VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko PD Pacet Segar melakukan budidaya tomat cherry segara kontinu dari musim ke musim. Dalam satu kali musim tanam atau periode tanam, PD Pacet Segar menanam sebanyak 2000 tanaman. Pada kegiatan usaha budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar terdapat beberapa risiko produksi yang dapat menghambat jalannya usaha budidaya ini. Langkah awal yang dilakukan dalam menganalisis risiko produksi adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi. Proses identifikasi sumber-sumber risiko ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung dilapangan, wawancara dengan pihak terkait, dan laporan produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar. Identifikasi dengan cara pengamatan langsung dilakukan dengan mengikuti secara langsung alur produksi tomat cherry, yaitu mulai dari penanaman bibit tomat, penyiangan, penyulaman, perempelan, pemupukan, pencegahan dan pemberantasan hama penyakit, panen, penyortiran, pengepakan, dan pengiriman. Secara umum risiko produksi tomat cherry yang dihadapi oleh PD Pacet Segar adalah matinya tanaman tomat pada masa produktifnya dan tomat busuk atau rusak.
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung dilapangan,
wawancara, dan analisis laporan produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar, ditemukan beberapa hal yang teridentifikasi sebagai sumber risiko produksi tomat cherry. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah rendahnya produksi tomat cherry yang disebabkan oleh perubahan cuaca, serangan hama yang mengganggu produksi tomat cherry, penyakit tanaman, sumer daya manusia, dan kualitas bibit. Perhitungan besarnya risiko produksi yang ditimbulkan dilihat dari produksi normal tanaman tomat cherry per tanaman. Pada kondisi normal produktivitas tomat cherry 2 kg/tanaman, namun dengan adanya sumber-sumber risiko yang menyebabkan terjadinya risiko produksi, maka produktivitas tomat berfluktuasi. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, produktivitas tomat cherry pada PD Pacet Segar dari Mei 2010 – Februari 2012 berkisar antara 0,27 – 2,27kg/tanaman. Proses identifikasi terhadap sumber risiko dilakukan dengan cara melihat urutan kejadian beberapa sumber risiko yang terjadi, kejadian tersebut bisa saling
berhubungan dan terpisah satu sama lainnya. Sebagai contoh sumber risiko yang terjadi pada satu waktu adalah perubahan cuaca, penyakit, dan hama. Perubahan cuaca merupakan salah satu sumber risiko yang menyebabkan tanaman tomat terjangkit penyakit dan terserang hama. Perubahan cuaca juga berpengaruh terhadap kematian tanaman tersebut, namun dengan adanya perubahan cuaca yang tidak stabil menyebabkan tanaman tersebut terjangkit penyakit dan akhirnya mati. Selain itu perubahan cuaca juga menyebabkan tanaman tomat terserang hama dan menyebabkan tanaman tersebut mati atau buahnya rusak. Berdasarkan contoh dan pemaparan diatas maka dibutuhkan
kejelian dan ketelitian dalam proses
mengidentifikasi sumber risiko dan pengaruh sumber risiko terebut terhadap kematian tomat dan kerusakan buah tomat. Penentuan sumber risiko produksi dalam budidaya tomat cherry dilakukan dengan cara melihat urutan kejadian sumber risiko, sumber risiko yang terdekat dengan kematian atau kerusakan buah, maka sumber risiko tersebut yang berpengaruh terhadap munculnya risiko produksi. Penjelasan dari kelima sumber risiko yang telah teridentifikasi pada budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar akan dijelasakan dibawah ini. 1. Perubahan cuaca Cuaca yang tidak menentu, khususnya untuk wilayah Cipanas dan sekitarnya berpengaruh negatif kepada budidaya tomat cherry. Dengan adanya perubahan cuaca yang sangat signifikan menjadi salah satu sumber risiko produksi yang sangat dirasakan dampaknya oleh pelaku usaha yaitu PD Pacet Segar. Hal tersebut disebabkan karena produktifitas tomat cherry akan mengalami gangguan apabila dihadapkan pada kondisi cuaca yang ekstrim. Selain itu juga menyebabkan banyaknya tanaman yang mati dan rentan terserang hama dan penyakit. 2. Hama Hama merupakan salah satu sumber risiko produksi pada budidaya tomat cherry. Hama yang sering menyerang tomat cherry adalah White fly (Bemesia tobaci), Leafminer (Liriomyza trifolli), thrips, dan ulat buah (Heliotis armigera). a.
White fly menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun dan menghasilkan empedu madu yang menyebabkan daun menjadi keriput kecoklatan.
41
Gambar 10 White Fly Pada Daun Tomat Kutu ini termasuk famili Aleyrodidae dari ordo Hemiptera. Kutu ini bila terganggu akan berhamburan seperti kabut atau kepul putih. Ciri-ciri dari kutu ini adalah memiliki panjang ± 1 mm berwarna putih kekuning-kuningan, tertutup tepung seperti lilin putih, memiliki 2 pasang sayap berwarna putih dengan bentangan ± 2 mm, dan bermata merah. Lalat putih betina berukuran lebih besar dari pada lalat jantan. Telur berbentuk elips sepanjang antara 0,2-0,3 mm. Panjang pulpa ± 0,7 mm, berbentuk oval serta datar dan badannya seperti sisik pada daun. Gejala yang ditimbulkan bagi tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman tomat yang terserang seperti diselimuti tepung putih yang bila dipegang akan
berterbangan.
Serangan
mengakibatkan
pertumbuhan
tanaman
terhambat/kerdil, daun mengecil, dan menggulung ke atas. b. Hama Leafminer menyerang tanaman pada stadium larva dan dewasa dengan cara membuat alur gerakan pada bawah epidermis daun yang menyebabkan daun menjadi kuning kekeringan.
Gambar 11 Serangan Leafminer pada Daun Tomat c. Thrips menyerang tanaman pada bagian daun muda, bunga dan buah. Hama ini biasanya menetap di bagian bawah daun.
42
Kutu daun thrips termasuk famili Thripidae dari ordo Thysanoptera. Kutu daun ini memiliki ciri dengan panjang thrips antara 1-1,2 mm, berwarna hitam, bergaris merah atau tidak bercak merah. Nimfa (thrips muda) berwarna putih atau putih kekuningan, tidak bersayap dan kadang-kadang berbercak merah. Thrips dewasa bersayap dan berambut berumbai-rumbai. Telur thrips berbentuk seperti ginjal atau oval. Tanaman yang terserang hama ini akan mengisap cairan pada permukaan daun dimana daun yang telah diisap menjadi berwarna putih seperti perak karena udara masuk ke dalamnya. Bila terjadi serangan hebat, daun menjadi kering dan mati. Tanaman muda yang terserang akan layu dan mati. d. Ulat buah menyerang tanaman dengan cara memakan buah sehingga berbentuk lubang. Ulat buah memiliki Ciri-ciri dengan panjang ulat ± 4 cm dan akan makin panjang pada temperatur rendah. Warna ulat bervariasi dari hijau, hijau kekuningkuningan, hijau kecoklat-coklatan, kecoklat-coklatan sampai hitam. Pada badan ulat bagian samping ada garis bergelombang memanjang, berwarna lebih muda. Pada tubuhnya kelihatan banyak kutil dan berbulu. Telur berbentuk bulat berwarna kekuning-kuningan mengkilap dan sesudah 2-4 hari berubah warna menjadi coklat. Panjang sayap ngengat bila dibentangkan ± 4 cm dan panjang badan antara 1,5-2,0 cm. Sayap bagian muka berwarna coklat dan sayap belakang berwarna putih dengan tepi coklat. Hama ulat ini menyerang daun, bunga dan buah tomat. Ulat ini sering membuat lobang pada buah tomat secara berpindah-pindah. Buah yang dilubangi pada umumnya terkena infeksi sehingga buah menjadi busuk lunak. 3. Penyakit Penyakit yang menyerang tanaman tomat cherry merupakan salah satu sumber risiko produksi. Penyakit pada tomat ini dapat disebabkan oleh cendawan dan bakteri. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan terdiri atas penyakit layu (Fusarium oxysporum), embun tepung (Peronospora parasitica), bercak daun (Cercospora sp.), dan busuk daun (Phytophthora infestans). Penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium menyerang bibit di persemaian
43
dan tanaman dewasa dengan gejala tanaman tampak layu. Bagian yang terserang akan lunak dan berair, tetapi tidak mengeluarkan cairan lendir berwarna putih dari bagian yang busuk tersebut. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit embun tepung adalah pada permukaan daun atas tampak bercak nekrotik berwarna kekuningan dan jika daun dibalik tampak tepung berwarna putih keabuabuan. Penyakit bercak daun memiliki gejala terjadi bercak klorosis berbentuk lingkaran, berwarna kuning dan terdapat bintik hitam pada bagian tengah lingkaran. Penyakit busuk daun menyerang semua tahap perkembangan tanaman. Gejala yang ditimbulkan yaitu adanya bercak hitam kecoklatan yang pada kondisi lingkungan mendukung seperti kelembaban tinggi, dapat meluas dengan cepat sehingga menyebabkan kematian. Penyakit pada tanaman tomat yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum. Patogen dari penyakit ini menyerang jaringan pengangkut air sehingga translokasi air dan hara terganggu. Akibatnya tanaman menjadi layu, kuning, kerdil, dan akhirnya mati. Bagian tanaman yang busuk karena patogen ini mengeluarkan cairan berwarna putih seperti lendir. 4. Sumber daya manusia Sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi di perusahaan, karena sumber daya manusia menentukan baik buruknya proses produksi. Pada budidaya tomat cherry, sumber risiko berasal dari kesalahan tenaga kerja dalam melakukan pemupukan tanaman, sehingga tanaman mati karena jarak antara pupuk terlalu dekat dengan tanaman tomat. Walaupun sudah diingatkan oleh pihak penanggung jawab produksi, tapi pada setiap periode tanam masih ada tanaman yang mati karena kesalahan pemupukan. Oleh karena itu kesalahan pemupukan ini termasuk salah satu sumber risiko produksi pada budidaya tomat cherry. 5. Kualitas Bibit Kualitas bibit merupakan salah satu sumber risiko yang berpengaruh besar pada proses budidaya tomat cherry pada PD Pacet Segar. Bibit yang digunakan dalam budidaya diperoleh dari mitra yaitu ICDF (International Cooperation Development Fund) Bogor. Kualitas bibit yang diberikan oleh ICDF tidak selalu
44
bagus, hal ini dikemukakan oleh H. Halim selaku penanggung jawab produksi. Produktivitas normal tomat cherry adalah 1,5 – 2,5 kg/tanaman. apabila produktifitas tanaman kurang dari batas normal tersebut, maka produksi tomat cherry pada periode tersebut dipengaruhi oleh kualitas bibit. Mengenai bibit yang memeiliki kualitas rendah, perusahaan sudah pernah melakukan komplain terhadap kualitas bibit kepada ICDF, namun sampai saat ini kualitas bibit yang dikirimkan masih ada yang kualitasnya buruk. Perusahaan masih menerima bibit yang dikirimkan oleh ICDF karena bibit tomat cherry tidak dijual di pasaran. 6.2 Analisis Probabilitas Risiko Produksi Hasil identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi pada PD Pacet Segar memberikan informasi bahwa ada lima jenis sumber risiko produksi. Kelima risiko produksi tersebut adalah perubahan cuaca, hama, penyakit, sumber daya manusia, dan kualitas bibit. Setelah ssmua sumber-sumber risiko teridentifikasi, maka selanjutnya dilakukan analisis probabilitas terhadap masingmasing sumber risiko. Analisis probabilitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besar kecilnya kemungkinan terjadinya sumber risiko tersebut sehingga dapat diambil keputusan nantinya mana sumber risiko yang akan dipriorotaskan terlebih dahulu penanganannya. Dalam melakukan analisis ini, data yang digunakan adalah data produksi tomat cherry (2000 tanaman/periode produksi) pada 10 periode terakhir (Mei 2010 – Februari 2012) dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Penentuan kondisi, batas, dan jumlah yang digunakan dalam perhitungan analisis probabilitas dilakukan oleh perusahaan yang mengacu pada kejadian sebenarnya pada periode sebelumnya. Perhitungan probabilitas ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi banyaknya kehilangan produksi tomat yang disebabkan oleh satu sumber risiko. Setelah itu dilakukan perhitungan nilai rata-rata dan nilai standar deviasi kejadian beresiko. Sebelum didapatkan nilai z-score, maka perlu ditentukan nilai batas normal yang telah ditentukan oleh perusahaan. Penentuan angka ini sangat penting karena nilai probabilitas ini merupakan perhitungan seberapa besar penyimpangan kehilangan produksi tomat yang disebabkan oleh satu sumber risiko dari batas normal.
45
Hasil analisis probabilitas terhadap masing-masing sumber risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 7 Hasil Perhitungan Probabilitas Sumber-Sumber Risiko Produksi Budidaya Tomat Cherry pada PD Pacet Segar No 1 2 3 4 5
Sumber Risiko Produksi Perubahan cuaca Hama Penyakit Sumber daya manusia Kualitas Bibit
Probabilitas (%) 44,00 25,80 38,20 6,80 42,50
Berdasarkan data pada Tabel 8, dapat dilihat probabilitas dari masingmasing sumber risiko. Probabilitas sumber risiko dari yang terbesar adalah perubahan cuca (44,00%),
kualitas bibit (42,50%), penyakit (38,20%), hama
(25,80%), dan sumber daya manusia (6,80%). Probabilitas besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh perubahan cuaca menempati urutan pertama yaitu 44,00 persen. Hasil perhitungan probabilitas untuk sumber risiko perubahan cuaca dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Perubahan Cuaca Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Mei - Agustus 2010 Juli - Oktober 2010 September - Desember 2010 November 2010 - Februari 2011 Januari - April 2011 Maret - Juni 2011 Mei - Agustus 2011 Juli - Oktober 2011 September - Desember 2011 November 2011 - Februari 2012 TOTAL Rata - Rata Standar Deviasi X (batas normal) Z Nilai Pada Tabel Z Probabilitas Risiko
Kehilangan Produksi Tomat (kg) 718 132 1.066 1.756 1.762 1.027 399 61 740 1.425 9085 909 614 1000 0,15 0,44 44,00%
46
Berdasarkan Tabel 9, batas normal kehilangan produksi tomat cherry yang ditetapkan oleh PD Pacet Segar adalah 1000 kg. Angka ini ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan rata-rata kehilangan produksi sebesar 25 persen pada setiap periode. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai Z sebesar 0,15 menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0,44. Angka ini menunjukkan probababilitas sumber risiko yang disebabkan iklim adalah 44 persen.
Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan
produksi tomat yang melebihi 1000 kg adalah 44 persen. Besarnya probabilitas yang disebabkan oleh perubahan cuaca yang signifikan sehingga menyebabkan tanaman rusak dan mati. Besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh sumber risiko perubahan cuaca pada periode-periode tertentu jumlahnya lebih sedikit dibandingkan periode yang lainnya. Sebagai contoh pada periode 1, 2, 7, dan 8. Pada periode ini besarnya kehilangan produksi relatif sedikit daripada periode lainnya. Hal ini disebabkan oleh cuaca pada periode tersebut relatif stabil, karena intensitas hujan dan pananya seimbang, sehingga risiko produksi yang disebabkan oleh perubahan cuaca relatif sedikit. Pada periode 4 dan 5 merupakan periode yang jumlah kehilangan produksi tomat yang paling besar, hal ini disebabkan oleh cuaca yang ekstrim dan angin kencang, sehingga tanaman tomat banyak yang mati. Probabilitas kehilangan produksi tomat cherry yang disebabkan oleh kualitas bibit menempati urutan kedua, yaitu sebesar 42,50 persen. Batas normal kehilangan tomat yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 400 kg per periode. Penetapan angka batas normal ini berdasarkan rata-rata kehilangan produksi sebesar 10 persen pada setiap periode produksi. Berdasarkan Tabel 10 hasil perhitungan probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh kualitas bibit, nilai Z sebesar 0,19 menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0,425. Angka ini menunjukkan probababilitas sumber risiko yang disebabkan kualitas adalah 42,50 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi tomat
47
yang melebihi 400 kg adalah 42,50 persen. Sumber risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas bibit dipengaruhi oleh keempat sumber risiko produksi lainnya. Tabel 9 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kualitas Bibit Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Mei - Agustus 2010 Juli - Oktober 2010 September - Desember 2010 November 2010 - Februari 2011 Januari - April 2011 Maret - Juni 2011 Mei - Agustus 2011 Juli - Oktober 2011 September - Desember 2011 November 2011 - Februari 2012 TOTAL Rata - Rata Standar Deviasi X (batas normal) Z Nilai Pada Tabel Z Probabilitas Risiko
Kehilangan Produksi Tomat (kg) 235 380 979 115 413 1.099 3.220 322 410 400 0,19 0,425 42,50%
Besarnya risiko yang dihadapi diperoleh dari hasil pengurangan besarnya kehilangan produksi dikurangi dengan besarnya risiko yang disebabkan perubahan cuaca, hama, penyakit, dan sumber daya manusia. Sebagai contoh pada periode satu, dua, tujuh, dan delapan, risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas bibit adalah 0. Hal ini disebabkan karena produktivitas tanaman tomat berada pada batas normal, yitu antara 1,5 – 2,5 kg/tanaman, sehingga pada periode ini tanaman tomat tidak terkena risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas bibit. Berbeda dengan periode 10. Kehilangan produksi pada periode ini adalah sebesar 3.374 kg. Dari 3.374 kg, kehilangan produksi yang disebabkan oleh kualitas bibit adalah 1,099 kg. Pada periode ini kehilangan risiko yang disebabkan oleh kualitas bibit sangat tinggi. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor perubahan cuaca yang tidak menentu, sehingga produktivitas tanaman menurun. Selain itu, kualitas bibit yang
48
diperoleh dari ICDF tidak sebagus biasanya (Halim)1. Secara umum kualitas bibit ini dipengaruhi oleh perubahan cuaca, sehingga produktivitas menurun. Probabilitas kehilangan produksi tomat cherry yang disebabkan oleh penyakit menempati urutan ketiga yaitu sebesar 38,20 persen. Batas normal kehilangan tomat yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 320 kg per periode. Penetapan angka batas normal ini berdasarkan rata-rata kehilangan produksi sebesar 8 persen pada setiap periode produksi. Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 10 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Penyakit Periode
Waktu Mei - Agustus 2010 Juli - Oktober 2010 September - Desember 2010 November 2010 - Februari 2011 Januari - April 2011 Maret - Juni 2011 Mei - Agustus 2011 Juli - Oktober 2011 September - Desember 2011 November 2011 - Februari 2012 TOTAL Rata - Rata Standar Deviasi X (batas normal) Z Nilai Pada Tabel Z Probabilitas Risiko
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kehilangan Produksi Tomat (kg) 376 109 322 333 363 313 169 15 299 482 2.781 278 139 320 0,30 0,382 38,20%
Berdasarkan data pada Tabel 11, nilai Z sebesar 0,30 menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0,382. Angka ini menunjukkan probababilitas sumber risiko yang disebabkan penyakit adalah 38,20 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi tomat yang melebihi 320 kg adalah 38,20 persen. Besarnya probabilitas yang disebabkan oleh penyakit yang juga dipicu oleh iklim yang ekstrim sehingga 1
Penanggungjawab Produksi PD Pacet Segar
49
tanaman terserang penyakit, khususnya penyakit layu fusarium, busuk buah. Sumber risiko produksi yang disebabkan oleh penyakit dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Apabila curah hujan tinggi, maka tanaman akan rentan terserang penyakit. Berdasarkan pada Tabel 15, besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh penyakit pada periode 8 sangat rendah, yaitu 15 kg. Hal ini pada periode ini (Juli – Oktober 2011) curah hujan sangat rendah, sehingga tanaman sedikit yang terserang oleh penyakit. Sedangkan pada periode 10, besarnya kehilangan produksi yang disebabkan oleh penyakit sangat tinggi, yaitu sebesar 482 kg. Hal ini disebabkan pada periode ini curah hujan sangat tinggi, sehingga banyak tanaman yang terserang penyakit dan akhirnya mati. Probabilitas kehilangan produksi tomat cherry yang disebabkan oleh hama menempati urutan keempat yaitu sebesar 25,80 persen. Batas normal kehilangan tomat yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 300 kg per periode. Penetapan angka batas normal ini berdasarkan rata-rata kehilangan produksi sebesar 7,5 persen pada setiap periode produksi. Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko yang disebabkan oleh hama dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 11 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Hama Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Mei - Agustus 2010 Juli - Oktober 2010 September - Desember 2010 November 2010 - Februari 2011 Januari - April 2011 Maret - Juni 2011 Mei - Agustus 2011 Juli - Oktober 2011 September - Desember 2011 November 2011 - Februari 2012 TOTAL Rata - Rata Standar Deviasi X (batas normal) Z Nilai Pada Tabel Z Probabilitas Risiko
Kehilangan Produksi Tomat (kg) 254 96 258 236 334 353 223 26 164 350 2.294 229 108 300 0,65 0,258 25,80%
50
Berdasarkan data pada Tabel 12, nilai Z sebesar 0,65 menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0,258. Angka ini menunjukkan probababilitas sumber risiko yang disebabkan hama adalah 25,80 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi tomat yang melebihi 300 kg adalah 25,80 persen. Kehilangan produksi yang disebabkan oleh serangan hama dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Cuaca yang buruk, menyebabkan tanaman mudah terserang hama. Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat pada periode 2 dan 8, kehilangan produksi lebih sedikit dibandingkan periode lainnya. hal ini disebabkan karena pada periode ini curah hujan relatih sedikit, sehingga hama tidak menyerang tanaman. berbeda halnya pada periode laiinnya, kehilangan produksi lebih banyak. Rata-rata kehilangan produksi disebabkan oleh hama busuk buah, sehingga banyak buah yang tidak bisa dipanen. Probabilitas kehilangan produksi tomat cherry yang paling rendah disebabkan oleh sumber daya manusia yaitu 6,80 persen. Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 12 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Sumber Daya Manusia Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Mei - Agustus 2010 Juli - Oktober 2010 September - Desember 2010 November 2010 - Februari 2011 Januari - April 2011 Maret - Juni 2011 Mei - Agustus 2011 Juli - Oktober 2011 September - Desember 2011 November 2011 - Februari 2012 TOTAL Rata - Rata Standar Deviasi X Z Nilai Pada Tabel Z Probabilitas Risiko
Kehilangan Produksi Tomat (kg) 22 26 24 28 22 24 28 12 24 18 228 23 5 30 1,49 0,068 6,80%
51
Berdasarkan data pada Tabel 13, batas normal kehilangan tomat yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 30 kg per periode. Penetapan angka batas normal ini berdasarkan rata-rata kehilangan produksi sebesar 0,75 persen pada setiap periode produksi. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai Z sebesar 1,49. Angka menunjukkan bahwa nilai tersebut berada pada sebelah kanan kurva distribusi normal. Apabila nilai Z ini dipetakan pada Tabel distribusi Z, maka akan menunjukkan nilai 0,068. Angka ini menunjukkan probababilitas sumber risiko yang disebabkan human error adalah 6,80 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kemungkinan kehilangan produksi tomat yang melebihi 30 kg adalah 6,80 persen. Kehilangan produksi yang disebabkan oleh sumberdaya manusia ini disebabkan kesalahan pada saat pemupukan. Pemupukan yang dekat dengan tanaman menyebakan kematian pada tanaman. Penanggungjawab produksi selalu mengingatkan tenaga kerjanya bagaimana pemupukan yang benar, tapi pada kenyataannya masih ada yang tidak melaksanakan dengan baik. Ciri-ciri tanaman yang mati karena kesalahan pemupukan adalah pangkal tanaman tersebut akan lunak dan menyebabkan tanaman mati. 6.3 Analisis Dampak Risiko Produksi Sumber-sumber risiko produksi tomat cherry yang sudah teridentifikasi pada PD Pacet Segar memiliki dampak negatif bagi perusahaan. Dampak negatif yang dirasakan oleh perusahaan adalah berupa kerugian finansial yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko yang dapat dihitung berdasarkan nilai rupiah sebagai mata uang negara Indonesia. Apablia terjadi risiko produksi yang diakibakan oleh sumber-sumber risiko tersebut, maka dapat dilakukan perkiraan kerugian. Perkiraan kerugian tersebut tidak 100 persen sesuai dengan kejadian di lapangan. Oleh karena ini dibutuhkan penetapan besarnya kerugian dengan suatu tingkat keyakinan. Perhitungan dampak risiko produksi tomat cherry dilakukan dengan metode Value at Risk (VaR). Perhitungan yang dilakukan menggunakan tingkat keyakinan 95 persen dan sisanya 5 persen adalah error. Proses perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran. Tujuan dilakukan perhitungan dampak dari masingmasing sumber risiko ini adalah untuk mengetahui perkiraan kerugian yang diderita oleh pihak perusahaan. Data yang digunakan dalam perhitungan ini
52
adalah data produksi 10 periode terakhir (Mei 2010 – Februari 2012) dan hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Pihak perusahaan yang saya wawancara adalah pimpinan perusahaan selaku pembuat keputusan dan penanggung jawab produksi. Urutan hasil perhitungan analisis dampak risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar berdasarkan masing-masing sumber risiko dari urutan terbesar adalah perubahan cuaca, kualitas bibit, penyakit, hama, dan sumber daya manusia. Berikut pemaparan dari hasil perhitungan tersebut. Analisis dampak risiko produksi (VaR) yang disebabkan oleh perubahan cuaca dalam 10 periode terakhir adalah Rp 9.722.492,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh perubahan cuaca dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 13 Analisis Dampak Sumber Risiko Perubahan Cuaca No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Mei - Agustus 2010 Juli - Oktober 2010 September - Desember 2010 November 2010 - Februari 2011 Januari - April 2011 Maret - Juni 2011 Mei - Agustus 2011 Juli - Oktober 2011 September - Desember 2011 November 2011 - Februari 2012 TOTAL Rata - Rata Standar Deviasi Nilai Z (α = 5%) VaR
Kehilangan Produksi Tomat (kg) 718 132 1.066 1.756 1.762 1.027 399 61 740 1.425
Harga Jual (Rp) 7.500 7.500 7.500 7.500 8.000 8.000 8.000 8.000 8.500 8.500
Kerugian (Rp) 5.385.000 992.000 7.998.000 13.167.000 14.096.000 8.215.467 3.188.267 484.267 6.287.733 12.114.200 71.927.933 7.192.793 4.862.984 1,645 9.722.492
Berdasarkan data pada Tabel 14, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah Rp 9.722.492,00. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya pengaruh perubahan cuaca. Namun ada kemungkinan sebesar 5 persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 9.722.492,00. Pada periode empat, lima, dan sepuluh, dampak kerugian yang disebabkan oleh
53
perubahan cuaca relatif tinggi dibandingkan periode lainnya, hal ini disebabkan pada periode ini curah hujan sangat tinggi dan tidak menentu, sehingga banyak tanaman tomat yang rusak diakibatkan hujan dan angin kencang. Sebaliknya pada periode dua dan delapan (Juli – Oktober), dampak risiko yang disebabkan oleh perubahan iklim relatif kecil dibandingkan dengan periode lainnya. Hal ini disebabkan karena pada periode ini kondisi cuaca relatif stabil, sehingga risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca sangat kecil. Analisis dampak risiko produksi (VaR) yang disebabkan oleh kualitas bibit dalam 10 periode terakhir adalah Rp 4.391.618,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas bibit dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 14 Analsis Dampak Sumber Risiko Kualitas Bibit No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Mei - Agustus 2010 Juli - Oktober 2010 September - Desember 2010 November 2010 - Februari 2011 Januari - April 2011 Maret - Juni 2011 Mei - Agustus 2011 Juli - Oktober 2011 September - Desember 2011 November 2011 - Februari 2012 TOTAL Rata - Rata Standar Deviasi Nilai Z (α = 5%) VaR
Kehilangan Produksi Tomat (kg) 235 380 979 115 413 1.099
Harga Jual (Rp) 7.500 7.500 7.500 7.500 8.000 8.000 8.000 8.000 8.500 8.500
Kerugian (Rp) 1.762.500 2.847.000 7.829.333 917.867 3.509.933 9.343.200 26.209.833 2.620.983 3.403.793 1,645 4.391.618
Berdasarkan data pada Tabel 15, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah Rp 4.391.618,00. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat danya pengaruh kualitas bibit. Namun ada kemungkinan sebesar 5 persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 4.391.618,00. Pada periode satu, dua, tujuh, dan delapan perusahaan tidak mengalami dampak kerugian yang disebabkan oleh kualitas bibit, karena pada musim ini produktivitas
54
tanaman tomat berkisar dibatas ambang normal, yaitu antara 1,5 – 2,5 kg/tanaman. Metode perhitungan dampak kerugian yang disebabkan oleh kualitas bibit adalah total risiko produksi dikurangi risiko yang disebabkan perubahan cuaca, penyakit, hama, dan sumber daya manusia. Setelah didapatkan maka dikaliakan dengan harga yang berlaku pada saat itu. Analisis dampak risiko produksi (VaR) yang disebabkan oleh penyakit dalam 10 periode terakhir adalah Rp 2.801.957,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh penyakit dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 15 Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Mei - Agustus 2010 Juli - Oktober 2010 September - Desember 2010 November 2010 - Februari 2011 Januari - April 2011 Maret - Juni 2011 Mei - Agustus 2011 Juli - Oktober 2011 September - Desember 2011 November 2011 - Februari 2012 TOTAL Rata - Rata Standar Deviasi Nilai Z (α = 5%) VaR
Kehilangan Produksi Tomat (kg) 376 109 322 333 363 313 169 15 299 482
Harga Jual (Rp) 7.500 7.500 7.500 7.500 8.000 8.000 8.000 8.000 8.500 8.500
Kerugian (Rp) 2.823.000 815.000 2.412.000 2.496.000 2.906.667 2.506.667 1.349.333 119.467 2.544.333 4.093.600 22.066.067 2.206.607 1.144.477 1,645 2.801.957
Berdasarkan data pada Tabel 16, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah Rp 2.801.957,00. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya pengaruh penyakit yang menyerang tanaman tomat. Namun ada kemungkinan sebesar 5 persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 2.801.957,00. Pada periode dua dan delapan, dampak risiko yang disebababkan oleh penyakit relatif lebih kecil dibandingkan periode lainnya. Hal ini disebabkan pada musim ini curah hujan relatif stabil, sehingga tanaman yang terjangkit penyakit juga sedikit, karena salah satu faktor penyebab tanaman
55
terserang penyakit adalah perubahan cuaca. Namun pada periode sepuluh (November 2011 – Februari 2012) dampak risiko yang disebabkan oleh penyakit sangat besar, yaitu sebesar Rp 4.093.600,00 , hal ini disebabkan karena pada periode ini curah hujan sangat tinggi, sehingga menyebabkan lahan menjadi lembab dan tanaman mudah terserang penyakit, khususnya penyakit layu fusarium. Analisis dampak risiko produksi (VaR) yang disebabkan oleh hama dalam 10 periode terakhir adalah Rp 2.280.154,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh hama dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 16 Analisis Dampak Sumber Risiko Hama No
Waktu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mei - Agustus 2010 Juli - Oktober 2010 September - Desember 2010 November 2010 - Februari 2011 Januari - April 2011 Maret - Juni 2011 Mei - Agustus 2011 Juli - Oktober 2011 September - Desember 2011 November 2011 - Februari 2012 TOTAL Rata - Rata Standar Deviasi Nilai Z (α = 5%) VaR
Kehilangan Produksi Tomat (kg) 254 96 258 236 334 353 223 26 164 350
Harga Jual (Rp) 7.500 7.500 7.500 7.500 8.000 8.000 8.000 8.000 8.500 8.500
Kerugian (Rp) 1.905.000 720.000 1.935.000 1.770.000 2.672.000 2.824.000 1.784.000 208.000 1.394.000 2.975.000 18.187.000 1.818.700 887.080 1,645 2.280.154
Berdasarkan data pada Tabel 17, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah Rp 2.280.154,00. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya pengaruh hama yang menyerang tanaman tomat. Namun ada kemungkinan sebesar 5 persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 2.280.154,00. Sama seperti dampak risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan penyakit, dampak risiko yang disebabkan oleh hama pada periode dua dan delapan memiliki dampak yang relatif kecil, karena cuaca relatif
56
stabil. Perubahan cuaca merupakan salah satu penyebab tanaman terserang hama, karena hama tanaman tomat suka terhadap kondisi lembab. Beda halnya dengan periode sepuluh, curah hujan pada periode sangat tinggi, sehingga tanaman tomat banyak yang terserang hama seperti hama busuk daun dan busuk buah. Analisis dampak risiko produksi (VaR) yang disebabkan oleh sumber daya manusia dalam 10 periode terakhir adalah Rp 198.339,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Hasil analisis perhitungan dampak risiko produksi yang disebabkan oleh sumber daya manusia dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 17. Analisis Dampak Sumber Risiko Sumber Daya Manusia No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu Mei - Agustus 2010 Juli - Oktober 2010 September - Desember 2010 November 2010 - Februari 2011 Januari - April 2011 Maret - Juni 2011 Mei - Agustus 2011 Juli - Oktober 2011 September - Desember 2011 November 2011 - Februari 2012 TOTAL Rata - Rata Standar Deviasi Nilai Z (α = 5%) VaR
Kehilangan Produksi Tomat (kg) 22 26 24 28 22 24 28 12 24 18
Harga Jual (Rp) 7.500 7.500 7.500 7.500 8.000 8.000 8.000 8.000 8.500 8.500
Kerugian (Rp) 165.000 195.000 180.000 210.000 176.000 192.000 224.000 96.000 204.000 153.000 1.795.000 179.500 36.216 1,645 198.339
Berdasarkan data pada Tabel 18, dapat dilihat besarnya nilai VaR adalah Rp 198.339,00. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang diderita oleh perusahaan akibat adanya kesalahan sumber daya manusia dalam melaksanakan budidaya tomat cherry. Namun ada kemungkinan sebesar 5 persen perusahaan menderita kerugian lebih besar dari Rp 198.339,00. Dampak kerugian yang disebabkan oleh sumber risiko
sumber daya manusia jauh lebih kecil
dibandingkan sumber risiko yang lainnya. Walaupun dampak kerugiannya kecil, namun selalu ada disetiap periode, sehingga berdasarkan hasil diskusi dengan
57
pihak perusahaan, sumber daya manusia termasuk salah satu sumber risiko produksi. Setelah dampak masing-masing sumber risiko diperoleh, maka nilai VaR akan lebih memiliki makna apabila diplotkan ke dalam peta risiko. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan dalam penanganan risiko produksi. Perbandingan nilai VaR untuk masing-masing sumber risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 18. Dampak dari Masing-Masing Sumber Risiko Produksi No 1 2 3 4 5
Sumber Risiko Perubahan cuaca Kualitas bibit Penyakit Hama Sumber daya manusia
Nilai VaR (dampak Rp) 9.722.492 4.391.618 2.801.957 2.280.154 198.339
Berdasarkan data pada Tabel 19, dapat dilihat besarnya dampak dari masing-masing sumber risiko produksi. Setelah diketahui nilai VaR untuk masing-masing sumber risiko, maka sebelum dilakukan penanganan terhadap masing-masing risiko produksi dilakukanlah pembuatan peta risiko. Pembuatan peta risiko ini bertujuan untuk menunjukkan posisi dari sumber risiko sehingga strategi penanganan lebih efektif. 6.4 Pemetaan Risiko Produksi Pemetaan risiko dilakukan dengan cara memplotkan dampak dan probabilitas dari masing-masing sumber risiko ke dalam peta risiko. Penggabungan antara dampak dan probabilitas tersebut akan diketahui status dari risiko tersebut. Status risiko menunjukkan urutan kejadian-kejadian berisiko. Status risiko yang besar menunjukkan risiko yang besar dan sebaliknya status risiko yang kecil menunjukkan risiko yang kecil. Status risiko
merupakan
perkalian antara probabiliti dan dampak. Status risiko tidak memiliki satuan. Angka yang dihasilkan dari status risiko hanya menunjukkan urutan risiko saja. Status risiko dari masing-masing sumber risiko produksi tomat cherry pada PD Pacet Segar dapat dilihat pada Tabel 20.
58
Tabel 19. Status Risiko untuk Setiap Sumber Risiko Produksi No
Sumber Risiko
1 2 3 4 5
Perubahan cuaca Kualitas Bibit Penyakit Hama Sumber daya manusia
Dampak (Rp) 9.722.492 4.391.618 2.801.957 2.280.154 198.339
Probabilitas (%) 44,00 42,50 38,20 25,80 6,80
Status Risiko 4.277.896 1.866.438 1.070.348 588.280 13.487
Berdasarkan data pada Tabel 20 dapat terlihat jelas urutan tingkatan status sumber dari masing-masing risiko. Perubahan cuaca merupakan sumber risiko yang memiliki dampak dan status risiko terbesar. Selanjutnya diikuti oleh sumber risiko kualitas bibit, penyakit, hama, dan terakhir adalah sumber daya manusia. Setelah status risiko diketahui, maka selanjutnya dilakukannlah pemetaan risiko. Pembuatan peta risiko ini untuk mengetahui posisi risiko yang berguna dalam penentuan alternantif strategi penaganan risiko. Peta risiko merupakan gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta. Peta risiko memilik dua sumbu vertikal dan horizontal. Sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal merupakan dampak. Kedua sumbu tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu besar dan kecil. Batas antara dampak dan probabilitas bernilai besar dan kecil ditentukan oleh pihak manajemen PD Pacet Segar. Untuk penentuan batas tengah dari probabilitas dilakukan dengan menghitung rata-rata dari ke-5 probabilitas masing-masing sumber risiko dan diperoleh nilai 31,46 persen. Setelah didiskusikan lebih lanjut dengan pihak perusahaan, maka ditetapkan batas tengah dari probabilitas adalah 30 persen. Nilai batas tengah untuk dampak ditentukan oleh perusahaan yaitu Rp 3.000.000,00. Jadi sumber risiko yang memiliki dampak lebih dari Rp 3.000.000,00 akan masuk kedalam kategori dampak yang besar dan sebaliknya. Penggolongan risiko berdasarkan peta risiko dapat dilihat pada Gambar 12.
59
Probabilitas (%) Besar Penyakit
Kualitas Bibit
Perubahan cuaca
30 Hama
Kecil SDM Kecil
Rp 3.000.000
Besar Dampak (Rp)
Gambar 12
Hasil Pemetaan Sumber-Sumber Risiko Produksi
Berdasarkan pada Gambar 12, dapat dilihat posisi dari hasil pemetaan masing-masing sumber risiko. Pada kuadran I terdapat sumber risiko Penyakit. Sumber risiko penyakit dianggap oleh perusahaan sebagai sumber risiko yang memiliki peluang yang besar tetapi berdampak yang kecil bagi perusahaan. Sumber risiko perubahan cuaca dan kualitas bibit terdapat pada kuadran II yang merupakan sumber risiko yang dianggap oleh perusahaan yang memiliki kemungkinan terjadinya dan dampaknya yang besar. Pada kuadran III ditempati dua sumber risiko yaitu hama dan sumber daya manusia. Sumber risiko ini dianggap oleh perusahaan sebagai sumber risiko yang memiliki peluang terjadi dan dampaknya yang kecil. Sumber risiko produksi budidaya tomat cherry pada PD Pacet segar tidak ada yang menempati kuadran ke IV, karena perusahaan menganggap tidak ada sumber risiko yang mempunyai probabilitas kecil sedangkan memiliki dampak yang besar. Hasil dari pemetaan risiko ini dilakukan untuk menentukan strategi yang tepat untuk penanganan risiko produksi budidaya tomat cherry yang dihadapi oleh PD Pacet Segar.
60
6.5
Strategi Penanganan Risiko Produksi Tahap akhir yang dilakukan dalam menganalisis risiko produksi tomat
cherry pada PD Pacet Segar adalah penentuan strategi penanganan terhadap risiko produksi yang dihadapi. Alternaif strategi yang dilakukan erat kaitannya dengan pemetaan risiko yang telah dihasilkan. Dalam penanganan risiko ini ada 2 strategi, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Sumber risiko yang berada pada kuadran I dan II ditangani dengan strategi preventif, sedangkan risiko yang berada pada kuadran II dan IV ditangani dengan strategi mitigasi. Sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan kualitas bibit berapa pada kuadran II. Berdasarkan teori, sumber risiko yang berada pada kuadran II, dilakukan penanganan dengan strategi preventif dan mitigasi. Sedangakan untuk sumber risiko penyakit berada pada kuadran I, strategi penanganannya dilakukan dengan strategi preventif. Berdasarkan hasil diskusi dengan manajemen perusahaan, usulan strategi untuk menangani risiko produksi yang dihadapi perusahaan adalah sebagai berikut : 1.
Sumber risiko penyakit Penyakit yang menyerang tanaman tomat cherry yang menyebabkan
terjadinya kehilangan produksi adalah layu fusarium. Layu fusarium ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, sehingga kandungan air di dalam tanah meningkat. Untuk menghindari tanaman terserang penyakit layu fusarium, maka dilakukan penyemprotan fungisida secara ganda, terutama pada saat musim hujan. Pemberian fungisida ganda ini dilakukan dengan cara manambah frekuensi penyemprotan, yang biasanya dilakukan hanya sekali, sekarang dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak waktu satu minggu. Pemberian fungisisda ganda ini diharapkan daya tahan tanaman lebih kuat terhadap serangan penyakit. Selain itu, untuk mengurangi kelembaban tanah, dilakukan pembuatan bedengan dengan ukuran lebih tinggi dari ukuran biasa. Tinggi bedengan biasanya dibuat 10 – 15 cm dari permukaan tanah. Namun untuk mengurangi kelembaban, dibuatlah bedengan dengan tinggi 25 – 30 cm dari permukaan danah dan dibuat drainase yang bagus, sehingga saluran air lebih lancar. Usulan kedua strategi diatas diharapkan dapat mengurangi probabilitas terjadinya sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit. Sumber risiko penyakit yang disebabkan oleh penyakit
61
diharapkan bergeser kebawah, sehingga peluang terjadinya sumber risiko ini dapat berkurang. 2.
Sumber risiko perubahan cuaca Sumber risiko yang disebabkan oleh perubahan cuaca terletak pada
kuadran II pada peta risiko. Strategi penanganan terhadap sumber risiko ini dilakukan dengan preventif dan mitigasi. Perubahan cuaca yang tidak menentu menyebabkan tanaman tomat cherry banyak yang mati dan produktivitasnya menurun. Stategi penanganan terhadap sumber risiko perubahan cuaca dilakukan dengan menggunakan teknologi baru, yaitu budidaya dengan menggunakan greenhouse. Budidaya dengan menggunakan greenhouse dapat dilakukaan dengan sistim hidroponik irigasi tetas dan sistim manual. Sistim hidoponik irigasi tetes membutuhkan investasi yang sangat besar, namun kelebihannya adalah meningkatkan produktivitas tomat dan memperpanjang umur siklus budidaya. Budidaya tomat cherry menggunakan greenhouse dengan sistim irigasi manual tidak membutuhkan investasi yang besar, hanya membutuhkan investasi greenhouse
saja.
Namun
budidaya
dengan
sistim
irigasi
manual
ini
produktivitasnya relatif lebih rendah dibanding dengan sistim irigasi tetes, karena sistim irigasi tetes pemberian nutrisinya lebih intensif dan langsung ke daerah akar tanaman, sehingga nutrisinya lebih banyak terserat oleh tanaman. Media tanam yang digunakan untuk budidaya tomat cherry menggunakan greenhouse adalah arang sekam. Penggunaan media tanam ini bertujuan untuk mengurangi probabilitas tanaman terserang penyakit fusarium. Usulan strategi penanganan risiko dengan
menggunakan teknologi budidaya dengan menggunakan
greenhouse diharapkan dapat mengurangi dampak dan probabilitas dari sumber risiko tersebut, sehingga posisi sumber risiko pada peta risiko bergeser ke arah bawah dan kiri dari peta risiko. 3.
Sumber risiko kualitas bibit Bibit tomat cherry yang digunakan oleh PD Pacet Segar berasal dari ICDF
Bogor. Sebagai informasi, benih/bibit tomat cherry tidak ada dijual di pasaran. Sehingga PD Pacet Segar bergantung pad ICDF dalam mendapatkan bibit. Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak manajemen, penanganan risiko produksi yang disebabkan oleh kualitas bibit harus dilakukan evaluasi dari pihak pemberi
62
bibit (ICDF). Sebagai mitranya, PD Pacet Segar diundang oleh pihak ICDF untuk melakukan evaluasi terhadap kerja samanya. Dalam pertemuan dengan pihak ICDF, PD Pacet Segar mengutarakan keluhan terhadap kualitas bibit tomat cherry yang diberikan. Pihak ICDF memberikan tanggapan dan akan berusaha untuk memperbaiki kualitas bibit sehingga bibit yang diberikan kualitasnya sesuai dengan yang diharapkan. Dilain sisi, pihak manajemen perusahaan PD Pacet Segar sedang berusaha melakukan pembenihan sendiri. Pembenihan dilakukan dengan cara mengeringkan biji tomat yang matang. Setelah biji kering, lalu disemaikan di pesemaian. Namun benih yang disemaikan memiliki tingkat mortalitas yang tinggi. Berdasarkan data dilapangan, persentasi benih yang dibuat sendiri hanya tumbuh 50 persen. Pihak perusahaan sangat tertarik untuk melakukan pembenihan sendiri agar tidak terikat pada ICDF. Untuk bisa melakukan pembenihan yang sesuai standar, penanggung jawab produksi (Halim) sebaiknya melakukan pelatihan bagaimana cara mendapatkan benih yang berkualitas. Pelatihan ini bisa juga dilakukan di ICDF yang melakukan pembenihan sendiri maupun di tempat lain yang melakukan pembenihan, khususnya pembenihan sayur-sayuran yang menggunakan biji seperti cabe, keylan, brokoli, wortel, dan sebagainya. Usulan strategi untuk sumber risiko ini akan bisa dilaksanakan secara bertahap, karena pada saat ini perusahaan masih bergantung pada ICDF. Pihak perusahaan harus mempelajari bagaimana cara melakukan pembenihan tomat cherry yang baik, sehingga dihasilkan benih yang memiliki kualitas yang bagus, produktivitas tinggi dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Sehingga sumber risiko produksi ini dapat bergeser ke bawah dan kiri dari peta risiko. Berdasarkan pemaparan dari usulan strategi penganan terhadap sumber risiko penyakit, pengaruh cuaca, dan kualitas bibit diatas, diharapkan probabilitas dan dampak yang dirasakan oleh perusahaan dapat berkurang, sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan dapat meningkat. Usulan strategi penanganan risiko dengan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 13.
63
Probabilitas (%) Besar
30
1. Pemberian fungisida 1. Budidaya menggunakan ganda greenhouse 2. Pembuatan bedengan 2. Pelatihan cara dengan tinggi 25-30 cm pembenihan yang baik dari permukaan tanah dan 3. Bekerjasama dengan drainase yang baik ICDF untuk mendapatkan bibit berkualitas
Kecil
Kecil
3.000.000
Besar Dampak (Rp)
Gambar 13 Penangaan Risiko dengan Strategi Preventif Berdasarkan pada Gambar 13, diharapkan usulan strategi yang telah dimusyawarahkan dengan pihak manajemen perusahaan dapat mengurangi probabilitas dari masing-masing sumber risiko, sehingga sumber risiko tersebut bergerak dari atas kebawah. Berdasarkan Gambar 14, dapat dilihat ada tiga usul yang diberikan kepada perusahaan yang diharapkan dapat meminimalkan dampak kerugian yang diderita oleh perusahaan akibat risiko produksi. Penerapan usulan strategi ini sebaiknya dilakukan oleh pihak perusahaan dimulai dari sumber risiko yang mempunyai status risiko yang paling tinggi, yaitu perubahan cuaca. Dilanjutkan dengan penanganan sumber risiko kualitas bibit, penyakit, hama, dan sumber daya manusia. Usulan penanganan risiko dengan strategi mitigasi dilakukan untuk mengurangi dampak dari sumber risiko dapat dilihat pada Gambar 14.
64
Probabilitas (%)
1. Budidaya menggunakan greenhouse 2. Pelatihan cara pembenihan yang baik 3. Bekerjasama dengan ICDF untuk mendapatkan bibit berkualitas
Besar
30
Kecil
-
Kecil
3.000.000
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 14 Penanganan Risiko dengan Strategi Mitigasi Sumber risiko lainnya hama dan sumber daya manusia juga dilakukan penanganan agar risiko tersebut dapat diminimalisir. Sumber risiko hama dalan dilakukan dengan penyemprotan insektisida secara teratur khususnya pada musim hujan sehingga tanaman tidak terserang hama. Penanganan risiko terhadap hama ini relatif lebih mudah dilakukan. Kenyataannya di lapangan pada saat ini, penanganan terhadap hama dilakukan setelah ditemukan indikasi risiko yang disebabkan oleh hama baru dilakukan penyemprotan sehingga masih banyak ditemukan kehilangan produksi yang disebabkan oleh hama. Untuk sumber risiko sumber daya manusia dilakukan dengan pengawasan yang insentif sehingga kehilangan produksi yang disebabkan oleh sumber daya manusia dapat dikurangi.
65