7
kejadian-kejadian gempa, di-update setiap hari dan disebarkan melalui media massa.
V. PROSES KOMUNIKASI DATA DAN INFORMASI DI BMKG WILAYAH III
Gambar 5. Radar cuaca 4.5 Kegiatan Umum Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah III Secara umum kegiatan di balai besar meliputi pengumpulan data, pengarsipan dan pengolahan serta penyebaran data. Balai Wilayah III melakukan pengumpulan data dari berbagai stasiun di wilayahnya seperti Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Bali, NTT dan NTB. Data dari stasiun-stasiun lainnya dikirim pos ke Balai Wilayah III setiap bulannya. Data tersebut diolah kemudian disebarkan. Pengolahan data meliputi input data dengan Ms. Excel dan Access. Data yang telah masuk ke komputer kemudian dianalisa, seperti data hujan pada tiap daerah dianalisa dan dibuat evaluasi untuk bulan sebelumnya dan prakiraan untuk bulan selanjutnya. Prakiraan cuaca di Balai Wilayah III dilakukan setiap hari terutama pada pagi hari, kemudian hasilnya dipublikasikan melalui media massa. Bagi instansi atau siapapun yang memerlukan prakiraan ini dapat langsung menghubungi bagian data dan informasi, baik melalui telepon, fax, ataupun e-mail. Prakiraan iklim dibuat setiap bulannya dengan melihat unsur curah hujan karena Indonesia hanya memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan bulanan dianalisa rata-ratanya tiap 10 hari (dasarian), kemudian dibuat evaluasi kejadian hujan pada bulan sebelumnya apakah curah hujannya berada pada nilai normal atau tidak, sehingga dapat diketahui musim apa yang terjadi saat ini. Balai Wilayah III juga melakukan pengamatan terhadap gempa bumi yang terjadi dan dirasakan. Data yang masuk berasal dari stasiun-stasiun geofisika yang terletak di berbagai daerah di mana sering terjadi gempa (daerah-daerah patahan). Data yang telah dianalisa, baik prakiraan cuaca di daerah-daerah tertentu, informasi iklim, dan
Menurut Courtland L. Bovee dan John V. Thil, pelayanan data dan informasi BMKG harus melalui beberapa proses diantaranya: 5.1 Tahap 1: Dasar Ide dan Gagasan Penyelenggaraan BMKG Wilayah III. Tahap pertama dalam proses komunikasi adalah pengirim, dalam hal ini BMKG memiliki ide untuk menyampaikan pesan berupa informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Ide dan gagasan BMKG dalam penyelenggaraan meteorologi, klimatologi, dan geofisika bersifat mandotory yang diatur dalam UU RI No 31 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Dalam undangundang ini menimbang bahwa unsur meteorologi, klimatologi, dan geofisika merupakan kekayaan sumber daya alam dan memiliki potensi bahaya sehingga harus dikelola. Maka dari itu perlu dibentuk suatu badan pemerintahan (BMKG) yang bertujuan untuk mendukung keselamatan jiwa, meningkatkan kemandirian bangsa, mendukung kebijakan pembangunan nasional, meningkatkan layanan informasi secara luas, tepat serta akurat, dan mewujudkan kelestarian lingkungan hidup. Dalam memenuhi tujuan tersebut, BMKG berwenang melakukan pengamatan, pengelolaan data, pelayanan, serta penelitian. 5.2 Tahap 2: BMKG Wilayah III Mengubah Ide Menjadi Informasi. BMKG Wilayah III mengepalai 33 stasiun meteorologi, lima stasiun klimatologi, dan delapan stasiun geofisika yang tersebar di tujuh propinsi (Lampiran 2). Selain stasiunstasiun tersebut, tersebar pula pos-pos hujan secara merata. Dari pos-pos hujan tersebut, dipilih beberapa pos yang datanya lebih banyak dan akurat. Masing-masing stasiun bertugas mengumpulkan data tersebut dan dikirim ke Balai Wilayah III tiap bulannya. Data ini yang akan dikelola oleh Balai Wilayah III untuk evaluasi kejadian tiap bulan serta untuk para pengguna data. Data yang diperoleh dari stasiun pengamatan terkadang kurang lengkap sehingga dibutuhkan data dan informasi lain untuk melakukan suatu prakiraan cuaca. Selain data dari stasiun, BMKG Wilayah III
8
memperoleh data dan informasi berupa peta cuaca dari pemodelan seperti Wind Waves dari BMKG Pusat, Numerical Weather Prediction (NWP) dari BoM, Synergie, MTSAT NOAA, radar cuaca, serta CMSS yang berupa data SYNOP dan WXREV
sebagai sumber data. Hal tersebut diperlukan untuk melakukan prakiraan cuaca yang akhirnya akan disebarkan kepada masyarakat. Data yang telah dikumpulkan, diidentifikasi menurut jenis datanya.
Tabel 1. Parameter yang Diukur Jenis Data
Parameter yang Diukur radiasi surya suhu udara
Data Meteorologi
kelembaban udara tekanan udara kecepatan angin arah angin penutupan awan percepatan tanah
Data Geofisika
unsur iklim hasil analisa broadband Libra data RaNet aerosol PM-10 dan PM-2.5 karbon monoksida (CO) ozon permukaan
Kualitas Udara
flask sampling (CO2, NH4, N2O, SF6) sulfur oksida (SO2) nitrogen oksida (NO2) Suspended Particulate Matter (SPM) Kimia Air Hujan (pH, daya hantar, Ca, Mg, Na, K, NH4, Cl, SO4, NO3, kesadahan total, alkalinitas, asiditas)
Pengolahan data menjadi informasi yang akan disampaikan ke pengguna terdiri atas beberapa tahap: 5.2.1 Pengelolaan Data Berdasarkan UU RI No 31 Tahun 2009 tentang meteorologi, klimatologi, dan geofisika, pengelolaan data dilakukan untuk menghasilkan informasi yang cepat, tepat, akurat, luas cakupannya, dan mudah dipahami. Pengelolaan data yang dimaksud wajib dilakukan berdasarkan standar yang ditetapkan. Adapun pengelolaan data tersebut meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, penyimpanan, dan pengaksesan. Data dari berbagai stasiun yang telah dikumpulkan dan diidentifikasi, diperiksa kembali untuk menghindari adanya kesalahan dalam penulisan, jumlah, ataupun dalam merata-ratakan data. Kontrol kualitas data dilakukan untuk meyakinkan konsistensi dan akurasi data tersebut. Data yang telah diperiksa, kemudian diinput sesuai format masing-masing dengan program Microsoft Excel, Microsoft Access,
Structured Query Language (SQL), serta program digitasi lainnya (Lampiran ). Data meteorologi bisa langsung diinput pada Ms. Excel. Data kualitas udara membutuhkan SQL sebagai tempat data yang ada. Ms. Visual Basic sebagai bahasa pemrograman juga dapat digunakan yang nantinya menjadi aplikasi untuk mengolah data tersebut. Selain SQL dan Ms. Visual Basic, dibutuhkan pula software Crystal Report. Software ini digunakan untuk menampilkan hasil informasi yang dapat diexport agar bisa diolah di software lain. Data geofisika hanya menggunakan Ms. Access untuk menyimpan datanya. Hasil inputan data disimpan dalam bentuk softcopy ataupun hardcopy serta database. Laporan dan informasi merupakan output dari manajemen data. Laporan yang siap cetak merupakan format yang dibuat secara rutin untuk laporan bulanan stasiun seperti laporan gempa, intensitas hujan, ataupun berupa buletin. Hasil keluaran data digunakan juga untuk analisis kajian riset dan penelitian, dan kemudian untuk pengguna data.
9
5.2.2 Prakiraan Cuaca Cuaca merupakan nilai sesaat dari atmosfer serta perubahan dalam jangka waktu pendek pada suatu tempat tertentu. Cuaca selalu berubah mengikuti keadaan atmosfer itu sendiri. Mengingat pentingnya cuaca bagi kehidupan, maka ramalan cuaca juga sangat diperlukan untuk memprakirakan keadaan esok hari sehingga kegiatan dapat berlangsung dengan baik. Prakiraan cuaca di Balai Wilayah III dilakukan setiap harinya pada pagi hari. Prakiraan yang dibuat meliputi prakiraan cuaca untuk daerah Bali, NTB, dan Kalimantan Selatan, serta cuaca daerah wisata
Bali dan prospek cuaca tiga harian di Bali. Prakiraan ini dibuat berdasarkan data citra satelit cuaca, kerjasama dengan BoM (Bureau of Meteorology) di Australia. Data dari BoM dikirik ke BMKG Pusat, kemudian dikirim ke semua Balai Wilayah melalui CMSS (Computer Messages Switching System). Adapun citra tersebut berupa: 1. Suhu muka laut Citra ini digunakan untuk mengetahui pola anomali suhu muka laut mingguan dan suhu muka laut harian serta untuk melihat pengaruh cuaca global terhadap keadaan cuaca lokal (Kotak 1).
Kotak 1. Peta Suhu Muka Laut
Semakin mendekati khatulistiwa maka suhu muka laut semakin tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh adanya intensitas radiasi yang tinggi, Pengambilan data di atas dilakukan pada bulan Juli, di mana matahari saat itu sedang berada di Belahan Bumi Utara. Suhu muka laut yang relatif hangat di wilayah Bali baik dari anomali mingguan maupun hariannya dapat diindikasikan potensi penguapan dan pembentukan awan yang cukup tinggi sehingga ada kemungkinan terjadi hujan.
2. Tekanan udara Tekanan udara adalah unsur yang paling penting dalam penentuan prakiraan cuaca itu sendiri. Tekanan udara merupakan awal mula semua kejadian cuaca yang akan
terjadi. Tekanan udara juga dapat digunakan sebagai deteksi awal terjadinya badai. Citra ini berupa peta isobar (Kotak 2) dan peta streamline (Kotak 3).
10
Kotak 2. Peta Isobar
Peta isobar digunakan untuk mengetahui pola distribusi tekanan rendah dan tinggi baik di Belahan Bumi Utara (BBU) dan Belahan Bumi Selatan (BBS). Simbol H menunjukkan adanya pusat tekanan tinggi, sedangkan simbol L menunjukkan adanya pusat tekanan rendah. Angin bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, di mana pada bulan Juli angin bergerak dari daratan Australia menuju ke Indonesia. Hal ini mengakibatkan pada bulan ini Indonesia mengalami musim kemarau.
Kotak 3. Peta Streamline
Peta streamline digunakan untuk mengetahui posisi jalur konvergensi akibat adanya pusaran angin serta mengetahui arah angin pada umumnya.
3. Angin Peta angin permukaan 10 meter dari BoM (Kotak 4) meliputi arah angin dan kecepatannya. Peta ini berupa garis-garis
yang menandakan dari dan ke mana angin itu berhembus, serta simbol-simbol berupa warna yang menandakan kecepatan angin.
11
Kotak 4. Peta Angin Permukaan
Arah dan kecepatan angin ini ditentukan oleh tekanan udara, di mana angin berhembus dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Kecepatan angin juga dipengaruhi oleh amplitudo tekanan udara, yaitu perbedaan nilai tekanan udara antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Semakin besar amplitudo maka semakin besar kecepatan anginnya. Angin juga berpengaruh terhadap kecenderungan hujan di suatu wilayah. 4. Presipitasi Peta presipitasi (Kotak 5) digunakan sebagai salah satu acuan memprediksi curah hujan dan sebarannya. Kotak 5. Peta Distribusi Hujan
Apabila presipitasi lebih dari 10 milimeter, maka berpotensi terjadi hujan. Bila lebih dari 25 milimeter, potensi hujan berlangsung lebih lama. Apabila suatu wilayah pada citra satelit tidak terlihat adanya pembentukan awan tapi pada peta presipitasi menunjukkan adanya potensi hujan, maka wilayah tersebut tetap memiliki peluang terjadi hujan lokal.
12
5. Pembentukan awan Pola distribusi hujan dapat dilihat pada citra satelit cuaca dan radar. Pada pemodelan skalanya lebih luas, sedangkan
untuk cakupan wilayah yang lebih sempit digunakan citra satelit (Kotak 6) dan radar cuaca (Kotak 7).
Kotak 6. Citra Satelit
Dari citra satelit dapat dilihat wilayah yang tertutup oleh awan dan berpotensial terjadinya hujan. Selain itu, dari citra ini dapat dilihat adanya pembentukan badai yang ditandai dengan mengumpulnya awan-awan pada suatu wilayah. Bila citra pada suatu wilayah berwarna kuning, hijau, dan sebagainya menandakan cenderung ada awan hujan. Sedangkan bila warna citra tersebut hitam menandakan wilayah tersebut cenderung tidak ada awan atau cerah. Ketebalan warna citra juga menunjukkan tebal atau tipisnya awan yang terbentuk. Akan tetapi tidak semua gambar citra suatu wilayah yang berwarna kuning akan terjadi hujan. Hujan akan terjadi apabila di wilayah tersebut didukung oleh komponen cuaca yang lain.
Kotak 7. Radar Cuaca
Radar cuaca menunjukkan pola distribusi awan dalam skala lokal. Pola distribusi awan diketahui berdasarkan tingkat ketebalan awan pada tiap sudut elevasi yang berbeda. Radar memancarkan gelombang yang kemudian akan dipantulkan kembali apabila ada penutupan awan.
5.2.3 Produk Prakiraan Hasil pengolahan data berupa produk prakiraan yang berisi informasi cuaca, suhu, kelembaban, angin, gelombang, dan warning. Selain informasi tersebut, BMKG juga memberikan pedoman pemahaman cuaca kepada masyarakat serta pedoman aplikasi teknologi dan riset pelayanan cuaca
publik. Dalam memberikan informasi melalui media cetak maupun elektronik, BMKG harus melengkapinya dengan data prakiraan cuaca, bersikap berani dan tenang, serta menggunakan bahasa yang informatif. Informasi cuaca merupakan resume dari seluruh tahapan analisis dan diagnosis;
13
dikategorikan dari cerah hingga berawan, berawan, berawan hingga hujan ringan lokal, hujan ringan, hujan ringan hingga sedang, hujan sedang hingga lebat, dan hujan lebat. Suhu yang dicantumkan adalah rataan suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi pada siang hari. Kelembaban yang dicantumkan adalah nilai kelembaban terendah dan tertinggi. Arah dan kecepatan angin yang dicantumkan adalah nilai kecepatan dan arah angin dari hasil pemodelan. Suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin diasumsikan secara keseluruhan untuk wilayah Bali. Informasi tinggi gelombang untuk wilayah perairan Bali Utara dan Selatan, serta Selat Bali dan Selat Lombok diasumsikan untuk wilayah perairan dekat pantai. Warning dicantumkan dalam format prakiraan harian dan
diinformasikan apabila ada potensi cuaca buruk dan gelombang tinggi di wilayah perairan BMKG Denpasar. Tidak semua data dan informasi penting untuk disampaikan ke publik. Maka dari itu, BMKG membuat produk prakiraan yang berbeda menurut kebutuhan publik (stakeholders). Produk prakiraan yang dihasilkan, antara lain: a. Prakiraan cuaca umum, prakiraan cuaca kabupaten di Bali, dan prakiraan cuaca harian di propinsi BMKG Wilayah III. b. Prakiraan cuaca kelautan dan tinggi gelombang laut di lingkungan BMKG Wilayah III c. Prakiraan cuaca wisata yang ada di Bali d. Prakiraan cuaca umum tiga harian.
Tabel 2. Pengguna Informasi berdasarkan Produk Prakiraan No
1
2
Jenis Produk
Prakiraan Cuaca Harian
Prakiraan Cuaca Kelautan dan Tinggi Gelombang
Pengguna Informasi Stasiun di lingkungan Balai Wil. III
Data yang digunakan Suhu Udara
Media televisi lokal Bali
Kelembaban Udara
Media cetak lokal Bali
Tinggi Gelombang
Hotel-hotel di Bali
Arah Angin
Masyarakat umum
Kecepatan Angin
Administrator pelabuhan di Bali
Tekanan Udara
Navigasi laut Benoa
Arah Angin
Angkatan Laut RI
Kecepatan Angin
SAR Bali
Tinggi Gelombang
Perusahaan pelayaran besar Pelaku pelayaran dan wisata bahari
3
Prakiraan Cuaca Lokasi Wisata
Gubernur / Pemda Bali
Kelembaban Udara
Dinas Pariwisata Bali
Suhu Udara
BTDC – Nusa Dua
Penutupan Awan
Pelaku wisata Masyarakat umum
4
Prakiraan Cuaca Umum 3 Harian
Instansi pemerintahan
Tekanan Udara
Wartawan media cetak/televisi
Arah Angin
Masyarakat umum
Kecepatan Angin Tinggi Gelombang
5.3 Tahap 3 dan 4: Penyampaian Informasi Informasi yang diberikan oleh BMKG berbeda, tergantung dari para pengguna jasa. Penyampaian informasi melalui media antara lain televisi, radio, website, ataupun buletin. Adapun alur data pelayanan jasa BMKG Wilayah III dapat dilihat pada gambar berikut (Gambar 6). BMKG mendapatkan data dari berbagai sumber
seperti stasiun MKG & pos kerjasama, CMSS intranet, internet, radar cuaca, serta sensor seismo PGR III; kemudian data tersebut diolah berdasarkan data meteorologi, klimatologi, dan geofisika; hasil olahan data berupa produk prakiran yang bahasanya dapat dimengerti oleh masyarakat umum; hasil analisa data yang berupa produk prakiraan dipublikasikan ke masyarakat umum melalui sarana diseminasi
14
seperti telepon, faksimile, internet, radio, dan stasiun televisi.
Gambar 6: Alur Data Pelayanan Jasa BMKG Wilayah III
Masyarakat Umum Media Massa Stasiun Lokal Gubernur/PemDa Bali Hotel-hotel Pelabuhan Dinas Pariwisata Dinas Transportasi Udara dan Laut Dinas Pertanian
BMKG Wilayah III
Peran BMKG Pusat
Pemerintah (Departemen Perhubungan)
Kepentingan Gambar 7. Matriks Peran dan Kepentingan Stakeholders terhadap Data dan Informasi yang Dihasilkan BMKG Wilayah III
15
Tabel 3. Peran dan Kepentingan Stakeholders terhadap Data dan Informasi yang Dihasilkan Oleh BMKG Wilayah III STAKEHOLDERS
PERAN
KEPENTINGAN
BMKG Pusat
Pengawas kinerja BMKG Wilayah III
Sebagai sumber data dan informasi
Pemerintah (Departemen Perhubungan)
Pengawas kinerja BMKG Wilayah III
Memenuhi sarana dan prasarana
MasyarakatUmum Hotel DinasPariwisata Dinas Kelautan
Membantu penentuan manfaat produk prakiraan
Pelabuhan
memerlukan data dan informasi dari BMKG sebagai pedoman dalam pertahanan dan keamanan yang berkaitan dengan kejadian meteorologi, klimatologi, dan geofisika
Polda Fenomena meteorologi, klimatologi, dan geofisika memerlukan penanganan secara terpadu dengan melibatkan para pengelola kepentingan, diantaranya masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah dengan prinsip-prinsip keterpaduan, kesetaraan, dan berkomitmen agar penyelenggaraan penanganan fenomena meteorologi, klimatologi, dan geofisika dapat efektif, efisien, dan berkelanjutan (BMKG 2009). BMKG Wilayah III dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya tidak lepas dari stakeholders.Stakeholders memiliki peran dan kepentingan masing-masing (Tabel 3). BMKG Wilayah III memiliki peran yang tinggi dalam hal pengolahan data dan informasi dari sumber. Selain itu, BMKG Wilayah III berkewajiban menyampaikan informasi tersebut kepada para pengguna jasa. BMKG Wilayah III juga mempunyai kepentingan terhadap data dan informasi sebagai acuan untuk mengolah data. BMKG Pusat memiliki peran yang tinggi karena BMKG Pusat menjadi kepala dari semua Balai Besar termasuk diantaranya Balai Wilayah III.Karena sebagai kepala dari semua balai besar, BMKG Pusat mengawasi kinerja dari BMKG Wilayah III dan membantu dalam penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh BMKG Wilayah III. Maka dari itu, BMKG Wilayah III bertanggung jawab dalam penyelenggaraan meteorologi, klimatologi dan geofisika kepada BMKG Pusat. Pemerintah, dalam hal ini Departemen Perhubungan memiliki peran yang tinggi sebagai pengawas kinerja BMKG Wilayah III. Pemerintah sendiri pun juga memiliki kepentingan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan agar penyampaian
data dan informasi kepada pengguna dapat berjalan lancar. BMKG Wilayah III bertanggungjawab memberikan laporan kinerjanya ke Pemerintah. Jenis-jenis data dan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna jasa berbeda-beda. Masyarakat umum sebagai pengguna jasa, memerlukan informasi prakiraan cuaca sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan di luar rumah. Misalkan informasi adanya hujan/badai, gempa bumi ataupun tsunami. Informasi ini diperlukan untuk menghindari adanya hal-hal yang berbahaya. Masyarakat berhak memberikan saran dan kritik atas kinerja BMKG Wilayah III untuk meningkatkan mutu dan kualitas kerja mereka. Dinas transportasi udara (penerbangan), informasi dan data cuaca sangat penting dan dibutuhkan sebagai panduan bagi pesawat untuk dapat terbang ataupun mendarat. Informasi cuaca membantu para pilot menjalankan tugasnya. Tanpa adanya informasi cuaca ini, pesawat akan kesulitan mengetahui keadaan cuaca sehingga dapat berakibat buruk bagi penerbangan pesawat tersebut. Sedangkan pada dinas transportasi bidang maritim (pelayaran), informasi kecepatan angin serta tinggi gelombang sangat diperlukan untuk mengetahui apakah aman untuk melakukan pelayaran. Pada dinas pertanian yang umum digunakan adalah data iklim. Data tersebut diperlukan dalam hal pengelolaan tanaman, diantaranya menentukan tanaman jenis apa yang sesuai untuk dikembangkan di suatu daerah, kapan waktu tanam dan panen yang tepat, kapan sebaiknya penyemprotan hama harus dilakukan, kapan pengairan diperlukan, serta apa bentuk pola tanam yang seharusnya digunakan (Nurhayati 2009). Penentuan
16
tanggal tanam yang salah dapat menyebabkan kegagalan panen karena kondisi iklim yang tidak sesuai. Penyelenggaraan penanganan fenomena MKKuG tersebut diperlukan perencanaan yang komprehensif, yang mengakomodasikan berbagai kepentingan dari stakeholders. Dalam melaksanakan pelayanan di bidang MKKuG, BMKG Wilayah III telah banyak memberikan informasi baik di kalangan instansi pemerintah maupun masyarakat secara umum, diantaranya pelayanan informasi di bidang penerbangan, pelayaran, lingkungan hidup, penanggulangan bencana alam maupun bidang konstruksi. Hal ini menunjukkan bahwa peran serta kepentingan masyarakat umum dan instansi pemerintah sangat tinggi dan berpengaruh terhadap kinerja BMKG Wilayah III. Rencana Strategis (Renstra) diperlukan dalam menyusun rencana pembangunan maupun pengembangan sebagai tuntutan akan perubahan dan peningkatan kinerja prima BMKG yang semakin lama semakin meningkat sejalan dengan adanya pemanasan global serta dampak perubahan iklim yang ditimbulkannya. Hal ini sebagai acuan bagi stakeholders (BMKG 2010). Dalam menjalankan visinya, BMKG diharapkan tanggap dan mampu menangkap dan merumuskan kebutuhan stakeholder akan data, informasi, serta jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika serta mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa. Dukungan dari pemerintah, BUMN/BUMD, dan swasta serta masyarakat pengguna (stakeholder) juga dibutuhkan BMKG dalam mencapai visinya. Salah satu sasaran utama BMKG dalam bidang pembangunan adalah membentuk forum komunikasi dan pengembangan dengan organisasi masyarakat dan media massa untuk pengembangan ruang bagi informasi publik bidang MKKuG. Hal ini mempunyai sasaran kampanye advokasi informasi publik dan keterlibatan stakeholders BMKG dengan output BMKG serta memiliki forum komunikasi dalam mengembangkan organisasi masyarakat dan media massa di bidang MKKuG. Dalam pengembangan pembangunan perlu diperhatikan unsur-unsur antara lain: Pemerataan penyebaran informasi, keuntungan sosial ekonomi, dan sebagainya. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Bersifat mandiri dalam pembangunan dengan mengandalkan potensi sumber daya tersebut. Tabel 4. Daftar Pengguna Jasa Data dan Informasi BMKG Wilayah III No
Pengguna Jasa BMKG Denpasar
1
RRI (siaran langsung / on air)
2
Harian Bali Post
3
Kesbanglimas
4
Adpel Benoa
5
Bali TV
6
Dinas Pariwisata
7
Kodam
8
ASDP Padang Bai
9
Poltabes Denpasar
10
Danlanud
11
SAR
12
Navigasi Benoa
13
Pemkot Badung
14
ASDP Gilimanuk
15
Polda Bali
16
Hotel Four Season, Jimbaran
17
Hotel Intercontinental
18
Bali Kama Resort
19
Bali Hyatt Hotel
20
Oberoy Hotel
21
Bali Mandira Hotel
22
Novotel Hotel
Sumber: http://www.bmgbali.com/info-lainlain/daftar-pengguna-jasa 5.4 Tahap 5 dan 6: Umpan Balik Stakeholders Stakeholders menerima informasi yang disampaikan oleh BMKG melalui media massa atau langsung datang ke kantor pelayanan jasa BMKG apabila memerlukan data dan informasi lebih lanjut. Setiap para pengguna jasa berbeda dalam menafsirkan informasi yang mereka terima. Para pelaut menerima informasi berupa keadaan angin dan tinggi gelombang, sebagian pengguna jasa memerlukan data cuaca untuk penelitian, sedangkan untuk tempat-tempat wisata memerlukan informasi dari BMKG agar mereka dapat mempersiapkan segala sesuatunya apabila terjadi cuaca buruk. Kesalahan dalam penafsiran informasi BMKG