INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK
Dahono Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Kepulauan Riau Jln. Pelabuhan Sungaijang No.38 Tanjung Pinang PENDAHULUAN Sesuai dengan perkembangan zaman dan pengetahuan masyarakat, pertanian di Indonesia diawali dengan bercocok tanam secara berpindah-pindah (Nomaden) dari suatu tempat ke tempat yang lain. Cara ini dilakukan dengan cara membuka hutan dan kemudian ditanami dengan tanaman kebutuhan pokok. (Pracaya, 2004).
Pada saat itu
petani belum mengenal pupuk organic dan an organic sehingga produksi yang dihasilkan sangat rendah. Dan kemudian sistim Nomaden ini berkembang menjadi system pertanian tradisionil, pengelolaannya secara sederhana, pengolahan tanah dilakukan pada musim hujan ditanam secara terus menerus dalam waktu yang lama sehingga kesuburannya makin berkurang. Hasil panen merosot, hama penyakit berkembang dengan pesat. Pertanian tradisionil ini merupakan pertanian yang akrab lingkungan karena tidak memakai zat kimia dan pestisida, pada saat itu petani diseluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme tanaman pengganggu (OPT), kebiasaan ini berlangsung turun temurun sehingga menjadi bagian dari tradisi dan budaya suatu bangsa. Misalnya para petani di Bandung dan sekitarnya telah pandai meracik daun sirsak untuk mengendalikan hama belalang dan sundep (Novizan, 2002). Sistem ini juga tidak bertahan lama karena produksi yang dicapai tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan yang jumlah penduduknya terus bertambah, maka dengan demikian berkembanglah system pertanian konvensional. Pada system ini petani mulai mengenal pupuk buatan pabrik, pestisida sintetis perangsang tumbuh, anti biotic dll. Pada tahun 1874 dan 1882 ditemukan DDT dan bubur bordeoux (Novizan, 2002). Pada tahun 1930 an pestisida komersial mulai diperdagangkan sehingga pestisida ini merupakan satu-satunya obat mujarab dari 20.000 spesies hama dan penyakit, sehingga ketergantungan petani akan pestisida sintetis sangat tinggi. Di Indonesia pemakaian pestisida setiap tahunnya terus meningkat, pada tahun 1986 total pemakaian insektisida
mencapai 17.230 ton atau lebih kurang 1,69 kg/ha dan pada tahun 2000 pemakaian pestisida mencapai 20.000 ton/tahun dengan nilai Rp. 250 miliar (Novizan 2002). Pemakaian pupuk juga meningkat. Penggunaan pupuk untuk tanaman pangan dalam priode 1989- 1993 berkisar antara 2,48-2,70 juta ton Urea, 0,98-1,15 juta ton TSP dan 0,15-0,22 juta ton KCl pertahun ( Zaini 1996). Namun pada akhir-akhir ini para ilmuan menyadari bahwa pemakaian pestisida sintetis ini besar pengaruhnya terhadap kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan, menurut WHO dalam Novizan (2002) 20.000 orang pertahun mati akibat keracunan pestisida dan 5000-10.000 orang pertahun mengalami dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat tubuh, kemandulan, dan penyakit liver, paru-paru, jantung dan alat vital. Berbagai jenis pestisida terakumulasi ke dalam tanah dan air yang berdampak buruk terhadap keseluruhan ekosistem dan tidak lagi mampu menanggulangi masalah hama dan penyakit tanaman tetapi justru mendatangkan malapetaka bagi umat manusia. Pestisida dan pupuk alami yang berasal dari bahan-bahan yang terdapat di alam diekstraksi, diproses dan dibuat menjadi konsentrat dengan tidak mengubah struktur kimianya (back to nature atau kembali ke alam) dan digalakannya pertanian organic. Pertanian organic adalah system pertanian yang tidak mempergunakan bahan kimia tetapi menggunakan bahan organic yang bertema akrab dengan lingkungan dengan cara memupuk dengan kompos, pupuk kandang, quano, pupuk hijau, limbah-limbah pabrik sawit, rumah tangga, ternak. Memberantas hama dan penyakit dengan pestisida alami seperti daun tembakau, daun mimba, brotowali, gadung, mengkudu, mahoni, tuba, daun pepaya, sirsak, srikaya dan jarak.
A. Faktor-faktor yang menentukan tingkat keberhasilan budidaya sayuran organic. Ada beberapa factor yang menetukan tingkat keberhasilan budidaya sayuran organik I. Kesuburan tanah. Kesuburan tanah dapat dilihat dari kondisi fisik, kimia maupun bilogi tanah => Faktor fisik ditetukan dengan keadaan tanah yang gembur dan subur, untuk menggemburkan tanah tersebut perlu dilakukan pembalikan tanah, baik cara
dicangkul atau di bajak, Pencangkulan atau pembajakan akan memberikan dampak terhadap aerasi di dalam tanah sehingga jasad renik akan dapat bertahan hidup di dalam tanah, air mudah meresap , bibit penyakit dan hama serta gulma mati karena adanya proses pembalikan tanah. => Faktor kimia Kebutuhan unsure hara setiap tanaman berbeda-beda. Kebutuhan unsur hara dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu 1. Unsur makro, unsure yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak, contohnya N,P, K, C, H dan O. 2. Unsur hara madya yaitu unsure C 1. Derajat keasaman (pH) tanah Budidaya tanaman sangat erat kaitannya dengan media/tempat tumbuh dari suatu tanaman yang diusahakan. Sebelum dilakukan penanaman sayuran perlu dilakukan analisis tanah agar diketahui tingat keasaman dari media yang akan dipergunakan. Untuk mengetahui atau mengukur tingkat keasaman dapat dipergunakan pH meter atau kertas pH. Reaksi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman pada umumnya mempunyai pH sekitar 6,5 karena pada pH netral tersebut jasad renik dalam tanah akan hidup subur. Ada beberapa kandungan unsure hara yang terdapat pada jenis tanah netral diantaranya adalah unur Kalium, Magnesium, Kalsium dan Molibdin. Unsur Molibbdium ini banyak tersedia dan mudah diserap oleh tanaman. Reaksi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman pada umumnya mempunyai pH sekitar 6,5, karena pada pH yang demikian jasad renik dalam tanah hidup subur Tanah di Indonesia pada umummnya memiliki pH yang rendah termasuk di Propinsi Riau, untuk itu perlu dinetralkan dengan pemberian kapur dolomit atau kapur bangunan yang telah mati. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa untuk meningkakan pH dari 4,0 menjadi 6,5 diperlukan kapur sebanyak 10,24 t dolomit/ha dan untuk menaikkan pH dari 5,00 menjadi 6,50 diperlukan kapur dolomit sebanyak 5,49 t/ha (Pracaya 2002).
Tabel 2. Dosis penggunaan Dolomit untuk menetralkan pH PH tanah 4,00 4,10 4,20 4,30 4,40 4,50 4,60 4,70 4,80 4,90 5,00 Sumber : Pracaya 2002)
Dosis dolomit t/ha 10,24 9,76 9,26 8,82 8,34 7,87 7,39 6,91 6,45 5,98 5,49
2. Jenis Sayuran
Setiap jenis tanaman berbeda-beda cara penangananya, untuk memulai cara bercocok tanam secara organic kita perlu kiranya mengetahui jenis tanaman yang akan diusahakan karena ada tanaman yang sangat peka terhadap pH rendah, dan pH tinggi atau normal. Untuk tanaman bayam, bawang merah, kapri, kara, kubis bunga, selada, selederi, wortel, bit, asparagus cocok ditanam pada tanah yang mempunyai pH antara 6,06,8, sedangkan untuk tanaman Buncis, kubis, mentimun, cabai, labu, jagung dan tomat cocok ditanam pada tanah yang mempunyai pH 5,5 – 6,8, untuk jenis tanaman kentang cocok ditanam pada tanah yang mempunyai pH tingkat kemasaman yang lebih tinggi yaitu 4,5-5,4.(Tabel 1).
Tabel 1. Kesesuaian jenis tanaman sayuran dengan pH tanah Keadaan pH tanah 6,0 - 6,8
Jenis sayuran yang sesuai Bayam, bawang merah, kapri, kara, kubis bunga, selada, selederi, wortel, bit, asparagus
5,5 - 6,8
Buncis, kubis, mentimun, cabai, labu, jagung dan tomat
4,5 - 5,4 Kentang Sumber : Thompson dan Kelly dalam Pracaya 2002
Faktor Biologi Tanah yang baik dan subur adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik dan jasad hidup baik makroorganisme maupun mikroorganisme, dimana jasad-jasad renik ini seperti bakteri, cendawan, protozoa, amuba, semut dan cacing tanah akan menghancurkan bahan organik yang telah mati seperti rontokan daun, jerami, sekam, batang pisang, batang jagung, ampas kelapa, tebu, sampah organik kota, rumah tangga dll.
Iklim Faktor iklim merupakan faktor penunjang dalam pertumbuhan tanaman, sinar matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesa.
Tanpa sinar matahari
tanaman akan menjadi lemah pucat dan kerdil dan akhirnya mati, benih yang baru tumbuh apabila kekurangan sinar matahari akan menjadi kurus, memanjang dan pucat, setiap tanaman berbeda kebutuhan intensitas sinar matahari ada yang banyak dan ada yang sedikit contoh tanaman sayuran yang menghasilkan bunga dan buah memerlukan intensitas cahaya yang lebih banyak sedangkan tanaman sayuran yang menghasilkan daun butuh intensitas sinar matahari sedikit. Begitu juga dengan suhu udara, hujan, kelembaban dan angin. Benih Faktor yang paling penting diantara keempat faktor yang lain tentang keadaan benih, Benih yang tidak berkualitas pertumbuhan dan produksi tidak normal. Benih yang baik adalah dicirikan dengan benih yang dapat berkecambah dengan normal, berasal dari tanaman yang cukup tua, daya kecambah minimal 80 %, biji kering, bebas dari hama/penyakit, dan tidak tercemar pestisida dan zat kimia baik langsung maupun tidak langsung.
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM PERTANIANORGANIK Berkembangnya suatu system dalam hal sitem budidaya, tentu
mempunyai
kelebihan dan kekurangan apabila dibandingkan dengan suatu system yang lain, demikian pula sitem pertanian organik mempunyai kelebihan dan kekurangan dibanding dengan system pertanian konvensional
= Kelebihan Kelebihan dari pertanian organik antara lain sebagai berikut : a. Tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. b. Produksi yang dihasilkan pertanian organik lebih nyaman dikonsumsi dibanding produksi yang dihasilkan pertanian non organik c. Harga produksi dari pertanian organik lebih mahal dsbanding dengan non organik.
= kekurangan Sistem pertanian organik juga mempunyai faktor kekurangan diantaranya adalah; A. Membutuhkan tenaga kerja lebih banyak dibanding pertanian non organik B. Penampilan fisik pertanian organik kurang bagus dibanding non organik
C.PERKEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA
Pertanian organik mulai muncul di Indonesia pada tahun 1984
tepatnya di
Cisarua Bogor pada lahan seluas 4 hektar, kemudian berkembang didaerah lain seperti di Lembang (Bandung), Kaliworo (Wonosobo) dan Salatiga (Jawa Tengah).
Lambatnya
perkembangan pertanian organik di Indonesia disebabkan oleh masih rendahnya tingkat konsumsi orang-orang yang sadar akan kesehatan, namun demikian dengan munculnya pertanian organik disetiap pertemuan atau promosi mengenai pentingnya kesehatan maka mudah-mudahan akan berkembang dimasa yang akan datang.
D.PEMBUDIDAYAAN TANAMAN SAYURAN ORGANIK Tanaman sayuran dapat berbentuk rumput, perdu, semak atau pohon, bentuk pertumbuhan tegak pendek, menjulang atau menjalar dengan hasil berupa daun, umbi, buah, bunga atau biji. Tanaman sayuran berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, banyak mengandung gizi, vitamin dan mineral. Budidaya sayuran perlu pengelolaan dan perhatian yang lebih dari tanaman lain. Agar hasil tanaman sayuran berhasil maksimal,
perlu diperhatikan dasar usaha bertanam diantaranya adalah pemilihan benih, pengolahan tanah, pemupukan, pengelolaan air, penyemaian benih, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.
1.Pemilihan benih sayuran Benih sayuran yang digunakan pada dasarnya harus benih yang baik dan bermutu tinggi, karena benih yang baik dan bermutu tinggi akan menjamin pertanaman yang bagus dan hasil panen yang memuaskan dan ini dicirikan oleh tingginya tingkat keseragaman biji, daya tumbuh dan tingkat kemurnian, sehat dan tidak terinfeksi oleh cendawan, bakteri dan virus.
2.Pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan cangkul atau bajak, dilakukan hingga kedalaman 40 cm atau lebih, setelah itu tanah dibiarkan kerkena sinar matahari untuk membunuh hama dan penyakit serta untuk pertukaran udara.
3.Pembuatan Bedengan Bedengan dibuat dengan tinggi sekitar 15-20 cm kalau tanah tidak tergenang air , dan bila sayuran ditanam di lahan yang sering tergenang air atau lahan sawah tinggi bedengan sekitar 50-60 cm, lebar 100-120 cm dan panjang 10-15 meter (sesuai dengan kondisi lahan yang akan ditanami, jarak antara bedengan 40 cm
4. Pemberian Pupuk Dasar Diatas bedengan ditaburi pupuk kompos atau kandang, dengan kebutuhan 20-30 t dan bila memungkinkan bedengan dapat disiram dengan air septic tang, air kompos dan air limbah ternak.
5. Persemaian Persemaian untuk tanaman sayuran biasa dilakukan pada tanaman yang mempunyai biji kecil-kecil, contohnya tanaman selada, cabe, terung, sawi, tomat dll.
Sedangkan pada tanaman yang mempunyai biji besar-besar seperti kacang panjang, timun, buncis, kentang dll. dapat ditanaman tanpa melakukan persemaian.
4.Jarak tanam dan pemupukan Seperti tanaman pangan lainnya, tanaman sayuran dapat ditanam secara monokultur atau polikultur. Kalau pada tanaman yang berumur sama pola yang dibuat berselang-selang, sedangkan tanaman yang berbeda umur panennya salah satu tanaman dapat ditanam dipinggiran tanaman yang lain seperti selada dengan kapri, selada ditanam dipinggiran kapri karena umur selada lebih pendek dan kapri lebih panjang,
5. Perawatan Tanaman sayuran yang tekah ditanam perlu dilakukan perwatan agar tumbuh dengan subur ; 1. Apabila tanah kering segera dilakukan penyiraman 2. bila tanah tidak menggunakan mulsa daun tanaman dibersihkan dari tanah yang menempel dipermukaan daun karena dapat mengganggu jalannya fotosintesa. 3. Bila tanaman ada yang mati dilakukan penyulaman dan penjarangan bila tanaman terlalu rapat seperti penanaman yang dilakukan dengan cara sebar 4. Penyiangan dilakukan bila terdapat gulma disekitar tanaman sayuran 5. Pengemburan tanah dilakukan dengan hati-hati bila kelihatan tanah padat 6. Bila tanaman sayuran kelihatan tidak subur tanaman dapat dipupuk dengan septi tank atau limbah ternak.
6.Pengendalian Hama Pen yakit Untuk pengendalian hama /.penyakit tanaman sayuran organic, tidak dibenarkan menggunakan pestisida sintetik sedikitpun, apabila serangan hama/penyakit telah terdapat pada tanaman sayuran, maka pengendaliannya dilakukan dengan pestisida nabati (alami). Langkah-langkah Pengendalian hama/penyakit untuk sayuran organik - Penggunaan mulsa plastik hitam perak - Melakukan rotasi tanaman dengan selang waktu yang cukup lama, misalnya selada - kacang tanah - jagung - selada - Kebersihan disekitar tanaman perlu dijaga, drainase perlu diperhatikan agar tidak ada genangan air - Melepas predator ke tanaman yang diserang hama
-
Pengamatan dilakukan sesering mungkin bila ada gejala serangan hama/penyakit diambil dan dikumpulkan kemudian dibunuh/dimusnahkan Menggunakan pestisida alami
7. Panen Tanaman sayuran lebih cepat panennya dibanding tanaman semusim lainnya dan juga tanaman sayuran tergantung varietas yang ditanam cara panen sayuran tergantung jenis sayurannya yaitu ada yang dicabut, dipetik dan dipotong.
8.Pasca Panen Sesudah panen hasil panen dicuci dengan air bersih dan mengalir agar terbebas dari kotoran, daun /buah /umbi yang rusak, luka atau sakit dipisahkan dari daun/buah/umbi yang sehat, dan setelah dicuci ditiriskan diatas para-para. Kemudian dilakukan Grading untuk menentukan harga dari produksi sayuran Grading tersebut berdasarkan ukuran, bobot, kesehatan,
E. SEKILAS TENTANG PESTISIDA ORGANIK
Bertanam secara organik sangat erat hubungannya dengan pestisida organik, pestisida anorganik tidak boleh digunakan lagi.
1. Pestisida oganik ala Organic Farming center, Cisarua Bogor. a. Srikaya (Anona squamosa). Dapat mengendalikan Aphid, semut dan hama lainnya Cara pembuatan Biji ditumbuk dan dibuat tepung, lalu dicampur dengan air dan disaring kemudian disemprotkan b.Sirsak (Anona muricata ). Dapat mengendalikan Aphid, semut dan hama lainnya cara pembuatan Biji ditumbuk dan dibuat tepung, lalu dicampur dengan air dan disaring kemudiandi semprotkan c. Akar Tuba ( Derris eliptia) Dapat mengendalikan berbagai jenis serangga) Cara pembuatan Akar, kulit, kayu dan daun dicampur dengan air lalu diambil ekstrak, tiap 6 sendok makan dicampur 3 liter air kemudian disemprotkan
d.Abu kayu Dapat mengendalikan Lundi, ulat grayak, ulat tanah, siput dan kumbang tomat Cara pelaksanaannya Debu ditabur disekeliling akar tanaman, ditabur dalam parit disekeliling tanaman, dicampur dengan air lalu disemprotkan, dicampur dengan kapur dan air sabun lalu disemprotkan.. e.Daun Mimba (Azidiracta indica) Dapat mengendalikan berbagai jenis serangga, labah- labah, nematoda dan cendawan. Cara pembuatnnya. Biji sebanyak 2 gengam ditumbuk dan dicampur dengan air 1 liter lalu aduk dan biarkan semalam, kemudian saring dan semprotkan. Rebus 1 kg daun segar dalam 5 liter air, diamkan satu malam, lalu disaring dan semprotkan. Daun segar 5 kg ditumbuk dan direndam dalam air semalam lalu disaring dan semprotkan. 2.Pestisida Organik ala Yosomiharjo Sejak tahun 1994 Kabupaten Semarang
sampai sekarang Yosomiharjo menanam sayuran organik di (Jateng). Dengan cara membuat pestisida secara ekstrak daun-
daun terutama daun pahit direndam dalam air lalu disemprotkan ada 3 ramuan a. Ramuan A. Bahan-bahan Kumis kucing, mangkokan, ginseng, sirsak, bunga matahri ketepeng kebo, sampang, buah pace, awar-awar, johar, senggugu, mindi, tembakau, kelor, nimba masing-masing satu genggam besar, buah lerak 10-20 buah, umbi gadung 1 buah yang besar, batang dan daun brotowali, buah dan daun mahoni satu gengam besar, buah dan daun pepaya satu buah dan satu gengam besar , buah dan daun mahkota dewa satu genggam besar , akar tuba 1- 5 akar, bahan tersebut direndam dala drum ukuran 200 liter dengan air 100 liter, ditambah garam, 0,05 kg, kapur 1 kg, pupuk kandang 5 kg, semua bahan tersebut diadukmerata lalu dibiarkan selama 2-4 minggu, bila akan digunakan ambil 1 liter cairan rendaman tersebutt lalu disaring dan dicampur diencerkan dengan 9 liter air b. Ramuan B Bahan – bahan Kunyit 1 kg diparut (diblender dimasukkan dalam 10 liter air lalu dibiarkan selama 1- 2 minggu bahan ini kemudian dicampur dengan ramuan A dengan perbandingan 1 : 2 bila akan digunakan, campuran tersebut diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bahan : 5 bagian air bersih kemudian disemprotkan. Ramuan ini dapat berfungsi sebagai Insektisida, fungisida maupun pupuk daun. c. Ramuan C. bahan-bahan 100 g bubur tepung belerang, 10 g bubur kapur direbus dalam2 liter air, kemudian bahan disaring dan cairan dicampur dengan 1 liter ramuan B, 2 liter ramuan A dan 5 liter air bersih. Ramuan ini dapat dipergunakan untuk mengahlau tikus, walang sangit, belalang, kumbang kayu dan lalat.
3. Pestisida ala Natural Crop Protection Natural Crop Protection mengulas beberapa pestidia organik seperti Urine sapi, kotoran sapi, abu kayu dan cara menangkap ulat tanah dan lalat buah. a. Urine sapi Urine sapi dapat dipergunakan untuk mengendalikan hama serta penyakit yang disebabkan oleh virus, urine sapi dikumpulkan dalam satu bak terbuka dan biarkan selama 2 minggu terkena sinar matahari. Pada waktu akan disemprotkan urine diencerkan dengan air 1 : 6 untuk sayuran, dan untuk membunuh aphid dan ulat tomat dipergunakan dosis 1 : 2 dan pula yang ditambah dengan kunyit, daun nimba dan tembakau. b. Kotoran Sapi Sebanyak 3 genggam besar dapat dicampur dengan 10 liter air dan setiap hari diaduk selama 14 hari, untuk mengurangi bau ditambah tepung tanah liat atau tepung batu serta mineral-mineral, setelah 2 minggu cairan kotoran sapi dapat diencerkan dengan air 3-5 kali , kemudian disemprotkan. C. Abu kayu Setengah cangkir abu kayu dan 4 liter air dicampur rata dan diamkan selama beberapa jam saring dan semprotkan untuk mengendalikan kumbang mentimun atau larvanya. Enam sendok makan minyak tanah dicampur dengan 1 kg abu kayu dapat dipergunakan untuk mencegah serangga pengisap. d. Umpan ulat tanah Serbuk gergaji dicampur dengan sekam dan molase atau tetes perbadingan 1 : ! :1 lalu diberi air sehingga menjadi lengket. Campuran tersebut pada waktu senja diletakkan di daerah yang banyak diserang ulat tanah. e.
Perangkap lalat buah Bahan- dan alat . Botol minuman mineral yang mulutnya dibalik, kulit jeruk atau kulit daging mentimun 100 cc urine sapi dan 500 cc air campur rata diamkan selama 1 malam dan encerkan dengan 15 liter air dan masukkan ke dalam botol mineral, cairan tersebut akan merangsang lalat buah masuk kedalam botol.
DAFTAR BACAAN Hadi Sutrisno, B, S. Hartono. Pokok-Pokok Pikiran Mengahadapi masalah Tantangan Agribisnis Ramah Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik. Yokyakarta 4 November 2000. Indriani, Y. H. 2003. Membuat Kompos Secara Kilat. PT Penebar Swadaya Jakarta. Kardinan A., A Ruhnayat, 2005. Mimba Budidaya dan Manfaatnya. PT Penebar Swadaya Jakarta. Novizan, 2004. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Penerbi Agro Media Pustaka. Tangerang. Pracaya 2004. Bertanam Sayuran Organik di kebun, Pot dan Polibag. Penebar Swadaya. Jakarta. Sunarjono, H. 2002. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Sawdaya . Jakarta. Untung. K. 1992. Konsep dan Strategi Pengendalian Hama Terpadu. Prosiding Simposium Penerapan Pengendalian Hama terpadu. Himpunan Entomologi Indonesia> Cabang Bandung. Zaini.Z. 1996. Sistem Usahatani berabsis padi Dengan wawasan Agribisnis Awal Revolusi Hijau. Makalah disajikan dalam Seminar nasional Prospek Tanaman Benih Langsung Padi sawah di Indonesia 12 Maret 1996 di Padang.