Hubungan Lama Paparan Debu Kayu Dan Kebiasaan Merokok Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Mebel di CV. Mariska Dan CV. Mercusuar Desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa Fernando Rantung *, Jootje M.L Umboh *, B.S Lampus* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Abstrak Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktifitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia (Suma’mur, 2009). Pekerja industri mebel kayu mempunyai resiko yang sangat besar untuk penimbunan debu pada saluran pernapasan. Merokok adalah salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi paru. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru-paru. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara lama paparan debu kayu dan kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru tenaga kerja industri mebel di CV. Mariska dan CV. Mercusuar yang ada di desa Leilem. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik, dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Besar sampel pada penelitian ini adalah seluruh total populasi yang berjumlah 32 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara untuk mengetahui karakteristik responden dan pengukuran kapasitas vital paru pekerja dengan alat spirometer. Analisis data dilakukan dengan fisher’s exact test dan menggunakan bantuan SPSS versi 20,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden menyatakan tidak ada hubungan antara lama paparan debu kayu dengan gangguan fungsi paru dengan nilai probablitas sebesar 1,000 p > 0,005.Dan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru denga nilai probablitas 0,013 p < 0,005. Saran untuk pimpinan perusahaan perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan awal bagi pekerja yang baru masuk dan berkala bagi seluruh pekerja untuk memantau kondisi fisik pekerja oleh pihak perusahaan, Perlu diatur jam kerja untuk mencegah keterpaparan debu terhadap tenaga kerja, Perlu dilaksanakan upaya pencegahan dengan penyuluhan tentang bahaya merokok. Kata kunci :Lama Paparan, Kebiasaan merokok, Gangguan Fungsi Paru
Abstract Health is a very important factor for productivity and for enhancement of labor productivity as human resources. Wood furniture industry workers have a very big risk for the accumulation of dust in the respiratory. Smoking s one of the factors that affects function of lungs. Smoking can cause the changes in the structure of respiratory and lung tissue. The purpose of this research is to analyze the relationship between duration of wood dust exposure and smoking habits with lung function impairment in the furniture industry workers of CV. Mariska and CV. Mercusuar in the Leilem village. This research is analytic survey, using a cross sections study. The sample in this research was the total population of 32 people. Data was collected through interviews to determine the characteristic of respondents and measurement of vital lung capacity of workers with a spirometer. Data analysis was done by Fisher’s exact test and using SPSS version 20.0. The results of 32 respondents showed that there was no association between duration of wood dust exposure with lung function impairment with a probability value of 1,000 p > 0,005. And there is a relationship between smoking and lung function impairment with a probability value of 0.013 p < 0.005. it is suggested for the company leaders that they need to do initial health checks for new workers and periodically health check for all of the workers to control the physical condition of the workers; need to set working hours to prevent dust exposure to workers; need to do prevention with education about the dangers of smoking. Keywords: Duration of exposure, smoking habits, lung function impairment.
PENDAHULUAN Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktifitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia (Suma’mur, 2009).Pekerja adalah manusia yang dapat melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Maurits, 2010).Industri pengolahan kayu merupakan salah satu industri yang pertumbuhannya sangat pesat. Salah satu dampak negatif dari industri pengolahan kayu adalah timbulnya pencemaran udara oleh debu atau hasil industri tersebut. Pekerja industri mebel kayu mempunyai resiko yang sangat besar untuk penimbunan debu pada saluran pernapasan. Absorpsi dari partikel-partikel debu terjadi hanya lewat paru-paru melalui mekanisme pernapasan. Proses pengolahan kayu untuk dijadikan mebel cenderung menghasilkan pencemaran udara di tempat kerja dan lingkungan sekitarnya sehingga pekerja maupun masyarakat disekitar industri dapat terpapar oleh debu, baik karena bahan baku maupan produk akhir yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia khususnya gangguan fungsi paru. Merokok adalah salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi paru. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar dan kelenjar mukus bertambah banyak. Pada saluran pernapasan kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel penumpukan lendir. Pada jaringan paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul fungsi paru-paru dan segala macam perubahan klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (DepKes RI 2003). Penelitian yang dilakukan Triatmo dkk, (2006) menunjukkan paparan debu kayu terhisap dengan fungsi paru. Hasil penelitian oleh Mengkidi, (2006) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tenaga kerja yang mempunyai kebiasaan merokok dengan terjadinya gangguan fungsi paru. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di industri mebel di CV. Mariska dan CV. Mercusuar yang ada di desa Leilem kecamatan Sonder terdapat 32 orang pekerja di bagian
produksi. Pekerja tersebut bekerja 9 jam sehari dan melebihi jam kerja yang ditentukan yaitu 8 jam sehari, dan bekerja selama 5 hari mulai dari hari selasa sampai hari sabtu. Pekerja industrimebel kayu mempunyai resiko yang besar untuk terpapar debu kayu melalui saluran pernapasan dan mereka mempunyai kebiasaan merokok. Kegiatan produksi dari industri mebel yang menghasilkan debu kayu dan berjalan setiap hari merupakan waktu paparan terhadap pekerja. Kemudian mereka juga pada waktu bekerja sering merokok. Hasil wawacara peneliti dengan pekerja mereka mengatakan bahawa mereka sering menderita batuk-batuk dan seringkali sesak napas, akibat dari kondisi lingungan yang berdebu dan akibat dari kebiasaan merokok, maka dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja terutama penurunan fungsi paru. Dengan melihat keadaan lingkungan kerja yang berdebu dan kebiasan merokok, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara lama paparan debu kayu dan kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru pekerja industri mebel di CV.Mariska dan CV.Mercusuar. Apakah ada hubungan antara lama paparan dan kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru pada tenaga kerja industria mebel di CV. Mariska dan CV. Mercusuar di desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa?. Manfaat yang didapat melalui penelitian ini yaitu : 1. Bagi pemilik perusahaan dapat memperoleh gambaran mengenai kapasitas paru pada pekerja dan dapat memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Bagi peneliti menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan sebagai pengalaman dan pembelajaran. 3. Bagi instansi kesehatan sebagai bahan masukan dalam pembinaan keselamatan kerja kepada pengelola perusahaan. METODE Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik, dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di industri mebel di CV. Mariska dan CV. Mercusuar yang ada di desa Leilem Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa dan dilaksanakan pada bulan MaretApril 2013.
Populasi pada penelitian ini adalah para tenaga kerja industri mebel di CV. Mariska berjumlah 17 orang dan CV. Mercusuar berjumlah 15 orang sehingga totalnya ada 32 orang. sampel pada penelitian ini adalah seluruh total populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kuesioner 2. Alat spirometer yaitu Spiro Analizer 120 3. Mouth piece 4. Timbangan berat badan 5. Microtoise Data primer berupa data yang di peroleh dari hasil wawancara, pengukuran kapasitas paru, dengan menggunakan spirometer dan hasil dan pengukuran berat badan serta tinggi badan. Data sekunder dapat berupa gambaran umum tempat penelitian, jumlah pekerja, jenis pekerjaan, dan proses produksi dari perusahaan tersebut. Analisis data : 1. Analisa Univariat Data dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi dan dianalisis berdasarkan persentse. 2. Analisa Bivariat Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, dengan menggunakan uji statistik chi square dengan CI 95% dan α < 0,05. HASIL Di desa Leilem terdapat 2 industri besar yang bergerak dibidang furniture dari kayu dan pembuatan mebel yaitu CV. Mariska dan CV. Mercusuar yang masing-masing memiliki tenaga kerja berjumlah 17 orang dan 15 orang. 1. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik responden yang diperoleh hasil wawancara menunjukkan bahwa tenaga kerja yang bekerja di industri mebel terdiri dari lakilaki dan permuan. Untuk pekerja laki-laki ada 30 responden dengan persentasi 93,8% dan untuk pekerja perempuan ada 6,2% ini berarti tenaga kerja laki-laki lebih banyak dari tenaga kerja perempuan. Faktor lain juga dalam karakteristik pekerja adalah umur tenaga kerja. Umur pekerja terendah 18 tahun dan tertinggi 60 tahun. Proporsi responden menurut kelompok umur terdapat 26 responden pada kelompok umur ≥ 25 tahun yang merupakan kelompok umur terbanyak dengan persentasi 81,2%. Kelompok umur < 25 tahun terdapat 6
responden dengan persentasi 18,8%. Lama paparan dibagi dalam 2 kategori yaitu lama paparan <8 jam sehari berjumlah 4 responden 12,5 % dan lama paparan ≥ 8 jam sehari berjumlah 28 responden 87,5 %. Kebiasaan merokok dari responden menunjukkan bahwa jumlah responden yang merokok sebanyak 22 orang dengan persentase 68,8 % dan yang tidak merokok sebanyak 10 responden dengan persentase 31,2 %. Berdasarkan hasil spirometer diketahui sebanyak 9 responden dengan 28,1 % yang mengalami gangguan dan 23 responden dengan persentase 71,9 % yang tidak mengalami gangguan fungsi paru. Distribusi responden dapat dilihat pada tabel 1 Karakteristik n % Responden Jenis Kelamin Laki-laki 30 93,8 Perempuan 2 6,2 Umur < 25 tahun 6 18,8 ≥ 25 tahun 26 81,2 Lama Paparan < 8 jam sehari 4 12,5 ≥ 8 jam sehari 28 87,5 Kebiasaan Merokok Merokok 22 68,8 Tidak Merokok 10 31,2 Gangguan Fungsi Paru Tidak ada gangguan 9 28,1 ada gangguan 23 71,9 2. Hubungan Lama Paparan dan Kebiasaan Merokok Dengan Gangguan Fungsi Paru Dari 32 pekerja yang terpapar dengan debu untuk kategori lama paparan < 8 jam/hari terdapat 3 responden (75%) yang mengalami gangguan fungsi paru, dan untuk kategori ≥ 8 jam/hari 19 responden (67,9%) yang mengalami gangguan fungsi paru. Hasil penelitian hubungan kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru, didapatkan 19 responden (86,4%) dengan kebiasaan merokok mengalami gangguan fungsi paru dan kategori responden yang tidak merokok dan mengalami gangguan fungsi paru di dapat 4 responden (40%).
Gangguan Fungsi Paru Tidak ada gangguan ada gangguan
Jumlah
p value
Lama Paparan
n
%
n
%
n
%
< 8 jam/hari ≥ 8 jam/hari
3 19
75 67,9
1 9
25 32,1
4 28
100 100
Kebiasaan Merokok Merokok Tidak Merokok
19 4
86,4 40
3 6
13,6 60
22 10
100 100
1,000
0,013
Berdasarkan hasil analisis bivariat tentang hubungan antara lama paparan dengan gangguan fungsi paru menunjukkan tidak ada hubungan antara lama paparan dengan gangguan fungsi paru dengan p = 1,000, dan untuk hasil analisis bivariat tentang hubungan antara kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru dengan p = 0,013, Dengan menggunakan uji Chi- Square dengan menggunakan nilai Fisher Exact. PEMBAHASAN Pekerja industri mebel kayu mempunyai resiko yang sangat besar untuk penimbunan debu pada saluran pernapasan. Tenaga kerja mebel yang ada di CV. Mariska dan CV. Mercusuar di jadikan responden dalam penelitian ini karena pekerjaan mereka umumnya tidak menggunakan masker dan selalu mempunyai kebiasaan merokok sehingga mereka bisa terpapar dengan debu kayu dan dapat menyebabkan gangguan fungsi paru. Responden dalam penelitian ini berjumlah 32 orang, 17 orang bekerja di CV. Mariska dan 15 orang bekerja di CV. Mercusuar. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan antara lama paparan debu kayu dengan gangguan fungsi paru dengan nilai p value = 1,000. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin lama pekerja terpapar oleh paparan debu, maka akan semakin membesar resiko terjadinya gangguan fungsi paru. Tidak ada hubungan antara lama paparan debu kayu dengan gangguan fungsi paru ini dapat di jelaskan kemungkinan adalah karena lamanya jam kerja tidak berarti paparannya semakin besar. Temuan di lapangan menunjukkan meskipun jam kerja pekerja umumnya sama antara satu pekerja dengan pekerja lainnya, namun mempunyai dosis paparan yang berbeda. Selain itu pekerja yang meskipun lama jam kerjanya tinggi, kemungkinan fungsi
paru-parunya masih normal apabila masa kerjanya masih pendek dan tidak mempunyai kebiasaan merokok. Berdasarkan penelitian ini maka penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Budiono, (2007) menyatakan bahwa tidak ada hubugan antara lama paparan dengan gangguan fungsi paru dengan p = 0,11. Penelitian Suryani, (2005) menyatakan tidak ada hubungan antara lama paparan dengan kapasitas paru dengan p = 1,000. Dari kedua penelitian tersebut, sehingga bisa mendukung penelitian ini yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara lama paparan dengan gangguan fungsi paru pada tenaga kerja mebel yang ada di CV. Mariska dan CV. Mercusuar. Penurunan gangguan fungsi paru tidak hanya disebabkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja yang berdebu namun ada faktor lain seperti kebiasaan merokok, umur, masa kerja, penggunaan alat pelindung diri dan riwayat penyakit. Penelitian tentang hubungan kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru dengan nilai p = 0,013. Hal ini berarti menyatakan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru mungkin dikarenakan oleh frekuensi merokok yang dinyatakan dalam lama merokok, jenis rokok yang dihisap, jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari dimana pekerja mengkonsumsi secara berlebihan. Hasil penelitian Triatmo dkk,
(2007) juga menyatakan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan penurunan fungsi paru. Kemudian untuk penelitian Suryani, (2005) menyatakan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru dengan p = 0,021. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mengkidi, (2006) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakana antara kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru pada seluruh pekerja di PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan, hasil penelitiannya dengan jumlah sampel 91 responden diperoleh p = 0,036. Pekerja yang merokok dan berada di lingkungan kerja yang berdebu cenderung mengalam gangguan fungsi paru dibandingkan dengan pekerja yang berada di lingkungan yang berdebu tetapi tidak merokok. Asap rokok dapat meningkatkan resiko timbulnya penyakit bronchitis dan kanker paru untuk itu pekerja berhenti merokok padasaat melakukan pekerjaan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang hubungan antara lama paparan debu kayu dan kebiasaan dengan gangguan fungsi paru maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Tidak terdapat hubungan antara lama paparan debu kayu dengan gangguan fungsi paru 2. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui korelasi antara penurunan fungsi paru dengan variabel-variabel yang berbeda sehingga dapat mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi gangguan fungsi paru. 2. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan awal bagi pekerja yang baru masuk, dan berkala bagi seluruh pekerja untuk memantau kondisi fisik pekerja oleh pihak perusahaan. 3. Perlu diatur jam kerja untuk mencegah keterpaparan debu terhadap tenaga kerja. 4. Perlu dilaksanakan upaya pencegahan dengan penyuluhan tentang bahaya merokok bagi seluruh tenaga kerja yang
dibantu oleh oleh instansi kesehatan dalam hal ini puskesmas setempat. DAFTAR PUSTAKA
Budino, I. 2007. Faktor Resiko Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Pengecatan Mobil Studi Pada Bengkel Pengecatan Mobil di kota Semarang. Tesis Program Pascasarjana Universitas di Ponegoro. Semarang. Departemen Kesehatan RI. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta. Maurits, 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta : Amara Books. Mengkidi, Nurjazuli, dan Sulistiyani. 2006. Gangguan Fungsi Paru dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Karyawan PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Volume 5. Nomor 2. Oktober 2006. Semarang. Suma’mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Sagung Seto Suryani M. 2005. Analisis Faktor-Faktor Resiko Paparan Debu Kayu Terhadap Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Pengolahan Kayu PT. Surya Sindoro Sumbing Wood Industry Wonosobo. Tesis Program Pascasarjana Universitas di Ponegoro Semarang Triatmo W, Adi S.M, Hanani Y. 2006. Paparan Debu Kayu Dan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Mebel (Studi di PT Alis Ciptatama). Jurnal Kesehatan Lingkungan Indoneseia Volume 5. Nomor 2. Oktober 2006