NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA PERMAINAN TRADISIONAL ANAK DI LINGKUNGAN RT 002/04 KELURAHAN CIPUTAT
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.
Uiii Disusun oleh Darti Nim :208011000044
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: DARTI
Nim
: 208011000044
Jurusan
; PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil sendiri atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta. 12 Desember 2013 MTiTERAI
TfiMPia
PifU TGL
- 20
F 7 5 D FA C F 2 4 2 3 5 ENAMta B UKia i AH
rjTf,
DARTI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Nilai-nilai PendidikanAkhlak pada Permainan Tradisional anak di Lingkungan Rt 002/04 Ciputat disusun oleh Darti, NIM 208011000044, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 12 Desember 2013
Yang Mengesahkan,
Siti Khadijah, MA Nip : 197007271997032004
LEMBAR PENGESAHAN
Sicripsi berjudul "Nilai-nilai pendidikan akhlak pada permainan tradisional anak di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputaf'diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguraan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 21 Maret 2014, dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 5 Mei 2014
Panitia Ujian Munaqosah KetuaJurusan Dr.H.Abdul Maiid Khon.IVt.Ag NIP : 195807071987031005
Tanggal
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Program Studi) Marhamah Saleh.Lc.MA
/
\ d j �I I
NIP :197203132008012010 Penguji 1 Dra.Diunaidatul Munawaroh.M.Ag NIP : 195809181987012001
'
& Muhammad Soleh Hasan.Lc.MA NIP :197102142006041018
/
Mengetahui, Dekan
Dra.Nurlena Rifa'i.MA.Ph.D NIP : 195910201986032001
Tanda Tangan
ABSTRAK
Nilai-nilai Pendidikan Akhlak pada Permainan Lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat
Tradisional Anak Di
Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan akhlak pada Permainan Tradisional anak
Sikap manusia dapat dianggap baik jika sudah memiliki sikap yang terpuji. Tanpa sikap yang terpuji derajat manusia akan lebih rendah dari pada hewan. Untuk menumbuhkan sikap terpuji diperlukan secara terus menerus melalui bimbingan dan pendidikan yang baik sehingga tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif. Faktor yang menjadikan sikap terpuji adalah pendidikan akhlak keluarga, dan masyarakat yang terdapat dalam permainan tradisional anak sangat digemari oleh kalangan anak-anak dan remaja. Salah satu bentuk pelestarian budaya tradisional adalah dengan menggali kembali permainan-permainan tradisional anak di masyarakat yang kini sudah hampir punah. Seperti karya ilmiah yang penulis buat ini dengan mengangkat sebuah judul "Nilai-nilai Pendidikan Akhlak pada Permainan tradisional anak di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan prilaku yang dapat diamati. Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara dan observasi (pengamatan langsung) kepada obyek penelitian, yaitu anak-anak yang sedang melakukan permainan tradisional. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa di setiap permainan tradisional memiliki banyak manfaat dan nilai akhlak yang terbentuk. Permainan tradisional yang di praktekkan di Rt 002/04 Kelurahan Ciputat antara lain : Bentengan, Petak umpet, Congklak, Casing, Taplak, layanglayang, Hadang, Ular naga, Sumpitan, Cublak-cublak suweng, Kasti, Lompat tali/Karet, Suit Jalan, Bekel, Panjat pinang.
Nilai-nilai akhlak tersebut diantaranya akhlak terhadap diri sendiri (personal) seperti : jujur, sabar, teliti, dapat bekerja sama dengan teman, sportif, bertanggung jawab,cermat, rendah hati dan saling menyayangi teman. akhlak Sosial (Akhlak terhadap Keluarga seperti : berkata sopan, menghormati orang tua, menghargai waktu, dan akhlak terhadap masyarakat seperti saling tolong menolong, dan Bekerja sama. Sedangkan Peran orang tua dan Masyarakat dalam membudayakan permainan tradisional di lingkungan Rt 002/04 adalah dengan memberikan fasilitas dan waktu bermain yang cukup kepada anak. Darti (PAI)
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah Rabbal'alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi
berjudul
''Nilai-nilai
Pendidikan
Akhlak pada
permainan
tradisional anak di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputaf ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Selesainya skripsi ini tidak lepas dari sumbangsih berbagai pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ibu Mayanih, Ibundaku tersayang yang telah melahirkan, merawat, mendidik, membimbing dan mendukung penulis dengan kasih sayang tulus sepanjang masa. 2. Suamiku
tercinta
(Yono)
dan
anak-anakku
tersayang
yang
sudah
mendukung penulis dan sudah begitu banyak berkorban selama penulis kuliah. 3. Ibu dan Bapak Mertuaku yang sudah dengan ikhlas menjaga anak-anakku selama penulis kuliah. 4. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Hidayatullah Jakarta,
Syarif
Ibu Dra.Nurlena Rifa'i,MA.Ph.D beserta para
pembantu dekan dan segenap jajarannya. 5. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Dr.H.Abdul Majid Khon,M.Ag.
dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Ibu
Marhamah Saleh,Lc.MA yang telah memberikan nasehat, arahan, dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Dosen Pembimbing Ibu Siti Khadijah, MA dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen dan pegawai perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Utama yang telah memberikan ilmu dan tuntunan kepada penulis dan membantu melengkapi literature yang penulis perlukan dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Teman-teman
Mahasiswa
PAI
Non
Reg,
atas
pengalaman
dan
pembelajaran berharga yang penulis dapatkan saat berinteraksi dengan mereka. Terima kasih atas bantuannya selama penyelesaian skripsi ini, semoga mereka mendapat imbalan yang sesuai dari Allah Swt. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi seluruh pembaca.
Jakarta, 5 Mei 2014
Penulis
iv
DAFTARISI LEMBAR PERNYATAAN PENULIS LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI BAB I
V
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
5
C. Pembatasan Masalah
5
D. Perumusan Masalah
5
E. Tujuan Penelitian
6
F. Manfaat Penelitian
6
BAB II : KAJIANTEORI A. Konsep Permainan
7
1. Pengertian permainan
7
2. Hal-hal yang hams diperhatikan dalam permainan
8
3. Metode permainan dalam pendidikan pada anak
8
4. Teknik Permainan
9
5. Permainan Tradisional
9
B. Pendidikan Tentang Akhlak
11
1. Pendidikan
11 12
Pengertian pendidikan 2. A kh l a k
14
a. Pengertian Akhlak
14
b. Dasar Pendidikan Akhlak
17
V
c. Macam-macam Akhlak
18
d. Sumber Akhlak
28
e. Ciri-ciri Akhlak dalam Islami
30
f. Ruang Lingkup Pembahasan Akhlak
31
C. Hasil Penelitian Yang Relevan
32
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian
33
B. Metode Penelitian
33
C. Teknik pengumpulan data
34
D. Tahap-tahap Penelitian
35
E. Proses pencatatan dan Analisis data
36
F. Instrumen pengumpulan data
38
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rt 002/04 Ciputat
40
B. Peran Orang tua dalam membudayakan permainan tradisional anak di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan ciputat 40 C. Peran Masyarakat dalam membudayakan permainan Tradisional anak di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat
41
D. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat pada Permainan Tradisional di lingkungan Rt 002/04 Ciputat
41
BABV : PENUTUP A. Kesimpulan
66
B. Saran
67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah Anak merupakan buah kasih dari orang tuanya yang sangat berharga, karena itu semua orang ingin selalu dan mempunyai kewajiban untuk serta membesarkan supaya
membahagiakan, mendidik,mengasuh dewasa
yang
berguna bagi dirinya
menjadi
maupun bagi masyarakat. Dalam
menjalankan kewajibannya orang tua tidak hanya mendidik dan mengasuh, melainkan harus betul-betul memperhatikan kebutuhan anaknya dan orangtua haruslah mengetahui betul-betul dasar-dasar pengetahuan yang minimal tentang jiwa si anak dan pokok-pokok pendidikan yang harus dilakukan dalam menghadapi bermacam-macam sifat si anak.'Misalnya saja dengan melakukan suatu permainan. Diseluruh daerah negeri ini terdapat permainan yang terkenal, seperti : congklak, petak umpet, bentengan, dsb. Kita tidak melebih-lebihkan bila kita katakan bahwa manusia itu dimana-mana suka bermain, dari lahir sampai mati. Oleh karena itu kita harus mencari sifat yang khas dalam permainan-permainan itu. Hal ini dapat kita lakukan dengan mengamat-amati anak-anak yang sedang bermain. Pertama : Kita lihat, bahwa anak itu memilih suatu tempat bermain yang tertentu. Kadang-kadang tempat itu suatu sudut didalam rumah, ataupun diluar rumah. Kedua : Kita lihat, bahwa anak itu bermain pada waktu yang tertentu, yaitu bila ia ingin bermain-main. Kadang-kadang permainan itu diulang dari mulanya hingga anak itu merasa puas bermain.
'Darajat,Zakiah, Kesehatan Mental (Jakarta : Gunung Agung, 1986) hal 122
1
2
Ketiga : Kita lihat, bahwa anak itu bermain dengan suatu benda atau dengan seorang teman. Akhimya permainan itu dilakukannya dengan suasana yang tertentu, sehingga anak-anak itu merasa bebas, senang dan puas. Disamping mereka puas bermain sebaiknya mereka diajarkan permainan yang yang dapat mendidik dan memberikan nilai akhlak atau moral bagi mereka sendiri agar mereka mendapat manfaat dari permainan tersebut. Pada masa sekarang ini penting bagi orang tua untuk menanamkan kebiasaan baik pada anak, seperti sabar karena sesungguhnya islam telah memerintahkan kedua orang tua untuk mendidik anak-anaknya dan untuk mendorong mereka dalam berbuat kebaikan. Sejalan dengan itu, Imam Al-Ghazali berpendapat, "Seorang anak dapat menerima setiap lukisan dan cenderung menerima segala sesuatu yang disodorkan kepadanya atau kepada setiap apa yang diucapkan." Oleh karena itu, jika kita mengajari dan membiasakan kebaikan kepada anak-anak kita, maka mereka akan tumbuh dalam kebaikan serta berbahagia di dunia dan di akhirat. " Seperti yang dikemukakan dalam buku perkembangan anak Bahwa suatu kegiatan yang tidak memuaskan, merangsang atau menentang individu disebut "Membosankan" : individu tidak mampu melihat bagaimana kegiatan itu dapat memberi keuntungan pribadi atau kepuasan.� Diriwayatkan oleh Thabrani dari Abu Ayyub Al-Anshari,dia berkata : "Aku memasuki rumah Rasulullah saw,dan tampak kedua cucunya Hasan dan Husain ratengah bermain dihadapan beliau atau dipangkuan beliau, maka aku bertanya: "Wahai
Rasulullah
apakah
engkau
mencintai
keduanya?"
Beliau
mQnjawah,'"Bagaimana aku tidak mencintai keduanya,sedangkan mereka berdua merupakan permata hatiku.Kemudian beliau mencium keduanya. Namun adapula permainan yang dilarang oleh Rasulullah SAW yaitu bentuk permainan yang menyakiti makhluk lain, Seperti : melempar binatang �Hurlock Elizabeth,_S. Perkembangan Anak Jilid 2 (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1990) hal 114
�Muhammad Nur Abdul Hafuh�Mendidik anak bersama Rasulullah i'aw(Kairo : AlBayan 1988)cet ke-II hal 228
3
dengan batu sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad dalam musnadnya dari Said bin Jubair dia berkata : " Suatu hari ketika aku berjalan bersama Ibnu Umar dan Ibnu Abbas pada sebuah jalan dikota madinah ketika terlihat anak-anak melempari ayam dengan batu. Maka marahlah Ibnu Umar seraya berkata, "Siapa yang melakukan ini? "Maka anak-anak pun lari berpencar. Kemudian ia berkata, " "RasuluUah SAW melaknat orangyang menganiaya hewan. Permainan menyebabkan terbentuknya perkumpulan yang tertentu, yang senantiasa bertambah besar dan semakin banyak menarik penggemar-penggemar, yang menjadi orang yang berkemauan keras dan tangkas berkat permainan itu. Namun ada sebagian besar orang tua yang berpendapat bahwa : waktu anak-anak diluar sekolah adalah harus beristirahat dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, terutama anak perempuan. Hal ini sesungguhnya salah, Seperti telah dinyatakan diatas tadi bahwa permainan dan bekerja keras, kedua-duanya penting bagi seseorang yang beradab, hanya mementingkan bekerja keras saja adalah tidak baik. Karena walau bagaimanapun tubuh dan pikiran kita memerlukan penyegaran dan dengan cara bermainlah kita akan mendapatkannya/ Semua manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Tetapi ia di anugerahi oleh Allah berupa panca indra, pikiran dan rasa sebagai modal untuk belajar dan menerima ilmu pengetahuan.
Ia juga diberikan potensi
kecerdasan sehingga dapat belajar untuk terus mengembangkan kemampuan kearah lebih baik dan lebih sempurna, baik perkembangan dalam bidang intelektual maupun prilaku. Salah satu upaya dalam pembentukan kepribadian manusia adalah dengan pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan umat islam. Bahkan islam mewajibkan umatnya untuk terus belajar sampai datangnya kematian. Seseorang yang memiliki keindahan akhlak dalam dirinya maka ia akan menjadi manusia yang disegani dan dihormati oleh masyarakat. Kemuliaan
"ibid h 230
4
seseorang bukan terletak pada jabatannya yang tinggi atau hartanya yang banyak. Tetapi kemuliaan itu terletak pada baik atau tidaknya akhlak orang tersebut. Akhlak yang baik tidak datang dengan sendirinya, melainkan hams dipupuk dan diarahkan sejak dini. Jika hal ini dikaitkan dengan akhlak seorang anak dalam kehidupannya, maka anak yang berakhlak kurang baik hams di benahi keimanan dan ketakwaannya. Dengan ketakwaan yang baik maka perilaku anak akan semakin baik pula, dan begitu pula sebaliknya. Akan tetapi fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang ini nilai-nilai akhlak yang baik kurang tercermin dalam kehidupan sehari-hari, seperti didalam lingkungan yang banyak terdapat pergaulan yang salah dan menyimpang. Adapun penyebab msaknya akhlak itu antara lain : Kurangnya pantauan orang tua dalam memantau anak-anaknya ketika mereka beraktivitas dan bermain. Tidak hanya kurangnya pantauan dari orang tua tetapi juga lingkungan masyarakat menjadi penyebab msaknya pergaulan anak. Dengan demikian tugas orang tua adalah memberikan perhatian yang lebih pada anak, temtama pada saat bermain. Dimana pada saat bermain anak-anak hams di berikan pengarahan agar tidak kelim mengartikan permainan tersebut. Seperti memilih permainan tradisional yang kini sudah hampir punahatau permainanmodern, keduanya sama-sama memiliki nilai kebaikan tetapi permainan modern lebih banyak kebumkannya. Misal : Permainan Games, jika terlalu lama memainkannya akan memsak mata, dan banyak sekali permainan modern yang dapat memsak moral dan karakter anak. Disinilah peran orang tua dalam mengarahkan permainan yang baik untuk anaknya. karena lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Sehingga terbentuk akhlakul karimah pada anak.
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasi sebagai berikut: 1. Belum adanya pemahaman mengenai manfaat dari
permainan
tradisional 2. Kurangnya motivasi orang tua untuk menumbuhkan sikap mencintai permainan tradisional kepada anaknya 3. Kurangnya pengarahan orang tua dalam memilih permainan yang baik bagi anak 4. Kurangnya pengetahuan mengenai nilai akhlak dari
permainan
tradisional 5. Kurangnya fasilitas ketika anak memainkan permainan tradisional C. Pembatasan Masalah Dari beberapa permasalahan yang penulis kemukakan, Penulis membatasi permasalahan pada Nilai-nilai pendidikan akhlak pada permainan tradisional anak di lingkungan Rt 002/04 Ciputat. Pendidikan akhlak yang penulis maksud adalah sabar, jujur, teliti, dapat bekerjasama dengan teman, sportif, bertanggung jawab, saling menyayangi teman, berkata sopan, menyayangi orang tua, rendah hati, dan menghargai waktu. Sedangkan permainan tradisionalnya adalah bentengan, petak umpet, congklak. Casing, Taplak, Cublak-cublak suweng, bekel, Ular naga, Galasin, dan Panjat pinang, Layang-layang, lompat tali/karet, suit jalan, Kasti, sumpitan/pletokan. D, Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah,maka perumusan masalah yang penulis ajukan antara lain : 1. Bagaimana peran orang tua dan masyarakat dalam membudayakan permainan tradisional terhadap anaknya ?
6
2. Nilai-nilai akhlak apa saja yang terbentuk dari setiap permainan tradisional anak ? E, Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui nilai pendidikan akhlak pada permainan tradisional anak dan Menjadikan permainan tradisional lebih hidup di masyarakat. F, Manfaat Penelitian 1. Bagi orang tua : Agar para orang tua lebih menyadari pentingnya suatu permainan untuk anak 2. Bagi anak : Untuk membentuk akhlakul karimah pada anak dan agar anak lebih mencintai permainan tradisional 3. Bagi masyarakat : Agar masyarakat lebih mengerti cara dan manfaat permainan tradisional 4. Bagi peneliti selanjutnya : Hasil penelitian dapat memberikan informasi awal yang selanjutnya bermanfaat untuk dikaji secara lebih mendalam.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Permainan 1. Pengertian Permainan Bermain adalah keinginan anak secara alamiah, kadang-kadang anak-anak lebihmementingkan bermain daripada makan dan minum. Ada jenis mainan yang dapat meningkatkan perkembangan intelek(kognitif), ada mainan untuk pembinaan psikomotor, mungkin ada juga permainan yang bermanfaat bagi pembinaan afektif anak/ Permainan penting sekali artinya dalam kehidupan manusia, baik sekarang maupun jaman dahulu. Anak dari yang kecil sampai yang besar sejak dahulu selalu bermain-main dan anehnya banyak diantara permainan anak-anak itu dari dahulu kala telah umum dikenal orang.® Permainan dibagi menjadi dua yaitu : Permainan untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (games). Permainan untuk bermain dilakukan guna mengisi waktu luang dan bersifat hiburan yang pada umumnya dilakukan oleh anak-anak. Permainan untuk bertanding dibagi menjadi empat jenis yaitu : a. Permainan yang memerlukan kekuatan/keterampilan fisik (contoh: engrang, dayung, panah, dan pencak silat) b. Permainan yang memerlukan suatu siasat (contoh: Dakon, Damdaman) c. Permainan yang memerlukan kekuatan fisik dan siasat (contoh : Sepak takraw, gobak sodor dan kasti) d. Permainan yang bersifat untung-untungan (contoh : karapan api,
adu
ayam) 2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam permainan : �
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung : Anggota IKAPI )cet 1 1992,cet2 1994 hal 172 ''KPPK, Ilmu Pendidikan Guru didalam Kelas (Bandung : Jalan Dokter Cipto 9)Khusus untuk kemen trian Agamahal 10
7
8
a. Hams kita usahakan agar anak-anak mendapat waktu yang cukup untuk bermain b. Hams ada tempat untuk bermain c. Hams mempunyai alat-alat untuk bermain d. Hams ada pimpinan bermain� 3. Metode permainan dalam pendidikan pada anak Kata metode berasal dari bahasa
Greek
( Yunani ) Yang
terdiri
darikata"Me�/za" yang berarti melalui dan ''hodos'" yang berarti jalan, cara, alat, atau gaya. Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode mempakan alat yang di pergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.*� a. Keunggulan Metode Permainan 1) Permainan menumbuhkan kegembiraan dan tidak membosankan dalam belajar 2)
Kompetisi dan ingin menang dirasakan oleh peserta
3) Dapat menggunakan alat-alat
yang mudah di dapat, murah, dan
mudah di gunakan 4) Ganjaran bagi pemenang dapat di rasakan secara langsung 5) Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari anak untuk belajar 6) Permainan dapat memberikan umpan balik yang memungkinkan proses belajar lebih efektif 7) Permainan bersifat luwes, yang di pakai untuk berbagai tujuan pendidikan
dengan
mengubah
sedikit
alat,
aturan,
maupun
persoalannya b.Kelemahan Metode Permainan 1) Kemungkinan timbul perasaan untuk mengalahkan yang lain bukan bekerja sama 2) Tidak semua topik dapat menggunakan metode permainan, makin tinggi tingkatannya makin sukar di sampaikannya 'KPPK, Ilmu Pendidikan Guru didalam Kelas (Bandung : Jalan Dokter Cipto 9) Khusus untuk kementrian Agama hal 12-13 '�M.Ariiin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1987) cet ke-3 hal 89
9
3)
Melebihi waktu yang telah di tentukan
4)
Permainan akan mengganggu ketenangan sekitamya
4. Teknik Permainan Permainan mempunyai peraturan dan pedoman untuk memainkannya. Setiap anak mempunyai kesempatan untuk turut serta dalam permainan. Setiap permainan di iringi dengan diskusi, permainan di sesuaikan dengan situasi dan kondisi, waktu, tempat, dan sasarannya. Agar tujuan belajar dapat di capai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira dan bersaing. Adapun penggunaan teknik permainan sebagai berikut: a. Pendidik atau bersama peserta didik, memikirkan atau menentukan ide pokok, pesan atau masalah yang di sampaikan dalam permainan b. Pendidik bersama peserta didik menyusun dan menentukan aturan permainan yang mudah, sederhana dan jelas c. pendidik membantu peserta didik dalam mempersiapkan tempat, fasilitas, dan alat-alat yang di perlukan d. pendidik membantu peserta didik dalam melaksanakan permainan 5. Permainan Tradisional Permainan Tradisional menurut bentuk
James Danandjaja adalah salah Satu
yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan
diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun serta banyak mempunyai variasi. Sifat atau ciri dari permainan tradisional
anak sudah
tua usianya,tidak diketahui asal usulnya, siapa
penciptanya dan darimana asalnya. Biasanya disebarkan dari mulutke mulut dankadang-kadang mengalamiperubahan nama atau bentuk meskipun dasamya sama.
Jika dilihat
dari akar
katanya, permainan tradisional
tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan. Menurut Atik Soepandi, Skar dkk. Permainan adalah menghibur
hati.
Baik
yang
mempergunakan
alat
perbuatan untuk ataupun
tidak
mempergunakan alat. Sedangkan yang dimaksud tradisional adalah segala
10
sesuatu yang dituturkan atau secara turun temurun dari orang tua atau nenek moyang, sebagai sarana hiburan atau untuk menyenangkan hati. Permainan tradisional ini bisa dikategorikan dalam tiga golongan,yaitu : Permainan untuk bermain (rekreatif), permainan untuk bertanding (kompetitif), permainan yang bersifat edukatif. Permainan tradisional yang bersifat rekreatif pada umumnya dilakukan untuk mengisi waktu luang. Permainan tradisional
yang bersifat kompetitif,
memiliki
ciri-ciri
:
terorganisir, bersifat kompetitif, dimainkan oleh paling sedikit 2 orang. Mempunyai kriteria yang menentukan siapa yang menang dan yang kalah, serta mempunyai peraturan yang di terima bersama oleh pesertanya. Sedangkan permainan tradisional yang bersifat edukatif, terdapat unsurunsur
pendidikan
di
dalamnya.
Melalui
permainan
ini
anak-anak
diperkenalkan dengan berbagai jenis dan bentuk permainan pasti terkandung unsur pendidikannya. Inilah salah satu bentuk pendidikan yang non formal di dalam masyarakat. Permainan jenis ini menjadi alat sosialisasi untuk anak-anak agar mereka dapat manyesuaikan diri sebagai anggota kelompok sosialnya. a. Macam-macam Permainan Tradisional Banyak sekali macam-macam permainan tradisional di Indonesia, hampir diseluruh mengalami
daerah-daerah telah mengenalnya bahkan pernah
masa-masa
bermain permainan
tradisional
sejak kecil.
Permainan tradisional perlu di kembangkan lagi karena mengandung banyak unsur manfaat dan persiapan bagi anak dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Beberapa contoh permainan tradisional adalah : Congklak, Bola bekel, Bola kasti, Petak umpet, Taplak, dan Iain-lain b. Permainan Tradisional sebagai Media Pembelajaran Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas kadang terasa monoton hingga menyebabkan siswa merasa jenuh. Untuk menghindari kejenuhan siswa maka dapat diselipkan permainan tradisional dalam pembelajaran
tersebut.
Contohnya
dalam
pembelajaran
penjumlahan
matematika dapat diselipkan permainan "Gatheng". Dengan pemainan
11
Gatheng kemampuan motorik dan kemampuan berhitung anak dapat terlatih, dan juga terdapat unsur sportifitas dan kesenangan dalam permainan tersebut. Dengan jumlah yang ditargetkan dalam permainan "Gatheng", maka siswa dapat melatih ingatan dan melatih kemampuan berhitungnya. Misalnya jumlah yang ditargetkan 50. Maka setiap pemain melakukan teplek, dihitung berapa jumlah batu yang bisa di tangkapnya kemudian ditambahkan
dengan jumlah
teplekan
selanjutnya,
dilakukan
secara
berulang-ulang hingga jumlahnya mencapai target yang telah ditentukan. Berarti mereka harus mengingat jumlah yang telah mereka peroleh dan harus menjumlahkan hasil teplekan yang telah diperoleh dengan teplekan selanjutnya. Dengan demikian permainan tradisional dapat dijadikan sebagai media pembelajaran.� B, Pendidikan Tentang Akhlak Kata pendidikan akhlak merupakan dua rangkaian kata yang terdiri dari kata pendidikan dan akhlak. Sebelum penulis menjelaskan mengenai pendidikan akhlak, terlebih dahulu akan penulis jelaskan mengenai pengertian pendidikan, kemudian pengertian akhlak yang merupakan penggabungan dari kata pendidikan dan kata akhlak. 1. Pendidikan a. Pengertian Pendidikan Pendidikan berasal dari kata "didik", lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi "mendidik", artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, pengertian "pendidikan" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap
dan
tata
laku
seseorang
atau
kelompok
orang
dalam
usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan Bila kita akan melihat pengertian Pendidikan dari segi bahasa, maka kita
'Pembelajarandewi.i31es.wordpress.com/2011/05/printpendaliuluan.doc. unduli tanggal 14 maret 2013
12
hams melihat kepada kata Arab kerena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata "Pendidikan" yang umum kita gunakan sekarang, dalam Bahasa Arabnya adalah
"Tarbiyah",
dengan kata kerja
"Rabba".}Lata
"Pengajaran" dalam Bahasa Arabnya adalah "Ta'lim", dengan kata kerjanya "y4//ama ".Pendidikan dan pengajaran dalam Bahasa Arabnya "Tarbiyah wa Ta 'lim" sedangkan "Pendidikan Islam" dalam Bahasa Arabnya adalah " " "Tarbiyah Islamiyah ".'"Kata kerja Rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman Nabi MuhamadSAW seperti terlihat dalam ayat Al-Qur'an dan Hadist Nabi. Dalam ayat Al-Qur'an kata ini digunakan dalam susunan sebagai berikut:
"Ya Tuhan, sayangilah keduanya (Ibu Bapakku) sebagaimana mereka telah mengasuhku (mendidikku) sejak kecil". (Q.S. 17 Al-Isra' 24) Dalam
bentuk
kata
benda,
kata
"Rabba"
ini
digunakan juga
untuk"Tuhan",mungkin karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, malah mencipta. Dalam ayat lain kata ini digunakan dalam susunan sebagai berikut:
�
�
CLilJjl�
"Berkata (Fir'aun kepada Nabi Musa), bukankah kami telah mengasuhmu (mendidikmu) dalam keluarga kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu". (Q.S. 26 Asy-Syura 18) Kata Ta'lim dengan kata kerjanya " 'allama" juga sudah digunakan pada zaman Nabi. Baik dalam Al-Qur'an, Hadist atau pemakaian sehari-hari, kata ini lebih banyak digunakan dari pada kata "Tarbiyah " tadi.Dari segi bahasa,
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, t.t) h. 137. Lihat juga Ahmad Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 967 dan Zakiah Daradjat, Imu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) cet. 7, h. 25-27
13
perbedaan arti dari kedua kata itu cukup jelas.Bandingkanlah penggunaan dan " arti kata berikut ini dengan kata "Rabba "Addaba "Nasyaa dan Iain-lain yang masih kita ungkapkan tadi.Firman Allah :
"Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya". (Q.S. Al-Baqarah: 31)
Firman-Nya lagi: J�l
IIX �011
U Jlij
"Berkata (Sulaiman) : Wahai manusia, telah diajarkan kepada kamipengertian bunyi burung".{Q.'&. An-Naml: 16)
Kata
"Allama" pada kedua ayat tadi mengandung pengertian sekedar
memberitahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan membina kepribadian Nabi Sulaiman melalui burung, atau membina kepribadian Adam melalui nama benda-benda. Lain halnya dengan pengertian
"Rabba"Adabbadan
selainya tadi.Disitu jelas terkandung kata pembinaan, pimpinan, pemeliharaan, dan sebagainya. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah lakuyang sesuai dengan kebutuhan. Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Jika pengertian seperti ini kita pedomani, setiap orang yang berkewajiban mendidik (seperti guru dan orangtua) tentu harus melakukan perbuatan mengajar. Padahal, mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar ia menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut, atau dengan kata lain agar
14
siswa tersebut memiliki ilmu pengetahuan. " Pendidikan dalam arti sederhana sering di artikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Kata pendidikan sering diartikan bermacam-macam. Dalam kehidupan sehari-hari kata pendidikan diartikan dengan lembaga pendidikan dan adakalanya diartikan dengan hasil pendidikan.'� Namun demikian, untuk membahas pengertian pendidikan tersebut, akan lebih komprehensif jika ditelusuri secara kebahasaan dan akar persoalan dari istilah pendidikan itu sendiri. Istilah pendidikan sesungguhnya berasal dari bahasa Yunani,Paedagogy, yang memiliki arti seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan. Dalam sejarahnya di Yunani, terdapat seorang anak yang setiap harinya diantar dan dijemput oleh seorang pelayan untuk mendapatkan pengetahuan dari sekolah. Proses itu kemudian dikenal dengan istilah Paedagogy yang selanjutnya menjadi akar masalah dari istilah pendidikan yang digunakan sekarang.s 2. Akhlak a, Pengertian Akhlak Sebelum sampai pada pengertian akhlaq lebih dahulu perlu diketahui bahwa kata akhlak itu bentuk jamak dari kata "Alkhuluku" , dan kata yang terakhir ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata
' ' Al - k ha l k u"
yang
bermakna kejadian. Kedua kata tersebut berasal dari kata kerja ' ' K h a l a k a " yang mempunyai arti "Menjadikan".'� Menurut bahasa ( etimologi ) perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun ) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi'at.
Akhlak disamakan
dengan kesusilaan,
sopan santun.
Khuluq
merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos, "
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan{ penerbit :PT.RemajaRosdakarya,1995 s/d 2009) cetke-1 hal 9-11 '�.M.Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (penerbit: UIN Jakarta) cet 1, hal 5 ''.Anwar Masy'ari,,AkhlakAlqur'an (Surabaya : PT.Bina Ilmu 1990) cet I hal 1
15
artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian beerubah menjadi etika.'"� Akhlak dari segi bahasa ini membantu penulis dalam menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah. Namun demikian pengertian akhlak dari segi bahasa ini sering digunakan untuk mengartikan akhlak secara umum. Akibatnya segala sesuatu perbuatan yang sudah dibiasakan dalam masyarakat atau nila-nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat disebut akhlak. Demikian pula aturan baik buruk yang berasal dari pemikiran manusia, seperti etika, moral dan adat kebiasaan juga dinamakan akhlak. Persepsi ini tidak sepenuhnya tepat, sebab antara akhlak, moral, etika dan adat kebiasaan terdapat perbedaan. Akhlak bersumber pada agama, sedangkan etika, moral dan adat kebiasaan berasal dari pemikiran manusia. Dalam konsepnya akhlak adalah suatu sikap mental yang mendorong untuk berbuat tanpa berfikir dan pertimbangan.�� Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlak menurut para ahli.Yaitu diantaranya : Imam Al-Ghazali "Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan."'� Akhlak menurut Al-Ghazali mempunyai tiga dimensi: 1) Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya seperti ibadah dan shalat. 2) Dimensi sosial, yakni masyarakat,pemerintah dan pergaulan dengan sesamanya. 3) Dimensi metafisis, yakni aqidah dan pegangan dasarnya.'�
'''.M.Yatimin Abdullah, MA.Studi Akhlak dalam PerspektifAl-qur'an (Jakarta : Amzah 2007)cet I hal 1-2 '�.Moh.Ardani, Nilai-nilai akhlak/Budipekerti dalam ibadat (Pustaka Nasional : 2001)cet I hal 26-27 Yunahar Ilyas , Kuliah akhlaq (Yogyakarta : 1999)cet I '�.Moh.Ardani, Nilai-nilai akhlak/Budi pekerti dalam ibadat (Pustaka Nasional : 2001)cet I hal 28
,
16
Ibrahim Anis "Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan." Abdul Karim Zaidan "Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik
atau
buruk, � meninggalkannya."'
untuk
kemudian
memilih
melakukan
atau
Ibnu Miskawaih "Keadaan
jiwa
seseorang
yang
mendorongnya
untuk
melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu." Prof. Dr. Ahmad Amin "Akhlak (Adatul- Iradah) atau kehendak yang dibiasakan." Prof.KH. Farid Ma'ruf "Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu."'� Sebagaimana dikutip Saiful Amin Ghaflir, Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq. Kata dasar (mufrad) adalah khulqu berarti perangai (al-sajinah), tabiat atau tingkah laku (ath-thabi-ah), kebiasaan (al-adat), dan adab yang baik (al-muru 'ah)?� Sebagaimana dikutip Yunahar Ilyas berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan.Seakar dengan kata Khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan)
dan
mengisyaratkan
Khalq bahwa
(penciptaan). dalam
akhlak
Kesamaan tercakup
akar
pengertian
kata
diatas
terciptanya
keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluk
Yunahar Ilyas, Kuliah akhlaq (Yogyakarta : 1999)cet I '�.A.Mustofa, Akhlak/tasawuf,(Q&ndmig :CV. Pustaka Setia 1997)hal 12-14 Saiful Amin Ghofur, Bahaya Akhlak Tercela, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, h. 3 2007),
7
(manusia), atau dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki manakala tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak Khalik (Tuhan). Akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.�' Hamzah
Ya'kub
sebagaimana
dikutip
oleh
M.
Yatimin
Abdullah
mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut a) Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. b) Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka. b. Dasar Pendidikan Akhlak Dasar diartikan sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai.�� Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Dengan adanya dasar ini maka pendidikan Islam akan tegak berdiri dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengaruh oleh pengaruh luar yang mau merobohkan atau pun mau mempengaruhinya?"' Dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasi seluruh aktivitas
pendidikan.Karena
dasar
menyangkut
masalah
ideal
dan
fundamental, maka diperlukan landasan pandangan hidup yang kokoh dan
�'Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,(Yogyakaxta: Pustaka Pelajar Offset, 2011), cet. XI, h. 1 Yatimin Abdullah, Study Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur'an, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2007), cet. 1, h. 3 Ramayulis dan Samsul Nizar, FilsafatPendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), cet. 3, h. 107 Ramayulis dan Samsul Nizar, FilsafatPendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), cet. 3, cet. 1, h. 19
18
komprehensif, serta tidak mudah berubah.�� Akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang yang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah.Sebaliknya, akhlak yang buruk disebut akhlakul mazmumah.Baik dan buruk didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasul.�� c. Macam-macam akhlak Bahwa nilai-nilai yang hendak dibentuk atau diwujudkan dalam pribadi anak didik sehingga flingsional dan aktual dalam perilaku muslim adalah nilai Islami yang melandasi moralitas. Nilai adalah suatu seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan keterikatan maupun perilaku. Oleh karena itu sistem nilai dapat merupakan standar umum yang diyakini, yang diserap dari keadaan obyektif maupun diangkat dari keyakinan, sentimen (perasaan umum) maupun identitas yang diberikan atau diwahyukan oleh Allah SWT, yang pada gilirannya merupakan sentimen (perasaan umum), kejadian umum, identitas umum yang oleh karenanya menjadi syariat umum.�� Nilai-nilai dalam Islam dilihat dari segi normatif, yaitu baik dan buruk, benar dan salah, hak dan batil, diridhai dan dikutuk oleh Allah SWT. Nilai-nilai yang tercakup di dalam sistem nilai Islami yang merupakan komponen atau subsistem adalah sebagai berikut��: 1) Sistem nilai kultural yang senada dan senapas dengan Islam. 2) Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), cet. 1, h. 59 ��Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam Modem, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) cet. 2, h. 10 ��Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam Modem, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) cet. 2, h. 202 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) cet. 1, h. 127-128
19
3) Sistem nilai yang bersifat psikologis dari masing-masing individu secara terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukannya, yaitu Islam. 4) Sistem nilai tingkah laku dari makhluk yang mengandung interrelasi atau interkomunikasi dengan yang lainnya. Tingkah laku ini timbul karena adanya tuntutan dari kebutuhan mempertahankan hidup yang banyak diwarnai oleh nilai-nilai yang motivatif dalam pribadinya. Berikut ini adalah beberapa macam akhlaq yang harus kita pahami: 1) Akhlak terhadap Diri Sendiri Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan rohani. Organ tubuh kita harus di pelihara dengan memberikan konsumsi makanan yang halal dan baik. Apabila kita memakan makanan yang tidak halal dan tidak baik, berarti kita telah merusak diri sendiri. Perbuatan merusak ini termasuk akhlak buruk. Oleh karena itu islam mengatur makan dan minum tidak berlebihan.Akal kita juga perlu dijaga dan dipelihara agar tidak tertutup oleh pikiran kotor.
Jiwa harus disucikan agar menjadi
orang yang
beruntung.�� Bagaimana seseorang bersikap dan berbuat yang terbaik untuk dirinya terlebih dahulu, karena dari sinilah seseorang akan menentukan sikap dan perbuatannya yang terbaik untuk orang lain, sebagaimana sudah dipesankan nabi bahwa : Mulailah sesuatu itu dari diri sendiri.�"Sebagai contoh dari akhlak terhadap diri sendiri diantaranya adalah Jujur yaitu dapat melakukan sesuatu dengan apa adanya dan berkata sesuai dengan kenyataan yang ada. Sabar yaitu dapat menahan diri dari segala hawa nafsu yang menginginkan segala macam kenikmatan hidup, kesenangan dan kemegahan dunia. Untuk mengendalikan segala keinginan itu diperlukan kesabaran. Jangan sampai semua kesenangan hidup dunia itu membuat seseorang lupa diri, apalagi lupa tuhan. Teliti yaitu melakukan sesuatu dengan benar dan hati-hati, tidak Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012 ) cet 2, h 147
�°.Kasmuri Selamat, Ihsan Sanusi, Upaya meraih kehalusan budi dan kedekatan ilahi{ Jakarta: Kalam Mulia, 2012) cet I, h 73
20
terburu-buru. Kerja sama yaitu melakukan sesuatu secara bersama-sama dan tidak bersifat individu serta mampu menyatu satu dengan yang lain. Sportif yaitu mampu menerima kekalahan dan tidak bermain curang saat melakukan permainan. Bertanggung jawab yaitu melakukan sesuatu sesuai dengan proporsi dan berani menanggung resiko apapun dalam suatu pekerjaan atau permainan. Saling menyayangi yaitu selalu menjadikan teman sebagai saudara dan sahabat dan tidak menanamkan permusuhan dengan teman. 2) Akhlak terhadap Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat.Baik tidaknya suatu masyarakat ditentukan oleh baik tidaknya keadaan keluarga umumnya pada masyarakat tersebut.Oleh karena itu apabila kita menghendaki terwujudnya suatu masyarakat yang baik, tertib dan diridhai Allah mulailah dari keluarga.�' Pendidikan dalam keluarga oleh orang tua adalah merupakan dasar atau pondasi dari pendidikan anak selanjutnya. Di dalam keluargalah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak yang masih usia muda, karena pada usia ini biasanya anak-anak sangat peka terhadap pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat. Di dalam keluarga, maka orang tua yang terdiri dari ayah, ibu atau orang yang diserahi tanggung jawab dalam satu keluarga memegang peranan yang sangat penting terhadap pendidikan anak-anak. Oleh karena itu, orang tualah yang merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak-anak, karena memang merekalah yang mula-mula dikenal oleh anak-anak sejak lahir.�� Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan diantara anggotanya
bersifat
khas.Dalam
lingkungan
ini
terletak
dasar-dasar
pendidikan.Di sini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnya, artinya tanpa harus diumumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Di sini diletakkan dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. �'Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) cet. 2, h. 43 ��Djumransyah & Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam Menggali "Tradisi Meneguhkan Eksistensi, (UIN-Malang Press, 2007) cet. 1, h. 84
21
Justru pergaulan yang demikian itu berlangsung dalam hubungan yang bersifat pribadi dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat penting.�� Keluarga
adalah
ladang
terbaik
dalam
menyemaian
nilai-nilai
agama.Orang tua memiliki peranan yang strategis dalam mentradisikan ritual keagamaan sehingga nilai-nilai agama dapat ditanamkan ke dalam jiwa anak.Kebiasaan orang tua dalam melaksanakan ibadah, misalnya seperti shalat, puasa, infak, dan sadaqah menjadi suri teladan bagi anak untuk mengikutinya.Di sini nilai-nilai agama dapat bersemi dengan subumya di dalam jiwa anak.Kepribadian yang luhur agamis yang membalut jiwa anak menjadikannya insan-insan yang penuh iman dan takwa kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman :
"Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka".{(�.'S>. At-Tahrim: 6)
Keluarga dan pendidikan tidak bisa dipisahkan.Karena selama ini telah diakui bahwa keluarga adalah salah satu dari Tri Pusat Pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan
secara
kodrati.
Menurut
Kamrani
Buseri.�"'Pendidikan di lingkungan keluarga berlangsung sejak anak lahir, bahkan setelah dewasa pun orang tua masih berhak memberikan nasihatnya kepada anak. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an Allah berfirman:
'�1�1 J
U U kl
[iTi] 1 jjii
� 1
� u
Uj
Uj
Zakiyah Darazjat, Ilmu Pendidikan Islam, ((Jakarta: Bumi Aksara, 2012) cet. 10, h. 66 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, Rineka (Jakarta: Cipta, 2004) cet. 1, h. 19-22
22
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karibkerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabildan hamba sahayamu.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
a) Tidak mengucapkan kata "ah" kepada kedua orang tua. b) Tidak boleh membentaknya atau memarahi orang tua. c) Mengucapkan kata yang memuliakan dan menghormati orang tua. d) Dan merendahkan diri dihadapan orang tua. Adapun bentuk aktualisasi
akhlak kepada orang tua yang sudah
meninggal di antaranya : a) Mendo'akan kedua orang tua yang telah meninggal. b) Meminta ampunan untuk kedua orang tua. c) Mengingat dan melaksanakan nasehat-nasehatnya. d) Menjalin persahabatan dengan sahabat orang tua ketika masih hidup. e) Menziarahi kubur oarang tua, dan lainya. Maka berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa keluarga merupakan peran penting terhadap pendidikan akhlak anak-anak tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian diri seorang anak terutama agama karena agama merupakan pendidikan akhlak yang utama yang sangat positif sehingga terbina kepribadian anak yang baik. Sebagai contoh akhlak terhadap ��Kasmuri Selamat, Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf Upaya Meraih Kehalusan Budi dan kedekatan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), cet. 1, h. 74-75
23
keluarga adalah Berkata sopan yaitu bicara yang baik kepada orang yang lebih tua dan tidak berkata yang menyakitkan orang lain. Rendah hati yaitu bersikap tidak menyombongkan diri dihadapan orang lain terutama orang tua. Menghargai waktu yaitu pandai mengkondisikan waktu agar segala sesuatu pekerjaan yang dilakukan tidak menjadi sia-sia. Menghormati orang tua yaitu tidak suka membantah
apa yang
diperintahkan
orang tua dan mau
mendengarkan nasehat orang tua. 3) Akhlak terhadap Masyarakat Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat utama dalam tiap masyarakat. Manusia adalah makhluk sosial.la hidup dalam hubungannya dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain. Karena itu manusia tak mungkin hidup layak di luar masyarakat. ��Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.�� Masyarakat adalah sebagai kumpulan individu dan kelompok yang di ikat oleh kesatuan budaya, agama, dan pengalaman-pengalaman yang sama serta memiliki sejumlah penyesuaian dalam ikut memikul tanggung jawab pendidikan secara bersama-sama. Jadi, tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan adalah bagaimana masing-masing anggota masyarakat ikut menciptakan suatu sistem pendidikan dalam masyarakat sehingga mendorong masing-masing anggota masyarakat untuk mendidik dirinya sendiri
agar
bersedia mendidik anggota masyarakat lainnya.�� Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan.Secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama.Setiap S. Nasution, Sosiologi Nasution, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) cet. 5, h. 60 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bina Aksara, 1988) cet. 1, h. 97 Djumransyah & Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam, Menggali "Tradisi", Meneguhkan Eksistensi, (UIN-Malang Press, 2007) cet. 1, h. 98-99
24
masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan, dan sistem kekuasaan tertentu. Masyarakat,
besar
pengaruhnya
dalam
memberi
arah
terhadap
pendidikan anak, terutama pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak dididik menjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarganya, anggota sepermainannya, kelompok kelasnya dan sekolahnya. Bila anak telah besar diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga kota, dan warga negara.�� Pendidikan
dalam
pendidikan
masyarakat
ini
boleh
dikatakan
pendidikan secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar oleh masyarakat. Dan anak didik sendiri secara sadar atau tidak mendidik dirinya sendiri, mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan sendiri akan nilai-nilai kesusilaan dan keagamaan di dalam masyarakat. Oleh karena itu bagi anak-anak didik Islam, sudah sewajamya masuk lembaga-lembaga pendidikan masyarakat yang berdasarkan ajaran Islam. Hal ini dapat dimengerti, karena dengan organisasi yang berdasarkan Islam itu anak-anak didik akan mendapat pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam. Tanggung jawab kemasyarakatan dapat dilakukan dengan kegiatan pembentukan hubungan sosial melalui upaya penerapan nilai-nilai akhlak dalam pergaulan sosial. Langkah-langkah pelaksanaannya mencakup : 1) Melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan keji dan tercela seperti menipu, membunuh, menjadi rentemir, menghalalkan harta orang lain, makan harta anak yatim, menyakiti sesama anggota masyarakat dan lain sebagainya. 2) Mempererat hubungan kerja sama dengan cara menghindarkan diri dari perbuatan yang dapat mengarah kepada rusaknya hubungan sosial seperti membela kejahatan, berkhianat, melakukan kesaksian yang palsu, mengisolasi diri dari masyarakat, dan Iain-lain sebagainya.
Zakiyah Darazjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) cet. 10, h. 45 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) cet. 5, h. 180
25
3) Menggalakan perbuatan-perbuatan yang terpuji dan memberi manfaat dalam kehidupan bermasyarakat seperti memaafkan kesalahan, menepati janji, memperbaiki hubungan antar manusia, dan Iain-lain. 4) Membina hubungan sesuai dengan tata tertib, seperti berlaku sopan, meminta izin ketika masuk rumah, dan masih banyak contoh lain."�' Akhlak kepada masyarakat atau tetangga berati ketentuan-ketentuan yang hams dilaksanakan seseorang yang masyarakat dan hak-hak yang diterimanya dari masyarakat. Diantara aktualisasi akhlak terhadap masyarakat adalah a) Tolong menolong antara sesama masyarakat. b) Meminjamkan sesuatu yang dibutuhkan tetangga, jika seseorang memilikinya. c) Menjenguk masyarakat yang sakit. d) Saling memberi nasehat sesama masyarakat. Jadi, pendidikan sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari terutama akhlak sebagai landasan atau pondasi untuk kehidupan.Akhlak sebagai ujung tombak yang harus dimiliki oleh manusia supaya menjadi manusia yang baik.Dalam lingkungan masyarakatmerupakan pendidikan setelah keluarga sehingga akan tercapai suasana yang harmonis, saling menghargai perbedaan yang terdapat di masyarakat. Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar yaitu : Akhlak mahmudahtfadhillah) dan Akhlak mazmumah(qabihah). Yang di maksud akhlak mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik (terpuji). Sebaliknya segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela disebut dengan akhlak mazmumah."*� Adapun sifat-sifat mahmudah yang dikemukakan para ahli adalah sebagai berikut:
"�'Said Agil Husin A1 Munawar, AktualisasiNilai-nilai Qur'an dalam Sistem Pendidikan Islam, (tt.p : PT. Ciputat Press, 2005) cet. 2, h. 8-9 "��Kasmuri Selamat, Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf Upaya Meraih Kehalusan Budi dan kedekatan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012) cet. 1, h. 76-77 "�'ibid, hal 197-198
26
1) Al- Amanah (Sifat jujur dan dapat dipercaya) Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik harta, ilmu, rahasia Atau lainnya yang wajib dipelihara dan disampaikan kepada yang berhak menerimanya. 2) Al- Alifah (Sifat yang disenangi) Pandai menundukkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya, bijaksana dalam sikap, perkataan dan perbuatan niscaya pribadi akan disenangi oleh anggota masyarakat dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari. 3) Al- Afwu (Sifat pemaaf) Manusia tiada sunyi dari khilaf dan salah. Maka apabila orang berbuat sesuatu terhadap diri seseorang yang karena khilaf atau salah, maka patutlah dipakai sifat lemah lembut sebagai rahmat Allah terhadapnya, maafkanlah kekhilafan atau kesalahannya, janganlah mendendam serta mohonkanlah ampunan kepada Allah untuknya, semoga ia surut dari langkahnya yang salah, lalu berlaku baik dimasa depan sampai akhir hayatnya. 4) Anie Satun (Sifat manis muka) Menghadapi sikap orang yang menjemukan, mendengar berita fitnah yang memburukkan nama baik, harus disambut semuanya itu dengan manis muka dan senyum. 5) Al-Khairu (Kebaikan atau Berbuat baik) Tidak perlu disuruh untuk berbuat baik terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap hewan, hendaknya juga berbuat baik, sebab setiap kebaikan walaupun kecil sekali, namun Allah akan membalasnya juga kelak di akhirat,demikian janji-Nya 6) Al-Khusyu (Tekun bekerja sambil menundukkan diri/berzikir) Khusyu dalam perkataan, maksudnya ibadah yang berpola perkataan, dibaca khusus kepada Allah dengan tekun sambil bekerja dan menundukkan diri takut kepada Allah."''' 7) Shidiq (Benar, Jujur) "�''.M.Yatimin Abdullah, MA.Studi Akhlak dalam PerspektifAl-qur'an (Jakarta : Amzah 2007)cetlhall3-14
27
Shidiq (Ash-Sidqu) artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim di tuntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin. Antara hati dan perkataan hams sama tidak boleh berbeda. Adapun sifat-sifat mazmumah adalah diantaranya sebagai berikut: a) Dusta Berdusta merupakan salah satu penyelewengan lidah. Urusan dusta termasuk hal yang berbahaya,
karena termasuk urusan haram yang
menyebabkan pelakunya terjerumus kedalam neraka, tempat menetap yang paling buruk. b) Ananiyah (Sifat Egoistis) Sifat egoistis tidak diperdulikan orang lain, sahabatnya tidak banyak dan ini berarti mempersempit langkahnya sendiri di dunia yang luas ini. c) Al-Baghyu (suka obral diri pada lawan jenis yang tidak hak/melacur) Melacur dikutuk masyarakat, baik laki-laki maupun wanita. Kegemaran melacur menimbulkan mudharat yang tidak terhingga, dapat memperoleh penyakit dan merusak tata sosial. Orang yang melakukan didunia hanya mendapat nikmat sesaat, seterusnya orang pun benci. Apalagi di akhirat kelak api neraka menunggu pula baginya disana. d) Al-Kadzab (sifat pendusta atau pembohong) Maksudnya sifat mengada-ada sesuatu yang sebenamya tidak ada, dengan maksud untuk merendahkan seseorang. Orang seperti ini setiap perkataannya tidak di percayai orang lain. Di dunia ia akan memperoleh derita dan di akhirat ia akan menerima siksa. e) Al-Khamru (Gemar minum minuman yang mengandung alkohol) Minuman beralkohol walaupun rendah kadamya diharamkan, sebab mengakibatkan mabuk. Bilamana orang sedang mabuk maka hilanglah pertimbangan akal sehatnya. Setelah hilang akal maka hilanglah sifat malunya. f) Al-Khiyanah (Sifat pengkhianat)
Abdullah bin Jaarullah,Awas! Bahaya lidah (jakarta : Gema Insani Press 1995)cet -6 hal 37
28
Karena tindakannya yang licik, Sifat khianat untuk sementara waktu tidak diketahui manusia, tetapi Allah maha mengetahui. la tidak memperoleh keuntungan dari sifatnya yang tidak jujur itu. Sifat amanah membawa kelapangan rizki, sedangkan sifat khianat menimbulkan kefakiran. g) Azh-Zhulmun (Sifat Aniaya) Aniaya ialah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, mengurangi hak yang
seharusnya
diberikan.
Penganiayaan
dapat
memutuskan
ikatan
persaudaraan antara sesama manusia. Itulah sebabnya agama melarang alim karena manusia selalu mempunyai kekurangan-kekurangan. Manusia hams tolong
menolong
dalam kehidupan
masing-masing
dan tidak
boleh
menganiaya. h) Al Jubnu (Sifat Pengecut) Sifat pengecut adalah perbuatan hina, sebab tidak berani mencoba, belum mulai berusaha sudah mengaggap dirinya gagal. la selalu ragu-ragu dalam bertindak. Keragu-raguan memulai sesuatu itu berarti suatu kekalahan."�� d. Sumber Akhlak Yang dimaksud dengan sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana ajaran islamm,, sumber akhlak adalah al-qur'an dan sunnah."�� Lama setelah Rasulullah Saw meninggal dunia, Orang bertanya kepada Aisyah : "Bagaimana akhlak Rasulullah SAW ? "Aisyah berkata : Akhlak beliau adalah alqur'an."�"� Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa prinsip-prinsip yang menjadi dasar falsafah akhlak dalam islam adalah kepercayaan akan pentingnya akhlak dalam hidup, akhlak sebagai sikap yang mendalam didalam jiwa, akhlak sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi individu dan masyarakat, akhlak sebagai yang sesuai dengan fitrah manusia, dan kepercayaan bahwa teori akhlak tidak sempuma kecuali kalau disitu ditentukan sebagian "��.M.Yatimin Abdullah, MA.Studi Akhlak dalam PerspektifAl-qur'an (Jakarta : Amzah 2007)cetlhal 14-16 "��Yunahar Wyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta : 1999) cet I "��Jalaluddin Rahmat, Dahulukan Akhlak di atasfikih (Muthahhari press) hal 139
29
konsep-konsep asas seperti akhlak hati nurani, kemestian akhlak, hukum akhlak, tanggung jawab akhlak,dan ganjaran akhlak. Al-Qur'an memiliki perhatian yang besar dan sungguh-sungguh terhadap pembinaan akhlak manusia. Dalam hubungan ini Fazlur Rahman misalnya mengatakan, bahwa secara eksplisit kami telah menyatakan bahwa dasar ajaran alQur'an ialah moral yang memancarkan titik beratnya pada monoteisme dan keadilan sosial. Hukum moral tidak dapat diubah, ia merupakan perintah Tuhan, Manusia
tidak dapat membuat hukuman moral, ia sendiri harus tunduk
kepadanya, ketundukan itu disebuf'Islam" dan perwujudannya dalam kehidupan disebut ibadah atau pengabdian kepada Allah. Hal itu disebabkan karena tekanan utama al-Qur'an terletak pada hukum moral, yakni Tuhan menurut al-Qur'an dalam pandangan umat manusia pertama sekali sebagai Tuhan Yang Maha Adil. Perhatian al-Qur'an terhadap pembinaan akhlak itu juga dibuktikan dengan adanya beberapa hal penting sebagai berikut: Pertama,
Secara ekplisit al-Qur'an menyebutkan tentang berbagai macam
perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Beriman, bertakwa, bersyukur, bertawakal, sabar, ikhlas, jujur, adil, pengasih, pemaaf, dan membantu orang yang berada dalam kesusahanadalah termasuk akhlak yang baik.Sebaliknya orang ingkar, durhaka, putus asa, riya, pengkhianat, pemeras, penindas, pendendam, sombong, tidak peduli kepada orang miskin adalah termasuk akhlak yang tercela. Ajaran tentang akhlak ini dengan mudah dapat dijumpai dalam al-Qur'an. Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur'an S.A1-Ahzab(33):21 jJ 4jQl� (j
4 n 11� 6 jjoit �1 (J
jjoi J
(j
�
Sesungguhnya telah ada pada (diri) RasuluUah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah "(QS.Al-Ahzab(33):21) Kedua, Untuk membimbing manusia agar berakhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk, al-Qur'an telah memberikan cara-cara melaksanakannya melalui sosok para nabi dan rasul serta orang-orang teladan yang terdapat dalam
30
al-Qur'an. Adanya kisah para nabi dan rasul, mulai dari nabi Adam hingga nabi Muhammad Saw, serta kisah Lukman al-Hakim, dan Ashab al-Kahfi adalah merupakan contoh konkrit tentang pembinaan akhlaq. Ketiga, Al-Qur'an memberikan dorongan berupa pahala bagi orang yang berakhlak mulia, dan siksa bagi orang yang berakhlak buruk. Hal ini sesuai dengan psikologi manusia yang suka terhadap pujian dan takut terhadap kutukan/'' Jika baik akhlak manusia, maka banyaklah orang yang mencenderunginya dan jarang orang yang memusuhinya, sehingga mudah baginya urusan-urusan yang sulit-sulit dan menjadi lunak hati yang sedang marah. e, Ciri-ciri Akhlak dalam Islami 1). Akhlak Rabbani menegaskan Sifat rabbani dari akhlak juga menyangkut tujuannya, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan di dunia kini dan di akhirat nanti. Ciri rabbani juga menegaskan bahwa akhlak dalam islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilainilai mutlak. Akhlak rabbanilah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam hidup manusia. 2). Akhlak Manusiawi Ajaran akhlak dalam islam sejalan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlak dalam islam. 3). Akhlak Universal Ajaran akhlak dalam islami sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek hidup manusia, baik yang dimensinya vertikal maupun horisontal. 4). Akhlak Keseimbangan Hidup di dunia merupakan ladang bagi akhirat. Akhlak islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia, jasmani dan ruhani, secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan di akhirat secara seimbang pula.
Abuddin Nata, MA,Pendidikan Dalam PerspektifAl-Qur'an ( UIN Jakarta Press:Desember 2005) cet -1 hal 83-84
31
5). Akhlak Realistik Meskipun manusia
telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki
kelebihan dibanding makhluk-makhluk yang lain, tetapi manusia memiliki kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual/" f. Ruang Lingkup Pembahasan Akhlak 1) Perasaan Akhlak ialah kekuatan seseorang dapat mengetahui sesuai perilaku, sesuaikah ia dengan akhlak baik atau tidak. Perilaku atau tindakan pada suatu waktu
dianggap tepat dan baik, tetapi pada waktu dan situasi lain bisa
dianggap tidak tepat. J.J.Rosseau ( Sosiolog Prancis), Mengatakan bahwa suara hati adalah petunjuk terpercaya dan terpelihara dari kekeliruan. Kalau jalan pikiran diikuti, maka bisa sampai pada kesimpulan, orang tidak membutuhkan pada pengetahuan dan pemikiran yang mendalam untuk menjadi seorang pemberi vonis atau hakim yang baik, tetapi cukup dengan mempergunakan suara hati untuk mengetahui sesuatu itu tepat atau tidak tepat. 2) Pendorong Akhlak Pendorong (Stimulant), yaitu kekuatan yang menjadi sumber kelakuan akhlak. Sumber perbuatan manusia ini ada dua, yaitu nafsu dan akal. 3) Ukuran Akhlak Ukuran
berarti
alat
ukur
atau
standardisasi
menyeluruh
di
seluruh
dunia.Ukuran akhlak oleh sebagian ahli diletakkan sebagai penimbang perbuatan baik-buruk pada faktor yang ada dalam diri manusia yang masyhur dengan istilah al-qanunadz dzatiy, dalam istilah asing disebut autonomous. Alat penimbang perbuatan ialah faktor yang datang dari luar diri manusia, dalam istilah asing disebut hiretonomous, baik yang bersifat urf atau undangundang hasil produk pikiran manusia dan kehendak dari Tuhan.�' \
Yunahar Ilyas , Kuliah akhlaq (Yogyakarta : 1999) cet I �'s M.Yatimin Abdullah, MA.Studi Akhlak dalam PerspektifAl-qur'an (Jakarta : Amzah 2007)cetlhal 7-9
32
C. Hasil Penelitian Yang Relevan Setelah membaca dan menelaah beberapa skripsi terdahulu maka penulis membuat analisis atau kesimpulan mengenai nilai-nilai moral dan akhlak yang terdapat dalam skripsi tersebut, diantaranya adalah : Skripsi karya Maliah, dengan judul skripsi ''Efektifitas penggunaan metode permainan terhadap hasil pembelajaran metematika" yang disusun pada tahun 2006 di UIN Jakarta. Dan metode penelitiannya adalah kualitatif. Dalam skripsi ini menggambarkan pentingnya suatu permainan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan didalamnya juga mengajarkan nilai-nilai Akhlak yang perlu di teladani yaitu diantaranya : kejujuran, keberanian, kebenaran, Optimis, Tanggung jawab dan sabar. " Skripsi karya Nurul Jamilah, dengan judul skripsi Perbandingan hasil belajar matematika siswa antara kelompok yang menggunakan metode permainan dengan kelompok yang tidak menggunakan metode permainan siswa kelas VII SMP Islamiyah Sawangan Depok" yang disusun pada tahun 2005 di UIN Jakarta. dengan jenis penelitian kuantitatif. Dalam skripsi ini menjelaskan permainan yang dilakukan akan memperoleh nilai dan manfaat apabila dilakukan dengan keikhlasan dan sepenuh hati sehingga dengan permainan tersebut akan tercipta suasana yang menyenangkan. Sehingga dapat terlihat kesamaannya yaitu : meneliti suatu permainan, menggunakan penelitian deskriptif, dan memiliki tujuan. Sedangkan perbedaannya adalah dalam penjelasan kajiannya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih lingkungan Rt 002/04 Ciputat-Tangerang Selatan sebagai objek penelitian secara keseluruhan, dengan menekankan atau fokus yang di teliti adalah Nilai-nilai Pendidikan Akhlak (Sabar) Pada Permainan Tradisional anak. Penetapan objek tersebut diatas berdasarkan atas pengamatan penulis, bahwa permainan tradisional anak di lingkungan Rt 002/04 Ciputat sangat menarik untuk dijadikan penelitian. Karena jumlah anaknya yang cukup banyak dan permainan yang
dilakukanpun sangat beragam.Dan waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai dengan selesai. B, Metode Penelitian Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya : perilaku,
persepsi,
motivasi,
tindakan,
dll.��Sedangkan
dipilihnya
metode
deskriptif, karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angkaangka. Selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.Dengan demikian laporanpenelitian akan berisi kutipankutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah atau dokumen lainnya. Untuk memudahkan data, fakta, dan Informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, Penulis menggunakan metode sPenelitian Lapangan {Field Research)
Lexy J.Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif {Bandung : PT. Remaja Rosdakarya) Edisi Revisi hal 4
33
34
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengamati langsung ke objek penelitian yaitu lingkungan Rt 002/04 Ciputat. Dalam penelitian lapangan ini penulis menghimpun informasi, data, dan fakta dari objek yang diteliti untuk menemukan secara khusus dari realitas yang tengah terjadi di lapangan agar lebih objektif dan akurat, tentang permainan tradisional anak. C. Teknik Pengumpulan Data 1. Dokumentasi
adalahteknik pengumpulan
data yang tidak langsung
ditunjukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pemyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi, kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.��Berupa bukti-bukti yang kongkrit seperti foto yang tentunya berkaitan dengan penelitian. 2. Pedoman wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keteranganketerangan.�''Penulis menggunakan metode interview/wawancara untuk mendapatkan informasi, keterangan atau pertanyaan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin, yaitu wawancara yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya tetapi tidak mengikat atau bebas, disesuaikan dengan kondisi yang ada pada saat wawancara tengah berlangsung. Dengan kata lain, penulis tidak sepenuhnya terkait kepada pedoman wawancara yang telah penulis susun sebelumnya. Wawancara dilakukan kepada ketua Rt 002/04 Kelurahan Ciputat, Anak-anak dan orang tua di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat.
��Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), cet. 10, h. 183 �''Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet. 7, h. 83
35
3. Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala objek yang diteliti, baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi khusus. Observasi dapat disebut juga dengan pengamatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh panca indera. D, Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap
penelitian
memberikan
gambaran
tentang keseluruhan
perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, analisis data, analisis dan penafsiran data (temuan) sampai pada penulisan laporan. Tahap-tahap penelitian itu ada tiga, sebagaimana dikutip dalam buku "Metode penelitian kualitatif karangan Dr.Lexy J Moleong, MA. Adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pra Lapangan Ada enam kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan tersebut yaitu: a. Menyusun rancangan penelitian b.
Memilih lapangan penelitian
c. Mengurus perizinan d.
Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
e. Memilih dan memanfaatkan informan f.
Menyiapkan perlengkapan penelitian
g.
Etika penelitian lapangan
2. Tahap Kegiatan Lapangan Tahap kegiatan lapangan ini dibagi atas tiga bagian, yaitu : a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri b. Memasuki lapangan, seperti keakraban hubungan, mempelajari bahasa dan peranan penelitian c. Berperan serta sambil mengumpulkan data
36
3. Tahap Analisis Data Tahap analisis data ini meliputi tiga pokok persoalan, yaitu : a. Konsep dasar analisis data, maksudnya adalah proses mengatur data, mengkoordinasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar b. Menemukan tema, maksudnya adalah catatan lapangan yang sudah ada diteliti kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah latar belakang penelitian c.
Menganalisis data��
E, Proses Pencatatan dan Analisis Data 1. Proses Pencatatan data Setelah diketahui atau dirancang alat pengumpulan data, maka perlu dirancang pula ialah pencatatan data yang pada dasarnya dapat di tinjau dari dua segi dimensi yaitu ketetapan dan struktur "ketetapan" maksudnya ialah kemampuan peneliti untuk bisa menghasilkan data seakurat mungkin dan apa adanya. Misalnya dapat dicapai dengan merekamnya melalui catatan lapangan, dengan adanya data catatan lapangan yang dibantu dengan alat perekam data, maka diharapkan data yang ada di lapangan terkumpul dengan baik dan tepat. Dan "struktur" maksudnya adalah dalam pencatatan data di lakukan dengan cara terprogram atau teratur dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. 2. Analisis Data Analisis data adalah mengubah data mentah menjadi data yang bermakna yang
mengarah
pada
kesimpulan.��'Setelah
data
terkumpul
dari
hasil
pengumpulan data, langkah selanjutnya yaitu pengolahan data. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data antara lain
:
dokumentasi,
dan
wawancara
yang
digunakan
penulis
untuk
mendapatkan informasi-informasi. Untuk menganalisa data-data yang telah terkumpul maka dapat digunakan analisa kualitatif. ��Prof.Dr.Lexy J Moleong, MA, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya) edisi Revisi �''Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), cet. 14, h. 53
37
Teknik analisa merupakan suatu cara untuk menguraikan keteranganketerangan data-data yang diperoleh agar data-data tersebut dapat dipahami bukan hanya oleh orang yang menelitinya, akan tetapi juga oleh orang yang ingin mengetahui hasil penelitian itu. Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Observasi Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data dengan dokumentasi, dan wawancara. Data dokumentasi berupa foto sebagai bahan bukti penguat. Data
wawancara
berupa
pertanyaan-pertanyaan
seputar permainan
tradisional anak. Tujuannya adalah untuk mempermudah penulis skripsi dan para pembaca skripsi. b. Reduksi Data Dalam reduksi data ini, data yang diperoleh dari dokumentasi, dan wawancara. Untuk memperoleh hasilnya di fokuskan pada permainan tradisional anak. c. Penyajian Data Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penyajian data atau sekumpulan informan yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian. d. Kesimpulan Setelah data yang terkumpul direduksi dan selanjutnya disajikan, maka langkah
yang
terakhir
dalam
menganalisis
data
adalah
menarik
kesimpulan. Maksudnya hasil dokumentasi, dan wawancara di sini adalah sumber-sumber belajar yang sedemikian banyak direduksi untuk dipilih mana yang paling tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data difokuskan pada data yang mengarah untuk memecahkan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang terkait dengan fokus penelitian.proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, atau dokumen
38
dan lainnya, kemudian data tersebut dibaca, dipelajari, dan di telaah secara cermat. Langkah selanjutnya adalah data yang sudah terkumpul itu di olah dengan menguraikan data tersebut kedalam bahasa yang mudah di pahami dan logis sesuai dengan penelitian yang disbahas, lalu dihubungkan hipotesis-hipotesis untuk memperoleh kesimpulan objektif. F. Instrumen pengumpulan data 1. Pedoman observasi, yaitu daftar {list) hal-hal yang hams diamati ketika observasi.Dan penelitian dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti : kamera Handphone, alat perekam, dan alat tulis yaitu buku dan pulpen. 2. Dokumentasi yaitu berupa pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen untuk melengkapi keterangan-keterangan, informasi data-data serta bukti-bukti yang konkrit atau sebuah dokumen-dokumen yang diperiksa tentunya halhal yang terkait dengan penelitian. 3. Pedoman wawancara, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan untuk Ketua Rt 002/04, orang tua dan anak-anak lingkungan Rt 002/04 Ciputat. Berikut ini kisi-kisi pertanyaan yang penulis ajukan kepada ketua Rt 002/04 (bapak Saodih), orang tua (Ibu Marwati) dan anak-anak lingkungan Rt 002/04 Ciputat (Vina dan Hani) TABEL3.1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Pokok pertanyaan : Peran orang tua dan masyarakat serta nilai akhlak dalam suatu permainan tradisional anak
Dimensi Pembiasaan
Indikator *
Sikap ketika
Melihat anak Bermain *memberikan waktu bermain *disiplin dalam keluarga
No. Item
Jml.Item
1,2,11, 12, 28,29
6
39
*Membaca doa motivasi
*memberikan
3,5,6,7,14,16,21,22,23,24,25,30
12
4,8,17,18,19,20,26,27
8
9,10,13,15
4
fasilitas bermain *Anjuran bermain *Waktu bermain *Kepuasanbermain *Dapat bekerja sama pengetahuan
*Manfaat permainan tradisional *nilai pendidikan *Efek permainan *Memilih permainan yang baik *
keteladanan
menjadi teladan
*Bersikap sabar dan jujur
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A, Gambaran Umum Rt,002/04 Ciputat Saat ini yang menjadi ketua Rt.002/04 Ciputat bernama bapak saodih, beliau terpilih menjadi ketua Rt 002/04 Ciputat sejak tahun 1999 sampai sekarang. Meskipun pendidikan beliau tidak sampai jenjang sarjana,namun beliau cukup mampu mengatasi setiap permasalahan yang muncul di lingkungannya. Beliau jugasangat aktif menggerakkan anak-anak muda di lingkungannya seperti pada saat perayaan HUT RI saat ini beliau menyuruh anak-anak mudanya untuk mengadakan perlombaan yang secara tidak langsung telah menghidupkan kembali permainan tradisional karena semua perlombaan yang dilaksanakan adalah permainan-permainan yang sejak jaman dahulu dilakukan. Rt 002/04 adalah sebuah lingkungan yang berpenduduk kelas menengah kebawah, dimana anakanaknya terdiri dari beragam suku dan daerah asal orang tua mereka namun dalam bermain mereka tetap menggunakan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. B. Peran Orang tua dalam membudayakan permainan tradisional anak di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat, Peran Orang tua dalam kehidupan masa kecil anak mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan anak di kemudian hari, setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan besar menjadi anak yang baik, untuk itu setiap orang tua harus mengupayakan suatu cara agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu caranya adalah dengan mengajarkan suatu permainan yang dapat menghibur hati dan menyenangkan bagi si anak, karena permainan dapat merangsang perkembangan aspek sosial anak dan dapat membentuk akhlak anak sejak kecil. Ada berbagai macam permainan yang dapat meningkatkan kreatifitas anak, salah satunya adalah permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan dan merupakan hasil budaya yang
40
41
besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berekreasi, berolahraga, dan berkreasi sekaligus sebagai sarana untuk memperoleh nilai-nilai akhlak seperti Kesopanan dan kesabaran,dan Iain-lain. Permainan merupakan gejala umum, anak-anak suka bermain karena di dalam diri terdapat dorongan batin dan dorongan mengembangkan diri. Namun semua itu tentu saja tidak lepas dari ikut campur para orang tua di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat untuk memberikan motivasi lebih kepada anak dalam hal bermain, agar anak dapat mencapai kesenangan dan kepuasan bermain. Salah satu cara yang dilakukan oleh orang tua di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat dalam membudayakan permainan tradisional anak adalah dengan cara memberikan kebebasan anak bermain tetapi tetap mengarahkan pada hal-hal yang baik. C. Peran masyarakat dalam membudayakan permainan tradisional anak di lingkungan Rt 002/04 kelurahan Ciputat, Masyarakat adalah salah satu unsur yang dapat menilai seorang anak itu berakhlak baik atau tidak, karena masyarakat selalu mengawasi setiap gerak dan tingkah laku seseorang. Berhasil tidaknya suatu pendidikan akhlak di lingkungan masyarakat tidak lepas dari keterlibatan masyarakat dalam menghidupkan suatu permainan tradisional anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah dengan memberikan fasilitas bermain bagi anak dan tidak mengekang anak untuk bermain bila sudah saatnya bermain, agar anak dapat merasakan manfaat dari suatu permainan tradisional anak seperti yang terjadi di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat. D, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat pada Permainan Tradisional Anak di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat, Kajian Nilai-nilai Pendidikan Akhlak pada Permainan Tradisional anak di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat yang penulis teliti adalah sebagai berikut: 1, Bentengan
42
Bentengan adalah suatu permainan yang di mainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai 8 orang. Tujuan utama dari permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih benteng lawan dengan menyentuh tiang lawan sambil berteriak "benteng". Bentengan adalah permainan yang paling disukai anak-anak di lingkungan Rt 002/04 Ciputat (kata Vina). Aturan permainan bentengan adalah sebagai berikut: a. Anak mengatur kelompoknya masing-masing terdiri dari dua kelompok b. Apabila salah satu anggota regu sudah berlari maka satu dari anggota regu lawannya harus mengejamya,masing-masing anggota regu harus mengejar satu orang dan tidak boleh mengejar lagi anggota regu yang lainnya c. Apabila ada anggota regu lawan yang sedang dikejar kembali ke bentengnya, maka ia tidak boleh disentuh lagi d. Apabila ada anggota regu yang sedang keluar dari bentengnya, tersentuh oleh lawan maka ia harus berhenti bermain e. Anggota regu yang tersentuh oleh lawan akan menjadi tawanan di benteng lawan. f. Permainan selesai jika benteng salah satu lawan telah berhasil ditempati oleh salah seorang lawannya." Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional bentengan di antaranya adalah: 1) Anak belajar untuk tertib mengikuti aturan yang telah disepakati bersama sehingga tidak merugikan temannya yang lain 2) Anak belajar sabar menunggu giliran 3) Anak belajar sportif dengan berhenti bermain apabila badannya tersentuh oleh lawaan
��Hasil observasi permainan bentengan di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 10 2013 Agustus
43
Anak ini berusaha mengejar lawan
4) Anak belajar untuk berani menolong saat membebaskan rekannya yang di tahan di benteng lawan
Anak yang sedang membebaskan teman di benteng lawan
5) Anak belajar bertanggung jawab menjaga keamanan benteng, dalam hal ini berupa tembok atau tiang yang menjadi incaran lawan untuk mendudukinya.
44
.si. !- "* Anakyang sedang menjaga bentengnya Dengan demikian nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada permainan bentengan adalah : Sabar, Jujur, Tolong menolong, Keberanian, Kerja sama, Setia kawan. 2. Petak Umpet Petak umpet adalah suatu permainan tradisional yang sering di mainkan oleh anak-anak dimana satu orang hams menjaga pos dan yang lain bersembunyi. Aturan permainan petak umpet adalah sebagai berikut: a. Permainan dimulai dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi penjaga pos. b.
Anak yang berperan sebagai penjaga pos menghadap pohon dinding sambil berhitung dan memejamkan mata supaya tidak melihat teman-temannya bergerak untuk bersembunyi
c.
Setelah itu mulailah penjaga pos mencari teman yang bersembunyi
d. Jika ia menemukannya, ia akan menyebut nama temannya yang ditemukan tersebut, sambil menyentuh pos. e.
Permainan selesai jika semua ditemukan. Dan yang pertama ditemukanlah yang menjadi penjaga pos berikutnya.�'*
��Hasil observasi permainan petak umpet di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 11 Agustus 2013
45
Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional petak umpet di antaranya adalah: 1) Anak belajar untuk saling mempercayai teman 2) Anak belajar untuk bersikap jujur karena tidak boleh mengintip saat sedang Berjaga 3) Anak belajar sabar menunggu teman yang bersembunyi
Anak ini sedang berjaga di pos Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada permainan petak umpet adalah Jujur dan sabar 3. Congklak Permainan congklak sangat di gemari oleh anak-anak, permainan ini di lakukan oleh dua orang. Dalam permainan ini menggunakan papan congklak yang biasanya terbuat dari kayu atau plastik dan menggunakan cangkang kerang sebagai bijinya. Aturan permainan congklak adalah sebagai berikut: a. umumnya, untuk memainkan permainan ini dilakukan sambil duduk b. Kedua pemain saling berhadapan setelah mengisi biji congklak pada masing-masing lubang miliknya c. Setiap lubang diisi dengan 6-7 buah perlubang d. Permainan dimulai setelah kedua pemain melakukan suit, dan setelah mengetahui siapa yang menang suit maka permainan dimulai e. Mulailah pemain pertama menaruh biji congklaknya kesetiap lubang, dan
46
pemain pertama berhenti bermain ketika biji congklak terakhirnya jatuh di lubang yang kosong. f. Selanjutnya mulailah pemain kedua yang menaruh biji congklaknya pada tiap Lubang g. Permainan berakhir apabila salah satu pemain sudah memiliki biji congklak paling banyak, maka dialah pemenangnya.�'' Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional congklak di antaranya adalah: 1) Anak belajar mengenal teman 2) Anak belajar sabar menghitung dari biji congklak
Anak ini sedang menghitung biji congklaknya 3) Anak belajar sportif 4) Anak belajar jujur dengan temannya 5) Anak belajar saling mengerti teman Dengan demikian nilai-nilaipendidikan akhlak yang terdapat pada permainan congklak adalah sabar, jujur, sportif, dan saling percaya. 4,Gasing Casing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkeseimbangan pada tiik. ��Hasil observasi permainan congklak di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal ISAgustus 2013
47
Aturan permainan gasing adalah sebagai berikut: a. Permainan gasing ini awalnya anak-anak mengambil sebuah benda yang berbentuk seperti bola kecil, hanya saja di tengahnya diberi lubang sedikit untuk menarik tali. b. kemudian mulailah anak-anak memasukkan tali kedalam lubang kecil itu c.
mulailah tali itu ditarik, sehingga berputarlah mainan yang berbentuk seperti bola tadi
d. permainan berhenti sampai anak-anak bosan memainkannya�° Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional gasing di antaranya adalah: a) melatih kesabaran anak dalam menunggu gasingnya berhenti berputar
Gasing yang sedang berputar b) melatih ketangkasan anak dalam memutar gasingnya
''"Hasil observasi permainan gasing di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 13 Agustus 2013
48
Anakyang sedang memutar gasing c. melatih kecermatan anak ketika meletakkan gasing diatas papan bermain Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada
permainan
tradisional gasing adalah Kesabaran, teliti. 5. Taplak a. taplak gunung Permainan taplak gunung sudah tidak asing lagi bagi anak-anak, mereka senang sekali memainkannya di depan rumah. Permainan ini tidak memerlukan biaya, cukup mencari pecahan genteng sebagai alatnya. Permainan taplak ini ada dua macam yaitu taplak gunung dan taplak geser Aturan permainan taplak gunung adalah sebagai berikut: l).terlebih dahulu anak-anak membuat garis dari kapur tulis berbentuk menyerupai gunung dan bawahnya di beri kotak-kotak sebanyak 2,1,2,1,1,1 baru buat atasnya setengah lingkaran menyerupai gunung.
49
Gambar taplak gunung 2). kemudian melakukan suit untuk menentukan pemain yang lebih dahulu bermain 3). Permainan menggunakan pecahan batu genteng 4). Batu genteng tersebut dilempar kearak kotak yang paling bawah, kemudian anak-anak berjalan jingkat dengan satu kaki melompati batu yang telah di lempamya 5). Jika sudah sampai di puncak gunung maka pemain bisa mendapatkan satu kotak
dan
siapa
yang
mendapat
kotak
terbanyak
maka
dialah
pemenangnya.�' Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional taplak gunung di antaranya adalah : a) melatih kesabaran anak dalam melompati kotak demi kotak permainan
�'Hasil observasi permainan taplak gunung di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 14 Agustus 2013
50
Anakyang sedang melompati taplak gunung b) melatih tanggung jawab anak bila telah sampai di gunung permainan c) melatih kejujuran anak bila batu yang di lempar tidak tepat di dalam kotak permainan Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada
permainan
taplak gunung adalah Sabar, Tanggung jawab dan jujur b. taplak geser Permainan ini hampir sama dengan taplak gunung hanya saja bentuk lapangan permainannya yang berbeda. Aturan permainan tradisional taplak geser adalah sebagai berikut: 1).
Sebelum bermain anak-anak membuat kotak-kotak
sebanyak 8 kotak
dengan 4 kanan dan 4 kiri
2).
Permainan dimulai setelah menentukan siapa yang mulai jalan duluan, dengan cara melempar pecahan batu genteng
1
3). Batu genteng itu digeser menuju kotak yang tersedia mengikuti alurnya dengan cara berjingkat dengan satu kaki 4). Penentuan pemenang dilihat dari banyaknya kotak yang ia miliki.�� Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional taplak geser diantaranya adalah: a. Melatih kesabaran anak dalam
menggeser atau memindahkan batu dengan
kakinya b. melatih kepercayaan diri bahwa dia mampu menggeser batu sampai ke kotak terakhir c. melatih tanggung jawab anak dalam menyelesaikan permainan Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada permainan tradisional taplak geser adalah Sabar, Kepercayaan, Tanggung jawab. 6, Cublak-cublak suweng Permainan ini melibatkan sedikitnya tiga orang anak dan satu orang yang menebak, permainan ini memerlukan insting yang kuat agar dapat menebak secara tepat. Aturan permainan cublak-cublak suweng adalah sebagai berikut: a. Pertama kumpulkan dulu teman-teman sebanyak-banyaknya b. Kemudian siapkan sebuah batu kecil berbentuk kerikil, sebagai benda yang c.
Setelah
nanti di sembunyikan oleh salah satu teman yang ikut bermain melakukan
hom
pimpa
maka
yang
kalah
harus
membungkukkan badannya, kemudian yang lain bemyanyi syair cublak-cublak suweng" Cublak-cublak suweng,suwenge teng gelenter, mambu ketudung gudel, pa empo lera lere sopo ngguyu ndeliake". Setelah sampai pada ndeliake , kerikil harus di sembunyikan d. Setelah kerikil digenggam, orang yang harus menebak bangun dan duduk sambil menunggu menebak, yang lain menyanyikan "Sir sir pong ndelik gopong" sebanyak mungkin hingga orang yang menebak
��Hasil observasi permainan taplak geser di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 14 Agustus 2013
52
menentukan siapa yang memegang kerikil. Jika benar maka orang yang tertebak dialah yang membungkuk selanjutnya e.
permainan berakhir sesuai kesepakatan bersama.��
Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional cublak-cublak suweng di antaranya adalah : 1) melatih kejujuran saat memegang kerikil dan tertebak
Anak itu sedang menaruh kerikil di salah satu tangan temannya 2) melatih kebersamaan dengan teman saat menyembunyikan kerikil 3) melatih kejujuran bahwa teman yang menunduk tidak mengintip saat bermain Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada permainan tradisional cublak-cublak suweng adalah Kejujuran, Kebersamaan, dan Kejujuran. 7. Bekel Permainan bekel adalah permainan yang sangat di gemari oleh anak perempuan. Bisa di mainkan secara individu maupun bersama-sama. Alat yang di gunakan adalah biji bekel yang terbuat dari kuningan dan sebuah bola. Aturan permainan tradisional bekel adalah sebagai berikut: a. Permainan menggunakan bola karet berukuran kecil dan enam buah biji
bekel
��Hasil observasi permainan cublak-cublak suweng di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 12 Agustus 2013
53
b. Kemudian ana-anak melakukan suit untuk menentukan siapa yang mulai jalan lebih dulu c.
Permainan di mulai dengan melempar bola sambil menyebar biji bekel
d.
Kemudian biji bekel itu di ambil sesuai hitungan 1 sampai 6, kemudian biji bekel itu di bolak balikan
e. Jika bola itu tidak tertangkap, atau jatuh kebawah maka bergantian bermain dengan lawannya f.
Begitu
seterusnya
hingga
keduanya
sepakat
menghentikan
permainan.�"' Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan bekel di antaranya adalah: 1) melatih kesabaran anak dalam menangkap bola dan mengambil biji bekel satu persatu
Bola bekel siap di lempar keatas 2) Menumbuhkan sikap toleransi dengan teman apabila telah kalah bergantian
bermain dengan temannya 3) Melatih kejujuran anak apabila bolanya telah jatuh dan tidak tertangkap maka ia harus jujur pada temannya Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada permainan tradisional bekel ini adalah Sabar, Toleransi, Jujur. '"''Hasil observasi permainan bola bekel di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 10 2013 Agustus
54
8, Ular Naga Ular Naga satu permainan berkelompok yang biasa di mainkan di luar rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat bermainnya adalah di tanah lapang atau halaman rumah yang luas, biasanya permainan ini di mainkan oleh 5-10 orang. Aturan permainan Ular naga adalah sebagai berikut: a. Anak-anak berbaris berbaris bergandeng pegang buntut, yakni
anak
yang berada di belakang berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di depannya b. Seorang anak yang paling besar bermain sebagai induk dan berada paling depan
Penjaga gerbang mulai berpegangan tangan c.
Kemudian
dua
anak
lagi
yang
cukup
besar
bermain
sebagai
"Gerbang"dengan berdiri saling berhadapan dan saling berpegangan tangan di atas kepala d.
barisan akan bergerak melingkar kian kemari, sebagai ular naga yang berjalan-jaladan terutama mengitari 'Gerbang"sambil menyanyi
e.
Pada saat terakhir, ketika lagu habis, seorang anak yang berjalan paling belakang akan di tangkap oleh" gerbang"
55
Si anak yang tertangkap akan disuruh memilih di antara dua pilihan,
f.
dan berdasarkan pilihannya ditempatkan dibelakang salah satu gerbang Permainan selesai bila induk sudah kehilangan semua anaknya.��
g.
Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional ular naga di antaranya adalah: 1) menumbuhkan sikap kebersamaan dengan teman 2) melatih kesabaran dalam bermain karena hams berjalan beriringan di belakang teman
Para pemain mulai memasuki gerbang
3) menumbuhkan sikap percaya diri meskipun gerbangnya tidak dipilih temannya Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada permainan tradisional ular naga ini adalah Ukhuwah islamiyah, Sabar, dan Percaya diri. 9. Hadang/ Galasin Permainan ini adalah sejenis permainan daerah di Indonesia, permainan ini terdiri dari dua kelompok yanng saling berlawanan. Di mana inti dari
��Hasil observasi permainan ular naga di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 15 Agustus 2013
56
perlawanannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos ke garis terakhir Aturan permainan hadang/galasin adalah sebagai berikut: a. Sebelum permainandimulai diadakan permainan regu yang kalah sebagai Penjaga dan yang menang sebagai penyerang b.
Regu penjaga menempati garis jaganya masing-masing dengan kedua kaki berada diatas garis sedangkan regu penyerang siap untuk masuk
c. Penyerang berusaha melewati garis di depannya dengan menghindari tangkapan atau sentuhan dari pihak penjaga d.
Penjaga berusaha menangkap atau menyentuh penyerang
e.
Setiap pemain yang telah melewati seluruh garis dari garis depan sampai garis Belakang dapat melanjutkan permainannya kembali, kecuali kalau tersentuh/Tertangkap lawan.
f.
Permainan berakhir sesuai dengan kesepakatan.��
Nilai-nilai pendidikan yang ada pada permainan tradisional hadang/galasin di antaranya adalah: 1) melatih kekompakan regu 2) melatih kejujuran bila tersentuh lawan
Seorang anak yang tersentuh oleh lawan
'"''Hasil observasi permainan hadang/galasin di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada 16 tanggal Agustus 2013
57
3) menumbuhkan sikap kebersamaan diantara teman 4) melatih kesabaran karena hams melewati satu persatu lawannya Dengan
demikian
nilai-nilai
pendidikan
permainanhadang/galasin adalah kekompakan,
akhlak
yang
terdapat
pada
Kejujuran, kebersamaan dan
Kesabaran. 10, Panjat Pinang Adalah suatu permainan uji ketangkasan dimana satu kelompok berlomba untuk mengambil hadiah yang berada di atas pohon pinang yang sudah di lumuri pelumas. Dan setiap anak berhak naik keatas untuk mengambil hadiah. Aturan permainan panjat pinang adalah sebagai berikut: a. Langkah awal adalah menyiapkan sebuah pohon pinang yang sudah di lumuri pelumas b. Biasanya diatasnya diberikan hadiah agar menarik anak-anak untuk memanjatnya c.
Kemudian anak-anak berdiri dibawahnya
Anak-anak bersiap menaiki pohon pinang d. Setelah ada aba-aba untuk naik maka anak-anak mulai rebutan untuk naik ke atas mengambil hadiah
58
e. Jika sudah ada yang berhasil naik keatas maka permainan berakhir dan peserta boleh mengambil hadiahnya.�� Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional panjat pinang di antaranya adalah : 1) melatih kekompakan dengan teman saat memanjat pohon pinang
Seorang anak berhasil menaiki pohon pinang meski hampir roboh 2) bersabar menunggu giliran naik ke atas 3) menumbuhkan sikap percaya diri bahwa ia mampu naik ke atas 4) mempunyai strategi untuk sampai ke atas Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada permainan tradisional panjat pinang adalah Ukhuwah islamiyah, Sabar, Percaya diri. 11. Lompat Tali/Karet Permainan lompat tali adalah permainan yang sudah tidak asing lagi, permainan ini menggunakan sebuah tali/karet yang dapat melatih ketangkasan anak dan biasanya permainan ini di mainkan oleh anak perempuan. Aturan permainan lompat tali/karet adalah sebagai berikut: a. Langkah awal anak-anak menyiapkan sebuah tali/karet yang akan dijadikan alat untuk bermain
��Hasil observasi permainan panjat pinang di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 17 Agustus 2013
59
b. Kemudian anak-anak mulai suit untuk menentukan siapa yang mulai bermain dan siapa dua orang yang hams berjaga, maka mereka hams memegangi karet
Dua orang memegang karet dan satu orang siap melompat c. Setelah itu mulailah anak-anak melompati tali/karet itu sampai menyentuhnya d.
Bagi yang menyentuh tali/karet tersebut maka ia hams bergantian
berjaga memegang karet, bergantian dengan temannya, begitu setemsnya e. Permainan berakhir sesuai dengan kesepakatan bersama.�� Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional lompat tali/karet adalah sebagai berikut: 1) melatih ketangkasan anak dalam melompat 2) melatih kecermatan dalam melompati tali/karet 3) melatih kejujuran bila mengenai tali/karet 4) melatih kecepatan dalam melompat Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada permainan tradisional lompat tali/karet adalah adalah teliti,Cermat, Jujur,Sabar.
Hasil observasi permainan lompat tali/karet di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada 11 tanggal Agustus 2013
60
12. Suit Jalan Permainan ini adalah menguji kesabaran pemain dalam menunggu giliran melompat menuju garis yang telah di tentukan Aturan permainan suit jalan adalah sebagai berikut: a. Permainan di mulai dengan menentukan dua kelompok yang saling berhadapan dengan jumlah yang sama b. Setelah melakukan suit, yang menang dialah yang lebih dahulu maju
Kedua anak ini melakukan suit untuk menentukan yangjalan duluan c. Bagi yang menang suit lagi maka dialah yang maju lagi, begitu seterusnya sampai akhirnya sampai pada garis yang di tentukan, maka dialah pemenangnya.�� Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional suit jalan di antaranya adalah: 1) melatih kecepatan dalam melompat 2) melatih kesabaran menunggu giliran maju 3) bersikap sportifjika tertinggal oleh lawannya Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada permainan suit jalan adalah Kesabaran dan Sportif.
Hasil observasi permainan suit jalan di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 16Agustus 2013
1
13, Kasti Adalah suatu permainan yang memerlukan ketangkasan dan menggunakan bola tenis sebagai alat bermain. Aturan permainan kasti adalah sebagai berikut: a. Permainan di lakukan oleh 2 kelompok b. Permainan menggunakan bola tenis untuk menembak lawan
Gambar bola yang di gunakan untuk kasti c) Permainan dimulai dengan suit terlebih dahulu d) Kelompok yang menjadi penjaga harus segera menangkap bola secepatnya, setelah tumpukan batu roboh oleh kelompok yang dikejar e) Apabila bola berhasil menyentuh lawan, maka kelompok yang anggotanya tersentuh bola menjadi penjaga tumpukan batu f) Siapapun yang berhasil menumpuk batu dengan cepat tanpa terkena pukulan bola adalah pemenangnya.�" Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional kasti di antaranya adalah: 1) menumbuhkan rasa percaya diri bahwa ia bisa melakukannya 2) melatih sportifitass 3) TerdapatUnsur Kompetisi 4) Menanamkan rasa kebersamaan/solidaritas
Hasil observasi permainan kasti di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 16 2013 Agustus
62
5) mempererat persaudaraan dengan teman kelompok lain Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada permainan tradisional kasti adalah Percaya diri, Kebersamaan, Kesabaran,dan sportif. 14, Layang-layang Permainan layang-layang merupakan satu aktivitas menerbangkan layanglayang tersebut di udara. Pada musim kemarau di Indonesia anak-anak selalu bermain layang-layang karena anginnya besar. Biasanya anak-anak bermain layang-layang di tanah lapang. Ada yang membeli jadi layang-layangnya dan adapula yang membuatnya sendiri. Aturan permainan layang-layang adalah sebagai berikut: a. Pertama menyiapkan sebuah layang-layang
b. Kemudian layang-layang itu diberi benang yang cukup panjang c. Ketika angin bertiup, maka mulailah anak-anak itu menaikkan layanglayangnya d. Ketika layang-layang sudah sampai di atas maka anak-anak akan terlihat senang karena dia telah berhasil menaikkan layang-layangnya.�' Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional layang-layang di antaranya adalah : Hasil observasi permainan layang-layang di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 16 Agustus 2013
63
1) melatih kesabaran ketika menaiki layang-layangnya 2) melatih kecermatan ketika angin datang 3) melatih kelenturan tangan ketika menarik ulur layang-layang
Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada permainan tradisional layang-layang adalah Sabar, Cermat dan menghargai waktu. 15, Sumpitan/pletokan Sumpitan/pletokan adalah permainan yang terbuat dari bambu berukuran 30 cm dengan diameter 1 cm, untuk penyodok bambu di raut bundar sesuai dengan lingkaran. Sebagai pelurunya adalah kertas yang di basahi kemudian di masukkan ke dalam bambu tadi. Aturan permainan sumpitan /pletokan adalah sebagai berikut: a. Anak-anak
menyiapkan
bambu
yang
berukuran
kecil
beserta
pendorongnya. b. Kemudian anak-anak memberi lubang pada bambu itu atas dan bawah c. Buat kertas kecil yang sudah dibasahi lalu masukkan kedalam bambu tadi
54
Pletokan mulai di tembakkan setelah di masukkan kertas d. Setelah semua kertas yang dibasahi tadi dimasukkan maka mulailah anak-anak bermain dengan cara mendorong kertas yang berada di dalam bambu
tadi dengan gerakan seperti menembak tetapi
sasarannya bukan teman atau lawan, melainkan benda-benda yang ada disekitar��
Anak ini sedang memasukkan penyodokpletokan Nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada pada permainan tradisional anak sumpitan/pletokan diantaranya adalah : 1) Anak belajar kreatif dengan membuat permainan dari bambu
Hasil observasi permainan sumpitan/pletokan di lingkungan Rt 002/04 Ciputat, Pada tanggal 14Agustus 2013
65
2) Anak belajar mengetahui benar dan salah dengan tidak boleh menembak teman atau lawannya tetapi benda yang ada di sekitarnya Dengan demikian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada pletokan/sumpitan adalah teliti dan tanggung jawab.
permainan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Permainan merupakan satu aktifitas untuk mengisi waktu luang, ia boleh dilakukan secara berkumpulan ataupun dilakukan berseorangan. Permainan tradisional biasanya mempunyai peraturan yang perlu diikuti oleh semua orang yang memainkannya. Adat bermain ada yang kalah, ada yang menang dan kadang kala ada pula yang seri atau seimbang. Setelah penulis meneliti dari beberapa permainan tradisional yang ada di lingkungan Rt 002/04 Kelurahan Ciputat maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pada setiap permainan tradisional anak itu memiliki manfaat tersendiri dan memiliki nilai-nilai pendidikan akhlak yang sangat banyak, dan berbeda diantaranya sabar, jujur, teliti, dapat bekerjasama dengan teman, sportif, cermat, bertanggung jawab, saling menyayangi teman, berkata sopan, menyayangi orang tua, rendah hati, Kompetisi dan menghargai waktu. Demikian pula dengan peran orang tua dalam pendidikan akhlak anak mempunyai pengaruh besar bagi penerapan kehidupan anak, salah satunya dengan bersikap sabar dalam menghadapi perubahan anak. Dan dalam membudayakan permainan tradisional anak peran orang tua dan masyarakat adalah dengan mengajarkan anak mengenal permainan tradisional dan cara bermainnya serta memberikan fasilitas bermain bagi anak. B, Saran Sebagai Upaya melestarikan budaya tradisional bangsa, sebaiknya kita mengenalkan kepada anak-anak kita tentang permainan tradisional dan bagaimana cara memainkannya, memberikan waktu luang supaya anak-anak mempunyai
66
67
kesempatan bermain yang lebih banyak, fasilitasi alat-alat atau tempat agar anak dapat memainkan permainan tradisional.
DAFTAR PUSTAKA
Darajat,Zakiah, Kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Agung, 1986. Elizabeth,Hurlock, B. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga, 1990. Hafizh,Muhammad Nur Ab&vX�endidik anak bersama Rasulullah saw. Kairo : Al-Bayan 198S.Tafsir,Ahmad,. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung : Anggota IKAPI, cet 1 1992,cet 2 1994 KPPK, Ilmu Pendidikan Guru didalam Kelas. Bandung : Jalan Dokter Cipto 9, Khusus untuk kementrian Agama Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1987. Yunus,Mahmud,
Kamus
Arab-Indonesia.
Munawwir, t.t Warson Ahmad,
Jakarta:
HidakaryaAgung,
Kamus Arab-Indonesia.
Al-
Surabaya:
PustakaProgressif, 1997. --------------------------Jakarta: BumiAksara, 2008. Syah,Muhibbin, Psikologi Pendidikan. penerbit : PT Remaja Rosdakarya,1995 � Ilmu Pendidikan Islam. s/d 2009. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada 2006, Edisi Revisi 5 Salahudin, Anas, FilsafatPendidikan. Bandung: PustakaSetia, 2011. Z, Zurinal,Sayuti,Wahdi, Ilmu Pendidikan. Penerbit : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, cet ke-1 Masy'ari,Anwar, Akhlak Alqur'an. Surabaya : PT.Bina Ilmu 1990, cet I Abdullah,M.Yatimin, Studi Akhlak dalam PerspektifAl-qur'an. Jakarta : Amzah 2007, cet I
68
69
Ardani,Moh, Nilai-nilai akhlak/Budi pekerti dalam ibadat. Pustaka Nasional: 2001, cet I Ilyas,Yunahar, Kuliah akhlaq. Yogyakarta : 1999, cet I Mustofa, Akhlak/tasawuf. Bandung : CV. Pustaka Setia 1997. Ghofur,Saiful Amin, Bahaya Akhlak Tercela. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2007. Ramayulis dan Nizar, Samsul, FilsafatPendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2009. Nata,Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru). Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005. Srijanti, Purwanto S.K, Pramono, Wahyudi, Etika Membangun Masyarakat Islam Modern, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Tafsir,Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
Makbuloh,Deden, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: RajawaliPers, 2012. Djumransyah& Amrullah, Abdul Malik }Larim,Pendidikan Islam Menggali "Tradisi", MeneguhkanEksistensi. UIN-Malang Press, 2007. Djamarah,SyaifulBahri, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, Jakarta: RinekaCipta, 2004. Selamat,Kasmuri Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf Upaya Meraih Kehalusan Budi Dan kedekatan. Jakarta: KalamMulia, 2012. Nasution, S, Sosiologi Nasution. Jakarta: BumiAksara, 2010. Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: BinaAksara, 1988. Zuhairini, FilsafatPendidikan Islam. Jakarta: BumiAksara, 2009. A1 Munawar,Said Agil Husin, Aktualisasi Nilai-nilai Qur 'an dalam Sistem Pendidikan Islam, tt.p : PT. Ciputat Press, 2005.
Jaarullah,Abdullah bin, Awas! Bahaya lidah. Jakarta : Gema Insani Press 1995. Rahmatjalaluddin, Dahulukan akhlak diatasy?A:z7z.Muthahhari press Nata,Abuddin, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur'an. UIN Jakarta Press: Desember 2005. Arikunto,Suharsimi, Prosedurpenelitian. Jakarta : RinekaCipta 1992. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PustakaSetia, 2011. Narbuko,Cholid,danAchmadi, Abu, Metodologi Penelitian. Jakarta : BumiAksara, 2005. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, edisi Revisi "Pembelajarandewi", files.wordpress.com/2011/05/printpendahuluan.doc
UJI REFERENSI
No 1
Pengarang dan Judul Buku Darajat,Zakiah, Kesehatan Mental
Halaman 1
2
Hurlock Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 2
2
3
Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik anak bersama Rasulidlah saw
3,4
4
Dr. Alimad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam
5
KPPK, Ilmu Pendidikan Guru didalam Kelas
7,8
M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1987) cet ke-3 7 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, t.t) 8 Ahmad Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997) Zakiah Daradjat, Imu Pendidikan Islam, 9 (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) cet. 7 10 Dr. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan ( penerbit: PT Remaja Rosdakarya,1995 s/d 2009) cet ke-1 11 Drs.H.M.Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (penerbit: UIN Jakarta) cet 12 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakana : Raja Grafmdo Persada 2006) Edisi Revisi 5 13 Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011) 14 Dr.Zurinal Z, Wahdi Sayuti,S.Ag, Ilmu Pendidikan (Penerbit: Lembaga Penelitian UIN Jakarta) cet ke-1 15 Drs.Anwar Masy'ari, MA,Akhlak Alqur'an (Surabaya : PT.Bina Ilmu 1990) cet 1 16 Drs.M.Yatimin Abdullah, MA.Studi Akhlak dalam PerspektifAl-qur 'an (Jakarta : Amzah 2007) cet I 17 Prof.Dr.H.Moh.Ardani, Nilai-nilai akhlak/Budi pekerti dalam ibadat (Pustaka Nasional : 2001) cet I
8,26
6
Paraf
1
7
8 8
/ /
8.29,32 14
14 16,20
17 19,21
21
22,25,35,36,40
22,23
\\ )
4]
18
Drs. Yunahar Ilyas , Kuliah akhlaq (Yogyakarta : 1999) cet I
19
Drs.H.A.Mustofa, Akhlak/tasawuf,(Qsindmi% :CV. Pustaka Setia 1997) Saiful Amin Ghofur,Jja/zoya Akhlak Tercela, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2007) Ramayulis dan Samsul Nizar, FilsafatPendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), cet. 3 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), cet. 1 Srijanti, Purwanto S.K, Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) cet. 2 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2010) cet. 4 Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) cet. 2 Djumransyah & Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam Menggali "Tradisi", Meneguhkan Eksistensi, (UINMalang Press, 2007) cet. 1 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) cet. 1, Kasmuri Selamat, Ihsan Sanusi, Akhlak TasawufUpaya Meraih Kehalusan Budi dan kedekatan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), cet. 1 S. Nasution, Sosiologi Nasution, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) cet. 5 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bina Aksara, 1988) cet. 1 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) cet. 5 Said Agil Husin A1 Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur 'an dalam Sistem Pendidikan Islam, (tt.p : PT. Ciputat Press, 2005) cet. 2 Abdullah bin Jaarullah, Awas! Bahaya lidah (Jakarta : Gema Insani Press 1995) cet -6 Jalaluddin Rahmat, Dahulukan Akhlak di
20
21
22
23
24
25 26
27
28
29 30 31 32
33
34
22,23,24,37,39
\
24
24
25
25
26
27
27,28 29,31
30
30,33
31 31 32 33
35
37
\J
35
36 37 38
39
atas fikih (Muthahhari press) Prof.Dr.H.Abuddin Nata, MA, Pendidikan Dalam PerspektifAl-Qur'an(UJN Jakarta Press :Deseinber 2005) cet -1 Suharsimi j�kunto, Prosedur penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta 1992), cet 8 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), cet. 10 Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005),. cet. 7 Prof.Dr.Lexy J Moleong, MA, Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung; PT.Remaja Rosdakarya) edisi Revisi
40 Pembelajarandewi.files.wordpress.com/2011 Printpendahuluan. doc
r 38 *
43,47 44 44
46
12
)
«5Sf%
KEMENTERIAN AGAMA UIN J AKARTA FITK
FORM ( FR )
� Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dok u men
FITK-FR-AKD-081
Tgl. jTerbit No. pevisi: Hal
01
1 Maret 1/1
S U R AT BIMBINGAN S K RIPSI Jakarta, 21 Juni 2012
Nomor : Un.01/F.l/'K:M.01.3/j0�./2012 Lamp. : Hal ; Bimbingan Skripsi
Kepada Yth. Ibu Siti Khodijah, K-IA Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Assalamu'alaikum wr.wb. Dengan ini diharapkan kesediaan (materi'teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Saudara untuk
menjadi
pembimbing I/II
Nama
DARTI
NIM
208011000044
Jurusan
PAI/Non Reg
Semester
VIII " Efektifitas Permainan Edukatif Dalam Menumbuhkan Minat
Judul Skripsi
Baca Siswa Di SDN Ciputat VI. Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal ...21 Juni 2012................... terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial di&nggap periu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan seiesai dalam waktu 6 (enarn) bulan, dan dapat , 6ahstraksifoutline diperpanjang selama (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassalarnu'alaikum wr.wb.
, idikan Agama Islam /vf /•?
Tembusan: 1. DekanFITK 2. Mahasiswa ybs.
-11'�Baliris�lim, M.Ag nip/9680307 199803 1 002
2010
fuST�
KE MEN TERIA N AGAMA UiN JAKARTA FiTK Ho 95 Ciputat 15412
No. Dokumen Tgl. Tertiit No. Revi�: Hal
FORM (FR)
FITK-FR-AKD-082 1 Maret 2010 02 1/1
SURAT PERM iOHOMAH mm P E M mtmrn Jakarta, i 2 November 2013
Nomor; Un.Q1/F.1/KM.01.3/ /201S Lamp. : Outline/Proposal Ha! : Permohonan Izin Peneiitian
Kepada Yth. Bapak ketua Rt 002 Rw 04 Tempat Assalamu'alaikum vi/r.wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama
: Darti
NiM
;208011000044
Jurusan
; Pendidikan Agama Islam
Semester
: XI (sebelas)
Judui Skripsi
: Nilai-Niiai Pendidikan Akhlak Pada Permainan jradisional di
Lingkungan Rt 002/04 Ciputat sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan peneiitian (riset) di lingkungan yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara meiaksanakan peneiitian dimaksud.
dapat
mengizinkan
mahasiswa
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih, Wassalamu'alaikum wr.wb. a.n. Dekan Kaju.
idikan Agama [slam
BahrL�lim, M.Ag 19680307 199803 1 002
Tembusan: 1, Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3, Mahasiswa yang bersangkutan
tersebut