1
MENINGKATKAN PENGENALAN HURUF LATIN MELALUI PENGGUNAAN PIAS-PIAS HURUF PADA KELOMPOK KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI PKBM HARAPAN INDAH DESA LAWONU KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO
Oleh
NURHAYATI ISHAK Nim. 121410070
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Anggota
Pembimbing I : Dr. Rusdin Djibu, M.Pd
Pembimbing II : Dr. Ummyssalam A.T.A.Duludu, M.Pd
2013
2
MENINGKATKAN PENGENALAN HURUF LATIN MELALUI PENGGUNAAN PIAS-PIAS HURUF PADA KELOMPOK KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI PKBM HARAPAN INDAH DESA LAWONU KECAMATAN TILANGOKABUPATEN GORONTALO Oleh NURHAYATI ISHAK Nim. 121410070 ABSTRAK Nurhayati Ishak. 2013. Meningkatkan Pengenalan Huruf Latin Melalui Penggunaan Pias-Pias Huruf Pada Kelompok Keaksaraan Fungsional di PKBM Harapan Indah Desa Lawonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I : Dr. Rusdin Djibu, M.Pd, Pembimbing II : Dr. Ummyssalam A.T.A.Duludu, M.Pd Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah kemampuan mengenal huruf latin pada Kelompok Keaksaraan Fungsional PKBM Harapan Indah Desa Lawonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo dapat ditingkatkan melalui penggunaan pias-pias huruf? Penelitian ini didesain sebagai penelitian tindakan kelas. Dengan teknik pengumpulan data observasi, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis persentase. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari tahap awal, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pemantauan dan evaluasi. Hasil penelitian bahwa pada kegiatan obsevasi awal menunjukkan bahwa hanya 6 orang warga belajar atau sebanyak (30%) dari 20 warga belajar yang memiliki kemampuan membaca huruf latin yang baik. Pada siklus I pertemuan I terjadi peningkatan kemampuan warga belajar dalam membaca huruf latin menjadi 12 warga belajar (60 %) dari 20 warga belajar. Siklus I pertemuan II kembali mengalami peningkatan menjadi 14 warga belajar (70%). Pada siklus II terdapat 17 warga belajar (85 %) dari 20 warga belajar yang sudah berkembang dengan baik kemampuannya mengenal huruf latin. Berdasarkan temuan di atas maka hipotesis tindakan “jika digunakan pias-pias huruf maka kemampuan warga belajar dalam membaca huruf latin Kelompok Keaksaraan Fungsional PKBM Harapan Indah Desa Lawonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo meningkat.” dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan kemampuan warga belajar dalam membaca huruf latin dapat ditingkatkan dengan menggunakan piaspias huruf Kata Kunci: Huruf Latin, Pias-Pias Huruf
3
A. PENDAHULUAN Keaksaraan fungsional merupakan salah satu program yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan serta potensi sumber daya manusia Indonesia agar memiliki kapasitas yang baik dalam membaca dan menulis. Program ini muncul karena kondisi riil menunjukkan bahwa buta aksara Indonesia berada pada angka yang cukup tinggi. Program keaksaraan fungsional merupakan salah satu program yang bertujuan untuk meletakkan dasar perkembangan warga belajar menuju perkembangan yang optimal. Secara umum tujuan program keaksaraan fungsional adalah membantu meletakan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh warga belajar dalam menyesuaikan diri di lingkungannya. Salah satu bentuk kemampuan yang perlu dikembangkan pada warga belajar dalam program keaksaraan fungsional yaitu kemampuan dalam mengenal huruf latin. Pengenalan huruf latin satu demi satu sangatlah penting karena dimulai dari pengenalan huruf akan bisa merangkaikan menjadi kata-kata yang bermakna. Perlunya pengenalan huruf latin terhadap warga belajar. Hal ini dilakukan karena tingkat kemampuan membaca masyarakat Indonesia sangat rendah. Salah satu masalah yang sangat krusial dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu masalah buta aksara yang masih dialami oleh sekitar 8.3 juta penduduk Indonesia (Data Statistik Tahun 2010). Pada 2012 ini, angka buta aksara yang tersisa ditargetkan mencapai 4,79 persen atau 8,3 juta orang, yang sebagian besar berusia diatas 45 tahun (Pos Kota, 2012:1). Angka ini cukup fantastis karena masih banyak masyarakat yang tidak dapat membaca dan pada umumnya terdapat di pedesaan. Terkait dengan hal ini Andini (2007:1) mengemukakan bahwa pemerintah telah menargetkan tahun 2012 angka buta huruf di Indonesia akan diturunkan hingga 5%. Upaya ini sampai dengan tahun 2012 belum dapat dilaksanakan dengan optimal. Kenyataan yang ada di kelompok keaksaraan fungsional PKBM Harapan
4
Indah Desa Lawonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo pengenalan huruf latin warga belajar sangat minim. Dalam konteks ini tingkat kemampuan warga belajar yang ada di Kelompok keaksaraan fungsional PKBM Harapan Indah Desa Lawonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo memiliki kemampuan yang bervariasi yaitu mulai dari kategori sukma 1, sukma 2 dan sukma 3. Data riil di lapangan menunjukkan bahwa dari jumlah 20 warga belajar yang belajar di PKBM Harapan Indah Desa Lawonu, sebanyak 2 warga belajar (10%) termasuk dalam kategori sukma 3 yaitu telah memiliki kemampuan menghitung angka 200 ke atas serta mampu melakukukan analisis sederhana terhadap untung dan rugi dalam sebuah transaksi. Sebanyak 3 warga belajar (15%) termasuk dalam kategori sukma 2 yaitu tingkat kemampuan dalam menghitung angka hanya berkisar dari 100 sampai dengan 150, sedangkan 15 warga belajar (75%) dengan kategori sukma 1 yaitu dengan kemampuan dalam mengenal angka berkisar antara 1 sampai dengan 100. Jika dipersentasekan menunjukkan bahwa kemampuan warga belajar yang dapat menyelesaikan program lebih didominasi oleh warga belajar dengan kemampuan rendah. Hal ini diduga merupakan indikasi dari belum optimalnya kegiatan pengelolaan keaksaraan fungsional sehingga menyebabkan jumlah warga belajar yang memiliki kemampuan tinggi hanya terbatas. Berdasarkan hasil pengamatan awal pula menunjukkan bahwa dari 20 warga belajar Kelompok anggrek hanya 6 orang atau 30% memiliki kemampuan dalam mengenal huruf latin, dan 14 warga belajar atau 70% yang belum nampak kemampuannya dalam pengenalan huruf latin tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan warga yang kurang mampu membedakan huruf besar dan huruf kecil, kurangnya kemampuan warga belajar untuk mengenal huruf vocal dan huruf konsonan. Rendahnya kemampuan warga belajar dalam mengenal huruf latin karena kondisi riil menunjukkan bahwa warga belajar pada umumnya kurang memiliki perhatian dalam proses belajar mengajar khususnya untuk mengenal huruf. Sebagian
5
warga belajar terlihat kurang termotivasi dalam mengenal huruf yang dituliskan tutor di papan tulis. Bahkan mereka lebih menyukai aktivitas yang lain dan kurang tertarik dalam mengenal huruf latin yang diperkenalkan tutor. Dengan demikian maka tutor perlu untuk mengatasi masalah ini dengan menganalisis berbagai faktor penyebab dari permasalahan yang dihadapi. Setelah ditelusuri ternyata penyebabnya adalah kurangnya perhatian dan respon warga belajar dalam proses belajar mengajar. Dalam konteks ini akan pada umumnya kurang tertarik dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan tutor di kelas. Sehubungan permasalahan tersebut maka perlu upaya proaktif untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satu usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan pias-pias huruf. Penggunaan pias-pias huruf ini sangat penting dalam membantu warga belajar untuk mengenali dengan tepat bentuk setiap huruf. Hal tersebut pada gilirannya akan mampu untuk meningkatkan pengenalan huruf latin pada warga belajar. Kondisi ini memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Pengenalan Huruf Latin Melalui Penggunaan Pias-Pias Huruf Pada Kelompok Keaksaraan Fungsional di PKBM Harapan Indah Desa Lawonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo”. B. KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 1
Hakikat Keaksaraan Fungsional Jalal (2003:53) mengemukakan bahwa keaksaraan fungsional
sederhana diartikan sebagai
secara
kemampuan untuk membaca dan menulis. Menurut
Napitupulu (dalam Aziz (2010:3) bahwa “Keaksaraan dibataskan secara luas sebagai pengetahuan dasar dan keterampilan yang diperlukan oleh semua didalam di dunia yang berubah cepat, merupakan hak asasi manusia”. Program keaksaraan fungsional (KF) dapat terlaksana dengan baik jika dapat termotivasi serta memberdayakan warga masyarakat yang menjadi sarana didiknya, sehingga sesuai dengan kebutuhan belajar dan keadaan masing-masing daerah, maka prinsip-prinsip berikut perlu diperhatikan:
6
konteks lokal, desain lokal, proses partisipatif, dan penerapan atau fungsionalisasi hasil belajar. Yusuf (2011:1) mengemukakan bahwa istilah keaksaraan fungsional mandiri telah lama dikenal yakni sejak pertengahan tahun 1960 an, dan merupakan konsep yang sangat berpengaruh dalam membangun pendidikan melalui program keaksaraan. Pesona ide tersebut sangat kuat dan tersebar luas. Banyak pihak sangat perduli terhadap ide tersebut antara lain: pendidik orang dewasa, para ahli pembangunan ekonomi, pekerja pembangunan desa, lembaga-lembaga penyebar innovasi, para perencana dan pelaksana padea lembaga-lembaga internasional tampaknya semuanya sangat perduli dengan keaksaraan fungsional, ide dibalik itu sepertinya adalah bahwa keaksaraan dapat mempunyai fungsi atau peran membangkitkan pembangunan sosial ekonomi suatu masyarakat. Sementara itu para pekerja keaksaraan fungsional mandiri terutama yang bekerja di proyek-proyek yang disponsori Unesco melakukan eksperimentasi ,dan telah menjual konsep tersebut beserta temuan-temuannya. Napitupulu (dalam Jalal dan Sukarso, 2003:53) keaksaraan secara luas didefinisikan sebagai pengetahuan dasar dan keterampilan
yang diperlukan oleh
semua di dalam dunia yang berubah cepat, merupakan hal asasi manusia. Lebih lanjut dikatakan bahwa di dalam setiap masyarakat keaksaraan merupakan keterampilan yang diperlukan pada dirinya dan salah satu pondasi bagi keterampilan-keterampilan hidup yang lain. Di samping itu keaksaraan merupakan katalisator untuk berperan serta
dalam
kegiatan-kegiatan
sosial,
kebudayaan,
politik,
ekonomi
dan
pemberdayaan masyarakat, serta merupakan sarana untuk belajar sepanjang hayat. Dari uraian tersebut dapatlah disimpulkan
bahwa keaksaraan fungsional
merupakan salah satu layanan bentuk pendidikan luar sekolah bagi masyarakat yang belum dan ingin memiliki kemampuan calistung dan setelah mengikuti program ini mereka memiliki kemampuan baca tulis hitung dan menggunakannya serta berfungsi baik bagi kehidupannya.
7
2.Tujuan Keaksaraan Fungsional Menurut Aziz (2010:3) bahwa penyelenggaraan program keksaraan fungsional mempunyai tujuan yang ingin dicapai, tujuannya adalah: Warga belajar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang dapat dikembangkan untuk pengembangan diri, mencari nafkah dan melanjutkan pendidikan. Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai dalam program keksaraan fungsional Imawan (2010:3) mengklasifikasikannya atas tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum program keksaraan fungsional adalah agar warga belajar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang dapat dikembangkan untuk pengembangan diri, mencari nafkah dan melanjutkan pendidikan. Sedangkan tujuan khususnya adalah : 1) meningkatkan pengetahuan warga belajar sejalan dengan perkembangan IPTEK, 2) meningkatkan kemampuan sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat, 3) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan warga belajar untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari program keksaraan fungsional maka dibuatlah 10 program Pendidikan Luar Sekolah dalam bidang keksaraan fungsional. Dalam konteks ini aspek-aspek pelaksanaan penyelenggaran program keaksaraan fungsional mandiri harus memperhatikan komponen-komponen yang menjadi penentu keberhasilan program keaksaraan fungsional mandiri yaitu meliputi patokan 10 program Pendidikan Luar Sekolah diantaranya: warga belajar, sumber belajar, pamong belajar, sarana belajar, tempat belajar, dana belajar, ragi belajar, kelompok belajar, program belajar dan hasil belajar. (Kuncoro, 2005:11) Melalui strategi tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemampuan para warga belajar di program keksaraan fungsional sehingga kemampuan mereka dalam mengenal huruf serta membaca dapat ditingkatkan. Sesuai empat
prinsip
dikembangkan
dengan
prinsip-prinsip
utama berdasarkan
dalam
pembelajaran
program
perspektif
baru
orang
keaksaraan pendidikan
dewasa,
fungsional orang
ada yang
dewasa,yaitu
8
konteks
local,
desain
local,
proses
partisipatif,
dan
penerapan
hasil
belajar. 3.Strategi dan Metode Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Strategi dan metode merupakan suatu cara / tindakan yang dirancang tutor, sehingga menimbulkan kegiatan belajar bagi para warga belajar dan juga warga belajar dapat mencerna bahan pembelajaran yang disampaikan tutor dengan mudah dan baik. Rizal (2011:1) mengemukakan bahwa kriteria yang perlu diperhatikan dalam menetapkan strategi dan metode pembelajaran yaitu:
1)
Pemilihan dan
penetapan strategi dan metode harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) Memperhatikan materi yang akan disampaikan kepada warga belajar dengan berbagai karakteristiknya sebagai orang dewasa, 3) Media belajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, 4) Tingkat kemampuan dan kemudahan warga belajar dalam menyerap dan memahami materi pembelajaran, 5)
Memperhatikan efektivitas, efisiensi, daya tarik media, dan iklim / suasana
pembelajaran dikelompok belajar. 4. Hakikat Pengenalan Huruf Latin Pengenalan huruf latin tidak lepas dari pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa sangatlah penting karena dengan berbahasa kita dapat berkomunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan sesuautu keinginan kepada orang lain. Beberapa para ahli sepakat bahwa bahasa mencakup cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan individu dinyatakan dalam bentuk simbol seperti lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan maupun mimik yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu. Bahasa sebagai fungsi dari komunikasi memungkinkan dua individu atau lebih mengekspresikan berbagai ide, arti, perasaan dan pengalaman. Badudu (dalam Dhieni, 2011:1.8) menjelaskan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya. Lebih lanjut Ayah bunda (2007:78)
9
menjelaskan bahwa bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan manusia disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter (manasuka) digunakan masyarakat dalam rangka unutk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Berbahasa berarti menggunakan bahasa berdasarkan pengetahuan individu tentang adat dan sopan santun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah suatu modifikasi komunikasi yang meliputi system simbol khusus yang dipahami dan digunakan sekelmpok individu unutk mengkomunikasikan berbagai ide dan informasi. 5. Pola dan strategi Pengenalan Huruf Latin Melalui Penggunaan Pias-Pias Huruf Pengenalan huruf latin perlu dilakukan sejak warga belajar. Alfabet Latin atau Alfabet Romawi adalah alfabet yang pertama kalinya dipakai oleh orang Romawi untuk menuliskan bahasa Latin kira-kira sejak abad ke-7 Sebelum Masehi. Mereka belajar menulis dari orang-orang Etruria, sedangkan orang Etruria belajar dari orang Yunani. Alfabet Etruska merupakan adaptasi dari alfabet Yunani. Menurut hipotesis, semua aksara alfabetis tersebut berasal dari abjad Fenisia, dan abjad Fenisia berasal dari hieroglif Mesir. Pada saat ini alfabet Latin adalah aksara yang paling banyak dipakai di dunia untuk menuliskan berbagai bahasa. Beberapa negara mengadopsi dan memodifikasi alfabet Latin sesuai dengan fonologi bahasa mereka, karena tidak semua fonem dapat dilambangkan dengan huruf Latin Pola pengenalan huruf latin perlu dilakukan dengan baik, sebagai upaya untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan warga belajar sehingga dapat
mengenal dan mengenal huruf latin. Terdapat banyak strategi yang dapat dilakukan tutor untuk meningkatkan kemampuan warga belajar dalam mengenal huruf latin. Salah satu diantaranya yaitu dengan menggunakan penggunaan pias-pias huruf. Penggunaan pias-pias huruf merupakan salah satu permainan yang unik dan sangat disukai warga belajar.
10
Strategi pengenalan huruf latin menurut Bahrudin (2010:1) dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1) mengenalkan huruf besar dan huruf kecil, 2 mengenalkan huruf vocal dan 3) mengenalkan huruf konsonan. Strategi pengenalan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Pengenalan Huruf Abjad Besar dan Huruf Abjad Kecil Pengenalan ini dilakukan dengan menggunakan pias-pias huruf seperti contoh sebagai berikut A B C D E F G H I J K L M NO P Q R S T U V W X Y Z contoh Huruf Abjad Kecil : a b c d e f g h i j k l m n o p q r s tu v w x y z
2) Mengenalkan Huruf Vocal Pengenalan huruf vocal dilakukan dengan memperkenalkan huruf vocal sebagaimana contoh berikut: A, I, U, E, O a, i, u, e, o 3) Mengenalkan Huruf Konsonan Pengenalan huruf konsonan dilakukan dengan memperkenalkan huruf vocal sebagaimana contoh berikut: B C D F G H b c d
f g h
J K L M N
j k l m n
P Q R S TV W X Y Z
p q r s tv w x y z
Strategi yang digunakan dalam pengenalan huruf ini dapat dilakukan melalui permainan pias huruf. Permainan ini sangat menantang bagi warga belajar. Dalam konteks ini warga belajar ditantang untuk dapat menemukan huruf-huruf tertentu dan selanjutnya menempelkannya pada papan yang telah disiapkan.
Rizal (2011:5)
mengemukakan bahwa pengenalan huruf latin melalui penggunaan pias-pias huruf dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
11
a) Tutor mengatur warga belajar dalam posisi berkelompok dengan memperhatikan tingkat kecakapan, keterampilan, pengetahuan dan kepribadian b) Tutor menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan. c) Diawali dengan pembagian lembar kerja warga belajar yang di dalamnya ada bentuk-bentuk huruf-huruf latin yang akan disamakan dengan pias-pias huruf yang telah disiapkan. d) Dilanjutkan dengan memotivasi warga belajar untuk berkreasi membentuk kata sesuai dengan kata yang telah disediakan dalam lembaran kertas. e) Bersaman dengan warga belajar mencari huruf-huruf yang sama dengan apa yang dituliskan di kertas, tutor meminta warga belajar untuk menyebutkan nama huruf yang akan digunakan untuk ditempel pada papan yang telah disediakan. f) Tutor memberikan motivasi kepada warga belajar untuk mengenal huruf latin yang diajarkan. C. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada Kelompok Keaksaraan Fungsional Desa Lauwonu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Kelompok Keaksaraan Fungsional di PKBM Harapan Indah Desa Lawonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo dijadikan sebagai tempat penelitian tindakan kelas karena di Kelompok Keaksaraan Fungsional
di PKBM Harapan Indah Desa Lawonu
Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo ini terdapat permasalahan yang harus ditangani melalui penelitian tindakan kelas. Masalah tersebut adalah rendahnya kemampuan warga belajar dalam mengenal huruf latin. Adapun yang digunakan pada teknik pengumpul data adalah sebagai beikut: a) observasi dan b) dokumentasi. Analisis data dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan pada setiap akhir siklus pembelajaran. Data yang dianalisis meliputi data hasil pengamatan tutor dan data kegiatan warga belajar, serta hasil Warga belajar. Data ini dianalisis secara persentase.
12
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian terkait dengan peningkatan kemampuan warga belajar dalam mengenal huruf latin dengan menggunakan pias-pias huruf menunjukkan bahwa peningkatan yang sangat signifikan dari kemampuan warga belajar mengenal huruf latin. Dari kegiatan obsevasi awal menunjukkan bahwa hanya 6 orang warga belajar atau sebanyak (30%) dari 20 warga belajar yang memiliki kemampuan mengenal huruf latin yang baik. Berdasarkan hasil analisis dan tindakan pada siklus I pertemuan I menunjukkan bahwa terjadi perubahan
yang cukup berarti dalam peningkatan
kemampuan warga belajar dalam mengenal huruf latin menjadi 12 warga belajar (60.00%) dari 20
warga belajar yang ada di Kelompok Keaksaraan Fungsional
PKBM Harapan Indah Desa Lawonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Tindakan siklus I ini selanjutnya diikuti dengan pertemuan II. Pada siklus I pertemuan II tutor lebih mengoptimalkan pendampingan dengan memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk mengenal huruf latin secara berpasangan. Berdasarkan tindakan yang dilaksanakan pada siklus I pertemuan II ini terjadi peningkatan kemampuan warga belajar dalam mengenal huruf latin menjadi 14 warga belajar (70 0%) dari 20 warga belajar yang ada di Kelompok Keaksaraan Fungsional PKBM Harapan Indah Desa Lawonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Berdasarkan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan warga belajar dalam mengenal dan mengenal huruf latin. Dalam konteks ini terdapat 17 warga belajar (85.00%) dari 20 warga belajar yang sudah berkembang dengan baik kemampuannya dalam mengenal huruf latin dan hanya terdapat 3
orang (15.00%)
warga belajar yang belum maksimal
kemampuannya dalam mengenal dan mengenal huruf latin.
13
E. PENUTUP Berdasarkan temuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan warga belajar dalam mengenal huruf latin dapat ditingkatkan dengan menggunakan pias-pias huruf. Dari kegiatan obsevasi awal menunjukkan bahwa hanya 6 orang warga belajar atau sebanyak (30%) dari 20 warga belajar yang memiliki kemampuan mengenal huruf latin yang baik. Pada siklus I pertemuan I terjadi peningkatan kemampuan warga belajar dalam mengenal huruf latin menjadi 12 warga belajar (60 %) dari 20 warga belajar. Siklus I pertemuan II kembali mengalami peningkatan menjadi 14 warga belajar (70%). Pada siklus II terdapat 17 warga belajar (85 %) dari 20 warga belajar yang sudah berkembang dengan baik kemampuannya mengenal huruf latin. Berdasarkan temuan di atas maka hipotesis tindakan “jika digunakan pias-pias huruf maka kemampuan warga belajar dalam mengenal huruf latin Kelompok Keaksaraan Fungsional PKBM Harapan Indah Desa Lawonu Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo meningkat.” dapat diterima. Berdasarkan simpulan
tersebut dapat dikemukakan beberapa saran
berikut:Peningkatan kemampuan warga belajar dalam
mengenal huruf latin
hendaknya menjadi perhatian utama tutor agar warga belajar memiliki kemampuan yang baik dalam mengenal huruf latin. Dalam konteks ini pias-pias huruf dapat dijadikan sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kemampuan warga belajar dalam
mengenal huruf latin. Kegiatan
membaca pias-pias huruf
latin
perlu
dirancang sedemikian rupa oleh tutor sehingga menjadi salah satu wahana yang dapat meningkatkan kemampuan
warga belajar dalam mengenal huruf latin. Untuk
mengoptimalkan peningkatan kemampuan warga belajar dalam mengenal huruf latin maka perlu dilakukan koordinasi dengan pengelola Kelompok Keaksaraan Fungsional dan tutor kelas lain untuk secara rutin memantapkan kemampuan warga belajar dalam mengenal huruf latin. DAFTAR PUSTAKA Andini. 2007.Kekasaraan Fungsional dan Permasalahannya. Jakarta: Jurnal PLS
14
Astuti dan Aziz. 2011. Pembelajaran Keaksaraan Fungsional. (Online) tersedia di http://imadiklus.com/2011/11/transkeho-sebagai-pembelajaran-keaksaraanfungsional.html. (Download, 27 Nopember 2011) Ayah Bunda, 2007. Majalah Edisi Khusus Perkembangan Warga belajar. Jakarta: Proyek Penataran Tutor Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Aziz Aqil Ahmad. 2010. Studi Kasus Kelompok Belajar KF di Desa Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. (Online) tersedia di. http://www.facebook.com/note.php?note_id=421940279520. (Download, 27 Nopember 2011) Depdiknas. 2011. Kumpulan Materi Diklat Pendidikan dan CDW. Gorontalo : Bidang PNF dan TK
Kabupaten
Depdiknas. 2003. Didaktik Metodik. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Depdiknas.. 2003. Program Kegiatan Belajar. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Dhieni, Nurbiana. 2011. Metode Pengembangan Bahasa. Terbuka
Jakarta : Universitas
Fajri.Muhamad. 201o. Analisis Observasi Lapangan : Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (Pkbm) Dalam Menjalankan Peran Dan Fungsi Sebagai Lembaga Pendidikan Nonformal. (Online) Tersedia di http://vhajrie27.wordpress.com /2010/04/21/ pkbm-sebagai-lembagapendidikan-nonforma/. (Download, 26 Desember 2011) Hafsian. 2010. Konsep dan Strategi Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. (Jurnal) Jakarta: Forum Komunikasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hildayani, Rini dkk. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Pusat Penelitian Universitas Terbuka Imawan Thoriq. 2010. Model Penyelenggaraan dan Pengembangan Program Keaksaraan Fungsional. (Online) tersedia di http://imadiklus.com/2010/ 06/model-kecakapan-hidup-life-skill-pada-keaksaraan-fungsional-kf-studikasus-kelompok-belajar-kf-di-desa-kedungjati-kecamatan-kedungjatikabupaten-grobogan.html (Download, 12 April 2011)
15
Jalal Fasli. 2003. Program Keaksaraan Fungsional (Implementasi Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Masyarakat(Community Based Learning). Jakarta: Rineka Cipta Kahar. 2010. Jurnal Ilmiah. Visi. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTK-PNF) Laila. 2010. Makalah Alat Permainan Edukatif. Jakarta. Jurnal TK Lilawati. 2010. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua, Stimulasi Membaca dari Orang Tua dan Inteligensi dengan Minat Membaca Pada Anak Kelas V PKBM Dasar. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Pos Kota, 2012. Pendidikan Luar Sekolah, analisis dan solusinya. Jakarta: Artikel Rizal. 2011. Pelaksanaan Keaksaraan Fungsional. Jakarta: Jurnal Sasmita. 2011. Panduan Pelaksanaan Keaksaraan Fungsional. Jakarta. Depdiknas Solehuddin. 2000. Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung : PT Dunia Pustaka jaya Sudjana. 2000. Statistika. Bandung : Tarsito. UNG. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo Yusuf. 2011. Keaksaraan Fungsional. (Online) Tersedia di http://bukucatatanpart1.blogspot.com/2011/07/keaksaraan-fungsional.html. (Download, 12 April 2011)