12
MITRA
EDISI 01 2012 USAID PRIORITAS Prioritizing Reform, Innovation, Opportunities for Reaching Indonesia’s Teacher, Administrator and Student
SELEKSI DAN KOORDINASI KABUPATEN MITRA
12 Kabupaten Nyatakan Komitmen Bermitra Program USAID PRIORITAS Makassar. Tim USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan melaksanakan kunjungan dan koordinasi kabupaten/kota calon mitra, 11-27 September. Kabupaten/kota yang dikunjungi yaitu 3 kabupaten baru calon mitra USAID PRIORITAS yaitu Kab. Maros, Wajo, dan Bantaeng serta 9 kabupaten/kota ex mitra program DBE-USAID. Tujuan dari kunjungan ini untuk melakukan sosialisasi dan penilaian akan kesediaan bermitra dengan program USAID PRIORITAS. Khusus untuk kabupaten/kota ex mitra DBE-USAID kunjungan dan koordinasi dengan stakeholder kunci, Bupati, Bappeda, KaDiknas, KaKemenag, dan anggota DPRD komisi pendidikan, bertujuan untuk menyampaikan bahwa program USAID PRIORITAS
akan tetap bekerja dan memberikan bantuan terbatas kepada 9 kabupaten/kota yakni Jeneponto, Pangkep, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Luwu, dan Palopo. Menurut Provincial Coordinator Sulsel, Jamaruddin, hal yang terpenting dari kegiatan ini adalah memastikan komitmen kesediaan 9 kabupaten/kota tersebut untuk menjalin kemitraan di dalam program diseminasi hasil program DBE-USAID. Kemitraan kita akan dilaksanakan dengan cara budget sharing untuk membantu daerah menyebarluaskan pelatihan dan praktik yang baik dari sekolah mitra. Kita sangat berharap melalui kegiatan itu akan lebih banyak guru dan sekolah yang melaksanakan pendidikan berkualitas.
Bupati Soppeng: Drs. H. A. Soetomo, M.Si Saya sangat apresiasi program ini. Kita butuhkan untuk pembangunan SDM di kabupaten soppeng.
Palopo Mamuju Utara
Masamba
Mamuju
Mamasa
Belopa
Tator
Enrekang
Pinrang
Polewali
Majene
Wajo
Sidrap Parepare
Pangkep
Mamuju
Sekda Bantaeng: Drs. H. Muh.Yasin, MT Program ini sangat mendukung grand design pembangunan Kab. Bantaeng. Pembangunan SDM menjadi salah satu prioritas kami. Kami menyambut baik program ini.
Barru Bone
Maros
Soppeng Sinjai Gowa
Makassar
Bulukumba
Takalar
Jeneponto Bantaeng
Kepala Sekolah SMPN 1 Maros: Drs. Abdullah Yang paling kami butuhkan adalah program yang membantu meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
WARTA PRIORITAS Media Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan
PROGRAM USAID PRIORITAS DILUNCURKAN Dubes AS, Scot Marciel: Program ini bantu SD, SMP dan Madrasah sajikan pendidikan berkelas dunia
Jakarta. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA bersama dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS), Scot Marciel, meluncurkan p ro g r a m U S A I D P R I O R I TA S (Priotizing Reform, Innovation, Opportunity for Reaching Indonesia's Teacher, Administrator, and Student) di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jakarta, 3 Oktober 2012. D u t a B e s a r S c o t M a rc i e l mengatakan “Program USAID yang baru untuk pendidikan dasar ini akan membantu SD, SMP dan Madrasah menyajikan pendidikan berkelas dunia kepada anak-anak Indonesia. Kami harap program ini membantu siswa mengembangkan potensinya dan sukses mencapai cita-citanya.” Dirinya lanjut menjelaskan program ini juga akan membantu meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru, kapasitas manajemen pendidikan, dan membantu menguatkan peran LPTK ( L e m b a g a Pe n d i d i k a n Te n a g a Kependidikan) untuk mencapai
pendidikan yang berkualitas. Scot Marciel menegaskan pemerintah AS selalu komit membantu Pemerintah Indonesia meningkatkam mutu pendidikan dasar. Dan Program USAID PRIORTAS sebagai wujud kemitraan komprehensif antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Amerika Serikat. Program USAID PRIORITAS yang bernilai USD 83,7 Juta ini akan memfasilitasi peningkatan mutu pembelajaran di 1400 sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan madrasah di 110 kabupaten/ kota. Dan akan menyasar 300.000 siswa penerima manfaat pendidikan di 7 provinsi yang meliputi Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Sejumlah kepala daerah mitra, rektor, dan kepala SKPD terkait di Provinsi Sulawesi Selatan hadir dalam acara peluncuran nasional program di antaranya Prof. Dr. Ir. H.M Nurdin Abdullah, M.Agr, Bupati Bantaeng; Drs. H. A. Soetomo, M.Si, Bupati Soppeng; Ir. H. La Tinro La Tunrung, Bupati
Enrekang; Drs. H. Radjamilo, MP, Bupati Jeneponto; Drs. H. A. Harmil Mattotorang, MM,Wakil Bupati Maros; Prof. Dr. H. Arismunandar, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM); Prof. Dr. H. A. Qadir Gasing HT.,M.S, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar; Drs.H.M Gazali Suyuti, MHI, Kepala Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan; Drs. H. Abdullah Djabbar, M.Pd, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan; Drs. H. A. Rustam Syamsuddin, M.Si, Asisten Kesra Kabupaten Pinrang; Drs. H. R u s m a n , M . S i , Ke p a l a D i n a s Kabupaten Soppeng; Drs. H. A. Mappanyukki, M.Si, Kepala Dinas Pendidikan Kab. Pinrang; Drs. Andi Nadir, Asisten Kesra Kabupaten Pangkep; Drs. Muh. Yamin, Kapala Dinas Pendidikan Kota Palopo; Drs. H. Mahmud BM.,M.Pd, Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar; Drs. A. Fahri, M.Pd, Kepala Dinas Pendidikan Kab. Luwu; Drs. Jasman Juanda, M. Si, Kepala Dina Pendidikan Kab.Wajo.
Selayar
Informasi lebih lanjut silahkan klik: www.prioritaspendidikan.org
USAID PRIORITAS: Mengutamakan pembaharuan, inovasi, dan kesempatan bagi guru, tenaga nonkependidikan,dan siswa
02
UTAMA
Salam PRIORITAS,
EDISI 01, 2012
TENTANG PROGRAM USAID PRIORITAS
(2) Peningkatan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota, dan (3) Peningkatan dukungan koordinasi di dalam dan antar
If we teach today's students as we taught yesterday's, we rob them of tomorrow (Jika cara mengajar dan apa yang kita ajarkan kepada murid-murid kita hari ini sama saja Jamaruddin Provincial Coordinator dengan yang kemarin, maka kita merampas masa depan anak didik kita tersebut. Ahli Pendidikan, John Dewey).
WARTA PRIORITAS Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator) Editor Hamsah (Communication Specialist) Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangeng (TTO Primary), Fadiah Machmud (WHS), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist) ALAMAT Jl. Salemba No. 7, Gunung Sari, Makassar - Sulawesi Selatan E-mail:
[email protected]
sekolah, lembaga pendidikan/pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang.
FOKUS KEGIATAN Bermitra dengan LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan) USAID PRIORITAS bermitra dengan LPTK untuk meningkatkan kapasitas dalam melakasanakan pendidikan dan pelatihan bagi guru pra dan dalam jabatan, serta membantu kabupaten/kota untuk meningkatkan kualitas tata kelola dan manajemen pendidikan. Kegiatan utamanya: (1) Melibatkan LPTK dalam merancang dan melatih guru pra dan dalam jabatan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di satuan pendidikan dasar SD/MI dan SMP/MTs, serta meningkatkan kepemimpinan di sekolah; (2) Pelatihan staf pendidik LPTK dalam memanfaatkan bahan-bahan pelatihan yang dikembangkan oleh program USAID PRIORITAS guna mendukung program pendidikan guru berkualitas baik pra maupun dalam jabatan; (3) Mendukung pengembangan kurikulum pendidikan/pelatihan guru pra dan dalam jabatan serta ketersediaan bahan, sumber, dan fasilitas pendidikan/pelatihan guru; (4) Membangun kemitraan antara LPTK dan sekolah untuk menyediakan pengalaman praktik mengajar yang baik bagi mahasiswa calon guru; (5) Mendukung LPTK untuk mengembangkan perannya dalam menyediakan pelatihan guru dalam jabatan bagi kabupaten/kota.
Peringatan John Dewey itu sepatutnya melecutkan emosi diri untuk merefleksi diri kita sebagai pendidik, Adakah kita berniat melakukan inovasi di dunia pendidikan kita? Mampukah kita guru melakukan inovasi pembelajaran yang memfasilitasi siswa kita mengaktualisasikan potensinya? Betapa setumpuk regulasi, PP Nomor 74 2008, yang mewajibkan guru mengembangkan kompetensinya. Lalu PP Nomor 19 tahun 2005 yang mengamanatkan guru untuk pembelajaran yang menginspirasi. Saat ini juga, sebagai pendidik atau guru, patut kita simak pesan seorang William A Ward “Guru yang biasabiasa saja memberi tahu. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang bagus menunjukkan bagaimana caranya. Tetapi guru yang luar biasa menginspirasi murid-muridnya.” Kehadiran program DBE-USAID (2005-2011) yang dilanjutkan dengan program USAID PRIORITAS (2012-2017) sejatinya untuk mendukung terwujudnya inovasi dalam dunia dan pengelolaan pendidikan kita. Dan khususnya untuk guru agar melakukan inovasi pembelajaran dan memfasilitasi siswa mengaktualisasikan potensinya. Program baru USAID PRIORITAS untuk pendidikan dasar ini akan bekerjasama dengan semua pihak di dunia pendidikan untuk (1)Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah, (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota, dan 3) Meningkatkan dukungan koordinasi didalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/pelatihan guru dan pemerintah disemua jenjang. Kiranya lewat program USAID PRIORITAS kita melakukan inovasi agar anak-anak kita menerima pendidikan yang berkualitas.
UTAMA
EDISI 01, 2012
S
etelah menyelesaikan program Pendidikan Dasar Terdesentralisasi (Decentralized Basic Education) atau lazim disebut DBE USAID, 2005-2011, USAID melanjutkannya dengan program USAID PRIORITAS. Program hibah lima tahun USAID ini dilaksanakan sesuai kesepakatan Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia, dan dirancang untuk meningkatkan perolehan pendidikan dasar berkualitas di Indonesia. USAID PRIORITAS (Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students) dimulai pada bulan Mei 2012 dan melaksanakan kegiatan peningkatan mutu pendidikan dengan pendekatan secara menyeluruh. Lewat kerjasama dan kemitraan dengan stakeholder pendidikan di tingkat nasional dan daerah, program ini menyasar terwujudnya: (1) Peningkatan kualitas dan relevansi pembelajaran di kelas;
Lingkup Sekolah USAID PRIORITAS bekerja sama dengan LPTK, Lembaga Pejamin Mutu Pendidikan (LPMP), dan lembaga-lembaga pelatihan atau penjamin mutu lainnya, yang relevan untuk meningkatkan kualitas manajemen dan pembelajaran di sekolah-sekolah di daerah mitra. Kegiatan utamanya meliputi: (1) Mengembangkan kemampuan fasilitator daerah untuk melatih pengawas, kepala sekolah, dan guru dalam hal
metode pembelajaran, manajemen, dan tata kelola; (2) Meningkatkan kemampuan pengawas, kepala sekolah, guru dan komite sekolah melalui kunjungan sekolah, pelatihan, kegiatan gugus sekolah, dan pendampingan di sekolah oleh fasilitator daerah. Dalam hal meningkatkan kualitas sekolah, USAID PRIORITAS menggunakan pendekatan “pengembangan
03
04
UTAMA
sekolah secara menyeluruh” yang berarti: (1) Semua warga sekolah akan terlibat: guru, kepala sekolah, masyarakat, dan siswa; (2) Semua aspek pengembangan sekolah akan ditangani, termasuk praktik-praktik pendidikan yang baik dalam pembelajaran, manajemen sekolah, dan partisipasi masyarakat.
EDISI 01, 2012
Di tingkat sekolah program ini memiliki fokus untuk peningkatan: (1) Kelas Awal SD/MI: khususnya dalam kemampuan Membaca danMatematika; (2) Pendidikan Sains (IPA); (3) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk pendidikan; (4) Pengelolaan pendidikan inklusi dan kesetaraan: transisi dari SD/MI ke SMP/MTs, anak-anak berkebutuhan khusus, perlindungan anak, jender, dan budaya sehat.
UTAMA
EDISI 01, 2012
Pemetaan Cepat Pengembangan Pendidikan di Sulawesi Selatan Prof. Dr. Halide: Sistem Data dan Koordinasi Masalah Serius Bagi Institusi Pelaksana Pendidikan
Lingkup Pemerintah Daerah
1
USAID PRIORITAS bekerja dengan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota untuk: · Mendukung pemanfaatan data dan informasi untuk perencanaan, penganggaran, dan pengembangan kebijakan. · Meningkatkan hubungan antar sekolah, kabupaten/kota, provinsi, LPTK, dan pemerintah pusat. · Meningkatkan peran masyarakat dalam mengelola pendidikan
Daerah dan Mitra Program ini bekerja secara bertahap di 100 kabupaten/kota di 10 propinsi, meliputi 42 kabupaten/kota ex daerah DBE, dan 60 kabupaten/kota baru mitra Prioritas. Tahap awal bekerja di 60 kabupaten/kota mitra di Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Pengembangan wilayah program akan dimulai pada tahun 2014, akan mencakup Propinsi Papua, NTB, NTT, dan daerah lainnya yang akan ditentukan kemudian. Di Sulawesi Selatan proyek ini bekerja di 12 kabupaten kota: 9 kabupaten/kota ex DBE, Jeneponto, Makassar, Pangkep, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Luwu, dan Palopo, dan 3 kabupaten baru Prioritas, Bantaeng, Maros, dan Wajo. USAID PRIORITAS bermitra dengan: · 18 LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan) untuk meningkatkan kapasitas dalam hal peningkatan kualitas program pelatihan/pendidikan guru baik pra maupun dalam jabatan. · Lebih dari 1.400 SD/MI dan SMP/MTs di 60 daerah mitra untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang menjangkau 20.000 guru dan lebih dari 300.000 siswa. · Lebih dari 100 kabupaten/kota, termasuk 50 kabupaten/kota yang sebelumnya terlibat dalam program DBE USAID, untuk mendukung diseminasi praktik yang baik, yang menjangkau sekitar 4.000 sekolah, 30.000 guru, tenaga kependidikan, masyarakat dan 825.000 siswa.
Prinsip-Prinsip Pelaksanaan USAID PRIORITAS didasarkan pada praktik pendidikan yang baik dalam pengembangan pendidikan di Indonesia, yang meliputi: (1) Membangun dan memperkuat kapasitas penyedia layanan setempat (LPTK, pengawas sekolah, fasilitator pelatihan, dll) untuk memfasilitasi pelaksanaan dan penyebarluasan praktik pendidikan yang baik. (2) Memastikan bahwa semua program dan kegiatan mendukung kebijakan pemerintah. (3) Menggunakan pendekatan “pengembangan sekolah secara menyeluruh dan mengintegrasikan pengembangan pembelajaran, manajemen, dan tata kelola. (4) Membangun kemitraan dengan pemerintah daerah dan masyarakat. (5) Meningkatkan kapasitas dan cara kerja system yang ada seperti pengawas, kepala sekolah, kelompok pengembangan professional (KKG, M G M P, K K K S , K K P S ) d a n i n s t i t u s i pendidikan/pelatihan guru. (6) Menggunakan perangkat data yang ada (seperti Dapodik) dan instrumen/alat untuk membantu menganalisis data dalam pengembangan kebijakan. (7) Berkoordinasi dan berbagi sumber daya dengan mitra pembangunan dan program lainnya.
Koordinasi memang mudah diucapkan tapi susah dilaksanakan. Frase ini lazim didengar saat berinteraksi dengan dunia birokrasi di pemerintahan. Rencana dan pekerjaan tidak berjalan baik dan tidak mencapai tujuan karena kurang koordinasi antar pelakunya.Tak terkecuali dalam dunia pendidikan kita di Sulsel, koordinasi antar stakeholdernya masih menjadi isu penting. Bahkan Prof. Dr. Halide, Ketua Dewan Pendidikan Sulsel, mengatakan “Koordinasi merupakan masalah serius bagi institusi pelaksana pendidikan kita.” Hal ini berulang-ulang kali ia tekankan di depan anggota Dewan Pendidikan dan tim USAID dalam kegiatan interview group di kantor Dewan Pendidikan, Diknas propinsi, 5 September 2012. Pemetaan cepat pengembangan pendidikan yang dilaksanakan USAID Prioritas, 5-20 September, di level provinsi dan tiga kabupaten, Maros, Bantaeng dan Wajo, bertujuan untuk mengeksplorasi isu di bidang-bidang yang berkontibusi langsung terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan itu menggunakan metode Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion), Wawancara Kelompok (Interview Group), Kajian Dokumen, Workshop dan Sharing Hasil di tingkat propinsi dan kabupaten dengan melibatkan Diknas dan Kemenag propinsi dan
2
kabupaten, Bappeda, BKD, Dewan Pendidikan propinsi dan kabupaten, UPTD/ KCD, serta sekolah (SD/MI/SMP/MTs). Sejumlah area issu yang dielaborasi bersama dengan stakeholder tersebut meliputi: peningkatan mutu guru, rekrutmen guru, redistribusi guru, pembinaan sekolah, system data pendidikan, aktifitas KKG/KKKS, MGMP/MKKS, pembiayaan pendidikan, peran propinsi, koordinasi antar lembaga (vertikal dan internal kabupaten), dan beberapa program seperti sekolah inklusi, sekolah ramah anak, pengarusutamaan gender, dan sekolah berbudaya hidup sehat. Temuan-temuan penting yang diekstraksi dari area issu tersebut menjadi input dan referensi wilayah konsen program USAID Prioritas. Selama kegiatan berlangsung banyak pihak yang memberikan feed back mengenai betapa pentingnya sejumlah area yang perlu dibenahi. Prof. Halide, selain menyorot soal koordinasi inter dan antar stkaholder pendidikan, dirinya juga menggarisbawahi masalah krusial sistem data pendidikan kita. Bukan semata soal profesionalitas pengelolaannya, tapi realibilitas dan validitas data, akuntabilitas, serta aksessibilitas. Ia menekankan pentingnya sistem data karena menjadi referensi perencanaan.
3
(1) Prof. Dr. Halide, Ketua Dewan Pendidikan Sulawesi Selatan; (2) Fokus Group Discussion di kantor Diknas Prov. Sulsel; (3) Audiensi Hasil Pemetaan Cepat Pendidikan dengan Sekda Kab. Bantaeng dan segenap SKPD terkait di Bantaeng
05
06
PRAKTIK DARI SEKOLAH
EDISI 01, 2012
EDISI 01, 2012
PRAKTIK DARI SEKOLAH
Mts Negeri Takalala Kab. Soppeng
Drs. Alimin,M.Ag , Kasek MTS Neg. Takalalla
meningkat, tidak ada lagi siswa terlambat, siswa cinta pelajaran dan hormat pada gurunya. Antara siswa mereka saling menyayangi. Tidak pernah ada konflik dan tawuran. Karena mereka merasa solid dalam satu komunitas di dalam pembelajaran, dan di mikrolet saat mereka pulang sekolah. Bagi guru, mereka menjadi lebih dekat dan sayang kepada siswanya.Antara guru mereka kian kompak dan bekerjasama. Saling membantu membuat Lembar Kerja Siswa yang kontekstual. Sehingga tidak pernah ada kelas yang kosong dan siswa tidak belajar. Dengan program layanan transportasi siswa ini hubungan sekolah dengan orang tua semakin kuat. Komunikasi guru dengan orang tua siswa semakin mudah dan intens
karena setiap guru wali kelas memberikan nomor handphone-nya ke setiap orang tua siswa. Tujuannya agar mereka dapat saling tukar inofrmasi mengenai keadaan anak atau siswa. Dan dampak penting yang kami rasakan adalah orang tua siswa semakin percaya sekolah. Mereka ringan tangan membantu program sekolah. Ini semua memotivasi kami guru dan siswa di sekolah melaksanakan tugas dan kewajiban, mengajar dan belajar dengan hati. Kami yakin pembelajaran yang didasari dengan hati tulus akan berhasil. Seperti kata Imam Syafii “kunci kesuksesan pembelajaran adalah guru dan siswa ikhlas memberi dan menerima pelajaran.”
Zakat, Infak dan Sadakah Guru Tanggulangi Transportasi Siswa
A
yo berangkat! Siapa lagi anggota belum naik?”tanya Amir sambil menghitung siswa yang sudah duduk di dalam mikroletnya. Ia segera akan mengantar mereka pulang ke rumahnya. Amir bersama delapan (8) pemilik juga sopir mikrolet lainnya bertugas mengantar jemput lebih kurang 250 siswa MTs Negeri Takalalla, Kab. Soppeng, pergi dan pulang sekolah setiap hari. “Kami punya daftar nama mereka yang setiap hari kami angkut. Jadi kami tidak sekedar mengangkut. Kami harus pastikan dari mereka yang tidak pergi sekolah atau tidak pulang ke rumah. Itu tugas diberikan sekolah kepada kami.”katanya. Sekolah yang berkomitmen melayani gaya belajar siswanya dengan pembelajaran aktif itu memang sudah melaksanakan program layanan transportasi siswa sejak tiga tahun terkahir, 2009-2012.”Kami ini kan pelayan siswa. Bukan saja melayani gaya belajarnya dengan p e m b e l a j a r a n i n o v a t i f , t a p i j u g a m e l ay a n i kebutuhannya.”kata Drs. Alimin, kepala Madrasah mitra DBE itu. Dirinya melihat siswanya butuh transportasi pergi dan pulang sekolah. Mereka tinggal jauh dari sekolah dan akses transportasi tidak lancar. Akibatnya mereka telat tiba di sekolah. Kasek disiplin yang menempuh 60 km setiap hari pergi dan pulang sekolah itu bertekad
menemukan solusinya. Caranya? Dengan rendah hati menjawab “Kami mulai dengan niat ibadah.” Alimin bersama segenap gurunya sepakat mengumpulkan zakat profesi (penghasilan), infak dan sadakahnya untuk biaya mobil angkutan siswa mereka. “Sebetulnya tidak tepat kalau dibilang zakat profesi karena semua guru di sini, kecuali saya, gajinya tidak sampai mizan zakat profesi sesuai Undang-Undang Zakat.Tapi uang yang terkumpul sejumlah Rp. 4.000.000 per bulan itu kami meniatkannya sebagai infak atau sadakah jika tidak tergolong kategori zakat profesi.”paparnya. Menurutnya untuk mencukupi sewa carter 9 unit mobil mikrolet sebanyak Rp. 7.200.000 per bulan, sewa per unitnya Rp. 800.000, pihaknya juga menerima subsidi dari orang tua yang membayarkan sendiri sewa mikrolet anaknya, dan ditambah lagi infak atau sumbangan sukarela dari guru yang menerima gaji sertifikasi. “Alhamdulillah semangat kami berbagi mendapat dukungan dari orang tua siswa.”katanya. Dampak dari program layanan transportasi siswa itu, menurut Alimin, telah sangat membantu menciptakan situasi damai dan nyaman yang mendukung pembelajaran di sekolah. Khususnya bagi siswa, mereka disiplin mengikuti pelajaran, tingkat kehadirannya di sekolah
Melayani Gaya Belajar Siswa Guru yang tidak melakukan inovasi pembelajaran jelas ketinggalan zaman. Pembelajaran dengan guru aktif, guru aktor tunggal di kelas atau guru juru ceramah sangat mengungkung potensi dan kecerdasan siswa. Guru sekarang harus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Temuan Howard Gardner tentang ragam kecerdasan penting didalami guru secara sunggu-sungguh. Ini penting karena guru harus menyelami dan menemukenali potensi dan kecerdasan siswanya. Karena setiap siswa memiliki kecerdasan tersendiri. Kita melihat mereka ada yang cerdas Matematika, musik, bahasa (linguistik), spasial visual (tataruang dan arsitek), interpersonal, dan kecerdasan lainnya. Demikian Alimin menjelaskan. Dirinya yakin potensi dan kecerdasan itu dapat tumbuh dan berkembang jika didukung inovasi pembelajaran oleh guru.“Sebenarnya siswa tidak bodoh, tapi kita guru belum melayani gaya belajarnya.”ujarnya. Agar potensi mereka berkembangan dengan baik dirinya melihat metode pembelajaran aktif dan kontekstual (active learning) adalah sebuah pilihan tepat. Oleh karena itu ia dan segenap gurunya tetap komit melaksanakan pembelajaran aktif yang telah dikerjakan bersama program DBE-USAID.
Pembelajaran Aktif dan Kontekstual di MTS Negeri Takalalla, Kab. Soppeng
07
REFLEKSI
08
EDISI 01, 2012
EDISI 01, 2012
REFLEKSI
Memelihara Praktik yang Baik Harus Jadi Tradisi
Merawat Hasil Bukan Tanggung Jawab Sekolah Semata
SMP Negeri 2 Baranti, Sidrap Hasmin B. Harun:
Mts Negeri Binamu, Jeneponto Nuraedah, S.Pd, M.Pd:
P
Pembelajarana Kontekstual : Siswa Kelas VII E SMPN 2 Palopo sedang praktik membuat Kompos dengan bahan dasar MOL (micro-bacteri organic liquid) yang dibuat sendiri
S
etahun program DBE USAID sudah berlalu, meninggalkan banyak sekali kenangan, pengalaman berharga bahkan pengetahuan yang mencerahkan k a m i d i s e ko l a h . Pe l a t i h a n pembelajaran aktif kontekstual terasa sangat memotivasi kami melakukan inovasi pembelajaran. Bagi siswa kesempatan mengeksplorasi kemampuannya dan potensinya nampak sungguh dinikmati. Kami merobah peran dari aktor tunggal di kelas menjadi fasilitator pengembang potensi siswa. Siswa mengakrabi kami layaknya teman sebaya, bahkan tak jarang mereka
curhat soal sekolah dan lingkungan keluarganya. Kami sangat menikmati kebersamaan itu. Dimikian papar Ros Hana, guru IPA SMPN 2 Palopo, sembari berharap suasana itu langgeng di sekolahnya. Namun dirinya juga bercerita lugas berbagai masalah yang dihadapi pasca berakhirnya program DBE USAID. Tapi baginya masalah itu harus jadi tantangan, antara lain: (1) tradisi memelihara hasil dan praktikpraktik pembelajaran yang baik tidak menjadi konsen semua pihak di tingkat sekolah. Dan hal ini menurutnya juga diakibatkan karena minimnya dukungan oleh pihak Diknas secara
keseluruhan. (2) Kebijakan Diknas melanjutkan atau menyebarluaskan hasil dan dampak yang baik dari suatu program tidak konkret. Sehingga capaian yang baik itu tidak diinternalisasi oleh banyak pihak. Namun dirinya tetap komit “ Saya memilih tetap berinovasi di lingkup pembelajaran bidang studi dan MGMP saya. Itu tanggung jawab profesi saya. Meskupun sangat saya b e r h a r a p a d a ny a d u k u n g a n menyeluruh dari semua pihak untuk melanggengkan pembelajaran inovatif di sekolah.”tandasnya.
asca kemitraannnya dengan DBE, ia fokus merawat semangat guru-guru untuk terus berkreasi dan berinovasi bersama siswa. “Kami sudah terbiasa menerapkan pembelajaran aktif dan menyenangkan sejak bermitra dengan DBE3. Guruguru dan siswa kami lebih rileks saat di kelas. Kami berupaya agar semua guru terus semangat berinovasi mengikuti gaya belajar yang disukai siswa. Meskipun rasanya kami sangat butuh dukungan semua pihak.”ujar Nuraeda, S.Pd, M. Pd, Kasek MTs Negeri Binamu, Jeneponto. Dirinya lanjut berkisah tentang banyaknya perubahan positif yang terjadi di sekolahnya. Kegiatan peningkatan kapasitas seperti pelatihan menyusun rencana anggaran kerja sekolah, berlatih Pembelajaran Bermakna: merancang RPP berbasis aktifitas siswa, kaji kurikulum dan pemetaan kompetensi, merancang LKS yang mendorong siswa berpikir kritis, penilaian hasil belajar dan karya siswa, refleksi pembelajaran bersama siwa serta pengaktifan MGMP semuanya memberikan dampak kemajuan di sekolahnya. Hingga saat ini Nuraeda terus bekerja sungguhsungguh merawat kemajuan di sekolahnya. Agar segenap guru dan staf di sekolahnya tetap semangat berinovasi, ia membangun kemitraan dengan kelompok pengawas di Diknas untuk membantu guruguru mereka dalam hal asistensi dan supervisI pembelajaran, peer teacher (pendampingan sesama guru), dan mengembangkan MGMP bersama guru-guru SMP. Namun, dirinya sangat berharap semua pihak, khususnya tenaga pendidik dan kependidikan serta penentu kebijakan di kabupaten, melakukan aksi nyata untuk mendukung perubahan di sekolah. Menurut Nuraeda bahwa merawat dan menyebarkan hasil-hasil baik yang dicapai sekolah bukan tanggung jawab sekolah semata.
Pembelajaran Aktif dan Kontekstual di MTS Neg. Binamu, Jeneponto
09
10
REFLEKSI
EDISI 01, 2012
PERAN PENTING PENGAWAS MELESTARIKAN PEMBELAJARAN AKTIF Refleksi Sustainibilitas Program oleh Mansur Eppe
P
rogram Pendidikan Dasar Te r d e s e n t r a l i s a s i (Decentralized Basic Education) yang dilaksanakan selama lebih kurang lima tahun secara umum memperlihatkan banyak kemajuan khususnya pada perubahan metode pembelajaran di kelas. Namun demikian seperti halnya banyak program pendidikan yang pernah ada, Mansur Eppe, program hanya didukung baik Guru SMP Neg. pada saat program itu masih 2 Pangkep berjalan. Setelah program itu berakhir, selesai pula program tersebut di ruang kelas. Guru-guru dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya kembali ke kebiasaan lama. Ke t i k a p e m e r i n t a h k a b u p a t e n / k o t a mengalokasikan dana guna menyebarluaskan praktik-praktik yang baik dari sebuah program, patut kita memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada otoritas kabupaten/kota tersebut. Itu menjukkan adanya kepedulian mereka kepada peningkatan kualitas pendidikan. Namun, hal yang terpenting untuk keberlanjutan program adalah terbangunnya sebuah system saling keterhubungan antara pelaku pendidikan-tenaga kependidikan dan tenaga pendidik- di sekolah yakni antara guru, kepala
REFLEKSI
EDISI 01, 2012
2 1
sekolah dan pengawas. Dalam hal ini konsen saya adalah bagaimana praktik pembelajaran yang baik dapat terus terjaga melalui kerjasama guru dan pengawas. Seperti apa andil pengawas terhadap kelestarian hasil yang baik? Rasanya penting lebih awal mencermati sejumlah fakta hubungan guru dengan pengawas saat ini, sebagai berikut: · Guru lebih 'takut' pada pengawas ketimbang pada kepala sekolah. · Umumnya guru akan melakukan performa yang baik hanya jika akan disuvervisi oleh pengawas. · Umumnya guru kurang memperhatikan praktik pembelajaran yang baik (meskipun telah mengikuti pelatihan pembelajaran) kecuali jika akan disuvervisi. Perangkat pembelajaran lebih diutamakan karena merupakan unsur penting dalam penilaian. · Banyak pengawas yang tidak tersentuh program peningkatan kualitas pembelajaran sehingga kurang memahami praktik pembelajaran yang dilakukan guru. · Pengawas merupakan kepanjangan kebijakan dari kepala dinas. Sehigga fakta dan isu di lingkungan sekolah direkam pengawas dan disampaikan langsung ke kepala dinas.
11
3
(1), (2), dan (3) Drs. Bahrun, M.Pd; Drs. Sandang, M.Pd; Dra. Hj. Luly Widyastuti Pengawas SMP Kota Makassar, Soppeng dan Pinrang tengah memfasilitasi pendampingan MGMP dan supervisi kelas
Kenapa hasil program dapat terjaga jika pengawas dan guru bekerjasama dengan baik? Di bawah adalah kegiatan yang sangat strategis dilakukan pengawas: · Kordinator pengawas akan membuat kebijakan bagi semua pengawas untuk melakukan pengawasan dengan berpokok pada pelaksanaan pembelajaran yang baik di kelas serta dukungan kepala sekolah terhadap praktik pembelajaran yang baik. · Korwas dan pelatih (dari pengawas) lebih mudah menyebarluaskan hasil pelatihan pada pengawas yang bukan pelatih. · Guru (khususnya yang pernah dilatih) akan melaksanakan praktik pembelajaran sebagaimana yang pernah diperoleh dalam pelatihan karena yang melatihkan adalah pengawas yang mensupervisinya. · Praktik pembelajaran yang baik menjadi tagihan utama pengawas sehingga guru akan selalu melakukan pembelajaran yang baik. · Pengawas dapat menjadi jembatan antara kebutuhan guru untuk biaya bahan pada praktik pembelajaran di sehari-hari dikelas dengan kebijakan penggunaan dana oleh kepala sekolah. · Pengawas dapat menyebarkan praktik pembelajaran yang baik kepada semua sekolah binaannya (mitra maupun non mitra).
· Pengawas dapat bekerja sama secara kontinu dengan guru (pelatih) di sekolah dalam menjaga praktik pembelajaran. · Pengawas (bersama guru pelatih) bekerjasama dengan kepala sekolah dapat mensetting pelatihan di setiap sekolah serta menyebarluaskan program secara mandiri. Bagaimana melibatkan pengawas secara optimal dalam program? · Melibatkan lebih banyak jumlah pengawas sebagai pelatih tingkat kabupaten. Jika selama ini yang mendominasi pelatih dari kalangan guru, maka sebaiknya jumlahnya sebanding (50 : 50) Dan yang lebih penting adalah memberdayakan korwas sebagai pelatih. · Membuat program khusus bagi pengawas. Pelatihannya memampukan mereka melakukan supervisi praktik pembelajaran inovatif, serta merancang bidang pelaksanaan pembelajaran sebagai poin utama penilaian guru. Perlu diketahui bahwa selama ini pengawas dalam melakukan supervisi guru dengan sangat ketat perpedoman pada instrument penilaian yang mereka pegang dengan banyak poin di dalamnya; poin praktik pembelajaran justru sebagian kecil saja). Ini juga untuk mensiasati pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru Berkelanjutan (PKG) guru