VI. TATA KELOLA DAN KUALITAS KELEMBAGAAN GAPOKTAN DESA BANYUROTO 6.1. Struktur Gapoktan Desa Banyuroto Kelembagaan yang ada dalam Gapoktan Desa Banyuroto merupakan kelembagaan formal yang sengaja ditumbuhkan, dibentuk, dan disosialisasikan di kalangan petani Desa Banyuroto. Kegiatan pertanian di Desa Banyuroto bila dikaji melalui perspektif kelembagaan maka interaksi yang dilakukan petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap kegiatan pertanian dan segala keputusan usahataninya adalah sebuah arena aksi (action arena). Arena aksi memiliki dua komponen, diantaranya adalah situasi aksi yaitu interaksi petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto dengan melakukan pemanfaatan sumberdaya untuk kegiatan pertanian yang didasarkan pada pengarahan dan penyuluhan yang dilakukan. Komponen kedua dari arena aksi ini adalah aktor. Dalam hal ini, anggota dan pengurus gapoktan merupakan aktor dalam kelembagaan. Perwakilan dari masing-masing kelompok atau rukun tani yang telah siap dan bersedia untuk masuk dalam keanggotaan Gapoktan Desa Banyuroto kemudian mengadakan musyawarah untuk menentukan posisi pengurus beserta fungsi, peran, dan tanggung jawabnya serta hak dan kewajiban anggota. Seluruh aktor yang terpilih dan terlibat dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto merupakan perwakilan dari seluruh kelompok atau rukun tani yang terdapat di dusun. Aktor dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto berjumlah 28 orang. Aktor ini kemudian disebut sebagai anggota Gapoktan Desa Banyuroto, yang mempunyai hak untuk dipilih menjadi pengurus untuk mengurusi segala kegiatan dan program Gapoktan Desa Banyuroto dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan. Setiap posisi dalam kepengurusan
47
hanya diisi oleh satu orang. Sedangkan untuk posisi ketua umum diisi oleh Kepala Desa Banyuroto. Berarti, ada 14 orang pengurus Gapoktan dan 14 orang anggota gapoktan. Berikut adalah struktur kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto: Ketua umum/pelindung
Ketua I
Wakil Ketua
Sekretaris I
Sekretaris II
Bendahara I
Bendahara II
Seksi Humas Seksi Pemasaran
Seksi Ketahanan Pangan Seksi Sayur-sayuran Seksi Strawberry
Seksi Teknologi Seksi Tanaman Hias Seksi Permodalan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Sumber: Gapoktan Desa Banyuroto 2012 Gambar 3. Struktur Organisasi Gapoktan Desa Banyuroto Struktur oganisasi Gapoktan Desa Banyuroto terdiri dari ketua umum atau pelindung yang membawahi ketua I dan wakil ketua dibantu oleh sekretaris 1, 48
sekretaris 2, bendahara 1, dan bendahara 2, serta sejumlah seksi. Masing-masing perangkat menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya. Mereka menjalankan tugas sebagai amanah dan kewajiban berdasarkan keikhlasan, kesadaran pribadi, dan tidak mendapatkan imbalan apapun. Adapun tugas atau fungsi dari tiap-tiap perangkat Gapoktan Desa Banyuroto adalah sebagai berikut: 1.
Ketua umum adalah seseorang yang bertugas melindungi dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan gapoktan yang dilaksanakan di wilayah Desa Banyuroto. Posisi ketua umum diisi oleh Kepala Desa Banyuroto.
2.
Ketua I adalah seseorang yang bertugas untuk memimpin dan mengayomi seluruh anggota gapoktan, serta menjadi penerus aspirasi anggota gapoktan dan seluruh kelompok tani yang ada di Desa Banyuroto dengan seluruh pihak internal maupun eksternal.
3.
Wakil ketua adalah seseorang yang bertugas untuk membantu ketua I dalam menjalankan tugasnya.
4.
Sekretaris 1 adalah seseorang yang bertugas untuk mencatat dan mendokumentasikan
seluruh
keperluan
terkait
dengan
administrasi
gapoktan, mulai dari AD/ART gapoktan hingga notulensi rapat. 5.
Sekretaris 2 adalah seseorang yang bertugas untuk membantu sekretaris 1 dalam hal perapihan administrasi.
6.
Bendahara 1 adalah seseorang yang bertugas untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan keuangan operasional gapoktan, terutama dalam hal pencatatan pelunasan dana PUAP oleh anggota.
7.
Bendahara 2 adalah seseorang yang bertugas untuk membantu bendahara 1 dalam hal keuangan rutin gapoktan, yaitu mengumpulkan iuran anggota.
49
8.
Seksi Humas adalah seseorang yang bertugas untuk mengurus segala hal yang berkaitan antara gapoktan dengan antar kelompok tani maupun warga dan perangkat desa serta pihak-pihak eksternal yang di luar gapoktan.
9.
Seksi Pemasaran adalah seseorang yang bertugas mempromosikan dan membantu pemasaran serta menangani hal-hal yang terkait dengan pemasaran produk-produk pertanian anggota gapoktan. Selain itu, ia juga bertugas menampung dan melayani aspirasi mengenai pemasaran dari seluruh kelompok tani yang ada di Desa Banyuroto dan menyebarluaskan informasi dan pengetahuan terbaru mengenai pemasaran.
10.
Seksi Ketahanan Pangan adalah seseorang yang bertugas untuk memantau kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani anggota gapoktan atau keberlanjutan hasil panen dari usahatani anggota.
11.
Seksi sayur-sayuran adalah seseorang yang bertugas menangani hal-hal yang terkait usahatani sayur-sayuran anggota gapoktan. Selain itu, ia juga bertugas menampung dan melayani aspirasi seputar sayur-sayuran dari seluruh kelompok tani yang ada di Desa Banyuroto dan menyebarluaskan informasi dan pengetahuan terbaru mengenai sayur-sayuran.
12.
Seksi strawberry adalah seseorang yang bertugas menangani hal-hal yang terkait usahatani strawberry anggota gapoktan. Selain itu, ia juga bertugas menampung dan melayani aspirasi seputar strawberry dari seluruh kelompok tani yang ada di Desa Banyuroto dan menyebarluaskan informasi dan pengetahuan terbaru mengenai strawberry.
50
13.
Seksi Teknologi adalah seseorang yang mengurusi seluruh hal yang berkaitan dengan penerapan dan penyebarluasan teknologi inovatif yang telah diajarkan oleh para penyuluh.
14.
Seksi Tanaman Hias adalah seseorang yang bertugas menangani hal-hal yang terkait usahatani tanaman hias anggota gapoktan. Selain itu, ia juga bertugas menampung dan melayani aspirasi seputar tanaman hias dari seluruh kelompok tani yang ada di Desa Banyuroto dan menyebarluaskan informasi dan pengetahuan terbaru mengenai tanaman hias.
15.
Seksi Permodalan adalah seseorang yang bertugas menangani aspirasi tentang permodalan usahatani anggota atau kelompok tani yang ada di Desa Banyuroto.
16.
Anggota gapoktan adalah orang-orang yang tercatat namanya dalam keanggotaan gapoktan dan ikut aktif dalam setiap kegiatan Gapoktan Desa Banyuroto. Gapoktan Desa Banyuroto tentunya memiliki hubungan dengan beberapa
stakeholder terkait dalam pelaksanaan kegiatannya. Stakeholder tersebut mempunyai peran yang cukup dominan dalam mendorong gapoktan melakukan kegiatannya. Peran ini terlihat terutama ketika kelembagaan tersebut baru ditumbuhkan, dikembangkan, dan disosialisasikan. Balitbang Pertanian berperan sebagai konseptor kegiatan Prima Tani di tingkat pusat. Program Prima Tani diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Balitbang Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian maupun pelaku agribisnis sebagai pengguna inovasi. Program Prima Tani kemudian ditransfer ke daerah sasaran melalui BPTP
51
Provinsi Jawa Tengah dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang terutama Bappeda, Dinas Teknis (Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan dan Perikanan), dan lembaga penyuluhan (Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan dan Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan Kecamatan Sawangan). Seluruh lembaga pemerintahan tersebut bekerjasama dengan pemerintah desa untuk melakukan observasi lapang mengenai potensi dan permasalahan terkait pertanian sesuai dengan karakteristik lingkungan dan masyarakat setempat. Struktur interaksi gapoktan dengan stakeholder terkait akan dijabarkan pada Gambar 4 berikut. Balitbang Pertanian
BPTP Provinsi Jawa Tengah
Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang
Pemerintah Desa
Gapoktan Desa Banyuroto
Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Gambar 4.
Struktur Hubungan Gapoktan Desa Banyuroto dengan stakeholder terkait
Interaksi antar aktor maupun antar stakeholder yang terlibat dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto adalah harmonis dan sinergis. Artinya, semua stakeholder yang terlibat dalam arena aksi berjalan selaras, bekerjasama untuk mewujudkan tujuan yang sama dalam suasana kekeluargaan dan tentunya low conflict. Hal ini sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat yang mau
52
bekerja keras, terus belajar, gotong-royong, musyawarah mufakat, dan selalu mencari jalan keluar terbaik dalam setiap permasalahan yang dihadapi, serta sangat menghormati keberadaan tamu jika tamu tersebut membawa kebaikan untuk desa Banyuroto. Selain itu, budaya bertani di Desa Banyuroto sejak dahulu memang sudah menjadi sumber mata pencaharian utama dan selalu mendapat perhatian dari pihak-pihak terkait untuk memajukannya. Sehingga petani Desa Banyuroto sudah sangat sadar dan paham tujuan dibentuknya sebuah kelembagaan petani dan mau menjalankannya dengan penuh kesadaran untuk kemajuan bersama. Berikut ini disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai interaksi antar aktor dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Tabel 7.
Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Keharmonisan Antar Aktor
Kelengkapan Kelembagaan Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase 28 0 0 28
100% 0% 0% 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Tabel 8.
Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Sinergisme Antar Aktor
Kelengkapan Kelembagaan Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase 25 89,28% 3 10,71% 0 0% 28 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Keharmonisan dan sinergisme antar aktor tersebut juga menandakan bahwa tidak ada konflik yang terjadi dalam pengelolaan kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Hal ini merupakan insentif tersendiri bagi anggota gapoktan untuk terus bersemangat berhimpun dalam gapoktan dan menjalankan aturan main.
53
Kegiatan pertanian di Desa Banyuroto bertumpu pada filosofi “luwih becik ora ndhuwe beras ketimbang ora ndhuwe sapi” yang memiliki makna bahwa sapi yang kotorannya yang merupakan sumber pupuk kandang utama merupakan sesuatu yang amat penting dalam kegiatan pertanian mereka. Sehingga, teknologi inovatif dan pengetahuan terbaru seputar pertanian yang dibawa oleh para penyuluh juga disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang sejak dulu sudah sadar dengan pertanian organik. Hal ini juga memudahkan para penyuluh yang memperkenalkan pertanian organik dan pemanfaatan bahan-bahan yang ada di alam untuk dijadikan obat-obatan alami untuk tanaman yang mereka tanam dan hewan yang mereka pelihara. Tabel 9 berikut ini menyajikan kegiatan dan materi penyuluhan yang dilaksanakan oleh penyuluh dalam program Prima Tani: Tabel 9. Kegiatan Program Prima Tani 2005-2007 No Tahun Kegiatan 1
2005
2
2006
3
2007
1) Pelaksanaan Participatory Rural Appraisal (PRA) 2) Pelaksanaan Base Line Survei 3) Penyiapan sumber daya manusia 4) Inisiasi penumbuhan/pengembangan kelembagaan agribisnis 5) Introduksi model usaha ternak sapi potong terpadu 6) Introduksi inovasi budidaya sayuran 7) Percontohan usahatani jagung putih 8) Percontohan usaha budidaya Anggrek 9) Pembangunan sarana fisik lainnya 1) Penyempurnaan model usahatani terpadu berbasis ternak sapi potong 2) Operasionalisasi unit usaha produksi pakan konsentrat 3) Diversifikasi usahatani meliputi pengembangan tanaman hias dan buahbuahan (strawberry) 4) Pengembangan Unit Usaha Pasca Panen Hasil /Pengolahan Pertanian 5) Pembinaan Kelembagaan (kelompok usaha, pengembangan SDM) dalam rangka terbentuknya kelembagaan AIP 6) Operasionalisasi Klinik Agribisnis 1) Pemantapan percontohan model usahatani terpadu berbasis ternak sapi potong. 2) Pengembangan unit usaha produksi pakan konsentrat 3) Pemantapan diversifikasi usahatani 4) Pemantapan pengembangan unit usaha agribisnis tanaman hias 5) Pemantapan pengembangan usaha pengolahan hasil pertanian 6) Pemantapan kelembagaan (kelompok usaha) dalam rangka terbentuknya kelembagaan AIP 7) Pemantapan Operasionalisasi Klinik Agribisnis
Sumber: BPTP Jawa Tengah 2010
54
6.2.
Infrastruktur Kelembagaan Infrastruktur kelembagaan adalah seluruh kelembagaan dalam bentuk
aturan main (rule of the game) yang membingkai hubungan antar aktor dalam gapoktan dan aktor-aktor lain diluar gapoktan. Dalam konteks ini, aturan main dalam gapoktan meliputi aturan formal berupa Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang mengatur gapoktan secara internal serta Undang-undang Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pertanian, dan Peraturan Daerah Kabupaten Magelang yang mengatur secara eksternal. Selain itu Gapoktan Desa Banyuroto juga mempunyai aturan informal yang berupa hasil-hasil kesepakatan dan musyawarah terkait dengan jadwal rapat, jadwal kumpul, jadwal piket serta boundary rule, aturan monitoring dan sanksi, serta aturan penyelesaian konflik dalam kelembagaan. 6.2.1. Aturan Formal Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto merupakan sebuah kelembagaan formal yang memang dibentuk karena adanya peran, keterlibatan, dan inisiasi pemerintah. Kelembagaan gapoktan tentunya diatur oleh aturan formal. Dalam hal ini, aturan formal yang mengatur tentang gapoktan dibagi menjadi aturan main eksternal dan internal. Aturan main eksternal, yaitu merupakan aturan formal yang mengatur tentang gapoktan secara umum. Aturan eksternal gapoktan berlaku sama untuk seluruh kelembagaan gapoktan di Indonesia karena aturan ini berasal dari pemerintah pusat. Aturan main yang merupakan kerangka pengembangan konseptual secara eksternal untuk Gapoktan Desa Banyuroto maupun gapoktan lain pada umumnya yaitu berupa:
55
1.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
2.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani Lampiran 1: Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan kelompok tani dan Gabungan kelompok tani.
3.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 42/Permentan/OT.140/7/2010 tentang Pedoman Penilaian Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Berprestasi Tahun Anggaran 2009.
4.
SK Menteri Pertanian Nomor 496/Kpts/OT.160/9/2006 tentang Instrumen Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
5.
Pembentukan, Kedudukan, Tugas, Fungsi, Struktur Organisasi, dan Tata Kerja Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Magelang. Tabel 10 berikut ini menyajikan lebih rinci mengenai hasil analisis konten aturan main eksternal dalam gapoktan. Tabel 10. Aturan Main Eksternal dalam Gapoktan No.
1
Peraturan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
Hal yang Diatur Sistem penyuluhan guna membantu kelembagaan petani menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola usaha yang baik dan berkelanjutan.
Implementasi Undang-undang Penyuluhan yang diterapkan di Gapoktan Desa Banyuroto telah tersistem dan terencana baik melalui program penyuluhan yang disusun setiap tahunnya.
56
No. 2.
3.
Peraturan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/ 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani Lampiran 1: Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani.
. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 42/Permentan/OT.140/7/ 2010 tentang Pedoman Penilaian Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Berprestasi Tahun Anggaran 2009.
Hal yang diatur Pembentukan dan pengembangan gapoktan, peningkatan kemampuan gapoktan, dan pengaturan fungsi gapoktan.
Implementasi Undang-Undang Mandat Undang-undang telah terlaksana dengan baik. Keanggotaan Gapoktan Desa Banyuroto sudah memiliki keterwakilan serta didasarkan pada azas kekeluargaan dan kegotongroyongan, serta nilai-nilai demokrasi. Gapoktan Desa Banyuroto sudah bisa dikategorikan sebagai gapoktan yang kuat dan mandiri. Tetapi, perlu pembinaan lebih agar Gapoktan Desa Banyuroto bisa semakin mandiri dan bermanfaat banyak untuk petani di Desa Banyuroto. Gapoktan Desa Banyuroto masih belum bisa meningkatkan kemampuannya sebagai kelembagaan pertanian. Sejauh ini, gapoktan hanya baru bisa menjalankan perannya sebagai unit usahatani dan sedikit peran sebagai unit usaha keuangan mikro, namun belum mampu berperan sebagai unit usaha pengolahan, pemasaran, dan sarana prasarana produksi.
Pengaturan penyaluran dana PUAP kepada gapoktan berprestasi sebagai bentuk apresiasi bagi gapoktan yang dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas usaha agribisninsnya.
Penyaluran dana PUAP dan penggunaannya di Gapoktan Desa Banyuroto sudah baik. Gapoktan Desa Banyuroto sebagai gapoktan berprestasi bisa mendapatkan dan mengelola dana PUAP sebagai salah satu fasilitas bantuan modal usaha untuk petani anggotanya sesuai dengan rencana usaha bersama gapoktan.
4.
SK Menteri Pertanian Nomor 496/Kpts/OT.160/9/2006 tentang instrumen pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
Prima Tani merupakan model diseminasi teknologi yang menggunakan pendekatan kelembagaan dalam memasyarakatkan dan memperkenalkan inovasi pertanian.
Gapoktan Desa Banyuroto aktif sebagai wadah pemasyarakatan dan perkenalan inovasi teknologi pertanian melalui pendekatan kelembagaan dan pemberdayaan serta partisipasi aktif masyarakat Desa Banyuroto.
5.
Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas, Fungsi, Struktur Organisasi, dan Tata Kerja Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Magelang.
Peningkatan mutu pelayanan dan keterpaduan penyelenggaraan bidang pelayanan informasi, serta penyelenggaraan penyuluhan pertanian dan kehutanan di wilayah Kabupaten Magelang.
Mutu pelayanan penyuluhan di Gapoktan Desa Banyuroto sudah baik, hal ini ditandai dengan pembangunan klinik dan laboratorium agribisnis yang berkedudukan di kantor BPPK Kecamatan Sawangan, serta aktifnya penyuluh pertanian lapang yang terjun langsung ke desa-desa termasuk Desa Banyuroto melalui Gapoktan Desa Banyuroto.
Sumber: Data sekunder 2012 (diolah)
57
Gapoktan Desa Banyuroto juga memiliki aturan main yang berlaku internal berupa Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Gapoktan. Aturan main internal gapoktan sebenarnya juga merupakan penyempurnaan lebih jauh implementasi aturan main eksternal agar kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto dapat berjalan dengan baik. AD/ART ini harus dipahami, dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto. Setiap kegiatan atau program yang akan disusun dan dijalankan juga mengacu pada AD/ART tersebut. Tabel 11 menyajikan analisis aturan main internal Gapoktan Desa Banyuroto beserta implementasinya. Tabel 11. Aturan Main Internal Gapoktan Desa Banyuroto No 1.
2.
Hal yang Diatur Keanggotaan
Gapoktan yang kuat dan mandiri
Aturan Main Internal
Implementasi
(AD Bab IV Pasal 6,7, dan 8, ART Bab I Pasal 1) Keanggotaan dibuktikan dengan pernyataan dan pencatatan dalam daftar anggota. Yang menjadi anggota kelompok tani-ternak Gapoktan Desa Banyuroto adalah wakil-wakil kelompok taniternak sedesa Banyuroto dan sanggup bersedia melakukan hak dan kewajiban sebagai anggota. Keanggotaan gapoktan adalah warga desa Banyuroto yang sudah masuk dalam keanggotaan kelompok-kelompok tani sedesa Banyuroto.
Keanggotaan Gapoktan Desa Banyuroto sudah memiliki keterwakilan serta didasarkan pada azas kekeluargaan dan kegotongroyongan, serta nilai-nilai demokrasi. Gapoktan Desa Banyuroto sudah bisa dikategorikan sebagai gapoktan yang kuat dan mandiri. Hal ini terlihat dari kesesuaian antara aturan main dengan implementasinya di lapangan. Tetapi, perlu pembinaan lebih agar Gapoktan Desa Banyuroto bisa semakin mandiri dan bermanfaat banyak untuk petani di Desa Banyuroto.
1. Setiap anggota wajib mengikuti musyawarah dan rapat kelompok. 2. Setiap anggota berkewajiban melaksanakan program kelompok. 3. Adanya AD/ART serta Rapat anggota menetapkan dan memutuskan dan menetapkan tata tertib atau peraturanperaturan Gapoktan. 4. Keuangan kelompok diadministrasikan secara tertib oleh pengurus/bendahara 5. Organisasi ini dibentuk sebagai wadah kelompok-kelompok petani dan peternak dalam kaitannya dengan pembudidayaan dan berlaku untuk waktu yang tidak ditentukan. 6. Gapoktan Desa Banyuroto menumbuhkembangkan jiwa petani peternak yang berwawasan lingkungan, sebagai media informasi, menciptakan desa wisata taniternak, menciptakan petani-peternak andalan. 7. Gapoktan Desa Banyuroto menggalang kepentingan bersama secara kooperatif agar lebih berdaya guna dan berhasil guna.
58
No.
Hal yang Diatur
Aturan Main Internal
Implementasi
8. Sebagai awal terbentuknya sistem pemasaran yang menguntungkan petani. 9. Sumber keuangan kelompok didapat dari iuran anggota, sumbangan/bantuan modal usaha PUAP dari pemerintah, dan usahausaha lain yang sah dan halal. (AD Bab II Pasal 3) 3.
Hak dan Kewajiban Anggota
1. 2. 3. 4.
5.
Setiap anggota berkewajiban melaksanakan program kelompok. Mengikuti musyawarah dan rapat kelompok. Menjunjung tinggi nama baik kelompok. Setiap anggota punya hak bicara. menyampaikan Persepsi, usul dalam kaitannya dengan kelompok. Memperoleh perlindungan, pembelaan, dan perlakuan yang sama.
Gapoktan Desa Banyuroto sudah menerapkan hak dan kewajiban anggotanya dengan baik.
4.
Peningkatan Kemampuan Gapoktan
1. Sebagai wadah kerukunan kelompok-kelompok tani sedesa Banyuroto. 1. Menggalang kepentingan bersama secara kooperatif agar lebih berdaya guna dan berhasil guna. 2. Menumbuhkembangkan jiwa petani peternak yang berwawasan lingkungan. 3. Sebagai media informasi. 4. Menciptakan desa wisata tani-ternak. 5. Menciptakan petani-peternak andalan (petanipeternak sejati). 6. Sebagai awal terbentuknya sistem pemasaran yang menguntungkan petani.
Gapoktan Desa Banyuroto masih belum bisa meningkatkan kemampuannya sebagai kelembagaan pertanian. Sejauh ini, gapoktan baru bisa menjalankan perannya sebagai unit usahatani dan sedikit peran sebagai unit usaha keuangan mikro, namun belum mampu berperan sebagai unit usaha pengolahan, pemasaran, dan sarana prasarana produksi.
5.
Fungsi Gapoktan
(AD Bab III Pasal 2) 1. Sarana pendidikan demokrasi. 2. Sebagai wadah menampung aspirasi dan kreativitas kelompok-kelompok petani peternak. 3. Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak. 4. Melaksanakan pembinaan pendidikan atau penyuluhan, pelatihan dan upaya-upaya mendapatkan segala bentuk informasi untuk kemajuan pertanian dan peternakan.
Gapoktan Desa Banyuroto belum sepenuhnya melakukan fungsinya sesuai mandat peraturan. Perlu banyak pengarahan dan penyuluhan dari pihak terkait supaya bisa maksimal menjalankan fungsinya.
Sumber: Data Sekunder 2012 (diolah)
59
Berdasarkan analisis antara aturan main dan penerapannya di lapang, didapatkan bahwa Gapoktan Desa Banyuroto sudah cukup memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai gapoktan yang kuat dan mandiri sesuai dengan ciri-ciri yang dijabarkan pada Bab VI. Dalam masalah persyaratan pembentukan gapoktan, Gapoktan Desa Banyuroto juga telah memenuhi kualifikasi penumbuhan dan pengembangan gapoktan. Tetapi untuk masalah peningkatan kemampuan dan pelaksanaan fungsi gapoktan, Gapoktan Desa Banyuroto belum maksimal melakukannya sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang ada. Gapoktan Desa Banyuroto selama ini lebih banyak menjalankan perannya sebagai wadah diseminasi teknologi pertanian yang inovatif dan bersifat spesifik lokasi. Gapoktan di Desa Banyuroto sama sekali tidak mencampuri keputusan usahatani petani anggotanya, sehingga peran yang benar-benar dirasakan oleh petani anggota adalah gapoktan merupakan wadah pemersatu kerukunan petani yang bisa menjaga semangat pertanian selaras dengan perkembangan teknologi. 6.2.2. Aturan Informal Aturan informal dalam Gapoktan Desa Banyuroto difokuskan pada pengelolaan kegiatan dan program gapoktan yang merupakan mandat dari para penyuluh pertanian dan program yang bersifat kekeluargaan antar anggota gapoktan. Aturan-aturan yang tidak tertulis dalam Gapoktan Desa Banyuroto ini berasal dari musyawarah dan mufakat bersama antar anggota. Aturan-aturan mengenai jadwal kumpul rutin, besarnya iuran, perencanaan kegiatan yang akan dilakukan, serta penyelesaian masalah yang dihadapi bersama tidak diatur dalam
60
AD/ART gapoktan, sehingga diatur lebih lanjut melalui setiap pertemuan rutin dan diskusi anggota. Aturan-aturan informal tersebut sifatnya wajib, mengikat, menyeluruh, dan sama pentingnya dengan aturan formal yang berlaku. Aturan informal ini sifatnya lebih aplikatif, bahkan hampir seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto lebih memahami dan menjalani aturan-aturan informal tersebut dibandingkan dengan dokumen AD/ART Gapoktan Desa Banyuroto. Hal ini juga memudahkan para pengurus dan penyuluh untuk menjalankan kegiatan gapoktan. Aturan-aturan tersebut adalah: Tabel 11. Aturan Informal Gapoktan Desa Banyuroto No 1
Aturan Informal Pertemuan setiap pagi dan sore hari
Hal yang Diatur Membersihkan kandang dan memberi makan sapi.
2
Pertemuan setiap tanggal 25
Melaksanakan arisan keluarga gapoktan. Arisan ini diadakan bergiliran di rumah salah seorang anggota Gapoktan. Iuran untuk arisan ini besarnya adalah Rp 5.000 perorang. Jumlahnya memang tidak terlalu besar, karena sifatnya hanya untuk mengakrabkan antar anggota gapoktan saja.
3
Rapat rutin anggota setiap 35 hari sekali
Membicarakan segala sesuatu atau masalah yang terkait dengan gapoktan dan usahatani yang dijalankan anggota gapoktan. Rapat rutin ini biasa diadakan di kantor desa atau bangunan sekretariat gapoktan. Iuran yang dikeluarkan untuk pelaksanaan rapat rutin ini adalah Rp 5.000 perorang untuk pengadaan konsumsi.
4
Piket malam bergilir seminggu sekali
Menjaga kandang sapi Karya Makmur milik anggota gapoktan.
5
Pertemuan tentatif Gapoktan dengan kelompok tani
Jika ada inovasi dan materi penyuluhan baru yang diberikan oleh BPTP Jawa Tengah dan penyuluh.
Sumber: Data Primer 2012 (diolah) 6.2.3. Boundary Rule Boundary rule merupakan aturan yang secara spesifik mengatur bagaimana seseorang dapat masuk atau keluar dari posisi anggota atau pengurus Gapoktan Desa Banyuroto. Untuk menjadi anggota Gapoktan Desa Banyuroto,
61
petani harus berdomisili di Desa Banyuroto, sudah lebih dulu tergabung dalam kelompok atau rukun tani di dusunnya, dan bersedia untuk berkomitmen yang disertai dengan pernyataan dan pencatatan namanya dalam daftar anggota Gapoktan Desa Banyuroto. Pada AD/ART tidak dijelaskan bagaimana seseorang dapat keluar dari keanggotaan gapoktan, tetapi pembubaran gapoktan dapat dilakukan apabila organisasi ini tidak lagi memenuhi ketentuan-ketentuan yang menjadi peraturan organisasi, sehingga organisasi yang bersangkutan tidak dapat diharapkan lagi kelangsungan dan manfaatnya. Pembubaran gapoktan hanya dapat dilakukan dengan kehendak seluruh anggota yang diputuskan dalam rapat anggota dan sejak tanggal dikeluarkannya keputusan pembubaran gapoktan, maka pengurus harus segera melaporkan keberadaan akhir gapoktan kepada pihak pemerintah desa atau instansi yang terkait. 6.2.4. Aturan Monitoring dan Sanksi Gapoktan Desa Banyuroto juga memiliki aturan monitoring dan sanksi bagi seluruh anggotanya tanpa terkecuali. Monitoring dan sanksi ini bertujuan agar para pengurus dan anggota bertanggung jawab dan disiplin terhadap apa yang dikerjakannya dan tugasnya di gapoktan. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gapoktan pada Bab V Pasal 9 tertera bahwa setiap anggota berkewajiban melaksanakan program kelompok dan mengikuti musyawarah dan rapat kelompok, serta Bab II Pasal 2 tertera bahwa setiap anggota berkewajiban menjaga kerukunan sesama anggota, menaati dan mematuhi peraturan-peraturan gapoktan, dan ikut andil dalam pelaksanaan program-program kegiatan kelompok. Kewajiban ini tentunya harus
62
dipatuhi oleh seluruh anggota gapoktan. Bentuk monitoring yang dilakukan yaitu ketua gapoktan bekerjasama dengan seluruh ketua kelompok tani dan rukun tani yang ada di Desa Banyuroto untuk memantau kondisi anggota perwakilannya di gapoktan. Komunikasi yang dijalin tentunya juga menimbulkan manfaat berupa anggota gapoktan lebih bersemangat lagi bekerja karena didukung oleh kelompok taninya dan diperhatikan oleh ketua gapoktan. Bentuk sanksi yang diterapkan ketika anggota gapoktan tidak menunaikan kewajibannya adalah anggota tersebut harus menemui ketua gapoktan dan menjelaskan seluruh alasan dengan sejelas-jelasnya mengapa ia tidak menunaikan kewajibannya. Jika ketua gapoktan sudah memaafkan, maka ia juga harus meminta maaf di depan forum pertemuan gapoktan dan meminta maaf juga kepada kelompok taninya. Sanksi yang lebih berat lagi akan dijatuhi jika ia terus melakukan kesalahan, sanksi akan diputuskan dalam rapat anggota, sanksi terberatnya bahkan pelanggar bisa dikeluarkan dari gapoktan. 6.2.5. Aturan Penyelesaian Konflik dalam Kelembagaan Selama ini tidak pernah terjadi konflik antar aktor maupun antar stakeholder yang terlibat dalam Gapoktan Desa Banyuroto. Penduduk Desa Banyuroto sangat kooperatif bekerja sama dengan para penyuluh lapang, staf BPTP Jawa Tengah, staf Dinas Pertanian Kabupaten Magelang, dan seluruh tamu yang berkunjung untuk studi banding ke Gapoktan Desa Banyuroto. Semua aktor berinteraksi secara harmonis dalam menjalankan kegiatan pertanian dan peternakan di Desa Banyuroto. Hal ini didukung dengan kultur masyarakat yang sangat menghormati keberadaan tamu, kebiasaan bermusyawarah dan gotongroyong dalam segala hal kebaikan.
63
Ketegangan hanya sempat terjadi ketika letusan Gunung Merapi tahun 2010. Desa Banyuroto terkena dampak letusan berupa hujan abu tebal yang menutupi lahan-lahan pertanian dan menyebabkan tanaman kering bahkan mati. Hal ini berdampak pada rendahnya produksi dan turunnya harga ternak, sehingga minimnya Persepsian yang mereka peroleh, mereka keberatan untuk membayar angsuran dana PUAP yang mereka terima sebesar Rp 3.500.000 dan pengembaliannya dikenakan bunga sebesar Rp 300.000 untuk biaya operasional Gapoktan Desa Banyuroto. Berdasarkan surat perjanjian yang ditandatangani oleh pihak penerima dana dan ketua Gapoktan, disepakati bahwa kedua belah pihak sepakat mengadakan perjanjian bahwa pihak peminjam telah meminjam uang sebesar Rp 3.500.000 untuk bantuan pembelian sapi dan sanggup mengembalikan sebesar Rp 3.800.000 selama satu tahun terhitung tanggal pinjam 28 Desember 2008. Kemudian pada tanggal 28 Desember 2009 pihak peminjam sanggup mulai mengembalikan sepenuhnya kepada ketua gapoktan dan apabila pihak peminjam tidak menepati perjanjian ini akan dilaporkan pada pihak yang berwajib. Kesepakatan dari seluruh anggota diambil supaya tidak timbul konflik antar anggota. Kesepakatan yang diambil yaitu menunda pembayaran cicilan dana PUAP selama satu tahun yang dimulai kembali pada tahun 2011. Kesepakatan ini akhirnya dipatuhi oleh seluruh anggota demi kepentingan bersama. 6.3. Biaya Transaksi Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Berdasarkan hasil analisis aktor terlihat bahwa aktor utama dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto adalah para pengurus gapoktan dan BPTP Jawa Tengah. Tetapi, dalam kelembagaan ini, aktor yang lain
64
kedudukannya
sama
pentingnya
dan
sama-sama
berkontribusi
untuk
keberlangsungan Gapoktan Desa Banyuroto, seperti Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Kabupaten Magelang, Kimpraswil Kabupaten Magelang, KIPPK Kabupaten Magelang, BPPK Kecamatan Sawangan, dan Pemerintah Desa Banyuroto. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis biaya transaksi yang dilakukan dalam penelitian ini difokuskan pada kelompok pemain utama tersebut. Secara sistematis, biaya transaksi yang dikeluarkan untuk Gapoktan Desa Banyuroto dalam kegiatan kelembagaannya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini. Biaya Transaksi dalam Kelembagaan
Biaya Setting
Biaya Sosialisasi
Biaya Operasional
Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Gambar 5.
Biaya Transaksi Banyuroto
dalam
Kelembagaan
Gapoktan
Desa
Berdasarkan Gambar 5 di atas, total biaya transaksi yang dikeluarkan untuk kegiatan kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto meliputi: (1) Biaya setting atau persiapan yang terdiri dari seluruh biaya pendistribusian kebutuhan usahatani para petani yang meliputi sarana fisik dan non fisik, serta input produksi, dan investasi riil lainnya, (2) Biaya sosialisasi yang meliputi biaya penyuluhan, pertemuan awal, dan perjalanan dinas studi banding, dan (3) Biaya operasional yang meliputi iuran pokok anggota, biaya pertemuan rutin setiap 35 hari sekali dan pertemuan arisan setiap tanggal 25. Besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan untuk kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.
65
Tabel 13. Biaya Transaksi Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto No
Jenis Biaya Transaksi
1.
Biaya Setting (Persiapan)
2.
Biaya Sosialisasi
3.
Biaya Operasional Bersama Biaya rapat rutin anggota Biaya pertemuan arisan anggota Iuran pokok
Total Biaya Transaksi
Nilai (Rupiah) 447.980.000
Keterangan Dikeluarkan pada tahun pertama terbentuknya kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto.
74.520.000
Dikeluarkan pada tahun pertama dan tahun kedua terbentuknya kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto
1.400.000 1.680.000
Untuk biaya rapat rutin anggota dan pertemuan arisan anggota dikeluarkan rutin setiap tahunnya, tetapi untuk iuran pokok, hanya dikeluarkan sekali sejak awal terbentuknya kelembagaan.
8.400.000
533.980.000
Sumber: Data Sekunder 2012 (diolah) Berdasarkan tabel di atas, total biaya transaksi yang dikeluarkan untuk kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto secara keseluruhan mencapai Rp 533.980.000. Biaya ini sebenarnya tidak dikeluarkan setiap tahunnya. Biaya setting, biaya sosialisasi, dan iuran pokok hanya dikeluarkan pada awal terbentuknya kelembagaan. Sedangkan untuk biaya operasional Gapoktan Desa Banyuroto masih dikeluarkan dari awal kelembagaan hingga sekarang. 6.3.1. Biaya Transaksi dalam Pembentukan Kelembagaan Suatu kelembagaan yang dibawa dari luar dan akan diterapkan dalam kehidupan masyarakat tentunya membutuhkan biaya untuk membentuk suatu kelembagaan tersebut. Biaya pembentukan kelembagaan ini dikeluarkan dari anggaran Pemda Kabupaten Magelang, Kimpraswil Kabupaten Magelang, dan BPTP Propinsi Jawa Tengah. Biaya yang dikeluarkan untuk pembentukan kelembagaan ini mencakup seluruh biaya guna pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pertanian dan penyuluhan pertanian di Desa Banyuroto.
66
6.3.2. Biaya Transaksi dalam Sosialisasi Kelembagaan Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto membutuhkan biaya untuk menyosialisasikannya kepada petani di Desa Banyuroto. Dalam hal ini, biaya transaksi untuk sosialisasi kelembagaan mencakup biaya penyuluhan, biaya pertemuan awal, dan biaya untuk perjalanan studi banding. Biaya tersebut diperoleh dari anggaran pemerintah. 6.4.3 Biaya Operasional Bersama Biaya operasional bersama yang dikeluarkan oleh anggota Gapoktan Desa Banyuroto di awal kepengurusan yaitu Rp 8.400.000. Biaya tersebut berupa iuran pokok yang digunakan untuk operasional gapoktan dalam jumlah besar, apalagi setelah Gapoktan Desa Banyuroto resmi menjalankan kegiatannya secara mandiri. Jumlah tersebut diperoleh iuran anggota sebanyak 28 orang dengan masingmasing memberikan Rp 300.000 per orang. Sedangkan biaya lainnya yaitu biaya pertemuan arisan anggota setiap tahunnya mencapai sekitar Rp 1.680.000. Biaya tersebut diperoleh dari iuran anggota sebesar Rp 5.000 per orang yang dikeluarkan rutin setiap bulannya selama setahun. Biaya rapat rutin anggota yang dikeluarkan tiap tahunnya mencapai sekitar R 1.400.000. Jumlah ini didapat dari iuran anggota sebesar Rp 5.000 per orang yang dikeluarkan rutin setiap 35 hari sekali. 6.4.
Analisis Kualitas Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Kelembagaan
gabungan kelompok tani merupakan suatu bentuk
pengaturan atau keteraturan perilaku masyarakat dalam memenuhi kebutuhan segala hal akan usahataninya yang menjadi acuan dalam berbagai tindakan. Dalam kelembagaan terkandung nilai, norma pemanfaatan dan pemeliharaan, kejelasan, orang-orang yang terlibat didalamnya, serta cara-cara pengendalian sosial agar
67
kelembagaan senantiasa terjaga. Kelembagaan yang ada dalam Gapoktan Desa Banyuroto
merupakan
jenis
kelembagaan
formal.
Anggota
mengenal
kelembagaan tersebut setelah diintroduksikan dan perlahan mulai menjadi kesadaran dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Analisis kualitas kelembagaan perlu untuk menilai sejauh mana kelembagaan tersebut bekerja. Kualitas tersebut dapat dilihat dari kejelasan dan keefektivan kelembagaan. 6.4.1. Kejelasan Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Setiap kelembagaan terbentuk berdasarkan tujuan yang sama dan orangorang yang terlibat didalamnya dengan pola perilaku yang berpedoman pada nilai dan aturan yang khas. Aturan tersebut dibuat untuk mencapai suatu tujuan yaitu tercapainya keberlanjutan pertanian di Desa Banyuroto. Oleh karenanya diperlukan analisis mengenai kejelasan kelembagaan gapoktan dalam mencapai tujuan tersebut yang meliputi: (1) kejelasan struktur kelembagaan, (2) kejelasan aturan, dan (3) tingkat pemahaman anggota terhadap kelembagaan tersebut. Struktur kelembagaan berkaitan dengan susunan kedudukan antar pengurus dengan anggota yang masing-masing memiliki peranan dan pembagian tugas, hak dan kewajiban, serta aturan yang mengikat di dalamnya. Indikator untuk mengetahui seberapa jelas dari struktur kelembagaan antara lain: kelengkapan susunan pengurus, kinerja pengurus, pengetahuan anggota terhadap susunan kelembagaan, dan periode pergantian kepengurusan. 6.4.1.1. Susunan Kepengurusan Kelembagaan Kelengkapan susunan pengurus dilihat dari kelengkapan aktor yang terlibat dalam kelembagaan yang disesuaikan dengan kebutuhan kelembagaan.
68
Aturan yang terdapat dalam kelembagaan masing-masing dipatuhi dan dijalankan oleh aktor yang telah ditentukan. Kelengkapan kepengurusan kelembagaan berpengaruh terhadap keberlangsungan kelembagaan tersebut. Berikut ini adalah sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai kelengkapan kelembagaan yang ada dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Kelengkapan Kelembagaan Kelengkapan Kelembagaan Lengkap Kurang Lengkap Tidak Lengkap Jumlah
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase 17 60,71% 10 35,71% 1 3,57% 28 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 60,71% anggota Gapoktan Desa Banyuroto beranggapan jika kelembagaan yang ada sudah lengkap, sedangkan sisanya sebanyak 35,71% menyatakan kelembagaan kurang lengkap dan hanya 3,57% menyatakan kelembagaan tidak lengkap. Hal ini dikarenakan anggota gapoktan yang tidak terlalu aktif dalam kegiatan gapoktan tidak terlalu mengetahui struktur aktor dalam kelembagaan. 6.4.1.2. Kinerja Pengurus Kelembagaan Suatu kelembagaan yang baik pasti terdapat uraian kerja berupa pembagian tugas, tanggung jawab, dan wewenang pengurus. Aktor yang terlibat harus menjalankan perannya masing-masing dalam kelembagaan yang telah disepakati. Seluruh anggota yang terlibat dalam suatu kelembagaan hendaknya mengetahui uraian kerja pengurus kelembagaan agar saling sadar dan membantu dalam proses berjalannya suatu kelembagaan. Untuk mengetahui kinerja aktor tersebut, pada Tabel 15 disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap uraian kerja pengurus kelembagaan.
69
Tabel 15. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Uraian Kerja Pengurus Kelembagaan Uraian Kerja Pengurus Kelembagaan
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah
Jelas Kurang Jelas Tidak Jelas Jumlah
Persentase 9 14 7 28
32,14% 50,00% 25% 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Sebanyak 50% atau setengah dari anggota Gapoktan Desa Banyuroto menyatakan bahwa uraian kinerja pengurus kelembagaan kurang jelas, sedangkan hanya 32,14% yang menyatakan kinerja pengurus jelas, dan 25% menyatakan kinerja pengurus kelembagaan tidak jelas. Hal ini dikarenakan kinerja pengurus kelembagaan yang benar-benar berjalan dan jelas hanyalah peran ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara, sedangkan untuk seksi-seksi yang ada, belum begitu terlihat kinerjanya. 6.4.1.3. Periode Pergantian Kepengurusan Keteraturan waktu pergantian pengurus dilakukan berdasarkan hasil musyawarah. Pergantian pengurus dilakukan dalam kurun waktu yang tidak ditentukan, hanya berdasar kesepakatan saja.Untuk mengetahui sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai periode pergantian kepengurusan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini. Tabel 16. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Periode Pergantian Pengurus Periode Pergantian Pengurus Kelembagaan
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah
Teratur Kurang Teratur Tidak Teratur Jumlah
Persentase 0 3 25 28
0% 10,71% 89,28% 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Sebanyak 89,28% anggota Gapoktan Desa Banyuroto menyatakan bahwa periode pergantian pengurus tidak teratur. Pengurus Gapoktan Desa Banyuroto 70
diganti hanya berdasar kesepakatan saja dan biasanya pengurus yang diganti hanya bertukar peran dan hanya pengurus yang memiliki fungsi sentral saja. 6.4.1.4. Aturan Kelembagaan Kejelasan aturan bisa dilihat dengan cara mengategorikan aturan main dalam suatu kelembagaan termasuk aturan yang tertulis, lisan atau keduanya. Kelembagaan yang terdapat pada Gapoktan Desa Banyuroto termasuk jenis kelembagaan formal dan non-formal. Secara global, aturan-aturan gapoktan diatur dalam suatu AD/ART, tetapi pada prakteknya, aturan main yang lebih detail, aplikatif dan digunakan dalam kegiatan sehari-hari diputuskan dalam sebuah rapat anggota atau pertemuan lain. Seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengetahui aturan tersebut yang telah didokumentasikan, walau ada yang tidak mengetahui secara pasti dan rinci aturan main yang tertulis di dalamnya. AD/ART yang selama ini menjadi aturan main pun belum pernah dilakukan amandemen sejak pendirian gapoktan hingga sekarang. 6.4.1.5. Pengetahuan Anggota Terhadap Kelembagaan Setiap anggota gapoktan hendaknya pasti mengetahui kelembagaan dan aktor-aktor
yang
terlibat
di
dalamnya.
Pengetahuan
anggota
terhadap
kelembagaan merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan anggota mengenai aturan-aturan dalam kelembagaan dan kelembagaan itu sendiri. Tabel 17 menyajikan hasil pengamatan mengenai sebaran pengetahuan anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto.
71
Tabel 17. Sebaran Pengetahuan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Terhadap Kelembagaan Pengetahuan Terhadap Kelembagaan
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah
Paham Kurang Paham Tidak Paham Jumlah
Persentase 28 0 0 28
100% 0% 0% 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto menyatakan paham dan mengetahui terhadap kelembagaan yang ada di Gapoktan Desa Banyuroto. Anggota Gapoktan Desa Banyuroto memang dipilih berdasarkan kemauan dan kesadaran pribadi, sehingga mereka mengetahui dan paham dengan kelembagaan yang dibentuk. 6.4.2.
Keefektivan Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Kelembagaan gabungan kelompok tani merupakan kelembagaan yang
diharapkan dapat memperkuat petani melalui berbagai pemberdayaan dan transfer teknologi bersifat spesifik lokasi. Melalui peningkatan kemandirian, kesejahteraan ekonomi, dan keberlanjutan pertanian, gapoktan diharapkan mampu menjadi modal sosial yang turut menyumbang pada pertumbuhan ekonomi. Banyak faktor yang mempengaruhi peran kelembagaan gapoktan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah partisipasi anggota dalam kelembagaan dan efektivitas kelembagaan dalam mencapai tujuan kelembagaan. 6.4.2.1. Partisipasi Dalam Kelembagaan Ketua Gapoktan Desa Banyuroto memimpin seluruh anggota gapoktan dengan gaya partisipatif dan selalu memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk mengemukakan pendapat dalam suatu musyawarah, diskusi, maupun pengambilan keputusan. Hal ini diterapkan dalam berbagai kesempatan yaitu rapat
72
anggota dan pertemuan lainnya. Ketua gapoktan mengajak berdiskusi anggotanya guna memecahkan persoalan yang ada, seperti ketika adanya bencana gunung merapi meletus, adanya isu kenaikan pupuk dan harga BBM, dan sebagainya. Seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto berpendapat bahwa ketua gapoktan memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan melakukan diskusi. Tabel 18. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Terhadap Kesempatan Mengemukakan Pendapat dan Berdiskusi Kesempatan Mengemukakan Persepsi dan Berdiskusi
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Jumlah Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Persentase 28 0 0 28
100% 0% 0% 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Suatu kelembagaan tentunya berjalan dengan adanya motivasi dari para penggeraknya atau orang-orang yang berhimpun didalamnya. Ketua Gapoktan Desa Banyuroto selalu memberikan dorongan atau motivasi kepada anggotanya untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan sebagai petani sekaligus pengurus gapoktan agar para anggota tidak cepat mengeluh dan putus asa. Motivasi yang selalu diberikan adalah bekerja menjadi petani dan anggota gapoktan sebagai bentuk pengabdian, kerjasama, dan kekeluargaan di kalangan petani Desa Banyuroto. Asas kekeluargaan yang dijunjung tinggi di Gapoktan Desa Banyuroto menjadikan mereka memiliki motivasi yang kuat dalam mengerjakan tugas, kewajiban, dan pekerjaannya sekaligus. Seluruh responden berpendapat bahwa ketua gapoktan selalu memberikan motivasi untuk melaksanakan kegiatan dalam keseharian dan kelembagaan.
73
Tabel 19. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Terhadap Motivasi dalam Kelembagaan Motivasi dalam Kelembagaan
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah
Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Persentase 28 0 0 28
100% 0% 0% 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah) 6.4.2.2. Efektivitas Kelembagaan Sistem pertanian yang selama ini digunakan oleh masyarakat Desa Banyuroto merupakan pertanian tradisional secara turun-temurun. Desa Banyuroto kemudian dijadikan basis agropolitan kawasan merapi-merbabu dengan hasil sayur-mayur sebagai komoditas utama. Banyaknya program pemerintah yang masuk ke desa ini selalu diterima dengan baik oleh masyarakat. Masyarakat di desa ini memang sudah banyak yang sadar akan pendidikan dan inovasi teknologi pertanian terutama jika berbasis spesifik lokasi dan mudah diterapkan, serta membawa perubahan berarti bagi kehidupan petani. Untuk mengetahui seberapa besar penerimaan masyarakat terhadap program pemerintah dan introduksi-introduksi lain, maka dibutuhkan adanya analisis terhadap perubahan perilaku. Indikator perubahan perilaku tersebut yaitu seberapa besar penerimaan petani terhadap inovasi teknologi pertanian menuju kemandirian dan pertanian ramah lingkungan serta adanya inovasi kelembagaan yang diperkenalkan oleh para penyuluh dan pihak-pihak eksternal lainnya. Pada Tabel 20 disajikan sebaran persepsi anggota gapoktan terhadap penerimaan inovasi teknologi dan kelembagaan.
74
Tabel 20. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Terhadap Penerimaan Inovasi Teknologi dan Inovasi Kelembagaan Penerimaan Inovasi Teknologi dan Inovasi Kelembagaan
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto
Jumlah Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Persentase 23 5 0 28
82,14% 18% 0% 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Sebanyak 82,14% anggota Gapoktan Desa Banyuroto menyatakan bahwa tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi teknologi dan kelembagaan yang diintroduksikan melalui program pemerintah tinggi. Sedangkan sebanyak 18% merasa biasa saja dengan adanya program pemerintah tersebut. Tingkat keberhasilan kegiatan diukur melalui banyaknya hasil yang telah mampu dicapai oleh anggota. Inovasi teknologi yang disusun diperkenalkan oleh para penyuluh secara intensif mulai dari pembinaan hingga implementasi di lapangan. Hal ini juga melatih kemandirian para petani anggota. Setelah penyuluh merasa cukup untuk materi tersebut, barulah gapoktan secara mandiri harus menyalurkan ilmu pengetahuan tersebut ke kelompok atau rukun tani di Desa Banyuroto secara bergiliran. Indikator dari tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini diukur melalui sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap tingkat kegunaan kegiatan kelembagaan yang tersaji pada Tabel 21 berikut ini. Tabel 21. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Terhadap Tingkat Kegunaan Kegiatan Kelembagaan Tingkat Kegunaan Kegiatan Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase 26 92,85% 2 7,14% 0 0% 28 100%
Sumber: Data Primer 2012 (diolah)
75
Sebanyak 92,85% anggota Gapoktan Desa Banyuroto menyatakan bahwa kegiatan kelembagaan selama ini sangat berguna terutama bagi kegiatan pertanian yang menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga mereka. Sedangkan hanya 7,14% anggota gapoktan yang menyatakan bahwa kegiatan kelembagaan biasa saja tidak terlalu berpengaruh bagi kegiatan pertanian mereka
76