PERBEDAAN PENGARUH LATIHANSPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN SABIT PADA PESILAT REMAJA DI PERGURUAN TAPAK SUCI KOTA GORONTALO (Wulanda Paulutu, Risna Podungge, Syarif Hidayat)
[email protected] Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo
Abstrak : Penelitian ini untuk mengetahui dan memperoleh seberapa besar gambaran tentang perbedaan latihan sprint training dan hollow sprint terhadap kecepatan tendangan sabit pada pesilat remaja di perguruan Tapak Suci Kota Gorontalo. Penelitian ini berjumlah 20 orang yang dilakukan dengan cara Random yang penentuan jumlah sampelnya di hitung dengan menggunakan Rumus Slovin. Berdasarkan kriteria pengujian bahwa. Terima Ho jika: thitung < ttabel pada α = 0,05 dk= n-1. Dan tolak H0 jika thitung ≥ ttabel pada α = 0,05, dan dk = n-1. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh harga thitung sebesar 4.85 dan tdaftar 1.83. sedangkan pada criteria pengujian tolak H0 jika thitung ≥ ttabel pada α = 0,05, dan dk = n-1. Jadi, 4.85 ≥ 1.83. Berdasarkan hal tersebut, maka harga thitung telah berada diluar daerah penerimaan Ho Sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh latihan sprint Training terhadap kecepatan tendangan sabit pada pesilat remaja diperguruan tapak suci Kota Gorontalo ditolak dan menerima Ha yang menyatakan: Terdapat pengaruh latihan Sprint Training terhadap Kecepatan Tendangan Sabit pada pesilat remaja di perguruan tapak suci kota Gorontalo. Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh latihan Hollow Sprint terhadap Kecepatan Tendangan Sabit pada Pesilat Remaja di Perguruan Tapak Suci Kota Gorontalo, maka hal ini dianalisis dengan pengujian analisis varians dua rata-rata dengan menggunakan rumus (uji t). Berdasarkan kriteria pengujian bahwa. Terima Ho jika: thitung < ttabel pada α = 0,05 dk= n-1. Dan tolak H0 jika thitung ≥ ttabel pada α = 0,05, dan dk = n-1. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh harga thitung sebesar 7.51 dan tdaftar 1.83. sedangkan pada criteria pengujian tolak H0 jika thitung ≥ ttabel pada α = 0,05, dan dk = n-1. Jadi, 7.51 ≥ 1.83. Berdasarkan hal tersebut, maka harga thitung telah berada diluar daerah penerimaan Ho Sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
latihan Hollow Sprint terhadap kecepatan tendangan sabit pada pesilat remaja. PENDAHULUAN Pertandingan pencak silat kategori tanding dilakukan dengan 3 babak, dengan waktu istirahat antar babak 1 menit. Serangan dalam pertandingan pencak silat yang dinilai adalah serangan yang menggunakan pola langkah, tidak terhalang, mantap, bertenaga, dan tersusun dalam koordinasi teknik serangan yang baik (Munas IPSI, 2007: 17). Untuk itu agar serangan yang dilakukan tidak terhalang, mantap dan bertenaga diperlukan kecepatan pada saat melakukan gerak teknik. Teknik serangan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding berupa pukulan, tendangan, dan jatuhan. Teknik tendangan ada 3 macam yaitu: tendangan sabit, tendangan lurus, dan tendangan T. Dari ketiga teknik tendangan tersebut, tendangan sabit merupakan teknik yang dominan dipakai selama pertandingan. Kriteria penilaian tendangan sabit dalam pencak silat kategori tanding diantaranya: tendangan harus mantap dan bertenaga (Munas IPSI, 2012: 17). Untuk memperoleh point, maka tendangan sabit tidak hanya cepat tetapi harus mendadak. Untuk menghasilkan gerak tendangan sabit yang eksplosif diperlukan metode latihan yang tepat. Penerapan metode yang tepat dalam mengikat komponen fisik kecepatan sangat membantu atlet dalam pengembangan latihan itu sendiri khususnya pengembangan latihan untuk meningkatkan kecepatan. Banyak metode latihan yang bisa dipilih oleh seorang pelatih dalam miningkatkan kecepatan, beberapa diantaranya adalah sprint training dan Hollow Sprint. Metode latihan ini adalah metode latihan yang banyak menggunakan bentuk-bentuk lari cepat. Bentuk latihan sprint training adalah berlari dengan kecepatan maksimal menempuh jarak pendek secara berulang. Penerapan metode latihan ini pada umumnya digunakan pelatih pada periode dimana komponen fisik kecepatan seorang atlit akan meningkat. Sedangkan latihan Hollow Sprint adalah bentuk latihan lari cepat yang terdiri dari sprint - joging - jalant - sprint dan sterusnya. Melalui latihan
sprint training dan Hollow Sprint yang dilakukan secara teratur dan terarah akan dapat meningkatkan komponen kecepatan seorang atlit terutama pada cabang olahraga pencak silat saat melakukan tendangan. Menurut hasil observasi peneliti di Kota Gorontalo pada perguruan Tapak Suci, hal ini dapat diantisipasi dengan memberikan latihan sprint training dan Hollow Sprint untuk meningkatkan kecepatan dalam melakukan tendangan guna meningkatkan prestasi atlit.
Pencak Silat Khafadi dkk (2010:39) mengemukakan bahwa pencak silat mengandung beberapa unsur antara lain seni tari, olahraga, seni, bela diri, serta watak yang berkepribadian luhur. Hal ini dapat dilihat pada suatu pertandingan pencak silat dimana setiap gerakan dilakukan dengan indah tetapi penuh dengan kekuatan. Selain itu, setiap pesilat yang baik harus menguasai serangan, pukulan, dan tendangan. Pramono dkk (2010:143) mengnngkapkan bahwa jenis pukulan dalam pencak silat antara lain pukulan depan, tebah, colok, pedang, bandul, dll. Serangan dengan siku tangan, misalnya serangan siku depan, serangan siku belakang, serangan siku serong, dan serangan siku bawah. Tendangan meliputi tendangan lurus, tendangan kepret (Sabit), tendangan jejak, dan tendangan gajul. Selanjutnya, menurut Mursidi (2012:5) pencak silat merupakan hasil budaya manusia Indonesia yang mempunyai tujuan untuk membela dan mempertahankan diri dari segala marabahaya untuk mencapai keselarasan dan keselamatan hidup dan meningkatkan rasa taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan kamus Bahasa Indonesia menerangkan bahwa Pencaksilat terdiri dari dua kata yaitu "Pencak" berarti kesenian tradisional yang mempelajari bela diri sekaligus sebagai tari, dan kata "silat" yang berarti kepandaian dalam ilmu bela diri (fahrizal,2010:71). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pencak silat adalah seni bela diri asli Indonesia yang bertujuan untuk mempertahankan dan melindungi diri dengan berlandaskan keindahan dan mencerminkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sama halnya dengan olahraga bela diri lainnya, beberapa teknik dasar dalam setiap gerakan juga harus dikuasai dengan baik. Johansyah menyatakan: Teknik yang perlu dikembangkan dalam pencak silat meliputi: (1) langkah dan pola langkah, (2) sikap pasang
dan pengembangan, (3) teknik belaan, (4) teknik serangan, (5) teknik jatuhan dan, (6) teknik kuncian.
Kecepatan Tendangan Sabit Tendangan memiliki posisi istimewa dalam pencak silat hal ini didukung dengan ungkapan fahrizal (2010:71) bahwa karakteristik pembinaan pada perguruan tapak suci lebih mengedepankan untuk melakukan serangan dengan kaki (tendangan) atau dengan kata lain serangan berfokus kepada kaki. Namim pelaksanaan tendangan selain kekuatan yang penuh harus ditunjang dengan kecepatan yang maksimal untuk meminimalisir tangkapan. Definisi kecepatan itu sendiri diungkapkan oleh refiater (2012:667) Speed (Kecepatan ) Adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan yang sama dengan baik, dalam waktu yang tersingkat, sedangkan menurut Fahrizal (2010:72) Kecepatan merupakan kemampuan organisme atlet untuk melakukan perubahan gerak dan mempertahankan keseimbangan dalam waktu yang relative singkat. Sedangkan, menurut wilujeng (2013:585) Tendangan sabit merupakan tendangan yang lintasannya setengah lingkaran ke dalam, dengan sasaran seluruh bagian tubuh, dengan punggung telapak kaki atau jari telapak kaki. Sanoesi dkk (2010:84) mengemukakan bahwa tendangan sabit adalah tendangan yang dilakukan dengan lintasan dari samping melengkung seperti sabit/arit, perkenaannya pada punggung kaki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tendangan sabit adalah jenis tendangan dengan lintasan setengah lingkaran yang diarahkan pada sasaran dengan perkenaannya adalah punggung kaki. Jadi, kecepatan tendangan sabit adalah kemampuan seseorang melakukan tendangan dengan perkenaan punggung kaki dalam waktu yang singkat Tendangan sabit memiliki kelebihan diantaranya memiliki kecepatan yang maksimal, mudah dilakukan baik pada saat bertahan maupun menyerang. Akan tetapi teknik tendangan sabit juga mudah ditangkap dan dijatuhkan karena lintasannya yang dari samping. Oleh karena itu dengan memaksimalkan kecepatan tendangan sabit diharapkan dapat meminimalisir teijadinya tangkapan maupun bantingan pada saat bertanding. Teknik tendangan sabit lebih efektif dan efisien dikarenakan teknik ini menghasilkan kecepatan maksimal, sehingga pada pertandingan teknik ini sering dijadikan andalan untuk menghasilkan nilai.
Tendangan sabit menurut fungsinya dibedakan menjadi tendangan sabit untuk menyerang dan tendangan sabit untuk bertahan. Tendangan sabit menyerang adalah tendangan sabit yang digunakan untuk memberikan serangan terlebih dahulu kebidang sasaran lawan. Sedangkan tendangan sabit bertahan adalah tendangan yang digunakan untuk membalas atau memberikan serangan setelah lawan memberikan serangan.
Latihan Menurut Bompa (1994: 4) “latihan adalah upaya seseorang mempersiapkan dirinya untuk tujuan tertentu”. Menurut Nossek (1995: 3) “latihan adalah suatu proses atau dinyatakan dengan kata lain, periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun,sampai atlet tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi”. Menurut Sukadiyanto (2005: 1), menerangkan bahwa pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan: kualitas fisik kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih. Menurut Harsono, (1988: 102) mengatakan bahwa Latihan juga bisa dikatakan sebagai sesuatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah. SISTEM ENERGI Menurut Sukadiyanto (2005: 33) ada dua macam sistem metabolisme energi yang diperlukan dalam setiap aktivitas gerak manusia yaitu: (1) sistem energi anaerob dan (2) sistem energi aerob. Kedua sistem tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan secara mutlak selama aktivitas kerja otot berlangsung. Karena sistem energi merupakan serangkaian
proses
pemenuhan
kebutuhan
tenaga
secara
terus
menerus
berkesinambungan dan saling silih berganti. Adapun letak perbedaan diantara kedua sistem energi tersebut: Sebagai rangkuman untuk memperjelas pembagian tentang sistem energi, dapat dilihat sebagai berikut:
Alaktik
ATP-PC
Anaerobik Laktik
LA + O2
Sistem Energi Aerobik
O2
Gambar . Sistem Energi
Sprint Training Sprint Training adalah latihan lari cepat atau sprint. Adapun bentuk latihan dari Sprint Training adalah berlari dengan kecepatan maksimal menempuh jarak yang pendek dan dilakukan secara berulang-ulang. Latihan ini sering digunakan untuk melatih dan meningkatkan kecepatan. Sama halnya dengan olahraga lainnya, dalam pencak silat beberapa unsur komponen fisik juga sangat diperlukan untuk menunjang permainan. Unsur komponen fisik yang dibutuhkan diantaranya kekuatan, daya tahan, power, kecepatan, kelincahan dll. Semua unsur tersebut harus bisa dilatih dan dimiliki oleh setiap atlit. Pada kompetisi tanding contohnya, walaupun gerakannya dipenuhi dengan kekuatan namun dilakukan dengan lambat akan mudah ditangkis atau lawan akan bisa membaca gerakan kita. Untuk itu selain memiliki kekuatan, kecepatan pun harus baik sehingga bisa menyulitkan lawan menghadapi serangan yang dilakukan. Pengertian kecepatan diungkapkan oleh Khafadi (2010:138) bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Selanjutnya menurut Fahrizal (2010:72) Kecepatan merupakan kemampuan organisme atlet untuk melakukan perubahan gerak dan mempertahankan keseimbangan dalam waktu yang relative singkat. Said (2012:2) pun mengatakan bahwa kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat akan tetapi dapat pula dengan menggerakkan anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat- singkatnya. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan definisi kecepatan adalah kemampuan seseorang melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Hollow Sprint Dalam olahraga bela diri khususnya pencak silat seorang atlit dituntu memiliki kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan dll. Terutama pada saat melakukan serangan berupa tendangan maupun pukulan. Selain dibutuhkan kekuatan harus didukung dengan kecepatan. Untuk itu penulis memilih latihan Hollow Sprint sebagai upaya meningkatkan kecepatan dalam melakukan tendangan sabit pada olahraga pencak silat. Gagasan ini didukung oleh Wirayuni (2012:4) yang mengatakan bahwa latihan Hollow Sprint merupakan bentuk pelatihan untuk melatih kemampuan kecepatan dan kekuatan. Said (2012:4-5) mengatakan bahwa latihan Hollow Sprint yaitu suatu model latihan perpaduan antara latihan interval sprint dan latihan biasa yang pelaksanaannya dilakukan selang seling. Sedangkan menurut Kanca Hollow Sprint adalah suatu bentuk latihan lari cepat (sprint) yang dilakukan dengan: lari secepat-cepatnya {sprint), lari pelan (jogging), lari secepatcepatnya (sprint), jalan dan diulangi sesuai dengan kebutuhan (setiawan,2012:3). Berdasarkan pendapat para ahli pengertian Hollow Sprint adalah suatu bentuk latihan gabungan yakni berlari cepat, jogging, dan lari lagi pada jarak yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Pada latihan Hollow Sprint yang di tekankan adalah melatih banyaknya frekuensi langkah. Latihan selain menghasilkan perubahan-perubahan positif pada kemampuan motorik juga memperbaiki secara serempak daya tahan dari tubuh, kekuatan otot, kecepatan dan kelentukan (Wirayuni,2012:4). Pelaksanaan latihan Hollow Sprint ini yaitu sprint sejauh 30-50 meter, jogging 30-50 meter, sprint lagi 30-50 meter, kemudian berjalan sebagai fase recovery. Pada fase recovery dimungkinkan untuk mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke repetisi berikutnya.
HASIL Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh latihan Sprint Training terhadap Kecepatan Tendangan Pada Pesilat Remaja di Perguruan Tapak Suci Kota Gorontalo, maka hal ini dianalisis dengan pengujian analisis varians dua rata-rata dengan menggunakan rumus (uji t).
Berdasarkan kriteria pengujian bahwa. Terima Ho jika: thitung < ttabel pada α = 0,05 dk= n-1. Dan tolak H0 jika thitung ≥ ttabel pada α = 0,05, dan dk = n-1. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh harga thitung sebesar 4.85 dan tdaftar 1.83. sedangkan pada criteria pengujian tolak H0 jika thitung ≥ ttabel pada α = 0,05, dan dk = n-1. Jadi, 4.85 ≥ 1.83. Berdasarkan hal tersebut, maka harga thitung telah berada diluar daerah penerimaan Ho Sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh latihan sprint Training terhadap kecepatan tendangan sabit pada pesilat remaja diperguruan tapak suci Kota Gorontalo ditolak dan menerima Ha yang menyatakan: Terdapat pengaruh latihan Sprint Training terhadap Kecepatan Tendangan Sabit pada pesilat remaja di perguruan tapak suci kota Gorontalo. Untuk jelasnya dapat dilihat pada kurva berikut ini.
H0
Ha
Ha -1.83
1.83
4.85
Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh latihan Hollow Sprint terhadap Kecepatan Tendangan Sabit pada Pesilat Remaja di Perguruan Tapak Suci Kota Gorontalo, maka hal ini dianalisis dengan pengujian analisis varians dua rata-rata dengan menggunakan rumus (uji t). Berdasarkan kriteria pengujian bahwa. Terima Ho jika: thitung < ttabel pada α = 0,05 dk= n-1. Dan tolak H0 jika thitung ≥ ttabel pada α = 0,05, dan dk = n-1. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh harga thitung sebesar 7.51 dan tdaftar 1.83. sedangkan pada criteria pengujian tolak H0 jika thitung ≥ ttabel pada α = 0,05, dan dk = n-1. Jadi, 7.51 ≥ 1.83. Berdasarkan hal tersebut, maka harga thitung telah berada diluar daerah penerimaan Ho Sehingga Ho yang menyatakan
bahwa tidak terdapat pengaruh latihan Hollow Sprint terhadap kecepatan tendangan sabit pada pesilat remaja diperguruan tapak suci Kota Gorontalo ditolak dan menerima Ha yang menyatakan: Terdapat pengaruh latihan Hollow Sprint terhadap Kecepatan Tendangan Sabit pada pesilat remaja di perguruan tapak suci kota Gorontalo. Untuk jelasnya dapat dilihat pada kurva berikut ini.
H0
Ha
Ha -1.83
1.83
7.51
PEMBAHASAN Untuk melihat perbedaan pengaruh latihan Sprint Training dan Hollow Sprint terhadap kecepatan tendangan sabit pada pesilat remaja di perguruan tapak suci kota Gorontalo dapat dilihat melalui hasil tes akhir yang di capai oleh pesilat tersebut. Data yang diperoleh pada tes awal kecepatan tendangan sabit melalui latihan sprint training yaitu skor tertinggi 3.85 detik dan skor terendah adalah 4.53 detik sedangkan pada tes akhir diperoleh skor tertinggi adalah 3.10 detik, skor terendah 3.96 dan jumlah keseluruhan Gain (d) atau deviasi yaitu 6.79 dengan hasil uji analisis (uji t) pada latihan sprint training ini diperoleh nilai sebesar 4.85. Dibandingkan dengan hasil yang diperoleh melalui latihan hollow sprint yaitu skor tertinggi 3.93 detik, skor terendah 5.15 pada pengukuran tes awal, sedangkan
pada hasil tes akhir diperoleh nilai tertinggi yaitu 3.21 detik, skor terendah 4.32 detik dan jumlah keseluruhan Gain (d) atau deviasi adalah 7.51 dan hasil uji analisis (uji t) diperoleh nilai sebesar 7.51. Data dari masing-masing variable telah teruji dan dinyatakan normal dan memiliki pengaruh terhadap kecepatan tendangan sabit. Namun jika dibandingkan kedua bentuk latihan diatas yang lebih memberikan pengaruh terbesar menurut penulis adalah latihan sprint training karena dilihat berdasarkan jumlah keseluruh gain atau selisih tes awal dan tes akhir yang diperoleh pesilat dalam melakukan tendangan sabit. Jumlah gain pada latihan sprint training adalah 6.79 sedangkan pada latihan hollow sprint adalah 7.51. Jadi, data yang lebih dominan memberikan peningkatan tertinggi adalah data yang diperoleh dari latihan sprint training.
KESIMPULAN Setelah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Dilihat dari hasil perhitungan baik dari hasil tes awal dan tes akhir pada latihan yang menggunakan metode latihan Sprint Training nilai atau data yang diperoleh lebih meningkat dibanding hasil perhitungan dengan menggunakan latihan Hollow Sprint
Dari kedua bentuk latihan dapat meningkatkan kecepatan tendangan sabit dan memiliki pengaruh sehingga pada kemampuan kecepatan tendangan sabit. Sehingga kedua bentuk latihan ini dapat diterapkan dalam latihan pencak silat.
DAFTAR PUSTAKA
Awan Hariono. 2006. Metode Melatih Fisik Pencak Silat. Yogyakarta: FIK Yogyakarta. Bompa, Tudor O. 1994. Theory and Methodologi of Training, 4th Edition. USA: Human Kinetics. Maksum, Ali. 2009. Metodologi Penelitian dalam Olahraga. FIK; UNES
Mursidi, Ali. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Tendangan Depan dalam Pencak Silat Melalui Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran Pada Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah 2 Masaran Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal. JPOK. Universitas Sebelas Maret Munas IPSI XII. 2007. Peraturan Pertandingan Pencak Silat. Jakarta: PB IPSI. McArdle, William D. 1986. Exercisses Physiology. Philadelphia, PA: Lee & Febiger. Pramono dkk. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Jakarta. PT Wangsa Jatra Lestari Said, Hariadi. 2012. Peran Interval Sprint, Akselerasi Sprint, hollow Sprint terhadap Peningkatan Kecepatan Siswa Sekolah Sepak Bola Gorontalo. Jurnal Inovasi. Volume 9 Nomor 01 ISSN 1693-9034 Sanoesi, Ahmad Esnoe dkk. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Surabaya. CV Putra Nugraha Sutiawan, I Wayan Dodi. 2012. Pengaruh Pelatihan Lari Interval dan Hollow Sprint Terhadap Kapasitas Vital Paru. Jurnal. FOK. Universitas Pendidikan Ganesha Soekarman, R, 1991. Energi dan Sistem Energi Predominan Pada Olahraga, Jakarta: KONI Pusat. Sukadiyanto. (2005). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK Uiversitas Negeri Yogyakarta. Fahrizal. 2010. Kontribusi Kekuatan Tungkai, Keseimbangan Dan Kecepatan Reaksi Terhadap Kecepatan Tendangan Lurus Ke Depan Olahtaga Pencak Silat. Jurnal. FIK. Universitas Negeri Makassar Khafadi, Muhamad Bazin dkk. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 2. Surabaya. CV. Putra Nugraha Kusumawati, Mia dkk. 2010. Arena Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Jakarta. PT Sinergi Pustaka Indonesia. Refiater, Ucok. 2012. Hubungan Power Tungkai Dengan Hasil Lompat Tinggi. Jurnal. 5(3):1-13
Wilujeng, Wahyu Ari. 2013. Hubungan Kecepatan Terhadap Kecepatan Tendangan Sabit di SMP Muhammadiyah 2 Surabaya (studi pada siswa ekstrakurikuler pencak silat tapak suci). Jurnal. JPOK. Volume 01 Nomor 03. Wirayuni, Ni Wayan. 2012. Pengaruh Pelatihan Hollow Sprint Terhadap Kecepatan dan Kekuatan Otot Tungkai. Jurnal. FOK. Universitas Pendidikan Ganesha Tim Penyusun. 2014. Pedoman Tugas Akhir. Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.