DIVERSIFIKASI SAYURAN ORGANIK SEBAGAI ALTERNATIF MENGATASI RISIKO USAHA PADA THE PINEWOOD ORGANIC FARM DI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
MUTIA YOFANI H34096070
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ABSTRACT
Risk is the possibility of adversity or loss, and refers to uncertainty that matters. Consequently, risk management involves choosing among alternative to reduce the effect of risk. One of indicator to know the existence of production risk is the fluctuation in productivity of brokoli, tomato, bayam hijau, and carrot. This study analyzes the risk of commodity production in the four selected in the Pinewood Organic Farm with a diversified approach to analyze the risk of production of more than one commodity. Fluctuations in production will lead to revenues received also fluctuates, will be calculated risks and confectionary risk through the implementation of risk management strategies. Risk analysis is a comprehensive step in the risk assessment process. This assessment begins with the calculation of odds, the value of expected return, until the value of the risk. The analysis tools is the variance (the variance), standard deviation (standard deviation), and the coefficient of variation (coefficient of variation). Measures of deviation is also aided by another measure, namely the calculation of the odds and expected return. The results of the risk analysis calculations show that the specialization of business spinach organic green vegetables have the highest risk level of the four commodities. Based on the comparison of the risk on the four organic vegetables broccoli, tomatoes, green spinach, and carrots are done Pinewood Organic Farm concluded that diversification can reduce risk. However, by diversifying no means eliminate the risk or create a risk to zero. Diversified production activities in the Pinewood Organic Farm has been effectively implemented by the company in an effort to deal with the risk. The strategy needs to be done by the company is to improve the management of the company, to cooperate or partner with other farmers and suppliers of organic vegetables. Keywords : brokoli, tomato, bayam hijau, carrot, production risk, specialicacy risk analys, divercivication risk analys.
RINGKASAN MUTIA YOFANI. Diversifikasi Sayuran Organik sebagai Alternatif Mengatasi Risiko Usaha pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI). Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi unggulan dan basis perekonomian Indonesia. Salah satu subsektor pertanian yang memegang peranan penting dalam penyediaan pangan, sumber pendapatan petani, dan penyerapan tenaga kerja adalah hortikultura. Komoditas tanaman hortikultura sangat beragam, diantaranya kelompok komoditas buah-buahan, sayuran, tanaman biofarmaka, dan tanaman hias. Hortikultura mencakup budidaya, pemrosesan, dan penjualan buahbuahan, kacang-kacangan, sayuran, tanaman hias dan bunga. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB untuk tanaman hortikultura khususnya untuk komoditas sayuran setiap tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya. Persentase kenaikan untuk sayuran rata-rata tiap tahun sebesar 9,19 persen dan rata-rata peningkatan untuk tanaman hortikultura sebesar 7,28 persen. The Pinewood Organic Farm adalah salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang pertanian organik. Perusahaan memilih usaha tersebut karena pertanian organik merupakan salah satu usaha yang cukup prospektif, dilihat dari semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan. Kegiatan usaha produksi sayuran organik yang diusahakan oleh perusahaan, dalam kegiatan produksinya pasti mengalami risiko yang bisa disebabkan oleh keadaan alam seperti cuaca dan iklim, hama dan penyakit, kesuburan tanah, dan teknologi budidaya yang digunakan. Risiko yang dihadapi di lapang tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi. Perusahaan dalam mengatasi hal tersebut telah melakukan usaha diversifikasi produk yaitu dengan memproduksi lebih dari satu komoditas. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm dalam upaya mengurangi risiko dan menganalisis alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi risiko produksi sayuran organik di perusahaan. Penelitian dilakukan di The Pinewood Organic Farm, jalan Gandamanah. Desa Tugu Selatan, Cisarua. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2011. Alat analisis yang digunakan adalah ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ukuran-ukuran simpangan ini juga dibantu oleh alat ukur lainnya yaitu perhitungan peluang dan expected return. Analisis risiko diversifikasi sayuran organik hanya difokuskan kepada empat komoditi sayuran organik yang diusahakan oleh perusahaan yaitu: brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel. Total peluang dari tiap-tiap periode berjumlah satu. Penelitian ini mengasumsikan bahwa peluang untuk semua kejadian sama, karena tiap-tiap kejadian berpeluang mengalami risiko. Risiko diversifikasi yang dihadapi dalam usaha produksi sayuran organik pada The Pinewood Organic Farm dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor cuaca, hama penyakit,
sumberdaya manusia, dan teknologi yang dipakai dalam proses produksi sayuran organik yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil perhitungan analisis risiko usaha spesialisasi menunjukkan bahwa komoditas sayuran bayam hijau organik memiliki tingkat risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas lainnya. Risiko yang dihadapi sayuran bayam organik sebesar 0,24, artinya setiap penerimaan Rp. 1.000,- yang diperoleh, maka risiko yang dihadapi sebesar Rp. 240,-. Nilai Expected Return yang dihasilkan sebesar 48.230,14. Bayam hijau diproduksi di lahan terbuka, sehingga rentan terhadap hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang bayam hijau adalah serangga ulat daun, kutu daun, dan tungau. Hama-hama ini menyebabkan kerusakan pada tekstur daun, seperti daun menjadi berlubang dan layu. Hama ini menyerang tanaman pada tahap produksi. Analisis risiko usaha diversifikasi untuk kombinasi tiga komoditas memiliki tingkat risiko yang sama, tetapi nilai expected return masing-masing kombinasi berbeda. Kombinasi brokoli, tomat dan wortel memiliki nilai expected return yang lebih tinggi dari kombinasi tiga komoditas lainnya. Berdasarkan nilai koefisien variasi pada divesifikasi empat komoditas dapat dilihat bahwa dengan diversifikasi empat komoditas yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm menghadapi risiko sebesar Rp. 210,- per seribu rupiah penerimaan yang diperoleh. Nilai ini lebih berada diantara atau rata-rata risiko yang dihasilkan pada kombinasi lainnya. Nilai risiko pada usaha diversifikasi yang mengandung komoditas bayam hijau dan wortel cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi komoditas brokoli dan tomat.. Budidaya bayam hijau yang sangat rentan terhadap kondisi alam mempengaruhi tingkat risiko yang dihadapi, apalagi dibudidayakan secara organik. Harga brokoli yang lebih tinggi dari komoditas yang lainnya juga berpengaruh terhadap penerimaan yang dihasilkan. Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada keempat komoditas sayuran organik brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel yang dilakukan Pinewood Organic Farm disimpulkan bahwa diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada. Akan tetapi, dengan melakukan diversifikasi tidak berarti menghilangkan risiko atau membuat risiko menjadi nol. Usaha diversifikasi pada kegiatan produksi di The Pinewood Organic Farm telah efektif diterapkan oleh perusahaan dalam usaha mengatasi risiko usaha. Strategi yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah dengan memperbaiki manajemen perusahaan, melakukan kerjasama atau mitra dengan petani lain dan pemasok sayuran organik.
DIVERSIFIKASI SAYURAN ORGANIK SEBAGAI ALTERNATIF MENGATASI RISIKO USAHA PADA THE PINEWOOD ORGANIC FARM DI KABUPATEN BOGOR
MUTIA YOFANI H34096070
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skipsi
: Diversifikasi Sayuran Organik sebagai Alternatif Mengatasi Risiko Usaha pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor
Nama
: Mutia Yofani
NIM
: H34096070
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi NIP. 19640921 199003 2 001
Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Diversifikasi Sayuran Organik sebagai Alternatif Mengatasi Risiko Usaha pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Mutia Yofani H34096070
iii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Painan, Padang Sumatera Barat pada tanggal 22 Juni 1988. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Fadillah dan Ibu Elmi Yulnarti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 9 Painan pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Painan. Pendidikan menengah atas penulis diselesaikan pada tahun 2006 di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Painan. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Program Keahlian Teknologi Industri Benih, Direktorat Program Diploma dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur regular.
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Diversifikasi Sayuran Organik sebagai Alternatif Mengatasi Risiko Usaha pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor”. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi sayuran organic serta diversifikasi sebagai salah satu upaya untuk dapat mengatasi risiko usaha sayuran organik di Pinewood Organic Farm, Cisarua Bogor. Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2013 Mutia Yofani
lllll
v
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan nikmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Diversifikasi Sayuran Organik sebagai Alternatif Mengatasi Risiko Usaha pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor” sesuai dengan waktu yang direncanakan. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materiil, yaitu : 1.
Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Narni Farmayanti, MSc dan Dra. Yusalina, MSi selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritikan dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Bapak Lie dan Ibu Lie sebagai pemilik The Pinewood Organic Farm, yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di tempat usahanya. 4. Pihak The Pinewood Organic Farm yang telah menberikan waktu, informasi, kesempatan dan dukungannya. 5. Orangtua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan baik moril maupun materiil, serta keluarga besar yang selalu memberikan semangat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Onang Yolan, Abang Kiki, Wempi, dan Fatih, terimakasih buat kasih sayang kalian, dan dukungan. 7. Dedi Jumadi, terimakasih atas semangat, motivasi, kasih sayang yang diberikan dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabat tercinta Emi dan Nita beserta keluarga, yang selalu menemani perjalanan hidup, karier, dan pendidikan penulis, berbagi dalam suka dan duka.
vi
9. Seluruh teman-teman seperjuangan ekstensi Agribisnis atas bantuan dan kerjasama selama ini, serta teman-teman kantor BCA Raya Baru Bogor yang memberi semangat dan dukungan untuk penulis.
Bogor, Februari 2013 Mutia Yofani
lllll
vii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xii I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 5 1.3 Tujuan ............................................................................................... 10 1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................... 10 1.5 Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 11 II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 12 2.1 Agribisnis Sayuran Organik .............................................................. 12 2.2 Risiko Komoditas Hortikultura ......................................................... 14 III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 18 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................ 18 3.1.1 Teori Risiko dalam Kegiatan Produksi .................................... 18 3.1.2 Risiko Portofolio dalam Diversifikasi ..................................... 21 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................... 22 IV. METODE PENELITIAN ....................................................................... 25 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 25 4.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 25 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 26 4.4.1 Analisis Deskriptif ................................................................... 26 4.4.2 Analisis Risiko......................................................................... 27 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................... 35 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................................ 35 5.2 Organisasi dan Manajemen Perusahaan............................................ 37 5.3 Sumberdaya Usaha The Pinewood Organic Farm ............................ 40 5.3.2 Sumberdaya Fisik .................................................................... 41 5.3.3 Sumberdaya Modal .................................................................. 41 5.4 Unit Bisnis ........................................................................................ 42 5.5 Gambaran Budidaya Sayuran Organik di The Pinewood Organic Farm.................................................................................................. 42 5.6. Analisis Pendapatan The Pinewood Organic Farm ......................... 54 VI RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN ORGANIK ................ 59 6.1 Identifikasi risiko .............................................................................. 59 6.2 Analisis Risiko .................................................................................. 62 6.2.1 Analisis Risiko Tunggal .......................................................... 63
viii
6.2.2 Analisis Risiko Diversifikasi ................................................... 64 6.3 Strategi Penanganan Risiko .............................................................. 72 VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 76 7.1 Kesimpulan ....................................................................................... 76 7.2 Saran .................................................................................................. 76 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 78 LAMPIRAN ................................................................................................... 80
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku di Indonesia Periode Tahun 2007-2010…………
1
2. Perkembangan dan Pertumbuhan Subsektor Hortikultura di Indonesia Tahun 2009-2010……………………………………...
2
3. Perbedaan Sistem Pertanian Organik dengan Sistem Pertanian Konvensional ditinjau dari Aspek Input-Output………………….
14
4. Nilai Fraksi untuk Setiap Gabungan Komoditas…………………
32
5. Sumberdaya Fisik The Pinewood Organic Farm…………………
41
6. Biaya Investasi Usaha Produksi Sayuran Organik The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011………………………………….
55
7. Rincian Biaya Tetap Usaha Produksi Sayuran Organik The Painewood Organic Farm Tahun 2010-2011……………………..
56
8. Rincian Biaya Variabel Usaha Produksi Sayuran Organik The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011………………………
57
9. Analisis Pendapatan Usaha Produksi Sayuran Organik The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011………………………
57
10. Penilaian Expected Return Komoditas Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel pada The Pinewood Organic Farm……………
62
11. Penilaian risiko Produksi Spesialisasi berdasarkan Penerimaan pada Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di The Pinewood Organic Farm……………………………………………………..
63
12. Penilaian risiko Produksi Diversifikasi berdasarkan Penerimaan pada Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di The Pinewood Organic Farm……………………………………………………..
65
13. Penilaian risiko Produksi Spesialisasi dan Diversifikasi berdasarkan Penerimaan pada Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di The Pinewood Organic Farm…………………………..
71
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2006-2009 ........................
3
2. Produktivitas Sayuran Brokoli Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011 ...................................................
7
3. Produktivitas Sayuran Tomat Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011 .................................................................
8
4. Produktivitas Sayuran Bayam Hijau Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011 ...................................................
8
5. Produktivitas Sayuran Wortel Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011 ...................................................
9
6. Rangkaian Kejadian Risiko dan Ketidakpastian ...........................
19
7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor .......................
24
8. Struktur Organisasi The Pinewood Organik Farm Tahun 2012 ...
39
9. Proses Produksi Sayuran Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2012 ..........................................................................
44
10. Proses Persemaian Brokoli Organik di Pinewood Organic Farm .
45
11. Ukuran bedengan sayuran organik di The Pinewood Organic Farm ..............................................................................................
46
xi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Fluktuasi Produksi mempengaruhi Penerimaan The Pinewood Organic Farm Tahun 2011 .................................................................... 81 2. Hasil Produksi Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di Pinewood Organic Farm Tahun 2011 ................................................... 83 3. Hasil Produktivitas Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di Pinewood Organic Farm Tahun 2011 ................................................... 83
xi
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi unggulan dan basis perekonomian Indonesia. Salah satu subsektor pertanian yang memegang peranan penting dalam penyediaan pangan, sumber pendapatan petani, dan penyerapan tenaga kerja adalah hortikultura. Komoditas tanaman hortikultura sangat beragam, diantaranya kelompok komoditas buah-buahan, sayuran, tanaman biofarmaka, dan tanaman hias. Hortikultura mencakup budidaya, pemrosesan, dan penjualan buahbuahan, kacang-kacangan, sayuran, tanaman hias dan bunga. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Perkembangan subsektor ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku di Indonesia Periode Tahun 2007-2010 Komoditas Buah-buahan Sayuran Tanaman Hias Biofarmaka Total Hortikultura
Nilai PDB (Milyar Rupiah) 2007 2008 2009 42.362 47.060 48.437 25.587 28.205 30.506 4.105 5.085 5.494 4.741 3.853 3.897 76.795
84.203
88.334
2010 45.482 31.244 6.174 3.665
Pertumbuhan (%)/Tahun
86.565
7,36 22,11 50,4 -22,69 12,72
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)
Besarnya
nilai
kontribusi
subsektor
hortikultura
terhadap
PDB
berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 76.795 milyar dan terus meningkat hingga tahun 2010 yaitu sebesar Rp.86.565 milyar atau rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 12,72 persen. Nilai PDB hortikultura Tahun 2010 mengalami penurunan sebesar dua persen, yaitu dari Rp.88.334 milyar menjadi Rp.86.565 milyar. Penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan jumlah produksi dari komoditas buah-buahan dan tanaman biofarmaka.
1
Tabel 1 menunjukkan bahwa kontribusi tanaman hortikultura terhadap PDB nasional setiap tahunnya mengalami peningkatan. Terutama pada komoditas sayuran dan tanaman hias, setiap tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya. Persentase kenaikan untuk sayuran dari tahun 2007 sampai 2010 sebesar 22,11 persen dan peningkatan untuk tanaman hortikultura sebesar 12,72 persen. Pengembangan tanaman hortikultura, khususnya sayuran didasarkan pada peningkatan produksi dan luas lahan tanaman hortikultura yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi, bahan baku industri, peningkatan ekspor dan substitusi impor, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para petani atau pelaku bisnis pertanian. Peningkatan produksi dan luas panen untuk komoditas hortikultura tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan dan Pertumbuhan Subsektor Hortikultura di Indonesia Tahun 2009-2010 Produksi No
Komoditas 2009
2010
Pertum buhan (%)
Luas Panen (Ha) 2009
Pertum buhan (%)
2010
1
Sayuran (Ton)
10.628.285
10.708.719
0,75
1.078.159
1.111.154
3,06
2
Buah (Ton)
18.653.900
15.490.373
-16,96
834.335
667.872
-19,95
3
Tanaman Hias 263.531.374
378.915.785
43,78
13.867.791 *
17.312.972 *
24,84
2.262.505
4.625.925
104,46
194.801*
209.585*
7,59
Melati (Kg)
28.307.326
21.600.442
-23,69
959.546*
1.016.157*
5,90
Palem (Phn)
1.260.408
1.098.197
-12,87
460.398
481.443
4.57
-11,46
-
-
-
Bunga (Tgk)
Potong
Draceae (Phn)
Tanaman Biofarmaka 472.863.015 418.683.635 (Kg) Rata-rata pertumbuhan produksi dan luas panen hortikultura
4
0,25
-
-
-
Keterangan: * = satuan dalam m2 Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah produksi untuk hortikultura tahun 2010 mengalami peningkatan produksi sebesar 0,25 persen. Luas panen untuk komoditas sayuran juga mengalami penurunan yaitu sebesar 3,06 persen pada 2010. Komoditas buah mengalami penurunan hasil produksi disertai dengan
2
adanya penurunan luas lahan yang sangat signifikan. Beberapa jenis tanaman hias seperti melati dan palem, adanya peningkatan luas panen tidak mempengaruhi jumlah produksi, produksi komoditas tersebut mengalami penurunan yang signifikan. Beberapa jenis sayuran di Indonesia mengalami peningkatan jumlah produksi tiap tahunnya, seperti komoditas tomat dan wortel, walaupun pada tahun-tahun tertentu mengalami sedikit penurunan. Hal tersebut disebabkan adanya fluktuasi produksi sayuran setiap tahunnya akibat adanya perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu sehingga mempengaruhi kuantitas produksi yang dihasilkan. Sedangkan bayam dan kembang kol perkembangan produksi setiap
Produksi (Ton/Ha)
tahunnya stabil. Gambar 1. 1000000 900000 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0
tomat wortel bayam kembang kol
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 1. Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2006-2009 Sumber: www.bps.go.id [11 Desember 2011]
Peningkatan-peningkatan tersebut berkaitan dengan adanya isu saat ini tentang penggunaan lahan yang ramah lingkungan untuk kegiatan pertanian dalam rangka go organic, dan kesadaran konsumen dalam mengubah pola konsumsi sehat yaitu dengan mengkonsumsi sayur-sayuran yang sehat. Gaya hidup sehat dengan slogan back to nature telah menjadi trend dengan meninggalkan pola hidup yang menggunakan bahan-bahan kimia non alami, seperti pupuk kimia, pestisida kimia sintesis dalam produksi pertanian. Dengan demikian, sayuran yang sehat dapat diproduksi dengan cara organik, tanpa menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya sehingga aman untuk dikonsumsi.
3
Menurut Departemen Pertanian (2002), gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini yang menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat1. Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi, atau konsumsi, adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil di tanah untuk manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan preventif dan kesejahteraan. Pandangan ini harus menghindari penggunaan pupuk, pestisida, obat hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan. Menurut International Federation of Organic Agriculture Movements, (IFOAM) tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan sistem pertanian organik adalah antara lain; melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah serta memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan; mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usahatani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman serta hewan; pencegahan dan tanggung jawab adalah hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan2. Penerapan pertanian organik merupakan salah satu dari pendekatan dalam pembangunan berkelanjutan, karena itu pengembangan pertanian organik tidak terlepas dari program pembangunan pertanian secara keseluruhan. Masalah pembangunan pertanian berkelanjutan telah diintegrasikan dalam program pembangunan pertanian yang diterapkan dewasa ini. Pembangunan agribisnis dilakukan dengan memberdayakan dan melestarikan keanekaragaman sumberdaya hayati, pengembangan produksi dengan tetap menjaga pelestarian dan konservasi
1
Prospek Pertanian Organik Indonesia, http//www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17 [15 september 2011] 2 [IFOAM] International Federation of Organic Agriculture Movements. Prinsip-Prinsip Pertanian Organik. http://www.ifoam.org/about [9 Agustus 2011]
4
sumberdaya alam (hutan, tanah dan air), menumbuh kembangkan kelembagaan lokal dan melegalkan hal ulayat masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam bagi kegiatan pertanian (communal resources management), serta dengan meningkatkan nilai tambah dan manfaat hasil pertanian3. Pengembangan dan budidaya tanaman sayuran khususnya sayuran organik tidak terlepas dari adanya risiko. Risiko yang sering terjadi adalah risiko produksi yang disebabkan oleh sistem budidaya yang masih bergantung terhadap kondisi alam seperti musim, curah hujan, hama dan penyakit serta bencana alam yang sulit untuk diperhitungkan, sehingga terjadi fluktuasi produksi. Dengan demikian, diperlukan strategi pengelolaan risiko yang efisien guna meminimalisir risiko yang akan terjadi. Budidaya sayuran organik lebih membutuhkan penanganan yang lebih karena masih menggunakan cara manual dalam proses produksinya, sehingga tingkat risikonya lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya sayuran secara konvensional. The Pinewood Organic Farm adalah salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang pertanian organik. Perusahaan memilih usaha tersebut karena pertanian organik merupakan salah satu usaha yang cukup prospektif, yang dilihat dari semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan. Selain itu, sistem pertanian organik memberikan banyak keuntungan, selain tidak mengandung zat-zat kimia, sistem pertanian ini juga ramah terhadap lingkungan, terutama untuk menjaga kesuburan tanah. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk penanganan risiko adalah dengan cara diversifikasi. Strategi pengelolaan risiko melalui diversifikasi yang bertujuan untuk menekan dampak risiko dalam usaha sayuran organik menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu penelitian mengenai risiko diversifikasi usaha sayuran organik penting untuk dilakukan. 1.2 Perumusan Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi memungkinkan terjadinya risiko, karena budidaya secara organik rentan terhadap hama dan penyakit, cuaca,
3
Bahar, Yul harry. Pertanian Organik http://www.dirjenhortikultura.co.id [9 Agustus 2011]
atau
Pertanian
Berkelanjutan.
5
tanah, yang membutuhkan perhatian ekstra, sehingga perlu perlakuan secara manual secara intensif. Selain itu, hal yang mempengaruhi risiko produksi adalah teknologi yang digunakan, yaitu lahan terbuka dan green house yang digunakan oleh perusahaan. Adanya perbedaan teknologi yang digunakan, kondisi alam yang tidak dapat diperhitungkan akan menyebabkan adanya fluktuasi jumlah produksi. Cara mengatasinya
yaitu
perusahaan melakukan
diversifikasi
produk
dengan
mengusahakan berbagai komoditas sayuran. Hal ini merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi risiko produksi. Perusahaan memiliki standar sendiri dalam menentukan harga untuk konsumen yang sesuai dengan kesepakatan dengan konsumennya. Akhir tahun 2010, komoditas bayam hijau mengalami kenaikan harga dari Rp. 16.000,00 per kg menjadi Rp. 23.000,00 per kg, sedangkan untuk komoditas sayuran lainnya tetap. Komoditas tomat, wortel, bayam hijau, dan brokoli merupakan komoditas yang memiliki jumlah produksi yang terbanyak dari 73 jenis komoditas sayuran yang dibudidayakan di perusahaan ini sesuai dengan banyaknya permintaan dari konsumen. Gambar 2 menunjukkan adanya fluktuasi produktivitas tiap periode produksi beberapa komoditas unggulan di Pinewood Organic Farm. Luas lahan yang digunakan untuk komoditas bayam hijau, brokoli, tomat, dan wortel secara berurutan yaitu 1085m2, 1750m2, 455m2, 470m2. Komoditas bayam hijau satu periodenya selama dua bulan, dan komoditas brokoli dan wortel kurang lebih tiga bulan. Komoditas tomat dalam satu periode produksinya bisa mencapai enam bulan. Tomat mempunyai masa panen yang bertahap, maka untuk data produktivitas tomat diambil dari hasil produksi per periode, sampai tanaman habis dicabut. Berdasarkan sistem tanam yang bergantian, setiap bulan selalu ada hasil produksinya. Peningkatan permintaan terjadi pada bulan-bulan kerja, dan penurunan akan terjadi pada musim liburan. Hal itu disebabkan mayoritas konsumen adalah beberapa rumah sakit yang telah menjadi pelanggan tetap perusahaan, ibu rumah tangga, sekolahan yang menyediakan fasilitas catering untuk para siswa. Jika hasil produksi tidak dapat memenuhi permintaan yang ada, maka perusahaan berusaha untuk tetap memenuhi permintaan tersebut dengan menyuplai dari
6
perusahaan mitra. Maka, untuk menghasilkan jumlah produksi secara kontinu, perlu dilakukan analisis dan penanganan risiko yang akan dihadapi dalam proses produksi di lapang. Hal ini berkaitan dengan proses budidaya yang masih dipengaruhi oleh kondisi alam, seperti cuaca, iklim, curah hujan, dan hama penyakit. Luasan lahan yang berbeda tiap komoditas menyebabkan produktivitas yang berbeda pula. Fluktuasi tersebut mengindikasikan adanya risiko dalam produksi sayuran organik di The Pinewood Organic Farm. Dapat dilihat pada Gambar 2,3,4 dan 5, masing-masing komoditas mengalami fluktuasi produktivitas per periode. Dilihat pada Gambar 2, sayuran brokoli mengalami peningkatan nilai produktivitas pada periode bulan Maret-Juni. Periode tersebut terjadi disaat curah hujan sedikit, sehingga sayuran brokoli organik dapat tumbuh dengan baik. Brokoli sangat rentan terhadap hama dan penyakit pada saat musim penghujan, dan jamur akan sangat mudah untuk berkembang. Selain itu daun akan mudah busuk, yang mana hal tersebut menyebabkan produktivitasnya akan turun yang dapat dilihat pada periode Agustus hingga Desember.
10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 -
2010
Periode
Jun-Sep
Mei-Agt
Apr-Jul
Mar-Jun
Feb-Mei
Jan-Apr
Des-Mar
Nov-Jan
Okt-Des
Brokoli Sep-Nov
Produktivitas (kg/m2)
Brokoli
2011
Gambar 2. Produktivitas Sayuran Brokoli Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011 Sumber: The Pinewood Organic Farm (2011)
Hal yang sama juga terjadi pada komoditas tomat organik (Gambar 3). Musim-musim penghujan produktivitas akan menurun. Sifat dari tanaman tomat sendiri yang banyak mengandung air, dan cepat busuk di saat penghujan
7
menyebabkan produktivitas turun. Penyakit yang sering menyerang tomat di antaranya ulat buah. Ulat ini menyerang daun, bunga, dan buah tomat. Buah yang dilubangi akan terkena infeksi sehingga buah menjadi busuk dan lunak.
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 -
2010
Mar-Agt
Feb-Jul
Jan-Jun
Des-Mei
Nov-Apr
Okt-Mar
Sep-Feb
Agt-Jan
Jul-Des
Tomat Jun-Nov
Produktivitas (kg/m2)
Tomat
2011
Periode
Gambar 3. Produktivitas Sayuran Tomat Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011 Sumber: The Pinewood Organic Farm (2011)
Sayuran bayam hijau organik yang ditanam di lahan terbuka sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Gambar 4 dapat dilihat produktivitas sayuran bayam hijau organik lebih berfluktuasi setiap periodenya.
12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 -
2010
Periode
Jul-Agt
Jun-Jul
Mei-Jun
Apr-Mei
Mar-Apr
Feb-Mar
Jan-Feb
Des-Jan
Nov-Des
Bayam hijau Okt-Nov
Produktivitas (kg/m2)
Bayam hijau
2011
Gambar 4. Produktivitas Sayuran Bayam Hijau Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011 Sumber: The Pinewood Organic Farm (2011)
8
Komoditas wortel termasuk jenis sayuran yang mudah rusak. Kerusakan biasa terjadi di saat produksi di lahan, atau saat panen. Penyakit hawar daun dan nonparasiteur sering menyerang komoditas wortel. Daun yang kering dan kerdil menyebabkan pertumbuhan umbi wortel tidak maksimal. Sifat tanaman yang mudah rusak saat panen juga dapat menurunkan produktivitas.
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00
Wortel
2010
Periode
Jun-Sep
Mei-Agt
Apr-Jul
Mar-Jun
Feb-Mei
Jan-Apr
Des-Mar
Nov-Jan
Okt-Des
Sep-Nov
Produktivitas (kg/m2)
Wortel
2011
Gambar 5. Produktivitas Sayuran Wortel Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011 Sumber: The Pinewood Organic Farm (2011)
Diversifikasi dalam usaha pertanian pada umumnya ditujukan untuk memperkecil risiko karena dinamika harga dan faktor ekonomi lainnya, dan karena adanya perubahan iklim atau cuaca. Penerapan teknik budidaya yang sesuai untuk diversifikasi pengusahaan komoditas dapat diartikan sebagai upaya pengurangan risiko produksi. Bentuk diversifikasi usahatani terlihat dari ragam jenis komoditas yang diusahakan dan tercermin dari pola tanam yang diterapkan. Motif yang melandasi perusahaan untuk melakukan diversifikasi beragam. Sebagian besar perusahaan melakukan diversifikasi dengan motif untuk memperluas pasar dan untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu juga didorong oleh motif untuk menekan risiko. Perusahaan melakukan diversifikasi agar meningkatkan pendapatan usahatani dan atau menekan risiko usahatani. Diversifikasi yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, meningkatkan penerimaan dengan memanfaatkan peluang pasar, serta untuk menekan risiko fluktuasi
9
penerimaan karena adanya fluktuasi produksi. Harga yang ditawarkan untuk masing-masing komoditas sayuran organik merupakan harga tetap yang telah ditentukan oleh perusahaan. Namun pengelolaan yang tidak efisien dapat mengakibatkan peningkatan risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan. Berdasarkan
uraian
di
atas,
maka
dapat
dirumuskan
beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah diversifikasi yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm dapat mengurangi risiko? 2. Bagaimana strategi penanganan yang dapat diterapkan untuk menangani risiko produksi sayuran organik oleh The Pinewood Organic Farm ? 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh diversifikasi yang dilakukan The Pinewood Organic Farm dalam menekan risiko. Tujuan khusus penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm dalam upaya mengurangi risiko. 2. Menganalisis alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi risiko produksi sayur organik di The Pinewood Organic Farm. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, petani atau pengusaha sayuran organik, akademisi, masyarakat dan pembaca lainnya yang tertarik untuk mengetahui tentang risiko pada usaha diversifikasi sayuran organik. Bagi pengusaha sayuran organik, sebagai bahan informasi dan masukan untuk proses pengambilan keputusan dalam mewaspadai risiko sehingga dapat meminimalisasi kerugian. Bagi penulis, sebagai bentuk bakti dan kontribusi terhadap kemajuan agribisnis Indonesia, disamping untuk menambah wawasan penulis sendiri dalam menerapkan teori dan menajamkan kemampuan analisisnya. Bagi akademis, sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya. Bagi pembaca dan masyarakat lainnya, merupakan sebuah bentuk
10
karya tulisan yang dapat memperkaya khazanah informasi terkait tanaman sayuran organik. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Sehubungan dengan keterbatasan waktu serta kemampuan dalam melakukan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada: 1. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio (diversifikasi). 2. Komoditi yang akan dianalisis adalah tomat, wortel, bayam hijau, dan brokoli. Komoditi tersebut adalah komoditi yang dianggap mempunyai nilai jual dan permintaan yang paling tinggi oleh perusahaan.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Sayuran Organik Pertanian organik dapat diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang berasaskan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat dilakukan melalui sumber limbah tanaman ternak dan tanaman, serta limbah lainnya yang dapat memperbaiki status kesuburan tanah. Pertanian organik menurut Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan sintesis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup yang sehat telah melembaga secara internasional, sehingga konsumen memerlukan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes), dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes).4 Tujuan
utama
dilaksanakannya
pertanian
organik
adalah
untuk
mengoptimalkan kesehatan dan produktifitas komonitas tanah, tanaman, hewan dan manusia. Menurut IFOAM (2002), tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan sistem pertanian organik diantaranya adalah: 1. Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah yang cukup 2. Mendorong dan meningkatkan daur ulang, dalam sistem usahatani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman, serta hewan. 3. Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan. 4. Menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbaru yang bersal dari sistem usahatani itu sendiri 5. Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian (terutama petani) dengan kehidupan yang lebih baik sesuai dengan hak asasi 4
Prospek Pertanian Organik Indonesia, http;//www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17 [26 Oktober 2011]
12
manusia untuk memenuhi kehidupan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat. 6. Mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari kegiatan usahatani terhadap kondisi fisik sosial. Pada saat ini pandangan pertanian organik sebagai salah satu metode alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat dibutuhkan. hal yang melatarbelakangi adalah tingkat pencemaran tanah, air, dan udara yang semakin meningkat dan menyebabkan terjadinya degradasi dan kehilangan sumberdaya alam serta penurunan produktivitas tanah. Menurut Sutanto (2002), pertanian berbasis kimia yang mempunyai ketergantungan cukup besar pada pupuk dan pestisida telah mempengaruhi kualitas dan keamanan bahan yang dihasilkan, kesehatan, dan kehidupan lainnya. Dengan memperhitungkan generasi mendatang, maka pertanian organik menghasilkan interaksi yang bersifat dinamis antara tanah, tanaman, hewan, manusia, ekositem dan lingkungan. Penerapan suatu teknologi tidak dapat digeneralisasi begitu saja untuk semua
tempat,
tetapi
harus
spesifik
lokasi
(site
specific)
dengan
mempertimbangkan kearifan tradisional (indigenous knowledge) dari masingmasing lokasi. Prinsip ekologi dalam penerapan pertanian organik menurut Sutanto (2002) dapat dilakukan dengan: 1. Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah. 2. Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usahatani. 3. Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi. 4. Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman 5. Pemanfaatan sumber genetika (plasma nutfah) yang saling mendukung dan bersifat sinergisme dengan cara mengkombinasikan fungsi keragaman sistem pertanian terpadu.
13
Prinsip di atas dapat diterapkan pada berbagai macam teknologi dan strategi pengembangan. Masing-masing prinsip tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap produktifitas, keamanan, kontinuitas dan identitas masingmasing usahatani, tergantung pada kesempatan dan pembatas faktor lokal (kendala sumberdaya) dan dalam banyak hal sangat tergantung pada permintaan pasar. Pertanian organik
juga sering disebut
dengan
sistem pertanian
berkelanjutan yang memiliki perbedaan dengan sistem pertanian non-organik. Menurut Salikin (2000) diacu dalam Rendy (2009), pada takaran praktek, pengelolaan pertanian berkelanjutan dapat dikaji dari aspek penggunaan faktor produksi atau hubungan input-output (Tabel 3). Tabel 3. Perbedaan Sistem Pertanian Organik dengan Sistem Pertanian Konvensional ditinjau dari Aspek Input-Output Sistem Pertanian Konvensional 1. Lahan : Olah Tanah Intensif (OIT) 2. Benih : Varietas unggul Benih transgenik 3. Pupuk/bahan kimia: Urea, TSP, NPK, ZPT, KCL 4. Pestisida kimia: Insektisida Herbisida Rodentisida 5. Tenaga kerja/energi: Manusia Traktor Energi minyak bumi
1. 2.
3.
4.
5.
Sistem Pertanian Organik Lahan : Olah Tanah Minimum (OTM) Benih : Varietas lokal Varietas unggulan Pupuk: Pupuk hijau, pupuk kandang, Guano, Bokhasi Pestisida alami: Pestisida hayati Pengendalian hama terpadu Agensi hayati Tenga kerja/energi: Manusia Ternak Traktor ringan Energi matahari,air dan biomassa
Sumber: (Salikin 2000, dalam Rendy 2009)
2.2 Risiko Komoditas Hortikultura Sumber-sumber risiko pada usaha produksi pertanian secara teknis (produksi) umumnya disebabkan oleh faktor alam, seperti cuaca, suhu, hama dan
14
penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis dari tenaga kerja serta bisa terjadi akibat adanya teknologi yang digunakan. Sedangkan berdasarkan segi nonteknis sumber-sumber risiko disebabkan adanya fluktuasi atau variasi jumlah produksi atau produktivitas yang dihasilkan. Risiko yang terjadi pada kegiatan produksi pertanian umumnya relatif lebih besar dibandingkan dengan risiko industri lainnya. Hal tersebut disebabkan produksi pertanian banyak dipengaruhi oleh kondisi alam. Yang mana kondisi alam termasuk risiko yang tidak dapat dihitung karena ketidakpastiannya (uncertainty), sehingga sulit diprediksi. Seperti perubahan curah hujan yang ekstrim dapat menyebabkan risiko pada kegiatan produksi pertanian, contohnya kubis-kubisan. Curah hujan yang tiba-tiba tinggi dapat menyebabkan tanaman menjadi cepat busuk. Ditinjau dari usaha di bidang pertanian sebagian besar sumber-sumber risiko disebabkan oleh faktor cuaca dan hama penyakit. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2011) tentang risiko produksi bayam dan kangkung organik menyimpulkan bahwa sumber-sumber risiko yang dihadapi adalah cuaca, hama dan penyakit, sumberdaya manusia atau keterampilan pekerja, input perusahaan dan peralatan. Hasil yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian Purwanti (2011) yang menganalisis risiko produksi sayuran hidroponik pada perusahaan yang berbeda. Purwanti menemukan sumber risiko yang lainnya adalah kerusakan irigasi, karena sangat berpengaruh terhadap proses produksi sayuran hidroponik yang menggunakan sistem NFT. Demikian juga hasil penelitian Sianturi (2011) yang menganalisis risiko pengusahaan bunga di PT Saung Mirwan. Sumber risiko yang paling potensial terjadi adalah hama dan penyakit, karena sumber risiko lainnya seperti pengaruh cuaca dan iklim sudah bisa dikontrol dengan penggunaan green house. Sumber risiko produksi hasil penelitian Sembiring (2010) tentang analisis risiko sayuran organik menemukan bahwa faktor yang menyebabkan timbulnya risiko selain faktor cuaca, hama dan penyakit adalah adanya teknologi yang tidak seimbang, serta berasal dari lingkungan eksternal budidaya seperti human error yang timbul mulai dari penanaman bibit sehingga mengakibatkan timbulnya tingkat kematian atau mortalitas tanaman.
15
Risiko juga terjadi pada pemasaran sayuran organik, seperti penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah (2009), yang dilakukan di Permata Hati Organic Farm. Faktor yang menimbulkan adanya risiko diantaranya, kecenderungan penerimaan perusahaan yang berfluktuatisi, disebabkan adanya ketidakpastian pesanan. Hasil perhitungan analisis risiko pemasaran yang dilakukan oleh Firmansyah, komoditas brokoli merupakan komoditas yang mempunyai tingkat risiko yang paling tinggi, tetapi brokoli juga menghasilkan tingkat penerimaan yang cukup tinggi bagi perusahaan (high risk high return). Panggabean (2011) dalam penelitiannya tentang analisis diversifikasi tanaman hias anggrek di Permata Aggrek, menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan munculnya risiko pada upaya diversifikasi Permata Anggrek yaitu yang menyebabkan penjualan Permata Anggrek mencapai kondisi tertinggi dan terendah. Faktor-faktor penyebab munculnya risiko penjualan secara umum dapat dibagi dua bagian besar yaitu: kegagalan Permata Anggrek pada proses penyediaan tanaman anggrek (pra penjualan) dan kegagalan perusahaan dalam mengendalikan pasar. Analisis yang digunakan untuk mengukur risiko diversifikasi adalah expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Dengan adanya diversifikasi kombinasi anggrek besar, sedang, dan kecil mampu mengurangi risiko yang dihadapi perusahaan. Berbeda dengan hasil penelitian Ekasari (2008) dengan tesisnya tentang analisis usaha risiko perikanan tangkap skala kecil di Pelabuhan Ratu. Sumber risiko yang melekat pada usaha perikanan tangkap skala kecil umumnya terdiri atas (1) kerusakan atau hilangnya sarana penangkapan, (2) operasi penangkapan yang tidak optimal dan (3) ancaman keselamatan nelayan. Risiko tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produksi ikan, harga dan pendapatan nelayan. Risiko harga pada sayuran khususnya komoditas kentang, kubis, dan tomat yang diteliti oleh Amri (2011) menyatakan bahwa harga komoditas tersebut cenderung mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh jumlah pasokan yang masuk ke pasar, harga satu hari sebelumnya, dan permintaan khusus untuk komoditas tertentu. Dengan alat analisis GARCH (1,1) diperoleh bahwa berdasarkan nilai VaR, menunjukkan bahwa kenaikan penerimaan sebesar satu
16
rupiah akan meningkatkan risiko harga kentang sebesar 6,42 persen, kubis sebesar 16,12 persen, dan tomat sebesar 15,46 persen. Nilai VaR semakin tinggi seiring dengan lamanya waktu berinvestasi. Fariyanti (2008) meneliti bagaimana perilaku ekonomi petani sayuran di Pangalengan Kabupaten Bandung. Analisis Risiko produksi dilakukan dengan menggunakan model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH). Hasil yang diperoleh bahwa risiko produksi kentang maupun kubis dipengaruhi secara nyata oleh risiko produksi pada musim sebelumnya. Risiko produksi pada kentang lebih tinggi dibandingkan kubis, sedangkan risiko harga kentang lebih rendah dari pada kubis. Untuk diversifikasi usahatani kentang dan kubis memiliki risiko produksi (portofolio) lebih rendah dibandingkan spesialisasi kentang atau kubis. Menurut Fariyanti, penanggulangan pengurangan risiko produksi yang dapat dilakukan yakni dengan menggunakan benih yang tahan dan bagus, penerapan
teknologi
irigasi
dan
melakukan
diversifikasi.
Sedangkan
penanggulangan pengurangan risiko harga yang dapat dilakukan yakni dengan mengembangkan sistem kemitraan dan pembentukan kelembagaan pemasaran. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada lokasi dimana penelitian dilakukan dan jenis komoditi yang menjadi objek penelitian. Kajian penelitian ini akan difokuskan terhadap risiko produksi komoditi tomat, wortel, bayam hijau, dan brokoli melalui usaha diversifikasi. Bahan penelitian yang sebelumnya juga dirasa sudah cukup untuk digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini.
17
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangkan pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Konsep risiko, risiko portofolio dalam diversifikasi, dan strategi pengelolaan risiko dianggap memiliki keterkaitan sangat erat dengan permasalahan penelitian. Hal tersebut akan dijelaskan pada sub bab berikut. 3.1.1
Teori Risiko dalam Kegiatan Produksi Pada dasarnya manusia selalu dihadapkan pada risiko sehingga risiko
menjadi bagian dalam hidup manusia. Sebagaimana manusia, suatu kegiatan bisnis pun mengalami hal yang sama. Suatu kegiatan bisnis selalu dihadapkan oleh risiko dan penting bagi bisnis tersebut untuk sedini mungkin mendeteksi risiko yang ada pada kegiatan usaha yang dijalankannya. Ketidakmampuan pelaku bisnis dalam menangani risiko yang dihadapi dapat berakibat fatal bagi kegiatan usahanya. Harwood et al. (1999) mengartikan risiko sebagai kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Dalam ruang lingkup perusahaan risiko tampak dalam kejadian-kejadian berikut: kegagalan penjualan barang yang sudah diproduksi, kenaikan harga bahan baku yang cukup tinggi secara mendadak, piutang-piutang yang tidak dapat ditagih, kebocoran kas perusahaan akibat ketidakjujuran karyawan, kegagalan produksi karena kerusakan mesin, dan hal-hal lainnya. Risiko juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi adanya kemungkinan deviasi (penyimpangan) terhadap hasil yang diinginkan atau diharapkan. Jika menggunakan bahasa statistik hal ini dapat diartikan menjadi derajat penyimpangan sesuatu nilai di sekitar posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata. Beberapa defenisi juga menyebutkan bahwa ketidakpastian merupakan sumber atau penyebab suatu kondisi dikatakan berisiko. Namun sebenarnya kedua kondisi ini memiliki pengertian yang berbeda. Ketidakpastian lebih tepat disebutkan kepada kondisi yang peluang terjadinya belum dapat diukur dengan baik berbeda dengan konsep risiko. Debertin (1986) mengatakan bahwa risiko
18
merupakan kondisi di mana peluang terjadinya suatu kejadian sudah dapat diperhitungkan dengan baik oleh pembuat keputusan. Adanya kontinuitas antara risiko dan ketidakpastian. Rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian, disajikan dalam Gambar 6. Probability dan hasil dapat diketahui
Probablity dan hasil tidak dapat diketahui
Risiko (Risk events)
Ketidakpastian (Uncertain events)
Gambar 6. Rangkaian Kejadian Risiko dan Ketidakpastian Sumber: Debertin (1986)
Suatu rangkaian kesatuan seperti pada Gambar 3 menjelaskan bahwa peristiwa di dunia dapat digolongkan menjadi dua situasi ekstrim, yaitu kejadian yang mengandung risiko atau risk events dan dalam keadaan ekstrim lainnya adalah kejadian yang tidak pasti atau uncertainty events. Selain itu, gambar ini juga menjelaskan mengenai perbedaan antara risiko dengan ketidakpastian. Robison dan Barry (1987) menyebutkan ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Peluang kejadian yang tidak diketahui secara kuantitatif dikarenakan tidak ada informasi atau data pendukung untuk menghitung nilai peluangnya. Sehingga selama peluang suatu kejadian tidak dapat diukur maka kejadian tersebut termasuk ke dalam kategori ketidakpastian. Menurut Elton dan Gruber (1995) “The existence of risk means that the investor can no longer associate a single number of pay-off with investment in any assets”. Risiko yang dimaksud merupakan kemungkinan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) kemungkinan return yang diterima (realized return) menyimpang dari return yang diharapkan (expected return). Kountur (2004) mengemukakan risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi karena kurang tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan
19
terjadi. Ketidakpastian yang terjadi dapat berdampak merugikan ataupun menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang terjadi memberikan dampak yang menguntungkan dikenal dengan nama kesempatan (opportunity), sedangkan bila ketidakpastian yang terjadi memberikan dampak merugikan maka disebut dengan risiko (risk). Petani dan peternak selalu dihadapkan dengan kondisi ketidakpastian setiap harinya. Mulai dari ketidakpastian cuaca, serangan hama, dan harga input maupun output. Ketidakpastian ini menyebabkan bidang agribisnis menjadi sangat riskan dengan kerugian. Menurut Harwood et al. (1999), beberapa sumber risiko yang dihadapi oleh petani diantaranya adalah risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko manusia, dan risiko financial, dijelaskan pada uraian di bawah ini: 1. Risiko produksi (Production or yield risk) Sering terjadi akibat adanya kejadian atau peristiwa yang tidak dapat dikendalikan dan sering terjadi seperti cuaca termasuk curah hujan yang rendah atau terlalu tinggi, iklim, dan serangan hama dan penyakit. 2. Risiko pasar atau harga (Price or market risk) Mencerminkan risiko yang berhubungan dengan perubahan pada harga output maupun input yang dapat terjadi setelah kegiatan produksi. Risiko ini muncul ketika proses produksi sudah berjalan. Hal ini lebih disebabkan kepada proses produksi dalam jangka waktu lama pada pertanian, sehingga kebutuhan akan input setiap periode memiliki harga yang berbeda. 3. Risiko kelembagaan (Institutional risk) Disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan dalam peraturan dan kebijakan yang dapat mempengaruhi pertanian. Kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan proses produksi, distribusi, dan harga input-output untuk memenuhi kebutuhan petani. Kebijakan tentang impor bahan-bahan (input) pertanian dapat mempengaruhi terjadinya risiko di lapang. 4. Risiko manusia (Human or personal risk) Suatu jenis risiko yang terlihat penting untuk tumbuh adalah risiko kontrak (contacting risk), yang melibatkan perilaku oportunis dan keterikatan kontrak mitra yang dapat dipercaya.
20
5. Risiko keuangan (Financial Risk) Dapat terjadi karena adanya fluktuasi tingkat suku bunga pinjaman dan nilai tukar mata uang. Pinjaman modal pada tingkat bunga tertentu akan menghadapi kesulitan cash flow jika tidak mempunyai dana yang cukup untuk membayar kembali ke kreditur. 3.1.2
Risiko Portofolio dalam Diversifikasi Pengukuran risiko juga mencakup proses penilaian risiko. Menurut Elton
dan Grubber (1995) terdapat beberapa penilaian risiko yaitu: perhitungan nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Panggabean (2011) menjelaskan bahwa ketiga alat ukur penilaian risiko ini saling berkaitan satu sama lain dengan nilai varian sebagai dasar perhitungan untuk pengukuran lainnya. Standar deviasi merupakan akar kuadrat dari perhitungan nilai varian sedangkan koefisien variasi merupakan rasio antara nilai standar deviasi dengan nilai Expected Return. Expected return merupakan nilai atau hasil yang diharapkan oleh pengusaha atau pelaku usaha. Seperti halnya kegiatan usaha spesialisasi, kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko usaha. Risiko yang terdapat pada kegiatan investasi dengan diversifikasi dinamakan risiko portofolio (portofolio risk). Pada kegiatan diversifikasi, risiko yang dihadapi pelaku bisnis tidak tunggal tetapi gabungan. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi. Menurut Diether (2009) perhitungan expected return pada risiko portofolio adalah: E(rp) = w1E(r1) + w2E(r2) +… + wnE(rn) Dimana proporsi dari masing-masing aset adalah: w1 + w2 + … + wn = 1 21
Sedangkan rumusan perhitungan variance untuk risiko portofolio adalah: σp2 = w1σ2(r1) + w2σ2(r2) + ∙∙∙ + wnσ2(rn) + 2w1w2 cov (r1,r2) + 2w1w3 cov (r1,r3) + ∙∙∙ + 2w1wn cov (r1,rn) + 2w2w3 cov (r2,r3) + 2w2w4 cov (r2,r4) + ∙∙∙ + 2w2wn cov (r2,rn) Keterangan: E (rp) : Expected return dari keseluruhan usaha diversifikasi (1,2,…, n) w1, w2, …wn : Fraction (proporsi) penggunaan masing-masing aset (1,2,…,n) σp 2 : Variance portofolio untuk masing-masing investasi (1,2,…,n) cov (r1,r2;…;r1,rn; r2,r3;…; r2,rn): Covariance antara masing-masing aset (r1,r2;…;r1,rn; r2,r3;…; r2,rn) Perhitungan nilai covariance pada analisis risiko portofolio perlu diperhatikan juga nilai koefisien korelasi. Koefisien korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut. Jika serial data bergerak dengan arah yang sama disebut dengan korelasi positif, sebaliknya jika bergerak dengan arah berlawanan disebut korelasi negatif. Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai maksimum positif (+1) dan minimum negatif satu (-1). Berapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1986): 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak sama-sama. 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional The Pinewood Organic Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian sayuran organik dengan luas lahan ± 1.5 ha dan memproduksi berbagai jenis sayuran organik. Saat ini Pinewood Organic Farm memproduksi 73 jenis sayuran organik, tetapi dalam penelitian ini hanya akan membahas empat
22
komoditas unggulan perusahaan karena memiliki jumlah permintaan yang paling banyak yaitu bayam hijau, brokoli, tomat, dan wortel. Perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti mengalami risiko, terutama risiko pada kegiatan produksi. Risiko produksi terjadi karena dalam proses usaha budidaya sayuran organik masih mengandalkan alam, yang mana keadaan alam yang tidak dapat diukur seperti kondisi cuaca, serangan hama dan penyakit, dan perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi, serta tenaga kerja yang kurang terampil dalam proses budidaya di lapang. Risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan akan menyebabkan terjadinya fluktuasi produktivitas, yang merupakan salah satu indikasi terjadinya risiko. Adanya fluktuasi produktivitas ini berpengaruh terhadap penerimaan yang diterima oleh perusahaan. Pengaruh harga dan peluang kejadian pada masingmasing periode produksi menghasilkan nilai Expected Return, kemudian Standard Deviation, dan Coefficient Variation dalam usaha spesialisasi usaha sayuran organik. Diversifikasi empat komoditas sayuran organik bayam hijau, brokoli, tomat, dan wortel dilakukan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Maka diperlukan strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk menghindari dan memperkecil risiko yang terjadi dalam proses produksi. Kondisi alam seperti cuaca yang tidak menentu sering menyebabkan kualitas produksi yang dihasilkan rendah. Penelitian ini akan mengkaji analisis risiko produksi pada empat komoditas yang dipilih pada The Pinewood Organic Farm dengan pendekatan diversifikasi untuk menganalisis risiko produksi lebih dari satu komoditas. Fluktuasi hasil produksi akan menyebabkan pendapatan yang diterima juga berfluktuasi, selanjutnya akan dilakukan perhitungan risiko dan penganan risiko melalui penerapan strategi penanganan risiko. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7.
23
Risiko Sayuran Organik di The Pinewood Organic Farm
Sumber Risiko: Cuaca dan iklim, Hama, Penyakit, Teknologi, dan Sumberdaya manusia
Terjadinya Fluktuasi Produktivitas
Harga
Peluang Kejadian
Expected Return
Spesialisasi
Standard Deviation
Coefficient Variation
Fluktuasi Penerimaan
Diversifikasi Sayuran Organik Brokoli, Bayam Hijau, Tomat, dan Wortel
Strategi Penanganan Risiko
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor
24
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian
dilaksanakan
di
The Pinewood Organic
Farm, jalan
Gandamanah, desa Tugu Selatan, Cisarua. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa POF merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan produk pertanian organik dengan menjaga dan mempertahankan pertanian yang berkelanjutan, sehingga dapat memberikan kesehatan dan sekaligus mampu meningkatkan ekonomi pertanian yang berdayasaing tinggi, dengan lokasi yang strategis. The Pinewood Organic Farm dalam segi bisnis hampir sama dengan perusahaan lain yang berada di sekitar daerah Cisarua, seperti Permata Hati Organik Farm, yang mana sama-sama bergerak di bidang jasa resort atau villa penginapan, dan mengusahakan budidaya pertanian organik yang merupakan tempat penelitian Firmansyah (2009). Akan tetapi, The Pinewood Organic Farm memiliki lebih banyak jenis sayuran organik yang diproduksi, Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data untuk keperluan pengolahan data dan pengamatan secara langsung kegiatan produksi di lapang. Pengumpulan data di perusahaan ini dimulai pada September 2011. 4.2 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang bentuknya berupa keterangan dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bukan angka (non numerik). Berdasarkan sumbernya data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, pencatatan dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan. Responden yang dipilih adalah pimpinan bagian produksi, dan para pekerja yang menangani kegiatan prosuksi di lapang. Hal itu bertujuan untuk mengetahui proses produksi, mengetahui risiko yang dihadapi oleh perusahaan, penyebab risiko yang terjadi di perusahaan dan mengetahui bagaimana proses penanganan risiko yang selama ini telah dilakukan perusahaan.
25
Data sekunder merupakan data pendukung yang tidak langsung ditemukan oleh peneliti, data ini akan diperoleh melalui studi literatur dan penelusuran dari berbagai literatur yang ada di perusahaan, Badan Pusat Statistik, Dinas Hortikultura Departemen Pertanian, Perpustakaan Institut Pertanian Bogor, website internet, buku-buku dan jurnal yang terkait. 4.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu disesuaikan dengan subjek yang akan dicari informasinya. Bentuk-bentuk teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Wawancara dan diskusi yang digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terjadi (memeriksa kebenaran). Namun wawancara juga diperlukan untuk menggali informasi yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini banyak dilakukan di lingkungan Perusahaan, mulai dari pemilik perusahaan, karyawan, dan para konsumen. 2. Observasi atau pengamatan yang akan dilakukan untuk penggalian informasi dengan melihat secara langsung suatu proses atau kegiatan yang sulit dijelaskan dengan teknik wawancara. Observasi juga dibutuhkan untuk melihat lebih detil dan spesifik tahapan penjualan sayuran organik di Pinewood Organic Farm. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengkajian dan pembahasan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data dan informasi berupa data primer dan sekunder. Data ini diolah dan dianalisis melalui beberapa metode pengolahan data yang dikelompokkan ke dalam dua jenis metode yaitu: metode analisis deskriptif (kualitatif) dan metode analisis risiko (kuantitatif). 4.4.1 Analisis Deskriptif Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan. analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap terkait proses penetapan kebijakan produksi Pinewood Organic Farm. Efektif atau tidaknya pola manajemen risiko perusahaan 26
juga merupakan bidang yang dikaji dengan analisis deskriptif ini. Harapannya ialah dengan adanya analisis deskriptif ini dapat membantu melengkapi analisis risiko yang bersifat kuantitatif. Metode analisis deskriptif akan dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan manajer produksi. 4.4.2 Analisis Risiko Analisis risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran untuk menilai penyimpangan. Penyimpangan dalam hal ini diartikan sebagai selisih antara target atau harapan perusahaan dengan realita yang diterima. Bentukbentuk alat ukur yang digunakan adalah instrumen dasar dalam ilmu statistik yaitu: ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ukuran-ukuran simpangan ini juga dibantu oleh alat ukur lainnya yaitu perhitungan peluang dan expected return. 4.4.2.1 Analisis Risiko Tunggal Menurut Darmawi (2010), dari sudut pandang empiris maka probabilitas dapat dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang yang dinyatakan dalam persentase. Dalam perhitungan nilai risiko nilai peluang menjadi sangat penting karena akan sangat menentukan nilai dan besaran risiko yang dihadapi perusahaan. Probabilitas adalah nilai atau angka yang terletak antara 0 dan 1 yang diberikan kepada masing-masing kejadian. Apabila nilai suatu peluang adalah satu, maka hal tersebut merupakan sebuah kepastian. Berarti peristiwa yang diperkirakan pasti terjadi. Peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pada pengalaman yang telah dialami pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha sayuran organik. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu. Pengukuran peluang (P) diperoleh dari frekuensi kejadian pada setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut (Darmawi 2010):
Keterangan: f T
= Frekuensi kejadian atau banyaknya observasi = Periode waktu proses produksi (10 Periode)
27
Penelitian ini mempunyai nilai peluang yang sama, dengan nilai n (frekuensi kejadian atau banyaknya observasi) sebanyak 10. Asumsinya bahwa setiap kejadian atau setiap periode produksi memiliki peluang yang sama untuk mengalami risiko. Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan Expected return. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi dari peluang masing-masing dari suatu kejadian. Rumus Expected return dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):
Pi menunjukkan nilai peluang dari suatu kejadian di masing-masing kondisi. Peluang dari setiap kejadian diasumsikan relatif sama karena data yang tersedia dari setiap kejadian sulit dinilai mana peluang yang paling tinggi atau rendah. Nilai peluang dihitung dengan cara yaitu satu dibagi dengan total periode waktu produksi, sehingga nilai expected return-nya merupakan nilai rata-rata dari total nilai produktivitas atau pendapatan tersebut.
Dimana : E (Rij) Ri n i j
= Expected return = Return (Produktivitas) = Jumlah kejadian = 10 = Kejadian (1,2,3…., 10) = Usaha sayuran organik (1 = Brokoli, 2 = Bayam hijau, 3 = Tomat, 4 = Wortel)
Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya sebagai berikut: a.
Ragam (Variance) Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat
dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumusan pengukuran sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995): 28
Keterangan: σi 2 Pij Rij ERi
= = = =
Variance dari return masing-masing komoditi Peluang dari suatu kejadian Return /Nilai Penjualan Expected return dari masing-masing komoditi
Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. b.
Simpangan Baku (Standard deviation) Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko
dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi nilai penjualan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Secara matematis pengukuran standard deviation dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) :
Keterangan: σi2 = Variance σi = Standard deviation Makna dari ukuran standard deviation seperti halnya variance, yaitu semakin kecil nilai standard deviation, maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. c.
Koefisien Variasi (Coefficient variation) Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return
yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Pengukuran coefficient variation sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995):
29
Keterangan : CV = Coefficient variation dari masing-masing komoditi σi = Standard deviation dari masing-masing komoditi ERij = Expected return dari masing-masing komoditi Variance dan standart deviation merupakan ukuran absolute dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Untuk mempertimbangkan aset dengan return yang diharapkan berbeda, pelaku bisnis dapat menggunakan coefficient variation. Coefficient variation merupakan salah satu alternatif dari berbagai kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh. 4.4.2.2 Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Diversifikasi Kegiatan usaha diversifikasi juga tisak terlepas dari risiko usaha seperti halnya kegiatan usaha spesialisasi. Risiko yang dihadapi disebut dengan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha. Diversifikasi yang dilakukan pada perusahaan adalah dalam melakukan pola tanam tumpangsari. Komoditi yang dianalisis dalam kegiatan diversifikasi adalah kombinasi dua, tiga dan empat komoditi. Fraksi portofolio atau bobot komoditi yang diperoleh pada masing-masing komoditi ditentukan dari perbandingan luas lahan komoditi dengan total luas lahan yang diusahakan pada kegiatan portofolio tersebut. Total bobot dari beberapa kegiatan portofolio berjumlah satu. Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi dua komoditi sebagai berikut: W2(i) = W2(j) = Keterangan : W2(i) W2(j) i j
= Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel
30
Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi tiga komoditi sebagai berikut: W3(i) = W3(j) = W3(k) =
Keterangan : W3(i) W3(j) W3(k) i j k
= Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi k = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel
Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi empat komoditi sebagai berikut: W4(i) = W4(i) = W4(i) = W4(i) = Keterangan : W4(i) W4(j) W4(k) W4(l) i j k l
= Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi k = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi l = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel
Total luas lahan untuk keempat komoditas tersebut adalah 3.760 m2. Lahan untuk komoditas brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel secara berurutan adalah 1.750 m2, 455 m2, 1085 m2, dan 470 m2. Adapun nilai fraksi untuk setiap gabungan komoditas dapat dilihat pada Tabel 5.
31
Tabel 4. Nilai Fraksi untuk Setiap Gabungan Komoditas No
Kombinasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
b+t b+bh b+w t+bh t+w bh+w b+t+bh b+t+w b+bh+w t+bh+w b+t+bh+w
Keterangan:
b = brokoli t = tomat
Fraksi (m2) B 0.79 0.62 0.79
t 0.21
0.46
W
0.38 0.21 0.30 0.49
0.53 0.65 0.53
bh
0.14 0.17 0.27 0.12
0.70 0.70 0.33 0.33 0.50 0.29
0.51 0.30 0.18 0.14 0.23 0.13
bh = bayam hijau w = wortel
Setelah fraction portofolio atau bobot pada setiap kombinasi komoditi diperoleh, dilakukan perhitungan expected return portofolio tiap kombinasi komoditi. Cara menghitung expected return portofolio kombinasi dua komoditi sebagai berikut: E(Rp)2 Keterangan :
= [E(Ri) x W2(i)] + [E(Rj) x W2(j)]
E(Rp)2 = Expected return portofolio kombinasi dua komoditi E(Ri) = Expected return komoditi i E(Rj) = Expected return komoditi j W2(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W2(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j
Cara menghitung expected return portofolio kombinasi tiga komoditi sebagai berikut: E(Rp)3 = [E(Ri) x W3(i)] + [E(Rj) x W3(j)] + [E(Rk) x W3(k)] Keterangan :
E(Rp)3 = Expected return portofolio kombinasi dua komoditi E(Ri) = Expected return komoditi i E(Rj) = Expected return komoditi j E(Rk) = Expected return komoditi k W3(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W3(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j W3(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi k 32
Cara menghitung expected return portofolio kombinasi empat komoditi sebagai berikut: E(Rp)4 = [E(Ri) x W4(i)] + [E(Rj) x W4(j)] + [E(Rk) x W4(k)] + [E(Rl) x W4(l)] Keterangan :
E(Rp)4 = Expected return portofolio kombinasi dua komoditi E(Ri) = Expected return komoditi i E(Rj) = Expected return komoditi j E(Rk) = Expected return komoditi k E(Rl) = Expected return komoditi l W4(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W4(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j W4(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi k W4(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi l
Selanjutnya, setelah expected return portofolio tiap kombinasi komoditi diperoleh, dilakukan perhitungan variance portofolionya dengan memasukkan bobot portofolio ke dalam rusmus. Jika diversifikasi dilakukan pada kombinasi dua komoditi, maka rumus variance gabungan dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995): σp 2
= W2(i)2 σi2 + W2(j)2 σj2 + 2 W2(i) W2(j) ρij σj σpj
Keterangan : W2(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W2(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j σi = Variance brokoli/tomat/bayam hijau/wortel σj = Variance brokoli/tomat/bayam hijau/wortel ρij = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j Covariance antara kedua aktiva i dan j dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Elton dan Grubber 1995):
Keterangan : ρij = Nilai koefisien korelasi diantara i dan j = +1 σi = Standard deviation brokoli/tomat/bayam hijau/wortel σj = Standard deviation brokoli/tomat/bayam hijau/wortel Menurut Diether (2009) untuk menghitung besarnya variance gabungan kombinasi tiga aset dapat dituliskan sebagai berikut:
33
σp2 = W3(i)2 σi2 + W3(j)2 σj2 + W3(k)2 σk2 + 2 W3(i) W3(j) ρij σj σpj + 2 W3(i) W3(k) ρik σi σk + 2 W3(j) W3(k) ρjk σj σk Keterangan: W3(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W3(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j W3(k) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi k σi = Variance brokoli/tomat/bayam hijau/wortel σj = Variance brokoli/tomat/bayam hijau/wortel σk = Variance brokoli/tomat/bayam hijau/wortel ρij = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j ρik = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan k ρkl = Nilai koefisien korelasi diantara aset k dan l Jika investasi untuk kombinasi empat komoditi, maka dapat dituliskan sebagai berikut (Diether 2009) : σp2 = W4(i)2 σi2 + W4(j)2 σj2 + W4(k)2 σk2 + W4(k)2 σk2 + 2 W4(i) W4(j) ρij σj σpj + 2 W4(i) W4(k) ρik σi σk + 2 W4(i) W4(l) ρil σi σl + 2 W4(j) W4(k) ρjk σj σk + 2 W4(j) W4(l) ρjl σj σl + 2 W4(k) W4(l) ρkl σk σl Keterangan: W4(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W4(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j W4(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi k W4(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi l σi = Variance brokoli/tomat/bayam hijau/wortel σj = Variance brokoli/tomat/bayam hijau/wortel σk = Variance brokoli/tomat/bayam hijau/wortel σl = Variance brokoli/tomat/bayam hijau/wortel ρij = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j ρik = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan k ρil = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan l ρjk = Nilai koefisien korelasi diantara aset j dan k ρjl = Nilai koefisien korelasi diantara aset j dan l ρkl = Nilai koefisien korelasi diantara aset k dan l Tahap selanjutnya sama dengan perhitungan risiko pada kegiatan spesialisasi, yaitu dengan mencarai nilai standard deviation dari hasil pengakaran variance portofolio dan mencari nilai coefficient variation dengan cara membagi standard deviation dengan expected return portofolio masing-masing kombinasi komoditi.
34
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan The Pinewood Organik Farm adalah sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang agribisnis, khususnya sayuran organik. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1994 oleh keluarga Bapak Lie. Berawal dari keinginan untuk melepaskan kepenatan dari hiruk-pikuk kota Jakarta dengan berbagai macam aktivitas, maka keluarga Bapak Lie berinisiatif untuk mencari tempat yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Jakarta, tetapi tempat tersebut dapat menyegarkan jasmani mereka. Berdasarkan alasan tersebut, pada tahun 1992-akhir, Bapak dan Ibu Lie memutuskan untuk membeli suatu lahan di daerah Cisarua-Puncak dengan luasan lahan 4.500 m2. Pada tahun 1993 di lahan tersebut mulai dibangun tempat istirahat yang sederhana. Lokasi pertanian organik yang dikelola oleh keluarga Bapak Lie di bawah nama perusahaan The Pinewood terletak di Jalan Gandamanah, Desa tugu Selatan, Kecamatan Cisarua-Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Daerah tersebut mempunyai elevasi wilayah 1150 m di atas permukaan air laut. Bentuk wilayahnya berbukit dengan vegetasi alam yang masih terjaga keasriannya. Adapun lokasi perusahaan tepatnya berbatasan dengan beberapa lokasi diantaranya: di sebelah Timur berbatasan dengan milik Bapak Martono yang mengusahakan lahannya dengan membudidayakan komoditas bunga, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan villa milik Bapak Alex, dan sebelah Utara berbatasan dengan Rose Farm yang juga mengusahakan budidaya bunga, kemudian di sebelah Selatan berbatasan dengan villa milik Bapak Yakin dan Bapak H. Yusuf. Keadaan iklim yang cenderung dingin tersebut sangat cocok untuk budidaya sayuran, draenase tanah yang cukup baik, diikuti juga dengan ketersediaan sumber air yang cukup untuk kebutuhan tanaman yang dibudidayakan dengan adanya instalasi irigasi dengan springkle. Memasuki tahun 1994 Bapak dan Ibu Lie mulai hobi akan pertanian, sehingga di lahan tersebut turut diupayakan pembudidayaan tanaman sayuran dalam kapasitas kecil, karena pada waktu itu masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri. Pengusahaan lahan pertanian yang dikelola
35
oleh bapak Lie dan ibu Anggriani Dewi bermula dari hobi ini, yang direalisasikan secara sederhana seperti pertanian pada umumnya yaitu masih cenderung menggunakan bahan-bahan
non
organik
atau
kimiawi
dalam
kegiatan
budidayanya. Usaha pertanian yang dijalankan masih dalam kapasitas kecil dan dikelola secara konvensional, tetapi dalam teknik budidayanya sudah menggunakan input luar yang tinggi, yaitu dengan menggunakan bahan-bahan pestisida non organik. Pembukaan lahan sudah menggunakan herbisida, ditambah lagi dalam teknik budidayanya menggunakan asupan pupuk kimia dan dalam melakukan pengendalian hama juga dengan cara kimiawi. Kegiatan pembudidayaan ini terus dilakukan sampai tahun 1998. Memasuki tahun 1999, kegiatan pertanian secara kimiawi dihentikan. Hal ini bermula ketika membeli tomat di di pasar tradisional Bogor, yang saat itu memang kondisi tomat tampak menarik, tetapi setelah dikonsumsi sebagai lalapan terasa sangat berbeda dengan tomat yang memang dibudidayakan secara organik (tanpa penggunaan bahan pestisida-kimiawi). Pengetahuan sekilas mengenai pertanian organik dan non-organik memang sudah diketahui oleh keluarga bapak Lie pada era 1990-an, salah satunya yaitu dengan membaca majalah Trubus dan majalah pertanian luar negeri. Kemudian dari kejadian tersebut dan adanya informasi mengenai pertanian organik melalui seminar-seminar yang diikuti, maka tercetuslah ide untuk mencoba mengusahakan pertanian mereka secara organik. Kegiatan pembudidayaan ini pertama kali dilakukan pada tahun 1994-1998. Adapun komoditas yang diusahakan adalah tomat, bayam, horinzo, pakcoy, caisim, cabe besar, dan sawi putih dengan luasan areal tanam mencapai lebih kuran 3000 m2. Luasan areal tanam tersebut berawal dari satu bedengan, kemudian bertambah menjadi lima bedengan, 10 bedengan, dan akhirnya sampai 100 bedengan, hingga luasan tersebut mencapai ± 3000 m2. Perluasan areal tanam ini dipacu oleh produksi melimpah dari penanaman sawi putih. Hasil produksi yang melimpah tersebut kemudian bapak dan ibu Lie mencoba memasarkan produknya ke Saung Mirwan. Kemudian pada tahun 1999 (setelah adanya informasi mengenai pertanian organik), maka bapak dan ibu Lie
36
turut mencoba untuk merealisasikan teknik budidaya jamur dan sayuran dengan konsep pertanian organik. Selama tahun 1994-1999, pertanian yang diusahakan menjadi dua konsep yaitu pertanian organik dan pertanian non organik. Untuk pemasaran produk pun dilakukan berbeda yaitu produk-produk yang berasal dari pertanian non organik dipasarkan ke Saung Mirwan, kemudian produk-produk dari pertanian organik dipasarkan ke Yayasan milik Pastur, seorang kerabat keluarga Bapak Lie yang lokasinya tidak jauh dari perusahaan. Selama melaksanakan pembudidayaannya, lokasi kebun yang menggunakan dua konsep tersebut (organik dan non organik), pada waktu itu letaknya terpisah, berseberangan. Memasuki tahun 2000, kegiatan pertanian non-organik dihentikan karena perusahaan ingin mengganti sistem budidaya dengan konsep organik. Lahan yang pada
awalnya
menggunakan
konsep
pertanian
non
organik
kemudian
dikonversikan ke pertanian organik. Dalam masa pengkonversian tersebut, lahan harus diberakan atau dinonaktifkan selama ± 4 tahun yaitu dari tahun 2000-2004 atas anjuran dari salah satu kerabat keluarga Bapak Lie. Setelah lahan dinonaktifkan, maka mulai dilakukan pembudidayaan dari awal yaitu dimulai dari land clearing, kemudian berlanjut ke proses pengolahan lahan untuk siap ditanami; pembangunan green house, instalasi irigasi, tempat penanganan pasca panen (packing house), serta menganalisis tanah ke laboratorium dan mengganti nama dengan The Pinewood Organic Farm. 5.2
Organisasi dan Manajemen Perusahaan Organisasi dan manajemen mempunyai peranan yang sangat penting dalam
sebuah perusahaan. The Pinewood Organic Farm mempunyai visi yang sangat baik yaitu menjaga dan mempertahankan pertanian berkelanjutan demi kesinergian alam yang ramah lingkungan, sehingga dapat memberikan kesehatan yang alami pada kehidupan masyarakat dan sekaligus mampu meningkatkan ekonomi pertanian yang berdaya saing tinggi. Kegiatan pengembangan usaha di bidang pertanian, The Pinewood Organic Farm menggunakan motto yaitu “Save the Earth, Go Organic” yang dalam arti luas perusahaan berusaha mengembangkan pertanian organiknya dengan visi yang sudah ada. Adapun misi perusahaan dalam mengembangkan pertanian organik adalah menghasilkan 37
produk pertanian yang bebas bahan kimia, aman dikonsumsi manusia, dan sesuai dengan pola hidup sehat. Pada awalnya pendekatan yang dilakukan dalam penerapan struktur organisasi perusahaan masih bersifat kekeluargaan dan bersifat mandiri yaitu langsung ditangani oleh pemilik, belum secara struktural. Sejak berdirinya sampai sekarang, banyak perbaikan dan perkembangan serta perubahan pada perusahaan ditandai dengan adanya perluasan lahan, penambahan berbagai jenis komoditas sayuran, dan perbaikan manajemen. Perbaikan dalam manajemen perusahaan khususnya manajemen kebun baru dilakukan pada tahun 2005, yaitu dengan adanya pembagian tugas yang lebih spesifik, sehigga pemilik tidak lagi secara langsung menangani pengelolaan di lapang. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksi harus didukung oleh sumberdaya manusia yang sudah terorganisir dengan baik sesuai dengan jenis pekerjaan dan tanggungjawab yang diberikan. Sumberdaya yang ada dapat digunakan secara efektif dan efisien. Secara garis besar struktur organisasi The Pinewood Organic Farm dapat dilihat pada Gambar 8. Pemilik dalam pengelolaan perusahaannya dibantu oleh satu orang manager yang membawahi tiga divisi yaitu Divisi Hotel, Divisi Spa, dan Divisi Kebun yang berwawasan pertanian organik dan agrowisata. Divisi kebun, manager dibantu oleh satu orang asisten manajer yang sekaligus merangkap sebagai check control. Asisten manager dibantu oleh satu orang mandor lapangan yang membawahi beberapa karyawan secara langsung. Status tenaga kerja di The Pinewood Organic Farm terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerja lepas. Tenaga kerja tetap terdiri atas karyawan bulanan tetap dan terkadang ada beberapa karyawan harian lepas. Kebutuhan tenaga kerja ini (untuk karyawan harian lepas) disesuaikan dengan banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan, sehingga tidak mengganggu pekerjaan yang sudah terjadwal dalam pengerjaannya. Sistem pengupahan dan besarnya upah yang diterima oleh karyawan bervariasi yaitu sesuai dengan golongan dan jabatannya. Manager kebun bertugas membuat program kerja termasuk diantaranya perencanaan rotasi tanam dan pengadaan sarana produksi, melakukan estimasi
38
produksi, mengatur dan memeriksa hasil kerja atau laporan dari asisten manager kebun terhadap pengelolaan di lapang termasuk pada saat pengemasan dan pendistribusian hasil panen ke konsumen. Selain itu manajer merangkap sebagai unit konsumen claim. Sedangkan asisten manager kebun bertugas menjalankan instruksi, sekaligus melakukan check control di lapang, kemudian mengatur dan menginstruksikan suatu jenis pekerjaan kepada mandor lapangan, dan membuat laporan pertanggungjawaban baik itu secara tertulis maupun lisan kepada manager kebun. Mandor lapangan adalah orang yang berhubungan langsung dengan karyawan
yang ada di lapang atau buruh tani, yang bertugas dan
bertanggungjawab dalam melaksanakan pekerjaan yang diinstruksikan dengan mengarahkan, mengatur, dan melakukan pembagian tugas di lapang, serta melakukan pengawasan. Pemilik
Divisi Kebun Divisi Pemasaran/ Promosi
Penjualan Promosi
Unit Pelayanan Komplain Konsumen Kepala Unit Produksi Sayuran Organik
Manajer Kebun Sayuran Organik
Asisten Manager Kebun
Mandor Lapangan
Pembibitan
Penanaman, Perawatan, dan Panen
Sorting, Grading dan Pengemasan
Gambar 8. Struktur Organisasi The Pinewood Organik Farm Tahun 2012
39
5.3
Sumberdaya Usaha The Pinewood Organic Farm Sumberdaya usaha yang dimiliki oleh The Pinewood Organic Farm dibagi
menjadi tiga bagian yaitu sumberdaya tenaga kerja, sumberdaya fisik, dan sumber daya modal. Sumberdaya tenaga kerja yang dimiliki adalah kekuatan perusahaan dalam menjalankan usahanya dalam kegiatan produksi, distribusi, dan administrasi. Sumberdaya fisik adalah keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan berupa sarana dan prasarana penunjang dalam kegiatan usaha seperti lahan, bangunan, sarana transportasi, dan alat-alat produksi . Sumberdaya modal adalah keragaan sumber-sumber modal yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan usahanya. 5.3.1 Tenaga Kerja Tenaga kerja memiliki peran yang cukup penting dalam proses berjalannya usaha untuk pencapaian visi perusahaan. Tenaga kerja memiliki fungsi dalam menjaga efisiensi dan efektivitas dari organisasi. Pemilik The Pinewood Organic Farm juga menyadari akan peran penting dari tenaga kerja, dan berusaha untuk mencari tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. The Pinewood Organic Farm dalam proses perekrutan tenaga kerjanya memberikan beberapa persyaratan yang berbeda dan tergantung pada posisi bidang kerja yang akan dikerjakan. Perusahaan saat ini memiliki 17 buruh tani tetap yang terdiri dari 9 orang wanita dan 8 orang pria yang rata-rata masih dalam usia produktif yaitu 15-60 tahun. Jam kerja dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.00. sistem pengupahan dan besarnya upah yang diterima oleh karyawan bervariasi. Untuk buruh tani pria Rp. 20.000,- per hari dan untuk buruh wanita Rp. 17.500,- per hari, sedangkan upah lembur bagi pria dan wanita Rp. 5.000,- per jam. Biasanya pekerja lembur pada hari sabtu, di mana sayuran dipanen sehingga dibutuhkan tenaga yang lebih untuk memanen, menyortasi, grading, dan pengemasan. Saat ini perusahaan telah memiliki 9 blok yang ditanami sayuran. Setiap blok dikelola oleh dua orang, jika hasil panen dari tiap blok tersebut dapat mencapai target atau lebih, maka pihak manajemen akan memberi insentif bagi buruh tani yang mengelola blok tersebut.
40
5.3.2 Sumberdaya Fisik Perusahaan dalam menunjang kegiatan pertanian organiknya dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup baik. Adapun fasilitas yang dimiliki antara lain peralatan sarana produksi pertanian, tempat pembenihan atau persemaian, green house, gudang penyimpanan sarana produksi, tempat pembuatan pupuk kompos, tempat packing dan sortir atau tempat penanganan pasca panen, mes untuk karyawan tetap, instalasi pengairan yang baik, kantor pemasaran, dan mobil sebagai alat transportasi untuk mendistribusikan hasil panen ke konsumen. Adapun rincian sumberdaya fisik yang dimiliki oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sumberdaya Fisik The Pinewood Organic Farm No
Jenis
1
Tanah
2
Bangunan
3
Green House Kendaraan Operasional
4
5
Peralatan Budidaya
Jumlah/Unit
4 (± 120 m2)
Keterangan Lahan budidaya sayuran organik dan budidaya jamur organik Kantor, gudang, ruang packing dan kubung jamur Lahan budidaya sayuran organik
2 unit
Distribusi sayuran dan transportasi
-
Cangkul, golok, sabit, sekop, tray (wadah), timbangan gantung, timbangan duduk, selang, springkle, garpu, plastik mulsa, dan sprayer
1,46 ha ± 120 m2
Untuk prasarana yang dimiliki yaitu cukup baik karena akses menuju ke lokasi kebun mudah yakni jalan beraspal dan berupa jalan pribadi (bukan jalan umum). Sistem keamanan yang dimiliki juga cukup baik. Selain lokasi kebun dikelilingi oleh tembok dan pepohonan pinus, juga dilengkapi dengan petugas keamanan (security), sehingga tidak sembarangan yang bisa memasuki area budidaya. Hal itu salah satu usaha meminimalisir kontaminasi hama dan penyakit. 5.3.3
Sumberdaya Modal The Pinewood Organic Farm dari awal pembukaan usaha pertanian non-
organik hingga sekarang menjadi usaha pertanian organik, perusahaan menggunakan modal pribadi pemilik yaitu Bapak Lie dan Ibu Anggraini untuk memulai dan menjalankan usahanya. Modal yang didapat berasal dari hasil kerja
41
keras mereka sendiri tanpa adanya pinjaman dari lembaga keuangan dan lembaga lainnya. Modal yang dimiliki diinvestasikan untuk membeli tanah seluas 4500 m2 dan diolah menjadi lahan pertanian yang berkembang menjadi usahatani dan rumah peristirahatan hingga saat ini. 5.4
Unit Bisnis Unit bisnis yang diusahakan oleh The Pinewood Organic Farm dibagi
menjadi dua yaitu usaha resort dan pertanian sayuran organik. Luasan lahan ± 2,6 ha yang dimiliki perusahaan tidak seluruhnya diperuntukkan untuk usaha pertanian organik. Luasan tersebut dibagi ke dalam beberapa fungsi yaitu pertanian sayuran organik dengan luasan lahan ± 1,4 ha, dan sisanya berupa hotel berikut dengan tempat spa, restoran, taman, perumahan/mes karyawan, tempat budidaya jamur dan tanaman hias. Manajerial The Pinewood Organic Farm dalam kegiatan promosi dan sosialisasi pertanian organik, mengenalkan kegiatan usaha pertanian organiknya kepada para pengunjung hotel. Divisi pertanian atau manager kebun melakukan semacam presentasi kepada para pengunjung dengan materi yang ringan tentang budidaya sayuran organik yang diusahakan perusahaan. Selain sebagai usaha promosi,
juga
sebagai
sarana
untuk
meningkatkan
kesadaran
untuk
mengkonsumsi sayuran sehat tanpa bahan-bahan kimia. Berbagai macam jenis sayuran yang dibudidayakan di The Pinewood Organic Farm, dan jenis sayuran seperti tomat, wortel, bayam hijau, dan brokoli merupakan beberapa komoditi sayuran yang diproduksi paling banyak, karena menurut perusahaan komoditi tersebut banyak diminati oleh konsumen. 5.5
Gambaran Budidaya Sayuran Organik di The Pinewood Organic Farm The Pinewood Organic Farm merupakan perusahaan agribisnis sayuran
organic yang sudah disertifikasi oleh lembaga sertifikasi resmi yang bernama Inofice, sehingga dalam melaksanakan kegiatan usaha sayuran organik, perusahaan harus mengacu pada standar pangan SNI 01-6729-2002 yang mengatur mengenai tata cara untuk memproduksi produk yang berlabel organik. Beberapa hal yang diatur dalam standar tersebut diantaranya agar perusahaan layak mendapatkan sertifikasi harus memenuhi syarat dalam hal riwayat lahan,
42
sumber air, lingkungan lahan, input (benih, pupuk, pestisida) yang digunakan dan teknik yang dilakukan selama proses produksi. Lahan yang digunakan dalam produksi sayuran organik dahulunya merupakan lahan bekas pertanian non-organik, sehingga lahan harus diberakan selama empat tahun sebagai masa konversi yang dilakukan oleh perusahaan. Sumber air yang digunakan berasal dari mata air Gunung Pangrango yang langsung disalurkan melalui pipa-pipa hingga ke tempat penampungan air yang ada di lahan, sehingga air terbebas dari kontaminasi atau air yang berasal dari PDAM yang sudah bercampur dengan kaporit. Lingkungan sekitar lahan merupakan lingkungan pertanian non-organik serta perumahan penduduk, maka dari itu perusahaan memagari lingkungan sekitar kebun dengan pohon-pohon pelindung seperti cemara, pakis, kayu manis, cemara nonfolk, damar dan pinus. Pohon-pohon pelindung tersebut berfungsi sebagai penghalang jika ada residu pestisida yang terbawa oleh angin maka dapat terhalang oleh pohon-pohon pelindung tersebut. Dengan demikian, akan mengurangi serangan hama dan penyakit dari lingkungan luar. Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer kebun, budidaya sayuran secara organik merupakan kegiatan yang cukup sulit, karena rentan terhadap hama dan penyakit, sehingga sangat diperlukan penanganan yang intensif agar kualitas dan kuantitasnya tetap terjaga. Proses produksi budidaya sayuran organik yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm tidak jauh berbeda dengan budidaya sayuran konvensional. Secara umum dimulai dari penyemaian, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen, serta pasca panen yang alurnya dapat dilihat pada Gambar 9. Pola penggunaan lahan yang dilakukan di The Pinewood Organic Farm dilakukan secara rotasi. Setiap bulannya untuk masing-masing komoditas yang diteliti dilakukan penanaman agar menjaga kontiniuitas produksi. Lahan produksi dibagi menjadi sembilan blok, dalam satu blok ditanami beberapa komoditas. Satu periode tanam, untuk masing-masing komoditas tidak di tanam secara bersamaan, tetapi menyebar di beberapa blok, dengan luasan yang sama tiap periode tanamnya. Rotasi tanaman juga harus dilakukan. Lahan yang awalnya ditanam brokoli, pada periode selanjutnya akan ditanam dengan komoditas yang lain yang
43
berbeda family. Hal tersebut bertujuan agar hama dan penyakit tidak mudah menyerang sayuran yang diproduksi. Persiapan lahan
Persemaian
Pemupukan
Perawatan/ Pemeliharaan
Penanggulangan Hama dan Penyakit
Pemanenan
Pasca Panen
Gambar 9. Proses Produksi Sayuran Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2012 Adapun proses budidaya untuk masing-masing komoditas sayuran organik di Pinewood Organic Farm, akan dijelaskan pada uraian berikut. Untuk kegiatan pasca panen dilakukan dengan cara yang sama untuk setiap komoditasnya. A. Budidaya Brokoli 1.
Persemaian Persemaian benih brokoli dilakukan pada green house (GH) yang memang
dikhususkan untuk tempat persemaian benih yang disebut dengan “rumah semai”. Bibit brokoli yang baru tumbuh sangat rentan terhadap hama dan penyakit tanaman serta iklim terutama curah hujan sehingga persemaian perlu dilakukan di dalam GH. Persemaian benih brokoli dilakukan seminggu sekali agar kontinuitas
44
persediaan bibit yang siap ditanam dilapangan dapat terpenuhi, karena jika persediaan bibit brokoli siap tanam tidak tersedia sesuai dengan banyaknya bibit yang ditanam perperiodenya, maka akan dapat mengganggu siklus produksi brokoli organik. Lahan yang tersedia untuk menanam brokoli organik seluas 1750 m2. Proses persemaian dapat dilihat pada Gambar 10.
Persiapan media tanam (sekam bakar)
Bibit siap tanam
Penaburan benih pada media tanam
Pemeliharan bibit (penyiraman dan penyiangan)
Penyiraman dengan air dan EM4
Pembumbungan bibit pada polibag
Gambar 10. Proses Persemaian Brokoli Organik di Pinewood Organic Farm Proses persemaian yang dilakukan perusahaan dimulai dengan menyiapkan media tanam. Media tanam yang digunakan adalah sekam bakar yang dicampur dengan kotoran ayam lalu disimpan pada nampan plastik. Jika media tanam sudah disiapkan maka benih siap disemai dan setelah itu disiram dengan air yang dicampur dengan EM4. Takarannya adalah satu liter air dicampur dengan satu tutup botol EM4. EM4 merupakan larutan penyubur tanaman yang terbuat dari sari rempah-rempah. Media semai harus benar-benar basah agar benih tidak kekurangan nutrisi pada masa pertumbuhan, setelah itu benih ditebar pada media semai. Bibit yang berumur kurang lebih enam hari, maka bibit tersebut siap dipindahkan atau dibumbung. Media tanam untuk pembumbungan adalah polibag yang berisi campuran tanah dan pupuk kandang. Pemindahan bibit ke media semai ke dalam polibag harus dilakukan dengan hati-hati, agar akar tidak tertinggal atau patah. Setelah itu dilakukan pemeliharaan sampai bibit berumur 30 hari dan siap untuk dipindahkan ke lapang. Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, tergantung keadaan cuaca. Jika curah hujan tinggi maka penyiraman dapat dikurangi satu kali sehari.penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprayer.
45
2.
Persiapan Lahan Proses persiapan lahan dimulai dengan membuat bedengan pada lahan
dengan panjang 1 meter, lebar 5 meter, dan tinggi 20 cm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.
5m
20 cm
1m
Gambar 11. Ukuran bedengan sayuran organik di The Pinewood Organic Farm Setelah bedengan dibuat dan bersih dari sisa-sisa tanaman maka bedengan harus didiamkan selama satu minggu. Pemberaan lahan ini bertujuan dalam proses pematangan tanah secara alami, kemudian mengurangi kandungan gas-gas yang berbahaya bagi perkembangan tanaman. Mengurangi kapasitas patogen yang akan merugikan bagi tanaman. Setelah dibiarkan seminggu, maka bedengan tersebut diberikan pupuk kandang yang sebelumnya sudah difermentasikan dan sudah dipastikan kematangannya, dan siap untuk ditanami bibit. Untuk bedengan yang telah ada atau bedengan yang telah digunakan sebelumnya, harus diperhatikan jenis komoditas yang ditanam sebelumnya. Jika bedengan sebelumnya ditanami dengan family kubis-kubisan, maka sebaiknya bedengan tersebut tidak ditanami dengan brokoli. Hal ini bertujuan untuk dapat memutus rantai hidup hama. Seringkali di perusahaan, waktu untuk pengolahan lahan dipersingkat, sehingga pengolahan tanah tidak maksimal, dan menyebabkan tanaman brokoli organik terserang hama penyakit seperti akar gada. 3.
Penanaman Secara umum budidaya brokoli organik dilakukan secara polikultur atau
tumpang sari dengan tanaman cabai, tomat, atau daun-daunan seperti bayam, kangkung, daun bawang dan lain-lain. Budidaya secara polikultur juga sebagai salah satu cara atau strategi perusahaan dalam mengndalikan risiko. Waktu penanaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Kegiatan penanaman dimulai dari penentuan jarak tanam, pembuatan lubang tanam, dan penanaman bibit. Jarak
46
yang digunakan untuk brokoli adalah 40cm x 40cm. Diharapkan dengan jarak yang lebar, tanaman brokoli organik lebih maksimal dalam menyerap nutrisi atau unsur hara yang ada di dalam tanah untuk pertumbuhan yang optimal. Proses penanaman brokoli organik dimulai dari memindahkan bibit yang berumur 30 hari dari polybag ke lubang tanam. 4.
Pemeliharaan Selama dalam masa pemeliharaan, kegiatan yang dilakukan diantaranya
penyiraman, penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan springkle pada lahan terbuka dan menggunakan sprayer yang menempel pada atap GH dengan intensitas waktu setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari, tergantung kondisi cuaca. Kegiatan penyiangan bertujuan untuk pengendalian hama dan penyakit, dengan cara mencabut gulma-gulma yang tumbuh di sekitar lahan produksi brokoli organik. Selain gulma, tanaman-tanaman yang tidak sehat atau terkena hama dan penyakit, juga harus segera dicabut, untuk menghindari menyebaran hama dan penyakit ke tanaman lain. Pemeliharaan untuk sayuran organik sebaiknya dilakukan setiap hari, karena budidaya organik tidak menggunakan pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit. Sehingga dibutuhkan pengawasan yang ketat setiap harinya selama proses budidaya di lapang. Selanjutnya kegiatan pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk kocor dengan interval seminggu sekali. Pupuk kocor yang digunakan adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak seperti ayam, sapi, atu kambing yang difermentasikan menggunakan katalisator selama satu bulan. The Pinewood Organic Farm memilih membuat pupuk sendiri agar kualitas pupuk dapat lebih terjaga serta dapat menghemat pengeluaran. Pada saat pembuatan pupuk tingkat kematangan pupuk penting untuk diperhatikan, proses fermentasi tidak boleh kurang dari satu bulan. Karena jika pupuk belum matang digunakan untuk proses penanaman, maka tanaman tersebut akan berisiko terkena penyakit kaena pupuk yang belum matang masih mengandung banyak bakteri yang dapat membahayakan tanaman. Kegiatan
penyemprotan
juga
dilakukan
seminggu
sekali
dengan
menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati merupakan campuran rempah-
47
rempah seperti bawang putih, cabe, dan rempah-rempah lainnya yang berfungsi untuk pengendalian hama dan penyakit. Keseluruhan bahan-bahan tersebut dihaluskan dan dicampur dengan air sehingga terbentuk emulsi (cairan pekat) yang siap dipakai untuk penyemprotan. 5.
Panen Kegiatan pemanenan di The Pinewood Organic Farm dilakukan setiap hari
Sabtu. Jadwal tersebut diatur supaya setelah pemanenan, hasil panen tersebut dapat langsung diproses untuk selanjutnya langsung dipasarkan. Pemanenan dilakukan setelah brokoli berumur 50-60 hari. Brokoli yang sudah siap dipanen, ditebas batangnya dengan menggunakan pisau dan dicabut daun-daunnya, hingga tersisa sedikit daun saja di sekitar bunga dan batangnya saja. Kriteria brokoli yang siap dipanen adalah bunga berwarna hijau dan diameter 13-25 cm dengan berat sekitar 0,25 kg. Pemanenan brokoli tidak boleh terlambat, karena menghindari bunga mekar dan menguning. 6.
Pasca panen Brokoli yang sudah dipanen dan disortir di lapangan kemudian dimasukkan
ke dalam keranjang dan dibawa ke rumah pengemasan. Kegiatan yang dilakukan di dalam rumah pengemasan adalah penimbangan hasil panen dari setiap blok yang dipanen. Kemudian dilakukan permbesihan untuk kemudian dilakukan sortir dan grading, lalu di kemas menggunakan plastik wrap sesuai dengan kuantitas yang akan dikirim kepada konsumen. Untuk brokoli yang belum dikirim pada hari yang sama dengan hari panen, maka setelah dibersihkan dan disortir, brokoli disimpan di dalam freezer. Brokoli yang telah siap dikemas, langsung didistribusikan kepada konsumen dengan menggunakan mobil. B. Budidaya Tomat 1.
Persemaiaan Benih tomat harus disemai dulu sebelum ditanam. Persemaian dilakukan di
dalam kotak pesemaian (tray), media persemaian adalah campuran tanah, arang sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Benih ditanamkan ke dalam tray, benih dipelihara hingga umur 25-30 hari setelah semai.
48
2.
Persiapan Lahan Kegiatan persiapan lahan yang dilakukan untuk produksi tomat organik sama
dengan cara persiapan lahan yang diterapkan pada komoditas lain di atas. Proses persiapan lahan dimulai dengan membuat bedengan pada lahan dengan panjang 1 meter, lebar 5 meter, dan tinggi 20 cm (Gambar 11). Lahan yang akan ditanami dicangkul sedalam 30 cm, kemudian bongkahan tanah dipecah, gulma dan seluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan lalu diratakan. Lahan kemudian dibiarkan selama beberapa waktu agar tanah matang. Pemupukan awal dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang yang telah masak. Waktu pemupukan dilakukan satu minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan merata di atas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas. 3.
Penanaman Sebelum dilakukan penanaman, bedengan diairi terlebih dahulu. Bibit siap
tanam umur 3-4 minggu, berdaun 5-6. Penanaman dilakukan pada sore hari agar mengurangi bibit tomat yang layu karena sengatan sinar matahari. Setelah penanaman, disiram dengan menggunakan EM4. Pengairan dilakukan tiap hari sampai tomat tumbuh normal. Setelah itu dilakukan pemasangan ajir, agar akar tidak rusak tertusuk ajir dengan jarak 10-20 cm dari batang tomat. 4.
Pemeliharaan a. Penyiraman Kegiatan budidaya untuk komoditas tomat sangat membutuhkan banyak air. Penyiraman hendaknya dilakukan dengan hati–hati, dan diusahakan tidak atau jangan sampai mengenai daun karena tanaman akan mudah menderita penyakit seperti virus. b. Penyulaman Bibit tomat organik yang baru ditanam, baik melalui persemaian maupun langsung ditanam tidak semuanya dapat tumbuh dan bertahan menjadi tanaman dewasa beberapa diantaranya pasti ada yang mati salah satu cara mengatasinya adalah melakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan pada saat tomat berumur 7–14 hari setelah tanaman lakukan penggantian bibit yang mati dengan bibit yang baru dan diambil dari bibit terdahulu
49
atau bibit yang ditanam dengan selang waktu 7–14 hari dari awal penyemaian. c. Penyiangan/Pembumbunan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang mengganggu pertumbuhan tomat organik. Biasanya pelaksanaan penyiangan diikuti dengan pembumbunan tanah di sekitar tanaman. Penyiangan dapat dilakukan 2 atau 3 kali atau sesuai dengan kondisi lapang. d. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk kocor dengan interval seminggu sekali. Pupuk kocor yang digunakan adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak seperti ayam, sapi, atu kambing yang difermentasikan sendiri. Kegiatan penyemprotan juga dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati merupakan campuran rempah-rempah seperti bawang putih, cabe, dan rempah-rempah lainnya yang berfungsi untuk pengendalian hama dan penyakit. e. Pemangkasan Tanaman yang berupa perdu atau pohon seperti tomat pada umumnya memerlukan pemangkasan. Pemangkasan ini dimaksudkan antara lain untuk membentuk pohon, mengurangi daun, mempercepat pembuahan, meremajakan tanaman. f. Pengikatan Pengikatan pohon dimaksudkan untuk menghindari tanaman tomat organik roboh pada saat berbuah dan supaya tanaman tomat organik tersebut dapat tumbuh tegak. 5.
Panen Pemanenan tomat organik dilakukan pada saat tanaman berumur 90 hari
setelah tanam. Setelah itu buah tomat organik tersebut dapat dipanen sebanyak 5 kali. Umur panen untuk tomat organik yang diproduksi oleh Pinewood Organik Farm tergolong cepat, karena tanaman tomat yang dibudidayakan secara organik tidak dapat bertahan lama, disebabkan mudahnya terserang hama dan penyakit karena tidak memakai bahan-bahan kimia. Setelah itu, hasil produksi tomat organik dibawa ke rumah pengemasan untuk dilakukan perlakuan pasca panen.
50
C. Budidaya Bayam hijau 1.
Persemaian Benih bayam hijau untuk sayur yang ditanam petani kebanyakan swadaya
dari tanaman terdahulu yang sengaja dibiarkan tumbuh terus untuk produksi biji. Keperluan benih untuk lahan 1 hektar berkisar antara 5-10 kg, atau 0,5-1,0 gram per m2 luas lahan. Biji dipanen pada waktu musim kemarau dan hanya dipilih tandan yang sudah tua (masak). Tandan harus dijemur beberapa hari, kemudian biji dirontokkan dari tandan dan dipisahkan dari sisa-sisa tanaman. Pembibitan diberi atap plastik atau atap jerami padi. Apabila perusahaan tidak sanggup untuk memproduksi benih bayam organik sendiri, maka perusahaan akan membeli benih bayam organik di toko benih. Cara persemaian benih yang dilakukan oleh The Pinewood Organik Farm sangat mudah. Benih bayam disebar merata atau berbaris-baris pada tanah persemaian dan ditutup dengan selapis tanah tipis. Tanah persemaian yang dipakai adalah sebagian lahan yang akan ditanami bayam organik. 2.
Persiapan Lahan Kegiatan persiapan lahan yang dilakukan untuk produksi bayam organik
sama dengan cara persiapan lahan yang diterapkan pada komoditas lain di atas. Proses persiapan lahan dimulai dengan membuat bedengan pada lahan dengan panjang 1 meter, lebar 5 meter, dan tinggi 20 cm (Gambar 11). Lahan yang akan ditanami dicangkul sedalam 30 cm, kemudian bongkahan tanah dipecah, gulma dan seluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan lalu diratakan. Lahan kemudian dibiarkan selama beberapa waktu agar tanah matang. Pemupukan awal dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang yang telah masak. Waktu pemupukan dilakukan satu minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan merata di atas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas. 3.
Penanaman Kegiatan penanaman bayam organik dilakukan pada saat bibit hasil semai
berumur 7 sampai 14 hari setelah semai. Karena bibit yang disemai berada di lahan atau bedengan yang sama, jadi pekerja hanya memindahkan atau melakukan penjarangan dengan jarak tanam yang disesuaikan dalam satu bedengan tersebut.
51
4.
Pemeliharaan a. Penjarangan dan Penyulaman Penyebaran benih bayam organik yang dilakukan langsung di lapang sering tidak merata, akibatnya terjadi pertumbuhan yang mengelompok (rapat) sehingga pertumbuhannya terhambat karena saling bersaing satu sama lain. Maka perlu dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman dengan yang baru. Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam. b. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma dan rumput liar lainnya. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah. Alat yang digunakan dalam penyiangan cangkul kecil atau sabit. Sekaligus bersamaan dengan kegiatan pembubunan. c. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk kocor dengan interval seminggu sekali. Pupuk kocor yang digunakan adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak seperti ayam, sapi, atu kambing yang difermentasikan sendiri. Kegiatan penyemprotan juga dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati merupakan campuran rempah-rempah seperti bawang putih, cabe, dan rempah-rempah lainnya yang berfungsi untuk pengendalian hama dan penyakit.
5.
Panen Kegiatan panen untuk bayam organik dilakukan pada umur tanaman antara
25-35 hari setelah tanam. Tinggi tanaman antara 15-20 cm dan belum berbunga. Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi. Kemudian hasil panen diangkut ke rumah pengemasan untuk dilakukan perlakuan selanjutnya pada kegiatan pasca panen. D. Budidaya Wortel 1.
Persemaian Benih yang digunakan adalah benih wortel yang dibeli dari toko pertanian.
Sebelum benih disemai, terlebih dahulu benih wortel digosok-gosokan dengan kedua belah telapak tangan agar diantara benih satu sama lain tidak berlekatan. Kemudian benih wortel direndam dalam air dingin selama 12-24 jam atau dalam
52
air hangat suam-suam kuku (60o C) selama 15 menit. Tujuan dari perendaman benih adalah mempercepat proses perkecambahannya. Sealnjutnya benih wortel ditiriskan dalam suatu wadah, misal tampah hingga menjadi cukup kering. Benih wortel sudah siap ditanam (disebar) di lahan kebun. 2.
Persiapan Lahan Kegiatan persiapan lahan yang dilakukan untuk produksi wortel organik sama
dengan cara persiapan lahan yang diterapkan pada komoditas lain di atas. Proses persiapan lahan dimulai dengan membuat bedengan pada lahan dengan panjang 1 meter, lebar 5 meter, dan tinggi 20 cm (Gambar 11). Lahan yang akan ditanami dicangkul sedalam 30 cm, kemudian bongkahan tanah dipecah, gulma dan seluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan lalu diratakan. Lahan kemudian dibiarkan selama beberapa waktu agar tanah matang. Pemupukan awal dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang yang telah masak. Waktu pemupukan dilakukan satu minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan merata di atas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas 3.
Penanaman Kegitan penanaman wortel organik yang dilakukan di perusahaan Pinewood
Organik Farm yaitu dengan penaburan atau penanaman langsung benih wortel di lahan tempat penanaman, dapat disebarkan merata di bedengan atau dengan dicicir memanjang dalam barisan. Jarak barisan paling tidak 15 cm. kemudian kalau sudah tumbuh dapat dilakukan penjarangan sehingga tanaman wortel itu berjarak 3-5 cm satu sama lain. Benih wortel akan mulai berkecambah setelah 812 hari. 4.
Pemeliharaan a. Penjarangan dan Penyulaman Penjarangan tanaman wortel organik dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam. Tujuan penjarangan adalah untuk memperoleh tanaman wortel cepat tumbuh dan subur, sehingga hasil produksinya dapat tinggi. b. Penyiangan Rumput-rumput liar (gulma) yang tumbuh disekitar kebun merupakan pesaing tanaman wortel organik dalam kebutuhan air, sinar matahari,
53
unsur hara dan lain-lain, sehingga harus disiangi. Waktu penyiangan biasanya saat tanaman wortel berumur 1 bulan, bersamaan dengan penjarangan tanaman dan pemupukan susulan. Sekaligus dilakukan kegiatan pembubunan. c.
Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk kocor dengan interval seminggu sekali. Pupuk kocor yang digunakan adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak seperti ayam, sapi, atu kambing yang difermentasikan sendiri. Kegiatan penyemprotan juga dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati merupakan campuran rempah-rempah seperti bawang putih, cabe, dan rempah-rempah lainnya yang berfungsi untuk pengendalian hama dan penyakit.
d. Pengairan dan Penyiraman Pada fase awal pertumbuhannya, tanaman wortel memerlukan air yang memadai, sehingga perlu disiram (diairi) secara kontiniu 1-2 kali sehari, terutama pada musim kemarau. Bila tanaman wortel sudah tumbuh besar, maka pengairan dapat dikurangi. e.
Panen Wortel organik dipanen pada saat berumur sekitar 50-60 hari setelah tanam.
Ukuran umbi sebesar ibu jari tangan, panjangnya antara 6-10 cm dan diameternya sekitar 1-2 cm. Wortel dipanen dengan mencabut seluruh tanaman bersama umbinya. Kemudian dipisahkan dan dilakukan penanganan pasca panen selanjutnya. 5.6. Analisis Pendapatan The Pinewood Organic Farm
Penerimaan The Pinewood Organic Farm diperoleh dari hasil penjualan produksi sayuran organik brokoli, bayam hijau, tomat, wortel, dan jenis komoditas lainnya. Modal yang digunakan dalam kegiatan usaha sayuran organik pada The Pinewood Organic Farm bersumber dari pemilik sendiri. Pendapatan perusahaan diperoleh dengan mengalkulasikan biaya dengan penerimaan yang diperoleh perusahaan dalam usaha produksi sayuran organik brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel. Jenis biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu biaya investasi dan biaya operasional. 54
a.
Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal melakukan
kegaitan usaha dan saat tertentu dengan tujuan memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Pengeluaran biaya investasi pada umumnya dilakukan satu kali atau lebih pada saat usaha belum berproduksi dan baru akan menghasilkan manfaat beberapa tahun kemudian. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh The Pinewood Organic Farm dalam mengusahakan sayuran organik dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Biaya Investasi Usaha Produksi Sayuran Organik The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011 Umur Jumlah Total Biaya (Rp) Teknis Green House 10 2 10,000,000.00 Rumah pengemasan 10 1 5,000,000.00 Gudang 10 1 5,000,000.00 Mobil 20 1 100,000,000.00 Sprinkle 5 2 500,000.00 Tray 2 10 30,000.00 Timbangan 5 2 200,000.00 Cangkul 4 4 80,000.00 Sabit 4 2 40,000.00 Garpu 4 1 20,000.00 Total 120,870,000.00 Barang Investasi
Penyusutan Persentase (Rp/Th) (%) 2,000,000.00 23.43 500,000.00 5.86 500,000.00 5.86 5,000,000.00 58.58 200,000.00 2.34 150,000.00 1.76 80,000.00 0.94 80,000.00 0.94 20,000.00 0.23 5,000.00 0.06 8,535,000.00 100.00
Sumber: The Pinewood Organic Farm 2011
Tabel 6 dapat dilihat bahwa mobil mempunyai nilai investasi tertinggi yang berfungsi sebagai alat transportasi untuk pendistribusian hasil produksi dan mobilitas lainnya. Green house, rumah pengemasan, dan gudang memiliki nilai investasi yang sama. b.
Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha,
termasuk biaya produksi, biaya pemeliharaan, dan lainnya yang menunjukkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
55
1.
Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh
jumlah output yang dihasilkan, biasanya biaya tetap dikeluarkan setiap tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk produksi sayuran organik brokoli, bayam hijau, tomat, dan wortel terdiri dari upah karyawan dan biaya penyusutan. Biaya tetap tertinggi dikeluarkan perusahaan adalah upah karyawan. Rincian biaya tetap usaha produksi sayuran organik dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rincian Biaya Tetap Usaha Produksi Sayuran Organik The Painewood Organic Farm Tahun 2010-2011 Jenis Biaya
Jumlah biaya (Rp)
Upah Karyawan -Pria -Wanita Biaya penyusutan Total
Persentase (%)
28,800,000.00 25,200,000.00 8,535,000.00 62,535,000.00
46.05 40.30 13.65 100.00
Sumber: The Pinewood Organic Farm 2011
2.
Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dengan jumlah yang
dipengaruhi oleh output yang dihasilkan pada periode tertentu. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh The Pinewood Organic Farm adalah untuk pembelian pupuk kandang, benih, polybag, plastik wrap, dan lain-lain. Adapun rincian biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa biaya variabel tertinggi yang dikeluarkan perusahaan adalah biaya pembelian benih brokoli 23,84 persen, tomat 16,89 persen dan wortel 11,92 persen. Biaya bahan-bahan untuk pemeliharaan seperti pupuk kandang, pestisida nabati, dan EM4 juga mengeluarkan biaya yang tinggi. Hal ini dikarenakan pupuk merupakan input produksi yang penting untuk pertumbuhan sayuran organik, dan berpengaruh terhadap hasil produksi sayuran organik.
56
Tabel 8. Rincian Biaya Variabel Usaha Produksi Sayuran Organik The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011 Jenis Biaya
Jumlah Biaya (Rp)
Benih: -Brokoli -Tomat -Bayam hijau
Persentase (%)
1,200,000.00 850,000.00 280,000.00 600,000.00 280,000.00 624,000.00 800,000.00 40,000.00 360,000.00 5,034,000.00
-Wortel Pupuk kandang EM4 Pestisida nabati Polybag Plastik wrap Total
23.84 16.89 5.56 11.92 5.56 12.40 15.89 0.79 7.15 100.00
Sumber: The Pinewood Organic Farm 2011
Penerimaan yang diperoleh oleh the Pinewood Organic Farm didapat dari total hasil produksi brokoli, bayam hijau, tomat, dan wortel dikalikan dengan harga masing-masing komoditas. Jumlah produksi yang dihasilkan selama sepuluh periode selama 2010 sampai 2011 adalah 946,05 kg brokoli, 788,46 kg bayam hijau, 1234,90 kg tomat, dan 1423,10 kg wortel. Harga untuk masingmasing komoditas sayuran organik tersebut secara berurutan yaitu Rp. 38.000,/kg, Rp. 23.000,-/kg, Rp. 18.000,-/kg, dan Rp. 16.000,-/kg. Total penerimaan yang diperoleh perusahaan sebesar Rp. 99,244,298,-. Besarnya total biaya penerimaan serta analisi pendapatan The Pinewood Organic Farm pada tahun 2010 sampai 2011 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis Pendapatan Usaha Produksi Sayuran Organik The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011 Uraian A. Penerimaan B. Biaya Operasional a. Biaya Tetap b. Biaya Variabel C. Total Biaya Operasional (a+b) D. Pendapatan (A-C) E. R/C (A/C)
Nilai (Rp) 99,244,298.00 62,535,000.00 5,034,000.00 67,569,000.00 31,675,298.00 1.47
57
Berdasarkan hasil analisis pendapatan diperoleh bahwa pendapatan atas biaya operasional (pendapatan total) yang diterima oleh the Pinewood Organic Farm dalam memproduksi sayuran organik brokoli, bayam hijau, tomat, dan wortel adalah 67,569,000. Nilai ratio yang didapat adalah sebesar 1.47. artinya setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan produksi, akan diperoleh penerimaan sebesar 1,47. Hal ini menunjukkan bahwa usaha diversifikasi empat komoditi sayuran organik brokoli, bayam hijau, tomat dan wortel, menguntungkan bagi perusahaan, dimana nilai R/C lebih dari satu.
58
VI RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN ORGANIK
6.1
Identifikasi risiko Pengelolaan usaha produksi sayuran organik yang dikelola oleh The
Pinewood Organic Farm, khususnya untuk komoditas brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel pasti dihadapkan pada masalah risiko. Salah satu risiko yang dihadapi oleh perusahaan adalah risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi dalam kegiatan usaha sayuran organik ini ditunjukkan oleh adanya fluktuasi atau variasi jumlah produksi maupun produktivitas sayuran organik yang dihasilkan. Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi sayuran organik brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel, tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Risiko ini terlihat melalui adanya fluktuasi dan variasi produksi yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm (Lampiran 1). Risiko ini berpengaruh terhadap penerimaan atau pendapatan perusahaan. Perusahaan dalam menjalankan usahanya mengalami fluktuasi hasil produksi (Lampiran 2), yang mana mengakibatkan produktivitas sayuran organik yang diusahakan juga berfluktuasi (Lampiran 3). Hasil produksi pada tiap-tiap komoditas sayuran organik brokoli, tomat, bayam hijau dan wortel berbeda. Yang mana juga dipengaruhi oleh luasan lahan yang digunakan untuk usaha produksi masing-masing komoditas perperiodenya. Periode produksi antara keempat komoditas tersebut berbeda-beda, sesuai dengan waktu atau umur produksi tiaptiap komoditas. Analisis risiko diversifikasi sayuran organik hanya difokuskan kepada empat komoditi sayuran organik yang diusahakan oleh perusahaan yaitu: brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel. Keempat komoditas tersebut dipilih berdasarkan jumlah produksi terbanyak yang dihasilkan oleh The Pinewood Organic Farm. Selain itu adanya perbedaan teknis budidaya yang bervariasi diantara keempat komoditas. Untuk mengetahui besaran risiko yang dihadapi oleh perusahaan, dihitung dengan menggunakan standard deviation, variance, coefficient variation yang merupakan hasil dari perhitungan peluang masing-masing kondisi penjualan. Total peluang dari tiap-tiap periode berjumlah 1 (satu). Dalam penelitian ini
59
diasumsikan bahwa peluang untuk semua kejadian sama, karena tiap-tiap kejadian berpeluang mengalami risiko. Risiko diversifikasi yang dihadapi dalam usaha produksi sayuran organik pada perusahaan The Pinewood Organic Farm dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya faktor cuaca, hama penyakit, sumberdaya manusia, dan teknologi yang dipakai dalam proses produksi sayuran organik yang dilakukan oleh perusahaan. a.
Risiko kondisi cuaca dan iklim Proses produksi sayuran khususnya sayuran organik sangat bergantung pada
kondisi cuaca dan iklim, karena disetiap proses produksinya mengandalkan unsurunsur iklim dan cuaca berupa cahaya, temperatur atau suhu, angin, curah hujan dan kelembaban udara. Salah satu unsur cuaca yang menyebabkan risiko produksi pada The Pinewood Organic Farm adalah curah hujan, terutama untuk komoditas brokoli dan tomat. Sianturi (2009), Sembiring (2010), dan Panggabean (2011), dalam penelitiannya untuk risiko produksi komoditas hortikultura, cuaca dan iklim sangat mempengaruhi dalam proses produksi di lapang. Risiko terjadi karena cuaca dan iklim yang sulit untuk diprediksi, tetapi bisa diminimalisir. Salah satu usaha yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm untuk meminimalisir risiko tersebut adalah dengan green house. Akan tetapi, hanya untuk komoditaskomoditas yang sangat rentan terhadap perubahan cuaca tersebut. The Pinewood Organic Farm terletak di dataran tinggi yang juga memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Tingkat curah hujan tersebut cenderung berpengaruh terhadap hasil produksi dan produktivitas yang dihasilkan. Pada saat curah hujan tinggi, maka tingkat kelembaban meningkat. Kelembaban yang tinggi tersebut merupakan kondisi yang sangat cocok bagi berkembangnya jamur yang dapat menyebabkan penyakit. b.
Risiko hama dan penyakit Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
risiko produksi sayuran organik. Serangan hama dan penyakit ini memiliki hubungan juga dengan perubahan cuaca. Pada saat curah hujan sedang tinggi kematian tanaman disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri yang bertumbuh
60
dengan baik. Serangan jamur menyebabkan tanaman mengalami kerusakan dan umumnya tanaman yang sudah terserang jamur akan lebih rentan untuk diserang oleh bakteri, selanjutnya apabila terlambat ditangani maka serangan bakteri ini dapat menyebabkan pembusukan yang pada akhirnya menjadikan tanaman mati. Matinya sejumlah tanaman sayuran organik ini merupakan sumber risiko yang cukup berpengaruh juga terhadap hasil produksi dan penerimaan otomatis menurun karena berdampak terhadap berkurangnya persediaan produk yang akan dipasarkan serta menimbulkan kerugian. Hama yang sering menyerang sayuran organik adalah ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell), ulat tritip (Plutella maculipennis), dan lain lain. Penyakit yang sering menyerang sayuran adalah penyakit bercak daun, busuk basah, busuk daun, dan lain-lain. Untuk tanaman non organik, penanganan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan pemberian bahan-bahan kimia seperti fungisida dan pestisida. Berbeda dengan penanganan untuk sayuran organik yang membutuhkan penanganan ekstra secara manual. Obat-obatan yang digunakan untuk menghindari hama dan penyakit diolah sendiri dengan menggunakan bahan-bahan organik. c.
Sumberdaya manusia Keterampilan tenaga kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan usaha
produksi sayuran organik. Ketersediaan tenaga kerja yang terampil sangat mempengaruhi keberhasilan produksi. Tenaga kerja sangat berperan dalam setiap kegiatan usaha. Saat ini di The Pinewood Organic Farm belum memiliki sumberdaya manusia yang memadai untuk produksi sayuran secara organik. Hal ini disebabkan oleh rendahnya keinginan pekerja untuk bekerja dengan baik. Belum terciptanya komunikasi yang baik antara pihak manajemen dengan pekerja (buruh tani) yang menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja pekerja. Seringnya terjadi konflik antara pihak manajemen dengan buruh tani disebabkan karena pekerja merasa hak-haknya kurang terpenuhi dengan baik oleh pihak manajemen. Rendahnya pengawasan, pengarahan dari pihak mandor serta keinginan pekerja untuk bekerja juga menjadi penyebab kinerja pekerja menurun. Selain itu seringnya pergantian manajer kebun menyebabkan perencanaan produksi ikut
61
berubah, bahkan posisi manajer dan mandor sempat kosong sehingga membuat asisten kebun kewalahan untuk mengerjakan tugasnya karena harus membuat perencanaan serta mengontrol lapangan. 6.2
Analisis Risiko Analisis risiko merupakan sebuah tahapan komprehensif dalam proses
penilaian risiko. Kegiatan penilaian ini dimulai dengan perhitungan peluang, nilai expected return, hingga nilai besaran risiko. Nilai hasil perhitungan peluang dan rata-rata penerimaan yang dilakukan sebelumnya dijadikan sebagai bahan perhitungan lanjutan, yaitu untuk mengukur nilai expected return. Nilai expected return merupakan nilai harapan penerimaan pada pada komoditas sayuran organik yang diusahakan yaitu brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel. Nilai harapan ini sudah memperhitungkan risiko yang ada. Hasil perhitungan nilai expected return dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan expected return diperoleh dari adanya peluang kejadian, harga, dan produktivitas masing-masing komoditas. Tabel 10 memperlihatkan bahwa komoditas tomat memiliki nilai expected return tertinggi dibanding dengan komoditas yang lain. Hal ini disebabkan karena nilai produktivitasnya tinggi, walaupun diproduksi dengan luasan lahan yang lebih kecil dari yang lain. Harga yang ditawarkan ke konsumen sebesar Rp. 18,000.-/kg, lebih kecil dibandingkan dengan harga komoditas brokoli organik dan bayam hijau organik. Sedangkan pada usaha spesialisasinya, yang mana total luasan lahan hanya ditanami satu komoditas saja, brokoli memiliki nilai expected return yang lebih tinggi, diikuti oleh komoditas wortel, tomat, dan terendah bayam hijau. Tabel 10. Penilaian Expected Return Komoditas Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel pada The Pinewood Organic Farm Komoditas Brokoli Tomat Bayam hijau Wortel
Expected Return (Rp) 95,611.44 59,548.40 48,230.14 60,557.62
Penilaian expected return yang diperoleh selanjutnya akan digunakan sebagai bahan perhitungan selanjutnya. Proses tahapan selanjutnya adalah
62
mengukur nilai dan besaran simpangan atau gap antara expected return dengan realisasi penerimaan yang diperoleh perusahaan. Pengukuran akan dilakukan dengan dua cara yaitu: pengukuran risiko tunggal dan pengukuran risiko diversifikasi. Perhitungan ini ditujukan untuk membandingkan nilai risiko apabila hanya melakukan satu komoditas saja, atau dengan mengusahakan lebih dari satu komoditas. 6.2.1
Analisis Risiko Tunggal Analisis ini akan memperlihatkan nilai risiko masing-masing komoditas
sayuran organik brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel yaitu melalui perhitungan nilai variance, standard deviation dan coefficient variation. Setelah mengetahui besar dan nilai dari perhitungan ini maka dapat dilihat seberapa besar risiko yang dihadapi The Pinewood Organic Farm dalam mengusahakan keempat komoditas tersebut. Tabel 11 merupakan hasil perhitungan besaran risiko yang dihadapi perusahaan dalam usaha sayuran organik. Tabel 11. Penilaian risiko Produksi Spesialisasi berdasarkan Penerimaan pada Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di The Pinewood Organic Farm Komoditas
Expected Return
Variance
Standard Deviation
Coefficient Variation
Brokoli
95,611.44
335,357,728.96
18,312.78
0.19
Tomat
59,548.40
134,791,274.05
11,609.96
0.19
Bayam Hijau
48,230.14
136,264,151.04
11,673.22
0.24
Wortel
60,557.62
205,597,496.54
14,338.67
0.23
Berdasarkan Tabel 11 diperoleh bahwa brokoli mempunyai nilai variance yang paling tinggi dibandingkan dengan tomat, bayam hijau, dan wortel, diikuti dengan nilai standard deviation yang tertinggi. Koefisien variasi diukur dari rasio standard deviation dibagi dengan expected return. Nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa di antara keempat komoditas tersebut ternyata brokoli yang mempunyai tingkat risiko paling rendah, dengan nilai expected return yang tertinggi. Nilai coefficient variation tersebut menunjukkan bahwa untuk satu rupiah yang dihasilkan ternyata bayam hijau menghadapi risiko paling tinggi yaitu 0,24
63
rupiah, diikuti oleh wortel, sedangkan brokoli dan tomat menghadapi tingkat risiko yang rendah. Karena semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Bayam hijau memiliki tingkat risiko yang paling tinggi dibanding tiga komoditas lainnya. Komoditas ini diproduksi di lahan terbuka, sehingga rentan terhadap hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang bayam hijau adalah serangga ulat daun, kutu daun, dan tungau. Hama-hama ini menyebabkan kerusakan pada tekstur daun, seperti daun menjadi berlubang dan layu. Hama ini menyerang tanaman pada tahap produksi. Saat pembibitan, penyakit rebah kecambah juga sering dialami. Penyakit ini menyebabkan daun bibit menjadi bercak-bercak hitam. Produksi yang dilakukan secara organik menyebabkan tanaman lebih mudah terserang hama dan penyakit, karena membutuhkan perhatian ekstra dan penanganannya dilakukan secara manual. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2010), yang dalam penelitiannya juga menghitung tingkat risiko pada sayuran organik,menyatakan bahwa brokoli mempunyai nilai atau tingkat risiko yang paling tinggi diantara komoditas sayuran organik yang diteliti dengan nilai coefficient variation sebesar 0,54. Alasannya, sayuran brokoli organik sangat rentan terhadap perubahan cuaca dan hama penyakit. Sitorus (2011) menyatakan bahwa hasil perhitungan risiko produksi yang dihasilkan untuk sayuran bayam sebesar 0,0673. Berbeda dengan hasil perhitungan pada penelitian ini, tingkat risiko yang dihadapi untuk komoditas bayam hijau sebesar 0,24. Hal tersebut disebabkan karena cara produksi yang dilakukan berbeda. Penelitian Sitorus, metode produksi sayuran bayam yang digunakan adalah dengan cara hidroponik, berada dalam green house, dan hama penyakit yang menyerang sayuran bayam saat produksi juga dapat diatasi, sehingga tingkat risiko yang dihadapi rendah. 6.2.2
Analisis Risiko Diversifikasi Salah satu bentuk strategi penanganan risiko yang sering dilakukan
perusahaan adalah diversifikasi usaha. Pinewood Organic Farm dalam menjalankan usahanya juga turut menggunakan teknik strategi diversifikasi ini yaitu dengan mengusahakan berbagai jenis komoditas sayuran yang diusahakan 64
secara organik. Perhitungan risiko tunggal dari masing-masing komoditi yang dilakukan sebelumnya merupakan gambaran besaran risiko yang dihadapi oleh The Pinewood Organic Farm dari tiap-tiap komoditas. Gambaran itu merupakan nilai risiko yang dihadapi apabila perusahaan hanya mengusahakan satu komoditas saja. Faktanya The Pinewood Organic Farm mengusahakan empat komoditas sayuran organik secara bersamaan. Untuk menilai risiko keempat komoditas sayuran brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel, maka digunakan rumusan risiko diversifikasi yang menghitung nilai risiko sayuran organik secara bersamaan. Perhitungan risiko portofolio yang dilakukan mencakup gabungan dua komoditas, tiga komoditas dan empat komoditas. Risiko portofolio dari kombinasi dua aset yang dihitung adalah sebanyak enam portofolio antara lain gabungan brokoli dan tomat, brokoli dan bayam hijau, brokoli dan wortel, tomat dan bayam hijau, tomat dan wortel, bayam hijau dan wortel. Risiko portofolio dari kombinasi tiga komoditas yang dihitung adalah sebanyak empat portofolio yaitu gabungam brokoli, tomat, dan bayam hijau; brokoli, tomat, dan wortel; brokoli, bayam hijau, dan wortel; tomat, bayam hijau dan wortel. Tabel 12. Penilaian risiko Produksi Diversifikasi berdasarkan Penerimaan pada Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di The Pinewood Organic Farm Komoditas b+t b+bh b+w t+bh t+w bh+w b+t+bh b+t+w b+bh+w t+bh+w b+t+bh+w
Expected Return 88,038.20 77,606.55 88,250.13 51,625.62 60,063.10 51,928.39 74,926.79 83,171.03 75,068.07 54,121.39 72,986.30
Keterangan : b = Brokoli
Variance 285,785,374.55 249,316,116.64 305,488,066.00 135,821,356.59 169,041,657.17 509,239,971.95 230,533,522.04 270,864,473.69 243,020,643.70 143,131,595.77 226,994,447.32
Standard Coefficient Deviation Variation 16,905.19 0.19 15,789.75 0.20 17,478.22 0.20 11,654.24 0.23 13,001.60 0.22 22,566.35 0.43 15,183.33 0.20 16,457.96 0.20 15,589.12 0.21 11,963.76 0.22 15,066.33 0.21
bh = Bayam hijau t = Tomat
w = Wortel
Risiko portofolio dari kombinasi empat komoditas adalah gabungan brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel. Total perhitungan risiko portofolio yang
65
dianalisis adalah sebanyak 11 portofolio, yang perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 12. Hasil perhitungan risiko diversifikasi yang ditampilkan pada Tabel 12 merupakan gambaran risiko yang dihadapi Pinewood Organic Farm dengan melakukan dua, tiga dan empat kombinasi usaha yang dihitung berdasarkan produktivitas
dengan
besarnya
penerimaan.
Penjelasan
mengenai
hasil
perhitungan risiko diversifikasi komoditas sayuran organik pada Tabel 12 tersebut dijelaskan sebagai berikut. A.
Analisis Risiko Diversifikasi Dua Komoditas Berdasarkan koefisien variasi pada diversifikasi dua komoditas, bayam hijau
dan wortel memiliki risiko yang paling tinggi 0,43 dengan expected return yang lebih rendah dibandingkan dengan dua kombinasi lainnya. Risiko yang paling rendah adalah gabungan brokoli dan tomat 0,19 dengan nilai expected return yang tinggi. 1.
Brokoli dan Tomat Kombinasi brokoli dan tomat adalah gabungan dari komoditas yang
memiliki nilai expected return paling tinggi diantara diversifikasi dua kombinasi lainnya. Spesialisasi tomat memiliki nilai expected return tinggi sedangkan komoditas tomat memiliki nilai expected return paling rendah. Dilihat dari nilai koefisien variasi, gabungan kedua komoditas ini memiliki risiko yang paling rendah 0,19 yang artinya setiap satu rupiah penerimaan yang diterima akan menghasilkan risiko sebesar 0,19. Brokoli sebagai komoditas yang mempunyai risiko yang rendah dalam budidayanya, walaupun komoditas ini sangat rentan terhadap perubahan cuaca dan hama penyakit. Selain itu brokoli memiliki harga yang paling tinggi diantara keempat komoditas merupakan faktor yang sedikit mempengaruh besarnya penerimaan yang didapat. Diversifikasi brokoli dengan tomat merupakan kombinasi komoditas yang sangat baik, karena pada usaha spesialisasinya memiliki tingkat risiko yang rendah, sehingga jika dilakukan kombinasi dua komditas ini maka risiko yang dihadapi hampir sama dengan usaha spesialisasinya. Tujuan penggunaan strategi diversifikasi pada kondisi yang berisiko adalah untuk meminimalisasi besarnya risiko pada satu komoditi atau usaha. Hal ini akan 66
efektif apabila hasil penilaian risiko menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai risiko pada saat mengusahakan satu komoditi. Pada Pinewood Organic Farm nilai risiko kombinasi antara brokoli dan tomat menunjukkan hasil yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan hanya mengusahakan satu komoditas. Nilai coefficient variation kombinasi antara brokoli dan tomat memiliki nilai risiko lebih rendah dengan nilai coefficient variation brokoli dan tomat dengan penghitungan nilai risiko tunggal yaitu masing-masing bernilai 0,19. Melalui usaha diversifikasi dua komoditas brokoli dengan tomat menghasilkan nilai risiko yang sama dengan nilai risiko tunggal. Sehingga kombinasi dua komoditas brokoli dan tomat sangat dianjurkan untuk diterapkan, dilihat dari nilai expected return yang dihasilkan. 2.
Brokoli dan Bayam hijau Strategi diversifikasi yang kedua adalah kombinasi komoditas brokoli dan
bayam hijau. Kombinasi dua komoditas ini merupakan gabungan dari brokoli yang mempunyai nilai expected return paling tinggi dalam usaha spesialisasinya dengan bayam hijau memiliki nilai expected return paling rendah dengan tingkat risiko tertinggi dalam usaha spesialisasinya. Diversifikasi kedua komoditas brokoli dan bayam hijau menghasilkan risiko 0,20, perbedaannya tidak terlalu signifikan dengan nilai risiko diversifikasi dua kombinasi lainnya. Brokoli dapat menutupi tingkat risiko bayam hijau jika diproduksi secara tunggal. Diversifikasi dua kombinasi brokoli dan bayam hijau mampu untuk mengurangi risiko dibanding dengan usaha spesialisasinya, begitu pun dengan nilai expected return yang dihasilkan meningkat. Kombinasi diversifikasi brokoli dan bayam hijau ini menghasilkan nilai risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan usaha spesialisasi bayam hijau yang memiliki risiko yang paling tinggi diantara tiga komoditas lainnya. Maka diversifikasi dua komoditas ini bisa diaplikasikan dengan melihat nilai expected return yang dihasilkan. 3.
Brokoli dan Wortel Diversifikasi brokoli dan wortel merupakan gabungan dua komoditas dengan
nilai expected return yang tidak berbeda signifikan dengan kombinasi brokoli dan bayam hijau. Dari hasil hitungan diversifikasi pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa,
67
diversifikasi antara brokoli dan wortel nilai expected return yang dihasilkan paling tinggi dari pada kombinasi dua komoditas lainnya. Dilihat dari nilai coefficient variation diversifikasi brokoli dan wortel, risiko yang dihadapi setelah adanya diversifikasi dengan nilai pada spesialisasi menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Akan tetapi, nilai risiko dan ekspektasi penerimaan yang dihasilkan dari diversifikasi dua kombinasi lebih rendah dibandingkan dengan usaha spesialisasi untuk komoditas wortel. Untuk perusahaan usaha diversifikasi kombinasi dua komoditas brokoli dan wortel baik untuk dipilih. 4.
Tomat dan Bayam hijau Strategi penggabungan dua komoditas lainnya adalah komoditas tomat dan
bayam hijau. Pada usaha spesialisasinya bayam hijau mempunyai nilai risiko yang sangat tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya, dengan nilai expected return yang paling rendah. Diversifikasi tomat yang pada usaha spesialisasinya memiliki risiko yang paling rendah, dengan bayam hijau yang memiliki risiko yang sangat tinggi. Hasil perhitungannya dapat dilihat bahwa diversifikasi tomat dan bayam hijau menghasilkan risiko tinggi. Nilai expected return yang dihasilkan paling rendah diantara kombinasi dua komoditas lainnya. Selain tingkat risiko yang tinggi, kombinasi ini tidak dapat meningkatkan nilai penerimaan yang diterima oleh perusahaan. 5.
Tomat dan Wortel Diversifikasi dua komoditas tomat dan wortel merupakan gabungan dari dua
komoditas yang mempunyai luasan lahan yang sedikit dibandingkan dengan komoditas lainnya. Hasil perhitungan diversifikasi pada Tabel 12, gabungan dua komoditas tomat dan wortel menghasilkan risiko tinggi atau diversifikasi yang dihitung yaitu sebesar 0.22. Artinya, setiap penerimaan satu rupiah, risiko yang dihadapi sebesar 0,22 rupiah. Pengusahaan kedua komoditas ini dengan cara diversifikasi belum mampu menekan risiko, yang mana tingkat risiko yang dihasilkan sama dengan tingkat risiko pada usaha tunggalnya. Nilai expected return yang dihasilkan dari kombinasi ini rendah.
68
6.
Bayam hijau dan Wortel Dalam usaha spesialisasinya, bayam hijau dan wortel memiliki tingkat risiko
yang paling tinggi dengan nilai expected return rendah, dari semua kombinasi dua komoditas lainnya. Hasil perhitungan yang didapat dari penggabungan keduanya memiliki tingkat risiko yang paling tinggi yaitu 0,43, dengan nilai expected return paling rendah diantara bentuk diversifikasi dua kombinasi lainnya. Strategi pengusahaan diversifikasi untuk gabungan dua komoditas bayam hijau dan wortel memiliki nilai risiko yang hampir sama dengan nilai risiko pada usaha spesialisasi masing-masing komoditas. Perusahaan tidak dianjurkan untuk mengkombinasikan komoditas bayam hijau dan wortel, karena risiko yang dihasilkan tinggi dengan nilai penerimaan yang rendah. B. Analisis Risiko Diversifikasi Tiga Komoditas Risiko diversifikasi dengan tiga komoditas menghasilkan empat kombinasi atau gabungan. Keempat variasi yang ada pada Tabel 12, rata-rata memiliki nilai risiko yang sama, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perbedaan dapat dilihat pada nilai expected return masing-masing tiga kombinasi tersebut. 1.
Brokoli, Tomat, dan Bayam hijau Strategi tiga aset atau komoditi yang diusahakan brokoli, tomat dan bayam
hijau memiliki risiko yang hampir sama dengan kombinasi tiga aset lainnya. expected return yang dihasilkan juga tidak terlalu berbeda secara signifikan untuk komoditas brokoli tetapi meningkat untuk komoditas tomat dan bayam hijau dibandingkan dengan mengusahakannya secara tunggal. Kombinasi ini sebaiknya dapat dipilih atau tidak oleh perusahaan dalam usaha diversifikasi dengan tiga komoditas. Dilihat dari risiko yang dihadapi hampir sama dengan pengusahaan diversifikasi dua aset yaitu gabungan brokoli dan wortel, brokoli dan bayam hijau. Dilihat dari nilai expected return yang dihasilkan oleh gabungan brokoli dan wortel lebih tinggi dibanding dengan menggabungkan tiga komoditas yang menghasilkan return yang rendah. 2.
Brokoli, Tomat, dan Wortel Diversifikasi tiga komoditas brokoli, tomat dan wortel merupakan gabungan
yang menghasilkan return yang paling tinggi jika diusahakan dengan tingkat risiko yang tidak terlalu tinggi. Pengusahaan tiga komoditas ini secara
69
diversifikasi sangat bagus dilakukan oleh perusahaan karena akan meningkatkan penerimaan. Usaha untuk mengurangi risiko dapat dilakukan dengan penanganan risiko yang sudah dijalankan. Jika risiko dapat diminimalisir, maka penerimaan yang didapat dari penggabungan tiga komoditas ini akan meningkat. 3.
Brokoli, Bayam hijau, dan Wortel Kombinasi tiga komoditas ini, dilihat dari hasil perhitungan pada Tabel 12,
menghasilkan risiko yang sangat tinggi, walaupun return yang dihasilkan cukup tinggi dibandingkan dengan dua kombinasi lainnya. Hasil perhitungan coefficient variation dari diversifikasi tiga aset pada komoditas brokoli, bayam hijau, dan wortel, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan coefficient variation yang dihasilkan jika memproduksi masing-masing komoditas secara tunggal. Perusahaan sebaiknya tidak memilih kombinasi ini untuk diterapkan dalam usaha diversifikasi untuk pengurangan risiko. Karena akan lebih banyak biaya yang dikeluarkan untuk ketiga komoditas, dibandingkan dengan hanya memproduksi satu komoditas saja. 4.
Tomat, Bayam hijau, dan Wortel Diversifikasi tiga aset dengan komoditas tomat, bayam hijau, dan wortel
memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi tiga aset lainnya. Dilihat dari nilai expected return yang dihasilkan, gabungan dari ketiga komoditas ini sangat rendah. Karena secara spesialisasi ketiga komoditas ini memiliki tingkat risiko yang tinggi. C. Analisis Risiko Diversifikasi Empat Komoditas Kombinasi antara empat komoditas brokoli, bayam hijau, tomat, dan wortel merupakan kombinasi portofolio. Kombinasi keempat komoditas ini merupakan kombinasi yang menunjukkan nilai risiko secara keseluruhan. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 12, nilai koefisien variasi pada diversifikasi empat komoditas brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel diperoleh bahwa nila expected return yang dihasilkan berada diantara nilai expected return brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel secara tunggal. Nilai koefisien variasi ini juga berada diantara risiko diversifikasi dua komoditas dan tiga komoditas. Artinya kombinasi keempat komoditas sayuran organik ini mampu meningkatkan penerimaan untuk komoditas tomat, bayam hijau, dan wortel dalam usaha secara tunggal.
70
Berdasarkan nilai koefisien variasi pada divesifikasi pada empat komoditas dapat dilihat bahwa dengan diversifikasi empat komoditas yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm menghadapi risiko 0.21. Nilai ini lebih berada diantara atau rata-rata risiko yang dihasilkan pada kombinasi lainnya. Tabel 13. Penilaian risiko Produksi Spesialisasi dan Diversifikasi berdasarkan Penerimaan pada Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di The Pinewood Organic Farm Komoditas
Expected Return
b t bh w
95,611.44 59,548.40 48,230.14 60,557.62
b+t b+bh b+w t+bh t+w bh+w b+T+bh b+T+w b+bh+w t+bh+w b+t+bh+w
88,038.20 77,606.55 88,250.13 51,625.62 60,063.10 51,928.39 74,926.79 83,171.03 75,068.07 54,121.39 72,986.30
Keterangan : b = Brokoli
Standard Deviation
Variance Risiko Tunggal 335,357,728.96 134,791,274.05 136,264,151.04 205,597,496.54 Risiko Portofolio 285,785,374.55 249,316,116.64 305,488,066.00 135,821,356.59 169,041,657.17 509,239,971.95 230,533,522.04 270,864,473.69 243,020,643.70 143,131,595.77 226,994,447.32 bh = Bayam hijau
Coefficient Variation
18,312.78 11,609.96 11,673.22 14,338.67
0.19 0.19 0.24 0.23
16,905.19 15,789.75 17,478.22 11,654.24 13,001.60 22,566.35 15,183.33 16,457.96 15,589.12 11,963.76 15,066.33
0.19 0.20 0.20 0.23 0.22 0.43 0.20 0.20 0.21 0.22 0.21
t = Tomat
w = Wortel
Nilai risiko yang cenderung lebih tinggi pada usaha diversifikasi yang mengandung komoditas bayam hijau dan wortel. Hal itu disebabkan oleh luasan lahan yang digunakan untuk kedua komoditas tersebut lebih besar dibandingkan dengan komoditas sayuran tomat dan wortel. Selain itu, budidaya bayam hijau yang sangat rentan terhadap kondisi alam juga mempengaruhi tingkat risiko yang dihadapi, apalagi dibudidayakan secara organik. Harga brokoli yang lebih tinggi dari komoditas yang lainnya juga berpengaruh terhadap penerimaan yang dihasilkan. Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada keempat komoditas sayuran organik brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel yang dilakukan Pinewood Organic Farm disimpulkan bahwa diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada.
71
Pada diversifikasi tiga komoditas brokoli, tomat dan wortel memiliki risiko paling rendah dengan nilai expected return-nya yang tinggi. Akan tetapi, dengan melakukan diversifikasi tidak serta-merta berarti menghilangkan risiko atau membuat risiko menjadi nol. Artinya meskipun perusahaan telah melakukan diversifikasi, perusahaan tetap menghadapi risiko. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksi yang diperoleh yakni nilai variance, standard deviation, coefficient variation tidak sama dengan nol. Adanya diversifikasi maka kegagalan pada salah satu usaha diharapkan bisa dikompensasi dari usaha yang lainnya. Oleh karena itu diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko. 6.3
Strategi Penanganan Risiko Analisis risiko diversifikasi yang merupakan rangkaian usaha penanganan
dan pengendalian tingginya nilai risiko yang dihadapi sebuah perusahaan menempatkan kegiatan penyusunan strategi penanganan risiko ini sebagai langkah final atau tahapan terakhir. Artinya tahapan strategi penanganan risiko ini merupakan kajian aplikatif yang harus diterapkan apabila perusahaan hendak mengurangi dan mengendalikan risiko yang sedang dihadapi. Strategi penanganan risiko yang disusun merupakan bentuk kajian yang diambil berdasarkan kondisi sebenarnya yang terjadi pada perusahaan. Usaha produksi sayuran organik brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel mempunyai risiko yang cukup tinggi dan membutuhkan strategi penanganan risiko yang tepat. The Pinewood Organic Farm dalam melakukan kegiatan usahanya, telah melakukan beberapa tindakan untuk menghadapi adanya risiko produksi. Risiko produksi yang dihadapi perusahaan masih dipengaruhi oleh faktor cuaca, hama dan penyakit, dan sumber daya manusia serta manajemen. Untuk itu perlu dilakukan manajemen risiko produksi yang baik agar risiko yang ada dapat diminimalkan. Adapun strategi yang sudah dijalankan dan alternatif strategi yag dapat dilakukam oleh perusahaan untuk meminimalisir risiko produksi sayuran organik diantaranya : 1.
Diversifikasi Usaha Diversifikasi usaha merupakan salah satu strategi dalam penanganan risiko, yang mana diharapkan dengan adanya diversifikasi akan dapat 72
meminimalkan risiko yang dihadapi. Diversifikasi usaha merupakan bentuk strategi penanganan risiko yang didasarkan pada ide bahwa hasil dari bermacam-macam usaha tidak meningkat atau turun pada suatu saat bersamaan. The Pinewood Organic Farm telah mengusahakan beragam jenis sayuran organik, dengan harapan jika terjadi kegagalan di usaha satu atau memiliki hasil yang rendah maka usaha-usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat terus dijalankan, dengan memproduksi jenis komoditas yang memiliki permintaan yang lebih banyak, atau dengan memperluas luasan lahan produksi sayuran organik. Hasil dari usaha diversifikasi yang dilakukan oleh perusahaan telah mampu untuk mengurangi risiko, dibanding hanya memproduksi satu komoditas saja. Beragamnya jenis sayuran yang diproduksi akan dapat menekan risiko dan penerimaan yang di terima oleh perusahaan juga ikut meningkat. 2.
Pengendalian Hama dan Penyakit Sayuran organik merupakan tanaman yang sangat rentan terhadapa hama dan penyakit, yang merupakan sumber risiko dalam kegiatan produksinya. Perusahaan dalam penanganan hama dan penyakit ini dapat melakukan sanitasi lingkungan atau areal pertanaman yang harus dilakukan secara rutin. Rotasi tanaman dengan yang berbeda family pada lahan yang sama serta pemberaan lahan yang optimal harus lebih efektif lagi dilakukan.
3. Memperbaiki dan Merawat Fasilitas Fisik Fasilitas fisik yang dimiliki oleh perusahaan harus mendapatkan perawatan yang baik, seperti green house yang sudah rusak atau berlubang, dapat segera diperbaiki agar hama dari luar tidak dapat masuk ke dalam. Perawatan yang intensif di lapang terhadap tanaman sayuran organik juga harus ditingkatkan. 4.
Kontrak Produksi Selama ini The Pinewood Organic Farm sering tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen dari hasil produksi sendiri, maka dari itu perusahaan selalu mencari supplai dari pemasok lain terutama untuk komoditas brokoli.
73
Perusahaan tidak melakukan mitra dengan para penyuplai lain. Sistem yang diterapkan adalah sistem beli putus, dengan harga yang telah disepakati, sehingga tidak ada keterkaitan anatara perusahaan dengan pihak penyuplai atau petani lainnya. Hal yang sebaiknya pihak The Pinewood Organic Farm melakukan kegiatan mitra dengan petani-petani yang memproduksi sayuran organik untuk komoditas-komoditas tertentu dengan harga jual yang disepakati oleh kedua belah pihak, sehingga nantinya perusahaan dapat memenuhi kebutuhan konsumen setiap minggunya. Kemitraan juga dapat dilakukan dengan pihak penyuplai input produksi seperti benih dan pupuk organik. Pola kemitraan yang dapat diterapkan adalah kemitraan inti plasma, dimana perusahaan bertindak sebagai inti dengan petani-petani yang bermitra dengan perusahaan sebagai plasma. Adanya kegiatan kemitraan ini dapat meningkatkan hasil produksi sayuran organik, dimana area produksi lebih luas, dan petani lebih optimal dalam kegiatan produksinya. Sehingga risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan dapat dikurangi. The Pinewood Organic Farm juga harus melakukan pengontrolan terhadap petani mitra, agar sayuran organik yang dihasilkan petani mitra sesuai dengan standar prosedur yang mengacu pada sertifikasi organik yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Perusahaan dapat memperluas areal pemasaran yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan. 5.
Pengolahan hasil produksi Hasil produksi mempengaruhi pendapatan yang akan diterima oleh perusahaan. Jadi apabila hasil produksi melebihi dari permintaan yang ada, dan tidak dapat dipasarkan, maka akan terjadi penumpukan hasil panen, dan bila tidak segera didistribusikan atau dipasarkan, maka hasil panen tersebut akan membusuk. Hal itu dapat menyebabkan kerugian. Risiko-risiko tersebut dapat diatasi dengan melakukan perlakuan lebih lanjut dengan cara pengolahan hasil panen. Perusahaan
memanfaatkan
hasil-hasil
produksi
terutama
untuk
komoditas hasil produksi sisa, untuk diolah dalam bentuk lain. Seperti tomat yang sering mengalami kelebihan panen sehingga sering menumpuk di
74
gudang sampai membusuk dan dibuang, atau buah tomat yang masih bisa dikonsumsi dapat dibawa pulang oleh pekerja. Padahal tomat tersebut dapat diolah sebagai pupuk, atau bisa di produksi menjadi saus.
75
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan Diversifikasi yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm dapat
menekan risiko usaha produksi sayuran organik yang diusahakan. Usaha diversifikasi kombinasi empat komoditas brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel menghasilkan tingkat risiko yang tidak terlalu berbeda secara signifikan dengan usaha spesialisasi untuk masing-masing komoditas. Tetapi dilihat dari nilai expected return yang dihasilkan, diversifikasi dapat meningkatkan nilai penerimaan yang diterima oleh perusahaan. Hasil perhitungan diversifikasi risiko yang diperoleh dapat dilihat bahwa bayam hijau dan wortel memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan brokoli dan tomat. Sehingga kombinasi yang digabungkan dengan komoditas terutama bayam hijau, akan meningkatkan risiko pada kombinasi deversifikasi tersebut.Diversifikasi untuk empat komoditas dilakukan perusahaan untuk dapat mengurangi risiko pada usaha spesialisasinya. Karena jika salah satu komoditas mengalami risiko, maka komoditas yang lain diharapkan memiliki hasil yang tinggi. Kombinasi ini menghasilkan tingkat risiko yang tidak terlalu tinggi diantara yang lainnya, dengan nilai expected return yang tinggi. The Pinewood Organic Farm telah melakukan strategi pengurangan risiko dengan cara diversifikasi yaitu mengusahakan banyak jenis komoditas. Untuk mengatasi kekurangan dalam memenuhi permintaan konsumen, perusahaan menyuplai dari petani lain dengan sistem beli putus tanpa adanya ikatan kerjasama.
7.2 Saran Usaha diversifikasi yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm untuk keempat komoditas yang diteliti dapat mengurangi risiko. Dengan memproduksi banyak jenis komoditas sayuran organik lainnya dapat lebih meningkatkan penerimaan yang didapat oleh perusahaan disamping risiko yang dihadapi. Perbaikan manajemen internal perusahaan yang baik, dengan pembagian
76
tugas yang jelas perlu dilakukan agar kegiatan produksi di lapang dapat berjalan dengan baik. Adanya perbaikan teknologi yang dilakukan oleh perusahaan khususnya untuk produksi komoditas bayam organik di lahan terbuka, perbaikan green house yang sudah rusak, pengairan yang sudah otomatis untuk keseluruhan areal produksi. Hal yang paling penting dilakukan oleh perusahaan adalah membina hubungan mitra dengan petani yang dapat menyuplai sayuran organik, guna mencukupi permintaan konsumen untuk komoditas tertentu yang belum dapat dipenuhi oleh konsumen. Sehingga dapat lebih meningkatkan penerimaan perusahaan.
77
DAFTAR PUSTAKA Amri M. K. 2011. Risiko Harga Sayuran di Indonesia. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Darmawi H. 2010. Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara. Debertin D.L. 1986. Agricultural Production Economics. New York: Macmillan. Publishing Company. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Statistik PDB Hortikultura Tahun 20082009. Dirjen Hortikultura Pasar Minggu. Jakarta. Ekasari D. 2008. Analisis Risiko Usaha Perikanan Tangkap Kecil di Palabuhanratu. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Elton E. J., Gruber M. J. 1995. Modern Portfolio Theory And Investment Analysis. Fifth Edition. New York: John Wiley and Sons Inc. Fariyanti A. 2008. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran Dalam Menghadapi Risiko produksi dan Harga produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Firmansyah R. R. 2009. Risiko Portofolio Pemasaran Sayuran Organik pada Perusahaan Permata Hati Organic Farm Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Harwood et al. 1999. Managing Risk in Farming : Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No.774. Market and Trade Economic Division and Resource Economics Division, Economic Research Service U.S.Department of Agriculture. Kountur R. 2004. Manajemen Risiko Operasional. Jakarta: PPM. Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM. Panggabean W. C. 2011. Analisis Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Purwanti Y. F. 2011. Analisis Risiko Produksi Sayuran Hidroponik pada PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) Lembang, Kabupaten Bandung. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
78
Rendy R. 2009. Penerapan Strategi Pemasaran Sayuran Organik PT. Permata Hati Organic Farm Cisarua. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta: Kanisius. Robison L.J., Barry P.J. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk. Macmillan Publisher. London. Saragih B. 1998. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor: Yayasan Mulia Persada Indonesia. Sembiring L. 2010. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sianturi N. 2011. Analisis Risiko Pengusahaan Bunga pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sitorus N. 2011. Analisis Risiko Produksi Bayam dan Kangkung Hidroponik pada Parung Farm Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sutanto R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta: Kanisius.
79
LAMPIRAN
80
Lampiran 1. Fluktuasi Produksi mempengaruhi Penerimaan The Pinewood Organic Farm Tahun 2011 Komoditas Periode Peluang Produksi (kg) Penerimaan (Rp)* Penerimaan (Rp)** Brokoli I 0.1 76.90 166,982.86 77,718 II 0.1 63.55 137,994.29 64,226 III 0.1 88.85 192,931.43 89,795 IV 0.1 94.75 205,742.86 95,758 V 0.1 96.25 209,000.00 97,274 VI 0.1 105.75 229,628.57 106,875 VII 0.1 134.65 292,382.86 136,082 VIII 0.1 87.50 190,000.00 88,431 IX 0.1 107.70 233,862.86 108,846 X 0.1 90.15 195,754.29 91,109 Total 2,054,280.00 956,114.36
Komoditas Periode Peluang Produksi (kg) Penerimaan (Rp)* Tomat I 0.1 116.05 459,098.90 II 0.1 88.15 348,725.27 III 0.1 127.05 502,615.38 IV 0.1 122.30 483,824.18 V 0.1 117.10 463,252.75 VI 0.1 125.05 494,703.30 VII 0.1 182.75 722,967.03 VIII 0.1 106.25 420,329.67 IX 0.1 147.55 583,714.29 X 0.1 111.65 441,692.31 Total 4,920,923.08
Penerimaan (Rp)** 55,556 42,199 60,822 58,548 56,059 59,864 87,487 50,864 70,636 53,449 595,484.04
Keterangan: (*) = luas lahan yang digunakan per komoditas (**) = luas lahan total (3760 m2)
81
Sambungan Lampiran 1 Komoditas Periode Peluang Produksi (kg) Penerimaan (Rp)* Bayam Hijau I 0.1 59.65 126,447.00 II 0.1 53.35 113,092.17 III 0.1 84.00 178,064.52 IV 0.1 73.70 156,230.41 V 0.1 75.15 159,304.15 VI 0.1 80.45 170,547.65 VII 0.1 121.80 258,202.03 VIII 0.1 72.95 154,640.55 IX 0.1 101.40 214,949.31 X 0.1 66.00 139,907.83 1,671,385.62
Penerimaan (Rp)** 36,488 32,634 51,383 45,082 45,969 49,214 74,508 44,624 62,027 40,372 482,301.44
Komoditas Periode Peluang Produksi (kg) Penerimaan (Rp)* Wortel I 0.1 125.45 427,063.83 II 0.1 88.95 302,808.51 III 0.1 114.85 390,978.72 IV 0.1 130.70 444,936.17 V 0.1 128.75 438,297.87 VI 0.1 136.20 463,659.57 VII 0.1 205.00 697,885.96 VIII 0.1 145.10 493,957.45 IX 0.1 198.65 676,255.32 X 0.1 149.45 508,765.96 4,844,609.36
Penerimaan (Rp)** 53,383 37,851 48,872 55,617 54,787 57,957 87,236 61,745 84,532 63,596 605,576.17
Keterangan: (*) = luas lahan yang digunakan per komoditas (**) = luas lahan total (3760 m2)
82
Lampiran 2. Hasil Produksi Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di Pinewood Organic Farm Tahun 2011
Kg/Periode
Komoditas Brokoli
I 76.90
II 63.55
III 88.85
IV 94.75
V 96.25
VI 105.75
VII 134.65
Tomat
116.05
88.15
127.05
122.30
117.10
125.05
182.75 106.25
147.55 111.65
59.65
53.35
84.00
73.70
75.15
80.45
121.80
101.40
125.45
88.95
114.85
130.70
128.75
136.20
Bayam hijau Wortel
VIII 87.50 72.95
205.00 145.10
IX 107.70
X 90.15 66.00
198.65 149.45
Lampiran 3. Hasil Produktivitas Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di Pinewood Organic Farm Tahun 2011
Periode (Kg/100 m2)
Komoditas I Brokoli
4.39
3.63
III 5.08
Tomat
25.51
19.37
27.92
26.88
25.74
27.48
40.16
23.35
32.43
24.54
5.50
4.92
7.74
6.79
6.93
7.42
11.23
6.72
9.35
6.08
26.69
18.93
24.44
27.81
27.39
28.98
43.62
30.87
42.27
31.80
Bayam hijau Wortel
II
IV 5.41
V 5.50
VI 6.04
VII 7.69
VIII 5.00
IX 6.15
X 5.15
83