1
RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR
BRAIN ROBSON ULUAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Risiko Usaha Diversifikasi Melon Hidroponik Pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013 Brain Robson Uluan H34114023
i
ABSTRAK BRAIN ROBSON ULUAN. Risiko Usaha Diversifikasi Melon Hidroponik Pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI. Melon merupakan bagian dari sektor hortikultura merupakan salah satu sektor yang mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional karena memiliki kontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan subsektor yang cukup prospektif untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini antara lain mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam mengusahakan berbagai jenis melon, menganalisis hubungan antara diversifikasi usaha melon dengan upaya menekan risiko produksi dan memberikan strategi yang terbaik untuk perusahaan agar dapat mengurangi risiko produksi yang terjadi. Penelitian ini menggunakan metode alat analisis varian, standar deviasi dan koefisien variasi serta expected return. Sumber-sumber risiko produksi pada perusahaan ini antara lain perubahan kondisi cuaca atau iklim, serangan hama dan penyakit, kesalahan tenaga kerja. Berdasarkan analisis risiko pada komoditas tunggal yang diusahakan perusahaan ini diperoleh risiko yang paling tinggi terdapat pada musk melon sedangkan yang paling rendah terdapat pada sunny sweet melon. Hasil analisis risiko diversifikasi menghasilkan kombinasi golden, musk, dan sunny sweet melon merupakan diversifikasi yang paling rendah risikonya. Kata kunci: melon, risiko produksi, risiko diversifikasi
ABSTRACT BRAIN ROBSON ULUAN. Business Risk Diversification of Melon Hydroponic at PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos at Bogor District. Supervised by ANNA FARIYANTI. Melons are part of the horticultural sector is one of the sectors that have an important role in the national economy because it has a great contribution in the formation of the gross domestic product (GDP) and national enough prospective subsector to be developed because it has a fairly high economic value. Research objectives include identifying sources of risk facing production PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos in pursuit of a wide variety of melon, analyzing the relationship between diversification efforts of melon with effort the production risk and provide press strategy is best for the company in order to reduce the risk of production going on. This research using the method of variant analysis tools, standard deviation and coefficient of variation, as well as the expected return. Risk of production sources on this company, among others, changes in the climate or weather conditions, pests and diseases, Labor's fault. Based on risk analysis on a single commodity which organised the company obtained the highest risk found in musk melon while the lowest is at sunny sweet melon. Risk diversification analysis results produce a combination of golden, sunny and sweet musk melon is the most low-risk diversification. Keywords: melon, production of risk, diversification risk
ii
RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR
BRAIN ROBSON ULUAN
Skripsi sebagai salah satu untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
iii
Judul Skripsi Nama NIM
: Risiko Usaha Diversifikasi Melon Hidroponik pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos di Kabupaten Bogor : Brain Robson Uluan : H34114023
Disetujui oleh
Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Risiko Usaha Diversifikasi Melon Hidroponik Pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos di Kabupaten Bogor” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Terwujudnya karya ini tidak terlepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Penulis menghaturkan terima kasih kepada berbagai pihak dan semoga Allah SWT memberikan rahmat dan keberkahan yang melimpah. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lainnya.
Bogor, September 2013
Brain Robson Uluan
v
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
vii viii viii 1 1 5 7 8 8
TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber Risiko Produksi Hortikultura Metode Analisis Risiko Produksi Strategi Pengelolaan Risiko
8 8 9 10
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko dan Ketidakpastian Sumber – Sumber Risiko Risiko Portofolio (Diversifikasi) Kerangka Pemikiran Operasional
11 12 12 14 15 19
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Deskriptif Analisis Risiko Analisis Manajemen Risiko
21 21 21 22 22 23 23 26
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Sejarah dan Perkembangan PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos Aspek Organisasi dan Manajemen Aspek Sumberdaya Perusahaan Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Analisis Risiko Analisis Risiko Komoditi Tunggal Analisis Risiko Diversifikasi Strategi Penanganan Risiko
27 27 27 28 28 37 41 41 43 48
vi
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
50 50 51
DAFTAR PUSTAKA
51
vii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nilai PDB Hortikultura di Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun 2007-2010 Perkembangan Volume Ekspor Buah di Indonesia pada Tahun 2007 – 2011 Konsumsi Hortikultura di Indonesia pada Tahun 2006 – 2009 Persentasi Peningkatan Produksi dan Peningkatan Luas Panen Buahbuahan Tahun 2009 terhadap Tahun 2008 Pertumbuhan Produktivitas Buah Melon di Indonesia Periode 20072011 Jenis, Sumber Data dan Metode Analisis yang Digunakan Dalam Penelitian Daftar Peralatan Hidroponik Melon PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos Daftar Obat Tanaman Melon PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos Daftar Nutrisi di Bagian Hidroponik Melon PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2013 Volume Nutrisi Berdasarkan Umur Tanaman Melon PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2013 Volume Nutrisi Berdasarkan Cuaca pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Perbedaan Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon Produktivitas Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon Tiap Periode Penanaman Rata-rata produktivitas, dan penerimaan pada komoditas Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon Penilaian expected return pada komoditas Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon Penilaian risiko pada Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon Fraction / bobot portofolio untuk perhitungan risiko portofolio melon hidroponik Penilaian risiko portofolio pada kelompok Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon
1 2 3 3 4 22 30 31 33 33 34 36 38 38 41 42 43 44
viii
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Produktivitas Buah Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2012 Penjualan Buah Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2012 Rangkaian Kejadian Berisiko dengan Kejadian Tidak Pasti Hubungan antara Return (Pendapatan) dengan Risiko Struktur Organisasi PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos Pola Tanam Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon Pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Pada Tahun 2012
6 6 13 13 28 35
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5
Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Proses Produksi Melon Hidroponik Covariance Untuk Gabungan Komoditas Golden dan Musk Melon Covariance Untuk Gabungan Komoditas Golden dan Sunny sweet Melon Covariance Untuk Gabungan Komoditas Musk dan Sunny sweet Melon
54 56 57 58 59
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan alam dan kekayaan hayati yang sangat melimpah dan beragam. Keanekaragaman hayati yang berupa buah, sayuran, bahan obat nabati, florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air, yang mempunyai fungsi sayuran, bahan obat nabati, dan estetika dikenal sebagai tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura merupakan salah satu kekayaan hayati yang sangat penting, merupakan sumber pangan bergizi, estetika dan obat-obatan yang sangat diperlukan untuk membangun manusia yang sehat jasmani dan rohani. Selain itu, potensi dan prospek hortikultura yang besar tersebut harus dapat dimanfaatkan untuk memacu kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat melalui industrialisasi dan penyediaan lapangan pekerjaan serta memperoleh pendapatan yang tinggi guna meningkatkan penghidupan yang layak bagi pelaku usaha ataupun pendapatan negara. Hortikultura merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranpenting dalam perekonomian nasional karena memiliki kontribusi besar dalampembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penyerapan tenagakerja. Hortikultura merupakan salah satu subsektor yang cukup prospektif untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Besarnya kontribusi hortikultura terhadap PDB nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB nasional terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang prospektif dan berperan penting di masa yang akan datang.
Tabel 1 Nilai PDB Hortikultura di Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun 2007-2010 Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Komoditas 2007 2008 2009 2010 Buah-buahan 42.362 47.600 48.437 45.482 Sayuran 25.587 28.205 30.506 31.244 Tanaman Hias 4.741 5.085 5.494 3.665 Biofarmaka 4.105 3.853 3.897 6.174 Total 76.795 84.203 88.334 86.565 Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)1
PDB merupakan salah satu indikator untuk menentukan kontribusi hortikultura terhadap pendapatan negara. Berdasarkan informasi pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa kontribusi komoditas hortikultura cenderung mengalami 1
http://www.hortikultura.deptan.go.id [25 Februari 2013]
2
peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2010 dengan persentase pertumbuhan yang berbeda-beda. Pada tahun 2007, secara keseluruhan komoditas hortikultura memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara sebesar Rp 76.795 milyar, tahun 2008 sebesar Rp 84.203 milyar, tahun 2009 sebesar Rp 88.334 milyar, dan tahun 2010 sebesar Rp 86.565 milyar. Penurunan PDB hortikultura pada tahun 2010 disebabkan oleh penurunan kontribusi buahbuahan dan tanaman hias. Hortikultura memberikan peran penting juga dalam pasar ke luar negeri, dapat dilihat pada Tabel 2 volume ekspor buah-buahan dan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2007 hingga 2011. Tabel 2 Perkembangan Volume Ekspor Buah di Indonesia pada Tahun 2007 – 2011 No
Volume Ekspor (Ton)
Komoditas 2007
2008
2009
2010
2011
110.112 9.093 2.378 1.198
269.664 9.466 1.970 1.908
179.310 11.319 701 1.616
159.009 11.388 14 999
189.223 12.603 1.735 1.485
1.109 520 396 37 52 370
1.402 103 725 0 39 1.144
1.108 97 666 143 148 483
1.339 148 533 111 229 42
1.005 555 496 468 256 169
130
171
143
86
112
12 Strawberi 582 211 Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012
403
374
82
1 2 3 4
Nanas Manggis Pisang Mangga
5 6 7 8 9 10
Jeruk Anggur Rambutan Pepaya Melon Semangka
11
Apel
Peluang pasar komoditas hortikultura cukup besar baik peluang pasar domestik maupun ekspor. Peluang pasar ini dapat terus ditingkatkan melalui upaya peningkatan daya saing produk (produktivitas, mutu, performan dan efisiensi produksi) antara lain dengan penanganan yang baik mulai di tingkat on farm, panen, pasca panen dan pemasaran. Selain itu produk hortikultura dalam negeri harus diarahkan untuk menjadi produk yang mampu mensubstitusi impor, dengan cara promosi peningkatan kesadaran mengkonsumsi produk hortikultura dalam negeri, disamping memberikan berbagai kemudahan pada pasar ekspor Selain sebagai penyumbang PDB pertanian, subsektor hortikultura memiliki peranan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Beberapa bagian dari komoditas hortikultura tersebut adalah kelompok tanaman sayuran dan buah-buahan.Dari sisi ekonomi yang dapat dilihat pada Tabel 1 buah-buahan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB
3
hortikultura yang kemudian diikuti oleh sayuran. Namun, jika dilhat dari sisi konsumsi maka masyarakat Indonesia memiliki kecendrungan untuk mengkonsumsi sayuran yang lebih tinggi dibandingkan buah-buahan. Konsumsi buah – buahan di Indonesia pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada Tabel 3 dapat dilihat konsumsi hortikultura di Indonesia antara tahun 2006 sampai tahun 2009. Tabel 3 Konsumsi Hortikultura di Indonesia pada Tahun 2006 – 2009 No. 1. 2.
Komoditas
2006 Buah – buahan 32,40 Sayuran 35,87 Jumlah 68,27 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011
Konsumsi ( Kg/Kapita/Tahun ) 2007 2008 34,79 36,53 36,63 37,39 71,42 73,12
2009 38,36 38,15 76,51
Berdasarkan Tabel 3, konsumsi per kapita buah – buahan mengalami peningkatan dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 7,38 persen, dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 5 persen dan dari tahun 2008 ke 2009 sebesar 5,01 persen. Walaupun sayuran memiliki persentasi konsumsi yang besar tiap tahunnya tetapi sayuran tidak mengalami peningkatan konsumsi yang lebih besar dari komoditas buah-buahan. Melihat kenaikan angka dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa permintaan terhadap komoditi buah – buahan juga semakin meningkat karena masyarakat sudah sadar betapa pentingnya mengkonsumsi buah-buahan untuk kesehatan mereka. Masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan, membuat konsumsi buah-buahan yang meningkat, maka akan menyebakan para pelaku usaha untuk meningkatkan usahanya tersebut. Para pelaku usaha yang bergerak di komoditi buah-buahan akan meningkatkan produksi dan luas panen agar dapat memenuhi permintaan pasar. Pada Tabel 4 dapat dilihat peningkatan persentasi produksi dan luas panen buah-buahan.
Tabel 4 Persentasi Peningkatan Produksi dan Peningkatan Luas Panen Buahbuahan Tahun 2009 terhadap Tahun 2008 Tanaman Peningkatan Produksi (%) Peningkatan Luas Panen (%) Melon 50,94 56,29 Blewah 34,17 6,64 Semangka 27,68 23,81 Pepaya 7,65 1,95 Sumber : Direktorat Jenderal Holtikultura, 2011 (diolah)
Berdasarkan Tabel 4 dijelaskan bahwa peningkatan produksi dan luas panen buah melon tahun 2009 terhadap tahun 2008 lebih besar daripada tanaman buah lainnya. Melihat angka-angka kenaikan dari peningkatan produksi dan luas panen terhadap melon menunjukan bahwa komoditi buah melon ini mengalami peningkatan.
4
Perkembangan produktivitas melon tiap tahun berfluktuasi atau mengalami peningkatan dan penurunan tiap tahunnya. Pada Tabel 5 dapat dilihat perkembangan produktivitas tanaman melon periode 2007-2011. Tabel 5 Pertumbuhan Produktivitas dan Luas Panen Buah Melon di Indonesia Periode 2007-2011 Tahun Produktivitas Melon (ton/ha) 2007 16,45 2008 18,30 2009 18,56 2010 15,85 2011 16,37 Rata-rata Pertumbuhan 0,34 % 2007-2011 Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)
Luas Panen Melon (ha) 3.637 3.109 4.627 5.372 6.343
Dari Tabel 5 diketahui bahwa usaha melon mengalami peningkatan dan penurunan produktivitasnya tiap tahunnya dan ini dapat dikatakan usaha melon ini memiliki risiko dalam pengusahaannya. Menurut Rukmana (2007), risiko yang dihadapi dalam usaha melon yaitu risiko teknis (produksi). Sumber risiko teknis dalam usaha melon antara lain kondisi cuaca yang tidak pasti, serangan hama penyakit yang sulit diprediksi sebelumnya, sarana dan prasarana yang kurang memadai serta kesalahan tenaga kerja (human error). Adanya risiko produksi tersebut akan mempengaruhi keberhasilan dan keuntungan yang diterima usaha melon bagi para pelaku usaha melon. Strategi pengelolaan risiko yang bertujuan menekan dampak risiko dalam usaha melon menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu penelitian mengenai risiko usaha melon hidroponik penting untuk dilakukan. Melon dapat dibudidayakan secara konvensional dan hidroponik. Pencapaian kualitas buah melon yang baik dapat dilakukan dengan mengoptimalkan lingkungan tumbuh, seperti penggunaan sistem hidroponik. Sistem hidroponik merupakan teknologi budidaya tanaman tanpa tanah dengan pemberian larutan hara yang dibutuhkan tanaman (Jones, 1930 dalam Norma Sari, 2009). Sistem hidroponik tersebut dapat mengontrol kebutuhan hara tanaman sehingga kualitas buah yang dihasilkan optimal. Selain sistem hidroponik, penjarangan buah dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah. Kualitas buah pada tanaman yang diberi perlakuan penjarangan buah lebih baik dibandingkan tanaman yang tidak diberi perlakuan penjarangan buah (Poerwanto, 2003 dalam Norma Sari, 2009). Penjarangan buah dilakukan dengan mengurangi jumlah buah per tanaman sehingga kompetisi dalam memperoleh fotosintat antar buah menjadi rendah. Budidaya melon hidroponik di rumah kaca memerlukan pemeliharaan khusus, salah satunya adalah dengan perlakuan pangkas pucuk. Pangkas pucuk dilakukan karena tinggi tanaman melon dibatasi oleh tinggi rumah kaca. Pangkas pucuk dapat dilakukan dengan memangkas batang utama setelah buah terpilih. Perlakuan tersebut kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas buah melon karena buah memperoleh asilmilat lebih banyak dibandingkan organ tanaman yang lain. PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos merupakan perusahaan yang bergerak di bidang hortikultura yang diusahakan pada saat pendirian adalah berbagai jenis
5
sayuran, buah – buahan yang ditanam di lahan luar. Dari tahun 2004 sampai sekarang komoditas unggulan yang diusahakan oleh PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos adalah buah melon hibrida, yaitu musk melon, golden melon, sedangkan untuk lahan luar sejak tahun 2005 ditanami dengan buah jeruk. Pada tahun 2012 perusahaan menambah varietas melon baru yaitu sunny sweet melon karena memiliki prospek bisnis yang baik. Produktivitas golden, musk, dan sunny sweet melon ini memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda-beda tiap periode penanamannya. Oleh karena itu penelitian mengenai risiko diversifikasi melon hidroponik ini penting untuk dikaji.
Perumusan Masalah
PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos memiliki salah satu unit usaha yang bergerak di bidang agribisnis yaitu usaha tanaman hidroponik Tapos. Keseluruhan lahan yang dimiliki oleh PT. Rejosari Bumi Unit Tapos yaitu seluas 651 ha. Terdiri dari lahan untuk peternakan sapi perah dan lahan untuk tanaman hidroponik. Lahan hidroponik itu sendiri seluas 15 ha, 12 ha untuk lahan jeruk dan tiga ha untuk lahan bangunan green house. Lahan bangunan green house digunakan untuk produksi hidroponik. Pada tahun 2002 perusahaan mengganti tanaman paprika menjadi tanaman melon karena tanaman melon memiliki peluang pasar yang cukup besar. Pada tahun 2004, varietas melon yang dikembangkan yaitu musk melon dan golden melon, dan pada tahun 2012 perusahaan menambah varietas melon baru yaitu sunny sweet melon. Upaya diversifikasi yang dilakukan perusahaan ini adalah dalam rangka menurunkan risiko produksi. Sampai saat ini, usaha melon hidroponik Tapos mengusahakan empat jenis komoditi yaitu musk melon, golden melon, sunny sweet melon dan jeruk. Buah melon-melon ini memiliki prospek baik untuk dikembangkan, namun dalam proses produksi/budidayanya memerlukan penanganan yang lebih intensif. Penanganan yang lebih intensif pada proses produksi sangat diperlukan, karena dalam proses produksi sering dihadapkan pada kendalakendala. Diantara kendala-kendala yang dihadapi dalam produksi/budidaya buah melon hidroponik yaitu adanya tingkat risiko pada proses produksinya. Risiko merupakan suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan (Kountur 2004). Kerugian yang ditimbulkan dalam kegiatan produksi dapat mempengaruhi hasil produksi dan keuntungan yang didapat oleh pelaku usaha. PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos melakukan pola tanam pada usahanya agar dapat panen tiap bulannya sehingga menghasilkan return tiap bulannya. Perusahaan memiliki tiga green house dengan masing-masing memiliki 12 lokal (15 meter x 60 meter) sehingga dapat memudahkan untuk melakukan pola tanam melon hidroponik ini. Golden melon dapat ditanam 1200 bibit dalam satu lokal dan untuk musk melon dan sunny sweet melon masing-masing 600 bibit untuk satu lokal. Data produktivitas (kg/ ha) melon hidroponik dapat dilihat di Gambar 1.
6
16,000
(kg/ ha)
14,000 12,000 10,000 8,000
Golden Melon
6,000
Musk Melon
4,000
Sunny Sweet Melon
2,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Periode Penanaman
Gambar 1 Produktivitas Buah Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2012 Sumber: PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (2012)
(kg)
Penjualan golden melon, musk melon, dan sunny sweet melon selalu terjual setelah panen. Ada konsumen perorangan dan supplier yang mengambil dalam jumlah yang besar karena untuk dijual lagi ke supermarket, pasar, dan lain-lain. Apabila ada pesanan, maka melon baru akan dipanen dan langsung dibawa oleh pelanggan. Namun, perusahaan juga melayani masyarakat yang ingin membeli melon tersebut yang datang langsung ke lokasi usaha. Data penjualan golden melon, musk melon, dan sunny sweet melon dapat dilihat pada Gambar 2. 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 -
Golden Melon Musk Melon Sunny Sweet Melon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan
Gambar 2 Penjualan Buah Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2012 Sumber: PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (2012)
7
Berdasarkan data produktivitas, hasil yang diperoleh untuk setiap produksi menghasilkan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda atau berfluktuasi. Dari uraian di atas diketahui bahwa usaha melon memiliki risiko dalam pengusahaannya. Risiko yang dihadapi dalam usaha melon yaitu risiko teknis (produksi). Sumber risiko teknis dalam usaha melon hidroponik antara lain kondisi cuaca yang tidak pasti, serangan hama penyakityang sulit diprediksi sebelumnya, serta efisiensi penggunaan input, tenaga kerja yang kurang terampil dalam proses produksi. Adanya risiko produksi tersebut akan mempengaruhi keberhasilan dan keuntungan yang diterima perusahaan untuk usaha melon hidroponik ini. Harga yang tidak berfluktuasi karena perusahaan sudah melakukan kontrak pemasaran dengan supplier untuk bahan baku dan distributor untuk ketiga komoditi tersebut. Strategi pengelolaan risiko yang bertujuan menekan dampak risiko produksi dalam usaha melon menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu penelitian mengenai risiko usaha melon hidroponik penting untuk dilakukan. Usaha melon ini diusahakan secara hidroponik agar dapat mengurangi risiko produksi yang terjadi. Apakah dengan diusahakan secara hidroponik dapat mengurangi risiko produks dan berapa nilai risiko yang dihadapi perusahaan pada komoditi melon hidroponik ini? Setiap jenis melon memiliki karakteristik yang hampir sama sehingga tiap jenis melon menghadapi jenis dan sumber risiko yang hampir sama. Menjadi pertanyaan pada penelitian ini adalah apa yang menjadi sumbersumber risiko yang dihadapi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam mengusahakan berbagai jenis melon? Secara teoritis diversifikasi merupakan manajemen strategi untuk menekan risiko dengan cara mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau asset (Harwood et al.1999). Seperti telah dijelaskan di atas bahwa upaya diversifikasi yang dilakukan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos pada dasarnya bertujuan untuk menurunkan risiko produksi. Oleh karena itu timbul pertanyaan lain yang akan dijawab pada penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh diversifikasi yang dilakukan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam rangka merespon pasar dikaitkan dengan upaya menurunkan risiko?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh diversifikasi yang dilakukan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam menekan risiko produksi. Tujuan khusus penelitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam mengusahakan berbagai jenis melon. 2. Menganalisis hubungan antara diversifikasi usaha melon dengan upaya menekan risiko produksi. 3. Memberikan strategi/ alternatif yang terbaik untuk perusahaan agar dapat mengurangi risiko produksi yang terjadi.
8
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi bagi pihak-pihak terkait, seperti: 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan dalam mengambil kebijakan manajemen pengendalian risiko. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan acuan dan bahan perbandingan mengenai manajemen risiko terkait dengan diversifikasi untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.
Ruang Lingkup Penelitian
1. Produk yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah golden melon, musk melon, dan sunny sweet melon yang diusahakan oleh PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos. 2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan diskusi langsung kepada perusahaan dan data sekunder berupa data penjualan, harga jual dan data produksi golden melon, musk melon, dan sunny sweet melon waktu tahun Januari 2012 sampai Desember 2012. 3. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisis manajemen risiko dikaitkan dengan diversifikasi yang diterapkan oleh PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos padausaha golden melon, musk melon, dan sunny sweetmelon .
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber-Sumber Risiko Produksi Hortikultura
Sumber-sumber penyebab adanya risiko pada usaha pertanian sebagian besar disebabkan karena faktor-faktor seperti perubahan iklim, suhu, cuaca, hama dan penyakit, penggunaan input serta adanya kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja (SDM) (Harwood et al, 1999). Sumber-sumber risiko tersebut, akan menyebabkan kerugian bagi pihak yang mengelola usaha, terutama pada kegiatan produksi. Hal ini dikarenakan, risiko pada kegiatan produksi pertanian relatif lebih besar dibandingkan risiko pada kegiatan lain dalam usaha pertanian. Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalkan sekecil mungkin. Pada umumnya risiko dapat diminimalkan
9
dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, usaha penanganan secara intensif, serta pengadaan input yang berkualitas seperti SDM, benih/bibit dan obat-obatan. Budidaya tanaman hortikultura memiliki berbagai risiko dalam usahanya. Dari hasil penelitian Tarigan (2009) menyatakan bahwa risiko produksi disebabkan oleh perubahan cuaca, serangan hama. Sianturi (2011) juga menyatakan sumber risiko tersebut dialami pada bunga hias tetapi ada tambahan risiko yang dialami yaitu kesalahan tenaga kerja, harga produk, dan sarana dan prasarana lainnya. Penelitian melon hidroponik ini berfokus pada sumber risiko produksi yaitu perubahan cuaca, serangan hama, dan human error. Hasil penelitian Ginting (2009) menyatakan bahwa sumber risiko dalam usahanya disebabkan oleh perubahan cuaca, serangan hama, keterampilan tenaga kerja serta teknologi yang digunakan. Begitu pula pada penelitian Utami (2009) menyatakan bahwa sumber risiko tersebut juga dialami pada bawang merah tetapi ada tambahan risiko yaitu tingkat kesuburan tanah dan efektivitas penggunaan input. Penelitian melon hidroponik ini berfokus pada sumber risiko produksi yaitu perubahan cuaca, serangan hama, human error, dan teknologi yang digunakan dalam usaha ini sudah baik begitu pula efektivitas dalam pengunaan input. Sumber risiko lainnya adalah risiko pasar seperti risiko kegiatan pemasaran, berfluktuasinya harga input atau output. Dari hasil penelitian Firmansyah (2009) menyatakan bahwa ketidakpastian pesanan menjadi sumber utama risiko ini dalam usahanya, sedangkan dari hasil penelitian Panggabean (2011) menyatakan harga jual anggrek yang berbeda-beda dan kerusakan pada proses pengiriman menjadi sumber risiko pasar. Selain itu, risiko produksi pun dialami dalam usaha anggrek tersebut seperti perubahan cuaca, dan serangan hama. Penelitian melon hidroponik ini berfokus hanya pada risiko produksi saja tidak pada risiko pasar karena harga input dan output sudah bekerja sama dengan pihak supplier sehingga jarang terjadi perubahan harga yang signifikan.
Metode Analisis Risiko Produksi
Hasil analisis yang sudah pernah ada yang menganalisis mengenai risiko menggunakan analisis analisis regresi berganda, metode single indeks portofolio dan analisis koefisien korelasi. Selain itu pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis seperti varian, standar deviasi dan koefisien variasi. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai varian sebagai penentu ukuran yang lainnya. Semakin kecil nilai ketiga indikator tersebut mencerminkan semakin rendah risiko yang dihadapi. Firmansyah (2009) menggunakan metode single indeks portofolio dan analisis koefisien korelasi karena penelitiannya ini membahas mengenai risiko portofolio pemasaran sayuran organik. Pada penelitian yang dilakukan Utami (2009) menggunakan alat analisis varian, standar deviasi dan koefisien variasi untuk menghitung nilai risiko para petani bawang dan menggunakan analisis
10
regresi linier berganda untuk menganalisis perilaku penawaran pada komoditi bawang merah. Pada penelitian Ginting (2011) juga menggunakan ketiga indikator analisis tersebut dengan menggunakan expected return karena penelitiannya ingin mengetahui nilai risiko yang terjadi dan nilai return yang dihasilkan. Penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2011), Sianturi (2011), dan Tarigan (2009) memfokuskan pada dua komoditi atau lebih. Para peneliti tersebut menggunakan alat analisis varian, standar deviasi dan koefisien variasiserta expected return karena untuk menghitung nilai risiko tiap komoditi yang dianalisis dan nilai return yang dihasilkan dari tiap komoditi juga. Selain itu, para peneliti tersebut juga menggunakan metode analisis diversifikasi/ portofolio untuk mendapatkan kombinasi yang tepat dalam masing-masing usahanya. Penelitian melon hidroponik ini menggunakan metode alat analisis varian, standar deviasi dan koefisien variasi serta expected return karena untuk menghitung nilai risiko tiap komoditi yang dianalisis dan nilai return yang dihasilkan dari tiap komoditi juga dan menggunakan metode analisis diversifikasi/ portofolio.
Strategi Pengelolaan Risiko
Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan untuk menekan dampak yang ditimbulkan risiko. Strategi pengelolaan risiko dalam pertanian (Kaan 2002) antara lain 1) mengurangi risiko dalam operasi, misalnya diversifikasi produk, 2) transfer atau pengalihan risiko di luar operasi, misalnya kontrak produksi dan 3) membangun kemampuan operasi untuk bertahan dari adanya risiko, misalnya memelihara aset lancar. Pada penelitian Ginting (2009), strategi pengelolaan risiko produksi yang diterapkan adalah strategi preventif, yaitu meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani iklim dan cuaca dengan meningkatkan intensitas penyiraman, membersihkan area produksi untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit, melakukan perencanaan pembibitan yang baik dengan kualitas bahan baku yang baik, mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti penyuluhan dan pelatihan tentang jamur tiram putih, serta menggunakan peralatan yang steril. Strategi yang berbeda dikemukakan oleh Firmansyah (2009), dimana strategi pengelolaan risiko portofolio pemasaran sayuran organik adalah menjaga kestabilan pesanan produk agar berada pada kondisi penjualan normal atau penjualan tinggi yaitu dengan cara memperbanyak agen atau distributor serta melakukan kerjasama dengan supermarket-supermarket atu toko-toko. Penelitian Sianturi (2011), dimana strategi yang pengelolaan yang dilakukan adalah kegiatan diversifikasi dengan cara memilih kombinasi komoditas yang paling rendah risikonya. Begitu pula penelitian yang dilakuan oleh Panggabean (2011) yang menggunakan strategi diversifikasi pada tiga komoditas anggrek. Strategi lain pada penelitian Panggabean adalah dengan integrasi vertikal, kontrak pemasaran, dan perbaikan sarana produksi.
11
Hasil penelitian Tarigan (2009) menunjukkan bahwa pada model penghitungan spesialisasi berdasarkan produktifitas, tanaman bayam hijau memiliki nilai risiko produksi tertinggi dibandingkan komoditas lainnya. Dan tanaman dengan risiko produksi terendah dimiliki oleh cabai keriting. Setelah diteliti ternyata komoditas bayam hijau merupakan tanaman yang paling sering diserang hama khususnya pada musim penghujan. Tetapi jika menggunakan nilai pendapatan bersih sebagai dasar penghitungan risiko tunggalnya, maka tanaman yang paling tinggi risikonya adalah tanaman cabai keriting dan yang paling rendah risikonya adalah tanaman brokoli. Analisis risiko dengan model penghitungan portofolio pada ketiga komoditas ini menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.
Pengaruh Diversifikasi Terhadap Risiko
Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu. Pada penelitian Firmansyah (2009), strategi pengelolaan risiko portofolio pemasaran sayuran organik adalah menjaga kestabilan pesanan produk agar berada pada kondisi penjualan normal atau penjualan tinggi, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sianturi (2011), nilai risiko rendah juga terdapat pada gabungan dua komoditas saja dari empat komoditi yang diteliti yaitu kombinasi kalanchoe dan katsuba. Pengaruh diversifikasi pada beberapa kelompok komoditas diatas dapat menekan risiko namun diversifikasi tidak serta merta juga dapat menghilangkan risiko. Hasil penelitian Tarigan (2009), analisis risiko dengan model penghitungan portofolio pada komoditas bayam hijau, brokoli, dan cabai keriting ini menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko., sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2011), nilai risiko rendah terdapat pada gabungan dua komoditas dari tiga kelompok komoditi yang diteliti yaitu kombinasi dendrodium campur besar dan kecil. Pengaruh diversifikasi pada beberapa kelompok komoditas diatas dapat menekan risiko namun diversifikasi tidak serta merta juga dapat menghilangkan risiko. Hasi penelitian yang dilakukan Jayanti (2012), diversifikasi dapat digunakan sebagai suatu strategi untuk mengurangi risiko produksi pada komoditi tomat dan cabai merah. Alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko yaitu dengan melakukan perbaikan pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, serta pengolahan lahan ketika sebelum ditanami, sedangkan penelitian yang dilakukan Primasari (2011), strategi diversifikasi empat komoditas yang dilakukan PT Istana Alam Dewi Tara merupakan strategi yang tepat untuk meminimalkan risiko karena dapat
12
menurunkan risiko pada risiko spesialisasinya. Namun strategi ini belum sepenuhnya dapat meminimalkan risiko, untuk itu diperlukan pula strategi lain dalam pengelolaan risiko agar lebih meminimalkan risiko yang ada Strategi lain yang perlu diterapkan PT Istana Alam Dewi Tara adalah dengan memperhatikan cara perbanyakan tanaman yang tepat; penggunaan media tanam yang baik; membersihkan area pertanaman dari gulma atau rumput liar yang tumbuh disekitar area untuk menghindari serangan hama; serta mengoptimalkan pelaksanaan manajemen perusahaan. Penelitian melon hidroponik ini menggunakan analisis diversifikasi pada tiga komoditas yaitu golden, musk, dan sunny sweet melon untuk melihat apakah nilai risiko menjadi lebih kecil atau tidak setelah digunakan analisis diversifikasi.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko dan Ketidakpastian Harwood et al. (1999) mendefinisikan risiko sebagai kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Dalam ruang lingkup pertanian risiko tampak dalam kejadian-kejadian berikut: risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial. Risiko juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi adanya kemungkinan deviasi (penyimpangan) terhadap hasil yang diinginkan atau diharapkan. Menurut Elton dan Gruber (1995) risiko merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang dapat merugikan perusahaan, hasil yang diperkirakan oleh perusahaan tidak sesuai dengan pencapaian perusahaan. Risiko ditentukan oleh besar atau kecilnya penyimpangan antara hasil yang diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan. Semakin besar penyimpangan antara hasil yang diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan maka risiko yang dihadapi perusahaan. Sebaliknya, jika penyimpangan antara hasil yang diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan semakin kecil maka risiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut semakin kecil. Penyimpangan yang dimaksud adalah penyimpangan yang bernilai negatif. Beberapa ukuran risiko menurut Elton dan Gruber (1995) adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Varian dan standar deviasi merupakan ukuran absolute dan bukan merupakan indikator tinggi rendahnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Untuk mengetahui tinggi rendahnya risiko sebuah usaha adalah dengan mengetahui seberapa besar risiko yang dihadapi perusahaan untuk mendapatkan per rupiah return. Besarnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan
13
untuk mendapatkan return sebesar satu rupiah disebut dengan koefisien variasi (coefficient variation). Menurut Debertin (1986), ketidakpastian lingkungan adalah kemungkinan hasil dan kemungkinan kejadian tersebut tidak dapat diketahui. Sedangkan risiko adalah hasil dan kemungkinan dari suatu kejadian dapat diketahui. Peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur maka kejadian tersebut termasuk kedalam kategori ketidakpastian. Hal ini menunjukkan risiko dan ketidakpastian memiliki perbedaan dapat dilihat pada Gambar 4 Kejadian berisiko
Kejadian tidak pasti
Probabilitas dan hasil akhir diketahui
Probabilitas dan hasil akhir tidak diketahui
Gambar 3 Rangkaian Kejadian Berisiko dengan Kejadian Tidak Pasti Sumber : Debertin (1986)
Gambar 3 menunjukkan bahwa pada sisi sebelah kiri menggambarkan kejadian berisiko memiliki peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Sedangkan pada sisi sebelah kanan menggambarkan kejadian tidak pasti memiliki peluang dan hasil dari suatu kejadian yang tidak diketahui oleh pengambil keputusan. Robison dan Barry (1987), menyatakan bahwa risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis. Sedangkan ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Peluang kejadian yang tidak diketahui secara kuantitatif dikarenakan tidak ada informasi atau data pendukung untuk menghitung nilai peluangnya. Perilaku setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda satu sama lain. Terdapat tiga kategori individu dalam menghadapi risiko, yaitu Risk Averse, Risk Neutral, dan Risk Lover. Gambar 4 menunjukkan hubungan antara risk dengan return.
Return
Expected return
Risk Gambar 4. Hubungan antara Return (Pendapatan) dengan Risiko Sumber : Debertin (1986)
14
Gambar 4 menjelaskan hubungan antara income variance yang menjadi ukuran tingkat risiko yang dihadapi, dengan income yang diharapkan (expected income) yang menjadi ukuran tingkat pendapatan yang diharapkan oleh pembuat keputusan. Sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori sebagai berikut : 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (Risk Averse) menunjukkan perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan cenderung akan menghindari risiko. Kurva Risk Averse menunjukkan sikap pembuat keputusan yang takut terhadap risiko yaitu jika terjadi kenaikan ragam pendapatan (income variance) yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan menaikkan expected income. 2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) menunjukkan perilaku indivisu yang apabila terjadi kenaikan income variance yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi dengan menaikkan income yang diharapkan. Artinya, semakin tinggi income variance, maka expected income akan tetap. 3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk Taker/Lover) yaitu perilaku individu yang menyukai risiko. Sikap ini menunjukkan adanya kenaikan income variance akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediannya menerima income yang diharapkan lebih rendah. Risk Taker cenderung menganggap risiko sebagai suatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan Sumber – Sumber Risiko Mengetahui penyebab dari suatu kejadian itu sangat penting, jika sudah diketahui akan lebih mudah untuk melakukan pencegahan atau penanganan apabila kejadian tersebut terjadi. Penyebab terjadinya kejadian itu beraneka macam. Beberapa sumber risiko yang sering dihadapi oleh para petani menurut Hardwood et al. (1999), yaitu risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial. 1. Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi, meliputi gagal panen, penurunan produktivitas, kerusakan produk akibat serangan hama dan penyakit, perubahan cuaca, kelalaian sumberdaya manusia misalnya ketidaksesuaian dalam pemupukan. 2. Sumber risiko yang berasal dari risiko pasar, meliputi kerusakan produk sehingga tidak memenuhi mutu pasar akibatnya tidak dapat dijual, permintaan terhadap produk rendah, fluktuasi harga input dan output, serta daya beli masyarakat menurun. 3. Sumber risiko yang berasal dari risiko kelembagaan adalah adanya aturan yang membuat anggota dari suatu organisasi menjadi kesulitan dalam memasarkan ataupun meningkatkan produksinya. 4. Sumber risiko yang berasal dari risiko kebijakan adalah adanya kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor. 5. Sumber risiko yang berasal dari risiko finansial adalah adanya piutang tidak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi terhambat, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi.
15
Risiko Portofolio (Diversifikasi) Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu. Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan pelaku bisnis dalam menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset dinamakan dengan diversifikasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu. Teori diversifikasi atau portofolio merupakan manajemen strategi untuk menekan risiko dengan cara mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau asset (Harwood et al.1999). Hal ini berdasarkan pertimbangan apabila salah satu asset menghasilkan return yang rendah maka asset yang lain diharapkan menghasilkan yang tinggi sehingga kerugian bisa tertutupi. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi. Menurut Diether (2009) perhitungan expected return pada risiko portofolio adalah: E(rp) = w1E(r1) + w2E(r2) +… + wnE(rn) Dimana proporsi dari masing-masing aset adalah: w1 + w2 + … + wn = 1 Sedangkan rumusan perhitungan varian untuk risiko portofolio adalah:
16
σp2 = w1σ2(r1) + w2σ2(r2) + ∙∙∙ + wnσ2(rn) + 2w1w2cov (r1,r2) + 2w1w3cov (r1,r3) + ∙∙∙ + 2w1wncov (r1,rn) + 2w2w3cov (r2,r3) + 2w2w4cov (r2,r4) + ∙∙∙ + 2w2wncov (r2,rn) Keterangan: E (rp) :Expected return dari keseluruhan usaha diversifikasi w1, w2, …, wn : Fraction (proporsi) penggunaan masing-masing aset σp2 :Varian portofolio untuk masing-masing investasi cov (r1,r2;…; r1,rn; r2,r3;…; r2,rn): Covarian antara masing-masing aset Dalam perhitungan nilai covarian pada analisis risiko portofolio perlu diperhatikan juga nilai koefisien korelasi. Koefisien korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut. Jika serial data bergerak dengan arah yang sama disebut dengan korelasi positif, sebaliknya jika bergerak dengan arah berlawanan disebut korelasi negatif. Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai maksimum positif (+1) dan minimum negatif satu (-1). Berapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1986): 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak sama-sama. 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain.
Peta risiko portofolio dapat dilihat pada Gambar 5. Produk C 3
B 2 A 1 Tingkat Risiko σ3
σ2
Gambar 5 Peta risiko portofolio Sumber: Elton dan Gruber (1995)
σ1
17
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa Titik A merupakan aset yang memiliki nilai risiko paling tinggi karena hanya mengusahakan satu produk saja. Titik B merupakan asset yang memiliki nilai risko tengah diantara titik A dan titik C karena mengusahakan dua produk. Titik C merupakan asset yang memiliko nilai risiko yang paling rendah karena mengusahakan tiga produk komoditi. Teori peta risiko portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi.
Pengukuran Risiko Pengukuran risiko dapat menggunakan Varian, Strandar Deviation dan Coefficient Variance (Elton dan Gruber 1995). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai varian sebagai penentu ukuran yang lainnya. Standar deviasi yang merupakan akar kuadrat dari varian sedangkan koefisien variasi merupakan rasio dari standar deviasi dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Penilaian risiko dengan menggunakan nilai varian dan standar deviasi merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Jika nilai varian dan standar deviasi digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha maka dikhawatirkan akanterjadi keputusan yang kurang tepat. Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama adalah koefisien variasi. Koefisien variasi merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan ukuran koefisien variasi, penilaian risiko terhadap kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.
Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang
18
luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. Hal ini sesuai dengan definisi yang ditetapkan oleh Darmawi (2005). Cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko merupakan defenisi manajemen risiko menurut (Kountur 2008). Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik, segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selanjutnya Kountur mengatakan dalam menangani risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkunan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Tahap berikutnya yaitu dengan menangani risiko-risiko tersebut yang selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan. Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 6. Identifikasi Risiko
Pengukuran Risiko
Penanganan Risiko
Evaluasi Gambar 6 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur (2008)
Ada empat cara menangani risiko menurut (Kountur 2008), yaitu dengan cara menerima atau menghadapi risiko, menghindari risiko, mengendalikan risiko dan mengalihkan risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan meminimalkan risiko melalui pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko dapat dilakukan dengan mengalihkan kepada pihak lain seperti asuransi, hedging, leasing, outsourcing dan kontrak. Melalui asuransi, asset perusahaan yang memiliki dampak risiko yang besar dapat terhindar dari kerugian apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh perusahaan sehingga kerugian tersebut ditanggung oleh pihak asuransi sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak.
19
Sedangkan leasing merupakan cara dimana asset digunakan oleh perusahaan namun kepemilikannya merupakan milik pihak lain sehingga bila terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset tersebut. Outsourcing merupakan suatu cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga bila terjadi kerugian maka pihak tersebut yang menanggung kerugiannya. Pengertian hedging menurut kamus yaitu menutup transaksi jual beli komoditas, sekuritas atau valuta yang sejenis untuk menghindari kemungkinan kerugian karena perubahan harga sedangkan hedging menurut pasar komoditas adalah proteksi dari risiko kerugian akibat fluktuasi harga Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Menurut Harwood et al. (1999) kelebihan dari diversifikasi adalah mengurangi risiko, meminimalkan tenaga kerja, mengurangi penggunaan peralatan dan meminimalkan biaya. Sementara itu keterbatasan yang dimiliki diversifikasi adalah membutuhkan perlengkapan khusus, membutuhkan keahlian manajerial yang lebih luas dan teknologi menjadi rumit.
Kerangka Pemikiran Operasional
PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos menghadapi risiko dalam menjalankan bisnisnya. Risiko yang dihadapi disebabkan pengaruh cuaca dan iklim, serangan hama penyakit, dan tenaga kerja.Adanya risiko yang terjadi akan mengakibatkan penurunan produktivitas yang akan berdampak pada pendapatan yang diperoleh PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis risiko yang tepat untuk diterapkan pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos. Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari data produksi pada masa lalu (data historis) untuk diidentifikasi penyebab fluktuasi tersebut, kemudian mengidentifikasi sumber-sumber risiko tersebut. Risiko-risiko yang telah diidentifikasi kemudian diukur. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah ragam (Varian), simpangan baku (Standar deviasi), dan koefisien variasi. Penelitian ini mengkaji analisis risiko produksi yang dilakukan oleh PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos, yaitu dengan pendekatan diversifikasi untuk menganalisis risiko lebih dari satu komoditas. Komoditas yang dikaji terdiri dari tiga komoditas yaitu golden melon, musk melon, dan sunny sweet melon. Hasil analisis akan digunakan untuk mencari alternatif manajemen risiko yang dapat dijadikan pertimbangan dalam mengatasi risiko pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos. Hasil analisis tersebut juga digunakan untuk mencari strategi agar dapat meminimalkan risiko produksi yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko yang ada.Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 7.
20
Sumber Risiko: 1. Pengaruh iklim/ cuaca 2. Serangan hama dan penyakit 3. Human error (kesalahan manusia)
Produktivitas Melon Hidroponik (kg/ ha)
Harga
Penerimaan Probabilitas (Kejadian Risiko) Nilai Risiko: Expected return Varian Standar Deviasi Koefisien Variasi Analisis Risiko Produksi Kegiatan Spesialisasi: Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon
Korelasi antar produk (regresi)
Analisis Risiko Produksi Kegiatan Diversifikasi: Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon
Alternatif Strategi Penanganan Risiko Produksi
Gambar 7 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Melon Hidroponik pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos
21
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di budidaya melon hidroponik PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos merupakan salah satu wilayah dengan jumlah produksi tanaman musk melon, golden melon, dan sunny sweet melon yang besar di Kecamatan Ciawi. Selain itu, pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pula bahwa PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha melon hidroponik. Oleh karena itu, penulis memilih perusahaan ini untuk melakukan penelitian mengenai usaha diversifikasi tanaman musk melon, golden melon, dan sunny sweet melon dalam upaya untuk meminimalkan risiko produksi. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian meliputi pengumpulan data untuk keperluan pengolahan data. Pengumpulan data pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos berlangsung pada April hingga Mei 2013.
Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang merupakan keterangan-keterangan dan jawaban-jawaban dari pertanyaan dalam penelitian yang bukan berbentuk angka. Data kuantitatif adalah data yang merupakan fakta dan informasi tentang usaha golden melon, musk melon, dan sunny sweet melon di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos yang berupa angka dan telah disusun sebelumnya. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengenai gambaran umum perusahaan, teknis pelaksanaan usaha tanaman melon hidroponik di perusahaan, peralatan dan bangunan yang digunakan dalam pengusahaannya, serta hal-hal lain yang terkait dalam penelitian. Data kuantitatif dalam penelitian ini terdiri dari data produksi dan penjualan tanaman golden melon, musk melon dan sunny sweet melon pada bulan Januari 2012 hingga Desember 2012. Berdasarkan sumber perolehan data, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer digunakan dalam penelitian untuk mengetahui kondisi fisik usaha, proses produksi melon hidroponik permasalahan dan kendala yang dihadapi perusahaan dan penyebab terjadinya. Data sekunder adalah jenis data yang sudah ada/sudah diterbitkan, berupa laporan mengenai risiko dan pengelolaannya serta literature tentang melon hidroponik yang diperoleh dari buku, artikel, skripsi, dan publikasi lainnya. Data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berupa data
22
nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007-2010, data perkembangan volume ekspor buah pada tahun 2007-2011, data konsumsi hortikultura pada tahun 2006-2009, dan data persentasi peningkatan produksi dan peningkatan luas panen buah-buahan tahun 2009 terhadap tahun 2008. Data-data sekunder tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Hortikultura dan Departemen Pertanian melalui situs resminya.
Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara, diskusi dengan pihak perusahaan. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti dengan pencatatan secara langsung tentang aktifitas produksi dan risiko yang dihadapi dalam produksi melon hidroponik. Wawancara akan dilakukan dengan pihak perusahaan yaitu bagian produksi tentang risiko yang biasa muncul/dihadapi oleh perusahaan dalam proses budidaya melon hidroponik. Proses pengambilan data dan penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling dengan pertimbangan responden memiliki kapabilitas dalam memberikan datadata yang akurat. Responden merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui dengan jelas tentang produksi melon hidroponik dan risiko yang dihadapi perusahaan.
Metode Pengolahan Data
Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini. Kedua data ini akan diolah dan dianalisis melalui beberapa metode analisis yang digunakan. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Jenis, Sumber Data dan Metode Analisis yang Digunakan Dalam Penelitian No 1.
2.
3.
Tujuan Penelitian Mengidentifikasi sumber-sumber risiko budidaya melon hidroponik Menganalisis seberapa besar probabilitas dan dampak risiko produksi pada budidaya melon hidroponik. Menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi
Jenis Data Kualitatif
Sumber Data Wawancara, kuisoner, diskusi.
Metode Analisis Analisis Deskriptif.
Kuantitatif
Laporan penjualan dan produksi melon hidroponik.
Analisis Risiko.
Kualitatif
Wawancara, kuisoner, diskusi.
Analisis Deskriptif.
23
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan manajemen perusahaan untuk meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapinya. Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif yang dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko produksi. Pengelolaan risiko dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab-penyebab adanya risiko produksi, kemudian dilakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos.
Analisis Risiko Peluang adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau peristiwa dari serangkaian peristiwa yang mungkin terjadi. Peluang menunjukkan distribusi frekuensi terhadap suatu kejadian. Besar kecilnya nilai peluang suatu kejadian sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan internal dan eksternal. Peluang hanya suatu kemungkinan, nilai dari suatu peluang bukan merupakan nilai mutlak dalam suatu kondisi. Nilai peluang ini ditentukan dengan melakukan observasi kejadian yang sudah terjadi. Pengukuran peluang diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung, secara sistematis dapat dituliskan : P= Keterangan : f = Frekuensi kejadian T = Periode waktu proses produksi Darmawi (2005) bahwa suatu kejadian dapat ditentukan dengan membuat tabel untuk hasil-hasil yang mungkin diperoleh dan menilai masing-masing hasil tersebut berdasarkan probabilitasnya. Dengan menambahkan hasil dari masing-masing kejadian tersebut dapat diperoleh nilai harapannya. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut : ( )
∑
Dimana : E(Ri) = Expected return Pi = Peluang dari suatu kejadian Ri = Return (Penerimaan) Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantara adalah nilai varian (varian),standar deviasi (standar deviasi), dan Koefisien variasi (Koefisien variasi), dimana ketiga alat analisis ini saling berkaitan satu sama lain.
24
1. Varian Pengukuran varian dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan ekspektasi return dikalikan dengan pluang dari setiap kejadian. Rumus varian dari return tersebut dapat dituliskan dengan rumus: ̌ ) ∑ ( ( ) Sementara itu untuk memperoleh nilai ekspektasi return dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
̌
∑
Keterangan : ( ) = varian dari return Pij = peluang dari suatu kejadian (i= aset, j= kejadian) Rij = Return ̌ = Ekspektasi return. 2. Standar Deviasi Standar deviasi dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai varian. Standar deviasi menggambarkan rata-rata perbedaan penyimpangan. Jadi semakin kecil simpangan baku dan variannya maka risiko yang dihadapi akan semakin kecil. Makna dari ukuran standar deviasi seperti halnya varian, artinya semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Standar deviasi dirumuskan dengan : √( ) 3.
Koefisien variasi Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai koefisien variasi maka semakin rendah risiko yang dihadapi. Secara matematis koefisien variasi (CV) dapat dituliskan sebagai berikut: CV= ̌ 4.
Analisis Risiko Pada Kegiatan Usaha Diversifikasi Kegiatan usaha diversifikasi merupakan salah satu upaya untuk meminimalisir risiko yang dihadapi. Risiko yang dihadapi disebut dengan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung varian gabungan dari beberapa kegiatan usaha. Diversifikasi yang dilakukan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos adalah dengan cara diversifikasi berbagai komoditas melon hidroponik. Jika investasi untusk dua aset maka varian gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995). σp2 = X12σ12+X22σ22 +2 X1X2 σ12
25
Keterangan : σp2=Varianportofolio untuk investasi dua aset yang digabungkan σ12 =Covariance antara investasi dua aset yang digabungkan σ1 = Standar deviasi investasi aset 1 (pertama) σ2 = Standar deviasi investasi aset 2 (kedua) X1 = Fraction portofolio pada investasi aset 1 (pertama) X2 = Fraction portofolio pada investasi aset 2 (kedua) Covariance antara kedua aktiva 1 dan 2 menggunakan koefisien regresi yang dihitung dengan menggunakan persamaan analisis regresi sederhana sebagai berikut: Ўi = α+ βЎj
Keterangan : Ў= Penerimaan i = Golden, Musk Melon j = Musk, Sunny sweet Melon α = Konstanta ( nilaiῨ = 0) β = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) Menurut Diether (2009) jika terdapat 3 aset yaitu A, B dan C. Bobot untuk ketiga asset adalah wa, wb dan wc dimana jumlah ketiga bobot adalah satu (wa + wb + wc = 1). Maka besarnya expected return gabungan kombinasi tiga komoditas dapat dituliskan sebagai berikut (Diether 2009): E(rp) = Wa E(ra) + Wb E(rb) + Wc E(rc ) Keterangan: E(rp) = Expected return gabungan ketiga investasi (A, B dan C) Wa = bobot atau fraction portofolio pada investasi asset golden melon Wb = bobot atau fraction portofolio pada investasi asset musk melon Wc = bobot atau fraction portofolio pada investasi asset sunny sweet melon E(ra) = expected return dari investasi asset golden melon E(rb) = expected return dari investasi asset musk melon E(rc) = expected return dari investasi asset sunny sweet melon Besarnya varian gabungan ketiga asset dapat dituliskan sebagai berikut (Diether 2009): σ2(rp) = Wa 2 σ2(ra) + Wb 2 σ2(rb)+ Wc 2 σ2(rc) +2 Wa Wb covar (ra, rb) + 2 Wa Wc covar (ra,rc) + 2 Wb Wc covar (rb, rc) Keterangan: σ2(rp) = Varian portofolio untuk investasi asset golden, musk dan sunny sweet melon 2 σ (ra) = Standar deviasi investasi asset golden melon σ2(rb) = Standar deviasi investasi asset musk melon σ2(rc) = Standar deviasi investasi asset sunny sweet melon
26
Wa = bobot atau fraction portofolio pada investasi asset golden melon Wb = bobot atau fraction portofolio pada investasi asset musk melon Wc = bobot atau fraction portofolio pada investasi asset sunny sweet melon covar (ra, rb) = covarianantara investasi golden dan musk, diperoleh dengan rumus: σσ dimana diasumsikan nilainya +1. covar (ra, rc) = covarian antara investasi golden dan sunny sweet, diperoleh dengan rumus: σ σ dimana diasumsikan nilainya +1. covar (rb, rc) = covarian antara investasi musk dan sunny sweet, diperoleh dengan rumus: σ σ dimana diasumsikan nilainya +1. Perhitungan besarnya fraksi portofolio yang digunakan pada penelitian ini adalah berdasarkan alokasi investasi perusahaan yaitu besarnya penggunaan lahan pada komoditas yang diusahakan. Total luas lahan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos untuk ketiga komoditas melon hidroponik yang diusahakan adalah seluas 30.000 meter2 yaitu 3 green house dengan masing-masing seluas 10.000 meter2 dan ada 12 lokal dalam satu green house. Pembagian lahan komoditas melon hidroponik PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos ini merupakan perencanaan baru yang hendak dilakukan oleh manajemen perusahaan yaitu 20 persen untuk lahan golden melon, 20 persen untuk lahan musk melon, dan 60 persen untuk lahan sunny sweet melon.
Analisis Manajemen Risiko Analisis manajemen risiko produksi yang dilakukan adalah berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif. Analisis ini bertujuan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko yang dihadapi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos.Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi penyebabpenyebab adanya risiko, kemudian melakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko serta melihat sejauh mana fungsi manajemen risiko yang diterapkan pada usaha produksi melon hidroponik pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos. Proses dari manajemen risiko operasional dimulai dengan mengindentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Setelah semua risiko dapat teridentifikasi, langkah berikutnya adalah mengukur risikorisiko yang telah terindentifikasi. Maksud dari pengukuran risiko adalah untuk mengetahui seberapa besar peluang (probability) terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut.Setelah setiap risiko terukur, kemudian langkah selanjutnya adalah bagaimana menangani risiko-risiko tersebut sehingga segala kemungkinan rugi dapat diminimalkan. Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah evaluasi terhadap penanganan risiko, hal ini bertujuan untuk melihat seberapa efektif manajemen risiko yang telah dilakukan oleh perusahaan sehingga pada masa mendatang dapat menghindari kesalahan pengambilan keputusan dalam manejemen risiko.
27
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos
Sejarah dan Perkembangan PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos terletak di jalan Veteran 3 Kp. Tapos Desa Citapen Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1974, diatas tanah HGU (Hak Guna Usaha) yang luasnya 751 Ha. PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos yang bergerak dalam bidang usaha agribisnis didirikan pada bulan Januari tahun 1995 untuk unit hidroponik, kemudian pada bulan Januari hingga Maret 1995 dilakukan persiapan lahan dan persiapan bangunan. Secara resmi mulai beroperasi pada awal Maret tahun 1996. Maka pada tahun 1996 dilakukan pengembangan tahap 1 dengan pembangunan green houseseluas 8.320 m2 yang dapat menampung 15.746 tanaman. Pada saat itu komoditi yang diusahakan adalah paprika dan tomat. Berdasarkan hasil analisis ternyata usaha agribisnis pada pengembangan tahap 1 dinilai berhasil maka pada tahun 1997 dilakukan pengembangan green house tahap 2 seluas 12.672 m2 dengan komoditi yang diusahakan yaitu paprika. Perusahaan ini berganti dari tanaman paprika menjadi tanaman melon pada tahun 2002 karena turunnya harga paprika di pasaran. Usaha tanaman paprika ini mengalami kerugian karena hasil yang diperoleh tidak dapat menutupi kerugian biaya produksi yang dikeluarkan. Selain itu pada saat yang sama usaha ini juga terkena serangan hama sehingga perusahaan mengganti komoditas yang diusahakan menjadi tanaman melon karena tanaman melon memiliki peluang pasar yang cukup besar dengan adanya permintaan tinggi di pasaran dan harga yang relatif tinggi pula. Pada tahun 2004, varietas melon yang diusahakan yaitu musk melon dan golden melon, kemudian tahun 2012 perusahaan menambah satu varietas melon lagi yang diusahakan yaitu sunny sweet melon. Selain mengusahakan tanaman tomat dan melon secara hidroponik, usaha ini juga mengembangkan tanaman jeruk primong dan jeruk cokun di lahan luar. Hingga saat ini, usaha hidroponik Tapos mengusahakan empat jenis komoditi yaitu musk melon, golden melon, sunny sweet melon dan jeruk. Visi Menjadikan TAPOS sebagai sebuah kawasan pengembangan pertanian dan peternakan terpadu yang dikelola melalui proses recycling, dengan selalu memperhatikan aspek sosial dan lingkungan lestari. Misi 1. Melakukan kegiatan peternakan dan pertanian secara terpadu dengan pengelolaan secara recycling. 2. Melaksanakan kegiatan pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dibidang peternakan dan pertanian. 3. Melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan melalui penanganan limbah dan konservasi lahan.
28
Aspek Organisasi dan Manajemen Struktur organisasi perusahaan PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos memiliki sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan, yaitu mempermudah pelimpahan wewenang dan garis komando dari manajer utama sampai karyawan paling bawah, serta untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan sebagai upaya peningkatan efisiensi dan potensi tenaga kerja sebagai pendukung kegiatan. Organisasi PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos dipimpin oleh seorang general manager. Koordinator mengkoordinir bagian-bagian yang ada dibawahnya yaitu bagian umum, bagian pertanian, bagian ternak, dan bagian pakan. Gambar 9 menggambarkan struktur organisasi PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos. PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos - Pusat
Konsultan
Rejo Sari Bumi Unit Tapos Koordinator Bagian Perencanaan, Pengembangan, Pengawasan, Kerjasama, HRD
Bagian Umum
Bagian Pertanian
Bagian Peternakan
Bagian Pakan Ternak
Gambar 5 Struktur Organisasi PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos Sumber: PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (2013)
Aspek Sumberdaya Perusahaan Sumberdaya merupakan aset paling penting dalam harus dimiliki oleh organisasi atau perusahaan mulai dari kegiatan produksi hingga kegiatan pemasaran.Sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos terdiri dari sumberdaya manusia, sumberdaya fisik, dan sumberdaya modal. 1. Karyawan Sumberdaya manusia adalah salah satu komponen input dalam suatu unit usaha karena merupakan pelaksana dari seluruh kegiatan yang ada di perusahaan. Saat ini, sumberdaya manusia yang menjadi staf dan karyawan hidroponik berjumlah 18 orang dan seluruhnya berasal dari daerah sekitar perusahaan yaitu di kampung Tapos dan Cileungsi. PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos tidak memiliki kualifikasi dan tidak mementingkan pendidikan dalam perekrutan tenaga kerja lapangan, yang terpenting orang tersebut mempunyai
29
ketelitian, kasabaran, ketekunan, dan tidak mudah merasa bosan, karena untuk budidaya tanaman melon hidroponik membutuhkan ketelitian dan kesabaran khusus. Kegiatan kerja dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai 15.00 WIB dan waktu istirahat pukul 12.00 WIB hingga 13.00 WIB. 2. Sumberdaya Fisik PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos memiliki sumberdaya fisik yang cukup memadai dan cukup modern dalam melaksanakan produksinya. Perusahaan memiliki sumberdaya fisik yang terdiri atas bangunan, peralatan produksi, dan satu unit jenis mobil box. Bangunan yang dimiliki perusahaan terdiri dari green house, ruang pembibitan, kantor, serta bangunan tempat pembakaran sekam. Adapun dalam kegiatan sehari-hari, perusahaan ini didukung oleh peralatan produksi yang memadai. Peralatan yang digunakan diantaranya adalah : 1. Tangki pengaduk nutrisi 2. Drip Irrigation yang berfungsi mensuplai unsur hara mineral ke setiap tanaman. 3. Electroconductor (EC meter) digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan ion-ion larutan hara dalam mengantarkan arus listrik. 4. Lemari semai sebagai tempat untuk menyemaikan benih tanaman. 5. Gudang pendingin (cool room) yang digunakan untuk menyimpan buahbuahan yang baru dipanen. 6. Hand sprayer, serta alat semprot mesin motor pompa untuk melakukan penyemprotan hara dan insektisida pada tanaman. 7. Air Valvue (katup udara) digunakan untuk membuang udara yang terperangkap di dalam pipa-pipa utama penyalur larutan hara. 8. Pressure Regulatorvalvue (PRV) yaitu suatu katup yang terdapat dalam bangunan tanam dalam saluran irigasi yang digunakan untuk mengatur tekanan aliran larutan sehingga menjadi seragam pada setiap bangunan. 3. Sumberdaya Modal Modal merupakan satu hal yang sangat penting untuk menjalankan usaha. Modal sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Modal perusahaan berasal dari modal sendiri, yaitu dari mantan presiden Soeharto, tidak ada bantuan dana dari pihak manapun, baik pihak ketiga maupun pihak bank. 4. Unit Bisnis PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos adalah salah satu perusahaan agribisnis yang mengusahakan budidaya hidroponik tanaman melon dari hulu sampai pasca panen, artinya proses produksi yang dilakukan meliputi pengadaan input, pembenihan, pembibitan, budidaya, panen hingga pasca panen. Sistem tanam yang dilakukan adalah sistem rotasi tanam agar tetap mengontrol jumlah produksi yang stabil disesuaikan dengan tingkat permintaan konsumen. Pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan yaitu melalui perantara supplier tetap yang juga sebagai pelanggan tetap untuk memasarkan buah ke toko-toko di Jakarta. Ada pula yang datang langsung ke tempat untuk membeli buah melon tersebut. Penjualan utama terdapat pada buah golden melon,musk melon, dan sunny sweet melon. 4.1. Pengadaan Input Pengadaan input yang perlu disiapkan dalam budidaya tanaman musk melon dan golden melon diantaranya :
30
a. Lahan Keseluruhan lahan yang dimiliki oleh PT. Rejosari Bumi Unit Tapos yaitu seluas 651 ha.Terdiri dari lahan untuk peternakan sapi perah dan lahan untuk tanaman hidroponik. Lahan hidroponik itu sendiri seluas 15 ha, 12 ha untuk lahan jeruk dan 3 ha untuk lahan bangunan green house. Lahan bangunan green house digunakan untuk produksi musk melon, golden melon, sunny sweet melon dan sebagian kecil digunakan untuk kantor, gudang, ruang pembakaran sekam, ruang nutrisi, dan pembibitan. b. Green house Terdapat 3 bangunan green house yang semuanya ditanami komoditi musk melon, golden melon, dan sunny sweet melon. c. Tenaga kerja Tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam sektor tanaman hidroponik melon yaitu sebanyak 21 orang dan seluruhnya berasal dari daerah sekitar perusahaan yaitu di Kampung Tapos dan Cileungsi. Namun, pada awal bulan April 2011, karyawan yang bekerja dalam tanaman hidroponik melon berkurang menjadi 19 orang, 2 orang karyawan yang dinilai kurang produktif, sehingga ditempatkan sementara ke lahan luar yaitu jeruk. d. Bibit Melon Persiapan benih memegang peranan penting dalam menghasilkan melon yang berkualitas. Bibit yang digunakan oleh perusahaan merupakan jenis bibit hibrida. Pengadaan bibit melon tersebut berasal dari Jepang baik untuk jenis musk melon, golden melon, dan sunny sweet melon. e. Peralatan PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos memiliki berbagai macam peralatan yang digunakan untuk mendukung seluruh kegiatan operasional perusahaan. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi berasal dari toko saprotan sekitar perusahaan. Daftar nama peralatan yang dimiliki oleh PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Daftar Peralatan Hidroponik Melon PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17
Peralatan Mesin Power Gelas Ukur Drum Sikat Lantai Troli Selang Penyemprot Pestisida Ember Box Steril Buah Gunting Benang Kasur Pot semai Alat Sterilisasi Timbangan Temo-Hygro Meter EC/pH meter Karet pel
Sumber: PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (2013)
Jumlah 2 34 15 25 2 4 8 25
Satuan Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah
54 30 7 50 8.100 1 2 3 1 10
Buah Buah Buah Roll Buah Buah Buah Buah Buah Buah
31
f. Obat-obatan dan pupuk Perusahaan PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos memperoleh obat-obatan dari toko Tani Jaya 1995-1996 yang berada di daerah pasar anyar Bogor dan 1996-sekarang obat-obatan dan pupuk dari Bapak Made Sugata yang berada di daerah Cisarua. Daftar nama obat-obatan yang digunakan untuk hidroponik melon di PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Daftar Obat Tanaman Melon PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos Nama Obat Ukuran Satuan Agrimex 100 ml Atonik 500 ml Antracol 1.000 ml Winder 250 ml Winder 100 ml Rubigan 80 ml Proklame 25 ml Trigard 25 ml Trisula 500 ml Kardan 500 ml Furadan 1 dus Racun Tikus 1 pak Nimrod 500 ml Sumber: PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (2013)
Fungsi Inteksida Zat Perangsang Tumbuh Fungisida Inteksida Inteksida Fungisida Inteksida Inteksida Inteksida Inteksida Nematisida Racun Tikus Inteksida
g. Sekam Media tanam yang digunakan dalam usaha tanaman melon hidroponik PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos adalah arang sekam dengan bahan baku utama yaitu sekam yang diperoleh dari penggilingan padi yang berada di daerah sekitar lokasi perusahaan. Harga untuk sekam ditetapkan oleh usaha penggilingan padi sebesar Rp 1.500 per karung. Sekam yang dibutuhkan untuk satu bulan yaitu sebanyak 1000 karung.Sekam yang sudah dikirim lalu dibakar dengan menggunakan tungku pada temperatur 300-5000C. h. Kayu bakar Kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar untuk membakar sekam.Kayu bakar dimasukkan ke dalam tungku pembakaran sekam. i. Tangki Tangki digunakan untuk mencampurkan unsur hara dan nutrisi dengan air sebelum dilakukan pemberian nutrisi ke tanaman melon. Tangki tersebut disalurkan melalui pipa instalasi pengairan untuk memudahkan pemberian nutrisi tanaman.PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos ini memiliki dua ruang nutrisi yang masing-masing ruang nutrisi memiliki 4 buah tangki dengan kapasitas volume 27.000 liter. Jumlah nutrisi, unsur hara, dan volume air yang akan ditampung ke dalam tangki mempunyai takaran masing-masing sehingga hasil produksi melon bisa optimal. j. Teknologi Pengairan Adanya teknologi berupa pipa-pipa yang dihubungkan ke dalam green house dari penampung air yang cukup besar dengan bantuan mesin diesel. Hal ini untuk mempermudah pemberian nutrisi pada tanaman.
32
4.2. Teknis dan Teknologi Produksi a. Persiapan lahan dan teknik penanaman Sebelum tanaman mulai ditanami, maka sebaiknya lahan dibersihkan dan disterilisasi. Lahan disterilisasi dengan menggunakan larutan formalin. Formalin diberikan sebanyak 500 ml dicampur dengan 15 liter air. Kegiatan sterilisasi dilakukan dengan cara penyemprotan pada lahan yang akan ditanami serta jalan di sekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar lahan terbebas dari hama dan penyakit-penyakit yang masih tertinggal sehingga tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Teknik penanaman yang dilakukan oleh PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos adalah dengan melakukan pola tanam untuk ketiga jenis komoditi melon tersebut. Hal itu sebagai penetapan waktu pola tanam dan acuan waktu panen agar dapat dilakukan secara kontinyu setiap bulan. b. Persiapan sekam Setelah lahan dibersihkan dan disterilisasi, maka langkah selanjutnya adalah mempersiapkan sekam. Pada saat sekam diterima oleh perusahaan, maka sekam tersebut dibakar dengan menggunakan tungku pembakaran sekam yang di dalamnya menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Sekam dibakar hingga menjadi arang sekam dengan sesekali diaduk agar sekam tersebut tidak menjadi abu. Setelah selesai dibakar, sekam dimasukkan ke dalam polybag dan dibawa ke lokasi yang akan ditanam. Setelah polybag disusun dengan rapi, lalu melipat bagian atas polybag sampai pada batas sekam yang terisi. c. Pengecambahan benih Untuk memastikan semua benih dapat berkecambah dan dapat tumbuh menjadi bibit, hanya benih-benih yang berkecambah saja yang nantinya akan dapat disemai. Proses pengecambahan benih meliputi beberapa langkah yaitu sebagai berikut : 1) Biji direndam ke dalam air hangat. Tujuannya untuk memudahkan lembaga bersemai dan mengurangi gangguan penyakit. Perendaman dilakukan selama 2-3 malam. 2) Setelah direndam, benih diangkat dan ditiriskan, lalu diangin-anginkan di tempat yang teduh. Setelah cukup kering, benih ditebar merata ke atas busa yang dialasi tissue dan letakkan benih tersebut lalu ditutup kembali menggunakan tissu, setelah itu dimasukkan ke dalam sterofoam dan diamkan selama 2 malam. Sementara dilakukan perlakuan benih, polybag yang sudah diisi sekam disiram dengan air sampai basah agar benih yang ditanam mudah untuk disemai. d. Penyemaian benih Benih yang sudah berkecambah segera disemai kedalam polybag. Media semai yang digunakan berupa sekam yang dibakar. Penyemaian dilakukan dengan cara benih yang sudah disimpan selama semalam diambil dari tempat perkecambahan untuk selanjutnya ditanam ke dalam media penyemaian. Penyemaian dilakukan dengan cara membuat lubang sekitar 1 cm lalu benih yang sudah berkecambah dimasukkan dengan bagian berakar di bawah. Kemudian benih ditutup dengan tanah tetapi ujung benih masih terlihat. Setelah benih sudah ditanam lalu disiram dengan air. Benih yang sudah mulai tumbuh dan menghasilkan dua pasang daun diberi nutrisi.
33
e. Penanaman bibit Sebelum bibit ditanam polybag yang sudah disusun diberi larutan fura dan untuk menghindari timbulnya penyakit. Awalnya bibit ditanam di dalam pot kecil, lalu bibit dipindahkan ke dalam polybag dengan cara membuat lubang di tengah-tengah polybag dengan kedalaman sekitar 5 cm lalu pindahkan bibit dari dalam pot dan agak sedikit ditekan agar tidak ada rongga yang kosong antara sekam di polybag dan bibit dari pot kecil. Pada saat seminggu setelah tanam, setiap pohon diikat sebagai media rambatnya. f. Pemberian nutrisi Sistem budidaya hidroponik tidak bisa mendapatkan unsur hara dari tanah secara langsung, maka untuk mengganti unsur hara tersebut diberikan nutrisi secara kontinyu. Kebutuhan nutrisi untuk satu kali produksi golden melon sebanyak 35 liter. Pemberian nutrisi dilakukan setiap hari dari mulai menanam sampai siap untuk dipanen. Pada suhu normal tanaman muda diberi nutrisi sebanyak 150 ml per hari, sedangkan tanaman tua diberi nutrisi sebanyak 1 liter per hari untuk varietas golden melon dan 1,5 liter per hari untuk varietas musk melon dan sunny sweet melon. Pemberian nutrisi diberikan sebanyak 3 - 4 kali dalam sehari.Komposisi nutrisi untuk varietas golden dan musk dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Daftar Nutrisi di Bagian Hidroponik Melon PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Ca (NO3) Fe KH2PO4 KNO3 MNSO4 MGSO4 CUSO4 Borax NaMo
Komposisi/ 90 liter 23 500 4,5 23 (tua) & 17 (muda) 135 10,5 25 110 25
Satuan kg kg kg kg gr kg gr gr gr
Sumber: PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (2013)
Jumlah volume nutrisi yang diberikan pada tanaman dibedakan berdasarkan umur tanaman dan cuaca. Semakin tua umur tanaman maka pemberian nutrisi pun harus lebih banyak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Volume Nutrisi Berdasarkan Umur Tanaman Melon PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2013 Umur Tanaman (minggu) 0-3 3-7 7-9 Sumber: PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (2013)
Volume Nutrisi (cc) / Tanaman 50-100 300 100-150
34
Adapun perlakuan nutrisi yang berbeda sesuai dengan cuaca. Untuk cuaca yang panas penambahan nutrisi lebih banyak karena tanaman membutuhkannya dalam proses fotosintesis, oleh karena itu untuk hasil melon yang baik dilakukan pada musim panas karena cadangan makanan berasal dari fotosintesis. Perlakuan nutrisi berdasarkan cuaca dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Volume Nutrisi Berdasarkan Cuaca pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Cuaca Panas Cerah Mendung Hujan
Volume Nutrisi (cc) / Tanaman Umur 3-7 minggu 300-350 300 200-250 100-150
Sumber: PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (2013)
g. Perawatan Tanaman Perawatan dilakukan ketika mulai masa tanam hingga panen, perawatan yang biasa dilakukan yaitu pemangkasan tajuk agar mendapatkan produksi buah yang optimum, perlu pembuangan tunas-tunas negatif serta cabang-cabang tersier yang hanya akan mengurangi pengisian buah. Pemangkasan tajuk juga penting untuk perbaikan sirkulasi udara dan mengurangi serangan penyakit. Pemangkasan tajuk sebaiknya dilakukan pada saat cuaca sedang panas karena agar tajuk yang dipangkas cepat kering dan tidak memberikan kesempatan untuk masuknya penyakit ke dalam batang melon yang sudah dipangkas. Setelah pemangkasan tajuk dilakukan kegiatan memutar tanaman melon untuk mengurangi resiko patah pada batang. Jika terserang hama dilakukan penyemprotan menggunakan obat-obatan yang dicampur dengan air dengan dosis tertentu. h. Mengawinkan melon Pada saat tanaman melon berumur 30 hari, dilakukan proses perkawinan yaitu dengan mengawinkan bunga jantan dan bunga betina dengan cara mengambil bunga jantan baik dalam satu pohon yang sama maupun dengan pohon yang berbeda, setelah itu kelopak bunga jantan dibuang untuk diambil benang sarinya, lalu benang sari ditempelkan pada putik bunga betina. Perkawinan hendaknya dilakukan pada pukul 09.00 sampai 11.00 WIB agar pada saat benang sari ditempelkan pada putik tidak terhalang oleh embun. Apabila perkawinan dilakukan tidak tepat waktu atau pada saat benang sari ditempelkan pada putik terhalang oleh embun atau hama thrips dapat menyebabkan buah menjadi pecah. Perkawinan dilakukan pada ruas ke 15 agar bobot buah yang dihasilkan sesuai dengan keinginan perusahaan. i. Menyortir bakal buah Setelah berumur 40 hari bakal buah siap untuk disortir dan dipilih buah yang akan dibesarkan dengan ciri-ciri bentuk bulat dan tanpa cacat. Awal kualitas buah ditentukan berdasarkan seleksi buah yang sehat dan posisi buah pada ruas batang. Posisi buah pada ruas yang sama untuk satu kawasan penanaman akan menjamin keseragaman ukuran dan kualitas buah.
35
j. Pemeliharaan buah Buah yang sudah berbentuk perlu dipelihara secara baik agar dapat dipanen dan memiliki kualitas baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah pengikatan buah. Setelah berumur 60 hari, dilakukan pengikatan buah agar dapat buah yang semakin besar dapat ditopang dan menghindari patah pada batang buah. k. Perawatan buah Perawatan dilakukan agar buah dapat dipanen sesuai dengan yang dinginkan. Selain itu juga perawatan dalam mencegah hama dan penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan pada buah melon. Pengendalian hama dan penyakit tanaman melon perlu dilakukan untuk mencegah kerugian berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk. Cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara penyemprotan. Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan dalam 10 - 15 hari sedangkan untuk mengobati tanaman yang sudah terserang hama dan penyakit, penyemprotan dilakukan dalam 5 hari. l. Pola Tanam PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos ini memiliki tiga Green house dengan masing-masing 12 lokal (satu lokal = 15 meter x 60 meter), sehingga dengan jumlah 36 lokal ini, manajemen perusahaan melakukan sistem pola tanam untuk ketiga komoditi melon hidroponik ini dengan cara yang memang belum teratur karena tergantung pada bibit yang ada dan siap untuk di budidayakan. Satu lokal pada green house dapat untuk membudidayakan golden melon 1200 bibit, sedangkan untuk membudidayakan musk melon dan sunny sweet melon masingmasing 600 bibit dalam satu lokal. Pola tanam ini juga tidak harus dalam satu green house untuk satu komoditi saja, jadi satu green house dapat untuk ketiga komoditi melon hidroponik ini. Pola tanam dari golden, musk, dan sunny sweet melon dapat dilihat pada Gambar 5 9 8 7 6 5 4 Lokal 3 ( 15 x 60 m ) 2 1 0
Golden Melon Musk Melon Sunny Sweet Melon
1
2
3
4 5 6 7 8 9 10 11 12 Periode Penanaman
Gambar 6 Pola Tanam Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon Pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Pada Tahun 2012 Sumber: PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (2013)
36
4.3.
Subsistem Pengolahan Buah Melon Saat Panen Masa panen untuk golden melon dan sunny sweet melon yaitu berkisar antara 65 – 70 hari, sedangkan untuk musk melon dapat dipanen sekitar berumur 85 hari. Panen dilakukan biasanya pada pagi hari. Batang tempat tangkai dipotong hati-hati dengan pisau atau gunting sehingga membentuk pola huruf T dan diletakkan miring agar getah tidak menetes pada buah. Buah yang sudah dipanen dikumpulkan dalam wadah/box buah untuk kemudian disortir dan diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Adapun pengelompokan buah melon menurut gradenya yaitu : 1. Golden melon a) Grade A yaitu melon berbobot 0,8 kg b) Grade B yaitu melon berbobot 0,55 kg c) Grade C yaitu melon yang berbobot < 0,55 kg atau kondisi cacat 2. Musk melon a) Grade A yaitu melon berbobot > 1,5 kg b) Grade B yaitu melon berbobot 1 kg – 1,5 kg c) Grade C melon yang berbobot < 1 kg dan melon yang cacat 3. Sunny sweet melon tidak ada grading, karena standar panennya harus lebih dari satu kg tiap buah, jika belum memenuhi standar satu kg tersebut buah tidak akan dipanen. 4.4. Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan untuk mengembangkan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa. Hal ini dapat terpenuhi dengan penyediaan suatu sarana yang disebut konsep marketing mix. Kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan dalam definisi tersebut adalah termasuk keputusan-keputusan dalam empat variabel, yaitu : 1) Produk PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam agribisnis hidroponik green house menghasilkan produk buah melon.Varietas yang dihasilkan ada tiga yaitu musk melon, golden melon, dan sunny sweet melon. Perbedaan golden, musk, dan sunny sweet melon dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Perbedaan Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon Klasifikasi Bentuk Warna kulit Warna daging Jala/ jarring pada kulit
Golden Melon
Musk Melon
Agak lonjong (lebih kecil dibandingkan musk melon) Kuning Putih Tidak ada
Bulat
Sunny sweet Melon Bulat
Hijau Orange Ada
Putih licin Orange Tidak Ada
Sumber: PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (2013)
2) Harga Pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan, bagian pemasaran berhak menentukan harga pokoknya. Penentuan harga dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan.PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos
37
menentukan harga melon sesuai dengan kualitas dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk budidayanya. Harga buah melon dikelompokan menurut Grade. Untuk golden melon Grade A seharga Rp 15.000,-/kg dan Grade B seharga Rp 10.000,-/kg dan untuk musk melon Grade A seharga Rp 25.000,-/kg dan Grade B seharga Rp 18.000,-/kg, sedangkan untuk sunny sweet melon seharga Rp 17.000,-/kg. 3) Distribusi Sebagian besar produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produk, khususnya barang, dengan cara membangun suatu saluran distribusi. PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos sebagai produsen melon menjual melonnya ke distributor, selanjutnya distributor menjual ke konsumen akhir. Selain itu, perusahaan juga melayani pembelian dimana konsumen dapat langsung datang ke kebun untuk membeli melon. 4) Promosi Pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk, dan mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk kepada masyarakat agar produk dikenal yang pada akhirnya akan membeli. PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam melakukan hal promosi hanya melalui mulut ke mulut. Diperkenalkan pertama kali oleh distributornya kemudian distribusikan ke supermarket, toko, dan swalayan yang ada di kawasan Jabotabek sehingga banyak yang mengetahui mengenai adanya kualitas produk melon tersebut.
Identifikasi Sumber-Sumber Risiko
Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi melon hidroponik tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam suatu usaha akan mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan. Oleh karena itu, adanya fluktuasi produksi mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi suatu perusahaan. Adanya risiko akan berdampak pada penerimaan suatu usaha dan berpengaruh langsung terhadap keberhasilan suatu usaha. Bagi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos pengurangan risiko melalui upaya diversifikasi ini belum pernah dikaji atau diteliti sebelumnya secara detil. Risiko yang dihadapi melalui upaya diversifikasi melon hidroponik merupakan risiko yang muncul pada pengusahaan tiga komoditi melon hidroponik yaitu golden melon, musk melon, dan sunny sweet melon. Umumnya risiko ini diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal, yang sulit untuk dikendalikan oleh Perusahaan walaupun ada penyebab risiko berasal dari factor internal. Sumber-sumber risiko yang ada pada perusahaan Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam mengusahakan melon hidroponik antara lain dikarenakan perubahan 1) cuaca atau iklim; 2) serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit erat kaitannya dengan kondisi cuaca, dimana pada musim kemarau hama lebih menyerang tanaman, sedangkan pada musim hujan penyakit lebih sering menyerang tanaman; 3) tenaga kerja yang kurang terampil. Penentuan risiko produksi pada penelitian ini didasarkan pada penilaian varians, standar deviasi dan coeffisien varian yang diperoleh dari hasil peluang
38
terjadinya suatu kejadian. Peluang terjadinya suatu kejadian dapat dilihat dari kondisi rata-rata produksi yang dihasilkan oleh masing-masing komoditas, berarti tidak berdasarkan nilai tertinggi, normal, ataupun terendah. Rata-rata produktivitas tiap komoditi golden, musk, dan sunny sweet melon dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Produktivitas Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon Tiap Periode Penanaman No. Golden Melon Musk Melon Sunny sweet Melon 1 10,496 6,578 2 10,196 5,172 3 11,912 4,800 4 10,360 6,876 5 10,244 6,951 6 8,604 5,992 7 12,308 6,789 8 13,684 6,165 5,916 9 12,688 6,185 5,454 10 10,928 6,144 11 12,624 5,616 6,576 12 11,172 8,880 6,408
Tabel 13 memperlihatkan nilai peluang yang diperoleh dari 12 kondisi kejadian yang terjadi pada dua komoditi yaitu golden melon dan musk melon dan dari empat kondisi kejadian yang terjadi pada komoditi sunny sweet melon. Peluang kejadian komoditi golden dan musk melon berarti 1/12, sedangkan sunny sweet melon memiliki peluang kejadian 1/4 karena pada 12 periode penanaman hanya melakukan empat kali penanaman. Rata-rata produktivitas dan penerimaan setelah di ketahui peluang kejadian untuk masing-masing komoditi pada komoditas golden, musk, dan sunny sweet melon dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Rata-rata produktivitas, dan penerimaan pada komoditas Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon Rata-rata Penerimaan Harga Komoditas Produktivitas (Kg/ ha) (Rp/ Kg) (Rp/ ha) 15.000 Golden Melon 11.268 169.020.000 25.000 Musk Melon 6.346 152.295.600 17.000 Sunny sweet Melon 6.089 103.504.500
Tabel 14 menunjukkan kondisi produktivitas dan penerimaan masingmasing komoditas. Pada tabel dapat dilihat produktivitas tertinggi pada
39
komoditi golden melon karena produksi golden melon ini dua banding satu dengan komoditi musk melon maupun sunny sweet melon. Pengusahaan melon hidroponik tidak terlepas dari risiko. Dalam hal ini terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko pada usaha melon hidroponik diantaranya adalah: a. Kondisi Cuaca atau Iklim Kondisi cuaca dan iklim menjadi salah satu faktor munculnya risiko dalam pengusahaan melon hidroponik. Perubahan cuaca yang drastis atau ekstrim dan sulitdiprediksi akan mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan komoditas melon yang diusahakan. Adanya hujan secara terusmenerus, perubahan suhu, terpaan angin, atau terpaan sinar matahari yang panjang akan sangat berpengaruh terhadap kondisi melon yang akan berdampak negatif pada produksi dan produktivitas melon. Adanya perubahan curah hujan yang berfluktuasi tiap bulannya dan sulit diprediksi untuk tahun berikutnya merupakan salah satu sumber risiko dalam pengusahaan melon hidroponik. Kondisi cuaca ini berhubungan dengan serangan hama dan penyakit yang menyerang komoditas golden melon, musk melon, dan sunny sweet melon. Pada musim kemarau umumnya populasi hama meningkat cepat sementara pada musim hujan serangan penyakit lebih sering melanda komoditas melon. PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos menggunakan green house dalam mengusahakan golden, musk, dan sunny sweet melon. Penggunaannya bertujuan untuk melindungi tanaman dari perubahan curah hujan yang berlebihan, terpaan angin,suhu serta hama yang mengganggu tanaman. Musim kemarau dilakukan pemberian nutrisi yang lebih banyak untuk masing-masing komoditi (300-350 cc/ hari). Pada musim hujan, dilakukan pemberian nutrisi yang lebih sedikit untuk masing-masing komoditi (100-150 cc/ hari). Jika sinar matahari penuh sepanjang hari maka pertumbuhan melon hidroponik akan lebih baik dibandingkan dengan cuaca mendung. Kondisi cuaca yang mendung mengakibatkan intensitas sinar matahari yang diterima tanaman melon berkurang.
b. Hama dan Penyakit Dalam mengusahakan melon hidroponik terdapat sumber risiko berupa hama danpenyakit yang dapat merusak daun ataupun buahnya sehingga produksi tidak optimal. Hama dan penyakit yang menyerang melon ini umumnya juga berkaitan dengan kondisi cuacadan iklim. Frekuensi serangan hama terhadap tananam melon umumnya lebih sering terjadipada musim kemarau dimana curah hujan rendah, terpaan sinar matahari panjangdan suhu udara yang relatif tinggi. Berbeda halnya pada musim hujan, umumnya penyakit lebih banyak menyerang tanaman melon dibandingkan serangan hama. Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh bahwa hama dan penyakit merupakan sumber risiko yang paling sering terjadi pada pengusahaan komoditas melon hidroponik yang diusahakan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (peluang terjadi serangan hama danpenyakit lebih tinggi daripada sumber risiko yang lain).
40
Jenis hama dan penyakit yang menyerang bunga yang diusahakan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos hampir sama untuk setiap bunga. Hama dan penyakit yang menyerang golden, musk, dan sunny sweet melon ini seperti wereng, kutu, kupu-kupu putih dan jamur. Hal ini biasanya menyebabkan daun menjadi pucat sehingga berpengaruh pada besarnya buah dan rasa buah melon itu sendiri. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Selain tidak menimbulkan efek samping tindakan pencegahan juga tidak mememerlukan biaya yang besar. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum kegiatan pemeliharaan dimulai atau pada saat tanda-tanda serangan penyakit mulai terlihat untuk mencegah meluasnya penyakit. Upaya yang dilakukan oleh PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam mencegah timbulnya penyakit dimulai dengan pengamatan rutin setiap harinya yang dilakukan oleh pekerjanya.Selain itu dilakukan penyemprotan pestisida rutin dalam 10-15 hari dengan menggunakan sistem pompa sprayer. c. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan karena sumber daya manusia mempengaruhi efisiensi dan efektifitas perusahaan. Perekrutan tenaga kerja yang terampil, berpendidikan dan berpengalaman sangat penting bagi suatu perusahaan guna mendukung kegiatan operasional perusahaan. Tenaga kerja bisa menjadi sumber risiko apabila perusahaan memiliki tenaga kerja yang tidak terampil, tidak berpendidikan dan kurang berpengalaman. Hal ini bisa berimplikasi negatif pada hasil produksi yang bervariasi. Selain itu adanya Standar Operating Procedures (SOP) yang jelas juga turut memegang andil dalam keberhasilan suatu usaha. Tidak adanya SOP bisa mengakibatkan tenaga kerja bisa melakukan penyimpangan, kesalahan (human error) atau tidak menjalankan tugasnya sama sekali. Hal ini akan menyebabkan produksi bervariasi. Tenaga pengawas atau mandor yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan kemungkinan tenaga kerja dengan bekerja dengan sesuka hati dan leluasa serta tidak memperhatikan petunjuk dan SOP yang berlaku. Dari wawancara yang dilakukan diperoleh bahwa pernah terjadi kesalahan penggunaan pestisida pada tanaman golden melon yang diusahakan oleh PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos sekitar tahun 2008. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengawasan dari mandor (pengawas). Kesalahan penggunaan pestisida tersebut dilakukan oleh salah satu tenaga kerja lapangan yang menyemprotkan pestisida baru pada golden melon. Hal tersebut mengakibatkan semua golden melon yang disemprot gagal panen dan akhirnya dibuang. Tenaga kerja tersebut melalaikan SOP yang diberlakukan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos yang menyebutkan bahwa sebelum obat baru diaplikasikan pada tanaman terlebih dahulu diuji coba pada tanaman dalam skala kecil. Akibat kelalaiannya tenaga kerja tersebut memperoleh Surat Peringatan, tetapi setelah kejadian ini para pekerja mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan hampir tidak ada yang melakukan kesalahan seperti ini lagi.
41
Analisis Risiko
Analisis risiko merupakan sebuah tahapan komprehensif dalam prosespenilaian risiko. Kegiatan penilaian ini dimulai dengan perhitungan peluang, nilai expected return, hingga nilai besaran risiko. Nilai hasil perhitungan peluang dan rata-rata penerimaan yang dilakukan sebelumnya dijadikan sebagai bahan perhitungan lanjutan, yaitu untuk mengukur nilai expected return. Nilai expected return merupakan nilai harapan penjualan berdasarkan masing-masing kondisi pada golden melon, musk melon, dan sunny sweet melon. Nilai harapan ini sudah memperhitungkan risiko yang ada. Hasil perhitungan nilai expected return dapat dilihat pada Tabel 15. Perhitungan expected return hanya dilakukan kepada nilai produktivitas masing-masing komoditas melon hidroponik. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh harga jual yang berfluktuasi terhadap penentuan nilai risiko pada usaha diversifikasi.
Tabel 15 Penilaian expected return pada komoditas Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon Komoditi Expected return (Rp) Golden Melon 169.020.000 Musk Melon 152.295.600 Sunny sweet Melon 103.504.500
Dari Tabel 15 diketahui bahwa expected returngolden melon merupakan yang paling tinggi dibandingkan kedua komoditas yang lain. Hal ini disebabkan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos lebih berkonsentrasi pada komoditas tersebut dibandingkan yang lainnya. Perusahaan lebih berkonsentrasi pada komoditas golden melon karena berdasarkan pertimbangan optimalisasi lokal green house yang digunakan dapat lebih banyak dibandingkan musk maupun sunny sweet melon (2 berbanding 1). Selain itu, permintaan akan golden melon lebih tinggi dibandingkan kedua komoditas lain sehingga hal tersebut menjadi dasar bagi pihak perusahaan yang lebih berkonsentrasi pada produksi golden melon. Produksi yang lebih tinggi ini akan berpengaruh pada penerimaan yang diharapkan (expected return) oleh perusahaan yang juga akan ikut meningkat, tetapi pada saat ini perusahaan mengutamakan sunny sweet melon karena harganya relatif stabil dan tidak ada grading buah dibandingkan komoditas golden dan musk melon.
Analisis Risiko Komoditi Tunggal Penilaian risiko pada komoditas tunggal dilihat berdasarkan tingkat pendapatan yang diperoleh dari komoditas golden, musk, dan sunny sweet. Penilaian risiko dapat dihitung dengan menggunakan Expected return, varians, standar deviasi dan koefisien variasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 16.
42
Tabel 16 Penilaian risiko pada Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon Komoditas
Expected return (Rp)
Varian (Rp)
Standar Deviasi (Rp)
Koefisien variasi
Golden Melon
169,020,000
413,033,400,000,000
20,323,223
0.120
Musk Melon
152,295,600
568,523,840,000,000
23,843,738
0.157
Sunny sweet Melon
103,504,500
55,782,996,750,000
7,468,802
0.072
Berdasarkan Tabel 16 diperoleh bahwa musk melon mempunyai nilai varian yang paling tinggi dibandingkan dengan golden dan sunny sweet melon yaitu sebesar Rp. 568.523.840.000.000. Demikian halnya dengan nilai standar deviasi musk melon mempunyai nilai tertinggi diantara ketiga komoditas tersebut. Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan expected return. Nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa di antara ketiga komoditas ternyata sunny sweet melon yang mempunyai nilai yang paling rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap satu rupiah yang dihasilkan ternyata usaha golden dan musk melon menghadapi risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan sunny sweet melon. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Nilai koefisien variasi sunny sweet melon memilih nilai paling kecil karena merupakan komoditi baru di perusahaan dan produktivitas sunny sweet melon masih belum stabil tiap periode penanamannya. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa musk melon memiliki risiko paling tinggi dibandingkan dengan golden dan sunny sweet melon. Hal ini disebabkan karena lebih tingginya alokasi dana untuk biaya (cost) yang dikeluarkan untuk produksi musk melon. Produksi yang lebih tinggi ini membutuhkan alokasi dana yang cukup besar untuk memproduksi musk melon misalnya penyediaan input serta pemeliharaannya. Ditinjau dari karakteristiknya sendiri musk melon relatif lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Jenis hama dan penyakit yang menyerang musk melon lebih banyak dibandingkan dengan komoditas melon hidroponik lainnya. Serangan hama dan penyakit ini berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas musk melon. Jika serangan hama dan penyakit pada satu periode produksi cukup tinggi maka produksi dan produktivitas musk melon tidak akan optimal atau rendah. Untuk mencegah dan mengendalikan hama dan penyakit ini PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos mengalokasikan sebagian dana untuk menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk menekan hama dan penyakit. Adanya biaya produksi yang relatif tinggi dan tidak optimalnya produksi karena karakteristik musk melon yang sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit menyebabkan musk melon memiliki risiko yang paling tinggi diantara komoditas melon hidroponik yang diusahakan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos. Berbeda halnya dengan sunny sweet melon yang memiliki risiko yang paling rendah diantara ketiga komoditas tersebut. Ditinjau dari karakteristiknya sendiri sunny sweet melon memang tidak terlalu rentan terhadap serangan hama dan penyakit serta harga jual yang cukup tinggi dibandingkan golden melon sehingga nilai risikonya lebih kecil dibandingkan golden melon.
43
Penelitian tedahulu yang dilakukan oleh Sianturi (2011), nilai analisis risiko komoditi tunggal pada empat jenis bunga pun didasarkan dari penerimaan tiap komoditi dan memiliki nilai risiko yang bervariasi. Bunga krisan yang memiliki nilai koefisien variasi tertinggi disebabkan karena relatif lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Jenis hama dan penyakit yang menyerang bunga krisan lebih banyak dibandingkan dengan komoditas bunga lainnya. Sama halnya dengan komoditi musk melon pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos yang memiliki nilai risiko paling tinggi karena relatif lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
Analisis Risiko Diversifikasi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos mengadakan diversifikasi dalam usaha melon hidroponik. Diversifikasi merupakan strategi investasi dengan menempatkan dana dalam berbagai kegiatan usaha dengan tujuan untuk meminimalkan risiko. Diversifikasi yang dilakukan oleh PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos adalah dengan mengusahakan tiga komoditas pada ketiga green houseyaitu komoditas golden, musk, dan sunny sweet melon. Dari wawancara yang dilakukan diperoleh bahwa upaya diversifikasi yang dilakukan oleh PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos adalah semata-mata untuk merespon pasar. Hal ini berarti upaya diversifikasi yang dilakukan perusahaan ini adalah untuk memenuhi permintaan pasar yang selalu berubah sesuai tren. Risiko pada tiap komoditas yang dijelaskan pada uraian sebelumnya menggambarkan risiko yang dihadapi perusahaan pada masing-masing komoditas yang diusahakan. PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha tersebut yang disebut dengan diversifikasi. Dengan pengusahaan secara diversifikasi maka risiko yang dihadapi perusahaan (risiko portofolio) menurun. Analisis perbandingan risiko yang dilakukan berdasarkan hasil return yaitu pendapatan yang diperoleh. Perhitungan risiko portofolio yang dilakukan mencakup gabungan dua komoditas dan tiga komoditas. Risiko portofolio dari kombinasi dua aset yang dihitung adalah sebanyak tiga portofolio antara lain gabungan golden dan musk melon, golden dan sunny sweet melon, serta musk dan sunny sweet melon. Risiko portofolio dari kombinasi tiga komoditas yang dihitung adalah gabungan golden, musk, dan sunny sweet melon. Total perhitungan risiko portofolio yang dianalisis adalah sebanyak 4 portofolio. Dalam perhitungan risiko portofolio dibutuhkkan fraction untuk tiap komoditi yang akan digabungkan, fraction portofolio dapat dilihat di Tabel 17.
Tabel 17 Fraction / bobot portofolio untuk perhitungan risiko portofolio melon hidroponik Kombinasi Komoditi Golden + Musk Golden + Sunny sweet Musk + Sunny sweet Golden+Musk+Sunny sweet
Fraction / Bobot Portofolio (%) Golden Musk Sunny sweet 50 50 30 70 30 70 20 20 60
44
Dalam perhitungan risiko portofolio ini dibutuhan nilai covariance untuk tiap gabungan komoditas, dan untuk mendapatkan nilai covariance ini menggunakan analisis regresi, dapat dilihat di Lampiran 3, 4, dan 5. Perhitungan risiko portofolio golden, musk, dan sunny sweet melon pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Penilaian risiko portofolio pada kelompok Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon Kelompok Melon
Expected return (Rp)
Varian
Standar Deviasi
Koefisien variasi
G+M
160,657,800
245,389,308,730,093
15,664,907
0.098
G + SS M + SS
123,159,150 118,141,830
64,506,677,004,146 78,500,817,387,588
8,031,605 8,860,069
0.065 0.075
G + M+ SS
126,387,240
59,344,170,590,289
7,703,517
0.061
Keterangan: G: Golden melon M: Musk melon SS: Sunny sweet melon
Hasil perhitungan risiko diversifikasi yang ditampilkan pada Tabel 18 merupakan gambaran risiko yang dihadapi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dengan melakukandua dan tiga kombinasi usaha penjualan melon hidroponik yaitu golden, musk, dan sunny sweet melon. Penjelasan mengenai hasil perhitungan risiko diversifikasi kelompok melon hidroponik pada Tabel 17 tersebut dijelaskan sebagai berikut. a. Golden dan Musk Melon Kombinasi antara golden melon dan musk melon ini merupakan kombinasi dua komoditas yang memiliki nilai expected return tertinggi yaitu Rp 160.657.800,- lebih rendah daripada komoditi golden melon yaitu Rp 169.020.000,- dan lebih tinggi daripada komoditi musk melon yaitu Rp 152.295.000,-. Tingginya nilai expected return ini karena dua komoditas ini sudah berjalan sejak usaha melon hidroponik ini dijalankan dan juga harga jualnya cukup tinggi untuk komoditi musk melon dan tidak berfluktuasi harganya. Hasil perhitungan risiko portofolio ini memiliki nilai yang besar, terutama nilai expected return yang terbesar dibandingkan kombinasi komoditas yang lain tetapi memiliki nilai risiko terbesar juga. Hasil ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan high risk high return atau low risk low return. Tujuan penggunaan strategi diversifikasi pada kondisi yang berisiko adalah untuk meminimalisasi besarnya risiko pada satu komoditi atau usaha. Hal ini akan efektif apabila hasil penilaian risiko menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai risiko pada saat mengusahakan satu komoditi. Nilai kombinasi antara golden dan musk melon menunjukan hasil yang berbeda
45
secara signifikan jika dibandingkan dengan hanya mengusahakan satu jenis melon hidroponik saja. Nilai koefisien variasi kombinasi antara golden dan musk melon yaitu 0,098 lebih kecil dibandingkan nilai koefisien variasi perhitungan tunggal golden maupun musk melon yang masing-masing bernilai 0,120 dan 0,157. Hasil penilaian ini menunjukan bahwa mengusahakan dua jenis komoditi golden dan musk melon ini memiliki nilai risiko yang lebih kecil dibandingkan mengusahakan satu jenis komoditi saja. Risiko diversifikasi dua kelompok melon hidroponik antara golden dan musk melon merupakan risiko yang paling tinggi diantara perhitungan risiko diversifikasi dua kelompok melon hidroponik lainnya. Proporsi perbandingan penggunaan sumberdaya modal yang digunakan kepada kelompok golden, dan musk melon adalah masing-masing 50 persen dan 50 persen. Berdasarkan informasi di lapangan ternyata musk melon sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit dibandingkan dengan golden melon. Pada saat musim hujan serangan penyakit pada musk melon lebih tinggi dibandingkan golden melon. Penyakit yang menyerang musk melon adalah jamur dan melju, selain penyakit yang dapat menyebabkan kegagalan produksi pada musk melon adalah kurangnya nutrisi sehingga mempengaruhi kualitas melon. Golden melon lebih resisten terhadap perubahan cuaca dan serangan hama dan penyakit. Penyakit yang menyerang golden melon juga lebih sedikit yang ditemui di lapangan yaitu jamur. Pada musim kemarau serangan hama pada musk melon cukup tinggi dengan jenis yang lebih banyak dibandingkan dengan golden melon. b. Golden dan Sunny sweet Melon Strategi diversifikasi yang kedua merupakan kombinasi antara golden dan sunny sweet melon. Kombinasi ini merupakan kombinasi antara kelompok melon hidroponik dengan nilai expected return tertinggi dan kelompok melon hidroponik dengan nilai expected return terendah. Kombinasi dua komoditas ini memiliki nilai expected return sebesar Rp 123.159.150,- lebih rendah daripada komoditi golden melon yaitu Rp 169.020.000,- dan lebih tinggi daripada komoditi sunny sweet melon yaitu Rp 103.504.500,-. Nilai expected return gabungan dua komoditas ini berada di antara komoditi tunggal karena fraction portofolio lebih besar pada komoditi sunny sweet melon yang merupakan produk unggulan untuk sekarang ini. Hasil perhitungan risiko pada gabungan kedua kelompok melon hidroponik ini menunjukkan angka yang paling rendah dari keseluruhan perhitungan risiko diversifikasi dua komoditas. Hal ini didasarkan kepada nilai koefisien variasi yang diperoleh yaitu berdasarkan nilai penjualan. Nilai koefisien variasi kombinasi antara golden dan sunny sweet melon yaitu 0,065 lebih kecil dibandingkan nilai koefisien variasi perhitungan tunggal golden maupun sunny sweet melon yang masing-masing bernilai 0,120 dan 0,072. Hasil penilaian ini menunjukan bahwa mengusahakan dua jenis komoditi golden dan sunny sweet melon ini memiliki nilai risiko yang lebih kecil dibandingkan mengusahakan satu jenis komoditi saja. Usaha diversifikasi antara pengusahaan golden dan sunny sweet melon ini memiliki manfaat yang cukup baik di saat PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos hanya mengusahakan komoditas golden melon. Perbandingan antara nilai risiko tunggal dengan risiko diversifikasi pengusahaan golden melon memiliki selisih
46
yang cukup tinggi yaitu antara 0,055 skala perhitungan. Namun jika perbandingannya dilakukan kepada komoditas sunny sweet melon, maka manfaat untuk mengurangi risiko tidak terlalu berpengaruh. Perbandingan nilai risiko tunggal dengan nilai risiko diversifikasi pada pengusahaan sunny sweet melon adalah hampir sama. Kombinasi risiko diversifikasiantara golden dan sunny sweet ini lebih efektif pada kondisi dimana Perusahaan hanya mengusahakan kelompok golden melon saja. Proporsi perbandingan penggunaan sumberdaya modal yang digunakan kepada kelompok golden dan sunny sweet melon adalah masing-masing 30 persen, dan 70 persen. Rendahnya nilai risiko diversifikasi golden melon dengan sunny sweet melon adalah dikarenakan proporsi penggunaan sumberdaya input sebagian besar digunakan untuk mengusahakan sunny sweet melon, sehingga besarnya risiko pada pengusahaan golden melon menjadi berkurang. Informasi di lapangan menyebutkan bahwa kelompok komoditas sunny sweet melon merupakan melon hidroponik yang range harga jualnya cukup tinggi dibandingkan dengan golden melon dan umur panen yang sama dengan golden melon. Selain itu, golden melon lebih resisten terhadap perubahan cuaca dan serangan hama danpenyakit. Penyakit yang menyerang golden melon juga lebih sedikit yang ditemui di lapangan yaitu jamur, sedangkan untuk sunny sweet melon penyakit yang sering menyerang adalah melju. Diversifikasi antara golden melon dan sunny sweet melon akan mengakibatkan risiko yang dihadapi perusahaan menjadi lebih rendah karena risiko yang lebih tinggi dari golden melon ditransfer ke sunny sweet melon. c. Musk dan Sunny sweet Melon Penilaian risiko diversifikasi dua kelompok melon hidroponik antara komoditas musk melon dengan sunny sweet melon memiliki nilai expected return terendah dibandingkan dengan penggabungan dua kelompok melon hidroponik lainnya. Kombinasi dua komoditas ini memiliki nilai expected return sebesar Rp 118.141.830,- lebih rendah daripada komoditi musk melon yaitu Rp 152.295.000,- dan lebih tinggi daripada komoditi sunny sweet melon yaitu Rp 103.504.500,-. Nilai expected return gabungan dua komoditas ini berada di antara komoditi tunggal karena fraction portofolio lebih besar pada komoditi sunny sweet melon yang merupakan produk unggulan untuk sekarang ini. Nilai risiko yang diperoleh melalui perhitungan koefisien variasi berdasarkan nilai penjualan bernilai 0,075. Nilai ini memiliki pengertian bahwa PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos menghadapi risiko usaha musk melon dan sunny sweet melon senilai 0,075 per setiap return yang diharapkan. Usaha diversifikasi antara pengusahaan musk dan sunny sweet melon ini memiliki manfaat yang cukup baik di saat PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos daripada hanya mengusahakan komoditas musk melon. Perbandingan antara nilai risiko tunggal dengan risiko diversifikasi pengusahaan musk melon memiliki selisih yang cukup tinggi yaitu antara 0,087 skala perhitungan. Namun jika perbandingannya dilakukan kepada komoditas sunny sweet melon, maka manfaat untuk mengurangi risiko tidak terlalu berpengaruh. Perbandingan nilai risiko tunggal dengan nilai risiko diversifikasi pada pengusahaan sunny sweet melon adalah hampir sama. Kombinasi risiko diversifikasiantara golden dan sunny sweet ini lebih efektif pada kondisi dimana Perusahaan hanya mengusahakan kelompok
47
musk melon saja. Proporsi perbandingan penggunaan sumberdaya modal yangdigunakan kepada kelompok musk, dan sunny sweet melon adalah masingmasing 30 persen dan 70 persen. Diversifikasi antara musk melon dan sunny sweet melon akan mengakibatkan risiko yang dihadapi perusahaan menjadi lebih rendah karena risiko yang lebih tinggi dari musk melon ditransfer ke sunny sweet melon. Berdasarkan informasi di lapangan ternyata musk melon sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit dibandingkan dengan sunny sweet melon. Pada saat musim hujan serangan penyakit pada musk melon lebih tinggi dibandingkan sunny sweet melon. Penyakit yang menyerang musk melon adalah jamur dan melju, selain itu penyakit yang dapat menyebabkan kegagalan produksi pada musk melon adalah kurangnya nutrisi sehingga mempengaruhi kualitas melon. Sunny sweet melon lebih resisten terhadap perubahan cuaca dan serangan hama danpenyakit. Penyakit yang menyerang golden melon juga lebih sedikit yang ditemui di lapangan yaitu jamur tetapi nutrisi juga harus cukup untuk kualitas sunny sweet melon. Pada musim kemarau serangan hama pada musk melon cukup tinggi dengan jenis yang lebih banyak dibandingkan dengan sunny sweet melon. d. Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon Kombinasi antara golden, musk, dan sunny sweet merupakan kombinasi portofolio dengan tiga kelompok melon hidroponik. Kombinasi ketiga melon hidroponik ini merupakan kombinasi yang menunjukkan nilai risiko secara keseluruhan. Perhitungan expected return yang dimiliki oleh ketiga kombinasi ini menunjukkan angka tertinggi kedua setelah nilai expected return kombinasi golden dan musk melon yaitu Rp 126.387.240,- lebih rendah daripada komoditi golden dan musk melon yaitu Rp 169.020.000,- dan Rp 152.295.000,- dan lebih tinggi daripada komoditi sunny sweet melon yaitu Rp 103.504.500,-. Nilai expected return gabungan tiga komoditas ini berada di antara komoditi tunggal maupun komoditi gabungan dua komoditas karena fraction portofolio lebih besar pada komoditi sunny sweet melon yang merupakan produk unggulan untuk sekarang ini. Perolehan nilai risiko diversifikasi melalui perhitungan koefisien variasi adalah 0,061 berdasarkan nilai penjualan. Besaran nilai risiko yang dihadapi pada saat melakukan kombinasi ketiga kelompok melon hidroponik menunjukkan nilai yang paling rendah jika dibandingkan dengan komoditi tunggal maupun kombinasi dua kelompok melon hidroponik. Nilai risiko cenderung lebih tinggi pada usaha diversifikasi yang mengandung komoditas musk melon dibandingkan usaha diversifikasi yang tidak mengandung musk melon. Hal ini disebabkan musk melon memiliki tingkat risiko yang paling tinggi dibandingkan kedua komoditas yang lain. Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada ketiga kelompok komoditas melon hidroponik yang dilakukan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos disimpulkan bahwa diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada. Akan tetapi, dengan melakukan diversifikasi tidak serta-merta berarti menghilangkan risiko atau membuat risiko menjadi nol. Artinya meskipun perusahaan telah melakukan diversifikasi, perusahaan tetap menghadapi risiko. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksiyang diperoleh yakni nilai varian, standar deviasi, koefisien variasi tidak sama dengan nol. Dengan adanya diversifikasi
48
maka kegagalan pada salahsatu usaha diharapkan bisa dikompensasi dari usaha yang lainnya. Oleh karena itu, diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko. Penelitian tedahulu yang dilakukan oleh Sianturi (2011), nilai analisis risiko diversifikasi gabungan tiap dua/tiga/empat jenis bunga memiliki nilai risiko yang bervariasi. Nilai risiko dari gabungan dua komoditas krisan dan kalandiva merupakan nilai yang tertinggi dibandingkan dengan gabungan dua komoditas maupun tiga/empat komoditas lainnya. Berdasarkan informasi di lapangan ternyata bunga krisan sangat rentan terhadap perubahan cuaca, dan serangan hama dan penyakit dibandingkan dengan kalandiva. Pada saat musim hujan serangan penyakit pada krisan lebih tinggi dibandingkan kalandiva. Bunga kalandiva lebih resisten terhadap perubahan cuaca dan serangan hama dan penyakit. Penyakit yang menyerang kalandiva juga lebih sedikit yang ditemui di lapangan yaitu mildew (jamur). Pada musim kemarau serangan hama pada krisan cukup tinggi dengan jenis yang lebih banyak dibandingkan dengan kalandiva antara lain maids, kutu daun, ulat dan karat daun. Berbeda halnya dengan kalandiva yang serangan hamanya hanya dari satu jenis hama yaitu aphids. Hal ini menyebabkan walaupun penerimaan perusahaan dari krisan relatif tinggi dibandingkan dari kalandiva tetapi perusahaan menghadapi risiko yang lebih tinggi dalam mengusahakan krisan dibandingkan kalandiva. Analisis risiko diversifikasi yang dilakukan pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos menghasilkan nilai risiko pada gabungan dua komoditas golden dan musk melon memiliki nilai tertinggi sedangkan gabungan tiga komoditas golden, musk, dan sunny sweet melon memiliki nilai risiko terendah dan nilai expected return kedua terbesar diantara dua/ tiga gabungan komoditas lainnya.
Strategi Penanganan Risiko
Strategi penanganan risiko merupakan siasat untuk melindungi aset dan kemampuan perusahaan dalam memberikan hasil dengan mengurangi ancaman kerugian akibat dari peristiwa yang tidak dapat dikendalikan. Strategi pengelolaan yang disiapkan secara rinci dan spesifik dapat membantu perusahaan dalam menekan dan meminimalisasi besaran risiko yang dihadapi perusahaan. Sehingga pada akhirnya seluruh target dan harapan penerimaan yang sudah disiapkan pada proses perencanaan dapat dicapai dengan baik. Namun sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu menyusun strategi penanganan risiko dengan baik akan berdampak terhadap bertambahnya besaran kerugian yang pada akhirnya dapat mengurangi penerimaan perusahaan. Analisis risiko yang merupakan rangkaian usaha penanganan dan pengendalian tingginya nilai risiko yang dihadapi sebuah perusahaan menempatkan kegiatan penyusunan strategi penanganan risiko ini sebagai langkah final atau tahapan terakhir. Artinya, tahapan strategi penanganan risiko ini merupakan kajian aplikatif yang harus diterapkan apabila perusahaan hendak mengurangi dan mengendalikan risiko yang sedang dihadapi. Strategi
49
penanganan risiko yang disusun merupakan bentuk kajian yang diambil berdasarkan kondisi sebenarnya yang terjadi pada perusahaan. Usaha produksi melon hidroponik PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi dan membutuhkan strategi penanganan risiko yang tepat. PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos juga telah melakukan usaha diversifikasi pengusahaan melon hidroponik dengan cara menjual tiga jenis komoditi melon hidroponik untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Selain itu, PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos sebagai perusahaan agribisnis juga sebenarnya sudah menyadari akan adanya risiko pada usaha melon hidroponik yang mereka lakukan, dan perusahaan juga telah melakukan beberapa langkah penanganan risiko, antara lain: pencegahan dan pengendalian serangan hama dan penyakit untuk mengurangi jumlah tanaman yang mati, perawatan dan perbaikan sarana produksi serta pelatihan karyawan/ tenaga kerja. Keseluruhan usaha penanganan risiko usaha penjualan tersebut ada yang efektif dan memiliki pengaruh positif dalam mengurangi risiko, tetapi ada juga yang ternyata tidak memiliki pengaruh dalam mengurangi nilai risiko. Berikut ini akan dijelaskan tentang strategi penanganan risiko yang dapat diterapkan pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos terkait dengan besaran risiko yang sedang dihadapi. 1. Diversifikasi Usaha Diversifikasi usaha merupakan bentuk strategi penanganan risiko yang didasarkan pada ide bahwa hasil dari bermacam-macam usaha tidak meningkatatau turun pada suatu saat bersamaan, sehingga apabila satu usaha memiliki hasilyang rendah maka usaha-usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebihtinggi. Kelebihan dari diversifikasi antara lain: mengurangi risiko, efektifitas tenaga kerja, efektifitas peralatan dan efisiensi biaya. PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos juga telah menerapkan strategi diversifikasi usaha dalam usaha penjualan yang sedang dilakukan. Bentuk diversifikasi usaha yang dilakukan perusahaan cukup beragam antara lain adalah dengan mengusahakan tiga jenis melon hidroponik. Namun diversifikasi yang dijalankan selama ini belum efektif dari sisi risiko. Hal ini dikarenakan bentuk diversifikasi mengakibatkan semakin tingginya nilai risiko yang dihadapi oleh PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos. Ketiga kombinasi melon hidroponik yang diusahakan harus dievaluasi lagi pengusahaannya. Komoditi musk melon merupakan komoditi melon yang paling tinggi nilai risikonya. PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos seharusnya mampu menemukan komoditi melon hidroponik lainnya yang dapat dijadikan sebagai pilihan dengan tujuan untuk meminimalkan risiko tunggal. Komoditi melon hidroponik yang menjadi prioritas perusahaan adalah sunny sweet melon. Dengan demikian, pada saat perusahaan hendak memilih melon hidroponik yang akan dijadikan pilihan diversifikasi harus mampu memberikan nilai risiko yang lebih rendah bagi keseluruhan kombinasi melon hidroponik. 2. Perawatan dan Perbaikan Sarana Produksi Salah satu sumber risiko pada usaha melon hidroponik adalah disebabkan oleh kegagalan dalam proses perawatan dan pemeliharaan yang ditunjukkan dengan banyaknya jumlah tanaman yang mati. Banyaknya tanaman yang mati disebabkan oleh perubahan cuaca yang berdampak terhadap
50
semakintingginya serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman melon. Penanganan terhadap serangan hama ini dilakukan dengan meningkatkan dosis penggunaan serta intensitas penyemprotan anti hama dan obat kepada masing-masing komoditi melon hidroponik. Selain itu, pengubahan jenis insektisida juga penting untukdilakukan. Hal ini dikarenakan setiap insektisida memiliki bahan aktif yang berbeda. Perbedaan penggunaan bahan aktif juga diharapkan dapat membunuh jenis hama yang sudah kebal pada satu jenis insektisida. Usaha untuk mengurangi serangan hama dan penyakit dapat juga dilakukan dengan cara memperbaiki sarana produksi. Green house merupakan sarana produksi utama yang menjadi tempat dimana melon hidroponik diusahakan. Oleh karena itu, perlu adanya pemeliharaan green house agar tetap terjaga kebersihannya, begitu pula lingkungan sekitar green house juga harus dipelihara agar para jenis hama tidak menyerang tanaman melon yang berada di dalam green house. 3. Pelatihan Karyawan/ Tenaga Kerja Pelatihan untuk para karyawan yang terlibat langsungdengan kegiatan produksi sangat penting yakni dengan pembagian tugas-tugas yang jelas. Hal ini dikarenakan agar semua karyawan mempunyai peranan dalam produksi sehingga kebijakan yang diterapkan dapat berjalan sesuai dengan prosedur. Dengan adanya pelatihan maka perawatan terhadap tanaman akan semakin terkoordinir. Selain itu pengarahan dan pengolahan serta koordinasi dalam pengelolaan setiap risiko oleh pimpinan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos terhadap tenaga kerja harus dilakukan dengan baik, terutama supervisor yang terkait langsung dengan produksi melon hidroponik. Pengarahan pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos bersifat vertikal dari manajer kepada supervisor dan kemudian pada karyawan dilapangan. Pengarahan harus dilakukan secara rutin, hal ini akan mengakibatkan komunikasi antara atasan dan bawahan akan terjalin dengan baik. Pengarahan juga berfungsi untuk mengevaluasi risiko yang ada dan bagaimana tindakan untuk meminimalkan risiko yang ada. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan maka semua pihak dapat mengetahui serta dapat melakukan pengelolaan dengan baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam mengusahakan berbagai jenis melon yaitu perubahan kondisi cuaca/ iklim, serangan hama dan penyakit, dan kesalahan tenaga kerja. Melon yang diusahakan secara hidroponik pun mengalami risiko produksi dalam pengusahaannya sama seperti melon yang diusahakan secara konvensional.
51
Diversifikasi usaha yang dilakukan oleh PT Rejo Sari Bumi dengan menjual tiga jenis melon hidroponik yaitu golden, musk, dan sunny sweet melon merupakan sebuah solusi untuk mengurangi risiko. Diversifikasi yang dilakukan dengan kombinasi tiga komoditas memberikan risiko yang paling rendah dibandingkan dengan kombinasi dua komoditas lainnya ataupun komoditas tunggal. Selain melakukan diversifikasi tiga komoditi, strategi lain yang harus dilakukan perusahaan untuk mengurangi risiko produksi yaitu perawatan dan perbaikan sarana produksi, serta pelatihan karyawan/ tenaga kerja.
Saran
1.
2.
Agar risiko yang ditimbulkan tidak terlalu besar lagi sebaiknya perusahaan melakukan penanaman dengan mengkombinasikan jenis tanaman yang berbeda (diversifikasi) dengan fraction portofolio 20 persen untuk golden dan musk melon serta 60 persen untuk sunny sweet melon. Manajemen perusahaan harus tegas dalam mengarahkan dan membimbing tenaga kerja. Melakukan pengawasan dan menunjukkan contoh dalam melakukan pekerjaan serta memberi koreksi terhadap kesalahan tenaga kerja dalam melakukan kegiatan budidaya melon hidroponik.
DAFTAR PUSTAKA Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economics. New York: Macmillan Publishing Company. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Konsumsi Hortikultur Tahun 2006 – 2009. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Persentasi Peningkatan Produksi dan Peningkatan Luas Panen Buah-buahan Tahun 2009 Terhadap Tahun 2008. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun 2007-2010. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. PerkembanganVolume Ekspor Buah Pada Tahun 2007- 2011. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia.
52
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Perkembangan Produktivitas Tanaman Melon Periode Tahun 2008-2012. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. Elton EJ dan Gruber MJ. 1995. Modern Portfolio Theory And Investment Analysis. Fifth Edition. New York: John Wiley and Sons Inc. Firmansyah R. R. 2009. Risiko portofolio pemasaran sayuran organik pada perusahaan Permata Hati Organic Farm Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Ginting L. E. 2009. Risiko produksi jamur tiram putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Harwood, J.R. Heifner, K. Coble, T. Perry, and A. Somwaru. 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No. 774. Market and Trade Economic Division and Resource Economics Division, Economic Research Service U.S. Department of Agriculture. Jayanti M. 2012. Analisis Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat [skipsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Kountur R. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta : Abdi Tandur Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM. Panggabean W. C. 2011. Analisis Diversifikasi Anggrek Dendrobium Pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Primasari D. 2011. Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias dan Bibit Tanaman Buah di PT Istana Alam Dewi Tara Sawangan Depok [Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Robison LJ dan Barry PJ. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk. London : Macmillan Publisher. Rukmana R. 2007. Budidaya Melon Hibrida. Jakarta: Kanisius. Tarigan PES. 2009. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada Permata Hati Organic Farm Di Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
53
Sianturi N. 2011. Analisis Risiko Pengusahaan Bunga Pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
54
Lampiran 1 Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos
Gelas Ukur
Ruang Pembakaran Sekam
Ruang Nutrisi
Electroconductimeter
Ruang Pembibitan
Green house
55
Mobil Box
Timbangan Buah
Sikat lantai dan karet pel
Handsprayer
Box Buah
Tungku Pembakaran
Cool Room
Drum
Sekam
56
Lampiran 2 Proses Produksi Melon Hidroponik
Bibit
Pembuatan Media Tanam
Penanaman
Pemberian Nutrisi Awal
Menalikan Pohon
Polinasi
Penyemprotan
Rompes
Pemangkasan Tajuk
Musk
Sunny Sweet
Golden
57
Lampiran 3 Covariance Untuk Gabungan Komoditas Golden dan Musk Melon
Regression Statistics Multiple R
0.078617805
R Square Adjusted R Square
0.006180759 0.104243601
Standard Error
27378845.26
Observations
11
ANOVA df
SS
MS
F
Significance F
0.05597279
0.818275049
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95.0%
Upper 95.0%
14651369.8 0.986413517
320694864.5
14651369.8 0.986413517
320694864.5
Regression
1
41957267167411
41957267167411
Residual
9
6746410511741680
749601167971298
Total
10
6788367778909090
Coefficients
Standard Error
Intercept B
167673117.2 0.093395493
t Stat
67644171.76
2.478751869
0.03506317
0.394763918
-0.236585688
0.81827505
0.79962253
0.79962253
58
Lampiran 4 Covariance Untuk Gabungan Komoditas Golden dan Sunny sweet Melon
Regression Statistics Multiple R
0.634861093
R Square Adjusted R Square Standard Error
0.403048608 0.336720675 42703127.17
Observations
11
ANOVA df
SS
MS
F
Significance F
6.07660442
0.035858729
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95.0%
Upper 95.0%
Regression
1
11081034951435800
11081034951435800
Residual
9
16412013632564200
1823557070284910
10
27493048584000000
Total
Coefficients
Standard Error
t Stat
Intercept
220497159.5
105505460.2
-2.089912305
0.06619275
459167091.5
18172772.52
459167091.5
18172772.52
B
1.517792792
0.615718217
2.46507696
0.03585873
0.124941419
2.910644165
0.124941419
2.910644165
59
Lampiran 5 Covariance Untuk Gabungan Komoditas Musk dan Sunny sweet Melon
Regression Statistics Multiple R
0.298981112
R Square Adjusted R Square Standard Error
0.089389706 0.011789216 52741985.24
Observations
11
ANOVA df
SS
MS
F
Significance F
0.8834815
0.371790396
P-value
Lower 95%
Regression
1
2457595516795090.00
2457595516795090.00
Residual
9
25035453067204900.00
2781717007467210.00
10
27493048584000000.00
Total
Coefficients
Standard Error
t Stat
Intercept
53691920.85
98458702.36
-0.545324279
0.5987829
B
0.601689623
0.640138269
0.939936966
0.3717904
276420979.2 0.846403745
Uppe r 95% 169037137.5 2.04978299
Lower 95.0% 276420979.2 0.846403745
Upper 95.0% 169037137.5 2.04978299
60
RIWAYAT HIDUP
Brain Robson Uluan dilahirkan pada tanggal 28 April 1990 di Bogor.Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Berman Manurung (Alm.) dan Ibu Rosmaida Nainggolan. Penulis memulai pendidikan dasar di SD Regina Pacis Bogor pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Regina Pacis Bogor dan lulus pada tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Regina Pacis Bogor dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 20011 penulis mendapat gelar Ahli Madiya dari jurusan Manajemen Agribisnis, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Ahli Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.