B O KS : P RO G RA M F A S IL ITA S I P ERC EP A TA N P EM B ERD A Y A A N EKO N O M I D A ERA H (F P P ED ) D A N P EN G EM B A N G A N KL A S TER KB I S EM A RA N G I. PROGRAM FASILITASI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DAERAH Pelaksanaan Program Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (FPPED) merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah No. 077/04440 dan No. 10/1/DpG/DKM/SKB tanggal 19 Maret 2008 tentang Kerjasama Pengembangan Ekonomi Jawa Tengah. Program yang diawali dari hasil Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Daerah Dalam Rangka Pengembangan Komoditi Unggulan UMKM Di Wilayah Eks-Karesidenan Semarang (2007), kerjasama KBI Semarang dan CEMSED UKSW Salatiga menemukan bahwa komoditas sapi merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, KBI Semarang berupaya untuk memfasilitasi access to finance bagi pengembangan komoditas sapi potong bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan PT. BRI Kabupaten Grobogan serta komoditas sapi perah dan sapi potong di Kabupaten Semarang bekerjasama dengan Dinas Peternakan, PT. BRI dan Bank Jateng Kab Semarang. 1. Fasilitasi Akses Pembiayaan Komoditas Sapi Potong di Kabupaten Grobogan Kegiatan ini berawal dari kesesuaian hasil penelitian KBI Semarang dengan informasi
dari Pimpinan Cabang BRI Grobogan pada saat Rapat Koordinasi
dengan bank-bank pelaksana Kredit Usaha Rakyat (KUR) mengenai komoditas yang akan dibiayai. Selanjutnya KBI Semarang melakukan identifikasi potensi komoditas sapi potong, kelompok peternak, potensi kredit dari bank sekaligus bantuan teknis yang dapat diberikan bagi kelompok peternak di Kabupaten Grobogan bersama Dinas Peternakan Kabupaten Grobogan. Berdasarkan hasil identifikasi, terpilih kelompok peternak Lembu Karya di desa Ngraji, Kecamatan Purwodadi Kota dan Lembu Kinasih di desa Njono, kecamatan Tawang Harjo, Kabupaten Grobogan yang dinilai layak mendapatkan
KA
JIA N
EKO
N O M I REG IO N A L
TRIW
U LA N
II-2 0 0 8
1
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) karena memenuhi persyaratan bank teknis dan telah memiliki kandang komunal. Di samping itu, kebutuhan bantuan teknis yang teridentifikasi adalah kebutuhan informasi mengenai biogas, inseminasi buatan dan penggunaan pakan ternak instan yang diproduksi oleh Perusahaan Daerah (PERUSDA) Kabupaten Grobogan. Selanjutnya, KBI Semarang melakukan sinergi antara kelompok peternak Lembu Karya, Dinas Peternakan, dan PT. BRI sebagai berikut : para peternak membangun kandang komunal berkapasitas 20 ekor sapi secara swadaya untuk menampung sapi yang dibeli dari realisasi kredit KKPE sebesar Rp200 juta dari PT. BRI. Dalam rangka memanfaatkan hasil kotoran sapi menjadi sumber energi, KBI Semarang membantu pembangunan instalasi biogas untuk kelompok tersebut melalui BISR (Bank Indonesia Social Responsibility). Sedangkan pemenuhan kebutuhan bantuan teknis diperoleh dari penyuluhan yang dilakukan bersama Dinas Peternakan Kab. Grobogan mengenai biogas, inseminasi buatan dan penggunaan pakan ternak instan. 2. Fasilitasi Akses Pembiayaan Komoditas Sapi Potong di Kabupaten Semarang Kegiatan ini berawal dari pencarian informasi sumber pembiayaan dari perbankan pada komoditas yang berhasil diidentifikasi dari hasil penelitian Dasar Potensi Ekonomi Daerah Dalam Rangka Pengembangan Komoditi Unggulan UMKM Di Wilayah Eks-Karesidenan Semarang (2007), kerjasama KBI Semarang dan CEMSED UKSW Salatiga. Dari kegiatan tersebut, diperoleh informasi bahwa Bank Jateng dan PT. BRI Cabang Ungaran berminat membiayai pengembangan usaha Sapi Perah dan Sapi Potong di wilayah Kabupaten Semarang. Bersama Dinas Peternakan Kab. Semarang, informasi tersebut ditindaklanjuti dengan melakukan survei awal kepada kelompok peternak sapi. Dari hasil survei, selanjutnya disusun Program Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah yang didiseminasikan dalam FGD bersama Bank Jateng Pusat, Bank Jateng Ungaran, Dinas Peternakan Kab.Semarang, Dinas Pelayanan Koperasi & UKM serta Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jateng untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam rangka mengembangkan usaha Sapi Perah di Kab. Semarang.
KA
JIA N
EKO
N O M I REG IO N A L
TRIW
U LA N
II-2 0 0 8
2
Berdasarkan hasil tersebut program fasilitasi peternak sapi untuk mengakses sumber pembiayaan KKPE bekerjasama dengan Bank Jateng telah terealisasi kredit bagi peternak sapi perah sebesar Rp 3,350 milyar di Kabupaten Semarang dan kredit bagi peternak sapi potong sebesar Rp818 juta di kabupaten Semarang. Sedangkan program fasilitasi peternak sapi untuk mengakses sumber pembiayaan KKPE bekerjasama dengan PT. BRI di Kab Semarang, telah terealisir kredit kepada peternak sapi perah sebesar Rp.500 juta. Follow up untuk mengupgrade kapasitas para peternak melalui kegiatan pelatihan direncanakan akan dilaksanakan bulan Agustus 2008, dengan fasilitator dari Dinas Peternakan dan Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BPPT) Provinsi Jawa Tengah. II. PROGRAM PERCEPATAN SEKTOR RIIL MELALUI PENGEMBANGAN KLASTER Melanjutkan berbagai kegiatan pengembangan klaster mebel rotan Transan, Sukoharjo yang telah dilaksanakan pada triwulan I-2008, maka pada triwulan II2008 telah dilaksanakan beberapa FGD bersama dengan para pelaku usaha di klaster mebel rotan Transan, Sukoharjo. Dari beberapa FGD tersebut telah berhasil diformulasikan tujuan jangka pendek dan jangka menengah yang disepakati bersama oleh para champion dalam klaster. Untuk jangka pendek, prioritas utama adalah terciptanya keberlanjutan pasokan bahan baku dan kemungkinan pemasaran bersama melalui peningkatan penggunaan teknologi. Guna menindaklanjuti FGD dan merumuskan strategi serta rencana aksi pengembangan klaster rotan, maka telah ditunjuk perwakilan yang nantinya bertindak selaku task force dan menjadi mitra kerja harian bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan mendatang. Anggota Task force terdiri dari para pengusaha di lingkungan klaster mebel rotan Transan, Sukoharjo. Pembentukan Task Force ini dilakukan sebagai wujud komitmen kebersamaan para pelaku sekaligus membentuk “sense of belonging“ dari para pelaku untuk mempersiapkan langkah passing out BI dan GTZ dari intervensinya di klaster. Tim ini nantinya juga diharapkan dapat menjadi embrio dalam mengelola klaster ke depan. Selanjutnya berdasarkan FGD bersama Tim Task Force telah disepakati untuk membentuk terminal bahan baku bagi pelaku usaha di Trangsan dengan
KA
JIA N
EKO
N O M I REG IO N A L
TRIW
U LA N
II-2 0 0 8
3
membuat rencana Business Plan sekaligus Feasibility Studynya, sehingga pendanaannya dapat ditawarkan kepada lembaga keuangan baik perbankan, non bank dll. Business Plan tersebut disusun berdasarkan hasil survei pasar kebutuhan bahan baku industri mebel di wilayah Solo Raya yang dilakukan IFC (International Finance Corporation) bersama Detro Consulting, dan telah teridentifikasi bahwa pasar yang dapat dilayani oleh terminal bahan baku ini sebesar 300 ton/bulan. Untuk operator terminal bahan baku tersebut, saat ini sedang dilakukan negosiasi dengan champion dan ASMINDO Komda Solo sehingga diharapkan nantinya tidak menimbulkan persaingan dengan champion yang saat ini telah bertindak sebagai supplier dengan melayani pasar sekitar 135 ton/bulan. Apabila Business Plan tersebut dapat disepakati bersama calon operator, maka selanjutnya KBI Semarang akan memfasilitasi akses pendanaannya. III. REKOMENDASI PROGRAM PENGEMBANGAN SEKTOR RIIL MELALUI TFPPED DAN PENGEMBANGAN KLASTER MEBEL ROTAN
1. Dalam rangka menciptakan sinergi program TFPPED dapat dikombinasikan dengan
program
BISR
(Bank
Indonesia
Social
Responsibility),
sehingga
pemanfaatannya bisa mendukung sektor-sektor produktif. 2. KBI Semarang mengharapkan kerjasama dengan KBI yang wilayahnya merupakan penghasil bahan baku rotan (Kalimantan, Sulawesi dan Papua), untuk menghubungkan konsorsium/asosiasi/pemasok rotan dengan Tim Tarsk Force yang akan menjadi operator terminal bahan baku rotan di Transan, Sukoharjo. 3. Lessons Learned yang didapatkan KBI Semarang dalam program pengembangan klaster : a. Pengembangan klaster merupakan program jangka menengah – panjang karena sebagian besar klaster di Jawa Tengah merupakan klaster dormant, sehingga butuh waktu cukup lama untuk melakukan peningkatan daya saingnya. Oleh karena itu sebaiknya program pengembangan klaster tidak dilakukan dalam jangka pendek b. Dalam rangka pengembangan klaster dibutuhkan modal sosial yang tinggi dari stakeholder yang terlibat di dalamnya, dan sinergi dengan pihak-pihak terkait.
KA
JIA N
EKO
N O M I REG IO N A L
TRIW
U LA N
II-2 0 0 8
4
c. Untuk meningkatkan akes pembiayaan, skim-skim kredit perbankan seperti KUR dan KKPE perlu untuk dilanjutkan dan dapat lebih ditingkatkan pemanfaatannya, disamping perlunya bekerjasama dengan BUMN maupun perusahaan yang masing-masing memiliki dana PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) dan CSR (Corporate Social Responsibility).
KA
JIA N
EKO
N O M I REG IO N A L
TRIW
U LA N
II-2 0 0 8
5
KA
JIA N
EKO
N O M I REG IO N A L
TRIW
U LA N
II-2 0 0 8
6