomi kreatif, terdapat enam pilar utama yang akan dikembangkan dengan
target masing-masing dari tahun 2009 – 2015.
Berikut gambar
perkembangan enam pilar Industri Kreatif:
Sumber: Departemen Perdagangan RI Tahun 2008
Gambar 2.4: Perkembangan Enam Pilar Industri Kreatif
Keenam pilar tersebut adalah sebagai berikut (Departemen Perdagangan, 2008 : 52 - 53): a. People (Individu) People yang dimaksudkan disini ialah seseorang yang memiliki talenta untuk berkreasi, menjadi pekerja dengan jumlah dan kualitas kreativitas yang baik, sehingga membentuk masyarakat kreatif yang berwirausaha.
Yang menjadi tujuan akhir dari pilah ini adalah terbentuknya masyarakat dengan mindset dan moodset kreatif yang didukung oleh talenta dan pekerja kreatif. b. Industri Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan proses pengolahan produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa baik di wilayah lokal maupun internasional. Dalam hal ini industri yang dikembangkan ialah industri yang memiliki keunggulan komparatif, yang mengutamakan inovasi potensi local agar dapat bersaing dan memiliki keunggulan kompetitif. Tujuan yang ingin dicapai pada pilar ini adalah memiliki industri kreatif yang unggul baik di pasar domestik maupun di pasar asing/pasar Internasional, dengan peran dominan wirausaha nasional. c. Teknologi Teknologi merupakan suatu kesatuan material dan non material sebagai sumber daya dalam mencapai nilai tertentu. Menurut Florida (2003 dalam Departemen Perdagangan, 2008 : 52) ada 3 (tiga) modal utama dalam membangun ekonomi kreatif meliputi kemampuan sumber daya manusia, teknologi, dan hubungan sosial. Basis-basis
teknologi
diarahkan
menuju
master
teknologi,
kemudian dilakukan upaya agar memiliki kapasitas penguasaan teknologi dan computer literacy, selain itu juga mengupayakan iklim usaha yang kondusif untuk meningkatkan investasi dan pembangunan infrastruktur.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pilar teknologi adalah memiliki teknologi yang mendukung desain dan melayani kebutuhan pasar. d. Resource (Sumber Daya) Sumber daya merupakan suatu input yang diperlukan dalam proses pengolahan nilai tambah sumber daya alam dan ketersediaan lahan sebagai penunjang industri kreatif.
Dalam hal ini lebih
ditekankan mengenai kemampuan memanfaatkan bahan baku alam, serta dengan memperhatikan dan menjaga lingkungan. Basis-basis teknologi adalah dengan mengolah sumber daya alam, dengan mempertahankan iklim kondusif untuk ketersediaan pasokan bahan baku domestik. Tujuan yang ingin dicapai pada pilar ini ialah memanfaatkan bahan baku dengan nilai tambah dan tingkat utilisasi yang tinggi serta ramah lingkungan. e. Institution (Lembaga) Lembaga merupakan suatu unsur sosial dalam membentuk kebiasaan dan hukum yang berlaku. Dalam pengembangan industri kreatif sangat diperlukan peranan hukum yang tegas dan jelas untuk melindungi hak kekayaan intelektual yang dihasilkan oleh pelaku kreatif. Selain itu memberikan apresiasi budaya dan warisan budaya Indonesia di dalam dan luar negeri, sehingga masyarakat kreatif dapat saling menghargai dan bertukar pengetahuan. Tujuan utama dari pilar tersebut yaitu masyarakat diharapkan berfikiran terbuka dan bersedia bahkan bangga mengkonsumsi produk kreatif lokal.
f. Financial Intermediary (Lembaga Intermediasi Keuangan) Lembaga intermediasi keuangan merupakan suatu lembaga yang memiliki peran sebagai penyalur dana kepada pelaku kreatif yang memerlukan dana berupa modal dan pinjaman. Tugas dari lembaga ini adalah menguatkan hubungan antara industri kreatif dengan lembaga
keuangan,
dan
menyediakan
skema
dan
lembaga
pembiayaan yang sesuai. Tujuan dari pilar tersebut ialah tercapainya tingkat kepercayaan dan distribusi informasi yang simetris antara lembaga keuangan dengan industri kreatif.
6. Kendala dan Keberhasilan Industri Kreatif Di Indonesia terdapat berbagai macam sektor, salah satunya sektor industri. Dalam menjalankan kegiatan perindustrian, terdapat beberapa kendala dan keberhasilan yang dicapai oleh industri kreatif (Menurut Dyah Ayu, 2014 : 28 - 29),yaitu sebagai berikut: a. Kendala Industri Kreatif Beberapa kendala yang dimiliki oleh industri kreatif dalam proses perkembangannya, adalah: 1) Masih kurangnya sumber daya manusia yang mengembangkan industri kreatif 2) Industri kreatif mengalami keslitan dalam distribusi dan pemasanan produk. 3) Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan industri kreatif masih kurang tegas dan jelas
4) Pemberian bantuan dan proses pendanaan untuk memperoleh modal dan pinjaman bagi pelaku industri kreatif masih sangat kurang. b. Keberhasilan Industri Kreatif Faktor-faktor yang menyebabkan industri kreatif dapat berhasil tumbuh dan berkembang di Indonesia, adalah: 1) Ada perubahan cara berfikir dan strategi dalam pengembangan industri kecil 2) Ada ketersediaan sarana dan prasarana melakukan kegiatan kreatif 3) Ada peraturan pemerintah yang mengatur dan menata industri kreatif 4) Ada saling interaksi yang dilakukan antara pemerintah, lembaga, akademisi, dan pelaku industri kreatif 5) Ada pembuatan roadmap industri kreatif yang merencanakan pola, strategi dan konsep pengembangan usaha dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
7. Visi dan Misi Ekonomi Kreatif di Indonesia Visi dan Misi Ekonomi Kreatif hingga tahun 2025 dapat dijabarkan sebagai berikut: Visi:
“Bangsa Indonesia yang berkualitas hidup dan bercitra kreatif di mata dunia”
Misi:
“Memberdayakan Sumber Daya Insani Indonesia sebagai Modal Utama Pembangunan Nasional” untuk:
a. Peningkatan kontribusi industri terhadap pendapatan domestik bruto Indonesia b. Peningkatan ekspor nasional dari produk/jasa berbasis kreatif anak bangsa yang mengusung muatan lokal dengan semangat kontemporer c. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak terbukanya lapangan kerja baru di industri kreatif d. Peningkatan jumlah perusahaan berdaya saing tinggi yang bergerak di industri kecil e. Penguatan pada pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan bagi bumi generasi yang akan datang f. Penciptaan nilai ekonomis dari inovasi kreatif, termasuk yang berlandaskan kearifan warisan budaya nusantara g. Penumbuhkembangan kawasan-kawasan kreatif di wilayah Indonesia yang potensial h. Penguatan citra kreatif pada produk/jasa sebagai upaya pencitraan Negara (national branding) Indonesia di mata dunia Internasional.
8. Peraturan Perundang-undangan Industri Kreatif a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, yaitu pada Bab VI Pasal 17 yang menyatakan bahwa Desain produk industri mendapat perlindungan hokum. b. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri dalam Perlindungan Hak Asasi Kekayaan Intelektual
c. Keputusan
Menteri
20/MPP/Kep/I/2001
Perindustrian tentang
dan
Perdagangan
Pembentukan
Nomor
Dewan
Desain
Nasional/Pusat Desain Nasional (PDN) d. Pusat Desain Nasional (PDN) sejak tajun 2001 s.d. 2006, telah memilih 532 desain produk terbaik Indonesia e. Tahun
2006,
Departemen
Perdagangan
Republik
Indonesia
memprakarsai peluncuran program Indonesia Design Power yang beranggotakan
Departemen
Perdagangan
RI,
Departemen
Perindustrian RI, Kementrian Koperasi dan UKM serta Kamar Dagang Indonesia (KADIN) f. Tahun 2007, diselenggarakan Pameran Pekan Budaya Indonesia, berdasarkan arahan Presiden dan diprakarsai oleh: Kantor Menteri Koordinator
Kesejahteraan
departemen antara lain:
Masyarakat,
serta
melibatkan
lintas
Departemen Perindustrian, Perdagangan,
Budaya dan Pariwisata, dan Kementrian UKM dan Koperasi g. Tahun 2007, Departemen Perdagangan RI meluncurkan hasil studi pemerataan Industri Kreatif Indonesia dan Menetapkan 14 subsektor Industri Kreatif Indonesia berdasarkan studi akademik atas Klasifikasi Baku Usaha Industri Indonesia (KBLI) yang diolah dari data Badan Pusat Statistik dan sumber data lainnya (asosiasi, komunitas kreatif, lembaga pendidikan, lembaga penelitian) yang rilis di media cetak, terkait dengan industri kreatif.
9. Sentra Industri Kreatif di Indonesia Di Indonesia terdapat beberapa daerah yang menjadi sentra industri kreatif, di antaranya yaitu (Departemen Perdagangan, 2008 : 29 – 36) : a. Bandung Subsektor industri kreatif yang dapat dijadikan unggulan kota Bandung diantaranya yaitu musik, fashion seni, desain, arsitektur, IT dan makanan (kuliner). b. Denpasar Subsektor industri kreatif berpotensi di Kota Denpasar adalah kerajinan, musik, penerbitan dan percetakan, serta fesyen. c. DKI Jakarta Empat belas sub sektor industri kreatif telah berkembang d. Solo Subsektor industri kreatif berpotensi di Solo, antara lain adalah kerajinan, fesyen dan seni pertunjukan e. Yogyakarta Subsektor industri kreatif yang berkembang di Yogyakarta adalah kerajinan, fesyen, dan layanan computer dan piranti lunak f. Makasar Subsektor kreatif yang diperhatikan dan dikembangkan dengan baik oleh Pemerintah kota Makassar adalah subsector kerajinan dan seni pertunjukan.
10. Industri Kreatif di kota Solo Seperti yang diketahui diatas bahwa sentra industri kreatif di Kota Solo terdiri dari subsektor kerajinan, fesyen dan seni pertunjukan. Berikut akan dijelaskan secara lebih detail tentang masing-masing subsector di atas. a. Kerajinan Industri Kreatif subsektor kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi), kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. (Departemen Perdagangan, 2008 : 98)
Berdasarkan bahan baku yang digunakan, produk kerajinan dikategorikan menjadi (Departemen Perdagangan, 2008 : 98): 1) Keramik, misalnya tanah liat, earthen ware, pottery, stoneware, porcelain 2) Logam, misalnya emas, perak,perunggu, besi, tembaga 3) Natural fiber, serat alam seperti bamboo, akar-akaran, rotan 4) Batu-batuan seperti batu mulia, semi precious stone, jade 5) Tekstil sperti cotton, sutra, linen 6) Kayu termasuk kertas dan lacquer ware.
Jenis Pekerjaan utama di subsektor industri kerajinan 1) Pembatik yaitu profesi yang melakukan pembatikan, baik cap maupun tulis 2) Perajut yaitu profesi yang melakukan kegiatan perajutan 3) Penyulam/pembordir yaitu profesi yang melakukan aktivitas sulam dan bordir, baik dengan tangan maupun dengan mesin 4) Pengrajin yaitu profesi yang membuat produk kulit seperti jok, dan kerajinan tatah sungging (hiasan, wayang, dan kap lampu) 5) Pengukir/Pemahat/Pematung yaitu profesi yang melakukan aktivitas mengukir atau memahat atau mematung, baik pada media kayu, batu maupun logam 6) Penganyam yaitu profesi yang melakukan aktivitas penganyaman baik rotan, akar dan serat laiinnya.
Terutama pada industri
kerajinan permadani 7) Pelukis yaitu profesi yang melakukan aktivitas lukis baik pada media kayu, kertas, maupun kulit 8) Pengrajin mebel yaitu profesi yang menghasilkan produk-produk furniture, baik dari kayu maupun rotan.
b. Fesyen Industri Kreatif subsektor fesyen/mode adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain
aksesoris mode
lainnya,
produksi pakaian mode dan
aksesorisnya, konsultasi llini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen (Departemen Perdagangan, 2008 : 175).
Jenis
Pekerjaan
di
Subsektor
Industri
Fesyen
menurut
Departemen Perdagangan (2008 : 180), yaitu: Pekerjaan atau profesi utama di industri Fesyen terdiri dari perancangan, pekerja sablon, penjahit (termasuk bordir), pekerja produksi sepatu, pekerja produksi tas, pekerja produksi aksesoris. Perancangan desain pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris melakukan rancangan desain produk untuk kemudian diproduksi. Pola dan pilihan bahan merupakan output utama profesi ini. Pekerja sablon melakukan aktivitas penyablonan, baik pada produk yang sudah ataupun belum selesai dikerjakan.
Penjahit (termasuk bordir)
melakukan aktivitas penjahitan pakaian, sesuai rencana desain yang diberikan perancangan. Pekerja produksi sepatu, tas dan aksesoris melakukan aktivitas potong, bentuk dan finishing seperti direncanakan pada desain produk.
c. Seni Pertunjukan Industri kreatif kelompok seni pertunjukkan meliputi kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukkan, pertunjukkan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik-tradisional, musik-teater, opera, termasuk tur musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukkan, tata panggung, dan tata pencahayaan (Departemen Perdagangan, 2008 : 325). Definisi lain dalam Departemen Perdagangan (2008 : 325), menyebutkan bahwa seni pertunjukkan adalah karya yang melibatkan aksi individu maupun kelompok yang menyajikan tontonan bernilai seni
tanpa terbatas oleh media tertentu walaupun dalam beberapa kasus, penggunaan media perantara seperti media elektronik dan internet dapat mengurangi nuansa dari karya seni tersebut.
Jenis Pekerjaan di subsektor industri seni pertunjukkan Profesi yang ada pada industri seni pertunjukkan khususnya seni tradisi sangat berkorelasi dengan latar belakang budaya dan etnis setiap seniman. Walau sangat dimungkinkan bahwa seni sebuah etnis tertentu dipelajari oleh seniman berlatar belakang etnis yang berbeda. Namun, hal ini tidak berlaku pada seni pertunjukkan modern, misalnya seniman Bali akan kental nuansa tradisi Bali yang banyak berlatar belakang keagamaan, dan alat begitu pula dengan Jawa dengan pewayangan slah satu contoh (Departemen Perdagangan, 2008 : 326). Profesi utama di subsektor industri seni pertunjukkan menurut Departemen Perdagangan (2008 : 327), meliputi: 1) Sutradara yaitu profesi yang melakukan aktivitas memimpin dan mengarahkan seniman dalam sebuah acara pertunjukkan. 2) Aktor sebagai profesi yang menampilkan seni pertunjukkan sebaga pemain termasuk sebagai story teller. 3) Aktor sebagai profesi yang melakukan penata tari, gerak dan olah tubuh 4) Penulis naskah yaitu profesi yang merumuskan alur cerita 5) Manajer artis/seniman/teater yaitu profesi yang melakukan aktivitas pengaturan dan negosiator ke pihak lin atas nama artis/seniman
6) Penata cahaya yaitu profesi yang mengatur penchayaan saat pertunjukkan berlangsung 7) Penata suara yaitu profesi yang bertugas untuk mengatur tata suara saat pertunjukkan 8) Penata busana yaitu profesi yang mendukung acara pertunjukkan dari sisi busana.
2.1.4 Pendapatan Pendapatan merupakan penerimaan dari hasil yang diperoleh dalam melakukan kegiatan ekonomi berkaitan dengan aktivitas perusahaan dan hasil penjualan faktor produksi yang dimiliki perusahaan (Boediono, 2000). Pendapatan dapat dihitung dengan rumus:
TR TC Dimana
= Pendapatan TR
= Penerimaan total
TC
= Biaya total yang dikeluarkan
Dalam menghitung penerimaan ada beberapa konsep yang dijelaskan sebagai berikut: a. Penerimaan toral atau total revenue (TR) Penerimaan yang diperoleh dari hasil ouput. Penerimaan total ini diperoleh dengan mengallikan output dan harga jual output, dapat dilihat rumus dibawah ini:
TR = Q X PQ Dimana TR
= Penerimaan total
P
= Harga
Q
= Output
b. Penerimaan rata-rata atau average revenue (AR) Penerimaan per unit output yang dijual
AR
TR QXPQ PQ Q Q
Dimana AR
= Penerimaan rata-rata
TR
= Penerimaan total
Q
= Output
PQ
= Harga dikalikan output
c. Penerimaan marginal atau marginal revenue (MR) Kenaikan dari penerimaan total yang disebabkan oleh tambahan 1 (satu) unit output.
MR
TR Q
Dimana MR
= Penerimaan marginal
TR
= Penerimaan total
Q
= Output
Pendapatan yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan pendapatan bersih atau yang sering disebut dengan keuntungan atau laba.
Berikut beberapa pengertian mengenai pendapatan bersih atau
keuntungan atau laba, yaitu:
Laba
diartikan
sebagai
“imbalan
atas
upaya
perusahaan
menghasilkan barang dan jasa” (Menurut Suwardjono (2008 : 464). Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang/jasa).
Menurut Wild, dkk (2005 : 25), “laba bersih merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak”.
Menurut Sadono Sukirno dalam Artikel Ericson Damanik (2014 : 1), “Pendapatan
pengusaha
merupakan
keuntungan”.
Keuntungan
ditentukan dengan cara mengurangi berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh.
Istilah pendapatan digunakan apabila
berhubungan dengan aliran penghasilan pada suatu periode tertentu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja dan modal) masing-masing dalam bentuk sewa, upah dan bunga, secara berurutan.
2.1.5 Biaya Produksi Biaya produksi merupakan keseluruhan pengeluaran yang digunakan dalam proses produksi untuk mendapatkan faktor produksi sehingga menghasilkan barang dan jasa (Sukirno, 2009 : 208 – 223). Biaya produksi dibagi menjadi dua yaitu biaya implisit dan biaya eksplisit (Sukirno, 2009 : 208 – 223), yaitu: 1. Biaya Implisit Biaya implisit adalah biaya yang dimiliki perusahaan berasal dari input yang digunakan dalam proses produksi seperti pembayaran keahlian, modal pribadi, dan bangunan yang dimiliki perusahaan. 2. Biaya Eksplisit Biaya eksplisit adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor produksi dan bahan baku yang diperlukan seperti pembelian bahan baku, upah tenaga kerja yang secara langsung berkaitan dengan proses produksi.
Selain itu, biaya produksi juga dibagi menjadi 3 (tiga) menurut Nicholson (2002 : 190 – 192), antara lain: 1. Biaya Akuntansi Yaitu sejumlah biaya yang dibayarkan untuk mendapatkan sumber daya dari barang dan jasa 2. Biaya Ekonomis Yaitu biaya yang diperlukan untuk memperoleh sumber daya yang digunakan saat ini, nilai dari barang dan jasa tersebut akan diterima pada penggunaan alternatif selanjutnya.
3. Biaya Oportunitas Yaitu biaya yang dihitung dari alternatif penggunaan yang hilang karena memproduksi barang dan jasa tersebut
2.1.6 Modal Modal merupakan kebutuhan utama suatu usaha untuk menjalankan kegiatan baik pada saat mulai berdiri sampai dengan saat pengembangan usaha tersebut. Menurut Irawan (1998 : 75), pengertian modal usaha yaitu keseluruhan kekayaan yang digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah nilai output. Sedangkan Samuelson (2003 : 37) mendefinisikan modal sebagai suatu faktor produksi yang dihasilkan untuk memperoleh input yang bersifat taham lama dan menjadi bagian dari output perekonomian. Dalam suatu usaha terdapat beberapa jenis modal, antara lain: 1. Modal sendiri Modal sendiri yaitu modal yang diperoleh dari pemilik usaha terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, dan lainnya. Kelebihan dari modal sendiri adalah tidak ada biaya administrasi, tidak tergantung pada pihak lain, proses pencairan dana tidak memerlukan persyaratan yang sulit, tidak memerlukan waktu lama, dan tidak ada kewajiban mengembalikan modal. Sedangkan kelemahan modal sendiri yaitu jumlah dana yang dibutuhkan sangat terbatas, modal dari pemilik baru dalam jumlah
tertentu sangat sulit diperoleh, dan kurang adanya motivasi dari pemilik untuk menambah modal. 2. Modal pinjaman Modal pinjaman yaitu modal yang diperoleh dari pihak luar melalui pinjaman. Pinjaman dapat bersumber dari berbagai pihak seperti pihak bank, lembaga keuangan, dan perusahaan keuangan. Kelebihan modal pinjaman yaitu jumlah modal tidak terbatas, dan ada motivasi usaha tinggi untuk mengembalikan pinjaman. Sedang kelemahan dari modal pinjaman yaitu ada berbagai macam biaya yang harus dibayarkan, dan ada kewajiban untuk mengembalikan pinjaman beserta bunganya. 3. Modal tetap Modal tetap adalah modal yang digunakan untuk melakukan proses produksi dalam jangka panjang dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi. 4. Modal lancar Modal lancar adalah modal yang digunakan hanya sekali dalam proses produksi terdiri dari bahanbaku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha. 5. Modal usaha Modal usaha merupakan modal dalam bentuk keseluruhan kekayaan yang digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menambah output.
6. Modal kerja Modal kerja merupakan modal yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari.
2.2
Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian, ada beberapa referensi dari penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai bahan pedoman, antara lain: 1. Penelitian dengan judul “Penggunaan Uji Mann-Whitney pada Analisis Pengaruh Pelatihan Wiraniaga dalam Penjualan Produk Baru”, yang menganalisis tentang pengaruh pelatihan wiraniaga dalam penjualan suatu produk baru.
Metodologi yang digunakan adalah Uji Mann-
Whitney dengan perhitungan secara manual menggunakan rumus dan tabel, dan menggunakan Statistical Program for Social Studies (SPSS). Hasil dari analisis ini menunjukkan adanya pelatihan rata-rata penjualan wiraniaga yang mendapat pelatihan sama dengan rata-rata penjualan wiraniaga yang tidak mendapatkan pelatihan. 2. Penelitian dengan judul “Analisis Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah Sebelum
dan
Sesudah
Menerima Pembiayaan
Musyarakah pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT”. Peelitian ini menganalisis tentang perbedaan omset penjualan, jumlah tenaga kerja serta
jumlah
pelanggan
sebelum
dan
sesudah
menggunakan
pembiayaan musyarakah pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Beringharjo Yogyakarta.
Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji pangkat tanda Wilcoxon.
Hasil dari analisis
menunjukkan bahwa, ada perbedaan antara omset penjualan, jumlah
tenaga kerja, jumlah pelanggan sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah dari BMT Bringharjo Yogyakarta. 3. Penelitian dengan judul “Anlaisis Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dari BMT AT Taqwa Halmahera di Kota Semarang ”.
Penelitian ini menganalisis tentang
perbedaan modal, omzet penjualan, dan keuntungan UMK antara sebelum dan sesudah mendapat bantuan pembiayaan mudharabah dari BMT AT Taqwa Halmahera.
Metode analisis data meliputi analisis
kualitatif, dan diuji menggunakan Uji Statistik Tanda Wilcoxon. Hasil dari analisis adalah bahwa ada perbedaan dalam hal modal usaha, omzet penjualan, dan keuntungan UMK sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT At Taqwa Halmahera. Faktor modal usaha UMK sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT At Taqwa Halmahera dengan nilai Wilcoxon sebesar (-7.537) dengan signifikansi sebesar 0.000, dan rata-rata modal usaha meningkat sebesar 92%, sebelum memperoleh pembiayaan sebesar Rp 9.218.700 dan
sesudah
17.674.000.
memperoleh
pembiayaan
meningkat
menjadi
Rp
Faktor omzet penjualan UMK sebelum dan sesudah
memperoleh pembiayaan dari BMT At Taqwa Halmahera dengan nilai Wilcoxon sebesar (-7.527) dengan signifikansi sebesar 0.000, dan ratarata modal usaha meningkat sebesar 103%, sebelum memperoleh pembiayaan
sebesar
Rp
7.195.000
dan
sesudah
pembiayaan meningkat menjadi Rp 14.671.600.
memperoleh
Faktor Keuntungan
UMK sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan dari BMT At Taqwa Halmahera dengan nilai Wilcoxon sebesar (-7.060) dengan
signifikansi sebesar 0.000, dan rata-rata modal usaha meningkat sebesar 65%, sebelum memperoleh pembiayaan sebesar Rp 719.500 dan
sesudah
memperoleh
pembiayaan
meningkat
menjadi
Rp
1.494.200. 4. Penelitian dengan judul “Dampak Kenaikan Harga Kedelai terhadap Industri Kecil Pengolahan Tahu di Kelurahan Batu Kecamatan Malalayang Manado”.
Penelitian ini menganalisis tentang dampak
sebelum dan sesudah kenaikan harga kedelai terhadap industri kecil pengolahan tahu di Kelurahan Batu Kota Malalayang Manado. Metode dasar yang digunakan untuk melihat sebelum dan sesudah kenaikkan harga kedelai adalah analisis deskripsi yang selanjutnya tahap analisis data
berupa
tabulasi,
editing
serta
pengolahan
data
dengan
mengunakan Microsoft Excel. Hasil dari penelitain menunjukkan bahwa terdapat dampak kenaikkan harga kedelai terhadap industri kecil pengolahan tahu di Kelurahan Batu Kecamatan Malalayang Manado, adapun dampak tersebut terdapat pada harga faktor input, penurunan volume produksi, biaya industri, harga tahu, perubahan ukuran tahu, penerimaan dan keuntungan pengusaha tahu. Naiknya harga kedelai mencapai 35,84%, namun pengrajin tahu dapat bertahan dengan cara mengurangi ukuran tahu, selain itu juga memiliki kemitraan informal untuk penyediaan bahan baku kedelai sehingga industri kecil masih mampu bertahan. 5. Penelitian dengan judul “The Urgency of Communication Media (ECommerce) in Indonesia’s Creative Industry as an Effort to Increase International Business Competition: A Case Study of The Fashion
Industry”, Menjelaskan dan menguji tentang pentingnya pelaksanaan media komunikasi (e-commerce) oleh industri kreatif, khususnya pada subsektor industri fesyen sebagai faktor pendukung dalam Persaingan Bisnis Internasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat sistematis, faktual, dan deskiptif akurat tentang fakta-fakta dan karakteristik tertentu. Hasil penelitian ini yaitu sejak e-commerce mengintegrasikan perdagangan dalam negeri dengan perdagangan dunia, beragam bentuk pembicaraan atau negosiasi tidak hanya akan terbatas pada aspek perdagangan dunia tetapi juga membiacarakan mengenai bagaimana kebijakan domestik pada pengawasan di suatu negara, khususnya pada bidang telekomunikasi, jasa keuangan, pengiriman, dan distribusi.
Proses globalisasi kini memimpin ekonomi ke fase
strategis, khususnya dalam menangkap dan memanfaatkan pasar global. Semua itu tidak terlepas dari jaminan dan permintaan untuk menstabilkan kemampuan industri lokal, khususnya industri kreatif yang telah memiliki posisi tersendiri.
Industri kreatif nasional, khususnya
industri subsektor fesyen sebagai salah satu sektor ekonomi, dalam hal ini juga harus mampu memanfaatkan momen penting dari arus globalisasi. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang ada dan dengan mendukung pemanfaatan teknologi yang memadai, industri kreatif
diharapkan
mampu
menunjukkan
eksistensinya
dan
mendominasi pasar global, sehingga visi “Kualitas Bangsa Indonesia dengan image kreatif di mata dunia” dapat diwujudkan sesuai dengan
program pemerintah dalam kerangka pembangunan ekonomi kreatif 2025.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu tersebut, didapat suatu bentuk penelitian mengenai analisis usaha sebelum dan sesudah menjadi industri kreatif, dengan variabel penelitian berupa pendapatan dan modal usaha. Kedua variabel tersebut digunakan untuk mengukur kinerja pelaku usaha.
2.3
Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis adalah model konseptual mengenai bagaimana cara teori berhubungan dengan berbagai faktor atau variable yang dikenal sebagai masalah yang penting sekali, (menurut Sekaran dalam buku Supranto, 2003 : 324).
Menurut Robbins (1996:24), kinerja digunakan sebagai ukuran untuk mencapai hasil tertentu dalam menjalankan suatu usaha. Kinerja dapat ditentukan dari seberapa besar tingkat pendapatan dan keuntungan yang diperoleh, seberapa besar volume produksi yang dihasilkan dan seberapa besar peran sumber daya manusia dalam mengelola usaha tersebut. Kinerja merupakan suatu ukuran efektif dan efisien dari pengolahan input dan output untuk mencapai suatu tujuan.
Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang membahas mengenai pengukuran kinerja UMKM. Kemudian pada penelitian yang lain
dilakukan perbandingan perhitungan pendapatan dan modal usaha sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan pembiayaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dapat digunakan pengukuran kinerja usaha pada pelaku usaha industri konvensional (sebelum kreatif) dan pelaku usaha industri kreatif (sesudah kreatif), dengan variabel yang akan diukur yaitu pendapatan dan modal usaha, dengan tujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha. Berikut bagan kerangka berfikir penelitian secara teoritis:
Gambar 2.5: Kerangka Berpikir Teoritis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas akan dilakukan penelitian terhadap pelaku usaha industri konvensional (sebelum kreatif), dan pelaku usaha industri kreatif (sesudah melalukan kreativitas). Selajutnya dilakukan pengukuran kinerja pelaku usaha baik sebelum dan sesudah menjadi
industri kreatif. Pengukuran kinerja usaha dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha. Variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja usaha adalah pendapatan dan modal usaha. 1. Pendapatan usaha akan mengalami peningkatan setelah menjadi industri kreatif, karena dengan adanya inovasi dan kreativitas, suatu produk
akan
memiliki
nilai
jual
yang
lebih
tinggi,
selain
itu
pengembangan teknologi dan perluasan pasar juga akan meningkatkan omset penjualan. 2. Modal Usaha setelah menjadi industri kreatif akan meningkat pula, karena dalam melakukan inovasi suatu produk kreatif dibutuhkan modal yang besar, untuk membuat kemasan dan desain produk yang lebih menarik, untuk menambah bahan baku, untuk menambah alat atau mesin dan memperluas tempat produksi.
2.4
Hipotesis Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka hipotesis yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diduga pendapatan setelah kreatif lebih tinggi daripada pendapatan sebelum kreatif. 2. Diduga modal usaha setelah kreatif lebih tinggi daripada modal usaha sebelum kreatif.