V. KEADAAN UMUM WILAYAH
5.1. Letak Geografis, Administrasi dan Batas Wilayah
Secara geografis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104o50’-108o18’ Bujur Timur dan 01o20’- 03o15‘ Lintang Selatan, dengan batasbatas wilayah sebagai berikut :
•
Disebelah Barat dengan Selat Bangka
•
Disebelah Timur dengan Selat Karimata
•
Disebelah Utara dengan Laut Natuna
•
Disebelah Selatan dengan Laut Jawa
Peta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri atas wilayah daratan dan wilayah laut dengan luas seluruhnya 81.752,14 km2, terdiri atas wilayah daratan kurang lebih 16.424,14 km2 atau 20,10 persen yang meliputi 950 buah pulau baik pulau besar maupun kecil. Pulau yang telah memiliki nama sebanyak 311 pulau dan sebagian besar belum memiliki nama yaitu berjumlah 639 buah pulau. Panjang pantai 1.200 km, dan luas perairan laut lebih kurang 65.301 km2 atau 4 kali luas dari wilayah daratan yang diperkirakan 20 persen diantaranya merupakan perairan karang (BPS 2008). Kepulauan Bangka Belitung merupakan gugusan dua pulau yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang disekitarnya dikelilingi pulau-pulau kecil. Pulaupulau kecil yang mengitari Pulau Bangka antara lain Nangka, Penyu, Burung, Lepar, Pongok, Gelasa, Panjang, dan Tujuh. Pulau Belitung dikelilingi oleh pulaupulau kecil antara lain Lima, Lengkuas, Selindung, Pelanduk, Seliu, Nadu, Mendanau, Batu Dinding, Sumedang dan pulau-pulau kecil lainnya. Sejak ditetapkanya sebagai wilayah ini sebagai sebuah provinsi yang memisahkan diri dari Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dimekarkan menjadi 6 kabupaten dan 1 kotamadya. Luas wilayah dari masing-masing daerah tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Luas Wilayah (Km2)
Kabupaten/Kota
Persentase (%)
Kabupaten Bangka
2.950,68
17,97
Kabupaten Bangka Barat
2.820,61
17,17
Kabupaten
Bangka
2.155,77
13,13
Kabupaten Bangka Selatan
3.607,08
21,96
Kabupaten Belitung
2.293,69
13,97
Kabupaten Belitung Timur
2.506,91
15,26
89,40
0,54
16.424,14
100,00
Tengah
Kota Pangkalpinang Total Sumber: BPS Provinsi Babel (2008)
Pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berdasarkan pada tujuan pembangunan nasional yang dijabarkan melalui pendekatan konsep pembangunan daerah. Dengan definitifnya pemekaran kabupaten baru, maka konsentrasi pembangunan daerah di provinsi ini dirancang secara lebih terarah. Adapun konsentrasi pembangunan yang terarah yang dimaksud adalah pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing kabupaten yang ada, yaitu sebagai berikut: 1. Kabupaten
Bangka
dengan
ibu
kota
kabupaten
di
Sungailiat,
berkonsentrasi pada pembangunan dan pengembangan di bidang perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, perkebunan dan pertambangan. 2. Kabupaten Bangka Barat dengan
ibu kota kabupaten di Muntok,
berkonsentrasi pada pembangunan disektor pertanian, perkebunan, pertambangan, industri pengolahan dan perdagangan. 3. Kabupaten Bangka Tengah dengan ibu kota kabupaten di Koba yang berkonsentrasi pada pembangunan sektor perkebunan dan pertambangan. 4. Kabupaten Bangka Selatan dengan ibu kota kabupaten di Toboali berkonsentrasi pada pengembangan disektor pertambangan, pertanian, perkebunan dan perikanan laut serta perdagangan. 5. Kabupaten Belitung dengan ibukota Tanjungpandan merupakan wilayah pengembangan sektor perdagangan dan jasa, pertanian, pariwisata, industri pengolahan dan perikanan laut. 6. Kabupaten Belitung Timur dengan ibu kota kabupaten di Manggar merupakan wilayah pengembangan sektor industri pengolahan, pertanian dan perkebunan, perikanan laut serta sektor pertambangan. 7. Kota Pangkalpinang merupakan kota provinsi dan merupakan wilayah yang berkonsentrasi pada pengembangan sektor industri pengolahan, perdagangan dan jasa serta pariwisata.
5.2 Keadaan Alam a. Keadaan Cuaca
Kelembaban udara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berkisar antara 77,4 % sampai dengan 87,3% dengan rata-rata per bulan mencapai 83,3%. Curah hujan adalah berkisar 58,3 mm sampai dengan 476,3 mm dan tekanan udara sekitar 1.010,1 MBS. Rata-rata suhu udara selama setahun adalah 26,7°C. Suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada Bulan Oktober dengan suhu udara 31,7 °C, sedangkan untuk suhu udara minimum terendah terjadi pada Bulan Februari dan Maret dengan suhu udara sebesar 23,2°C. b.Keadaan Iklim
Kepulauan Bangka Belitung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan kering selama lima bulan terus menerus. Pada Tahun 2007 bulan kering terjadi pada Bulan Agustus sampai dengan Oktober dengan hari hujan 11-15 hari perbulan. Untuk bulan basah hari hujan 16-27 hari per bulan yang terjadi pada Januari hingga Juli serta November sampai Desember (BPS 2008). c. Hidrologi
Daerah Kepulauan Bangka Belitung dihubungkan oleh perairan laut dan pulau-pulau kecil. Secara keseluruhan daratan dan perairan Bangka Belitung merupakan satu kesatuan dari bagian dataran Sunda, sehingga perairannya merupakan bagian dari Dangkalan Sunda (Sunda Self) dengan kedalaman laut tidak lebih dari 30 meter. Sebagian daerah perairan, Kepulauan Bangka Belitung merupakan dua jenis perairan yaitu perairan terbuka dan perairan semi tertutup. Perairan terbuka yaitu perairan yang terdapat di sekitar Pulau Bangka terletak di sebelah utara, timur dan selatan Pulau Bangka. Sedangkan perairan semi tertutup terdapat di Selat Bangka dan Teluk Kelabat di Pulau Bangka bagian utara. Sementara itu perairan di Pulau Bangka pada umumnya bersifat perairan terbuka. Disamping sebagai daerah perairan laut, daerah Kepulauan Bangka Belitung juga mempunyai banyak sungai seperti Sungai Baturusa, Sungai Buluh, Sungai Kotawaringin, Sungai Kampa, Sungai Layang, Sungai Manise dan Sungai Kurau.
d. Arus
Arus di suatu perairan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti angin, pasang surut, dan densitas yang disebabkan oleh perbedaan suhu maupun salinitas, perbedaan tekanan hidrostatis ataupun gaya koriolis. Arus di sepanjang perairan wilayah Pantai Barat Pulau Bangka merupakan kombinasi dari arus pasang surut dan arus permukaan dipengaruhi juga oleh perubahan Musim Barat, Musim Timur maupun dua kali musim peralihan di antara musim-musim tersebut. Pada Musim Barat terutama pada bulan Nopember sampai dengan Maret arus permukaan mengarah ke tenggara dengan kecepatan 1,3-1 knot. Pada bulan April mengarah ke barat daya dengan kecepatan 0,1-0,3 knot. Pada bulan Mei arus datang dari barat laut dengan kecepatan 0,2-o,7 knot. Pada bulan Juni arus bergerak kea rah barat laut dengan kecepatan mencapai 1,5 knot, tapi di bulan Juli kecepatannya berkisar 0,15-0,5 knot. Pada bulan Agustus dan September arus mengalir kea rah tenggara dengan kecepatan 0,05-0,4 knot, sedangkan pada bulan Oktober kecepatannya 0,3 knot. e. Gelombang
Umumnya kondisi gelombang di suatu perairan diperoleh secara tidak langsung dari data angin di kawasan peairan tersebut, karena sebagian besar gelombang yang ditemui di laut dibentuk oleh energy yang ditimbilkan oleh tiupan angin. Gelombang pada bulan September sampai Maret ketinggiannya mencapai satu meter dengan periode 5-7 detik, sedangkan pada bulan April sampai Agustus ketinggian berkisar antara 5-40 cm dengan periode 1-2 detik f. Flora
Di Kepulauan Bangka Belitung tumbuh bermacam-macam jenis kayu berkualitas yang diperdagangkan ke luar daerah seperti kayu Meranti, Ramin, Mambalong, Mandaru, Bulin dan Kerengas. Tanaman hutan lainnya adalah Kapuk, Jelutung, Pulai, Gelam, Merantirawa, Mentangor, Mahang, Bakau dan lain-lainnya. Hasil hutan lainnya terutama madu alam dan rotan. Madu khas yang terkenal dari daerah ini adalah terkenal dengan sebutan madu pahit atau madu pelawan.
g. Fauna
Fauna di Kepulauan Bangka Belitung lebih memiliki kesamaan dengan fauna di Kepulauan Riau dan Semenanjung Malaysia dari pada dengan daerah Sumatera. Beberapa jenis hewan yang dapat ditemui di Kepulauan Bangka Belitung antara lain: rusa, beruk, monyet, lutung, babi, trenggiling, kancil, musang, elang, ayam hutan, pelanduk, dan berjenis-jenis biawak.
5.3 Demografi dan Mata Pencaharian
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2007 sebanyak 1.106.657 jiwa jiwa menunjukkan terjadi peningkatan 23,08 persen dari tahun 2000, dengan jumlah penduduk sebesar 899.095 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 584.178 jiwa dan penduduk berjenis kelamin sebanyak 522.479 jiwa Laju perumbuhan penduduk rata-rata 1,82 persen per tahun. Jumlah rumah tangga total di Provinsi Bangka Belitung sebanyak 272.704 tumah tangga, dan kabupaten yang memiliki jumlah rumah tangga terbesar adalah Kabupaten Bangka sebesar 65.200 rumah tangga, dan yang memiliki jumlah rumah tangga terendah adalah Belitung Timur sebesar 23.168 rumah tangga. Adapun tingkat kepadatan penduduk provinsi mencapai 67 orang per Km2. Berdasarkan kabupaten/kota, maka Kota Pangkalpinang memiliki tingkat kepadatan tertinggi yaitu sebesar 1.737 orang per Km2 dan Kabupaten Belitung Timur memiliki tingkat kepadatan terendah yaitu 36 orang per Km2. Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas atau yang termasuk Penduduk Usia Kerja (PUK) adalah sebanyak 766.428 jiwa atau 69,28 persen dari total penduduk. Sebanyak 66,28 persen dari PUK termasuk dalam penduduk angkatan kerja (bekerja dan/atau mencari kerja) dan sisanya 33.72 persen adalah penduduk bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, lainnya). Tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 66,28 persen yang berarti bahwa sebesar 66 persen penduduk usia kerja aktif secara ekonomi. Adapun tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,49 persen yang artinya dari seriap 100 penduduk yang termasuk angkatan kerja, secara rata-rata 5-6 orang diantaranya pencari kerja. Penduduk usia kerja yang bekerja apabila dilihat dari sektor lapangan pekerjaan adalah 34,4 persen penduduk usia kerja bekerja di sektor pertanian, 20,9
persen terserap sektor pertambangan, dan sektor perdagangan menyerap 18,7 persen. Potensi SDM perikanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berjumlah 42.453 orang nelayan / pembudidaya ikan atau 5,24 % dari penduduk sejumlah 1.060.965 jiwa (252.365 Jiwa atau 26,20 % dari jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berpenghidupan dari usaha perikanan). Dari 278 Kelurahan/desa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 121 Kelurahan/desa diantaranya merupakan desa pantai yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor Kelautan dan Perikanan seperti nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan dan home industry perikanan . 5.4 Pendidikan, Agama dan Sosial Budaya
Tempat peribadatan agama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada sebanyak 730 mesjid, 454 mushola, 115 langgar, 48 gereja protestan, 30 gereja katholik, 48 vihara dan 11 centiya. Pada pemberangkatan haji tahun 2007 jumlah jemaah haji yang terdaftar dan diberangkatkan ke tanah suci sebanyak 1.012 jemaah.
5.5 Keragaan Perekonomian Bidang Kelautan
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Provinsi Bangka Belitung adalah provinsi kepulauan yang notabane-nya perekonomian yang ada sebagian besar dipengaruhi oleh sumberdaya kelautan. Hal ini dibuktikan dengan besarnya kontribusi bidang kelautan terhadap PDRB Babel yang berkisar rata-rata 48% dari total PDRB. Secara lebih rinci kontribusi bidang kelautan dapat dilihat dalam Lampiran 1. 5.5.1 Keragaan Sektor Perikanan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai Provinsi yang ke-31 memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan yang melimpah, baik dari segi kuantitas maupun diversitas, terutama sumberdaya perikanan. Potensi sumber daya perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan mencapai 1.185.000 ton/thn dengan estimasi nilai ekonomi Rp.19,6 trilyun per tahun dan ini
belum dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran penduduknya. Dengan keunggulan komparatif yang dimiliki seperti sumber daya perikanan tersebut di atas, didukung dengan letak geografis yang sangat strategis, yaitu terletak pada jalur pelayaran nasional maupun internasional dan ketersediaan tenaga kerja, serta adanya peningkatan permintaan komoditas perikanan dunia, maka peluang pengembangan sektor kelautan dan perikanan menjadi sangat penting. Untuk memanfaatkan potensi sumber daya kelautan dan perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung agar dapat bermanfaat bagi kesejahteraan penduduk pada khususnya, dan negara kesatuan Republik Indonesia perlu ditangani secara khusus dengan kegiatan yang terencana, terarah dan terpadu serta berkesinambungan.dari berbagai instansi. a) Potensi Sumberdaya Perikanan
Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan di perairan Laut Cina Selatan sejumlah 1.210.662. ton/tahun, terdiri dari ikan demersal 656.000 ton/tahun, ikan pelagis kecil 513.000 ton/tahun, ikan karang 27.565 ton/tahun, cumi-cumi 2.697 ton/tahun, udang penaid dan lobster 11.400 ton/tahun. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai Provinsi yang ke-31 memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan yang melimpah, baik dari segi kuantitas maupun diversitas, terutama sumberdaya perikanan. Potensi sumber daya perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan mencapai 1.185.000 ton/tahun dengan estimasi nilai ekonomi Rp.19,6 trilyun per tahun dan ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran penduduknya. Dengan keunggulan komparatif yang dimiliki seperti sumber daya perikanan tersebut di atas, didukung dengan letak geografis yang sangat strategis, yaitu terletak pada jalur pelayaran nasional maupun internasional dan ketersediaan tenaga kerja, serta adanya peningkatan permintaan komoditas perikanan dunia, maka peluang pengembangan sektor kelautan dan perikanan menjadi sangat penting. Jumlah potensi produksi sumberdaya perikanan tangkap yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Bangka Belitung diperkirakan mencapai 499.500
ton/tahun dengan nilai ekonominya dengan perhitungan harga rata ikan Rp. 5.000/kg sebesar Rp. 2.497,5 milyar/tahun. Potensi lahan budidaya laut di perairan Bangka Belitung diperkirakan mencapai 120.000 ha. Dengan asumsi produksi rata-rata sebesar 50 ton/ha/tahun (atau 10% dari produksi budidaya laut di Norwegia yang mencapai 500 ton/ha/tahun) dan potensi yang efektif digunakan sebagai lahan budidaya 10 % atau sekitar 12.000 ha, maka potensi volume produksi yang dapat dihasilkan dari usaha budidaya laut mencapai 600.000 ton/tahun. Bila harga rata-rata hasil budidaya adalah Rp.125.000,00/kg, maka nilai ekonominya mencapai Rp.75.000 000.000.000,00 / tahun. Uraian potensi sumberdaya perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Potensi Produksi dan Nilai Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No.
Uraian
Luas Areal
Potensi Produksi (Ton) 499.500 282.100 217.400
Nilai Ekonomi (Rp. 1000) 2.497.500.000 1.410.500.000 1.087.000.000
Perikanan Tangkap a. Perairan Teritorial 65.301Km2 b. Perairan kantong ZEE 2. Perikanan Budidaya 1.316.000/th 17.160.000.000 a. Budidaya air laut 1.200.000/th 12.000.000.000 120.000 Ha b. Budidaya air payau 250.000 Ha 100.000/th 5.000.000.000 16.000/th 160.000.000 1.602 Ha c. Budidaya air tawar Jumlah 1.815.500 19.657.500.000 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung (2006) 1.
Dengan panjang pantai 1.200 km, maka potensi lahan untuk budidaya tambak mencapai 250.000 ha. Dengan asumsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan lahan yang dimanfaatkan 100.000 ha dan target produksi rata-rata 1.000 kg udang windu/ha/tahun, maka volume produksi udang windu yang dapat dihasilkan dari usaha budidaya adalah 100.000 ton/tahun atau nilai ekonominya mencapai Rp. 5.000.000.000.000 / tahun bila harga rata-rata udang Rp. 50.000,00/kg. Selain budidaya laut dan budidaya air payau, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki potensi lahan untuk pengembangan budidaya air tawar seperti kolong bekas penambangan timah, perairan umum (sungai dan rawa) dan
kolam air tawar yang luasnya mencapai 1.602 ha. Potensi produksi yang dapat dihasilkan dari budidaya air tawar sebesar 16.000 ton / tahun dengan nilai Rp. 160.000.000.000,00 / tahun. b) Produksi Perikanan Tangkap
Sebagaimana potensi perikanan tangkap yang cukup besar yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka nilai produksi perikanan di provinsi ini seharusnya juga relatif besar. Akan tetapi potensi tersebut belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Babel terutama oleh nelayan asli daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena banyak nelayan dari luar daerah Babel yang melakukan aktivitas penangkapan ikan di perairan Bangka Belitung. Kondisi ini diperparah dengan masih terbatasnya kemampuan nelayan lokal dalam melakukan penangkapan karena masih memiliki alat tangkap dan perahu yang relatif sederhana. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah dan nilai produksi perikanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih berada dibawah potensi ekonomi yang dimilikinya. Jika potensi ekonomi perikanan tangkap pertahun adalah 499.500 ton, maka jumlah produksi rata-ratanya hanya berkisar 128.830,82 ton atau sebesar 26% saja yang baru termanfaatkan. Begitu juga dengan nilai ekonomi perikanan tangkap sebesar Rp. 1.165.480.652.000 dengan potensi Rp. 2.497.500.000, maka yang baru teroptimalkan berdasarkan nilai ekonominya hanya berkisar 41% saja. Tabel 7. Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2001-2007 Tahun Jumlah (ton) Nilai (Rp.1000) 2001 127.865,80 691.558.555,00 2002 136.525,96 768.420.542,23 2003 143.896,99 782.561.531,95 2004 123.205,81 1.233.784.823,15 2005 119.845,44 1.209.033.426,94 2006 127.274,15 1.165.480.652,00 2007 123.201,61 1.388.102.989,46 Rata-rata 128.830,82 1.034.134.645,82 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung (2008)
Jumlah produksi perikanan tangkap di Provinsi Babel relatif stabil. Namun, jika diperhatikan dengan lebih rinci, telah terjadi penurunan sedikit demi sedikit dari tahun ke tahun. Penurunan produksi perikanan tangkap mulai terjadi sejak tahun 2004 dimana pada tahun sebelumnya jumlah produksi 143.896,99 ton menjadi 123.205,81. Penurunan tersebut terus berlangsung pada tahun-tahun berikutnya walaupun terjadi kenaikan sedikit pada periode selanjutnya. Jika dibandingkan dengan nilai produksi, maka yang terjadi adalah peningkatan nilai setiap tahunnya. Dari tahun 2001 hingga 2007, peningkatan yang terjadi relatif signifikan yakni lebih dari 50%. Terjadinya peningkatan nilai produksi ini disebabkan harga ikan yang meningkat setiap tahunnya sebagai akibat terjadinya inflasi dan pengaruh permintaan ikan yang semakin meningkat. Secara umum, perikanan tangkap di Babel terbagi dalam empat jenis ikan. Pengelompokan jenis ikan ini terbagi ke dalam ikan, crustacea, molusca dan binatang air. Tabel 8 menunjukkan jumlah produksi perikanan tangkap berdasarkan jenisnya. Terihat bahwa telah terjadi penurunan produksi pada setiap jenis ikannya. Jumlah produksi dari setiap spesies pada masing-masing kelompok ikan secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 8. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Berdasarkan Jenis Satuan: Ton Tahun Ikan Crustacea Molusca Binatang Air 2001 114.342,30 1.790,00 1.724,50 307,70 2002 122.548,95 1.800,21 1.764,29 319,04 2003 128.699,92 2.002,37 1.929,12 353,82 2004 120.178,98 859,79 2.134,03 33,01 2005 98.114,32 9.580,97 12.131,94 18,21 2006 104.481,65 9.875,28 12.648,68 268,54 2007 99.469,40 10.080,64 13.383,03 268,54 Rata-rata 112.547,93 5.141,32 6.530,80 224,12 Persentasi 79,93% 8,10% 10,75% 0,22% Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung (2008) Sebagian besar proporsi perikanan tangkap berasal dari kelompok ikan dengan jumlah rata-rata 112.547,93 ton atau sebesar 79,93 persen dari total keseluruhan. Jumlah terbanyak kedua berasal dari kelompok molusca atau jenis
kerang-kerangan dengan jumlah 6.530,80 ton atau 10,75%. Selanjutnya ditempati oleh crustacea atau jenis udang-udangan berjumlah 5.141,32 ton dengan proporsi 8,1%. Dan yang paling sedikit berasal dari jenis binatang air dengan jumlah 224,12 ton atau hanya menyumbang 0,22 persen dari total produksi. Jumlah produksi perikanan tangkap di Bangka Belitung semakin menurun dari tahun ke tahun. Pada Gambar 8 terlihat bahwa pada awa tahun 2001, produksi meningkat hingga tahun 2003. Akan tetapi sejak tahun 2004 hingga 2007 produksi menjadi turun dan sedikit mengalami fluktuasi.
Gambar 8. Grafik Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Salah satu yang menjadi penyebab terjadinya penurunan produksi perikanan tangkap adalah berkurangnya jumlah nelayan dari tahun ke tahun. Penurunan ini disebabkan banyak terjadinya alih profesi nelayan menjadi pekerja penambangan timah di pesisir. Atau banyak nelayan yang mengurangi jumlah tripnya atau menjadikan profesi nelayan hanya sebagai pekerja tambahan saja dari yang sebelumnya adalah pekerjaan utamanya. Secara umum, nelayan di Babel dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk
melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Di samping melakukan pekerjaan penangkapan, nelayan kategori ini dapat pula mempunyai pekerjaan lain. Yang dimaksud dengan nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan. Berdasarkan Tabel 9 penurunan jumlah yang paling besar terjadi pada kategori nelayan penuh. Pada kategori nelayan ini telah terjadi penurunan sebesar 32,29% dalam rentang waktu 2001 hingga 2007. Pada dua kategori nelayan lainnya yaitu nelayan sambilan utama dan sambilan tambahan terjadi peningkatan yang sangat besar yaitu masing-masing 74,20% dan 288,76%. Akan tetapi secara keseluruhan telah terjadi penurunan jumlah nelayan sebesar 8,48% Tabel 9. Jumlah Nelayan Menurut Kategori Nelayan Tahun 2001-2007 Satuan:Orang Tahun Nelayan Penuh Sambilan Utama Sambilan Tambahan Jumlah 2001 36.288 7.375 854 44.517 2002 41.140 8.364 969 50.473 2003 42.826 8.686 1.006 52.518 2004 29.437 4.485 2.722 36.644 2005 34.570 4.426 2.263 41.259 2006 28.325 10.962 3.166 42.453 2007 24.575 12.847 3.320 40.742 Kenaikan Rata-rata (%) -32,29 74,20 288,76 -8,48 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung (2008) Secara umum, jumlah nelayan mengalami penurunan yang cukup besar. Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa penurunan jumlah nelayan terjadi sejak tahun 2004. Terjadinya hal tersebut karena pada tahun itu terjadi peningkatan jumlah perusahaan penambangan timah yang beroperasi di sungai, pesisir dan lautan yang sering disebut oleh masyarakat dengan TI apung.
Gambar 9. Grafik Jumlah Nelayan pada Masing-Masing Kategori Rumah Tangga Perikanan (RTP) menurut besarnya usaha yang dilakukan dalam perikanan tangkap dilihat dari jenis perahu yang digunakan . RTP adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air dengan tujuan sebagian/seluruh hasilnya untuk dijual. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung jenis RTP terbagi dalam empat jenis yaitu: 1) Yang tidak menggunakan perahu. 2)Yang menggunakan perahu tanpa motor, terbagi dalam a. Jukung; b. Perahu papan :
•
Kecil (perahu yang terbesar panjangnya kurang dari 7 m);
•
Sedang (perahu yang terbesar panjangnya dari 7 sampai 10 m);
•
Besar (perahu yang terbesar panjangnya 10 m atau lebih);
3)Yang menggunakan perahu motor tempel; 4)Yang menggunakan kapal motor. Berdasarkan Tabel 10 jumlah RTP terjadi kenaikan dan penurunan jumlah pada jenis-jenis RTP tertentu. Secara umum terjadi peningkatan rata-rata pada setiap jenis RTP. Penurunan jumlah RTP yang cukup besar terjadi pada jenis RTP perahu tanpa motor sebesar 32,78%.
Sedangkan pada perahu motor tempel
meningkat drastis dengan kenaikan rata-rata tahun 2001-2007 sebesar 156,49%.
Hal ini menunjukkan bahwa nelayan di Babel semakin mengalami proses moderenisasi atau peningkatan pada armada penangkapannya. Tabel 10. Rumah Tangga Perikanan Menurut Besarnya Usaha Tahun 2001-2007 Satuan: Unit Tahun Jenis RTP Tanpa perahu
2001 -
Kenaikan Rata-rata( % )
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2001-2007
2006-2007
0
0
3486
4351
4003
4736
-
16.8467019
Perahu tanpa motor
1026
1230
2079
2779
2154
2079
1373
33.8206628
-32.77623
Perahu motor tempel
1156
1208
1705
2561
1807
1705
2965
156.487889
73.9002933
Kapal motor
3232
3445
8868
4852
5029
8868
7846
142.759901
-11.524583
Total
5414
5883
12652
13678
13341
16655
16920
212.523088
1.59111378
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung (2008) Semakin meningkatnya proses moderenisasi armada penangkapan nelayan di Babel ditunjukkan dengan peningkatan jumlah perahu yang menggunakan mesin. Pada Lampiran 3 ditunjukkan bahwa jumlah perahu / kapal perikanan tangkap dengan kategori perahu tanpa motor semakin mengalami penurunan sekitar 50%. Sedangkan perahu dengan menggunakan motor sebagai alat penggeraknya semakin mengalami peningkatan. Perbandingan jumlah RTP atau perusahaan perikanan di Provinsi Babel dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Perbandingan Grafik RTP/ Perusahaan Perikanan
Walaupun secara umum terjadi peningkatan pada armada penangkapan ikan, peningkatan jumlah hasil tangkapan tidak sepenuhnya terjadi. Pada beberapa jenis alat tangkap tertentu terjadi penurunan hasil tangkapan dari tahun ke tahun. Contohnya pada alat tangkap pancing rata-rata terjadi penurunan lebih dari 60% dalam kurun waktu 2001 hingga 2007. Jumlah produksi perikanan tangkap di laut menurut jenis alat penangkapan ikan di Provinsi Bangka Belitung secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.
c) Kebijakan Pembangunan Sektor Perikanan
Pembangunan sektor perikanan di Bangka Belitung harus dilaksanakan secara serius oleh pemerintah. Pembangunan hendaknya dilaksanakan dengan baik agar mampu mencapai tujuan pembangunan yang diinginkan. Tujuan pembangunan sektor perikanan yang harus dicapai antara lain: a. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan b. Meningkatnya produksi hasil perikanan c. Meningkatnya ekspor hasil perikanan d. Terpenuhinya kebutuhan konsumsi ikan e. Terpeliharanya/terjaganya kelestarian sumberdaya dan lingkungan f. Tersedianya lapangan kerja dan kesempatan berusaha Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang diwaliki oleh Dinas Kelautan dan Perikanannya telah melaksanakan beberapa kebijakan pengengelolaan terhadap pembangunan sektor perikanan. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan DKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah : a. Merumuskan kebijaksanaan teknis di sektor kelautan dan perikanan b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait c. Memberikan pelayanan perizinan dan pelayanan umum d. Pelayanan umum lintas kabupaten/kota di bidang kelautan dan perikanan e. Melaksanakan pembinaan terhadap dinas kabupaten/kota f. Melaksanakan pembinaan terhadap UPTD Provinsi
Dalam rangka peningkatan produksi perikanan dan perbaikan kesejahteraan nelayan, DKP telah melaksanakan beberapa program yang dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut. Beberapa program kerja yang telah dilaksanakan antara lain: 1. Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan. Program ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yaitu: a. Peningkatan
Sarana
Penunjang
Kelompok
Masyarakat
Pengawas
(POKMASWAS) Kelautan dan Perikanan. b.Rapat Koordinasi Teknis Kelautan dan Perikanan. 2. Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut. Program ini dilaksanakan dengan memberi bantuan operasional kapal patroli. 3. Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat, yaitu dengan mengadakan Gelar Hari Nusantara. 4. Program pengembangan budidaya perikanan. Beberapa kegiatan yang pernah dilaksanakan antara lain: a. Peningkatan Produksi Ikan Konsumsi Masyarakat (PROKSIMAS) Prov. Kep. Babel b. Operasional Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) c. Pengembangan Sarana dan Prasarana Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) d. Operasional Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) e. Operasional Balai Benih Udang (BBU) 5. Pengembangan perikanan tangkap dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Bimbingan teknis aplikasi dalam upaya peningkatan teknik penangkapan b. Pengembangan aplikasi teknologi dan sarana perikanan tangkap c. Pembangunan pabrik es pendukung pengembangan perikanan tangkap d. Operasional Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu hasil Perikanan (LPPMHP) 6. Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan. Program ini dilaksanakan dengan mengadakan beberapa kegiatan yakni:
a. Pameran; bazar tingkat provinsi; nasional dan luar negeri b. Penyusunan Raperda Retribusi Pengujian Mutu Hasil Perikanan c. Pembangunan Etalase Kelautan dan Perikanan d. Penyusunan Raperda Retribusi Pungutan Budidaya Air Tawar, Payau dan Laut e. Penyusunan Raperda Retribusi Perizinan Usaha Penangkapan Ikan f. Penyusunan Raperda UPTD 7. Program pengembangan kawasan budidaya laut; air payau dan air tawar. Pengembangan kawasan budidaya ini dilaksanakan melalui: a. Kajian kawasan budidaya laut; air payau dan air tawar b. Pengembangan dan pembinaan budidaya rumput laut c. Bimbingan teknis budidaya air tawar, air laut, dan air payau Selain program-program kerja tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki sebuah kebijakan unggulan yang merupakan sebuah paket kebijakan. Kebijakan ini adalah sebuah kebijakan yang berskala nasional dan dilaksanakan berdasarkan instruksi dan pengawasan langsung dari pusat. Kebijakan yang dicanangkan ini adalah ” Etalase Kelautan”. Etalase Kelautan adalah suatu kawasan dengan sekumpulan model-model pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan dengan keragaman sumberdaya, sistem pemanfaatan, sistem kelembagaan, secara optimal dan bijak yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Maksud dari etalase kelautan adalah menampilkan konsepsi perencanaan, berdasarkan rumusan data dan informasi yang telah dikompilasi sehingga menghasilkan skenario dan kebijakan serta terciptanya model pengelolaan bidang kelautan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dan tujuan ditetapkan Babel sebagai etalase kelautan adalah: 1.
Menarik perhatian dan dukungan stakeholder dalam rangka mewujudkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai Etalase Kelautan dan Perikanan di Kawasan Barat Indonesia.
2.
Mendorong terwujudnya pengelolaan kelautan terpadu.
3.
Bahan referensi bagi upaya penggalangan dana.
Jadi pada dasarnya kebijakan etalase kelautan merupakan sebuah paket kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan di Provinsi Bangka Belitung. Melalui kebijakan ini diharapkan wilayah ini mampu menjadi sentral bagi pengembangan bidang kelautan. Oleh karena itu, pembangunan yang dilakukan pada semua aspek pembangunan yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan manusia (man made) serta sumber daya sosial dan kelembagaan. Kerangka kerja Etalase Kelautan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dijelaskan secara jelas pada Gambar 11.
Gambar 11. Kerangka Kerja Kebijakan Etalase Kelautan Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Babel (2008) Untuk mencapai tujuan kebijakan ini, maka pembangunan dilaksanakan dengan menfokuskan pada beberapa program kerja. Kebijakan ini meliputi beberapa bidang pembangunan yang ingin dicapai. Beberapa konsentrasi pembangunan yang akan dilakukan dalam etalase kelautan adalah peningkatan pembangunan pada: 1. Perikanan tangkap 2. Perikanan budidaya (mutiara dan rumput-laut)
3. Pelabuhan perikanan (tangkap dan budidaya) 4. Pusat bisnis perikanan (TPI/PPI, pengolahan, bursa komoditi, dan lain-lain) 5. Pusat informasi (IT/internet services provider) 6. Pusat wisata (fishing, diving, marine tourism) 7. Stocking port (perikanan, cpo, crude oil) 8. Pusdiklat SDM kelautan dan perikanan 9. Pusat penelitian kelautan dan perikanan 10. Kegiatan pendukung lainnya. Dengan program-program pembangunan tersebut, maka diharapkan akan dihasilkan beberapa model pengembangan yang akan menjadi guidline pemerintah Babel dalam pelaksanaan kebijakan Etalase Kelautan. Beberapa model pengembangan yang dicanangkan adalah sebagai berikut: 1.
Model Pengembangan Perikanan Tangkap
2.
Model Pelabuhan Perikanan
3.
Model Pengembangan Budidaya
4.
Model Konservasi dan Wisata Bahari
5.
Model Pengembangan SDM
6.
Model Pengembangan Desa Nelayan
7.
Model Pengembangan Pelabuhan Cargo
8.
Model Pengembangan Industri Maritim
9.
Model Pengembangan Kota Pantai
10.
Model Pengembangan Pulau-pulau Kecil Hasil yang diharapkan melalui model pengembangan ini pada akhirnya
akan benar-benar mampu menjadikan bidang kelautan sebagai prime mover bagi perekonomian daerah. Sehingga Provinsi Bangka Belitung akan mampu menjadi
role model bagi daerah lainnya dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan secara berkelanjutan.
5.5.2 Keragaan Sektor Pertambangan Laut a) Keragaan Pertambangan Timah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah wilayah yang memiliki kekayaan bahan tambang yang sangat besar, khususnya bahan tambang timah. Berdasarkan data geologi Bangka Belitung, hampir di semua wilayah baik di darat maupun di laut mempunyai cadangan timah yang dikenal dengan istilah World’s
Tin Belt (Sabuk Timah Dunia).
Hal inilah yang menjadikan Babel sebagai
pengekspor timah terbesar di wilayah Indonesia. Indonesia memasok lebih kurang 100.000 mt/tahun atau
lebih kurang 40 % konsumsi timah dunia. Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung memasok 95.000 mt/tahun atau setara 38 % dari konsumsi timah dunia dan 95 % kebutuhan timah Indonesia dipasok dari provinsi ini. Penambangan timah di Babel telah dilakukan sejak lama yaitu penambangan timah di Pulau Bangka dimulai tahun 1710 dan Pulau Belitung tahun 1851. Pada awalnya bijih timah dijual kepada pedagang yang datang dari Portugis, Spanyol dan Belanda. Tahun 1720 penambangan timah dilakukan oleh pengusaha Belanda yang tergabung oleh VOC. Saat ini penambangan timah dilakukan oleh PT. Tambang Timah (BUMN), PT. Koba Tin (PMA) dan perusahaan pertambangan lainnya (swasta). Masing-masing perusahaan tersebut melakukan ekspoitasi penambangan timah pada Kuasa Penambangan (KP) yang telah ditentukan. Secara keseluruhan, luas KP yang diijinkan oleh pemerintah untuk dieksploitasi berjumlah 532.324,84 hektar. Total dari jumlah tersebut masing-masing diberikan kepada tiga perusahaan yaitu PT. Tambang Timah seluas 473.800,06 hektar atau 89% , PT. Koba Tin seluas 41.680,30 hektar atau 7,83% dan perusahaan pertambangan lainnya (swasta) seluas 16.844,48 hektar atau 3,164%. Luas KP untuk penambangan timah di Babel dapat dilihat pada Tabel 11. Perusahaan pertambangan swasta lainnya yang beroperasi di Bangka Belitung dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 11. Luas KK Eksploitasi Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No 1. 2. 3.
Perusahaan PT. Tambang Timah (BUMN) PT. Koba Tin (PMA) Perusahaan Pertambangan Lainnya (Swasta)
Hektar 473.800,06 41.680,30 16.844,48
Persentase 89,00 7,830 3,164
Jumlah 532.324,84 Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kepulauan Babel, 2008
100
Secara umum, perekonomian di Bangka Belitung masing sangat tergantung pada sektor pertambangan timah. Hampir sebagian besar pendapatan daerah provinsi ini ditopang dari pemasukan hasil ekspor timah ke luar negeri. Bahkan bisa dikatakan bahwa pembangunan infrasturktur di Babel di sumbang oleh sektor ini. Pada tahun 2007, nilai ekspor timah Bangka Belitung mencapai 11 triliun rupiah dengan penerimaan negara sebesar Rp. 342.104.247.000,- dan penerimaan
provinsi
sebesar
Rp.
55.376.679.520,-
serta
Penerimaan
Kabupaten/Kota sebesar Rp. 218.946.718.080,-. Penerimaan pemerintah dari ekspor timah ini dapat dilihat lebih rinci pada Lampiran 6. Tabel 12. Jumlah Produksi Logam Timah di Provinsi Babel Tahun
Logam Timah (Metrik Ton)
Perubahan (Persen)
1999
36.934,43
-
2000
42.109,31
12
2001
45.053,31
7
2002
61.431,10
27
2003
60.096,34
-2
2004
54.182,08
-11
2005
58.453,70
7
2006
118.555,26
51
2007
86.304,52
-37
2008
88.146,79
2
Rata-rata
65.126,68
6
Sumber: BPS, 2008
Jumlah produksi logam timah di Babel sangatlah besar. Rata-rata produksi pertahunnya adalah sekitar 65.126,68 metrik ton. Perubahan produksi dari tahun 1999 hingga 2008 relatif meningkat dengan rata-rata 6 persen pertahun. Jumlah produksi logan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan Gambar 12 dapat dilihat secara umum produksi logam timah mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2006. Akan tetapi sejak tahun 2007, produksi timah mengalami penurunan yang cukup besar. Hal ini disebabkan jumlah stok timah di Babel yang sudah semakin berkurang sehingga produktivitas usaha ini semakin menurun.
Gambar 12. Produksi Logam Timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Fenomena semakin menurunnya produksi pertambangan timah ini memaksa Pemerintah Daerah untuk mencari solusinya. Untuk saat ini Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sedang berusaha mendorong pengembangan industri hilir di bidang pertimahan. Hal ini disebabkan ekspor timah ke luar negeri lebih banyak mengandalkan ekspor bahan mentah (raw material) sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat sedikit. Industri hilir di bidang pertimahan yang akan dikembangkan adalah solder, tin plat, bahan pelapis untuk industri otomotif dan elektronik dan bahan kimia timah untuk industri kimia.
b) Keragaan Pertambangan dan Penggalian Lainnya
Potensi bahan tambang di Bangka Belitung tidak hanya dari timah. Akan tetapi masih banyak potensi bahan galian lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai potensi perekonomian daerah. Bahan tambang yang biasa juga disebut bahan galian C ini tersebar hampir diseluruh wilayah di kabupaten dan kota di provinsi ini. Letak dan potensi bahan galian C dan tambang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selengkapnya disajikan pada Lampiran 8. Setidaknya masih ada 8 jenis bahan galian lainnya yang dapat dimanfaatkan yaitu: pasir kuarsa, granit, diabas, bijih besi, pasir bangunan dan kaolin. Besarnya potensi dari masingmasing jenis bahan galian tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jenis Potensi Bahan Galian No
Jenis Bahan Galian
Potensi
1
Pasir Kuarsa
266.657.500 Ton
3
Granit
13.262.500.000 m3
4
Diabas
89.000.000 m3
5
Bijih Besi
7
Pasir Bangunan
321.900.000 ton
8
Kaolin
224.300.000 ton
1.658.785,25 Ton
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Babel, 2008
a. Pasir Kuarsa
Luas sebaran pasir kuarsa di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan mencapai 4.143,68 Ha dengan ketebalan yang sangat bervariasi antara 2-6 meter sehingga potensi cadangannya untuk wilayah Pulau Bangka mencapai 252.500.000 Ton, sedangkan untuk wilayah Pulau Belitung mencapai 14.157.500 Ton. Lokasi penambangan pasir kuarsa yang memiliki potensi yang besar dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Potensi Pasir Kuarsa No
Lokasi
Kecamatan
Potensi (Ton)
1
Sijuk
Sijuk
12.500.000
2
Keleka Usang
Tg. Pandan
870.000
3
Tg. Binga
Tg. Pandan
187.500
4
Tg. Batu, Penyu
Membalong
150.000
5
Kampung Baru
Tg. Pandan
75.000
6
Tg. Empangl Jebut
Tg. Pandan
37.500
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Babel, 2008 Agar nilai tambah yang diperoleh lebih besar, maka pemerintah harus mengembangkan industri hilirnya juga. Industri hilir pasir kuarsa yang dapat dikembangkan adalah : Industri gelas/kaca, industri perminyakan sebagai gravel
packages sand, campuran lumpur untuk penambangan minyak bumi, pabrik semen, bata tahan api, pengecoran logam, bahan baku pembuatan tegel, mozaik keramik, bahan baku fero silicon, silikon carbida, ampelas, pasir filter, glass
wool, sand blasting. b. Kaolin
Endapan kaolin di Propisi Kepulauan Bangka Belitung dijumpai pada beberapa tempat di antaranya di daerah Badau, Dendang, Manggar, Membalong, Kelapa Kampit, dan wilayah lainnya. Kaolin ini berwarna putih, berbutir halus, lunak, dan lengket apabila basah, sebagian bersifat pasiran. Potensi kaolin Babel dapat dilihat pada Tabel 15. Industri hilir kaolin yang dapat dikembangkan :industri keramik, kosmetik, kertas, industri farmasi, cat, pelapis (coaster), pengisi (filler) barang tahan api , isolator, sabun, karet dan pasta gigi.
Tabel 15. Potensi Kaolin No
Lokasi
Kecamatan
Komoditi
Status
Potensi (Ton)
1
Badau
Badau
Kaolin
Hipotetis
7.510.817
2
Pangkalalang
Dendang
Kaolin
Hipotetis
4.268.000
3
Air Pajah
Manggar
Kaolin
Hipotetis
1.879.000
4
Belitung Barat
Membalong
Kaolin
Hipotetis
111.246
5
Air Seru
Kelapa Kampit
Kaolin
Hipotetis
12.383
Jumlah
13.781.446
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Babel, 2008
c. Batu Besi
Di daerah Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat sekitar 29 Perusahaan SKPKPD/KP Batu Besi (Hematite) dengan luas KP sekitar 1.390,3 Ha. Kegunaannya untuk bahan baku industri logam berat dan baja. d. Zirkon (ZrO2)
Zirkon di Kabupaten Propinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan terdapat bersamaan dengan endapan timah sekunder, baik berupa endapan sungai maupun endapan pantai. Butirannya yang halus dan warna yang bening agak sulit dibedakan dari butiran kuarsa yang banyak dijumpai di seluruh wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebagaimana endapan timah, untuk mengetahui potensi zirkon ini perlu dilakukan penelitian dan eksplorasi lebih lanjut. Digunakan untuk refraktori tinggi, karena mempunyai temperatur leleh/lebur 2.430o C, bahan keramik bermutu tinggi bagi keperluan rumah tangga dan keramik ubin.
e. Monasit
Monazit mengandung unsur radioaktif merupakan mineral ikutan yang terjadi bersamaan dengan mineral timah di dalam batuan pegmatit dan granitik tipe greisen. Mineral Monazit adalah bentuk campuran logam tanah jarang fosfat yang mengandung antara 1%-10% Thorium dalam bentuk Thorium Oksida (ThO2) dan sedikit Uranium (di bawah 1%). Selain Thorium, Monasite mengandung logam tanah jarang lain seperti Cerium (Ce), Yitrium (Y). Kegunaannya untuk bahan bakar reaktor nuklir, elektronika. Endapan monasit di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditemukan di Gunung Muntai. Menurut Direktorat Sumber Daya Mineral (Peta Sebaran Mineral Logam P. Sumatera Bagian Selatan, 1998), monasit di Gunung Muntai memiliki cadangan terukur sebesar 182,9 ton. Selanjutnya dalam pengamatan lapangan di Gunung Muntai dijumpai banyak singkapan batu granit yang diduga mengandung monazit di bagian pinggang dan puncak gunung, namun secara megakopis sangat sulit mengetahui kandungan mineral tersebut dalam batu granit. f. Ilmenit (FeTiO3)
Bijih Ilmenit (FeTiO2) sebagai konsentrat titanium banyak dihasilkan pada eksploitasi Kasiterit. Mineral Titan diketahui terdapat di Tanjung Berikat (Bangka Barat), Koba (Bangka Tengah), Nibung (Bangka), Teluk Dalam (Belitung). Pada umumnya endapan Titan tersebut ditemukan berupa pasir Titan yang terdapat pada endapan alluvial. Kegunaan untuk bahan industri baja. g. Granit (Batuan Beku)
Batuan granit terdapat di Kabupaten Bangka yaitu daerah Pemali, Mentok, Jebus, Toboali. Di Belitung terdapat di daerah Tikus (Sijuk), Membalong, G.Burung Mandi, G.Baginda, G.Tajam, G.Tungkusan. Di Belitung diketahui terdapat batuan granit berukuran butir halus hingga sedang, berwarna putih dan abu-abu putih yang terbentuk dari hasil pembekuan magma granitis. Di Bangka pada umumnya berwarna putih abu abu dengan ukuran butir sedang hingga kasar. Kegunaannya untuk bahan konstruksi bangunan, dan ornamen gedung/ubin lantai.
h. Pasir Bangunan
Lokasinya tersebar hampir di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kualitas pasir bangunan yang ada di Kepulauan Bangka Belitung mempunyai kualitas terbaik kedua di dunia setelah Brasil. i. Fire Clay
Suatu jenis lempung yang tersusun dari mineral kaolinit yang bentuk kristalnya fire clay adalah lempung yang terdiri dari mineral Kaolinit yang bentuk kristalnya tidak sempurna (Melorit = Disortered Kaolinite), Ilit, Kuarsa dan mineral lempung lainnya, bersifat lunak dan tidak mempunyai perlapisan. Lempung ini mempunyai nilai PCE lebih besar dari 19 sehingga lainnya bersifat lunak, dan tahan terhadap suhu tinggi (lebih dari 1500oC) tanpa adanya pembentukan massa gelas. Berbeda dengan ball clay dan bond clay, fire clay terbentuk karena tanah (soil) yang tertimbun oleh sedimen lain di daratan atau cekungan lakustrine ataupun delta yang umumnya mengandung lapisan batubara muda (Coal Measure), digunakan untuk bahan baku pembuatan bata tahan api. Terdapat di Manggar Belitung Timur dan endapan sedimen kuarter di pulau Bangka. j. Ball Clay dan Bond Clay
Ball clay adalah suatu jenis lempung yang tersusun dari mineral Kaolinit yang bentuk kristalnya tidak sempurna (Disordered Kaolinit (49%-60%), Ilit (18%-33%), Kuarsa (7%-22%) dan mineral lain yang mengandung karbon (1%4%). Apabila sifat sifat fisik Ball Clay tersebut lebih rendah dari standar maka lempung tersebut adalah Bond Clay. Ball Clay dan Bond Clay umumnya bersifat sangat plastis karena terdiri dari partikel sangat halus, selain plastis bond clay juga mempunyai sifat daya ikat dan daya alir yang sangat baik. Ball Clay dan Bond
Clay terjadi karena proses sedimentasi dalam cekungan lakustrine atau delta serta berasosiasi dengan endapan pasir, lanau dan lignit. Kegunaannya Ball Clay dan
Bond Clay terutama untuk industri keramik dan refraktori, industri karet. Ball Clay dan Bond Clay terdapat di daerah Manggar-Belitung Timur. k. Bauksit
Biji bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika yang memungkinkan pelapukan yang sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang
mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tak mengandung sama sekali. Cadangan di Pulau Bangka diperkirakan berjumlah 13,5 juta ton, namun belum dilakukan analisa secara terperinci. Bauksit dapat diolah menjadi alumina dan aluminium. l. Minyak Bumi dan Gas Bumi
Peluang lain yang cukup menarik di bidang pertambangan adalah terdapatnya cadangan minyak bumi dan gas bumi di lepas pantai (offshore). Lokasinya tersebar di sekitar perairan bagian selatan Pulau Bangka (dekat Pulau Kebatu) dan di perairan bagian utara Pulau Bangka (dekat Pulau Tujuh). Cadangan minyak bumi dan gas bumi dimungkinkan karena daerah tersebut secara geologi termasuk dalam Peta Reservoir Minyak Bumi dan Gas Bumi.
c) Kebijakan Pengembangan Pertambangan Laut
Mengingat besarnya potensi pertambangan laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka Pemda telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang bertujuan mengatur pemanfaatan potensi sumberdaya tambang ini. Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan Pemda Babel antara lain: 1) Penataan usaha pertambangan timah •
Permasalahan pertimahan pada akhir tahun 2006 sampai dengan sekarang sudah lebih tertata pengelolaannya daripada sebelumnya
•
Pemegang kuasa pertambangan pengolahan/pemurnian berkurang dari 37 menjadi 18.
•
Mendorong pola kemitraan antara tambang inkonvensional/tambang rakyat dengan perusahaan pertambangan.
•
Penertiban yang terus menerus bekerjasama dengan aparat keamanan.
•
Pelarangan ekspor bijih timah.
•
Standarisasi ekspor logam timah.
•
Mendorong pengembangan industri hilir dibidang pertimahan.
2) Kebijakan perizinan pertambangan umum ¾ Semua kegiatan pengelolaan usaha pertambangan umum wajib memiliki
perizinan.
¾ Proses perizinan dapat diperoleh di masing-masing wilayah operasional
kegiatan pengelolaan pertambangan sesuai kewenangannya, yaitu menteri, gubernur dan bupati/walikota (berdasarkan PP nomor 75 tahun 2001). Peraturan Pemerintah RI nomor 75 tahun 2001 yang berbunyi: Pasal 1 ayat (1) dan (2) : Setiap usaha pertambangan bahan galian yang termasuk dalam golongan bahan galian strategis dan golongan bahan galian vital, baru dapat dilaksanakan
apabila
terlebih
dahulu
telah
mendapatkan
kuasa
pertambangan. Kuasa pertambangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan oleh : a) Bupati/walikota apabila wilayah kuasa pertambangannya terletak dalam wilayah kabupaten/kota dan/atau di wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil laut; b) Gubernur apabila wilayah kuasa pertambangannya terletak dalam beberapa wilayah kabupaten/kota dan tidak dilakukan kerjasama antara kabupaten/kota maupun antara kabupaten/kota dengan provinsi, dan/atau di wilayah laut yang terletak antara 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil laut; c) Menteri apabila wilayah kuasa pertambangannya terletak dalam beberapa wilayah provinsi dan tidak dilakukan kerjasama antara provinsi, dan/atau di wilayah laut yang terletak di luar 12 (dua belas) mil laut. 3) Kebijakan penggunaan alat berat ¾ Pertambangan rakyat tidak diperkenankan menggunakan alat berat. ¾ Klasifikasi peralatan yang digunakan adalah peralatan sederhana dan non
mekanik atau maksimal 2 (dua) unit mesin yang masing berkekuatan maksimal 20 pk. ¾ Penggunaan alat dapat dilakukan pada perizinan secara badan hukum,
yaitu melalui kuasa pertambangan eksploitasi. 4) Kebijakan pertambangan rakyat: ¾
Pertambangan
rakyat
bertujuan
memberikan
kesempatan kepada rakyat setempat dalam mengusahakan bahan galian
untuk turut serta membangun daerah dibidang pertambangan dengan bimbingan pemerintah propinsi. ¾ Pertambangan rakyat hanya dapat dilakukan oleh rakyat setempat yang
memegang kuasa pertambangan (izin) pertambangan rakyat. ¾ Apabila pertambangan rakyat pada suatu kabupaten/kota merugikan atau
menjadi permasalahan kabupaten/kota lainnya, maka gubernur berwenang menetapkan kelanjutan pertambangan tersebut. ¾ Tambang rakyat tidak diperkenankan menggunakan alat-alat mekanik/alat
berat. Dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut, beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Pemda Babel yaitu: 1. Mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Umum. 2. Mengeluarkan pedoman tata cara penerbitan Kuasa Pertambangan (KP) dalam bentuk Peraturan Gubernur No. 5.C Tahun 2006 3. Mengeluarkan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penjualan Logam Timah Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (namun sudah dicabut dengan Peraturan Gubernur Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pencabutan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penjualan Logam Timah Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung) . 4. Penataan usaha pertambangan timah (semula 37 smelter menjadi 18 smelter) . 5. Mencanangkan dan pelaksanaan program green babel ( program babel hijau). 6. Melaksanakan
pembinaan
dan
pengawasan
terhadap
perusahaan
pertambangan. 7. Pembinaan terhadap pemegang Kuasa Pertambangan (KP) pemurnian
dengan
memfasilitasi
penyelenggaraan
pengolahan dan diklat
Pengawas
Operasional Pertama (POP). 8. Mendorong kepada pemegang
KP agar segera melaksanakan reklamasi
setelah menambang. 9. Meminta kepada pemegang KP agar dapat melaksanakan program CD/CSR terutama di daerah yang berdampak langsung terhadap usaha pertambangan.
Mengingat kegiatan pertambangan adalah kegiatan ekstraktif yang berdampak buruk bagi lingkungan, maka pemerintah sangat menekankan pada kegiatan reklamasi pasca tambang. Beberapa upaya perbaikan lingkungan yang telah dilakukan adalah : program green babel, kawasan pertanian dan perikanan, kawasan pariwisata, kawasan industri, peternakan (bebek peking, sapi), perkebunan kelapa sawit dan karet, persediaan air bersih, kawasan hutan luas lahan reklamasi. Kebijakan untuk melaksanakan reklamasi lahan tambang ini hanya bisa dilaksanakan oleh perusahan-perusahaan besar. Sedangkan kegiatan penambangan yang dilakukan oleh rakyat biasanya tidak melakukan upaya perbaikan lingkungan setelah menambang. Hal inilah yang menjadikan lingkungan di Babel baik di laut maupun di darat menjadi rusak. Kegiatan reklamasi lahan bekas tambang memang membutuhkan dana yang relatif besar. Oleh karena itu, hanya dua perusahan penambang timah saja yang melakukannya yaitu PT Timah dan PT Koba Tin. Luas lahan reklamasi kedua perusahaan tambang ini adalah sebagai berikut: 1) PT Timah: a. Luas lahan reklamasi - Bangka Tengah 1.621,5 ha - Bangka Selatan 686,02 ha - Bangka Barat 718,5 ha - Belitung dan Belitung Timur 1.528, 7 ha b. Luas lahan belum reklamasi - Bangka Tengah 418 ha - Bangka Selatan 39,66 ha - Bangka Barat 115,5 ha - Belitung dan Belitung Timur 185,21 ha 2) PT. Koba Tin a. Luas lahan reklamasi 3.364 ha b. Luas lahan belum reklamasi 1.942 ha
5.5.3 Keragaan Sektor Pariwisata Bahari
Selain memiliki potensi sumberdaya kelautan yang tangible, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga dianugrahi dengan kekayaan sumberdaya
intangible berupa keindahan panorama laut berupa pantai yang sangat indah. Selain itu, keindahan terumbu karang dan masih banyaknya sumberdaya ikan menjadikan wisata selam dan sport fishing sebagai wisata alternatif yang dapat dikembangkan. Beberapa objek wisata alam yang terdapat di masing-masing kota dan kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disajikan pada Lampiran 8. Potensi pariwisata di Babel tidak hanya mengandalkan keindahan alamnya saja, akan tetapi juga diperkaya dengan beragamnya khasanah budaya berupa kegiatan perayaan adat istiadat yang banyak dilakukan oleh masyarakat lokal. Adat istiadat ini tetap dipelihara dan dijaga kelestariannya. Beberapa event perayaan adat istiadat yang dijadikan sebagai tujuan wisata di Babel dapat dilihat pada Lampiran 9. Keindahan alam dan keanekaragaman budaya inilah yang menjadikan Bangka Belitung banyak dijadikan tujuan wisata. Hanya saya karena masih kurang dalam hal promosi, Babel belum begitu terkenal di kalangan turis. Padahal jika dibandingkan dengan Bali, Babel tidak kalah indahnya, bahkan mungkin lebih indah. Hal ini disebabkan, pantai-pantai di Bangka Belitung memiliki pantai landai yang berpasir putih bersih dan banyak terdapat batu granit raksasa di sekitar pantai. Wisatawan yang datang ke Bangka Belitung masih didominasi oleh wisatawan nusantara. Kunjungan wisatawan mancanegara masih relatif sedikit. Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata wisatawan nusantara yang datang adalah 67.591 orang atau sekitar 98,60%. Dan jumlah wisatawan mancanegara hanya mencapai 961 orang atau 1,40% saja.
Tabel 16. Jumlah Wisatawan di Provinsi Bangka Belitung Tahun 2001
Wisatawan Mancanegara (Orang) 799
Wisatawan Nusantara (Orang) 77.192
2002
126
57.984
2003
578
40.549
2004
992
72.573
2005
2.301
79.593
2006
1.496
71.099
2007
433
74.148
Rata-rata
961
67.591
Persentase
1,40%
98,60%
Sumber: BPS, 2008 Berdasarkan Gambar 13 terlihat bahwa jumlah wisata yang paling banyak datang terjadi peningkatan yang signifikan sejak tahun 2004. Ini terjadi sebagai dampak dari beberapa isu terorisme yang melanda lokasi wisata di Bali. Akibatnya banyak wisatawan yang mengalihkan tujuan wisatanya ke Babel karena wilayah ini relatif aman dari ancaman teror. Oleh karena itu, dengan semakin gencarnya aksi pengeboman di beberapa lokasi wisata Bali, maka akan dapat dipastikan bahwa Babel akan semakin ramai dikunjungi turis.
Gambar 13. Grafik Jumlah Wisatawan Babel.
Agar sektor pariwisata ini mampu berkembang lebih baik, maka Bangka Belitung harus menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata. Salah satu sarana penunjang adalah ketersediaan penginapan atau hotel untuk para wisatawan yang datang. Secara umum, jumlah hotel dan penginapan di Babel masih relatif sedikit, walaupun mengalami peningkatan jumlahnya, seperti yang terdapat pada Tabel 17. Tabel 17. Jumlah Hotel dan Penginapan di Bangka Belitung Tahun
Hotel dan Penginapan
2001
50
2002
53
2003
56
2004
57
2005
61
2006
61
2007
61
2008
70
Sumber: BPS, 2008 Kondisi hotel dan penginapan di Provinsi Bangka Belitung masih relatif belum begitu baik. Hanya sedikit saja hotel berbintang yang terdapat di lokasi wisata. Selain itu, letak hotel tidak tersebar merata di seluruh objek wisata yang ada. Hotel hanya banyak terkonsentrasi di wilayah yang memang relatif maju, sedangkan daerah yang masih belum maju jumlah hotelnya sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Nama dan lokasi hotel di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat lebih rinci pada Lampiran 10.
a) Kebijakan Pengembangan Pariwisata Bahari
Visi dan misi pembangunan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung sudah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan pembangunan pariwisata Kepulauan Bangka
Bangka Belitung. Visi
Belitung
adalah ”Terwujudnya
Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) utama di Kawasan Barat Indonesia yang berdaya saing tinggi dengan menampilkan perpaduan keragaman kebudayaan daerah serta kekuatan potensi wisata bahari
melalui pemanfaatan secara terkendali, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan”. Misi pembangunan pariwisata yang ditetapkan dalam RIPPDA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2007-2013 ini adalah: 1. Penciptaan citra pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang berbasiskan potensi wisata bahari dan kekhasan budaya pesisir sebagai identitas provinsi. 2. Peningkatan daya saing pariwisata Kepulauan Bangka
Belitung melalui
pengembangan kawasan wisata unggulan provinsi yang memiliki keunggulan produk wisata dan keterpaduan dalam pengelolaan. 3. Penerapan perencanaan dan pengelolaan produk wisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 4. Peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Kepulauan Bangka Belitung melalui pengembangan pariwisata. 5. Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Tujuan dan sasaran pembangunan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dijabarkan
dengan lebih jelas dan terukur pada tujuan dan sasaran
pembangunan pariwisata. Tujuan Pembangunan Pariwisata Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan keanekaragaman dan keunggulan potensi wisata bahari yang khas sebagai daya tarik wisata unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan memunculkan
identitas dan unsur-unsur budaya pesisir khas
Kepulauan Bangka Belitung. 2. Meningkatkan nilai jual pariwisata Kepulauan Bangka Belitung, melalui pengembangan
pariwisata
Kepulauan
Bangka
Belitung
yang
ramah
lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. 3. Menciptakan perencanaan pariwisata yang terpadu dan sinergis dengan sektor lain.
4. Mendorong partisipasi aktif pelaku pariwisata, termasuk masyarakat, dalam pengembangan pariwisata, yang meningkatkan manfaat sosial, budaya, dan ekonomi dari pengembangan pariwisata bagi masyarakat. 5. Menjadikan kawasan wisata unggulan provinsi
sebagai motor penggerak
perekonomian daerah, sekaligus menyebarkan perkembangan pariwisata ke daerah-daerah yang pariwisatanya belum berkembang. Sasaran pengembangan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung yang ingin dicapai antara lain: 1. Teridentifikasinya potensi wisata bahari yang khas untuk setiap daya tarik wisata bahari, terutama daya tarik wisata bahari unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Terciptanya nuansa budaya pesisir di setiap produk wisata Kepulauan Bangka Belitung. 3. Terwujudnya budaya wisata bahari
dan pulau-pulau kecil
sebagai citra
pariwisata Kepulauan Bangka Belitung 4. Terwujudnya tema pengembangan kawasan wisata
untuk memperkuat
identitas pariwisata Kepulauan Bangka Belitung. 5. Terwujudnya pengelolaan produk wisata dan pasar wisatawan yang ramah lingkungan. 6. Meningkatnya kualitas penyediaan data dan informasi sebagai modal dasar dalam pengembangan pariwisata KepulauanBangka Belitung bagi wisatawan, pelaku bisnis pariwisata, dan pengambil keputusan. 7. Terwujudnya pemasaran dan promosi pariwisata Kepulauan Bangka Belitung ke pasar wisatawan yang tepat dan terarah. 8. Terwujudnya iklim investasi yang harmonis dan
menguntungkan bagi
masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. 9. Meningkatnya peluang keterlibatan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian pengembangan pariwisata untuk peningkatan kualitas kehidupannya. 6. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas dalam pengembangan pariwisata.
7. Meningkatnya arus perjalanan wisata
di dalam dan ke dalam
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. 8. Terciptanya koordinasi yang seimbang antara sektor publik dan swasta yang terkait dalam pengembangan pariwisata, serta
dengan masyarakat lokal,
lembaga swadaya masyarakat dan akademisi. Arah pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
didasarkan pada konsep pengembangan, visi dan misi, serta tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam pengembangan pariwisata. Arah pengembangan ini menjadi acuan dalam perumusan kebijakan, strategi, dan
indikasi program
pengembangan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Strategi pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain: 1. Pengembangan Perwilayahan Dimaksudkan untuk mendukung dan memacu perkembangan sektor-sektor di seluruh wilayah secara keseluruhan secara terintergrasi, berdaya saing, keanekaragaman yang harmonis (saling melengkapi). 2. Pengembangan Produk Wisata Produk unggulan yang : mendukung tema wisata bahari dan pariwisata pulaupulau
kecil,
bermanfaat
dan
berkelanjutan
serta
unik/khas
tradisi
mencerminkan jati diri, berkeseimbangan; pemberdayaan dan memperhatikan daya dukung spesifik daerah dan yang paling penting adalah berkualitas). 3. Pengembangan Pasar dan Pemasaran Fokus pada pasar eksisting (wisnus regional), sambil mengembangkan pasar Wisatawan mancanegara. Strategi pemasaran yang berdasarkan karakteristik pasar terpadu, efisien, efektif dan terorganisir dengan baik. 4. Pengembangan Transportasi dan Infrastruktur Penunjang Peningkatan aksesibilitas khususnya
dari pasar potensial, ke dan antar
kawasan wisata Bangka Belitung. Terintergrasi berdasarkan pergerakan dan kebutuhan
perjalanan sesuai dengan tujuan dan sasaran pengembangan
wilayah keseluruhan. 5. Pengembangan Sumber Daya Manusia Meningkatkan peran SDM melalui Pemberdayaan masyarakat sebagai subjek dan pengembangan SDM yang berkualitas dan berkompeten.
6. Pengembangan Kelembagaan Program
antar
lembaga
yang
terkoordinasi
dan
bersinergi,
kerjasama/kemitraan baik di dalam maupun di luar negeri. sistem kelembagaan yang efektif sehingga kondusif bagi investasi. Kelembagaan perpajakan, retribusi serta pemasaran dan promosi. 7. Pengelolaan Lingkungan Penegakan hukum dan payung hukum bagi perlindungan lingkungan (obyek wisata). Meningkatkan peran pemerintah dan masyarakat dalam penangan masalah
lingkungan.
Pengelolaan
permasalahan
lingkungan
melalui
pariwisata. Melihat besarnya potensi pariwisata bahari yang dimiliki Babel, maka Pemerintah Daerah telah menyusun sebuah kebijakan pengembangan pariwisata. Kebijakan tersebut dirancang dalam sebuah program khusus dan dijadikan kebijakan unggulan. Kebijakan pengembangan pariwisata bahari ini terangkum dalam sebuah kebijakan yang yaitu “ Visit bangka belitung Archipelago 2010.
Visit Bangka Belitung Archipelagic yang disingkat Visit Babel Archi 2010 adalah salah satu program unggulan berbasis pada sektor pariwisata yang didukung oleh kekuatan sektor-sektor pembangunan lainnya secara terpadu, terarah dan berkesinambungan, sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal dalam rangka menerima kunjungan wisatawan baik domestik terlebihlebih mancanegara ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Diharapkan dengan adanya upaya-upaya tersebut akan memicu dan memacu pembangunan sektor pariwisata berkeunggulan kompetitif pada tataran regional dan global. Sebagai
outcome yang diharapkan adalah sektor pariwisata dapat memberikan kontribusi yang cukup besar pada percepatan pertumbuhan ekonomi daerah/nasional, terciptanyan lapangan kerja dan lapangan berusaha, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Wisata unggulan yang akan dipamerkan adalah Festival Memancing tingkat Nasional, Pertandingan Skin Diving dan menyeberang Selat Gelasa (mulai dari Tanjung Berikat ke Tanjung Pandan), Pertandingan Jetski di Sadai Bangka Selatan, Festival Perahu Naga di Sungai Baturusa, dan event-event lainnya yang secara teratur dilakukan sepanjang tahun 2010.
Dalam rangka menjamin terlaksananya program ini, maka dibutuhkan kesiapan dari sarana dan prasarana. Beberapa sarana dan prasarana yang telah disiapkan antara lain: mempersiapkan objek-objek wisata andalan yang ada di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Infrastruktur jalan dan jembatan, terutama yang menghubungkan objek-objek wisata serta sistem transportasi dari bandara-bandara dan pelabuhan-pelabuhan laut yang ada ke objek-objek wisata. Beberapa investor juga telah siap membangun hotel-hotel berbintang 3/4/5 sebanyak tiga buah dengan kapasitas kamar minimal 500 kamar didukung oleh hotel/resort berbintang 1 atau 2 serta melati yang memiliki daya tampung lebih dari 500 kamar. Jembatan Baturusa II dan III serta Jalan Lingkar Timur Bangka yang menghubungkan kota Pangkalpinang – Sungailiat lewat pantai timur telah selesai dibangun guna menunjang kelancaran perjalanan. Arah kebijakan Promosi pariwisata terus digencarkan sejak dini dengan melibatkan seluruh komponen pemangku kepentingan baik pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, pihak investor/swasta maupun masyarakat. Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai leading sector Agenda Visit Babel Archi 2010 dengan melakukan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi dan Sinergi (KISS) dengan dinas-dinas lainnya di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekaligus mengintensifkan KISS dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta secara rutin demikian juga melakukan upaya kemitraan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota secara terus menerus, serta mengikutsertakan lembaga-lembaga independen dan swadaya masyarakat, pelaku-pelaku bisnis, pengamat
pariwisata/seni/budaya
serta tokoh-tokoh masyarakat termasuk
didalamnya tokoh-tokoh pemuda. b) Konsep Pengembangan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengacu pada konsep pengembangan yang akan menjadi ”kerangka” dalam merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan. Konsep pengembangan ini terkait dengan potensi dan permasalahan
pengembangan kepariwisataan, isu-isu strategis
pengembangan kepariwisataan, serta analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam pengembangan kepariwisataan. Beberapa konsep pengembangan pariwisata bahari yang dapat dilakukan antara lain: 1) Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan adalah pembangunan yang didukung secara ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Potensi sumber daya wisata Kepulauan Bangka Belitung sekaligus potensi pasar wisatawan yang tersebar tidak merata, kondisi lingkungan fisik yang cenderung sudah rusak terutama akibat penambangan timah, serta keragaman kondisi sosial, budaya, maupun ekonomi menyebabkan pengembangan pariwisata yang sesuai dengan kerangka pembangunan
berkelanjutan
menjadi
tidak
bisa
ditawar-tawar
lagi.
Pengembangan kepariwisataan harus disesuaikan dengan daya dukung spesifik untuk tiap-tiap wilayahnya. Pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berkelanjutan berprinsip pada: ¾ Terjaminnya keberlanjutan sumber daya wisata dan sumber daya pendukung
pembangunan pariwisata Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung untuk
kesejahteraan masyarakat. ¾ Terintegrasinya pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dengan lingkungan alam, budaya, dan manusia, serta menjamin perubahan yang terjadi akibat pembangunan pariwisata dapat diterima oleh lingkungan. ¾ Terpadunya perencanaan dan pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung yang disusun pemerintah dan otoritas yang berwenang dengan seluruh pemangku kepentingan pariwisata. Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat untuk meningkatkan kualitas fisik, sosial budaya, dan ekonomi, serta ditujukan untuk keberlanjutan sumber daya dan kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2) Konsep Pengembangan Pariwisata Pulau-pulau Kecil
Konsepsi
pengembangan pariwisata pulau-pulau kecil
tidak dapat
dilepaskan dari konsepsi pembangunan kepariwisataan nasional. Dalam konsepsi pembangunan kepariwisataan nasional, pembangunan kepariwisataan merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara
berkelanjutan dan bertujuan untuk mewujudkan peningkatan kepribadian dan kemampuan manusia dan
masyarakat Indonesia melalui pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan
memperhatikan tantangan perkembangan
global. Pengembangan pariwisata pulau-pulau kecil dengan demikian harus memperkukuh nilai kesatuan dan persatuan negara Republik Indonesia. Pada hakekatnya pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus berlandaskan pada nilai-nilai agama dan budaya lokal, dengan memperhatikan dan menghormati hak-hak ulayat masyarakat di sekitarnya. daya yang sangat khas, pengembangan pariwisata di Kepulauan
Bangka Belitung harus menerapkan
pendekatan perencanaan dan pengelolaan pariwisata di pulau-pulau kecil, yaitu: 1. Kecil itu Indah (Small is beautiful) Dengan ukuran fisiknya yang relatif kecil dan keterbatasan daya dukung yang dimiliki pulau-pulau kecil, seyogyanya pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil juga mempertimbangkan “kapasitasnya” yang “kecil”, tetapi dapat menawarkan “keindahan” yang berskala besar, bahkan internasional. 2. Intensitas Rendah – Nilai Tinggi (Low intensity – High value) Terkait dengan konsep “kecil itu indah”, pengembangan pariwisata di pulaupulau kecil harus membatasi skala pengembangan yang tidak boleh melewati batas
ambang
(carrying capacity) yang dimiliki pulau kecil tersebut.
Keterbatasan skala pengembangan tidak berarti membatasi “nilai” yang bisa diraih dengan pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil. Oleh karena itu, pengembangan yang membatasi “jumlah” ini harus diimbangi dengan pencapaian “nilai” yang besar.
3. Identitas Lokal (Local identity) Pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus mencerminkan identitas lokal yang unik, khas, dan berbeda, baik pada pengembangan objek dan daya tarik wisatanya maupun penyediaan sarana dan prasarana penunjangnya. 4. Satu Pulau-Satu Manajemen (One island one management) Untuk pulau-pulau yang sangat kecil dan tidak berpenghuni, dapat dikembangkan suatu bentuk resor wisata yang dikelola secara profesional oleh suatu manajemen tertentu. Pengelolaan di bawah memungkinkan pengawasan yang lebih
satu manajemen
terkontrol, misalnya dalam hal
mengelola limbah yang dihasilkan. Dengan konsep ini, pariwisata menjadi alat untuk meningkatkan nilai tambah bagi lingkungan dan perekonomian di pulau-pulau kecil. 3) Konsep Pengurangan Ketimpangan Pembangunan Wilayah
Pertumbuhan dan kegiatan masyarakat cenderung terpusat di daerah yang relatif memiliki sumber daya yang lebih baik, sehingga seringkali menyebabkan daerah yang kurang berkembang menjadi semakin tertinggal. Pembangunan wilayah seyogyanya dilakukan untuk mengurangi ketimpangan dan bukan memperparah perbedaan. Dengan mempertimbangkan bahwa pariwisata juga dan justru perlu dikembangkan sebagai penggerak pembangunan di daerah yang memiliki sektor lain yang sukar atau tidak dapat ditumbuhkan, maka pariwisata menjadi salah satu alat dalam mengurangi ketimpangan pembangunan wilayah. Pariwisata merupakan sektor yang ’relatif’ dapat dikembangkan di mana saja, dengan menciptakan daya tarik dan aksesibilitas, serta melakukan kegiatan promosi efektif kepada wisatawan yang menjadi sasaran. Pengembangan ini tentu saja harus tetap mengacu pada rambu-rambu pembangunan dan normanorma budaya. Dengan demikian, perkembangan pariwisata di wilayah yang relatif lebih maju diharapkan dapat memicu dan berefek ganda pada wilayah belakangnya. Pembangunan yang dilakukan
di daerah yang lebih maju juga
dimaksudkan untuk menyebarkan pembangunan ke daerah sekitarnya. Pariwisata di daerah-daerah
yang relatif belum seberkembang daerah
lainnya, perlu didukung dan diprioritaskan pengembangannya. Penyediaan sarana dan prasarana penunjang, khususnya prasarana jalan di kawasan wisata yang
belum berkembang namun berpotensi
untuk menjadi unggulan, harus
diprioritaskan. Semua sektor dan pihak yang terkait, termasuk para pengambil keputusan, akan mendukung dan memberikan komitmen yang menerus dalam meratakan pembangunan wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat untuk mengurangi ketimpangan pembangunan wilayah Kepulauan Bangka Belitung. 4) Konsep Keterkaitan Antarsektor
Pengembangan wilayah melihat sektor-sektor sebagai suatu sistem yang saling berkaitan. Sektor ekonomi yang utama di
suatu
wilayah
perlu
dikembangkan dalam kerangka saling mendukung dengan sektor lain. Pariwisata sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan sendirinya tanpa dukungan dari sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat memanfaatkan pariwisata untuk bersinergi secara positif sehingga saling mendukung dan menguntungkan. Dengan kreativitas dan inovasi perencanaan, pariwisata dapat dikembangkan seiring dan sejalan dengan sektor lainnya tanpa harus memunculkan konflik. Oleh karena itu pengembangan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus: 1) Dikaitkan dan diselaraskan dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang atau berpotensi di daerah yang bersangkutan, misalnya pengembangan wisata agro perkebunan (lada dan nanas) di kawasan kebun lada dan nanas, kegiatan wisata tambang timah di kawasan pertambangan timah. 2) Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible maupun intangible dari potensi sumber daya sektor-sektor lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3) Bekerja sama dan berkoordinasi dengan sektor lain, dalam berbagai tahapan perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan, serta dengan jelas menguraikan ’siapa melakukan apa’ di antara sektor-sektor yang ada dalam pemerintahan, industri pariwisata, masyarakat, dan pemangku kepentingan pariwisata lainnya. Dengan konsep ini pariwisata menjadi
alat pemersatu sektor-sektor
pembangunan wilayah dan mengurangi potensi konflik antar kepentingan. 5) Konsep Kehidupan yang Berkeseimbangan
Falsafah pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyangkut hubungan kehidupan
yang berkeseimbangan antara
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara sesama manusia, dan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam. Segala bentuk kegiatan kepariwisataan harus sejalan dengan nilai-nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etika. Pengembangan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung juga tidak mengenal perbedaan ras, suku, bangsa, agama, jenis kelamin, bahasa, seperti pengakuan atas prinsip dasar hak asasi manusia (HAM). Pemanfaatan lingkungan
bagi pengembangan
pariwisata Kepulauan
Bangka Belitung harus menerapkan keseimbangan mikro (manusia) dan makro (alam) untuk mencegah ketidakadilan, keserakahan, dan pengrusakan terhadap budaya dan alam Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, pembangunan kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung juga mengedepankan peran serta dan keterlibatan
masyarakat Kepulauan Bangka Belitung.
Manusia ditempatkan
sebagai subjek dan juga objek pembangunan dalam pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat (community based tourism). 6) Konsep Pengembangan “ship promotes the trade” dan “trade follow the ship” Konsep ini terkait dengan pengembangan sistem transportasi sebagai
sistem infrastruktur, yang secara fungsional harus diselenggarakan untuk memenuhi fungsi utama, yakni: a) Fungsi akses: menyediakan akses bagi ruang kegiatan secara cukup
dan
merata di semua wilayah pelayanannya. b) Fungsi mobilitas: jaringan transportasi harus tersedia secara cukup untuk mengakomodasi/meneruskan pergerakan orang/barang antarwilayah secara efisien. c) Fungsi-fungsi lain seperti pertahanan keamanan, pendorong/impuls bagi
kegiatan ekonomi, dan lain sebagainya pada dasarnya merupakan turunan dari kedua fungsi utama tersebut.
7) Konsep Pengembangan Perwilayahan Pariwisata Unggulan
Untuk memacu pertumbuhan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pengembangan pariwisata difokuskan pada kawasan wisata berskala provinsi/nasional/internasional. Kawasan wisata dengan skala provinsi dijadikan sebagai kawasan wisata unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kawasan wisata unggulan provinsi dapat terdiri dari beberapa daya tarik wisata dan berada dalam daerah administrasi yang berbeda, serta memiliki peran strategis karena memiliki keunikan daya tarik yang bernilai tinggi dan mendukung tema dan citra Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Perkembangan pariwisata di kawasan wisata ini diharapkan dapat menyebarkan pengembangan pariwisata ke daerahdaerah lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengertian kawasan wisata didasarkan pada konsep yang memandang pengembangan pariwisata sebagai bagian atau alat dalam
pengembangan
wilayah. Suatu kawasan wisata merupakan rangkaian tujuan wisata
yang
dihubungkan oleh koridor sirkulasi, yang dapat berwujud jaringan jalan, rute penerbangan, atau pelayaran kapal. Setiap kawasan wisata memiliki daya tarik wisata dan atau kelompok daya tarik wisata, fasilitas dan pelayanan wisata, serta gerbang masuk
kawasan yang dapat berupa bandara, terminal, stasiun atau
bahkan jalan raya. Kawasan wisata dapat berada di permukiman penduduk, lahan pertanian, hutan lindung, dan lain-lain. Pengelompokan daya tarik wisata ke dalam suatu kawasan wisata dilakukan dengan tujuan: a) Memunculkan kekhasan produk wisata yang dimiliki Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. b) Secara kolektif membentuk atau memunculkan ciri khas yang mengedepankan atau mengangkat jati diri masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. c) Meningkatkan daya saing produk wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. d) Menciptakan keterpaduan pengembangan pariwisata antar kawasan.
e) Efisiensi
pelaksanaan program pembangunan pariwisata, baik perencanaan,
pengelolaan, maupun pemasaran dan promosi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan pengelompokan tersebut adalah: 1. Faktor geografis: kedekatan geografis merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam menentukan pengelompokan kawasan pariwisata. Perencanaan dan pengembangan pariwisata akan lebih mudah dilakukan jika jarak fisik antarkawasan dekat. Kedekatan geografis juga akan mempermudah koordinasi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kawasan. 2. Faktor aksesibilitas: faktor kedekatan geografis harus ditunjang dengan aksesibilitas yang baik. Walaupun letak daerah tujuan wisata berdekatan, bila tidak ditunjang oleh aksesibilitas yang mudah, maka pengelompokannya akan dilakukan dengan daerah tujuan wisata lain yang aksesibilitasnya lebih baik. Faktor kemudahan aksesibilitas ini diperlukan agar perkembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata akan mempengaruhi perkembangan pariwisata di daerah tujuan wisata lainnya yang berada dalam satu kawasan pengembangan pariwisata. 3. Faktor pengikat, merupakan ’tanda’ fisik atau non fisik yang berfungsi sebagai pengikat beberapa daerah tujuan wisata. ’Tanda’ fisik dapat berupa bentang alam, jalur jalan, atau batas wilayah, sedangkan nonfisik dapat berupa pengaruh suatu budaya tertentu. Daerah tujuan wisata yang berada dalam satu faktor pengikat yang sama memiliki kecenderungan karakteristik fisik dan nonfisik wilayah yang sama sehingga mempermudah perumusan rencana dan program yang akan
dilakukan pada kawasan pengembangan pariwisata
tersebut. 4. Karakteristik produk wisata unggulan yang sama dan atau saling melengkapi. Suatu kawasan pariwisata sebaiknya memiliki produk wisata unggulan yang dapat dijadikan tema pengembangan sehingga dapat memunculkan identitas kawasan. 5. Keragaman produk wisata unggulan antarkawasan: kawasan pariwisata yang terbentuk harus dapat menunjukkan keragaman dan keunikan satu sama lain
sehingga
kekayaan
pariwisata
Kepulauan
Bangka
Belitung
dapat
dimanfaatkan secara optimal sebagai daya tarik wisata utama provinsi. Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan kawasan tingkat provinsi yang wisata yang diunggulkan di berperan dalam menjawab isu-isu pokok pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
Kawasan Wisata Unggulan ini berperan strategis karena
keunikan daya tarik wisatanya yang mewakili karakteristik provinsi. Kawasan Wisata Unggulan Provinsi dapat terdiri dari beberapa daya tarik wisata dalam daerah administratif yang
berbeda (lintas kabupaten/kota),
yang memiliki
keunggulan produk wisata yang dapat bersaing di tingkat regional, nasional (dan bahkan
internasional),
dengan
target
segmen
pasar
wisatawan
nasional/internasional. Setiap Kawasan Wisata Unggulan Provinsi memiliki daya tarik wisata unggulan yang mencirikan kekhasan dan menjadi unggulan provinsi, serta memiliki daya tarik wisata lain yang mendukung tema pengembangan pariwisata kawasan. Berdasarkan hasil analisis terhadap
potensi
dan permasalahan
kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka kawasan wisata unggulan provinsi terdiri dari: 1. KWU Sejarah - Mentok 2. KWU Rekreasi Pantai – Sungailiat 3. KWU Perkotaan – Pangkalpinang 4. KWU Agrowisata – Koba 5. KWU Alam Bahari – Selat Lepar 6. KWU Budaya Pesisir – Tanjung Binga 7. KWU Bahari Minat Khusus - Memperak Gambaran masing-masing kawasan dapat disampaikan sebagai berikut: a. Kawasan Wisata Sejarah – Mentok Kawasan wisata sejarah Mentok terletak di Kota Mentok, Kabupaten Bangka Barat, sekitar 138 km dari ibukota Pangkalpinang dan dapat dicapai melalui alur provinsi yang berkondisi sangat baik. Kawasan Mentok juga menjadi gerbang masuk bagi wisatawan dari Palembang, Sumatera Selatan yang datang dengan menggunakan fery. Secara umum, akses antar objek-objek wisata dapat
dikatakan sudah sangat memadai, sebagian besar jalan darat berupa aspal halus. Kawasan wisata ini memiliki Keberadaan wisata yang
potensi daya tarik sejarah tinggi.
bernilai bangunan bersejarah, tempat pengasingan
Presiden Republik Indonesia pertama Bung Karno,
dan pemimpin tertinggi
Indonesia lainnya menjadi daya tarik wisata unggulan kawasan ini. Wisma Ranggam dan Pesanggrahan di Bukit Menumbing merupakan daya tarik wisata sejarah unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Monumen Proklamator Soekarno-Hatta di Kota Mentok yang dibangun tahun 2000 juga merupakan daya tarik wisata yang mendukung tema wisata sejarah yang diunggulkan di kawasan ini. Daya tarik wisata lain yang tidak kalah menariknya dan menunjang tema wisata sejarah di kawasan wisata unggulan Mentok adalah Pantai Tanjung Kalian yang memiliki mercusuar peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1862 setinggi 56 meter. Fungsi menara tersebut adalah untuk melihat keluar masuknya kapal dari dan menuju Mentok. Dari puncaknya dapat disaksikan seluruh kawasan pantai Mentok yang indah. Di Pantai Tanjung Kalian juga terdapat monumen Perang Dunia II yang dibangun pada bulan Maret 1993 untuk mengenang kembali peristiwa pemboman Kapal SS Vyner Broke yang tenggelam di Laut Mentok. Potensi wisata sejarah lainnya di Kota Mentok antara lain Batu Balai, Benteng dan Tugu Kota Seribu, Masjid Jamik, serta Rumah Mayor Cina. b. Kawasan Wisata Rekreasi Pantai – Sungailiat Kawasan Wisata Rekreasi Pantai - Sungailiat di Kabupaten Bangka dapat dicapai dari Kota Pangkalpinang sekitar 1 jam perjalanan melalui jalan provinsi dengan kondisi yang sangat baik. Potensi pengembangan kawasan wisata ini juga ditunjang dengan tersedianya
Pelabuhan Niaga Jelitik Sungailiat, Pelabuhan
Perikanan Pantai Sungailiat, serta Pelabuhan Belinyu. Rekreasi pantai merupakan daya Daya tarik wisata tarik wisata unggulan kawasan yang terletak 33 km dari Pangkalpinang ini. Pantai-pantai indah yang menjadi unggulan Kawasan Wisata Rekreasi Pantai-Sungailiat adalah Pantai Parai Tenggiri dan
Pantai Tanjung
Pesona. Kedua pantai ini sudah dilengkapi dengan fasilitas penunjang wisata, seperti hotel dan restoran, sebagai pendukung pengembangan kawasan.
Daya tarik wisata
pantai
lainnya
yang sangat berpotensi untuk
dikembangkan adalah Pantai Matras, Pantai Romodong, Pantai Teluk Uber, dan Pantai Rebo. Kondisi jalan antarobjek wisata tersebut cukup lebar dan sudah sangat memadai. Selain rekreasi pantai, wisata religi juga cukup menonjol di kawasan wisata ini. Kelenteng-kelenteng tua tersebar terutama di Kota Sungailiat. Hal ini terkait dengan penduduk kawasan ini yang didominasi oleh penduduk etnis Cina. Salah satu perkampungan Cina yang cukup dikenal dan kehidupan sehari-harinya sangat kental dengan budaya dan tradisi Cina adalah Kampung Gedong yang juga potensial menjadi daya tarik wisata. c. Kawasan Wisata Perkotaan – Pangkalpinang Daya tarik wisata unggulan Kawasan Wisata Perkotaan-Pangkalpinang adalah wisata warisan budaya dan wisata belanja. Kekayaan warisan budaya berupa bangunan-bangunan tua bekas kegiatan P.T. Timah, seperti bekas kantor pusat timah dan rumah sakit; gereja, kelenteng, dan masjid tua. Museum Timah yang memuat sejarah penambangan timah di Bangka merupakan potensi pariwisata yang sangat besar karena hanya terdapat satu-satunya di Indonesia. Selain wisata warisan budaya, pusat perbelanjaan di Kota Pangkalpinang juga menjadi daya tarik wisata unggulan
kawasan wisata ini. Kemudahan
pencapaian menuju masing-masing objek wisata dapat dirasakan dengan kondisi jalan dalam kota yang sangat baik. Ketersediaan fasilitas penunjang wisata yang lengkap juga menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan dari luar Kepulauan Bangka Belitung. Wisatawan yang datang ke Kawasan Wisata Perkotaan-Pangkalpinang sebagian besar bertujuan untuk bisnis atau dinas kantor. Wisatawan dari Pulau Jawa, terutama D.K.I. Jakarta, merupakan wisatawan potensial bagi kawasan wisata unggulan terutama dengan semakin meningkatnya aksesibilitas JakartaPangkalpinang. Salah satu sarana aksesibilitas terpenting di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Pelabuhan Pangkalbalam yang terletak di Pangkalpinang. Pelabuhan ini sangat berperan untuk meningkatkan potensi kawasan wisata perkotaan Pangkalpinang secara khusus, maupun bagi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung umumnya.
d. Kawasan Agrowisata – Koba Koba yang terletak 58 km dari ibukota Pangkalpinang memiliki potensi perkebunan lada dan perikanan yang
besar untuk dikembangkan menjadi
kawasan berdaya tarik agrowisata. Potensi perkebunan lada yang tersebar di Payung, Airgegas, Simpangrimba, dan Simpangkatis memang saat ini masih belum dikembangkan sebagai objek agrowisata, begitu juga dengan potensi perikanannya yang tersebar di Pulau Nangka, Pulau Semujur, dan Pulau Ketawai. Pengemasan potens perkebunan dan perikanan menjadi objek dan daya tarik agrowisata akan memberikan nilai tambah tidak hanya bagi
perkembangan
pariwisata, tetap juga bagi perkembangan sektor pertanian (termasuk perkebunan dan perikanan laut) di kawasan Koba. Jalur menuju kawasan wisata ini secara umum berkondisi baik, hanya beberapa rute menuju objek-objek wisata tertentu yang kondisinya masih kurang baik. Fasilitas lain yang terdapat di kawasan ini adalah Pelabuhan Sungaiselan, yang merupakan satu-satunya pelabuhan di Kabupaten Bangka Tengah. Kawasan Agrowisata-Koba memiliki potensi pasar wisatawan nasional yang cukup besar karena perkebunan dan produksi lada di Pulau Bangka sudah sangat terkenal, baik di Indonesia maupun di dunia. Peluang ini harus dapat dimanfaatkan untuk dapat menarik wisatawan nasional dan mancanegara dalam jumlah dan kualitas yang lebih meningkat, dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungannya. e. Kawasan Wisata Alam Bahari – Selat Lepar Kawasan ini terletak sekitar 125 km dari Pangkalpinang. Kondisi jalan menuju kawasan wisata dan antar objek-objek wisata sebagian besar dalam keadaan baik. Tema utama kawasan ini adalah wisata bahari dengan daya tarik wisata unggulan diantaranya adalah Pantai Tanjung Kerasak, Pulau Lepar, dan Pulau Pongok yang terletak di Kabupaten Bangka Selatan. Potensi sumber daya kelautan yang begitu kaya menjadikan kawasan wisata ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari. Pulau Lepar dan Pongok merupakan dua pulau kecil di Bangka Selatan yang sudah cukup dikenal akan kekayaan sumber daya kelautannya. Pantai Tanjung
Kerasak tidak kalah menariknya dengan Pulau Lepar dan Pongok. Pantai yang sudah banyak dikunjungi wisatawan lokal ini memang belum dikelola, tetapi sudah didukung dengan kondisi jalan yang baik. Potensi pasar wisatawan Kawasan Wisata Bahari- Selat Lepar memang masih terbatas pada wisatawan lokal. Pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata unggulan di kawasan wisata ini menjadi hal utama yang harus dilakukan terlebih dahulu. Perluasan pasar
wisatawan nasional dan internasional di
Kawasan Wisata Bahari-Selat Lepar akan berjalan seiring dengan perkembangan pariwisata yang terjadi. Oleh karena itu, tersedianya Pelabuhan Sadai memiliki arti penting dalam pengembangan pariwisata. f. Kawasan Wisata Budaya Pesisir – Tanjung Binga Daya tarik wisata unggulan Kawasan Wisata Budaya Pesisir-Tanjung Binga adalah Pantai Tanjung Binga dengan budaya pesisir yang kental dan keberadaan Suku Laut dan Suku Sawang, serta Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi, dan Pulau Lengkuas dengan mercusuar peninggalan Belanda. Kawasan Wisata Budaya Pesisir juga kaya akan tradisi upacara adat laut, seperti Maras Taun dan Buang Jong. Kekayaan wisata budaya Belitung dapat dilihat juga pada Museum Tanjung Pandan yang menyimpan
benda-benda bersejarah
peninggalan kerajaan yang pernah berdiri di Pulau Belitung. Kawasan Wisata Budaya Pesisir-Tanjung Binga memiliki potensi pasar wisatawan nasional yang cukup besar, terutama dari Pulau Jawa, karena lokasi geografis yang relatif dekat dan aksesibilitas yang semakin mudah.
Kondisi
jalan menuju kawasan wisata ini juga sangat baik, namun beberapa rute jalan menuju objek- objek wisata tertentu masih dalam kondisi yang kurang baik. Ketersediaan fasilitas penunjang wisata yang cukup lengkap, ditunjang keberadaan Bandara HAS Hanandjoeddin dan Pelabuhan Tanjungpandan akan memacu perkembangan pariwisata di kawasan wisata unggulan ini. g. Kawasan Wisata Bahari Minat Khusus –Memperang Kawasan Wisata Bahari Minat Khusus – Memperang ini terletak di Kabupaten Belitung Timur, mencakup wilayah Manggar, Pantai Burung Mandi hingga ke Kepulauan Memperang. Kondisi jalan provinsi dan kabupaten, serta rute menuju objek-objek wisata yang terdapat di kawasan ini dalam kondisi
yang baik. Kota Manggar sebagai ibukota Kabupaten Belitung Timur hanya berjarak 87,5 km dari Tanjungpandan, dan Pelabuhan Manggar merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan pariwisata di kawasan ini. Daya tarik wisata unggulan Kawasan Wisata Bahari Minat Khusus - Memperang adalah pulau-pulau kecil di Kepulauan Memperang yang kaya akan potensi wisata bahari minat khususnya, dan juga Pantai Bukit Batu serta Pantai Burung Mandi. Potensi bawah laut yang sangat indah dan kaya menjadi potensi bagi pengembangan kegiatan wisata minat khusus, seperti memancing, diving, dan snorkeling, terutama di Kepulauan Memperang. Pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Bahari Minat Khusus- Memperang saat ini masih diarahkan pada pengembangan kegiatan wisata di Pantai Bukit Batu dan Pantai Burung Mandi. Seiring dengan perkembangan kawasan, potensi pasar wisatawan kawasan wisata unggulan ini turut meluas, tidak hanya wisatawan lokal dan regional, tetapi juga nasional, bahkan internasional. Ketersediaan fasilitas penunjang wisata, aksesibilitas yang mudah dan nyaman, serta pemasaran dan promosi yang efisien dan tepat sasaran, menjadi modal utama dalam pengembangan pariwisata di kawasan ini.
5.5.4 Keragaan Sektor Industri Kelautan
Industri kelautan yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah industri peleburan timah. Industri ini dikategorikan ke dalam industri kelautan karena selain letaknya berada tidak jauh dari perairan pantai, juga bahan mentah yang dijadikan input dalam proses produksi sebagian besar berasal dari pesisir pantai. Oleh karena itu, industri peleburan timah ini memberikan dampak yang sangat besar terhadap perekonomian di pesisir dan lautan. Produk yang dihasilkan dari industri peleburan timah adalah berupa timah batangan. Produk ini memiliki nilai jual yang sangat tinggi sehingga nilai tambah yang diperoleh sangatlah besar. Pada Tabel 18 disajikan jumlah timah batangan yang dihasilkan dan diekspor oleh dua perusahaan peleburan terbesar di Babel yaitu PT Timah dan PT Koba Tin.
Tabel 18. Jumlah Ekspor Timah Batangan Tahun 2007 No
Nama Perusahaan
Jumlah
Nilai Ekspor
(Metrik Ton)
(USD)
1.
PT. TIMAH Tbk
47.242,80
676.480.620,50
2.
PT. KOBA TIN
6.987,21
103.689.298,20
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Babel, 2008 Jumlah perusahaan peleburan timah atau sering disebut smelter cukup banyak. Lokasi smelter kebanyakan berada di kabupaten atau kota yang letaknya tidak jauh dari pesisir. Jumlah keseluruhan smelter yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 18 perusahaan. Nama dan lokasi perusahaan pemegang KP Pengolahan dan Pemurnian timah ini disajikan dengan lengkap pada Lampiran 11.
5.5.5 Keragaan Sektor Transportasi Laut
Sebagai sebuah wilayah kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan wilayah perairannya lebih dari 80 % dari total luas wilayah, maka dapat dikatakan bahwa transportasi laut adalah nadi kehidupan yang menjadikan perekonomian di Bangka Belitung tumbuh. Oleh karena itu, keberadaan sistem transportasi laut yang baik sangatlah menunjang perkembangan dan kemajuan provinsi ini. Jumlah kapal yang berlayar dan berlabuh di pelabuhan relatif berfluktuasi. Pada Tabel 19 disajikan jumlah kapal yang berlabuh di salah satu pelabuhan yang paling ramai di Provinsi Bangka Belitung yaitu Pelabuhan Pangkalbalam. Pada tabel terlihat terjadinya penurunan jumlah kedatangan kapal sejak tahun 2002. Hal ini disebabkan semakin sedikitnya jumlah kapal yang mengangkut penumpang akibat dari murahnya ongkos untuk naik pesawat.
Tabel 19. Jumlah Kedatangan Kapal di Pelabuhan Pangkalbalam Tahun
Kapal di Pangkalbalam (unit)
1997
8595
1998
7422
1999
8085
2000
8148
2001
7959
2002
3456
2003
4144
2004
5882
2005
6279
Sumber: BPS, 2006 Secara umum, telah terjadi penurunan jumlah kunjungan kapal di seluruh pelabuhan di Babel. Penurunan jumlah kapal ini terjadi pada kapal yang mengangkut penumpang atau disebut Kapal PELNI. Berdasarkan Tabel 20 jumlah kapal yang mengangkut barang (kapal barang) mengalami peningkatan pada tahun 2004. Peningkatan jumlah kapal barang ini karena tingginya jumlah permintaan masyarakat Babel terhadap produk-produk konsumsi dan alat-alat elektronik serta kendaraan bermotor. Ini menunjukkan kondisi perekonomian secara umum mengalami peningkatan yang baik. Tabel 20. Jumlah Kunjungan Kapal dan Jenis Muatannya. Tahun
Kunjungan Kapal
Barang (ton) Bongkar Muat
Penumpang (orang) Turun Naik
2001
19.007
5.304.454,90
7.150.161,40
422.540 409.438
2002
17.463
2.719.875,00
10.313.737,00
546.430 438.895
2003
10.292
676.672,00
2.486.560,00
228.554 261.527
4.393 156.801.470,00 303.042.432,00
245.556 251.953
2004
2005 7.896 Sumber: BPS, 2006
1.430.513,00
4.090.295,00
304.309 330.477
5.5.6 Keragaan Sektor Bangunan Kelautan
Bangunan kelautan yang paling memegang peranan utama di wilayah pesisir adalah ketersediaan bangunan kelautan yang lengkap. Salah satu bangunan kelautan yang terpenting adalah tersedianya sarana dan prasarana pelabuhan. Pelabuhan yang memiliki fasilitas lengkap akan membuat perkembangan di wilayah pesisir akan berlangsung lebih cepat. Begitu juga halnya di Bangka Belitung yang sangat tergantung dengan keberadaan pelabuhan. Pelabuhan menjadi pintu keluar masuk yang utama baik barang maupun penumpang ke wilayah ini. Bisa dikatakan bahwa lebih dari 90 persen kegiatan ekspor dan impor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui pelabuhan-pelabuhan yang ada. Bangka Belitung memiliki 8 buah pelabuhan umum yang tersebar di seluruh wilayahnya. Beberapa pelabuhan digunakan khusus sebagai pelabuhan bagi kapal yang mengangkut barang dan ada juga yang mengkhususkan hanya sebagai pelabuhan pengangkut penumpang saja. Sebagian besar pelabuhan yang lainnya ada dimanfaatkan sebagai pelabuhan pengangkut penumpang sekaligus pengangkut barang. Bebeberapa pelabuhan yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain: 1. Pelabuhan Muntok 2. Pelabuhan Belinyu 3. Pelabuhan Sungaiselan 4. Pelabuhan Sungailiat 5. Pelabuhan Pangkalbalam 6. Pelabuhan Tanjungpandan 7. Pelabuhan Manggar 8. Pelabuhan Toboali Mengingat begitu vitalnya pelabuhan bagi penunjang perekonomian Babel, maka Pemerintah Daerah memiliki beberapa rencana pengembangan. Diharapkan dengan rencana ini, pelabuhan di Babel akan lebih baik dan juga jumlahnya menjadi lebih banyak. Karena jumlah pelabuhan yang ada saat ini
masih kurang jumlahnya. Beberapa rencana pengembangan pelabuhan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah : 1. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Batu, Belitung 2. Rencana Rehabilitasi Kantor Adpel Muntok 3. Perluasan Dermaga Beton Tanjung Gudang Belinyu 4. Pembuatan Dermaga Beton Pelabuhan Sadai sepanjang 60 meter dan menjadikan Pelabuhan Sadai sebagai Pelabuhan Alternatif 5. Pengerukan Alur Pelabuhan Muntok 6. Pengerukan Alur Pelabuhan Tanjung Pandan sepanjang 1.200 meter, penambahan kedalaman dari 2,8 LWS menjadi 4,8 LWS dan lebar alur dari 30 meter menjadi 70 meter.
5.5.7 Keragaan Sektor Jasa Kelautan
Aktivitas jasa yang menunjang perekonomian yang dilakukan di wilayah pesisir dan laut adalah jasa kelautan. Beberapa jasa yang dikatakan sebagai jasa kelautan adalah jasa perdagangan, jasa pendidikan dan jasa lingkungan. Jasa perdagangan adalah jasa yang menunjang kegiatan distribusi produk ekspor dan impor. Jasa pendidikan diperlukan karena semakin meningkatnya pembangunan di sektor kelautan, maka jumlah SDM yang diperlukan juga semakin meningkat. Jasa lingkungan juga akan semakin dibutuhkan karena makin banyak permasalahan lingkungan kelautan di masa yang akan datang dan semakin komplek. Di Provinsi Bangka Belitung sektor jasa yang paling utama adalah berupa jasa perdagangan. Jasa perdagangan yang paling penting disebabkan jalur ekspor impor lewat laut seperti jasa pengiriman barang dan jasa pergudangan merupakan nadi bagi perdagangan wilayah ini.
5.6 Permasalahan Pembangunan Bidang Kelautan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Potensi sumberdaya kelautan yang demikian besar seharusnya dapat
menjadi keunggulan komparatif dan kompetitif Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk membangun daerahnya. Kekayaan alam yang melimpah tersebut masih belum dapat dioptimalkan sepenuhnya. Masih banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam usaha menjadikan bidang kelautan sebagai tumpuan utama penggerak perekonomian di Babel. Beberapa permasalahan yang dihadari dalam pembangunan bidang kelautan adalah: 1. Rendahnya tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan di Bangka Belitung masih relatif rendah. Sektor yang belum termanfaatkan secara optimal adalah pemanfaatan pada sumberdaya perikanan dan sektor pariwisata bahari. Padahal jika kedua sektor ini digarap dengan seruis oleh pemerintah dan masyarakat, maka pendapatan yang diperoleh dari sektorsektor tersebut akan mampu menjadi sumber pendapatan yang luar biasa bagi pemasukan daerah. 2. Keterbatasan SDM, rendahnya kualitas SDM dan kelembagaan
Permasalahan sumberdaya manusua adalah permasalahan yang juga menghambat peningkatan pembangunan, khususnya pembangunan pada bidang kelautan. Selain keterbatasan dari segi kuantitas, pembangunan juga terkendala pada ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas. Keterbatasan ini paling sangat dirasakan dalam pembangunan sektor perikanan, dimana selain jumlah nelayan yang relatif sedikit, nelayan juga rata-rata terkategorikan ke dalam nelayan tradisional dengan pengetahuan yang masih terbatas. Aspek kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya kelautan, khususnya perikanan juga masih belum berkembang. Hampir seluruh nelayan di perairan Bangka Belitung belum memiliki kelembagaan yang pengelolaan yang kuat. Hal inilah yang menjadi proses pembangunan sumberdaya manusia menjadi terhambat. Selain itu, karena tidak adanya hukum adat lokal seperti hak ulayat laut yang kuat seperti sasi di Maluku atau awig-awig di Bali, maka pendekatan melalui pengelolaan berbasis masyarakat pun sulit dilakukan.
3. Terbatasnya prasarana dan sarana pendukung
Sarana fisik yang menjadi faktor pendukung utama dalam pembangunan bidang kelautan. Sebagai salah satu provinsi muda yang sedang menata diri, maka kelengkapan kelengkapan prasarana dan sarana pendukung masih relatif terbatas. Keterbatasan ini banyak terdapat pada masih sedikitnya jumlah hotel dan penginapan, buruknya pengelolaan fasilitas pendukung pariwisata lainnya dan masih kurangnya jumlah pelabuhan di Bangka Belitung. Keterbatasan lainnya adalah kondisi transportasi umum yang masih belum begitu baik dan kondisi jalan yang banyak terjadi kerusakan parah pada beberapa lokasi pariwisata. 4. Rendahnya akses pasar dan permodalan
Karena terdiri dari pulau-pulau kecil menyebabkan produk-produk bidang kelautan kesulitan dalam proses distribusi barang. Karena yang terletak jauh dari pusat pasar dan kota besar seperti Jakarta, maka banyak komoditas kelautan seperti produk-produk perikanan yang berkualitas ekspor menjadi sulit di pasarkan. Hal ini menyebabkan harga ikan ditingkat nelayan sangatlah rendah karena nilai tambah produk perikanan banyak beralih pada tauke atau tengkulak besar yang memiliki modal besar. 5. Keterbatasan sumber energi listrik
Faktor yang sering menjadi penghambat minat investor untuk berusaha di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah keterbatasan sumber energi listrik. Karena selama ini energi listrik di Babel hanya tergantung pada energi listrik berbahan bakar minyak yang dipasok dari luar daerah, maka arus listrik sering tidak terjamin ketersediaanya. Hampir di seluruh wilayah Babel terjadi proses pemadaman listrik secara bergiliran sebagai akibat kurangnya ketersediaan pasokan tenaga listrik. Hal ini menjadikan kendala bagi perusahaan besar untuk membuka pabrik di wilayah ini. 6. Illegal fishing oleh nelayan asing
Perairan di sekitar Kepulauan Bangka
dan Belitung adalah perairan
terbuka yang masih memiliki stok ikan yang banyak. Selain karena banyaknya perairan karang sebagai sarang ikan, pemanfaatan sumberdaya ikan disini juga masih rendah karena keterbatasan nelayan lokal yang masih menggunakan alat tangkap tradisional. Hal inilah yang membuat banyak nelayan luar Babel tertarik
untuk menangkap ikan di daerah ini. Para nelayan ini berasal dari beberapa daerah, khususnya nelayan dari Kepulauan Seribu serta nelayan dari Pekalongan dan Indramayu. Selain harus bersaing dengan nelayan-nelayan tersebut, nelayan lokal juga menghadapi yang lebih serius dengan banyaknya nelayan asing yang berasal dari Thailand, Vietnam dan Filipina. Para nelayan asing ini biasanya menggunakan alat tangkap dan armada kapal yang jauh lebih besar dan modern seperti trawl. Hal ini tidak saja membuat banyak ikan yang tertangkap, akan tetapi telah terjadi kerusakan terumbu karang yang cukup parah akibat. Bahkan tidak jarang terjadi adalah ancaman dan intimidasi yang dilakukan nelayan asing terhadap nelayan lokal Babel dengan tembakan senjata api kepada mereka yang berani melarang atau bahkan mendekat pada aktivitas illegal fishing yang dilakukan nelayan asing. 7. Degradasi sumberdaya pesisir dan lautan
Permasalahan yang paling berbahaya dan sangat mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan lautan di Bangka Belitung kedepannya adalah semakin maraknya proses degradasi sumberdaya pesisir dan lautan. Proses degradasi ini menyebabkan rusaknya ekologi dan habitat sumberdaya perikanan di perairan. Beberapa sumberdaya kelautan yang dapat diperbaharui (renewable resources) seperti ikan, terumbu karang dan mangrove semakin menghawatirkan keberadaanya. Kerusakan semakin diperparah dengan aktivitas penambangan timah yang tidak ramah lingkungan yang banyak dilakukan di perairan sungai, pantai dan di tengah laut. Beberapa faktor utama yang menjadi penyebab degradasi sumberdaya pesisir dan laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut: a) Peningkatan teknologi penangkapan ikan Degradasi sumberdaya ikan pada awalnya disebabkan perubahan teknologi tangkap. Perkembangan armada dan alat tangkap mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap luasnya wilayah dan intensitas eksploitasi yang dilakukan nelayan. Pada awalnya nelayan hanya menggunakan armada dan alat tangkap yang sederhana seperti perahu dayung dengan alat tangkap pancing, bubu dan jaring (serok). Dengan terbukanya akses transportasi dan pasar, maka semakin banyak nelayan yang membeli alat tangkap yang berteknologi tinggi seperti motor
tempel dan kapal motor. Demikian juga dengan alat tangkap seperti jaring yang semakin kecil mata jaringnya dan diketahui metode penangkapan yang semakin efektif menyebabkan kegiatan penangkapan ikan melebihi daya dukungnya. b) Penggunaan bahan dan alat tangkap yang merusak Permasalahan dalam pemanfaatan potensi sumber daya laut itu antara lain oleh perilaku sejumlah nelayan yang disinyalir masih melakukan pembiusan, penggunaan
trawl
dan
pengeboman
dalam
penangkapan
ikan.
Untuk
meningkatkan hasil tangkapan, sebagian nelayan lokal menggunakan alat tangkap yang ilegal yang menyebabkan kerusakan sumberdaya pesisir dan laut. Bahan dan alat tangkap tersebut adalah penggunaan bahan peledak (bom), potas, pukat harimau atau trawl dan bubu. c) Kegiatan penambangan karang Penambangan karang mempunyai dampak langsung terhadap kerusakan sumberdaya terumbu karang. Di beberapa desa sekitar pesisir Bangka Belitung, penambangan karang mulai marak setelah ada permintaan batu karang untuk fondasi rumah. Penambangan karang terutama dilakukan di wilayah perairan dekat pantai. Lokasi penambangan karang biasanya dilakukan di perairan sekitar darmaga di dekat pemukiman warga. d) Pembabatan hutan mangrove Kawasan hutan mangrove yang ditumbuhi puluhan ribu pohon bakau di Bangka Belitung (Babel) terus dibabat, untuk dijadikan lokasi tambang timah dan sebagian lagi diambil kayunya untuk dijadikan arang. Kerusakan hutan mangrove banyak ditemui di kawasan Teluk Kelabat, antara Jebus Bangka Barat dan Belinyu Bangka dan Rajik Bangka Selatan, Telinsing Belitung, Teluk Kerang dan Teluk Buding di Belitung Timur. Dari 120 ribu hutan mangrove yang ada di daerah itu, kerusakannya diperkirakan mencapai 50 ribu hektar. Luasnya kerusakan hutan mangrove mengakibatkan kawasan pantai kurang terlindungi dari angin dan ombak hingga menimbulkan abrasi. Selain itu, ikan dan udang yang biasanya suka bertelur di kawasan hutan mangrove enggan mendekat, sehingga berpengaruh pada hasil tangkapan nelayan. Eksploitasi kawasan hutan mangrove sudah dialami sejak puluhan tahun lalu namun intensitasnya makin meningkat lima tahun terakhir. Kayu di hutan mangrove
utamanya pohon bakau, banyak dimanfaatkan untuk dijadikan arang dan tanim (bahan penyamak kulit) serta bubur kertas (pulp). e) Maraknya kegiatan penambangan timah di pesisir dan laut Kegiatan penambangan timah di Provinsi Bangka Belitung sangatlah merusak lingkungan dan tidak terkendalikan keberadaannya. Masyarakat lokal maupun pendatang dibiarkan begitu saja melakukan penambangan dalam skala kecil tanpa ada pengendalian secara tegas dari pemerintah. Dampak lingkungan penambangan yang paling parah adalah kerusakan skala besar penggalian di darat, sungai, pantai dan lautan. Hal ini disebabkan
perburuan timah dilakukan
disegenap wilayah Bangka Belitung. Pada awalnya kerusakan besar diawali di jalur-jalur sungai. Hal ini karena pada dasarnya pasir timah memang diendapkan melalui saluran-saluran sungai. Akibat nyata adalah sungai menjadi terpolusi atau sekurang-kurangnya terjadi pendangkalan dan air menjadi keruh. Kekeruhan air sungai menyebabkan rusaknya biota laut di rawa rawa, hutan mangrove dan terumbu karang yang menjadi tempat berkembang biak ikan-ikan. Gambaran dampak lingkungan dari kegiatan penambangan timah di Babel dapat dilihat dengan jelas pada Lampiran 12. Dampak negatif lainnya dari peningkatan kegiatan penambangan timah di Babel adalah kerusakan pada sarana umum, jalan umum, perkampungan, area pertanian dan perkebunan dan waduk. Para penambang timah tidak peduli pada kerusakan fasilitas umum selama di dalam tanah tersebut terdapat kandungan timah. Beberapa kasus bahkan penambangan dilakukan di tanah pemakaman dan bahkan ada yang sampai merobohkan masjid dan sekolah. Secara ekonomi, usaha penambangan timah skala kecil yang sering disebut sebagai Tambang Inkonvensional (TI) memang begitu menguntungkan. Hanya dengan modal sekitar Rp.15 juta per unit, jika mampu menemukan deposit yang banyak maka modal akan kembali hanya dalam tiga hari produksi saja. Selebihnya adalah keuntungan yang diperoleh oleh pemilik dan pekerja TI. Tingginya keuntungan yang diperoleh inilah yang menjadikan Babel menjadi magnet bagi para pendatang dari luar daerah untuk mengais rejeki. Dengan banyaknya pendatang inilah memicu terjadi konflik di masyarakat. Karena perbedaan sosial
budaya dan kecemburuan sosial antar masyarakat lokal dengan para penambang timah, sering kali terjadi kerusuhan di beberapa lokasi. Salah satu contoh akibat kerusuhan adalah Camp pekerja, mesin dan ponton TI Apung di Desa Bubus Kecamatan Belinyu yang hangus dibakar oleh masyarakat lokal yang merasa terganggu. Metode penambangan yang relatif sederhana dan tidak dilengkapi dengan sistem pengamanan yang memadai menjadikan kecelakaan tambang sering terjadi di tambang inkonvensional. Biasanya para pekerja TI terkubur hidup-hidup dalam tumpukan pasir akibat longsor tanah galian secara tiba-tiba. Korban kecelakaan ini selalu ada setiap harinya di seluruh wilayah Bangka Belitung. Salah satu fenomena unik yang terjadi di Provinsi Babel adalah antrian Bahan Bakar Minyak (BBM) di setiap SPBU. Setiap hari selama 24 jam barisan berbagai jenis kendaraan mobil selalu ada, yang seringkali panjangnya mencapai beberapa kilometer. Mobil-mobil tersebut mengantri BBM untuk dijual kembali kepada para pemilik TI untuk menjalankan mesin penyedot timah. Harga yang mereka jual sampai ke lokasi penambangan timah dapat mencapai dua hingga tiga kali lipat dari harga normal di SPBU. Hal inilah yang menjadi sistem transportasi umum di Babel menjadi sangat mahal dan tidak berjalan dengan baik. Sebab kendaraan pribadi dan kendaraan umum harus membeli BBM di pengecer dengan harga yang mahal dan seringkali kualitas BBM pun sudah jelek akibat terjadi pengoplosan oleh pengecer.