VI. PENINGKATAN TARAF HIDUP DAN POLA PIKIR KOMUNITAS PETANI DAMPINGAN CECOM FOUNDATION
6.1. Profil dan Kegiatan IFS 6.1.1. Kelompok Tani Padusi, Desa Tanjung Bungo Kelompok Tani (Poktan) Padusi berada di Desa Tanjung Bungo (sampai akhir tahun 2008 bernama Desa Kampar), Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar. Poktan Padusi merupakan salah satu kelompok tani wanita dampingan CECOM Foundation yang seluruh anggotanya adalah berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Sebelum terbentuk Poktan Padusi pada tahun 2006, di salah satu dusun di Desa Kampar telah ada Poktan Pinatan yang menjadi dampingan program IFS. Proses pendampingan dan penguatan kelembagaan kepada Poktan Pinatan oleh CECOM Foundation telah menarik perhatian masyarakat Desa Kampar, termasuk mengundang simpati bagi komunitas ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi arisan dan pengajian wirid mingguan di desa tersebut. Selain sebagai ibu rumah tangga dan aktif di kegiatan sosial keagamaan di desa. Selanjutnya para wanita ini berinisiatif mendatangi pendamping komunitas (field CD officer) CECOM Foundation yang berada di Desa tersebut, Abdi Abadi Pelawi, dan menyampaikan minat untuk dapat menjadi kelompok tani dampingan. Akhirnya pada awal tahun 2006, berdiri Poktan Padusi dengan anggota berjumlah 12 orang wanita tani. Dapat disimpulkan bahwa berdirinya Poktan Padusi merupakan efek bola salju (snow balling effect) dari proses pendampingan program IFS oleh CECOM Foundation kepada Poktan Pinatan di Desa Kampar. Yang menarik, keberadaan Poktan Pinatan juga merupakan efek bola salju dari performa Poktan Sehati, di Desa Pulau Birandang. Program IFS yang dijalankan pada Poktan Padusi pada tahun pertama pendampingan (fase persiapan) adalah melakukan pengorganisasian komunitas dan mengembangkan kelembagaan kelompok tani seperti merumuskan aturan main, pelatihan SDM pengurus, mengaktifkan pertemuan kelompok dan pelatihan dasar
budidaya
tanaman
(pangan
dan
hortikultura).
Komoditas
yang
dikembangkan adalah tanaman hortikultura. Orientasi praktek bisnis Poktan
57
Padusi lebih ditujukan sebagai pendukung pendapatan rumah tangga (supporting income), dan area budidaya diawali dengan luasan terbatas yakni lebih kurang 1000 meter persegi untuk setiap anggota. Pendapatan utama rumah tangganya bersumber dari kebun getah (kebun karet) yang lebih dominan dikelola oleh suaminya. Pada tahun kedua dan ketiga pendampingan, input fisik yang diberikan adalah modal usaha tani bagi anggota melalui unit simpan pinjam kelompok tani. Sumber modal berasal dari CECOM Foundation yang disalurkan melalui KSP Mitra Madani sebagai kredit program dengan bunga 6 persen setahun. Dengan adanya pembiayaan dalam bentuk bersubsidi tersebut, anggota kelompok tani memperluas lahan budidayanya menjadi rata-rata 2500 meter persegi (0.25 Ha). Dalam kaitan pengembangan budidaya pertanian, Poktan Padusi menghidupkan kembali kearifan lokal bergotong royong yang dinamakan ”batobo”. Setiap hari seluruh anggota Poktan bekerja bersama-sama pada satu lahan milik satu anggota. Hari berikutnya dan seterusnya secara bergilir mereka bekerja bersama-sama pada lahan anggota yang lain. Kecuali pada hari minggu mereka tidak bekerja ke ladang karena mereka berjualan hasil produksinya maupun produk lain di pasar lokal.
6.1.2. Kelompok Tani Berkat Bersama, Desa Kualu Nenas Kelompok Tani (Poktan) Berkat Bersama berada di Desa Kualu Nenas, Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar. Poktan Padusi merupakan salah satu kelompok tani dampingan CECOM Foundation yang seluruh anggotanya adalah berprofesi sebagai petani nenas dan home industri pengolahan keripik nenas. Sebelum
didampingi
oleh
CECOM
Foundation
mereka
telah
mengembangkan budidaya nenas secara turun temurun dan Poktan Berkat Bersama merupakan salahsatu dari delapan kelompok tni yang ada di desa tersebut. Proses pendampingan Poktan ini sebagai mitra dampingan CECOM diawali ketika pengurus Poktan yang dipimpin Muslimin tertarik dengan pola kelembagaan dan kemajuan usaha Poktan Sehati dampingan CECOM yang bearada di Desa Pulau Birandang. Selanjutnya pada tahun 2006 secara resmi
58
Poktan Berkat Bersama menjadi mitra dampingan CECOM Foundation dengan pendamping lapangan Abdi Abadi Pelawi. Anggota Poktan Berkat Bersama berjumlah 12 petani dengan luas lahan pertanian berkisar tiga sampai dengan empat hektar setiap petani. Dari jumlah anggota diatas ada empat petani yang juga memiliki usaha pengolahan pasca panen (keripik nenas). Program IFS yang dijalankan pada Poktan Berkat Bersama pada tahun pertama pendampingan (fase persiapan) adalah melakukan pengorganisasian komunitas dan mengembangkan kelembagaan kelompok tani seperti merumuskan aturan main, pelatihan SDM pengurus, mengaktifkan pertemua kelompok dan penguatan sarana input produksi Poktan bagi peningkatan produktifitas tanaman maupun pengolahan hasil nenas yang dilakukan para anggotanya. Komoditas nenas dan produk pasca panen/ pengolahan hasil merupakan sumber pendapatan utama bagi keluarga anggota Poktan. Pada tahun kedua pendampingan (fase penumbuhan), input fisik yang diberikan adalah modal usaha tani bagi anggota melalui unit simpan pinjam kelompok tani. Sumber modal berasal dari CECOM Foundation yang disalurkan melalui KSP Mitra Madani sebagai kredit program dengan bunga 6% setahun. Pada tahun ketiga pendampingan (fase pengembangan) fasilitasi yang dilakukan CECOM adalah memperluas area tanam dan meningkatkan produksi, packaging dan pemasaran kripik nenas. Untuk itu diperlukan penguatan pembiayaan usaha untuk pembukaan lahan baru, pengadaan saprodi pertanian, dan penambahan mesin teknologi tepat guna. Teknologi vacuum drying untuk mengolah buah nenas segar menjadi keripik nenas dikembangkan oleh BPTP Dinas Pertanian Propinsi Riau. Pada tahun 2008 – 2009, sentra budidaya dan home industri berbasis nenas menarik minat Bank Perkreditan rakyat (BPR) Sari Madu, BUMD Pemkab Kampar dan PT. Permodalan Ekonomi Rakyat (PT. PER), BUMD Pemprop Riau untuk mulai menyalurkan kredit usaha bagi anggota Poktan Berkat Bersama. Pada tahun 2009, Poktan Berkat Bersama bersama tujuh kelompok tani nenas lainnya di desa Kualu Nenas membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Melalui
Gapoktan
tersebut
Pemerintah
Kabupaten
Kampar
59
menyalurkan pupuk bersubsidi kepada para anggota Poktan sesuai dengan RDKK (Rencana Dasar Kebutuhan Kelompok). 6.1.3. Kelompok Tani Tunas Sehati, Desa Pulau Birandang Kelompok Tani (Poktan) Tunas Sehati berada di Dusun V (Pematang Kulim), Desa Kampar, Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar. Poktan Tunas Sehati berdiri pada tahun 2006. Tahun-tahun sebelumnya anggota Poktan bukan merupakan dampingan CECOM Foundation tapi mereka berprofesi sebagai petani perkebunan yang bekerja secara individual. Sebelum terbentuk Poktan Tunas Sehati, di dusun Pematang Kulim telah ada Poktan Sehati yang menjadi dampingan program IFS CSR PT. RAPP sejak tahun 2001 dan dilanjutkan oleh CECOM Foundation sejak tahun 2005. Sejak tahun 2004 Poktan sehati telah memasuki fase kemandirian dan pada tahun tersebut Poktan Sehati menginisiasi terbentuknya kelembagaan P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) ”Sehati Jaya” yang sertifikasinya dikeluarkan oleh Deptan RI. Keberadaan Poktan Sehati dan aktivitas pengembangan kapasitas petani yang dilaksanakan oleh CECOM Foundation dan P4S Sehati Jaya telah mendorong para petani lain di Dusun Pematang Kulim untuk mengikuti jejak Poktan Sehati dan melalui fasilitasi pengurus Poktan Sehati maka para petani tersebut mengajukan diri untuk didampingi oleh CECOM Foundation dibawah kelembagaan baru ”Poktan Tunas Sehati”. Jadi dapat disimpulkan bahwa keberadaan Poktan Tunas Sehati juga merupakan efek bola salju dari eksistensi Poktan Sehati, di Desa Pulau Birandang. Program IFS yang dijalankan pada Poktan Tunas Sehati
pada tahun
pertama pendampingan (fase persiapan) adalah melakukan pengorganisasian komunitas dan mengembangkan kelembagaan kelompok tani seperti merumuskan aturan main, pelatihan SDM pengurus, mengaktifkan pertemua kelompok dan pelatihan dasar integrated farming system. Komoditas yang dikembangkan adalah tanaman pertanian hortikultura dan penggemukan sapi bali. Orientasi praktek bisnis Poktan Tunas sehati lebih ditujukan sebagai pendukung pendapatan rumah tangga (supporting income), sedangkan pendapatan utama rumah tangganya
60
bersumber dari perkebunan getah (karet) dan sawit. Pada fase persiapan ini pola bantuan input fisik berupa saprodi pertanian hortikultura yang diberikan sebagai hibah kepada anggota kelompok. Kegiatan penggemukan sapi merupakan program penggaduhan sapi bali jantan yang diberikan kepada anggota Poktan yang telah lulus pelatihan dasar IFS dan mampu secara swadaya membangun kandang ternak dan mengembangkan budidaya rumput sebagai sumber hijauan makanan ternak (HMT). Produk harian yang didapatkan dari penggemukan sapi ini adalah veses ternak yang selanjutnya diolah menjadi pupuk organik (kompos) yang
digunakan sendiri oleh anggota Poktan sebagai pupuk bagi tanaman
hortikultura maupun perkebunan yang dimilikinya. Pada tahun kedua pendampingan (fase penumbuhan), input fisik yang diberikan adalah modal usaha tani bagi anggota melalui unit simpan pinjam kelompok tani. Sumber modal berasal dari CECOM Foundation yang disalurkan melalui KSP Mitra Madani sebagai kredit program dengan bunga 6 persen setahun. Pada fase ini mulai diperkenalkan teknologi tepat guna untuk mengembangkan pakan ternak berbasis limbah pertanian maupun teknologi pembuatan fine compost, sehingga orientasi produksi pengolahan kompos juga untuk dipasarkan ke masyarakat umum. Sebagai contoh, pada fase ini Muhammad Rasyidin, ketua Poktan Tunas Sehati sudah kewalahan melayani pesanan kompos sehingga dia harus membeli bahan baku veses ternak ke para peternak lain di luar desa Pulau Birandang. Pada tahun 2008, melalui kerjasama CECOM Foundation dengan Dinas Peternakan Propinsi Riau, maka anggota Poktan Tunas Sehati memperoleh input fisik berupa sapi bali untuk program penggemukan dimana setelah tiga tahun program berjalan maka sapi-sapi tersebut menjadi aset Poktan yang dapat digunakan sebagai modal bergulir (revolving fund) bagi calon anggota Poktan lain yang butuh pengembangan skala usahanya. Pada tahun ketiga pendampingan (fase pengembangan) ini, orientasi pengembangan usaha tani Poktan Tunas Sehati melalui program IFS berubah dari supporting income (pendapatan sampingan) menjadi main income (pendapatan utama) bagi keluarga yang berarti pendapatan yang dihasilkan dari program IFS sudah seimbang dengan pendapatan yang dihasilkan dari sektor perkebunan (karet dan atau sawit). Pada akhir tahun 2008 –
61
awal tahun 2009, anggota Poktan Tunas Sehati sudah dapat mengkases pinjaman PKBL dari PT. Telkom di Pekanbaru. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) ini merupakan program CSR BUMN yang memberikan pinjaman lunak (bunga 6 persen setahun) dengan plafon berkisar 12 – 30 juta rupiah bagi setiap petani dengan masa pengembalian selama 36 bulan. 6.2. Peningkatan Taraf Hidup dan Pola Pikir Pengaruh program pemberdayaan masyarakat oleh CECOM Foundation melalui program IFS dapat dievaluasi dengan menggunakan Vectorial Project Analysis (VPA). , suatu metode analisis yang dikembangkan dari SWOT analysis. Indikator kemajuan yang diukur meliputi : (1) Indikator peningkatan taraf hidup (livelihood development) dan (2) Indikator peningkatan pola pikir (mindset development). Sub-sub indikator yang dianalisis dari indikator peningkatan taraf hidup meliputi : (1) Pendapatan, (2) Kesempatan kerja, (3) Konsumsi pangan, dan (4) Sanitasi dan kebersihan. Sedangkan sub-sub indikator yang dianalisis dari indikator peningkatan pola pikir meliputi : (1) Aktifitas di kelompok, (2) Tingkat adopsi teknologi, (3) Kebiasaan menabung, (4) Kepercayaan diri, (5) Persepsi pendidikan untuk anak, (6) Pengarus utamaan jender, dan (7) Orientasi Praktek bisnis. Data yang diinput untuk keperluan analisis VPA ini bersumber dari : (1) CECOM Foundation sebagai data sekunder dari hasil analisis VPA tahun 2006 dan tahun 2007, dan (2) Wawancara langsung peneliti kepada responden sebagai data primer untuk keperluan analisis VPA tahun 2008. 6.2.1. Kelompok Tani Padusi, desa Kampar, Kecamatan Kampar Timur. Dari hasil analisis indikator VPA terdapat perubahan yang signifikan pada indikator-indikator VPA untuk Kelompok Tani Padusi pada fase persiapan tahun 2006 dan pada fase pengembangan tahun 2008. Perkembangan tertinggi di dapatkan pada sub indikator Aktifitas di Kelompok, sebesar 9.6., pada tahun 2008 dari sebelumnya 1.0 pada tahun 2006 sehingga terjadi peningkatan sebesar 855 persen dari posisi sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 5. Sub indikator ini juga merupakan salah satu indikator
62
kemajuan program yang merekam tingkat aktifitas anggota di kelompok tani, termasuk frekuensi kehadiran di rapat kelompok, pemahaman terhadap visi, misi dan peraturan kelompok, keterlibatan dalam aktifitas kelompok dan pengetahuan responden akan kondisi administrasi dan keuangan kelompok (tingkat transparansi). Tabulasi data rata-rata hasil analisa indikator Kelompok tani Padusi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Data Sub-Indikator VPA Kelompok Tani Padusi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sub Indikator Pendapatan Kesempatan Kerja Konsumsi Pangan Sanitasi dan Kebersihan Aktifitas di kelompok Tingkat adopsi teknologi Kebiasaan menabung Kepercayaan diri Pendidikan Pengarus utamaan Jender Praktek Bisnis Peningkatan
Tahun 2006 7.9 4.6 3.0 7.3 1.0 1.5 4.2 1.4 10.0 1.3 4.7
Tahun 2008 9.2 7.3 1.0 8.3 9.6 8.7 10.0 10.0 10.0 9.9 10.0
Perubahan 16% 59% -66% 14% 855% 497% 138% 614% 0% 658% 113%
pola pikir juga ditandai dengan kemajuan yang sangat
signifikan pada sub indikator pengarus utamaan jender yaitu meningkat sebesar 658 persen dari periode tiga tahun pendampingan (tahun 2006 – tahun 2008). Hal ini dapat dipahami karena seluruh anggota Poktan Padusi adalah wanita sehingga partisipasi dan keterlibatan wanita sangat nyata terlihat namun yang patut dicatat bahwa Poktan Padusi juga menunjukkan peningkatan yang luarbiasa pada sub indikator tingkat adopsi teknologi sebesar 497 persen dan sub indikator kebiasaan menabung sebesar 138 persen. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari pengembangan modal sosial yang berkembang di desa tersebut yaitu batobo (gotong royong) mirip dengan tradisi sambatan di masyarakat Jawa, namun yang membedakan adalah Poktan Padusi menggunakan batobo hampir setiap hari kecuali hari minggu untuk mengerjakan usaha tani mereka secara bergiliran.
63
Dari uraian analisis diatas terlihat bahwa Poktan Padusi telah mempelopori pemberdayaan masyarakat berbasis jender karena mereka secara setara berpartisipasi aktif dalam pengembangan ekonomi perdesaan, hal ini sesuai dengan pendapat Sumarti (2006) yang mengatakan bahwa salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat berwawasan jender adalah memberi kemungkinan bagi perempuan miskin untuk memperoleh akses kepada dan penguasaan terhadap sumber-sumber material maupun informasi. Fakta menarik adalah bahwa peningkatan pola pikir yang signifikan yang terjadi sebagai akibat proses pendampingan program IFS pada Poktan Padusi belum mampu meningkatkan secara seimbang pada indikator taraf hidup. Walaupun sub indikator kesempatan kerja meningkat sebesar 59 persen, namun peningkatan tipis terjadi pada sub indikator pendapatan (16 persen) dan sub indikator sanitasi dan kebersihan (14 persen). Bahkan pada sub indikator konsumsi pangan mengalami penurunan sebesar 66 persen pada tahun 2008 dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2006, dimana hal tersebut terjadi karena sumber pendapatan utama keluarga yakni perkebunan karet mengalami penurunan harga jual getah yang cukup drastis sehingga berdampak kepada daya beli masyarakat terhadap konsumsi pangan. Indikator kemajuan taraf hidup (livelihood) yaitu indikator yang bersifat fisik (tangible) dan indikator kemajuan pola pikir (mindset) yaitu indikator yang bersifat bukan fisik (intangible) kelompok tani Padusi dapat dilihat pada Gambar 13. Kemajuan tampak terlihat dimana terjadi pergeseran taraf hidup (livelihood) dan pola pikir (mindset) pada kelompok tani Padusi, yang mengindikasikan adanya suatu dampak positif yang signifikan dari program pemberdayaan masyarakat CECOM melalui implementasi proyek pengembangan sistem pertanian terpadu (IFS). Hal ini menggambarkan adanya pemahaman yang tinggi pada masyarakat terhadap program yang dijalankan, sehingga manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan tergambar langsung pada pola pikir yang akan berkorelasi positif pada taraf hidup petani.
64
Gambar 13. Grafik VPA Kelompok Tani Padusi
Pergeseran dari kuadran (-,+) pada fase persiapan ke kuadran (+,+), pada fase pengembangan, menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan pada Pola Pikir masyarakat (9.60 – 2.48 = 7.12), sedangkan perkembangan pada indikator Taraf Hidup komunitas petani (6.18 – 5.53 = 0.65), menunjukkan hasil yang kurang signifikan seperti terlihat pada Tabel 6. Hal ini disebabkan oleh implementasi proyek IFS CECOM yang baru berlangsung selama tiga tahun, input fisik berupa seed capital yang dikembangkan pada Lembaga Keuangan Mikro milik kelompok tani Padusi, relatif terbatas sehingga jumlah modal kegiatan usaha yang dapat diakses anggota kelompok tani Padusi belum memadai bagi peningkatan skala usaha tani.
65
Tabel 6 . Pertumbuhan Vektor Kelompok Tani Padusi Deskripsi
Pola Pikir (X)
Taraf Hidup (Y)
2006 2007 2008
2.48 7.89 9.60
5.53 6.01 6.18
Total
Pertumbuhan
Vektor
X 5.41 1.71
Y 0.48 0.17
5.43 1.72
7.12
0.64
7.15
Namun demikian posisi akhir dari koordinat VPA kelompok tani Padusi telah sampai pada tahap Perkembangan (9.60 ; 6.18), sedangkan batas aman bagi ketahanan pangan pada suatu masyarakat adalah pada koordinat (5.0 ; 5.0), sehingga dapat dikatakan bahwa, proyek IFS CECOM dalam memasuki waktu tiga tahun telah berhasil untuk mendorong dan mendukung proses pemberdayaan di masyarakat desa Kampar menuju ke arah kemandirian masyarakat yang sangat positif, yang berdampak langsung pada pola pikir masyarakat untuk tetap dapat mempertahankan ketahanan pangan yang sudah terbentuk. Pendekatan pendampingan secara partisipatif oleh CECOM kegiatan
–pengembangan
kelembagaan,
pengorganisasian
melalui
komunitas
dan
penguatan kapasitas telah memberikan dampak yang cukup besar dalam perukembangan pola pikir masyarakat ini. Besaran vektor yang didapatkan dari analisa VPA adalah :V^ = 7.12^ + 0.65^ = 51.11 ,sehingga V = 7.15, sedangkan persamaan garis linear yang didapatkan adalah Y = 0.09 X + 0.001, yang berarti bahwa kenaikan X (pola pikir) sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan Y (taraf hidup) sebesar 0,09 satuan. Percepatan perkembangan Y (Taraf Hidup) sebenarnya dapat dipacu dengan pengembangan program selanjutnya yang difokuskan pada pengembangan usaha mikro, baik secara fisik dengan input modal , dan input produksi, serta penguatan kapasitas usaha mikro dengan berbagai pelatihan manajemen usaha mikro, pelatihan pengelolaan keuangan mikro dan pelatihan pelembagaan untuk penguatan kelompok yang lebih signifikan. Bila pada proyek CECOM berikutnya dilakukan pendekatan melalui pengembangan usaha mikro yang lebih intensif, maka sudut vektor VPA akan berubah menjadi lebih besar, sehingga akan terjadi keseimbangan antara besaran
66
perkembangan X dan Y (sudut 45 derajat), sehingga perkembangan masyarakat dapat segera mencapai fase kemandirian (self reliance stage).
6.2.2. Kelompok Tani Berkat Bersama, desa Kuala Nenas, Kecamatan Kampar Timur. Dari hasil analisis indikator VPA terdapat perubahan yang signifikan pada indikator-indikator VPA untuk Kelompok Tani Berkat Bersama pada fase persiapan tahun 2006 dan pada fase kemandirian tahun 2008 seperti pada Gambar 14. Walaupun Poktan Berkat Bersama telah memasuki fase kemandirian masih terdapat satu sub-indikator yang masih terdapat di bawah batas aman, yaitu pengarusutamaan jender, walaupun telah terjadi perkembangan 20 persen dari posisi sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 7. Suhaimi Khatib, ketua KTNA Kabupaten Kampar melihat dalam perspektif lokal di Kampar bahwa pelibatan peran dan partisipasi dalam pengambilan keputusan oleh perempuan dalam usaha tani terlihat menonjol dalam budidaya tanaman pangan khususnya padi sedangkan dalam usaha tani berbasis komoditas non tanaman pangan seperti nenas sebagai sumber pendapatan utama keluarga maka peranan perempuan cenderung termarjinalkan atau hanya sebagai pendukung. Sub indikator lain yang masih tipis peningkatannya adalah sub indikator kesempatan kerja dimana posisi sub indikator tersebut tepat digaris aman (koordinat 5), hal ini menunjukkan bahwa sumber nafkah atau pendapatan anggota Poktan hanya bergantung dalam budidaya tanaman nenas dan industri hilir skala rumah tangga yaitu pengolahan keripik nenas. CECOM Foundation belum mengoptimalkan potensi integrasi sektor usaha pertanian dengan sektor usaha lainnya seperti peternakan sapi karena sampai tahun 2008 belum adan bantuan input fisik berupa ternak sapi kepada Poktan Berkat Bersama. Padahal seandainya konsep dan disain program IFS dilaksanakan secara terpadu melalui pengembangan usaha peternakan maka akan banyak nilai tambah yang didapat seperti : (1) penggemukan (fattening) dan budidaya (breeding) sapi dimana limbah kulit nenas dapat difermentasi menjadi pakan alternatif bagi ternak, (2) produksi fine compost yang akan menyuburkan lahan pertanian nenas.
67
Perkembangan tertinggi pada Poktan Berkat Bersama dapatkan pada sub indikator Kebiasaan menabung, sebesar 7.4., dari sebelumnya 2.5, sehingga terjadi peningkatan sebesar 202 persen dari posisi sebelumnya di tahun 2006. Sub indikator ini juga merupakan salah satu indikator kemajuan program yang merekam frekuensi menabung dalam satu tahun terakhir dan kesadaran menabung di kelompok tani. Tabulasi data rata-rata hasil analisa indikator Kelompok tani Berkat Bersama disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Data Sub-Indikator VPA Kelompok Tani Berkat Bersama No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sub Indikator Pendapatan Kesempatan Kerja Konsumsi Pangan Sanitasi dan Kebersihan Aktifitas di kelompok Tingkat adopsi teknologi Kebiasaan menabung Kepercayaan diri Pendidikan Pengarus utamaan Jender Praktek Bisnis
Tahun 2006 Tahun 2008 8.5 9.5 4.6 5.0 5.1 6.3 6.4 8.0 7.2 9.0 5.7 8.2 2.5 7.4 6.1 8.3 9.4 8.9 2.5 3.0 6.2 9.5
Perubahan 12% 9% 24% 26% 25% 45% 202% 37% -5% 20% 54%
Indikator kemajuan taraf hidup (livelihood) yaitu indikator yang bersifat fisik (tangible) dan indikator kemajuan pola pikir (mindset) yaitu indikator yang bersifat bukan fisik (intangible).kelompok tani Berkat Bersama dapat dilihat pada grafik pada Gambar 14. Dari Gambar 14 tampak terlihat bahwa Kelompok Tani Berkat Bersama dalam tiga tahun terakhir telah berada pada fase kemandirian (self reliance stage). Pada periode tahun 2006 – 2007 pergeseran taraf hidup dan pola pikir yang terjadi mengalami kenaikan tipis dalam fase yang sama mengindikasikan adanya suatu dinamika kelompok tani dalam implementasi proyek pengembangan sistem pertanian terpadu (IFS) yang berakibat pertumbuhan program cenderung berjalan ditempat. Pergeseran taraf hidup (livelihood) dan pola pikir (mindset) pada
68
kelompok tani Berkat Bersama menunjukkan perkembangan signifikan terjadi pada pada periode tahun 2007 – 2008.
KELOMPOK TANI BERKAT BERSAMA 10.00 9.00 8.00
7.93, 7.28
Taraf Hidup
7.00 6.00
5.55, 6.30
5.85, 6.38 1-2 2-3 3-4 LINEAR
5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 Pola Pikir
Gambar 14 Grafik VPA Kelompok Tani Berkat Bersama
Pergeseran dari kuadran (5.55,6.30) pada tahun 2006 ke kuadran (7.93,7.28), pada tahun 2008, menunjukkan perkembangan positif pada perkembangan pada indikator Pola Pikir (7.93 – 5.55 = 2.38), maupun Taraf Hidup komunitas petani (7.28 – 6.30 = 0.98) seperti terlihat pada tabel 7. Besaran vektor yang didapatkan dari analisa VPA adalah :V^ = 2.38^ + 0.98^ = 6.62 ,sehingga V = 2.58, sedangkan persamaan garis linear yang didapatkan adalah Y = 0.41 X + 0.001, yang berarti bahwa kenaikan X (pola pikir) sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan Y (taraf hidup) sebesar 0,41 satuan. Hal ini menggambarkan bahwa indikator Pola Pikir anggota kelompok tani mengalami peningkatan sesuai yang diharapkan, namun pada saat yang sama tingkat kesejahteraan anggota kelompok tani Sehati mengalami pertumbuhan 41 persen
69
dari yang diharapkan. Dari fenomena diatas dapat dijelaskan bahwa kegiatan penguatan kapasitas dan pengorganisasian komunitas oleh CECOM dalam proyek IFS telah mampu meningkatkan pemahaman masyarakat dampingan, namun input fisik yang dikembangkan kelompok tani Berkat Bersama belum mampu menghasilkan kesejahteraan yang seimbang dengan perkembangan pola pikir yang dicapai. Tabel 8. Pertumbuhan Vektor Kelompok Tani Berkat Bersama Deskripsi
Pola Pikir (X)
Taraf Hidup (Y)
2006 2007 2008
5.55 5.85 7.93
6.30 6.38 7.28
Total
Pertumbuhan
Vektor
X 0.30 2.08
Y 0.09 0.90
0.31 2.27
2.38
0.98
2.58
Bila pada proyek CECOM berikutnya dilakukan pendekatan melalui pengembangan usaha tani yang lebih intensif dan penguatan kelembagaan kelompok tani, maka sudut vektor VPA akan berubah menjadi lebih besar, sehingga akan terjadi keseimbangan antara besaran perkembangan X dan Y (sudut 45 derajat). Pada saat yang sama perkembangan indikator pola pikir yang terjadi pada petani non kelompok tani Berkat Bersama belum beranjak pada kuadran negatif dan perkembangan indikator taraf hidup telah diatas batas aman, namun pertumbuhan indikator taraf hidup sangat tipis. 6.2.3. Kelompok Tani Tunas Sehati, Pulau Birandang, Kecamatan Kampar Timur. Dari hasil analisis indikator VPA terdapat perubahan yang signifikan pada indikator-indikator VPA untuk Kelompok Tani Tunas Sehati pada fase persiapan tahun 2006 dan pada fase kemandirian tahun 2008. Dari seluruh sub indikator kemajuan masih terdapat satu sub-indikator yang masih terdapat di bawah batas aman, yaitu pengarusutamaan jender, walaupun telah terjadi perkembangan 40 persen dari posisi sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 9. Pencapaian ini dapat
70
diperbaiki pada implementasi proyek IFS CECOM berikutnya, dengan lebih mengarahkan program pada sub indikator tersebut. Perkembangan tertinggi di dapatkan pada sub indikator Kebiasaan menabung, sebesar 8.3., dari sebelumnya 4.6, sehingga terjadi perubahan sebesar 82 persen dari posisi sebelumnya. Sub indikator ini juga merupakan salah satu indikator kemajuan program yang merekam frekuensi menabung dalam satu tahu terakhir dan kesadaran menabung di kelompok. Tabulasi data rata-rata hasil analisa indikator Kelompok tani Tunas Sehati disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Rataan Data Sub-Indikator VPA Kelompok Tani Tunas Sehati
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sub Indikator Pendapatan Kesempatan Kerja Konsumsi Pangan Sanitasi dan Kebersihan Aktifitas di kelompok Tingkat adopsi tehnologi Kebiasaan menabung Kepercayaan diri Pendidikan Pengarus utamaan Jender Praktek Bisnis
Tahun 2006 7.5 4.8 5.1 5.7 7.0 7.4 4.6 6.2 9.7 1.5 7.0
Tahun 2008 8.9 6.7 6.9 6.4 9.4 7.8 8.3 8.3 10.0 2.2 8.4
Perubahan 19% 38% 35% 13% 34% 6% 82% 35% 3% 40% 20%
Indikator kemajuan taraf hidup (livelihood) yaitu indikator yang bersifat fisik (tangible) dan indikator kemajuan pola pikir (mindset) yaitu indikator yang bersifat bukan fisik (intangible).kelompok tani Tunas Sehati dapat dilihat pada grafik pada Gambar 15.
71
Gambar 15 Grafik VPA Kelompok Tani Tunas Sehati Tampak terlihat bahwa telah terjadi pergeseran taraf hidup (livelihood) dan pola pikir (mindset) pada kelompok tani Tunas Sehati, yang mengindikasikan adanya suatu dampak positif yang signifikan dari program pemberdayaan masyarakat CECOM melalui implementasi proyek pengembangan sistem pertanian terpadu (IFS). Pertumbuhan indikator taraf hidup menunjukkan tren yang terus meningkat seiring dengan peningkatan indikator pola pikir kelompok tani Tunas Sehati, seperti dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pertumbuhan Vektor Kelompok Tani Tunas Sehati
Deskripsi
Pola Pikir (X)
Taraf Hidup (Y)
Tahun 2006
6.19
5.92
X
Y
Tahun 2007
6.53
6.30
0.34
0.38
0.50
Tahun 2008
7.97
7.49
1.44
1.19
1.86
1.78
1.56
2.36
Total
Pertumbuhan
Vektor
72
Dari Gambar 15 dan Tabel 10, terlihat bahwa telah terjadi keseimbangan antara besaran pertumbuhan X dan Y (sudut 45 derajat). sehingga perkembangan kelompok tani Tunas Sehati telah dapat mencapai fase penumbuhan (6.19,5.92) pada tahun 2006, fase pengembangan (6.53,6.30) pada tahun 2007 dan mencapai fase kemandirian (7.97,7.49) pada tahun 2008. Rata-rata perkembangan pada setiap fase pemberdayaan masyarakat sebenarnya memerlukan waktu lebih kurang 1 tahun untuk setiap tahapan, mulai dari fase Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan dan Kemandirian. Pergeseran dari kuadran (6.19,5.92) pada fase penumbuhan ke kuadran (7.97,7.49) pada fase kemandirian, menunjukkan perkembangan yang signifikan pada Pola Pikir masyarakat (7.97 – 6.19 = 1.78), sedemikian juga perkembangan pada indikator Taraf Hidup komunitas petani (7.49 – 5.92 = 1.56), juga menunjukkan hasil yang signifikan. Posisi akhir dari koordinat VPA kelompok tani Tunas Sehati telah sampai pada tahap Perkembangan (7.97,7.49) sedangkan batas aman bagi ketahanan pangan pada suatu masyarakat adalah pada koordinat (5.0 ; 5.0), sehingga dapat dikatakan bahwa, proyek IFS CECOM dalam memasuki waktu tiga tahun telah berhasil untuk mendorong dan mendukung proses pemberdayaan masyarakat yang berdampak
langsung
pada
pola
pikir
masyarakat
untuk
tetap
dapat
mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Besaran vektor yang didapatkan dari analisa VPA adalah :V^ = 1.78^ + 1.56^ = 5.59 ,sehingga V = 2.36, sedangkan persamaan garis linear yang didapatkan adalah Y = 0.87 X + 0.001, yang berarti bahwa kenaikan X (pola pikir) sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan Y (taraf hidup) sebesar 0,87 satuan. Hal ini menggambarkan bahwa indikator Pola Pikir anggota kelompok tani mengalami peningkatan sesuai yang diharapkan, namun pada saat yang sama tingkat kesejahteraan anggota kelompok tani Sehati mengalami pertumbuhan 87 persen dari yang diharapkan Pada saat yang sama, indikator taraf hidup dan indikator pola pikir yang terjadi pada petani yang bukan kelompok tani Tunas Sehati belum beranjak pada kuadran (-,+).
73
6.3. Pengembangan Partisipasi dan Modal Sosial 6.3.1. Demokrasi Partisipatif Untuk membangun demokrasi partisipatif dalam komunitas dampingan, CECOM Foundation memfasilitasi tumbuhnya konsensus sosial melalui penguatan kelembagaan kelompok tani. Kelompok Tani Padusi, Kelompok Tani Berkat Bersama dan Kelompok Tani Tunas Sehati, menempatkan rapat kelompok sebagai kekuasaan tertinggi dalam pengambilan keputusanlam hal : (1) Perumusan aturan (AD/ART), (2) Pengangkatan dan pemberhentian pengurus, (3) Perencanaan kegiatan Poktan, dan lain-lain seperti tergambar dalam skema struktur organisasi kedua kelompok tani ini, dapat dilihat pada gambar 16. Rapat Anggota
♦ ♦ ♦ ]
Pengurus Ketua Sekretaris Bendahara
♦ ♦ ♦
Badan Pemeriksa Ketua Sekretaris Anggota
Anggota Kelompok : : :
Gambar 16
Garis pertanggungjawaban Garis pelayanan Garis kontrol/pengawasan
Skema struktur organisasi Kelompok Tani dampingan CECOM Foundation
Dari skema struktur organisasi kelompok tani di atas dapat dilihat bahwa Pengurus Kelompok dan Badan Periksa mempertanggungjawabkan semua kegiatan kelompok kepada Rapat Anggota. Pengurus Kelompok dan Badan Pemeriksa bertugas untuk melayani anggota. Pengurus Kelompok dan Badan Pemeriksa merupakan anggota kelompok, sedangkan Rapat Anggota dapat berlangsung bila dihadiri oleh Anggota kelompok, Pengurus Kelompok dan Badan Pemeriksa. Kesimpulannya adalah kelompok tani dapat berjalan dengan
74
baik bila seluruh anggota kelompok berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok. Sistem yang ada dalam kelompok adalah dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. 6.3.2. Pemanfaatan Modal Sosial Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah proses untuk membantu masyarakat memperolah daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan terkait dengan diri mereka, termasuk mengurang efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan yang dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki. Proses dalam pemberdayaan masyarakat ini harus melihat keadaan modal sosial yang telah ada di masyarakat. Modal sosial yang dipunyai oleh Kelompok Tani dampingan CECOM Foundation di Kabupaten Kampar yaitu Poktan Padusi, Poktan Berkat Bersama dan Poktan Tunas Sehati adalah budaya Batobo (gotong royong khas Melayu Kampar), dimana antar anggota kelompok tani
bekerjasama demi mencapai
tujuan bersama di dalam berbagai kegiatan usaha kelompok sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif yang saling menguntungkan antara anggota kelompok tani.
6.4. Ikhtisar CECOM Foundation telah melakukan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan metodologi dan mekanisme pemberdayaan di Desa Kampar, Desa Kualu Nenas dan Desa Pulau Birandang. Sesuai dengan mekanisme pemberdayaan maka keberadaan kelompok adalah : (1) Kelompok Tani Padusi berada pada fase pengembangan, (2) Kelompok Tani Berkat Bersama berada pada fase kemandirian, dan (3) Kelompok Tunas Sehati berada pada fase kemandirian. Berdasarkan analisis indikator VPA yang dilakukan masih terdapat
kelemahan
pada beberapa sub indikator yaitu : (1) Pengarusutamaan jender pada kelompok tani Berkat Bersama dan Tunas Sehati, (2) Konsumsi Pangan pada kelompok tani Padusi, dan (3) Kesempatan kerja pada kelompok tani Berkat Bersama.
75
Kelemahan sub indikator pengarusutamaan jender pada kelompok tani Berkat Bersama dan kelompok tani Tunas Sehati selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2006 sampai tahun 2008, menunjukkan bahwa CECOM Foundation belum memiliki konsep dan sensitivitas dalam mengembangkan program pemberdayaan berwawasan jender. Kelemahan pada sub indikator konsumsi pangan pada kelompok tani Padusi pada tahun 2008 karena pada tahun tersebut harga komoditas karet yang menjadi sumber pendapatan utama keluarga merosot tajam sehingga melemahkan daya beli masyarakat yang pada akhirnya melemahkan
ketahanan pangan
masyarakat. Hal tersebut sesuai pendapat para ahli bahwa aspek seasonability seperti fluktuasi harga komoditas dapat menyebabkan melemahnya tingkat kerentanan (vulnaribility) terhadap ketahanan pangan masyarakat. Melemahnya ketahanan pangan yang disebabkan melemahnya daya beli masyarakat untuk memenuhi konsumsi pangan (konsumsi kalori dan protein) akan berpengaruh terhadap menurunkan taraf kehidupan atau kesejahteraan masyarakat. Menurut BPS Riau (2010), salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk adalah data konsumsi kalori dan protein per kapita. Kesejahteraan dapat dikatakan makin baik apabila kalori dan protein yang dikonsumsi penduduk
semakin
meningkat sampai akhirnya melewati standar
kecukupan konsumsi. Fenomena pencapaian indikator pola pikir yang mengesankan pada kelompok tani Padusi ternyata tidak dapat secara otomatis meningkatkan indikator taraf hidup. Kelemahan pada sub indikator kesempatan kerja pada kelompok tani Berkat Bersama pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, menunjukkan bahwa sumber nafkah rumah tangga petani dampingan CECOM Foundation belum berkembang padahal potensi diversifikasi usaha tani baik on farm maupun off farm berbasis komoditas nenas sangat terbuka. Seharusnya CECOM Foundation mengembangkan integrasi sub sektor pertanian berbasis nenas yang dikembangkan kelompok tani Berkat bersama dengan sub sektor lain seperti sub sektor peternakan sapi sesuai disain program IFS yang terlihat pada Gambar 12 melalui fasilitasi dan promosi potensi kelompok dampingan kepada stakeholder terkait pemberdayaan masyarakat seperti : (1) Pemerintah daerah
76
melalui satuan kerja Dinas Peternakan melalui program penggaduhan sapi K2I; (2) Perusahaan yang memiliki skema pembiayaan dengan bunga lunak seperti pinjaman PKBL BUMN (bungan enam persen setahun); (3) Bank pemerintah yang memiliki skema Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) maupun Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemberdayaan Mayarakat yang dilakukan oleh CECOM Foundation telah meningkatkan taraf hidup dan pola pikir kelompok tani dampingan, tetapi secara luas belum mampu memberikan perubahan pola pikir masyarakat secara umum di luar kelompok tani. Terdapat perbedaan yang signifikan antara perkembangan kelompok tani dampingan CECOM Foundation dengan perkembangan kelompok tani yang tidak didampingi, baik dalam hal peningkatan taraf hidup maupu pola pikir seperti terlihat dalam Gambar 17. Vectorial Project Analysis Chart Cecom Vs. Non-Cecom di Kabupaten Kampar 10.00
I
9.00
II
II
IV
Livelihood
8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.0 0 CECOM
Mindset
NON-CECOM
Gambar 17 Grafik VPA Kabupaten Kampar Untuk itu diperlukan upaya untuk mendorong komunitas yang bukan dampingan CECOM Foundation agar tetap berada di atas garis kemiskinan melalui kegiatan kelompok tani dampingan CECOM Foundation yang berdampak mengajak partisipasi masyarakat lebih luas melalui modal sosial yang ada untuk mampu menggerakkan komunitas lain yang berada di lingkup desanya agar
77
meningkat pola pikir masyarakat secara snowballing effect. Peluang keberhasilan mengajak petani yang bukan dampingan CECOM sangat besar karena modal sosial dan kelembagaan kelompok tani dampingan CECOM yang telah terbangun mampu menjadi entry point bagi proses pengorganisasian masyarakat yang lebih luas oleh field CD Officer. Kelembagaan sosial ekonomi yang dikembangkan kelompok tani dampingan CECOM berikut aktivitas produktif yang dijalankan oleh pengurus dan para anggota dapat dioptimalkan sebagai pusat layanan informasi pemberdayaan yang dapat diakses oleh masyarakat pedesaan khususnya para komunitas petani lain yang bukan dampingan CECOM Foundation.