VII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN
Stimulus ekonomi di sektor agroindustri akan menghasilkan peningkatan output agroindustri. Melalui keterkaitan antar sektor peningkatan output agroindustri tersebut akan menghasilkan peningkatan output bagi sektor-sektor lainnya. Peningkatan output lebih lanjut akan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja untuk melakukan proses produksi, dimana permintaan tenaga kerja tersebut akan dipenuhi oleh rumah tangga. Lebih lanjut hal ini akan berdampak meningkatkan pendapatan rumah tangga. Dampak stimulus ekonomi tersebut akan menghasilkan peningkatan output masingmasing sektor dengan nilai dan persentase yang berbeda antar sektor atau dengan kata lain perubahan output tersebut akan berdampak pada perubahan distribusi output antar sektor. Demikian pula dampaknya terhadap distribusi pendapatan tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga.
7.1. Distribusi Output Sektoral Berdasarkan Indeks Theil-T, kesenjangan sektoral sebelum dilakukan simulasi (Simulasi Dasar) sebesar 0.31002 (Tabel 34). Apabila distribusi output antar sektor tersebut dianalisis menggunakan metode indeks Gini menghasilkan nilai 0.486. Kriteria Indeks Gini membagi indeks menjadi tiga kelompok, dimana indeks Gini 0.2 sampai 0.35 termasuk ke dalam distribusi merata, indeks Gini 0.35 sampai 0.5 termasuk tidak merata dan indeks ≥0.5 termasuk distribusi sangat tidak merata (Todaro 2000). Dengan demikian distribusi output antar sektor pada Simulasi Dasar menurut kriteria indeks Gini termasuk ke dalam distribusi yang tidak merata. Sedangkan berdasarkan indeks Theil-L distribusi output sektoral menghasilkan indeks yang lebih besar dibandingkan indeks Theil-T. Selanjutnya dari 15 Skenario kebijakan yang dilakukan, kebijakan yang berdampak paling besar mengurangi kesenjangan output sektoral adalah kombinasi kebijakan
216 Tabel 34. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Output Sektoral, Tahun 2003 SIMULASI KEBIJAKAN DASAR2
Dampak Thd Distribusi Output Sektoral 1 Theil-T Theil-L 0.31002
0.31020
-0.00011 -0.00001 0.00000
-0.00014 -0.00002 0.00000
-0.00021 -0.00002 -0.00031 -0.00013
-0.00040 0.00000 -0.00053 -0.00014
-0.00026 0.00019 -0.00059 -0.00071 -0.00083
-0.00047 0.00006 -0.00079 -0.00076 -0.00118
-0.00015 -0.00002
-0.00028 -0.00001
0.00000
-0.00002
PENGELUARAN PEMERINTAH
SK1 (Primer) SK2 (Mak) SK3 (Non mak) EKSPOR SK4 (Mak) SK5 (Non mak) SK6 (SK4+SK1) SK7 (SK5+SK1) INVESTASI SK8 (Mak) SK9 (Non mak) SK10 (Prioritas) SK11 (SK10+G prm-prior) SK12 (SK10+X prioritas) INSENTIF PAJAK
SK13 SK14
(Mak) (Non mak)
REDISTRIBUSI PENDAPATAN
SK15 1
2
Nilai indeks Theil masing-masing adalah nilai perubahan antara indeks simulasi Dasar dengan indeks simulasi masing-masing Skenario Nilai indeks Theil sebelum dilakukan simulasi kebijakan.
peningkatan investasi di sektor agroindustri prioritas dengan peningkatan pengeluaran pemerintah ke sektor pertanian prioritas (SK11) dan kombinasi kebijakan peningkatan investasi di sektor agroindustri
prioritas dengan peningkatan ekspor ke agroindustri
prioritas (SK12). Hal ini agak berbeda dibandingkan dengan hasil sebelumnya, yaitu kebijakan yang memiliki pengaruh paling besar dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga adalah SK12. Sebaliknya kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor agroindustri non makanan (SK3) dan kebijakan redistribusi pendapatan rumah tangga dari golongan atas ke golongan rumah tangga rendah (SK15) tidak mempengaruhi perubahan kesenjangan output sektoral.
217 Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kebijakan tunggal peningkatan pengeluaran pemerintah, ekspor, investasi dan insentif pajak yang ditujukan ke industri pengolahan makanan (SK2, SK4, SK8 dan SK13) dapat menurunkan kesenjangan output antar sektor lebih besar dibandingkan bila kebijakan tersebut dialokasikan ke agroindustri non makanan. Demikian pula kombinasi antara kebijakan peningkatan ekspor agroindustri makanan dengan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian primer (SK6). Sebaliknya kebijakan ekonomi ke sektor agroindustri non makanan menghasilkan dampak terhadap penurunan kesenjangan output sektoral yang lebih kecil. Bahkan kebijakan peningkatan investasi di sektor agroindustri non makanan (SK9) justru akan meningkatkan kesenjangan sektoral. Dampak kebijakan pemberian insentif pajak ke sektor agroindustri makanan dan non makanan menghasilkan penurunan kesenjangan output sektoral yang lebih kecil dibandingkan kebijakan ekspor maupun investasi. Hal ini disebabkan pengaruh kebijakan pajak terhadap output sektoral bersifat tidak langsung, yaitu pemberian insentif pajak akan mengurangi biaya produksi dan hal ini diharapkan akan merangsang investor untuk meningkatkan investasi di sektor agroindustri dan dampak lebih lanjut akan meningkatkan output sektor agroindustri.
7.2. Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja Tabel 35 menyajikan indeks distribusi pendapatan tenaga kerja. Tenaga kerja dalam analisis ini dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yakni: (1) tenaga kerja pertanian di desa, (2) tenaga kerja pertanian di kota, (3) tenaga kerja non pertanian di desa dan (4) tenaga kerja non pertanian di kota. Indeks distribusi pendapatan tenaga kerja menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan distribusi output sektoral. Artinya kesenjangan pendapatan antar golongan tenaga kerja lebih besar dibandingkan kesenjangan output antar sektor. Dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap distribusi pendapatan tenaga kerja menunjukkan pola yang sama dengan hasil-hasil sebelumnya, yaitu kebijakan
218 ekonomi yang paling efektif menurunkan kesenjangan pendapatan antar golongan tenaga kerja adalah kebijakan peningkatan investasi ke agroindustri prioritas yang dikombinasikan dengan peningkatan ekspor ke agroindustri prioritas (SK12). Tabel 35. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan Tenaga Kerja, Tahun 2003 SIMULASI KEBIJAKAN 2
DASAR
Dampak Thd Distribusi Pendapatan TK1 Theil-T Theil-L 0.04933 0.05396
PENGELUARAN PEMERINTAH
SK1 (Primer) SK2 (Mak) SK3 (Non mak) EKSPOR SK4 (Mak) SK5 (Non mak) SK6 (SK4+SK1) SK7 (SK5+SK1) INVESTASI SK8 (Mak) SK9 (Non mak) SK10 (Prioritas) SK11 (SK10+G prm-prior) SK12 (SK10+X prioritas)
-0.00007 -0.00001 0.00000
-0.00009 -0.00001 0.00000
-0.00026 -0.00002 -0.00033 -0.00009
-0.00032 -0.00002 -0.00040 -0.00011
-0.00030 -0.00003 -0.00043 -0.00051 -0.00069
-0.00037 -0.00004 -0.00052 -0.00062 -0.00084
-0.00018 -0.00002
-0.00022 -0.00003
-0.00002
-0.00003
INSENTIF PAJAK
SK13 SK14
(Mak) (Non mak)
REDISTRIBUSI PENDAPATAN
SK15 1
Nilai indeks Theil masing-masing Skenario adalah nilai perubahan antara indeks simulasi Dasar dengan indeks simulasi masing-masing Skenario . 2 Nilai indeks Theil sebelum dilakukan simulasi kebijakan.
Kebijakan peningkatan investasi ke agroindustri prioritas yang dikombinasikan dengan peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian primer prioritas (SK11) menghasilkan dampak terbesar kedua. Sebaliknya SK3, yakni kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah di agroindustri non makanan, seperti pada hasil analisis sebelumnya, tidak menghasilkan dampak penurunan kesenjangan pendapatan tenaga kerja.
219 Secara umum kebijakan peningkatan investasi agroindustri menghasilkan dampak penurunan kesenjangan pendapatan tenaga kerja lebih besar dibandingkan kebijakan peningkatan ekspor dan pemberian insentif pajak agroindustri Namun kebijakan ekspor yang dikombinasikan dengan peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian primer berdampak pada penurunan kesenjangan pendapatan tenaga kerja yang lebih besar. Hasil analisis menunjukkan pula kebijakan ekonomi yang ditujukan ke agroindustri makanan akan menghasilkan dampak penurunan kesenjangan pendapatan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan kebijakan yang ditujukan ke agroindustri non makanan.
7.3. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Menurut Golongan Rumah Tangga Dalam penelitian ini institusi rumah tangga didisagregasi ke dalam enam golongan rumah tangga, yakni: (1) buruh tani, (2) petani, (3) non pertanian golongan rendah di desa, (4) non pertanian golongan atas di desa, (5) non pertanian golongan rendah di kota, dan (6) non pertanian golongan atas di kota. Kebijakan ekonomi di sektor agroindustri akan berdampak terhadap perubahan pendapatan antar golongan rumah tangga yang lebih lanjut akan mempengaruhi distribusi pendapatan antar golongan rumah tangga. Dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap distribusi pendapatan rumah tangga menurut golongan rumah tangga disajikan pada Tabel 36. Indeks distribusi pendapatan Theil-Total berdasarkan indeks Theil-T menghasilkan angka 0.1459 sedangkan indeks Theil-T between menunjukkan distribusi antar golongan rumah tangga sebesar 0.03813. Sedangkan indeks Theil-T within atau kesenjangan di dalam golongan sebesar 0.10778. Dengan melakukan dekomposisi indeks Theil ke dalam kesenjangan antar dan dalam golongan, dapat diketahui kesenjangan pendapatan rumah tangga yang terjadi lebih banyak disumbang oleh kesenjangan di dalam golongan atau kesenjangan pendapatan antar rumah tangga itu sendiri. Dalam hal ini kesenjangan pendapatan dalam golongan menyumbang sekitar 74 persen dari total kesenjangan yang diukur dengan indeks Theil-T.
220 Tabel 36. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatann Rumah Tangga Menurut Golongan Rumah Tangga, Tahun 2002 Dampak Thd Distribusi Pendapatan Rumah Tangga1 THEIL-T THEIL-L SIMULASI
Total
Between
Within
Total
Between
Within
0.14591 (100)
0.03813 (26)
0.10778 (74)
0.11459 (100)
0.03607 (32)
0.07852 (68)
(Primer) (Mak) (Non mak)
-0.00003
-0.00003
-0.00001
-0.00003
-0.00003
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
(Mak) (Non mak) (SK4+SK1) (SK5+SK1)
-0.00012
-0.00010
-0.00002
-0.00010
-0.00010
0.00000
-0.00001
-0.00001
0.00000
-0.00001
-0.00001
0.00000
-0.00014
-0.00012
-0.00002
-0.00012
-0.00012
0.00000
-0.00004
-0.00003
-0.00001
-0.00004
-0.00003
0.00000
-0.00013
-0.00011
-0.00002
-0.00012
-0.00012
0.00000
-0.00003
-0.00002
0.00000
-0.00002
-0.00002
0.00000
-0.00019
-0.00016
-0.00003
-0.00017
-0.00016
0.00000
-0.00023
-0.00019
-0.00004
-0.00020
-0.00019
0.00000
-0.00032
-0.00026
-0.00005
-0.00027
-0.00027
0.00000
-0.00008
-0.00007
-0.00001
-0.00007
-0.00007
0.00000
-0.00002
-0.00002
0.00000
-0.00002
-0.00002
0.00000
-0.00049
-0.00043
-0.00006
-0.000045
-0.000045
0.00000
DASAR2 PENGELUARAN PEMERINTAH
SK1 SK2 SK3 EKSPOR
SK4 SK5 SK6 SK7 INVESTASI
SK8 (Mak) SK9 (Non mak) SK10 (Prioritas) SK11 (SK10+G prm-prior) SK12 (SK10+X prioritas) INSENTIF PAJAK
SK13 SK14
(Mak) (Non mak)
REDISTRIBUSI PENDAP
SK15
Angka dalam kurung adalah nilai persentase terhadap indeks Theil-Total. 1 Nilai indeks Theil menurut Skenario adalah nilai perubahan antara indeks simulasi Dasar dengan indeks simulasi masing-masing Skenario. 2 Nilai indeks Theil sebelum dilakukan simulasi kebijakan.
Sedangkan kesenjangan antar golongan, misalnya kesenjangan antar buruh tani dengan petani atau golongan lainnya, hanya menyumbang sekitar 26 persen. Namun dilihat persentase perubahan kesenjangan yang terjadi, perubahan kesenjangan antar kelompok memberikan kontribusi perubahan yang jauh lebih besar dibandingkan perubahan kesenjangan dalam kelompok. Hal ini berarti bahwa kebijakan ekonomi yang berdampak terhadap perubahan pendapatan rumah tangga dengan persentase yang sama tidak akan menyebabkan perubahan berarti terhadap kesenjangan pendapatan antar rumah tangga itu sendiri. Dengan demikian menjadi penting melakukan dekomposisi kesenjangan untuk
221 melihat dampak suatu kebijakan terhadap distribusi pendapatan antar golongan rumah tangga maupun antar rumah tangga itu sendiri. Kebijakan meningkatkan investasi agroindustri yang dialokasikan ke industriindustri prioritas dikombinasikan dengan peningkatan ekspor agroindustri prioritas dan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian prioritas (SK12 dan SK11) dapat lebih memperbaiki distribusi pendapatan antar golongan rumah tangga dibandingkan kebijakan lainnya.
Kombinasi kebijakan ini dapat lebih memperbaiki distribusi pendapatan
dibandingkan kebijakan tunggal peningkatan investasi, karena stimulus ekonomi yang diberikan ke sektor pertanian primer akan menghasilkan nilai pengganda pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani terbesar dibandingkan stimulus ekonomi yang ditujukan ke sektor-sektor lainnya. Oleh karena itu dampak stimulus ekonomi akan lebih mengarah ke rumah tangga buruh tani dan petani dan lebih lanjut akan memperkecil kesenjangan pendapatan antara golongan atas dan rendah. Kebijakan peningkatan ekspor dan investasi di sektor agroindustri makanan (SK4 dan SK8) secara umum dapat lebih memperbaiki distribusi pendapatan dibandingkan kebijakan ekspor dan investasi di agroindustri non makanan (SK5 dan SK9).
Demikian
pula apabila peningkatan ekspor yang dikombinasikan dengan peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor pertanian primer sebagai pasokan bahan baku industri (SK6 dan SK7) akan lebih memperbaiki distribusi pendapatan rumah tangga. Terlebih apabila kebijakan ekonomi tersebut ditujukan di agroindustri makanan. Kebijakan insentif pajak ke agroindustri makanan (SK13) dan non makanan (SK 14) menghasilkan penurunan indeks kesenjangan yang lebih kecil dibandingkan kebijakan investasi. Namun kebijakan insentif pajak pada agroindustri makanan akan berdampak pada penurunan indeks kesenjangan yang lebih besar. Kebijakan meningkatkan pengeluaran pemerintah di sektor agroindustri makanan dan non makanan sebesar 10%, (SK2 dan SK3)
tidak menghasilkan perubahan terhadap distribusi pendapatan antar
222 golongan rumah tangga. Sementara kebijakan redistribusi pendapatan dari rumah tangga golongan atas ke rumah tangga golongan rendah (SK15) merupakan kebijakan yang paling efektif mengurangi kesenjangan pendapatan antar golongan rumah tangga. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi yang ditujukan ke agroindustri makanan (baik kebijakanan ekspor, investasi maupun insentif pajak) akan menurunkan kesenjangan pendapatan yang lebih besar dibandingkan jika kebijakan yang sama ditujukan ke sektor agroindustri non makanan. Hal ini disebabkan stimulus ekonomi ke sektor agroindustri makanan akan menghasilkan nilai pengganda pendapatan lebih tinggi bagi rumah tangga buruh tani dan petani dibandingkan stimulus yang ditujukan ke sektor agroindustri non makanan (lihat Tabel 9) yang lebih lanjut mengurangi kesenjangan pendapatan rumah tangga. Hasil analisis di atas dapat diterangkan pula melalui jalur struktural (SPA) yang dipancarkan dari sektor agroindustri makanan ke rumah tangga (lihat Tabel 20 sampai dengan Tabel 25 dan Gambar 12 sampai dengan Gambar 17), yang menerangkan bahwa pengaruh pengembangan ekonomi di sektor agroindustri makanan (tanaman pangan, perikanan, perkebunan, peternakan, rokok dan minuman) akan dipancarkan menyebar ke berbagai golongan rumah tangga buruh tani, petani maupun rumah tangga non pertanian di kota maupun di desa secara merata. Pengaruh tersebut juga dipancarkan lebih dulu melewati sektor pertanian primer tanaman pangan, tenaga kerja kerja pertanian maupun non pertanian. Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan dijadikan sumber pendapatan bagi sebagian besar rumah tangga pertanian. Selain itu jika dicermati lebih lanjut tenaga kerja pertanian menerima pengaruh langsung relatif jauh lebih besar dibandingkan pengaruh yang memancar ke sektor lain dan tenaga kerja lain. Dengan pengaruh terbesar yang memancar ke sektor tanaman pangan, tenaga kerja pertanian dan berbagai golongan rumah tangga, maka manfaat pengembanagn sektor agroindustri makanan akan menyebar dan dinikmati
223 oleh berbagai golongan rumah tangga dan dengan demikian akan menghasilkan distribusi pendapatan yang lebih merata. Secara
umum
perubahan
indeks
kesenjangan
untuk
seluruh
Skenario
menunjukkan angka yang relatif kecil. Hal ini memberikan pemahaman bahwa untuk menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga diperlukan berbagai kebijakan yang dilakukan secara simultan dan memerlukan proses waktu.
Sebagai gambaran, ukuran
ketimpangan pendapatan yang dilakukan oleh Etharina (2005) menggunakan metoda yang sama untuk mengukur perkembangan ketimpangan pendapatan antara kelompok penduduk Jawa dan
Luar Jawa, diperoleh angka indeks ketimpangan yang ditunjukkan melalui
indeks Theil between kelompok tahun 1996 sebesar 0.0762 meningkat menjadi 0.0766 pada tahun 2001. Artinya selama periode lima tahun, indeks ketimpangan meningkat hanya sebesar 0.0004. Demikian pula hasil kajian Akita (1999) yang menunjukkan indeks kesenjangan pendapatan Theil-T antar golongan
rumah tangga kota dan desa selama
periode 1987 ke 1993 meningkat dari 0.055 menjadi 0.063 atau meningkat 0.008. Dengan gambaran tersebut perubahan indeks kesenjangan yang terjadi meskipun
kecil, tetap
relevan untuk dianalisis. Arah dari perubahan kesenjangan yang terjadi dengan demikian menjadi lebih penting untuk dipahami. Indeks Theil tidak menjelaskan apakah indeks distribusi sebesar 0.14591 tersebut termasuk katagori distribusi yang merata atau timpang. Namun dengan menganalisis secara terpisah dengan menggunakan metode indeks Gini (Tabel 37), menghasilkan besaran indeks Gini untuk distribusi rumah tangga secara agregat sebesar 0.3938 yang menurut Todaro (2000) dapat dikatagorikan tidak merata. Dengan mengelompokkan rumah tangga ke dalam enam golongan rumah tangga, hasil analisis menunjukkan bahwa golongan rumah tangga sektor pertanian dan
non pertanian yang berlokasi di desa berada pada
distribusi yang cenderung merata. Sedangkan distribusi pendapatan rumah tangga non pertanian yang berada di kota menunjukkan kecenderungan tidak merata.
224 Tabel 37. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Menurut Golongan Berdasarkan Indeks Gini, Tahun 2002 RUMAH TANGGA
GINI INDEKS
KATAGORI
0.3938 0.2580 0.2839 0.3065 0.3019 0.3566 0.4241
tidak merata merata merata merata merata tidak merata tidak merata
Agregat Buruh Tani Petani Non Pert Gol Rendah Desa Non Pert Gol Atas Desa Non Pert Gol Rendah Kota Non Pert Gol Atas Kota
7.4. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Desa dan Kota Selain melakukan disagregasi rumah tangga ke dalam enam golongan rumah tangga seperti diuraikan di atas, secara terpisah dari enam golongan rumah tangga tersebut diagregasikan menjadi dua golongan rumah tangga menurut lokasi desa dan kota. Dengan demikian dampak kebijakan agroindustri terhadap distribusi pendapatan rumah tangga dapat dianalisis secara spasial antara rumah tangga desa dan rumah tangga kota, kecuali untuk SK15 yaitu kebijakan redistribusi pendapatan dari golongan atas ke golongan rendah yang tidak dapat dilakukan pada analisis ini. Pada Tabel 38 disajikan indeks kesenjangan Theil-T Total pendapatan rumah tangga desa dan kota pada Skenario Dasar (sebelum dilakukan simulasi) sebesar 0.14591, sama seperti pada distribusi pendapatan menurut golongan rumah tangga pada Tabel 34. Indeks distribusi Theil-T between rumah tangga desa dan kota sebesar 0.02915, lebih kecil dibandingkan dengan indeks distribusi rumah tangga menurut golongan rumah tangga. Artinya distribusi pendapatan antar golongan rumah tangga desa dan kota lebih merata dibandingkan dengan distribusi pendapatan rumah tangga menurut golongan rumah tangga. Sedangkan besaran indeks Theil-T within kelompok sebesar 0.11675. Dari besaran tersebut kesenjangan between kelompok rumah tangga (desa dan kota) memberikan kontribusi terhadap kesenjangan total yang terjadi sekitar 20% dan kesenjangan kelompok atau
225 kesenjangan antar individu rumah tangga memberikan kontribusi terhadap kesenjangan total sekitar 80%.
Tabel 38. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Desa dan Kota Tahun, 2002 Dampak Thd Distribusi Pendapatan Desa dan Kota Total 0.14591 (100)
THEIL-T 1 Between Within 0.02915 0.11676 (20.0) (80.0)
Total 0.11459 (100)
THEIL-L 1 Between Within 0.02921 0.08538 (25.5) (74.6)
(Primer) (Mak) (Non mak)
-0.00003
-0.00002
-0.00001
-0.00002
-0.00002
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
(Mak) (Non mak) (SK4+SK1) (SK5+SK1)
-0.00011
-0.00009
-0.00002
-0.00009
-0.00009
0.00000
-0.00002
-0.00002
0.00000
-0.00002
-0.00002
0.00000
-0.00013
-0.00011
-0.00003
-0.00011
-0.00011
0.00000
-0.00005
-0.00004
-0.00001
-0.00004
-0.00004
0.00000
-0.00012
-0.00010
-0.00002
-0.00010
-0.00010
0.00000
-0.00003
-0.00003
-0.00001
-0.00003
-0.00003
0.00000
-0.00019
-0.00015
-0.00004
-0.00016
-0.00016
0.00000
-0.00022
-0.00018
-0.00004
-0.00018
-0.00018
0.00000
-0.00031
-0.00025
-0.00006
-0.00025
-0.00025
0.00000
-0.00007
-0.00006
-0.00001
-0.00006
-0.00006
0.00000
-0.00003
-0.00002
-0.00001
-0.00002
-0.00002
0.00000
SIMULASI KEBIJAKAN 2
DASAR
PENGELUARAN PEMERINTAH
SK1 SK2 SK3 EKSPOR
SK4 SK5 SK6 SK7 INVESTASI
SK8 (Mak) SK9 (Non mak) SK10 (Prioritas) SK11(SK10+Gprm-prior) SK12 (SK10+X prioritas) INSENTIF PAJAK
SK13 SK14
(Mak) (Non mak)
Angka dalam kurung adalah nilai persentase terhadap indeks Theil-Total. 1 Nilai indeks Theil menurut Skenario adalah nilai perubahan antara indeks simulasi Dasar dengan indeks simulasi masing-masing Skenario . 2 Nilai indeks Theil sebelum dilakukan simulasi kebijakan.
Akita (1999) melakukan analisis distribusi Theil-T Total untuk rumah tangga desa dan kota tahun 1993 diperoleh angka sebesar 0.257. Akita juga melakukan analisis yang sama tahun 1987 diperoleh nilai sebesar 0.241. Dengan demikian dari hasil tersebut dapat dikatakan selama masa Orde Baru (tahun 1987–1993), kesenjangan pendapatan antar rumah tangga desa dan kota mengalami peningkatan. Kesenjangan pendapatan rumah tangga cenderung meningkat setelah tahun 1993 hingga puncaknya pada masa krisisi ekonomi 1998 yang ditunjukkan melalui perbandingan pendapatan rumah tangga buruh
226 tani dan non pertanian golongan atas di kota hampir mencapai satu banding 10. Namun indeks kesenjangan rumah tangga desa dan kota setelah masa krisis cenderung menurun yang ditunjukkan melalui nilai indeks Theil-Total tahun 2002 dari hasil penelitian ini sebesar 0.14591. Dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri menyebabkan menurunnya kesenjangan terutama kesenjangan antar kelompok. Indeks kesenjangan menurun berkisar 0.0002 sampai 0.00025. Penurunan indeks kesenjangan tersebut merupakan kontribusi dari kesenjangan Theil-T between kelompok. Rendahnya kontribusi indeks Theil-T within karena perubahan kebijakan akan menghasilkan perubahan pendapatan antar kelompok dengan persentase berbeda. Sedangkan perubahan pendapatan antar rumah tangga di dalam masing-masing kelompok akan terjadi dengan persentase yang
sama sehingga
relatif tidak akan mempengaruhi distribusi pendapatan antar rumah tangga dalam kelompok tersebut. Kebijakan yang efektif menurunkan indeks kesenjangan adalah kebijakan tunggal maupun kombinasi peningkatan investasi ke sektor agroindustri yang dialokasikan ke industri prioritas (SK10, SK11 dan S12). Kebijakan lainnya, yaitu peningkatan ekspor dan pemberian insentif pajak juga berdampak menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga. Kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah ke sektor agroindustri makanan dan non makanan sebesar 10% (SK1 dan SK2) tidak berpengaruh terhadap distribusi pendapatan rumah tangga. Hasil analisis menunjukkan pula bahwa kebijakan ekonomi yang ditujukan ke agroindustri makanan (SK4, SK6 dan SK8) akan jauh lebih efektif menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga desa dan kota dibandingkan jika kebijakan yang sama ditujukan ke agroindustri non makanan. Hal ini disebabkan agroindustri makanan secara umum bersifat labor intensive, sehingga dampak kebijakan terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani yang memasok
227 sebagian besar tenaga kerja akan lebih besar. Hal ini akan memperkecil kesenjangan pendapatan antar rumah tangga desa dan kota.
7.5. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pertanian dan Non Pertanian Seperti halnya distribusi pendapatan rumah tangga desa dan kota, secara terpisah enam golongan rumah tangga seperti pada analisis terdahulu diagregasi ke dalam dua kelompok rumah tangga, yakni rumah tangga pertanian dan rumah tangga non pertanian. Dengan demikian dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap distribusi pendapatan rumah tangga dapat dianalisis secara sektoral antara rumah tangga pertanian dan rumah tangga non pertanian. Namun berdasarkan golongan rumah tangga tersebut, kebijakan redistribusi pendapatan dari golongan atas ke golongan rendah tidak dapat dilakukan pada analisis ini. Tabel 39 menunjukkan jika dibandingkan dengan distribusi pendapatan rumah tangga desa dan kota, dan distribusi pendapatan menurut golongan rumah tangga, distribusi pendapatan rumah tangga pertanian dan pertanian menunjukkan indeks kesenjangan yang lebih kecil. Artinya pendapatan antara rumah tangga pertanian dan non pertanian (distribusi pendapatan rumah tangga sektoral) menunjukkan distribusi yang lebih merata dibandingkan dengan distribusi pendapatan rumah tangga secara maupun kesenjangan pendapatan antar berbagai golongan rumah tangga. Indeks kesenjangan total menunjukkan angka 0.14117, lebih kecil dibandingkan indeks kesenjangan pendapatan rumah tangga desa dan kota sebesar 0.14591. Indeks Theil-T between kelompok bernilai 0.0179 atau memberikan kontribusi sekitar 12.7 persen dari kesenjangan total. Sedangkan berdasarkan indeks Theil-L nilai indeks kesenjangan total sebesar 0.10743 dengan kontribusi kesenjangan antar kelompok sekitar 18.1 persen dan kesenjangan dalam kelompok sekitar 81.9 persen.
228 Tabel 39. Dampak Kebijakan Ekonomi di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pertanian dan Non Pertanian, Tahun 2002 1
SIMULASI KEBIJAKAN DASAR2
Dampak Thd Distribusi Pendapatan RT Pert- Non Pert THEIL-T THEIL-L Total Between Within Total Between Within 0.14117 0.01790 0.12327 0.10743 0.0193 0.08805 (100) (12.7) (87.3) (100) (18.1) (81.9)
PENGELUARAN PEMERINTAH
SK1 SK2 SK3
(Primer) (Mak) (Non mak)
-0.00002
-0.00001
-0.00001
-0.00002
-0.00002
0.00000
-0.00002
-0.00001
-0.00001
-0.00002
-0.00002
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
(Mak) (Non mak) (SK4+SK1) (SK5+SK1)
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
0.00000
-0.00002
-0.00001
-0.00001
-0.00002
-0.00002
0.00000
-0.00009
-0.00007
-0.00003
-0.00008
-0.00008
0.00000
-0.00004
-0.00003
-0.00001
0.00000
-0.00003
-0.00003
-0.00009
-0.00006
-0.00002
-0.00007
-0.00007
0.00000
-0.00003
-0.00002
-0.00001
-0.00002
-0.00002
0.00000
-0.00014
-0.00010
-0.00004
-0.00012
-0.00012
0.00000
-0.00016
-0.00012
-0.00004
-0.00014
-0.00014
0.00000
-0.00023
-0.00017
-0.00006
-0.00019
-0.00019
0.00000
-0.00005
-0.00004
-0.00001
-0.00004
-0.00004
0.00000
-0.00003
-0.00002
-0.00001
-0.00002
-0.00002
0.00000
EKSPOR
SK4 SK5 SK6 SK7 INVESTASI
SK8 (Mak) SK9 (Non mak) SK10 (Prioritas) SK11 (SK10+G prm-prior) SK12 (SK10+X prioritas) INSENTIF PAJAK
SK13 SK14
(Mak) (Non mak)
Angka dalam kurung adalah nilai persentase terhadap indeks Theil-Total. 1 Nilai indeks Theil menurut Skenario adalah nilai perubahan antara indeks simulasi Dasar dengan indeks simulasi masing-masing Skenario. 2 Nilai indeks Theil sebelum dilakukan simulasi kebijakan.
Dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri secara umum berhasil menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga pertanian dan pertanian. Dibandingkan dengan penurunan kesenjangan pendapatan antara rumah tangga desa dan kota menghasilkan penurunan indeks kesenjangan lebih besar. Dengan demikian meskipun distribusi pendapatan rumah tangga pertanian dan non pertanian lebih merata daripada distribusi pendapatan rumah tangga desa dan kota, namun kebijakan ekonomi berdampak menurunkan kesenjangan yang lebih kecil. Konsisten dengan dampak terhadap distribusi pendapatan rumah tangga desa dan kota, kebijakan yang paling efektif menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga
229 pertanian dan non pertanian adalah peningkatan investasi ke agroindustri prioritas dikombinasikan dengan peningkatan ekspor ke agroindustri prioritas (SK12). Kebijakan tunggal maupun kombinasi dari kebijakan peningkatan investasi agroindustri prioritas juga akan lebih memperbaiki ditribusi pendapatan rumah tangga dibandingkan kebijakan lainnya. Kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor agroindustri makanan dan non makanan (SK2 dan SK3) tidak mengubah distribusi pendapatan rumah tangga pertanian dan non pertanian. Kebijakan ekonomi lainnya, yaitu kebijakan peningkatan ekspor dan pemberian insentif pajak ke sektor agroindustri juga berhasil menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga pertanian dan non pertanian. Hasil analisis tersebut juga menunjukkan kebijakan peningkatan ekspor dan investasi yang ditujukan ke agroindustri makanan (SK4, SK 6 dan SK8) akan berdampak menurunkan kesenjangan pendapatan rumah tangga lebih besar dibandingkan bila kebijakan tersebut ditujukan ke agroindustri non makanan