VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi risiko dalam kegiatan produksinya. Fluktuasi produktivitas akibat risiko produksi ini akan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. Tingkat produktivitas beberapa tanaman sayuran organik di perusahaan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Tingkat Produktivitas (Kg/m2) Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel Selama 10 Periode di PT Masada Organik Indonesia Bulan April 2010 – Januari 2011. Komoditi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bayam H. Brokoli Caisin Wortel
0,4 0,01 0,2 0,2
0,3 0,04 0,2 0,2
0,3 0,02 0,1 0,2
0,3 0,02 0,2 0,1
0,3 0,03 0,3 0,1
0,2 0,03 0,1 0,2
0,1 0,05 0,1 0,2
0,1 0,02 0,2 0,3
0,2 0,01 0,3 0,2
0,1 0,01 0,3 0,2
Tabel 17 menunjukkan bahwa produktivitas empat komoditi sayuran organik pada perusahaan selama 10 periode mengalami fluktuasi. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi perusahaan dalam memproduksi sayuran organik. Risiko produksi yang dibahas dalam penelitian ini difokuskan pada risiko produksi bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel organik. 6.1.1. Faktor- faktor Risiko Produksi Dalam budidaya sayuran organik tidak terlepas dari risiko produksi. Risiko produksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor risiko produksi yang dihadapi oleh PT Masada Organik Indonesia antara lain: a. Curah Hujan Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan produktivitas sayuran menurun dikarenakan tanaman rentan terhadap hama penyakit dan menimbulkan kebusukan pada tanaman sehingga produksi sayuran tidak optimal. Oleh karena itu curah hujan yang sesuai untuk sayuran organik adalah curah hujan yang rendah, hal ini dikarenakan tanaman pada curah hujan yang rendah tidak rentan
terhadap penyakit. Untuk memenuhi kebutuhan air bila curah hujan rendah, diperlukan pengairan dan penyiraman yang sesuai kebutuhan. Berdasarkan informasi di lapangan, saat ini kondisi cuaca yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan sayuran sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu PT Masada Organik Indonesia dalam meminimalisasi risiko terhadap curah hujan yang tinggi, dengan membangun sungkup pada lahan agar tanaman tidak terkena hujan sehingga persentase keberhasilan sayuran dapat dicapai secara optimal. b. Kabut Kabut yang timbul dapat menyebakan kelembapan udara menjadi tinggi sehingga membuat tanaman mudah rusak dan busuk. Selain itu, kabut merupakan media bagi hama untuk bergerak dan berpindah-pindah dalam menyerang tanaman. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kabut seringkali muncul setiap pagi, setelah hujan, dan saat sore hari menjelang malam. c. Serangan Hama dan Penyakit Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor risiko yang dihadapi dalam budidaya sayuran organik, hal ini disebabkan karena karakteristik sayuran organik yang rentan terhadap hama penyakit dan akan berdampak terhadap produksi yang dihasilkan. Hama yang sering menyerang sayuran organik adalah ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell), ulat tritip (Plutella maculipennis), dan lain lain. Penyakit yang sering menyerang sayuran adalah penyakit bercak daun, busuk basah, busuk daun, dan lain-lain. Hama penyakit dapat menyerang mulai dari akar, umbi, batang, daun, dan ujung daun. Kemunculan hama penyakit seringkali tidak dapat diprediksi sebelumnya, hal ini dikarenakan munculnya hama dan penyakit tersebut dipengaruhi faktor cuaca dan iklim yang juga tidak dapat diprediksi secara tepat. d. Tingkat Kesuburan Lahan Beberapa hal yang harus diperhatikan yang berkaitan dengan lahan adalah kesesuaian dan daya dukung. Salah satu bagian dari daya dukung lahan terhadap aktivitas usahatani yang dilakukan adalah tingkat kesuburan lahan. Lahan yang subur akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan lahan yang kurang subur, kesuburan lahan biasanya berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah. Perbedaan struktur maupun tekstur tanah ini biasanya sesuai dengan jenis
tanahnya. Oleh karena itu lahan yang digunakan pada sayuran organik sebaiknya harus dilakukan pembersihan lahan terlebih dahulu yang meliputi pencabutan rumput-rumput liar atau gulma, dan pembersihan tanaman keras dan selanjutnya dilakukan penggemburan serta pemberian pupuk kandang. Tingkat risiko produksi yang ada di PT Masada Organik Indonesia dapat diketahui dengan melakukan penilaian risiko produksi berdasarkan produktivitas. Langkah awal yang dilakukan adalah mengukur peluang yang diperoleh dari frekuensi kejadian yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Data produksi yang digunakan untuk analisis risiko produksi adalah data produksi bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel organik selama 10 bulan. Data historis yang telah diperoleh dari perusahaan dapat digunakan untuk menentukan besarnya nilai peluang. Peluang dari setiap kejadian diasumsikan bernilai sama yaitu sebesar 0,1. Nilai peluang yang telah diketahui dari produktivitas dan pendapatan kemudian digunakan untuk mencari nilai expected return. Perhitungan expected return pada peluang kondisi yang sama adalah peluang dikalikan dengan total tingkat produktivitas tiap komoditi. Berikut ini adalah hasil perhitungan peluang dan expected return pada komoditi bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel organik dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perhitungan Expected Return Berdasarkan Produktivitas pada Kegiatan Spesialisasi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel di PT Masada Organik Indonesia Komoditi Bayam Hijau
Total Tingkat Produktivitas 2,12
Peluang
Expected Return 0,1
0,212
Brokoli Caisin
0,23 2,02
0,1 0,1
0,023 0,202
Wortel
1,84
0,1
0,184
Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa untuk memperoleh nilai Expected Return berdasarkan produktivitas pada komoditi sayuran organik, maka perlu diketahui terlebih dahulu berapa total tingkat produktivitas dan peluang kejadiannya. Peluang kejadian telah dijelaskan sebelumnya tentang cara mendapatkan nilai peluangnya, sedangkan untuk total tingkat produktivitas
diperoleh dari jumlah produktivitas tiap komoditi sayuran organik selama 10 periode. Pihak perusahaan harus membuat perencanaan produksi untuk dapat meminimalkan risiko yang terdapat dalam produksi. Perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan untuk meminimalkan risiko produksi dapat dilakukan mulai dari penanaman, perawatan dan pemanenan. Perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan untuk meminimalkan risiko produksi antara lain dengan melakukan diversifikasi pada tanaman yaitu dalam satu luasan lahan ditanam dua jenis tanaman. Hal ini dapat mengurangi risiko produksi karena dapat saling menguntungkan antara tanaman satu dengan tanaman yang lainnya. Kegiatan produksi sayuran organik di kebun milik perusahaan ditangani oleh manajer kebun yang memantau secara langsung di lapang. Manajer kebun membawahi beberapa bagian yakni bagian pembibitan, penanaman dan pengemasan. Kegiatan pembibitan dan penanaman ditangani oleh seorang mandor kebun yang membawahi beberapa pekerja/petani. Kegiatan pengemasan juga ditangani oleh seorang mandor kebun yang membawahi beberapa pekerja. Perusahaan sudah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko yang ada. Hal ini dapat terlihat dari adanya perencanaan produksi dan pengorganisasian unit produksi pada PT Masada Organik Indonesia. Perencanaan produksi yang dilakukan mulai pada saat pembibitan, penanaman, dan pemanenan. Perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan untuk meminimalkan risiko produksi antara lain dengan menggunakan sistem penanaman rotasi tanaman dan tumpang sari. Namun perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan sampai saat ini masih belum maksimal. Hal ini dibuktikan oleh belum tercapainya target produksi pada beberapa komoditi. Kondisi tersebut terjadi karena pengawasan dalam proses produksi yang belum intensif dan belum dijalankannya fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Selain itu, faktor eksternal juga mempengaruhi hasil produksi yakni terjadinya cuaca yang tidak mendukung. Saat permintaan sedang tinggi, perusahaan tidak dapat memenuhinya karena cuaca sedang buruk sehingga menurunkan hasil produksi. Begitu pula sebaliknya, saat produksi sedang bagus, permintaan tidak terlalu tinggi, sehingga banyak hasil
produksi yang terbuang. Selanjutnya, uraian berikut akan menjelaskan mengenai risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. 6.1.2. Penilaian Risiko Produksi pada Spesialisasi Penilaian risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih yang diperoleh komoditi bayam hijau, brokoli, caisin dan wortel. Penilaian risiko produksi dapat dihitung menggunakan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Penilaian risiko produksi berdasarkan produktivitas yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel di PT Masada Organik Indonesia Komoditi Bayam Hijau Brokoli Caisin Wortel
Variance 0,008021 0,000175 0,005829 0,001965
Ukuran Standard Deviation Coeff Variation 0,0896 0,422 0,0132 0,564 0,0763 0,377 0,0443 0,241
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 19, dapat dilihat bahwa nilai variance yang diperoleh dari penilaian risiko produksi ini berbanding lurus dengan nilai standard deviation yaitu jika nilai variance tinggi maka nilai standard deviation juga akan tinggi. Perolehan nilai variance dan standard deviation tertinggi dari keempat komoditi yang diteliti terdapat pada komoditi bayam hijau yaitu 0,008021 dan 0,0896. Perolehan nilai variance dan standard deviation yang paling rendah terdapat pada brokoli yaitu 0,000175 dan 0,0132. Penilaian risiko produksi yang lebih baik adalah dengan menggunakan coefficient variation karena perbandingan diantara kegiatan usaha sayuran organik dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return yang diperoleh PT Masada Organik Indonesia. Semakin besar coefficient variation maka semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Risiko produksi yang paling besar berdasarkan produktivitas adalah pada sayuran brokoli dengan nilai coefficient variation sebesar 0,564. Nilai tersebut artinya setiap satu kilogram hasil yang diperoleh PT Masada Organik Indonesia dari kegiatan budidaya brokoli organik akan menghadapi risiko sebanyak 0,564 kg pada saat terjadinya risiko produksi.
Berdasarkan wawancara di lapang, didapatkan informasi bahwa tanaman brokoli merupakan tanaman yang sangat rentan terhadap cuaca serta hama penyakit. Kondisi cuaca yang tidak pasti mengakibatkan produktivitas tanaman brokoli mengalami risiko yang tinggi. Selain itu, perusahaan melakukan pembibitan brokoli sendiri di greenhouse yang ada di kebun. Dalam kegiatan pembibitan tersebut, seringkali terjadi kegagalan sehingga bibit yang dihasilkan tidak dapat mencukupi kebutuhan bibit untuk penanaman brokoli. Tingkat kegagalan pada kegiatan pembibitan brokoli cukup tinggi bahkan pernah terjadi kegagalan mencapai lebih dari 90 persen. Pembibitan brokoli telah dilakukan di dalam greenhouse, akan tetapi bila timbul kabut, masuknya kabut kedalam greenhouse tidak dapat dicegah karena kondisi greenhouse yang tidak sepenuhnya tertutup. Kabut tersebut membawa hama dan kemudian menempel pada bibit brokoli sehingga terjadi kegagalan produksi bibit. Selain itu, kemungkinan terserangnya hama dan penyakit juga dapat terjadi saat bibit brokoli sudah ditanam dan telah tumbuh di lahan. Salah satu hama yang sering menyerang brokoli adalah Plutella acylostella L. dan Crocidolomia pavonana F. Hama ini akan menyebabkan penurunan produksi atau gagal panen. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengusahakan sayuran tersebut. Berdasarkan wawancara di lapang, perusahaan dalam mengusahakan tanaman brokoli sendiri masih mengalami kerugian. Hal ini disebabkan oleh hasil produksi brokoli diperoleh masih sangat jauh dari target produksi sedangkan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi brokoli cukup tinggi sehingga akan berdampak pada pendapatan perusahaan. Perusahaan masih mencari teknik budidaya yang tepat agar hasil produksi brokoli organik tersebut dapat mencapai target produksi. Untuk menutupi kerugian dan ketidakmampuan dalam memenuhi permintaan, perusahaan melakukan kerjasama dengan pihak-pihak pemasok brokoli organik. Sebagian besar brokoli organik dipasok dari pihak luar yaitu sekitar 70-80% dari total brokoli organik yang dijual oleh perusahaan. Selain itu, dapat dilihat pula perolehan tingkat risiko produksi yang paling rendah terdapat pada komoditi wortel dengan nilai coefficient variation sebesar
0,241. Nilai tersebut artinya setiap satu kilogram hasil yang diperoleh PT Masada Organik Indonesia dari kegiatan budidaya wortel organik akan menghadapi risiko sebanyak 0,241 kg pada saat terjadinya risiko produksi. Menurut hasil wawancara oleh pihak kebun PT Masada Organik Indonesia, tingkat risiko produksi wortel paling rendah dikarenakan tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan penyakit. Selain itu, wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli. Akan tetapi, tanaman wortel juga dapat menghasilkan hasil panen yang rendah atau kurang maksimal. Hasil panen wortel yang rendah tersebut disebabkan oleh benih wortel yang digunakan merupakan benih wortel yang kurang bagus. Benih wortel yang kurang bagus dikarenakan pada saat proses produksi benih, kondisi cuaca sedang hujan sehingga benih yang dihasilkan kurang kering yang akan berpengaruh pada produktivitas tanaman wortel. 6.1.3. Penilaian Risiko Produksi pada Portofolio Sayuran organik yang telah dianalisis risiko produksinya menggambarkan risiko yang dihadapi perusahaan pada masing-masing komoditi yang diusahakan. PT Masada Organik Indonesia melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usahataninya, kombinasi dari beberapa kegiatan dinamakan diversifikasi. Pengusahaan secara diversifikasi ini menjadikan risiko yang dihadapi perusahaan dinamakan risiko portofolio. Perbandingan terhadap risiko produksi spesialisasi dan portofolio dilakukan melalui pengukuran risiko dengan cara menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha disertai dengan pembobotan masing-masing komoditi. Pengukuran risiko portofolio ini diawali dengan menghitung bobot portofolio atau fraction portofolio. Cara menghitungnya telah dijabarkan sebelumnya pada bab metode penelitian. Kombinasi dari kegiatan portofolio yang dianalisis adalah kombinasi dua komoditi, tiga komoditi dan empat komoditi. Fraction portofolio pada kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, dan empat komoditi dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Fraction Portofolio pada Kombinasi Dua, Tiga, dan Empat Komoditi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel Organik. Fraksi / Bobot Portofolio (%)
Kombinasi Komoditi a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Bayam
Brokoli
12,5 50,0 22,0
87,5
Bayam Hijau – Brokoli Bayam Hijau – Caisin Bayam Hijau – Wortel Brokoli – Caisin Brokoli – Wortel Caisin – Wortel Bayam Hijau – Brokoli – Caisin Bayam Hijau – Brokoli – Wortel Bayam Hijau – Caisin – Wortel Brokoli – Caisin - Wortel Bayam – Brokoli – Caisin – Wortel
8,0
Wortel
50,0 78,0 87,5 67,0
11,0 9,0 18,0
Caisin
78,0 61,0 61,0 56,0
12,5 33,0 22,0 11,0 18,0 9,0 8,0
78,0 30,0 64,0 30,0 28,0
Sebelum melakukan perhitungan risiko portofolionya, perhitungan diawali dengan menentukan expected return portofolionya. Cara perhitungan expected return portofolio misalnya pada dua kombinasi bayam dan brokoli adalah bayam yang memiliki bobot 12,5 persen atau 0,125 dikalikan dengan expected return spesialisasi bayam, kemudian dijumlahkan dengan hasil perkalian pembobotan brokoli yaitu 87,5 persen atau 0,875 dengan expected returnnya. Berikut ini adalah hasil perhitungan expected return pada kegiatan portofolio pada Tabel 21. Tabel 21. Expected Return Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel pada Kegiatan Portofolio di PT Masada Organik Indonesia Kombinasi Komoditi a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Bayam Hijau – Brokoli Bayam Hijau – Caisin Bayam Hijau – Wortel Brokoli – Caisin Brokoli – Wortel Caisin – Wortel Bayam Hijau – Brokoli – Caisin Bayam Hijau – Brokoli – Wortel Bayam Hijau – Caisin – Wortel Brokoli – Caisin - Wortel Bayam Hijau – Brokoli – Caisin – Wortel
Expected Return 0,047 0,207 0,190 0,045 0,076 0,188 0,063 0,088 0,192 0,087 0,098
Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa expected return tertinggi berdasarkan produktivitas pada kegiatan portofolio terdapat pada kombinasi dua komoditi yaitu komoditi bayam hijau dan caisin. Perolehan nilai expected return kombinasi bayam hijau dengan caisin yaitu sebesar 0,207. Berdasarkan hasil wawancara, kedua komoditi ini memiliki tingkat produktivitas yang baik dan hampir sama. Perbandingan penggunaan lahan untuk portofolio kedua komoditi ini pun sama yaitu masing-masing 50 persen. Hal ini menyebabkan perolehan pengembalian yang diharapkan tinggi karena porsi penggunaan lahan yang cukup besar dan perolehan produktivitas yang cukup tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga expected return terendah terdapat pada kombinasi dua komoditi yaitu komoditi brokoli dengan caisin sebesar 0,045. Berdasarkan hasil wawancara, brokoli memiliki tingkat produktivitas yang cukup rendah. Perbandingan penggunaan lahan untuk portofolio kedua komoditi ini pun berbeda jauh yaitu brokoli 87,5 persen dan caisin 12,5 persen. Hal ini menyebabkan perolehan pengembalian yang diharapkan rendah karena porsi penggunaan lahan untuk brokoli cukup besar dengan perolehan produktivitas yang rendah. Perhitungan expected return yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan perhitungan risiko portofolio kombinasi dua komoditi. Nilai koefisien korelasi yang digunakan pada kegiatan portofolio ini adalah positif satu (+1) karena kombinasi-kombinasi aset dilakukan bersamaan. Berikut ini hasil perhitungan risiko produksi portofolio pada kombinasi dua komoditi pada Tabel 22. Tabel 22. Perhitungan Risiko Produksi Portofolio pada Dua Kombinasi Komoditi Berdasarkan Produktivitasnya di PT Masada Organik Indonesia Ukuran Komoditi Variance
St Deviation
Coeffient Variation
1. Bayam H. – Brokoli
0,000518
0,023
0,488
2. Bayam H. – Caisin
0,006881
0,083
0,401
3. Bayam H. – Wortel
0,002946
0,054
0,285
4. Brokoli – Caisin
0,000445
0,021
0,465
5. Brokoli – Wortel
0,000551
0,023
0,308
6. Caisin – Wortel
0,002637
0,051
0,273
Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat perbandingan risiko produksi yang dihadapi PT Masada Organik Indonesia berdasarkan produktivitas dalam mengusahakan sayuran organik dengan kombinasi dua komoditi. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kombinasi dua komoditi yang paling rendah adalah kombinasi komoditi caisin dengan wortel dengan coefficient variation sebesar 0,273. Menurut informasi di lapangan, komoditi sayuran caisin dan wortel merupakan kombinasi yang paling cocok sehingga sering diusahakan secara diversifikasi dengan pola tanam tumpangsari. Wortel yang memiliki usia tanaman sekitar tiga bulan cocok ditanam bersama caisin yang memiliki usia tanam sekitar tiga minggu. Selain itu, caisin memiliki akar tunggang, sehingga tidak akan mengganggu pertumbuhan wortel yang umbinya berada di dalam tanah. Berbeda dengan caisin, bayam yang memiliki akar serabut sehingga perusahaan tidak pernah melakukan tumpangsari bayam dengan wortel. Hal tersebut karena akar serabut bayam akan dapat merusak umbi wortel dalam tanah ketika bayam dipanen dengan cara dicabut dengan akar-akarnya, sedangkan pada umur tiga minggu tanaman wortel masih dalam masa pertumbuhan. Selain itu, kombinasi wortel dan caisin memiliki tingkat risiko paling kecil karena wortel dan caisin merupakan tanaman yang tidak terlalu rentan terhadap berbagai kondisi yang tidak mendukung terutama untuk tanaman wortel. Wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman cuaca yang buruk maupun ancaman hama dan penyakit. Berbeda dengan wortel, saat musim hujan atau cuaca sangat buruk, tanaman caisin organik dapat mengalami menjadi rusak namun kerusakannya tidak seburuk pada tanaman bayam ataupun brokoli. Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat pula perolehan nilai koefisien variasi paling tinggi yang mengindikasikan tingkat risiko yang paling besar dibandingkan dengan kombinasi komoditi lainnya. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kombinasi dua komoditi yang paling tinggi adalah kombinasi komoditi bayam hijau dengan brokoli dengan coefficient variation sebesar 0,488.
Hasil wawancara dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tanaman brokoli paling rentan terhadap cuaca serta hama dan penyakit dibandingkan dengan sayuran organik lainnya. Saat musim hujan atau cuaca buruk, tanaman brokoli menjadi rusak parah sehingga produktivitasnya akan menurun. Selain itu serangan hama yang seringkali menyerang tanaman brokoli salah satunya adalah Plutella acylostella L. dan Crocidolomia pavonana F dan akar gada. Hama tersebut dapat menyebabkan tanaman brokoli menjadi kerdil sehingga terjadi penurunan produksi atau gagal panen. Sama halnya dengan tanaman brokoli, saat musim hujan atau cuaca sangat buruk, tanaman bayam hijau dapat mengalami menjadi kerusakan. Salah satu bentuk kerusakan akibat cuaca buruk adalah daun pada bayam hijau akan berlubang atau bahkan busuk. Perhitungan risiko portofolio berdasarkan produktivitas dan pendapatan pada kombinasi dua komoditi yang telah dilakukan, selanjutnya dihitung risiko portofolionya pada kombinasi tiga komoditi. Hasil perhitungan risiko produksi portofolio pada kombinasi tiga komoditi berdasarkan produktivitasnya dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 23. Perhitungan Risiko Produksi Portofolio pada Tiga Kombinasi Komoditi Berdasarkan Produktivitasnya di PT Masada Organik Indonesia Ukuran Komoditi
Variance
St Deviation
Coeff Variation
1. Bayam -Brokoli – Caisin
0,000668
0,026
0,407
2. Bayam - Brokoli – Wortel
0,000670
0,026
0,333
3. Bayam - Caisin – Wortel
0,003389
0,058
0,303
4. Brokoli - Caisin –Wortel
0,000796
0,028
0,323
Berdasarkan Tabel 23, dapat dilihat perbandingan risiko produksi yang dihadapi PT Masada Organik Indonesia berdasarkan produktivitas dalam mengusahakan sayuran organik dengan kombinasi tiga komoditi. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kombinasi tiga komoditi yang paling rendah adalah kombinasi komoditi bayam hijau dengan caisin dan wortel dengan coefficient variation sebesar 0,303.
Berdasarkan Tabel 23, dapat dianalisis bahwa perolehan tingkat risiko portofolio berdasarkan produktivitas pada kombinasi tiga komoditi bayam hijau, caisin dan wortel paling rendah dibandingkan kombinasi tiga komoditi lainnya karena tidak dikombinasikan dengan komoditi brokoli. Hal ini disebabkan oleh tingkat risiko berdasarkan produktivitas pada komoditi brokoli paling tinggi dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya, yang sebelumnya sudah dianalisis risiko produksinya pada kegiatan spesialisasi dan perhitungannya ada pada Tabel 19. Perusahaan dalam mengusahakan komoditi brokoli beberapa kali mengalami kegagalan produksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini menyebabkan tingkat risiko portofolio berdasarkan produktivitas pada komoditi sayuran yang dikombinasikan dengan brokoli
menjadi lebih tinggi daripada
tingkat risiko portofolio pada komoditi sayuran yang tidak dikombinasikan dengan brokoli. Perolehan produktivitas brokoli dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan Tabel 23, dapat dilihat pula perolehan nilai koefisien variasi paling tinggi yang mengindikasikan tingkat risiko yang paling besar dibandingkan dengan kombinasi komoditi lainnya. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kombinasi tiga komoditi yang paling tinggi adalah kombinasi komoditi bayam hijau dengan brokoli dan caisin dengan coefficient variation sebesar 0,407. Perolehan tersebut juga dapat dianalisis bahwa perolehan tingkat risiko portofolio pada kombinasi tiga komoditi bayam hijau, brokoli, dan caisin paling tinggi dibandingkan kombinasi tiga komoditi lainnya karena tidak dikombinasikan dengan komoditi wortel. Hal ini disebabkan oleh tingkat risiko berdasarkan produktivitas pada komoditi wortel paling rendah dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya, yang sebelumnya sudah dianalisis risiko produksinya pada kegiatan spesialisasi dan perhitungannya ada pada Tabel 19. Perhitungan risiko portofolio berdasarkan produktivitas dan pendapatan pada kombinasi tiga komoditi yang dilakukan, selanjutnya dihitung risiko portofolionya pada kombinasi empat komoditi. Hasil perhitungan risiko produksi
portofolio pada kombinasi empat komoditi berdasarkan produktivitasnya dapat dilihat pada Tabel 24 sebagai berikut: Tabel 24. Perhitungan Risiko Produksi Portofolio pada Empat Kombinasi Komoditi Berdasarkan Produktivitasnya di PT Masada Organik Indonesia Komoditi
Ukuran Variance
Bayam-Brokoli-Caisin-Wortel
Produktivitas 0,000929
Standart Deviation
0,030
Coefficient Variation
0,313
Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat tingkat risiko produksi yang dihadapi PT Masada Organik Indonesia berdasarkan produktivitas dalam mengusahakan sayuran organik dengan kombinasi empat komoditi yaitu bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel. Perolehan
nilai koefisien variasi pada tabel tersebut
menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, risiko portofolio kombinasi empat komoditi ini memiliki nilai coefficient variation sebesar 0,313. Nilai tersebut artinya setiap satu kilogram hasil yang diperoleh perusahaan dari kegiatan portofolionya yaitu pada kombinasi empat komoditi bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel akan menghadapi risiko sebanyak 0,313 kg pada saat terjadinya risiko produksi. Perhitungan risiko produksi telah dilakukan baik pada kegiatan spesialisasi maupun portofolio berdasarkan produktivitasnya. Tingkat risiko produksi sayuran organik dapat diketahui dari perolehan hasil perhitungan coefficent variation. Perolehan tingkat risiko produksi pada kegiatan spesialisasi berbeda-beda tiap komoditi. Begitu pula dengan perolehan tingkat risiko produksi sayuran organik tersebut pada kegiatan portofolio. Perhitungan risiko portofolio sayuran organik dilakukan pada kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, dan empat komoditi. Perbandingan risiko produksi dari masing-masing kegiatan spesialisasi dan portofolio dengan berbagai kombinasi komoditi berdasarkan produktivitas dan pendapatannya dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas dan Pendapatan pada Kegiatan Spesialisasi Bayam Hijau, Caisin, Brokoli, Wortel dan Portofolio dengan Berbagai Kombinasinya di PT Masada Organik Indonesia
Komoditi
Coeff Var
Spesialisasi a. Bayam Hijau b. Brokoli c. Caisin d. Wortel Portofolio a. Bayam Hijau – Brokoli b. Bayam Hijau – Caisin c. Bayam Hijau – Wortel d. Brokoli – Caisin e. Brokoli – Wortel f. Caisin – Wortel g. Bayam Hijau – Brokoli – Caisin h. Bayam Hijau – Brokoli – Wortel i. Bayam Hijau – Caisin – Wortel j. Brokoli – Caisin - Wortel k. Bayam – Brokoli – Caisin – Wortel
E (R) Pendapatan
0,422 0,564 0,377 0,241
1.858.062 116.020 1.700.092 2.730.372
0,488 0,401 0,285 0,465 0,308 0,273 0,407 0,333 0,303 0,323 0,313
333.775 1.779.077 2.538.464 314.029 978.756 2.503.710 481.892 1.057.109 2.387.905 1.042.891 1.114.127
Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada Tabel 25, dapat dikatakan bahwa dari seluruh kegiatan usahatani, tingkat risiko paling tinggi berdasarkan produktivitas adalah komoditi brokoli pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,564. Berdasarkan wawancara di lapang, didapatkan informasi bahwa tanaman brokoli sangat rentan terhadap cuaca serta hama penyakit. Menurut manajer kebun, kondisi cuaca kini tidak mudah diprediksi dan perusahaan saat itu juga masih sering mengalami kegagalan dalam kegiatan pembibitan brokoli. Hal tersebut berdampak pada produksi yang tidak mencapai target dan produktivitas tanaman brokoli yang tidak sesuai harapan. Dapat dilihat pula pendapatan yang diharapkan terhadap produksi brokoli yang diusahakan oleh perusahaan sangat rendah yaitu Rp 116.020. Hal ini dikarenakan biaya produksi yang tinggi namun hasil produksi brokoli masih rendah. Namun perusahaan melakukan upaya untuk menutupi kerugian dengan melakukan kerjasama dengan pihak pemasok.
Selain itu, juga dapat dilihat bahwa tingkat risiko paling rendah dari keseluruhan kegiatan usaha adalah komoditi wortel pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,241. Menurut hasil wawancara oleh pihak kebun PT Masada Organik Indonesia, tingkat risiko produksi wortel paling rendah dikarenakan tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan penyakit. Selain itu, wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli. Dapat dilihat pula pendapatan yang diharapkan terhadap produksi wortel yang diusahakan oleh perusahaan paling tinggi yaitu Rp 2.730.372. Namun tingkat risiko yang paling kecil berdasarkan produktivitas dan pendapatan yang diharapkan paling tinggi pada komoditi wortel, pada kenyataannya tidak membuat perusahaan hanya mengusahakan sayuran wortel saja. Hal tersebut karena permintaan konsumen terhadap sayuran organik sangat beragam. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan kegiatan portofolio dalam usahataninya. Tingkat risiko produksi yang paling kecil pada kegiatan portofolio berdasarkan produktivitas adalah pada kombinasi komoditi wortel dan caisin dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,273. Berdasarkan wawancara dengan pihak kebun, kombinasi wortel dan caisin memang paling sering dilakukan karena sangat cocok untuk ditumpangsari. Wortel yang memiliki usia tanaman sekitar tiga bulan cocok ditanam bersama caisin yang memiliki usia tanam sekitar tiga minggu. Selain itu, caisin memiliki akar tunggang, sehingga tidak akan mengganggu pertumbuhan wortel yang umbinya berada di dalam tanah. Berbeda dengan bayam hijau yang memiliki akar serabut, sehingga tidak pernah ditumpangsarikan dengan wortel. Hal tersebut karena akar serabut bayam hijau akan dapat merusak umbi wortel yang ada di dalam tanah ketika bayam hijau dipanen dengan cara dicabut hingga akar-akarnya, sedangkan pada umur tiga minggu tanaman wortel masih dalam masa pertumbuhan. Tanaman wortel juga jarang ditumpangsarikan dengan tanaman brokoli. Hal ini dikarenakan usia tanam
wortel dan brokoli sama yakni sekitar tiga bulan sehingga penerapan pola tanam tumpangsari menjadi kurang efisien. Tanaman bayam hijau memiliki tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,422. Setelah dilakukan perhitungan risiko portofolio dengan berbagai kombinasi, didapatkan tingkat risiko yang lebih rendah dari tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi yaitu pada portofolio kombinasi dua komoditi. Tingkat risiko portofolio kombinasi dua komoditi yang paling rendah pada komoditi bayam hijau yaitu kombinasi bayam hijau dengan wortel dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,285. Selain itu, dapat dilihat pula tanaman caisin tingkat risiko pada kegiatan spesialisasinya diperoleh nilai coefficient variation sebesar 0,377. Setelah dilakukan perhitungan risiko portofolio dengan berbagai kombinasi, didapatkan tingkat risiko yang lebih rendah dari tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi yaitu pada portofolio kombinasi dua komoditi. Tingkat risiko portofolio kombinasi dua komoditi yang paling rendah pada komoditi caisin yaitu kombinasi caisin dengan wortel dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,273. Kemudian, diantara kombinasi dua komoditi antara bayam hijau dan wortel dengan caisin dan wortel juga dapat dibandingkan pendapatan yang diharapkannya. Meskipun dari sisi risiko kombinasi komoditi caisin dan wortel paling rendah tingkat risikonya dibandingkan kombinasi-kombinasi komoditi lainnya, namun dari sisi pendapatan yang diharapkan, kombinasi komoditi bayam hijau dan wortel memiliki nilai pendapatan yang diharapkan paling tinggi diantara kombinasi-kombinasi komoditi lainnya yaitu sebesar Rp 2.538.464. Berdasarkan hasil perhitungan risiko yang telah dilakukan, tingkat risiko produksi brokoli berdasarkan produktivitas dapat terus menurun jika diusahakan dengan komoditi lainnya. Menurut perolehan hasil perhitungan, brokoli memiliki tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,564. Setelah dilakukan perhitungan risiko portofolio dengan berbagai kombinasi, didapatkan tingkat risiko yang lebih rendah dari tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi yaitu pada portofolio kombinasi empat komoditi dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,313.
Hasil dari analisis risiko produksi ini dapat dikatakan bahwa kegiatan portofolio atau diversifikasi dapat mengurangi risiko produksi yang ada. Akan tetapi dengan melakukan diversifikasi usahatani, tidak membuat risiko produksi menjadi nol artinya walaupun perusahaan telah melakukan diversifikasi, tetapi perusahaan akan tetap menghadapi risiko produksi pada kegiatan usaha sayuran organiknya. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio berdasarkan produktivitas yang diperoleh yakni nilai variance, standard deviation, coefficient variation yang tidak sama dengan nol. Kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani sayuran organik masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya dengan adanya diversifikasi. Oleh karena itu, diversifikasi usahatani merupakan alternatif strategi yang tepat bagi PT Masada Organik Indonesia untuk meminimalkan risiko sekaligus mengurangi terjadinya fluktuasi produksi dan pendapatan yang diperoleh. Bagi perusahaan, jika ingin memilih kombinasi portofolio yang optimal dari komoditi-komoditi sayuran organik yang telah diusahakan dengan tingkat risiko terendah terhadap hasil yang diharapkan, dapat memilih kombinasi dua komoditi yaitu kombinasi wortel dan caisin organik. Namun jika ingin memilih kombinasi portofolio yang optimal dari komoditi-komoditi sayuran organik yang telah diusahakan terhadap tingkat pendapatan yang diharapkan, dapat memilih kombinasi dua komoditi yaitu kombinasi wortel dan bayam hijau organik. 6.2.
Alternatif Penanganan Risiko Produksi PT Masada Organik Indonesia belum melakukan penanganan risiko secara
optimal untuk mengurangi risiko produksi yang ada. Hal ini terlihat pada perolehan hasil produksi salah satu komoditi yang sangat jauh dari target produksi. Contohnya untuk komoditi brokoli, perusahaan menargetkan setiap bulan dapat memproduksi tiga ratus kilogram per bulan. Namun kenyataannya perusahaan hanya mampu memproduksi paling tinggi tidak sampai dua ratus kilogram per bulan, bahkan beberapa kali hanya dua puluh hingga tiga puluh kilogram per bulan.
Produktivitas beberapa komoditi relatif berfluktuasi dengan cukup signifikan jika terjadi cuaca atau iklim yang tidak mendukung yakni khususnya pada musim penghujan. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dari perusahaan untuk melakukan penanganan risiko sehingga dapat meminimalkan risiko yang ada. Alternatif yang dipilih untuk menangani risiko yang ada adalah dapat dilakukan dengan mengevaluasi risiko-risiko yang ada, kemudian melakukan tindakan untuk meminimalkan risiko yang ada antara lain: 1. Pengembangan Diversifikasi Diversifikasi dilakukan jika perusahaan mengusahakan beberapa komoditi. Diversifikasi dapat dilakukan pada lahan yang berbeda dan secara tumpangsari tetapi dalam waktu yang sama. Kegiatan produksi yang mengalami penurunan akan dapat ditutupi dengan melakukan diversifikasi sehingga perusahaan dapat mengatasi kegagalan atau risiko yang terjadi. Diversifikasi pada PT Masada Organik Indonesia dilakukan berdasarkan pola tanam yang telah ditetapkan perusahaan. Tumpangsari bertujuan menutupi kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani dengan kegiatan usahatani lainnya dan untuk mengefisienkan penggunaan lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pertimbangan dalam menentukan komoditi yang akan ditumpangsarikan. Perusahaan yang akan melakukan pengembangan diversifikasi, perlu memperhatikan penjadwalan penanaman yang lebih intensif agar hasil yang diperoleh semakin baik. Analisis risiko portofolio yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa dengan melakukan diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada, terutama pada komoditi brokoli organik. Diversifikasi juga dapat mengefisienkan biaya dimana alat serta tenaga kerja yang digunakan dapat dilakukan sekaligus sehingga biaya yang dikeluarkan untuk peralatan dan tenaga kerja dapat diminimalkan sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima perusahaan. Oleh karena itu diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi yang akan berpengaruh pada produktivitas dan pendapatan perusahaan.
2. Kemitraan Produksi Kemitraan dalam produksi merupakan salah satu alternatif yaitu melakukan kemitraan dengan para pengusaha atau petani sekitar yang mengusahakan sayuran organik agar dapat menutupi jumlah permintaan yang ada. Perusahaan juga harus memperhatikan kualitas dan kuantitas komoditi yang dihasilkan petani. Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer kebun, perusahaan sebenarnya kurang menginginkan kemitraan seperti ini karena perusahaan tidak dapat menjamin sepenuhnya keorganikan sayur yang dipasok. Namun hal ini terpaksa karena kemampuan perusahaan yang masih kurang dalam memenuhi permintaan pasar. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya mengadakan pengontrolan langsung serta memiliki keterkaitan langsung dengan mitra agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar organik yang telah ditetapkan. Kemitraan dalam segi input lainnya adalah kemitraan dalam pasokan benih yang bagus dan unggul serta pupuk organik yang berkualitas juga perlu dilaksanakan. Hal ini akan berimplikasi pada hasil produksi yang diperoleh dimana jika pasokan benih yang berkualitas maka dapat menghasilkan produk yang baik tetapi dengan memperhatikan kegiatan produksi yang berlangsung. Berdasarkan wawancara, baru-baru ini perusahaan mengganti pupuk organiknya dengan yang lebih bagus. Walaupun harganya lebih mahal dari yang sebelumnya, namun dengan pemakaian pupuk lebih sedikit sudah membuat produksi tanaman lebih baik. PT Masada Organik Indonesia telah melakukan beberapa tindakan dalam menangani risiko produksi dalam melakukan kegiatan usahataninya. Risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan dipengaruhi oleh faktor cuaca, hama dan penyakit pada tanaman. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan manajemen risiko produksi yang baik agar risiko tersebut yang ada dapat diminimalkan. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan yang diinginkan berupa keuntungan yang dapat dicapai secara efektif dan efisien. Ada beberapa
fungsi
manajemen
yang
sudah
dikenal
yaitu
perencanaan,
mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau planning, organizing, actuating, dan controling (POAC).
a. Planning Planning atau perencanaan yang dilakukan pada produksi sayuran organik dimulai dari pembelian input, pembibitan, perawatan dan pemanenan. Hal ini bertujuan untuk mencapai target produksi yang ditetapkan serta meningkatkan produktivitas sayuran organik. Selain itu, perencanaan pencegahan penyakit harus dilakukan dengan baik terutama pada saat cuaca dan musim yang kurang baik. Perencanaan produksi sangat berpengaruh pada penentuan pola tanam yang akan dilakukan. Perencanaan waktu penanaman sayuran sebaiknya dilakukan pada saat cuaca tidak hujan karena akan memaksimalkan produksi yang ada. Jika penanaman dilakukan pada saat hujan maka bibit akan rusak dan busuk sehingga hasilnya tidak akan maksimal. Perawatan yang intensif juga sangat penting terutama pada saat cuaca tidak mendukung. Perawatan terhadap tanaman yakni dengan memaksimalkan pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman. Selain itu, perusahaan perlu melakukan perlindungan terhadap tanaman, terutama pada tanaman sayuran daun yang sangat sensitif pada cuaca yang buruk. Untuk tanaman selain sayuran daun seperti sayuran umbi-umbian relatif lebih tahan terhadap kondisi cuaca yang tidak mendukung. Tindakan preventif yang telah dilakukan oleh perusahaan sudah cukup baik dengan memasang sungkup pada lahan tanaman sayuran daun pada malam hari. Hal ini bertujuan untuk melindungi tanaman dari hujan sehingga tanaman tidak rusak dan busuk. b. Organizing Organizing atau pengorganisasian untuk para karyawan yang terlibat langsung dengan kegiatan produksi sangat penting yakni dengan pembagian tugas-tugas yang jelas. Hal ini dikarenakan agar semua karyawan mempunyai peranan dalam produksi. Dengan adanya pengorganisasian maka perawatan terhadap tanaman akan semakin terkoordinir. c. Actuating Actuating atau pengelolaan yang dilakukan berupa pengarahan yang bersifat vertikal dari manajer kebun kepada bagian produksi dan bagian produksi kepada bagian pembibitan, dilapangan, dan panen. Pengarahan harus dilakukan secara rutin, hal ini akan mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antara atasan
dan bawahan akan terjalin dengan baik. Koordinasi dalam pengelolaan, bertujuan untuk mensinkronkan unit-unit produksi yang terdiri dari beberapa plot produksi dalam masalah perawatan dan pemeliharaan, seperti mengkoordinasikan kegiatan produksi dengan tindakan pencegahan hama dan penyakit. Koordinasi yang baik juga memperhatikan pola tanam yang akan dilaksanakan agar memaksimalkan hasil yang ada. Pengelolaan juga berfungsi untuk
mengevaluasi
risiko
yang
ada
dan
bagaimana
tindakan untuk
meminimalkan risiko sehingga jika terjadi suatu permasalahan maka semua pihak dapat mengetahui serta dapat melakukan pengelolaan dengan baik. d. Controlling Berdasarkan hasil pengamatan, controlling atau pengontrolan yang dilakukan PT Masada Organik Indonesia belum dilakukan dengan maksimal karena hanya ada satu orang penanggungjawab untuk semua plot kebun yang ada sekaligus mengawasi seluruh kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan. Akan lebih baik jika penanggungjawab kebun hanya bertugas mengawasi di kebun, tidak pada kegiatan produksi lain seperti bagian pengemasan, bagian administrasi, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan luas lahan untuk budidaya sayuran organik di perusahaan cukup luas dan lokasinya terpisah-pisah menjadi beberapa plot. Selain itu, dalam melakukan budidaya sayuran organik ini dibutuhkan pengawasan yang ekstra agar hasil produksi yang didapat menjadi lebih optimal.