3.
KEADAAN UMUM WILAYAH STUD1
Secara geografis letak wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu sebagai
berikut : 1) Sebelah Utara terletak di 106' 20' 00" BT / '5 10' 00" LS dd 160' 57' 00" BT / 5' 10' 00" LS clan sebelah Timur terletak di 106' 20' 00" BT / '5 10' 00"
LS.yang kemudian ditarik garis Iurus ke Selatan sampai ke Ulara Pulau Jawa
2) Sebelah Selatan terietak di 106' 20' 00" BT 1 5' 59' 00" LS dd 160' 59' 00"
BT / 5' 59' 00" LS dan sebelah Barat terletak di 106~20'00" BT 1 5' 10' 00" LS dd Pantai Utara Jawa Kepulauan Seribu terdiri atas 108 pulau 11 diantaranya dihuni oleh penduduk (Juliaman, 1998; Ongkosongo, 1988). Pulau-pulau yang lain digunakan untuk rekreasi, cagar alarn, cagar budaya dan pwuntukan lainnya.
Luas Kepulauan Seribu kurang lebih 835 hektar daratan (Halim, 2000) dm sekitar 7.000 kmz lautan (BAPPEDA DKI Jakarta, 2000; Suwandi et al., 2001), terletak di lepas Pantai Utara Jakarta dengan posisi memanjang dari Utara ke
Selatan yang ditandai dengan pulau-pulau kecil berpasir putih dm gosong k m g . Pulau Prarnuka merupakan pulau paling selatan atau paling dekat (dengan jarak 37
mil hut) dari Jakarta, sedangkan kawasan paling utara adalah pulau Dua Barat yang beqarak sekitar 70 mil laut dari Jakarta.
Keadaan angin di Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi oleh angin Monsoon yang secara garis besar menjadi Angin Musim Barat (Desember
-
Maret) clan angin Musim Timur (Juni - September). Musim pancaroba terjadi antara Bulan April - Mei dan Oktober - Nopember. Kecepatan angin pada
Musirn Barat bervariasi antara 7 - 20 knot per jam, yang urnurnnya krtiup dari Barat Daya sampai Barat Laut. Angin kencang dengan kecepatan 20 knot per jam biasanya terjadi antara Bulan Desemkr - Februari.
Pada Musim Timur
kecepatan angin berkisar antara 7 - 15 h o t per jam yang bertiup dari arah Tirnur
Laut sampai Tenggara. Musim hujan biasanya tejadi antara Bulan November - April dengan hari hujan antara 1 0 - 20 M u l a n . Curah hujan terbesar terjadi pada Bulan Januari dan total curah hujan tahunan sekitar 1700 mrn. Musirn kemmu belangsung antara Bulan Mei - Oktober. Narnun dalam rnusim kernarau kadang-kadang juga terdapat hujan dengan jum1a.h hari hujan antara 4 - 10 hari.lbulan. Curah hujan
terkecil terjadi pada Bulan Agustus.
Suhu udam rata-rata antara 26,5' C - 28,5' C dengan nilai maksirnum tahunan 29,5' C - 32,9' C dm minimum 23,0° C - 23,g0 C. Kelembaban nisbi berkisar antara 75% - 99%, sedangkan tekanan udara rata-rata 1 009.0 - 101 1-00
rnb. Pasang surut perrnukaan air laut di Kepulauan Seribu bersifat harian tunggal. Level air tertinggi 0,6 m di atas duduk tengah dan terendah 0,5 m di bawah duduk tengah.
Kecepatan rnaksimum arus permukaan pada Musim Barat 0,5 mldetik
menuju ke Timur sampai tenggara begitu juga Musim Timur, kecepatan rnaksimum 0,5 ddetik.
Gelombang laut pada Musim Barat mempunyai
ketinggian antara 0,5 - 1,75 m dan pada Musim Timur 0,5 - l,0 m.
Suhu air permukaan pada Musirn Barat berkisar antara 28,5' C - 3 1 ,(I0 C. Salinitas permukaan berkisar antara 30 - 34 persen, baik pada Musim Barat
maupun pada Musim Timur.
Hasil pengamatan nilai beberapa parameter kualitas air yang dilakukan oleh tim studi IPB pada Studi Penetapan Lokasi Pengembangan Budidaya Laut di Kepulauan Seribu tahun 1997 menunjukkan adanya beberapa jenis kandungan bahan terlarut yang sudah melebihi ambang batas yang diperbolehkan untuk usaha budidaya laut. Nilai parameter kualitas air yang melibihi baku mutu tersebut semuanya merupakan parameter kunci bagi kegiatan budidaya Kondisi perairan
di Kepulaw Seribu dapat dilihat pada Tabel 2. Parameter fisika kimia kunci seperti suhu, kekeruhan, salinitas, pH, DO,
BOD5, kandungan minyak, NH3 dan air raksdmercury terlarut masih memenuhi arnbang batas baku mutu bagi usaha budidaya (Diskan DKI clan FPIK
-
IPB,
1997). Namun karena perairan di Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu berrnuara
sedikitnya 10 buah sungai, sehingga tidak menutup kemungkinan bertambahnya kandungan bahan pencemar dari waktu ke waktu. Sarnpai saat ini pembuangan
limbah melalui sungai rnasih berlangsung, baik yang bwasal dari industri rnaupun pertanian. SeIain limbah daratan, lalu lintas pelayaran juga ikut mengambil bagain dalam meningkatkm jurnlah limbah di pemiran Kepulauan Seribu (Diskan
DKI dan FPK - IPB, 1997). Pulau-pulau di Kepulauan Seribu umunya dikelilingi oleh terumbu karang tepian (Fringing reeA dengan kedalaman 0,5 -5 m yang juga merupakan habitat
bagi berbagai jenis biota laut. Jenis-jenis karang yang dapat ditemukan di sini
tmmasuk ke dalam jenis karang keras (hurd coral) seperti karang batu (massive reefl, karang meja (table corao, karang kipas korpian), karang dam (leaf
coral), karang jamur (mushroom coral) dan jenis karang lunak (so3 coral). Dari
berbagai penelitian ditemukan bahwa di kawasan ini terdapat sekitar 267 jenis karang bercabang.
Tabel 2. Fisika-Kirnia Air Di Berapa Lokasi Di Kepulauan Seribu
Baku Mutu :
Baku mutu air laut untuk biota laut (budidaya Peeikanan) SK Menteri
Sumber
Diskan DKI dan FPIK - IPB, 1997
:
Keterangan Stasiun Pengarnbilan Contoh : 1 = P.Untung Jawa 05~~58'42.1" LS; 106~42'25.8BT 2 = P. Lancang, 05~~56'03.3" LS; 106~~25'25.8" BT 3 = P.PariKongsi, 05"5 1'30.3" LS; 106~~35'5 1.9" BT 4 = P. Tidung 05~~48'08.6" LS; 106'30'5 1.8" BT 5 = P.Panggang 05~~44'44.5" LS; 106" 36'05.5" BT 6 = P.Framuka 05~.44'15.6" LS; 106~*36'3 1.6" BT 7 = P.Semak Daun 05~~43'48.9" LS;1 ~ ~ ~ 3 4 ' 2 2BT .4" 8 = P. Karang Congkak, 05~~42'33.2" LS; 1 06~~34'42.2" BT 9 = P.~axmg ~ongkok050341'13.1" LS; 106O.3 3'45.4" BT 10 = P. Kelapa 05~~39'04.5" LS; 106~~34'12.9" BT
T m b u karang pada gugusan kepulauan Seribu disamping benrpa karang tepian pulau juga ada yang berkembang pada gosong-gosong yaitu komunitas
tenimbu karang pada tepian gosong pasir yang berkembang dan secara lambat Iaun akan menjadi pulau gosong. Pulau gosong tersebut antara lain Karang Congkak dan gosong-gosong lainnya yang berkernbang berdekatan dengan pulau-
pulau kecil. Kadang-kadang fungsi gosong-gosong tersebut seperti attol, sehingga sering disebut pseudo atto1 seperti karang di gugusan Pulau Pari.
Berbagai jenis ikan hias juga banyak ditemukan di perairan Kepulauan Seribu. Paling tidak di kawasan ini hidup 1 1 3 jenis ikan hias yang di antaranya
termasuk ke &lam family Chaetodonfhidae,Diodonthidae dan Parnancaaitthidae (Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 2003). Tidak aneh jika
keragaman jenis terumbu karang clan ikan hias di kawasan ini merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara Sedangkan jenis ikan konsumsi yang
bernilai ekonomis tinggi, yang banyak ditemui antara lain ikan baronang, ekor
kuning, tenggiri dan ikan tongkol. Di kawasan ini juga terdapat ikan lumbalumba yang dilindungi. Untuk jenis Echinodermafa yang banyak dijumpai dimtaranya adalah
bintang laut, teripang dm bulu babi yang juga merupakm i n d i t o r perusakan terumbu karang. Jenis ini hidup di lingkungan tenrmbu karang, sehingga tinggi
rendahnya populasi jenis ini menjadi indikator rusak tidaknya kawasm terumbu karang. denis Crustacea yang banyak dikonsumsi antara lain kepiting, mjungan
dm udang h a n g (spiny lobster). Molusca (bintang lunak) yang dapat dijumpai terdiri Qri jenis-jenis Gastropods sebanyak 295 jenis clan Pelecypoda sebanyak 97 jenis termasuk yang dilindungi diantaranya Kima Raksasa dan Kima Sisik.
Data demografi Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 200 1 menunjukkan
bahwa jumlah penduduk di Kepulauan Seribu adalah sebesar 18.277 jiwa dengan
jurnlah penduduk terbesar berada di Kelurahan Pulau Kelapa (4.865 j iwa). Kompsisi penduduk Kepulauan Seribu yaitu laki-laki 9.242 jiwa dan perempuan 8.985 jiwa, dengan komposisi tersebut maka sex ratio sebesar 103 yang artinya
dalam 100 perempuan terdapat 103 laki-laki. Luas kelurahan yang paling besar adztlah Kelurahan Pulau Kelapa, yaitu sebesar 25 8,47 Ha. Dengan melihat j urnlah
penduduk dan luas Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu maka kepadatan penduduk di kabupaten ini secara rata-rata addah sebesar 23,561ha. Keadam demografi Kepulauan Seribu &pat dilihat pada Tabel 3 baikut ini. Tabel 3. Keadaan kmografi di Kabupaten Kepulauan Seribu, T&un 2001
Surnk : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Wilayah Kec. Kepulaaun Seribu (April 200 I).
Tingkat pendidikan masyarakat Kepulauan Seribu yang didominasi oleh
nalayan masih sangat rendah. Hal ini bisa dilihat dari tingkat pendidikannya
dimana 6800 orang merupakan tamatan Sekolah dasar (SD)dan tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 1 -463 orang Sejalan dengan tingkat pendidikan, fasilitas pendidikan di Kepulauan
Seribu masih sangat terbatas. Keadaan ini tergambar dari fasilitas pendidikan yang ada.
Fasilitas pendidikan yang terbanyak addah Sekolah Dasar (SD)
sebayak 14 buah clan kemudian setingkat SMP sebayak 5 buah. Jenjang pendidikan yang tertinggi adalah SMUN 69 yang berada di Pulau
Prarnuka. Bagi siswa SMU yang berasal dari Pulau Panggang, lokasi sekolah tidak menjadi masalah, karena jar& yang harus ditempuh relatif dekat (sekitar 15 menit menyeberang dengan perahu) dan juga terdapat asrama. Bagi anak-anak
yang berasal dari pdau lain, seperti Pulau Kelapa, Pulau Harapan, P u l a Tidung, Pulau Lancang dan Pulau Pari keberadaan sekolah tersebut menjadi masalah mengingat jarak yang harus ditempuh cukup jauh dan membutuhkan satu jam
perjalanan dengan menggunakan perdu. Apabila kondisi ombak dan angin yang besar, maka akan menjadi kendala dalam perjalanan.
Fasilitas kesehatan di Kepulauan Seribu rnasih lcurang, fasilitas terlengkap yang ada yaitu Puskemas yang hampir semua ada di tiap kelurahan. Tenaga medis yang dapat diandakm yaitu dokter, belum tentu ada tiap hari. Kondisi ini sangat menyulitkan bagi pasien yang harus ditangani dengan segera. Keterbatasan
peralatan kesehatan juga merupakan m d a h kesehatan di Kepulauan Seribu, sehingga pasien yang rnemerlukan peralatan medis khusus harus ke Jakarta yang
relatif jauh, Bahkan &pat dijumpai masyarakat yang meninggal akibat tidak tertangani secara cepat. Data BPS (2000) memperlihatkan bahwa di Kepulauan Seribu terdapat 14
buah mesjid dan 46 mushola sebagai fasilitas peribadatan.
Selain itu di
Kabupaten ini juga terdapat beberapa fasilitas olah raga diantamnya adalah lapangan sepak bola (9 buah), lapangan bdu tangkis (26 buah), lapangan voli (26
buah), dan fasilitas olah raga lainnya (27 buah). Fasilitas ekonomi yang ada di Kepulauan Seribu diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang ada Adapun fasilitas ekonomi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Dari takl tersebut dapat dilihat bahwa warung merupakan h i l i t a s ekonomi yang terbanyak. Lembaga keuangan dan perbankan
serta pasar di Kepulauan Seribu ti@ dijumpai.
'Tabel 4. Jumlah Fasilitas Ekonomi di Kepulauan Seribu Tahun 2000
Sumber : Monograf~Kabupaten Kepulauan Seribu, Tahun 2000
Salah satu arahan pembangunan Kepulauan Seribu berdasarkan Perda DKI No. 6 tahun 1999 adalah meningkatkan kegiatan pariwisata. Oleh karena itu
kegiatan pariwisata khususnya pariwisata bahari di Kepulauan Seribu memang akan terus ditingkatkan. Namun demikian kelihatannya pengembangan pariwisata
di kawasan ini rnasih banyak menghadapi berbagai kendala. Hal ini terlihat dari indikator kunjungan wisata dimana sejak tahun 1 995 hingga 1 999 ternyak jurnlah kunjungan wisata ke Kepulauan Seribu j ustru menurun (Yuwana, 2000).
Wilayah Kepulauan Seribu ditetapkan sebagai Kawasan Taman Nasional Laut oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1995, dengan Keputusan Menteri
Kehutanan No. 162 Kpts- 1 111 995. Wilayah kawasan ini adalah seluas 108.000 hektar. Ketetapan ini mengacu kepada Peraturan Pemerintah DKI, diantaranya : (1).
P e r a m Pemerintah Daerah No. 7 tahun 1962, tanggal 30 Maret tentang
penggunaan batu karang, pasir dan baa-batuan lainnya di wilayah perairan Jakarta-yang telah diatur pada tahun 1960.
(2). Keputusan Gubernur DKI 1 b.31312611969 tanggal 3 Desember tahun 1969, tentang perlindungan penggunaan wilayah Kep. Seribu
(3). Kep. Gubernur DKI No. Ca.19114411970,tanggal 6 Nopember tahm 1970
mengenai penutupan perairan disekitar Taman Karrtng untuk penangkapan
ikan. (4). Keputusan Gubernur DKI No. Ea.61113611970, tanggal 3 1 Desember
mengenai larangan penangkapan ikan mempergunakan alat / bmgunan yang d i W a n diwlayah perairan Jakarta. (5). Keputusan Gubernur DKI No. Da. 1112414411972 tanggal 27 September th.
1972 mengenai Penetapan Undang-undang dan persyaratan pemberian ijin penggunaan wilayah di Kep. Seribu.
S e a m administratif Kabupaten Adrninistrasi Kepulauan Seribu dibagi menjadi dm kecamatan, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan
Kepulauan Seribu Selatan.
Tarnan Nasional Kepulauan Seribu terletak di
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, yang meliput; tiga kelurahan yaitu Kelurahan
Pulau Kelapa, Kelurahan Pulau Harapan, dan Kelumhan Pulau Panggang. Taman Nasional Kepulauan Seribu dibagai ke dalam beberapa zona.
Zona-zona tersebut adalah sebagaimana tercanturn pada Tabel 5 (AbduHah, 1W9). Zonasi sebagaimana tercantum pada Tabel 5 merupakan ciri dari kawasan taman nasional. Zonasi Taman Nasional Kepulauan Seribu sedikit be*&
dengan
peruntukan pulau sebagaimana tercantum pa& SK Gubemur DKI No. 15 16 tahun
1997 dan Perda DKI No. 11 tahun 1992. Hal ini dapat dimengerti mengingat pendekatm zonasi Taman Nasional Kepulauan Seribu lebih berdasarkan pendebtan per1indungan dan pernanfaatan ekosistern perairan sernentara
peruntukan pulau lebih berdasarkan pada pendekatan paanfaatan daratan pulau.
Walaupun demikian pada prinsipnya diantara keduanya tidak terjadi perbenturan kepentingan mengingat SK Gubernur dan Peraturan Daerah di atas juga
mempertimbangkan zonasi yang telah dibuat sebelumnya. Tabel 5. Zonasi Wilayah TNL Kepulauan Seribu No.
1
Wilayah Pulau
NalluZooa
Aktivitas Pendidikan, Penelitian & Pengembangan Ilmu Pengetahuan
b. Zona Inti I1
I c. Zona Inti I11
Proteksi Penyu Sisik
Gosong Rengat
Proteksi Ekosistem w o v e dan tempat bertelurnya penyu
Penjalinan Barat d m Timur, Peteloran Barat & Timur
Proteksi terumbu karang
Belanda, Kayu Angin, Bira
Penelitian clan Pengembangan Pengetahuan serra perbaikan elemen-elemen yang mendukung penelitian
Buton, Jagung, Karang Mayang, Rengit, Nyamplung, Seharu B e w clan Kecil, Lipan, Kapas, Bunder, Hantu
Barat clan Timur, Yu Barat dan Tmur, Setu clan Kelor Timur Pengembangan Pariwisata
Kelor Barat, Gosong Laga, Gosong Sepa, Sepa Barat, Timur Jagung, Melinjo, Cina, Semut Besar dan Kecil, Melintang, Perak, Petondan Barat dan Timur, Panjang Bawah, KA Melintang, KA Putri, Tongkeng, Macan Kecil, Putri Besar dan Kecil, Matahari, KA Bira, Bira Besar dan Kecil, Gentang besar dan Kecil, Kuburan Cina dan Bulat
-
4.
Zona Tradisional
Pemanfaatan Sumber Daya Alam secara tradidonal untuk mendukung keadaan sosial ekonomi clan pengembangan kebudayaan masyarakat I seternpat.
5
Zona Penyangga
Melindungi Biota Laut terrnasuk ekosistem di Area TNL Kep. Seribu
I
Sumber :AbduIlah ( 1 999)
Pulau Dua, Kaliage Besar dm Kecil, Semut, Karang Ketarnbang, Karang Wungu, Opak Besar clan Kecil, Karang Bangkok, Kotak Besar dan Kecil, Karang Cangkok, Karang Pandan, Sernak Dua, Karyrs Panggang, m u k a .
Peruntukan pulau berdasarkan SK Gubernur DKI No. 1 5 1 6 dan Perda DKI
No. 11 tersebut membagi g u m pulau di seluruh Kepulauan Seribu menjadi 6 j enis peruntukan. Jenis perm& (1).
pulau ini dab :
Penyernpurna Hijau Umurn (PHW) dimana daratan pulau diperuntukkan
untuk tanman hutan atau perkebunan binaan yang berfungsi sebagai
perlindungan ekosistem setempat d m tidak diperbolehkan mendirikan bangunan kecuali sarana perlindungan lingkungan secara terbatas. PHU dibagi menjadi dua jenis yaitu PHU Cagar Alarn dan PHU Penghijauan. PHU Cagar Alam berfungsi sebagai perlindungan plasma nutfah dimana
hanya kegiatan penelitian ilmiah yang boleh dilakukan di PHU Cagar Alarn ini. PHU Penghijauan W g s i untuk perlindungan ekosistem, terutarna ekosistem perairan, dimana kegiatan yang boleh dilakukan di pulau PHU
Penghljauan ini addah penelitian ilmiah, widya wisata terbatas, budidaya
laut, perkebunan dm pertanian terbatas, dm olah raga bahari. 2
Penyempuma Hijau Bangunan (PHB) dimana pada prinsipnya sama dengan
PHU Penhgijauam tetapi di dalamnya diperkenankan mendirikan bangunan dengan koefisien dasar bangunan yang rendah untuk penggunaan yang
bersifat khusus misalnya rarnbu-rambu lalu lintas udara dadatau laut, bagman penelitian, wisma kepresidenan, pos keamanan laut, pusat latihan
TNI-AL, dm fasilitas pendukung pertarnbangan. (3). Rekreasi dan Pariwisata dirnana peruntukannya adalah tempat peristirahtan,
bangunan pariwisata (cottage), taman arkeologi, perkemahan, dan olahraga. (4). Perumahan dimam peruntukannya adalah sebagai tempat permukiman
penduduk.
(5). Pemerintahan dimana peruntukan utamanya addah tempat kegiatan pemerintahan termasuk bangunan perkantom dan peristirahatan non komersial.
(6). Fasilitas umurn merupakan pulau yang pwuntukannya adalah tempat mendirikan fasilitas umum seperti fasilitas transportasi, peribadatan,
pemakaman, dan lain-lain.
Peruntukan pulau di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu kemudian
diperbaharui iagi berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 6 tahun 1999 tentang RTRW
DKI Jakarta 1999-2010. Berdasarkan RTRW ini maka pulau-pulau di Kepulauan Seribu dibedakan menjadi 7 jenis pemtukm gugus pulau. Jenis pemntukan
gugusan pulau tersebut adalah: (1).
Gugus pulau konservasi yang merupakan pulau-pulau perlindungan ekosistem tetapi masih &pat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata yang bercirikan ekowisata, pendidikan, d m penelitian.
(2). Gugus pulau perlindungan merupakan pulau-pulau perlindungan ekosistem
yang masih &pat dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata. (3). Gugus pulau wisata yang merupakan pulau-pulau yang dimanfaatkan
sebagai tempat wisata secara komersial. 4
Gugus pulau pemukirnan yang dipemtukkan mtuk permukiman penduduk
maupun pemukiman mewah perorangan. (5). Gugus pulau penelitian dan percontohan adalah pulau-pulau yang terutama
b e h g s i sebagai tempat penelitian dan percontohan pemanfaatan teknologi guns*
(6). Gugus pulau cagar budaya adalah pulau-pulau yang terdapat peninggdan
sejarah dan ditnanfaatkan sebagai cagar budaya, pariwisata, pendidikan dan penelitian. (7).
Gugus pulau khusus addah pulau-pulau yang dimanfaatkan untuk kepentingan khusus seperti rambu-rambu lalu-lintas, pangkalan latihan
militer, pertambangan, dan lain-lain.
Pulau-pulau di Taman Nasional Kepulauan Seribu berdasarkan zonasi dan p t u k a n pulau tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Sementara itu Proyek
Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Kepulauan Seribu (2002) mencoba membuat
usulan zonasi baru di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Berdasarkan usulannya tersebut Taman Nasional Kepulauan Seribu dibagi menjadi 4 zona, yaitu : (1 j. Zona inti ymg pada prinsipnya masih sama dengan zona inti sebelumnya.
(2). Zona bahari yang dulunya rnenjadi bagian dari zona perlindungan. (3). Zona pemmfaatan wisata yang tadinya mmpakan bagian dari zona
pernanfaatan intensif dan pernanfaatan tradi sional. (4). Zona pernukhan yang dulunya juga merupakan bagian dari zona
pananfaatan intensif dan m a a t a n tmdisional.
Usulan zonasi yang baru ini rnasih memerlukan pendalarnan dan
sosialisasi khususnya agar sesuai dengan paradigma baru pernanfaatan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, dan lautan dimana basis pengelolaan pada masyarakat
(communiry bused management) harus dipertimbanban. Oleh karena itu usulan wnasi baru tersebut belum dapat berlstku di masyarakat. Sernentara itu penertiban
penggunaan Man pulau sesuai dengan zonasi dan peruntukan pulau di Taman
Nasional Kepulauan Seribu juga perlu dilakukan segera. Hal ini mengingat
bahwa pemanfaatan pulau yang ada saat ini (existing use) banyak yang ti& sesuai dengan peruntukan yang
telah ditetapkan. Penyimpangan pemanfaatan
pulau dari peruntukannya &pat dilihat pada Lampiran 2.