MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN MELALUI METODE IQRO 1 PADA ANAK KELOMPOK B DI RHAUDHATUL ATHFAL (RA) PERWANIDA AL- IKHLAS KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO
[email protected] Ririn Podungge, Rusdin Djibu, Samsiah ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan mengajukan masalah Apakah melalui Metode Iqro dapat meningkatkan kemampuan membaca Al – Qur’an anak kelompok B di Rhaudhatul Athfal (RA) Perwanida Al – Ikhlas Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca Al – Qur ’ an melalui metode Iqro pada Anak Kelompok B di Rhaudhatul Athfal (RA) Perwanida Al – Ikhlas Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan prosedur penelitian terdiri dari : tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi, tahap analisis dan refleksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) dengan maksud untuk memberikan gambaran terhadap keadaan peningkatan kemampuan membaca Al – Qur’an anak RA Perwanida Al – Ikhlas Kecamatan Sipatan Kota Gorontalo. Hasil penelitian Observasi awal menunjukkan bahwa kemampuan membaca Al – Qur’an Anak masih sangat rendah. Hal ini Nampak data observasi yang diperoleh dari 20 orang anak RA Perwanida Al – Ikhlas hanya 6 orang anak atau 30 % yang dapat kemampuan membaca, namun setelah dilaksanakan tindakan siklus I maka diperoleh data 11 anak atau 55 % yang sudah memiliki kemampuan membaca, dan pada siklus II meningkat menjadi 90 % . Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode Iqro dapat meningkatkan kemampuan membaca Al – Qur’an anak RA Perwanida Al – Ikhlas Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Oleh karena itu metode Iqro dijadikan sebagai salah satu metode untuk meningkatkan kemampuan membaca Al – Qur’an anak RA . Kata Kunci : Kemampuan Membaca Al – Qur’an, Metode Iqro
Ririn Podungge Mahasiswa Pada Jurusan PG-PAUD, Universitas Negeri Gorontalo. Dr. Rusdin Djibu, M.Pd, M.Pd, Dosen Pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Gorontalo. Samsiah, S.Pd, M.Pd, Dosen Pada Jurusan Pendidiikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Gorontalo
Rhaudatul Athfal ( RA) merupakan jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau dibawahnya) dalam bentuk pendidikan formal, di bawah pengelolaan Kementerian Agama. RA setara dengan Taman Kanak-kanak (TK), di mana kurikulumnya ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan juga memberikan rangsangan pendidikan dasar- dasar ke agamaan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Seorang pendidik Anak Usia Dini merupakan orang yang berperan penting dalam meletakkan pola dasar pendidikan atau rangsangan pada anak yang mulai memasuki dunia pendidikan di RA, baik pendidikan yang mengarah pada pendidikan jasmaniah dan pendidikan rohaniah, pendidikan Rohaniah yang dimaksudkan adalah penanaman ponfasi dasar – dasar agama yang kuat seperti halnya Melatih anak untuk beribadah ( Sholat ) kalamullah umat islam,
ataupun membaca Al – Qur’an sebagai
maka tidaklah semudah itu seseorang
langsung membelajarkan
membaca Al- Quran Kepada anak usia dini tentunya masih melewati beberapa tahapan seperti awal membaca abjad dari huruf dalam kalimat yang ada dalam Al –Quran. Maka hal yang dilakukan oleh seorang pendidik sebaikanya terlebih dahulu yang ditentukan adalah pemilihan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran dasar membaca Al – Quran yang dianggap mudah dan dapat langsung dimengerti oleh anak, mengingat salah satu Metode pendidikan yang membaca Al – Quran menggunakan cara praktis, efektif, dan efisien serta dapat menghantarkan anak didiknya mampu membaca Al-Quran yaitu Metode yang dipilih adalah Metode Iqro. Metode iqro merupakan suatu metode yang disusun atau dibuat langsung oleh ustadz As’ad Humam dari kota gede Yogyakarta. Metode iqro terbagi 6 jilid, adalah cara cepat belajar membaca Al – Quran, disusun langsung oleh ustadz As’ad Humam. Metode ini sangat popular di masyarakat, terutama dikalangan anak usia dini, TK dan SD. Tetapi metode ini juga banyak digunakan dikalangan remaja dan dewasa.(As'ad Humam Dalam Buku Iqro 2000) Menurut K.H Mahmudin Al – Hafizh (dalam bukunya Metode cepat belajar Membaca Al Qur’an ) Membaca Al – Qur’an adalah proses membaca huruf hijaiyah sesuai dengan kaidah pengucapan, tingkat kelancaran dan kemampuan hapalan yang dimiliki oleh santri / peserta didik
Kenyataaan di lapangan menunjukkan bahwa anak di Kelompok B diRhaudhatul Athfal Perwanida Al -Ikhlas kecamatan Sipatana kota Gorontalo sesuai dengan hasil observasi awal masih banyak anak yang belum mampu mengenal huruf – huruf hijaiyah, usaha yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan membaca Alqur’an anak, dari 20 orang anak hanya 6 orang anak atau 30% mepunyai kemampuan mengenal huruf hijaiyah
yang baik, hal ini
menunjukkan bahwa 70 % anak memiliki kemampuan mengenal huruf hijaiyah masih rendah, hal ini disebabkan karena masih banyak anak yang kurang perhatian
saat pembelajaran
berlangsung, apabila anak hanya dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap kemampuan anak membaca Al-Qur’an. Upaya dalam meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an anak belum maksimal hal ini disebabkan faktor lingkungan, emosi anak serta metode yang digunakan guru kurang tepat. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian, dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui metode Iqro 1pada Anak Kelompok B di Rhaudhatul Athfal (RA) Perwanida Al- Ikhlas Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo ” Berdasarkan rumusan masalah di atas Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca Al - Qur’an melalui Metode Iqro pada anak kelompok B di Rhaudhatul Athfal (RA) Perwanida Al – Ikhlas Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTETIS TINDAKAN •
Pengertian Membaca Menurut Farris (Rouf, 2009) mendefinisikan membaca sebagai pemrosesan kata-kata,
konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan demikian, pemehaman diperoleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan. Senada dengan itu Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Rouf, 2009) membaca didefinisikan sebagai melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, yang dibaca secara lisan atau dalam hati. Secara linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi. •
Tahap-tahap Perkembangan Membaca
Kemampuan membaca pada anak berkembang dalam beberapa tahap. Menurut Cochrane Efal (Dhieni, 2009:13) membagi tahap-tahap perkembangan dasar kemampuan membaca anak pada usia 4 – 6 tahun berlangsung dalam lima tahap, yaitu: •
Fantasi (Magical strage)
•
Pembentukan konsep diri (Self concept strange)
•
Membaca gemar (Brigging reading strange)
•
Pengenalan bacaan (Sake-off reader strange)
•
Membaca lancar (Independent reader strange) Sehubungan dengan tahap perkembangan kemampuan membaca anak, maka perlu diketahui dan dipahami cara untuk menstimulasi potensi-potensi anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus agar potensi yang dimiliki anak dapat dikembangkan secara optimal. Karena para ahli syaraf mengatakan bahwa jika gejalagejala munculnya ke arah positif maka potensi-potensi tersebut akan menjadi potensi yang tersembunyi (Dhieni, 2009:13). Dengan demikian, lingkungan belajar anak memegang peranan yang penting. Lingkungan belajar yang ada harus menciptakan kegiatan-kegiatan yang mampu mengembangkan potensi yang ada pada anak. •
Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Anak Kemampuan membaca ini merupakan kegiatan yang kompleks, artinya banyak faktor
yang mempengaruhinya. Tampubolon (Dhieni, 2009:19) membagi faktor itu menjadi dua, yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah faktor yang berkembang baik secara biologis, maupun psikologis, dan linguistik yang timbul dari diri anak. Sedang, faktor eksogen adalah faktor lingkungan. Kedua faktor ini saling terkait dan mempengaruhi secara bersamaan. Dhieni (2009: 19) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, antara lain: •
Motivasi Motivasi merupakan pendorong anak untuk semangat membaca. Motivasi merupakan
sebuah ketertarikan untuk membaca. Hal ini penting karena adanya motivasi akan menghasilkan anak yang memiliki kemampuan belajar yang lebih baik. Motivasi sendiri terbagi menjasdi dua berdasarkan sumbernya. Yang pertama adalah motivasi intrinsik, yaitu faktor yang bersumber
pada diri pembaca itu sendiri. Yang kedua adalah faktor ekstrinsik, yang bersumbernya terletak di luar pembaca itu. Cara agar anak termotivasi dan tertarik adalah dengan menyediakan bahan bacaan yang berkualitas tinggi yang memiliki hubungan dengan kehidupan mereka. Selain itu, dapat juga dengan memberi penjelasan kepada anak tentang pengetahuan yang sudah mereka ketahui atau yang belum diketahui, sehingga anak mudah menghubungkan dengan informasi baru. Dalam hal ini, guru sebagai katalisator motivasi dan ketertarikan serta model bagi anak. •
Lingkungan keluarga Seperti yang telah diketahui bahwa anak sangat membutuhkan keteladanan dalam
membaca. Keteladanan itu harus sesering mungkin ditunjukkan kepada anak oleh orang tua. Seperti diketahui bahwa anak-anak memiliki potensi untuk meniru secara naluriah. Menurut Leichter (Dhieni, 2009:20) perkembangan kemampuan membaca dan menulis dipengarahui oleh keluarga dalam hal: • Interaksi interpersonal. Interaksi ini terdiri atas pengalaman-pengalaman baca
tulis
bersama orang tua, saudara, dan anggota keluarga lain di rumah. • Lingkungan fisik. Lingkungan fisik mencakup bahan-bahan bacaan di rumah. • Suasana yang penuh perasaan (emosional) dan memberikan dorongan (motivasional) yang cukup anta individu di rumah, terutama yang tercermin dalam sikap membaca. •
Pengertian Al’Quran Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam
menjadi petunjuk kehidupan umat manusia diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman hidup dan pelajaran bagi siapa yang mempercayainya dan mengamalkannya. Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir diturunkan oleh Allah SWT yang isinya mencakup segala pokok-pokok Syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu setiap orang yang mempercayai Al-Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkannya dan mengajarkannya sampai merata rahmat-Nya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam semesta. Sehubungan dengan cinta Al-Qur’an yang dimaksud di atas orang-orang yang suka membaca dalam pengertian yang sebenarnya membaca yang bukan sembarang membaca. Membaca untuk difahami, dimengerti,
dan selanjutnya untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. pengertian Al – Qur’an dari beberapa para ahli terdapat dua segi pendapat yaitu pendapat Trimology dan Etimology •
Penegrtian Al-Qur’an Segi Terminology
Menurut Manna’ Al-Qaththan : Al-Qur’an ialah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang membacanya adalah ibadah, juga akan memperoleh pahala. Menurut Al- Jurjani : Al-Qur’an ialah yang diturunkan kepada Rasulallah SAW, ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawattir tanpa keraguan, Menurut Abu Syahbah : Al-Qur’an adalah kitab Allah SWT yang diturunkan baik lafadz maupun maknanya kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW, diriwayatkan secara mutawattir, yakni dengan penuh keyakinan dan kepastian (kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad), serta ditulis dengan mushaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah (1) sampai akhir surat An-Nas (114) senada dengan itu Menurut Al-Zarqani : Al-Qur’an ialah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dari permulaan surat Al-Fatihah sampai akhir surat An-Nas, Menurut Abdul Wahhab Khallaf dalam ( anwar rosihan :2006 : 32 )Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada hati Rasulallah, Muhammad bin Abdullah melalui al-Ruhul Amin (Malaikat Jibril as) dengan lafallafalnya yang berbahasa arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulallah, menjadi Undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana pendekatan diri dan ibadah kepada Allah SWT dengan membacanya. Al-Qur’an itu terhimpun dalam mushaf, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, disampaikan kepada kita dengan mutawattir dari generasi ke generasi secara tulisan maupun lisan. Ia terpelihara dari perubahan atau pergantian Menurut Para Ahli Ilmu Kalam (Teologi Islam) dalam (Djalal, Abduh 2000 : 8) AlQur’an ialah kalimat-kalimat yang maha bijaksana yang maha azali yang tersusun dari huruf-huruf yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW mulai dari awal surat AlFatihah sampai dengan surat An-Nas, yang mempunyai keistimewaan-keistimewaan yang terlepas dari sifat-sifat kebendaan dan azali, sependapat dengan itu Menurut Kalangan Pakar Ushul Fiqih. Fiqih dan Bahasa Arab: Al-Qur’an ialah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, diturunkan secara mutawattir, dan ditulis pada mushaf mulai dari awal surat al-Fatihah samapi akhir surat An-Nas. •
Pengertian Al-Qur’an secara Etimologi
Secara etimologi,kata Al-Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut ahli bahasa lafadz alqur’an adalah isim masdar dengan arti isim maf’ul yang berarti yang dibaca. Firman Allah dalam Al-Qur’an (QS. Al-Qiyamaah ayat 17-18) Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkanya (di dadamu) dan membuat pandai membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan itu.” (QS. Al-Qiyamaah ayat 17-18) dalam surah lain dijelaskan ( QS. Fushilat ayat 3) Artinya : “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui.”(QS. Fushilat : 3) Adapun Mengenai pengertian tentang kata Al-Qur’an, ulama’ berbeda pendapat di antaranya adalah Imam Syafi’i berpendapat bahwa Al-Qur’an bukan merupakan musytaq (kata bantuan) dari kata apapun. Al-Qur’an merupakan kata khusus yang di berikan Allah. Demikian halnya dengan kata injil dan taurat yang juga khusus di pergunakan sebagai nama kitab Allah yang di turunkan kepada Isa a.s dan Musa a.s, lain halnya Imam Al Farra berpendapat bahwa kata Al-Qur’an merupakan musytaq dari kata quroinun yang berarti petunjuk atau indikator. Alasanya bahwa ayat-ayat Al-Qur’an satu dengan yang lainya saling memberikan petunjuk, pendapat lainya di utarakan oleh AlAsy’ari berpendapat bahwa Al-Qur’an merupakan musytaq dari kata qorona yang artinya menggabungkan, yaitu menggabungkan surat-surat yang berjumlah 114 dan ayatnya 6.666 di
himpun
dan
digabungkan
dalam
satu
mushab
.(http://cobah-
ajah.blogspot.com/2012/01/pengertian-al-quran.html di akses hari senin Tanggal • Kemampuan Mebaca Al’ Quran Menurut Gordon dalam ( Ramayulius 2008: 37 ) kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sedangkan Membaca adalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati),
Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, Mengucapkan, Mengetahui.
Menurut pendapat Muhammad dalam (Saad : 2008 : 43) bahwa anak mampu membaca Al – Quran dalam usia anak – anak, maka setelah dewasa, ia akan memahami makna – makna dengan catatan bahwa lidahnya sudah benar dalam membaca Al – Quran sehingga ketika besar ia sudah mampu mengetahui bagai hal didalamnya seperti adap sopan dan santun.
Maka kemampuan membaca Al –Qur’an adalah kemampuan seorang anak untuk Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, Mengucapkan, Mengetahui tentang dasar – dasar atau cara – cara belajar mengenal Al – Qur’an melalui metode yang ada. • Pengertian Metode Iqro Menurut Uno (2007 : 65) Metode merupakan cara – cara yang digunakan oleh seorang pengajar / pendidik / instruktur untuk menyajikan suatu informasi atau pengalaman baru, untuk menggali pengalaman peserta didik, yang bertujuan untuk menampilkan unjuk kerja peserta didik dan lain – lain. Sedangkan dalam kamus umum bahasa indonesia menurut (Poerwadarmita 2007 : 767 ), kata metode berarti cara yang teratur dan terpikir baik – baik untuk mencapai suatu maksud . dengan demikian metode adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan dengan jalan yang sudah ditentukan, maka metode pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan kurikulum yang sudah ditentukan.
•
Metode Iqro Telah kita ketahui bersama, bahwa tatkala Nabi Muhammad SAW berkholawat digua
hiro, tiba – tiba malaikat jibril datang membawa wahyu Allah SWT yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW berupa QS. Al – A’laq: 1-5. Ayat itu selemgkapnya berbunyi Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut ) tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah \, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara pena. Yang mengajar menusia (tentang ) apa yang tidak ia ketahui”(QS. Al’Alaq 1-5) Metode Iqro adalah salah satu metode belajar mengajar Al-qur’an yang disusun secara praktis dan sistematis, sehingga memudahkan setiap orang untuk belajar maupun mengajarkan membaca Al-qur’an. Penyelenggaraan metode iqro bisa diterapkan dalam dua mode, yaitu dalam bentuk/sistem ekstra kurikuler dan intra kurikuler. Meskipun pada umumnya metode iqro’ diselenggarakan dalam bentuk ekstra kurikuler bukan berarti penyelenggaraan dalam bentuk intra kurikuler tidak efektif. Metode ini juga disusun atau dibuat langsung oleh ustadz As’ad Humam dari kota gede Yogyakarta. Metode iqro terbagi 6 jilid, adalah cara cepat belajar
membaca Al – Quran, Metode ini sangat popular di masyarakat, terutama dikalangan anak usia dini, TK dan SD. Tetapi metode ini juga banyak digunakan dikalangan remaja dan dewasa.(As'ad Humam Dalam Buku Iqro 2000). •
Penerapan Metode Iqro Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al – Qur’an Di Rhaudhatul Athfal (RA) Metode iqro merupakan suatu metode dasar yang digunakan untuk awal membaca Al-
Qur’an apada anak Rhaudhatul Athfal, melalui metode iqro merupakan cara terbaik untuk melatih anak agar mampu mengenal lebih dahulu huruf hijaiyah kemudian tanda – tanda bacanya, sehingga dapat mengeja satu persatu huruf hijaiyah yang ada. Menurut K.H Mahmudin Al – Hafizh (dalam bukunya Metode cepat belajar Membaca Al Qur’an ) Membaca Al – Qur’an adalah proses membaca huruf hijaiyah sesuai dengan kaidah pengucapan, tingkat kelancaran dan kemampuan hapalan yang dimiliki oleh santri / peserta didik. Adapun langkah – langkah yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan metode iqro adalah sebagai berikut. Penerapan langkah-langkah metode iqro’ pembelajaran dikelas yaitu sebagai berikut, Langkah 1: Guru lebih dahulu berusaha untuk mengetahui kemampuan rata-rata kelas dalam membaca Al-Qur’an. Siswa yang kemampuannya di bawah rata-rata kelas perlu mendapat program remedial. Langkah 2 :Guru mengajarkan iqro’ klasikal dimulai dari bahan ajar yang sesuai dengan rata-rata kemampuan kelas. Perpindahan dari satu bahan ajar ke bahan ajar berikutnya harus tetap memperhatikan kemampuan rata-rata kelas (75%). Langkah 3 : Pengajaran iqro’ diberikan selama 15-20 menit tiap jam pelajaran pendidikan Agama Islam (jadi setiap guru Agama masuk kelas yang 2 jam setiap minggunya itu senantiasa diawali dengan pengajaran iqro’ selama 15-20 menit. Waktu selebihnya dipergunakan untuk materi reguler sesuai dengan silabus. Pengambilan waktu yang 15-20 menit tadi, bisa disesuaikan dengan alokasi pengajaran yang ada di tiap tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
METODE PENELITIAN Metode ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian
ini
merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan pada Anak Kelomnpok B di RA Perwanida Al – Ikhlas Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Untuk memperoleh data yang
mendukung dalam penelitian ini, maka data diperoleh melalui prosedur Observasi, Wawancara dan Documentasi Sedangkan Prosedur Penelitian melalui tahap” sebagai berikut : Siklus 1 Kegiatan membaca buku iqro 1 •
Melaksanakan pembelajaran dengan mengacu pada rencana pembelajaran sesuai tindakan yang dipilih.
•
Bersama – sama Guru kelas memantau dan mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan
•
Melaksanakan evaluasi untuk memperoleh hasil ketercapaian pelaksaan tindakan
•
Mengadakan pefleksi atas pelaksaan tindakan pada siklus 1 sebagai bahan acuan pelaksanaan tindakan pada siklus 2.
Siklus II Kegiatan membaca buku iqro 1 •
Menetapkan tindak lanjut perbaikan pelaksanaan tindakan
•
Bersama Guru Kelas menganalisis faktor – faktor yang menjadi kendala pelaksanaan tindakan siklus 1
•
Bersama Guru Kelas merumuskan solusi terbaik terhadap masalah yang dihadapi
•
Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran.
•
Melaksanakan evaluasi untuk memperoleh hasil ketercapaian pelaksaan tindakan.
•
Mengadakan refleksi atas pelaksaan tindakan. Analisis data dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan pada setiap akhir
siklus pembelajaran. data yang dianalisis meliputi data hasil pengamatan guru dan data aktivitas anak. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kegiatan penelitian tindakan kelas, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca Al – Qur’an anak melalui metode Iqro, telah memperlihatkan suatu peningkatan sebagai hasil yang sangat menggembirakan setelah trindakan siklus II. Dimana indikator kinerjanya ditetapkan sebagai berikut.” Apabila jumlah 20 orang anak menunjukkan kemampuan membaca Al – Qur’an dari 30 % hingga mencapai 75 % hasil yang diperoleh telah melampaui indikator kinerja, dengan gambaran sebagai berikut.
Setelah dilaksanakan kegiatan siklus 1 pertemuan 1 dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan metode Iqro, hal ini dilakukan guru pada awal pembelajaran, sehingga kemampuan membaca Al – Qur’an anak dapat ditingkatkan. Anak yang mampu mengenal huruf hijaiyah ada 9 anak atau 45 % dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian termasuk kategori mampu, 7 anak atau 35% termasuk kategori kurang mampu, sedangkan 4 orang atau 20 % termasuk kategori tidak mampu. Anak yang mampu mengingat kembali huruf hijaiyah terdapat 8 orang anak atau 40 % dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian termasuk dalam kategori mampu, sedangkan 7 anak atau 35 % termasuk kategori kurang mampu, dan 5 anak lainnya atau 25 % termasuk kategori tidak mampu. Anak yang mampu membaca huruf hijaiyah ada 10 anak atau 55 % dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian termasuk dalam kategori mampu, sedangkan 6 anak atau 30 % dikategorikan kurang mampu, dan 4 anak atau 20 % dikategorikan tidak mampu.penggunaan metode Iqro yang telah dilaksanakan guru sangat efektif dalam melatih kemampuan anak dalam meningkatkan kemampuan membaca Al – Qur’an, dan sangat baik untuk dijadikan acuan pembelajaran, terbukti dengan adanya peningkatan dibandingkan pada kegiatan observasi awal. Usaha yang dilakukan guru berdampak pada kemajuan pengetahuan dan daya serap anak, pada penggunaan metode Iqro ini maka dengan mudahnya anak- anak mengetahui dasar huruf yang ada dalam bacaan Al – qur’an, walaupun mengalami peningkatan walau belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan maka pelaksanaan penelitian dilanjutkan pada siklus 1 pertemuan II. Sesuai dengan data yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua bahwa jumlah anak yang memiliki kemampuan membaca Al – Qur’an dengan kriteria mampu. Anak yang mampu mengenal huruf hijaiyah ada 11 anak atau 55 % dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian termasuk kategori mampu, 7 anak atau 35% termasuk kategori kurang mampu, sedangkan 2 orang atau 10 % termasuk kategori tidak mampu. Anak yang mampu mengingat kembali huruf hijaiyah terdapat 10 orang anak atau 50 % dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian termasuk dalam kategori mampu, sedangkan 8 anak atau 40 % termasuk kategori kurang mampu, dan 2 anak lainnya atau 10 % termasuk kategori tidak mampu . Anak yang mampu membaca huruf hijaiyah ada 11 anak atau 55 % dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian termasuk dalam kategori mampu, sedangkan 7 anak atau 35 % dikategorikan kurang mampu, dan 2 anak atau 10 % dikategorikan tidak mampu. Hasil ini menggambarkan bahwa
tindakan yang telah dilaksanakan masih belum mencapai target indikator kinerja sehingga pelaksanaan tindakan dilanjutkan pada siklus II. Memperhatikan data hasil siklus II pertemuan I sesuai dengan 4.10, terlihat bahwa Anak yang mampu mengenal huruf hijaiyah ada 13 anak atau 65 % dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian termasuk kategori mampu, 6 anak atau 30% termasuk kategori kurang mampu, sedangkan 1 orang atau 5% termasuk kategori tidak mampu. Anak yang mampu mengingat kembali huruf hijaiyah terdapat 12 orang anak atau 60 % dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian termasuk dalam kategori mampu, sedangkan 7 anak atau 35 % termasuk kategori kurang mampu, dan 1 anak lainnya atau 5 % termasuk kategori tidak mampu . Anak yang mampu membaca huruf hijaiyah ada 14 anak atau 70 % dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian termasuk dalam kategori mampu, sedangkan 5 anak atau 25 % dikategorikan kurang mampu, dan 1 anak atau 5 % dikategorikan tidak mampu. Berdasarkan hasil refleksi dengan guru mitra, bahwa tindakan belum sesuai dengan apa yang diharapkan maka perlu pelaksaan tindakan siklus II pertemuan II. Dengan ini memperhatikan (1) Guru harus lebih proaktif dalam pembelajaran serta memotivasi anak yang telah memiliki kemajuan dalam kemampuan yang ditunjukkan anak. (2) Dalam pembelajaran anak sudah mulai berperilaku tertib sehingga mulai memberikan kemajuan yang signifikan, (3) Pengawasan harus lebih ditingkatkan agar lebih terfokus dan terarah selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tindakan siklus II pertemuan II dilaksanakan dengan memperbaiki proses pembelajaran pada siklus sebelumnya, hal ini membantu dalam meningkatkan kemampuan membaca Al – Qur’an anak dibuktikan dengan adanya peningkatan yang cukup signifikan diantaranya. Anak yang mampu mengenal huruf hijaiyah ada 17 anak atau 85 % dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian termasuk kategori mampu, 3 anak atau 15% termasuk kategori kurang mampu, dan tidak terdapat lagi anak yang termasuk kategori tidak mampu. Anak yang mampu mengingat kembali huruf hijaiyah terdapat 14 orang anak atau 70 % dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian termasuk dalam kategori mampu, sedangkan 6 anak atau 30 % termasuk kategori kurang mampu, dan tidak terdapat lagi anak yang dikategorikan tidak mampu. Anak yang mampu membaca huruf hijaiyah ada 18 anak atau 90 % dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian termasuk dalam kategori mampu, sedangkan 2 anak atau 10 % dikategorikan kurang mampu, dan tidak terdapat lagi anak yang dikategorikan tidak mampu.
Dengan demikian penelitian menggunakan Metode Iqro dalam meningkatkan kemampuan membaca Al – Qur’an anak kelompok B di Rhaudhatul Athfal (RA) Perwanida Al – Ikhlas berhasil. Akhirnya dapat disimpulkan hipotesis tindakan yang telah di ajukan, yakni “ Jika Guru menerapkan metode Iqro dalam pembelajaran, maka Kemampuan membaca Al – Qur’an anak kelompok B di Rhaudhatul Athfal (RA) Perwanida Al – Ikhlas Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo akan meningkat”, sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. PENUTUP •
kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data pada pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya
dapat disipulkan bahwa sebagai berikut, dengan tercapainya indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti adalah 90
% telah tercapai sesuai hasil yang telah ditetapkan yakni 90 %.
Tercapainya indikator kinerja yang telah ditetapkan maka hipotesis yang telah diajukan yakni : Jika guru menerapkan metode Iqro dalam pembelajaran, maka kemampuan membaca Al – Qur’an anak kelompok B di Rhaudhatul Athfal (RA) Perwanida Al – Ikhlas Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo meningkat dan Dapat diterima. •
Saran Berdasarkan beberapa simpulan tersebut dapat disarankan beberapa hal, diantaranya
sebagai berikut : •
Diharapkan kepada para guru agar dapat menggunakan metode Iqro dalam pembelajaran meningkatkan kemampuan membaca Al – Qur’an mempunyai kendala dalam pembelajaran membaca
•
serta memperhatikan anak yang
Al – Qur’an.
Kepada pihak – pihak yang terkait terutama kepada penyelenggara, pengawas, kiranya dapat memberikan dukungan pada perbaikan kualitas pembelajaran yang ada dlingkungan RA terutama pembelajaran yang menyangkut tentang pengembangan sektor keagamaan
DAFTAR PUSTAKA Athiyyah Al Abrasyi, Muhammad.2003,Prinsip – Prinsip Dasar Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka setia Dhieni, Nurbiana, dkk. 2009. Metode Pengembangan bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka Djalal, Abduh . 2000, Ulumul Qur’an, Dunia Ilmu Surabaya Sumber Pustaka http://cobah-ajah.blogspot.com/2012/01/pengertian-alquran.htmlhttp://solihinardy.blogspot.com/2012/06/iqra.html diakses 14 Januari 2014
Tohirin. 2005, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Raja Grafindo persada. As’ad Humam .2000., BUKU IQRO’, Cara Cepat Belajar Al-Qur’an Jilid 1, (Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM Yogyakarta,).