PERANCANGAN MODEL USAHATANI LAHAN KERING BERWAWASAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN EKS-PENGUNGSI TIMOR TIMUR DI KABUPATEN BELU, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Utma Aspatria, Fredrik L. Benu, I.W. Mudita, Remi. L. Natonis Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana ABSTRAK Permasalahan pemenuhan kebutuhan pangan warga eks pengungsi telah menjadi dilema yang sulit untuk diatasi. Untuk memenuhi kebutuhan pangannya tersebut, warga eks pengungsi memanfaatkan kawasan lindung di Kabupaten Belu untuk menjadi lahan usahatani. Hal ini disinyalir dapat menimbulkan permasalahan kerusakan lingkungan yang lebih lanjut. Oleh karena itulah, maka penelitian ini dirancang dan bertujuan untuk menghasilkan rancangan model usahatani didasarkan atas optimalisasi penggunaan sumberdaya lahan, hutan, dan air agar usahatani yang dilakukan, selain dapat menghasilkan pangan yang lebih tinggi, sekaligus dapat menekan potensi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Metode analisis utama yang digunakan adalah Three Stage Least Squares. Sedangkan kecukupan pangan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis validasi terhadap persamaan struktural yang telah dibangun menunjukkan bahwa ketiga variabel (endogen dan Identitas) yang dievaluasi cukup valid dan oleh karena itu layak digunakan untuk tujuan analisis simulasi karena memiliki nilai UM lebih kecil dari 0.2 (UM < 0.2), sedangkan nilai UR, US dan U cukup kecil (mendekati nol). Sementara itu UD dan UC memiliki nilai yang cukup tinggi (mendekati satu). Hasil analisis simulasi model teoritis pengelolaan usahatani dilakukan terhadap 6 alternatif pendekatan model menunjukkan bahwa model ke V (kombinasi peningkatan jumlah jenis tanaman, perbaikan sistem pertanaman, perbaikan jarak tanam dan peningkatan ketersediaan nittrogen) secara teoritis dapat memberikan hasil yang tertinggi (peningkatan produktifitas sebesar 32,19%; peningkatan produksi sebesar 27,66%; dan penurunan penggunaan lahan sebesar 2,40%), akan tetapi, model ini memberikan konsekuensi penambahan biaya usahatani. Oleh karena itu, meskipun model ke V memberikan hasil teoritis yang tertinggi, tetapi yang direkomendasikan adalah model yang ke IV (kombinasi perbaikan jarak tanam secara beraturan dan peningkatan tingkat pendidikan) yang secara teoritis dapat meningkatkan produktifitas sebesar 27,33%; meningkatkan produksi pangan sebesar 31,06%; serta menurunkan penggunaan lahan sebesar 2,31%, dengan pertimbangan bahwa: a) hasil yang diberikan oleh model keIV tidak jauh berbeda dengan model ke V dan produksi pangan usahatani diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan pangan rumahtangga eks pengungsi, b) Jumlah jenis tanaman yang diusahakan telah cukup beragam sehingga penambahan jumlah jenis tanaman tidak diprioritaskan, c) model ke IV tidak membutuhkan penambahan biaya usahatani yang dapat meningkatkan beban ekonomi rumahtangga eks pengungsi sebagaimana pada model ke V Kata kunci : Lahan kering, usahatani, model, lingkungan, ketahanan pangan dan pengungsi. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah kecukupan dan ketahanan pangan warga eks pengungsi telah melahirkan persoalan baru yang muncul seiring dengan kebutuhan warga eks pengungsi akan lahan usahatani, adalah terjadinya penyerobotan lahan kawasan hutan konservasi untuk dijadikan lahan usahatani. Pembukaan hutan untuk kegiatan usahatani yang dilakukan secara destruktif dapat mengakibatkan kerusakan dan dampak negatif lebih lanjut pada sector lainnya. Sampai saat ini, gerakan rehabilitasi hutan dan lahan yang dilakukan terhadap 1.500 hektar kawasan hutan yang mengalami kerusakan karena diserobot untuk dijadikan lahan usahatani belum membuahkan hasil yang memadai karena areal rehabilitasi seringkali diserobot kembali, padahal anggaran yang dialokasikan untuk gerakan tersebut tidak sedikit (komunikasi pribadi dengan Ir. Stefania Fah, MSi, staf Subdin RLPS, Dinas Kehutanan Provinsi NTT, 2006). Penyerobotan lahan kawasan hutan dan lahan milik warga lokal oleh warga eks-pengungsi Timor Timur sulit dapat diatasi selama tidak tersedia model usahatani yang dapat mengoptimalkan produksi secara berkelanjutan terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan warga. Sayangnya, upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menangani masalah warga eks pengungsi Timor Timur selama ini belum
pernah diarahkan untuk menyentuh masalah ini. Bila hal ini tidak segera dicarikan pemecahannya maka dikhawatirkan bukan hanya dapat memacu laju kerusakan lahan dan hutan tetapi juga dapat memicu konflik horizontal dengan warga lokal di daerah perbatasan yang strategis menjadi isu politik internasional. Tujuan 1) Mendeterminasi faktor-faktor yang menentukan produktivitas usahatani. 2) Merancang model usahatani yang didasarkan atas optimalisasi penggunaan sumberdaya lahan, hutan, dan air dan menentukan kinerja lingkungan dari setiap model usahatani yang diujicobakan. Urgensi (Keutamaan) Penelitian Penelitian ini akan menghasilkan model usahatani berwawasan lingkungan yang diharapkan dapat digunakan sebagai landasan perumusan kebijakan untuk mengatasi masalah ketahanan pangan dan kerusakan lingkungan yang selama ini terjadi. Pendekatan analisis sistem yang akan digunakan sebagai kerangka dasar perumusan model diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lahan yang ada dan bersamaan dengan itu mengatasi masalah ketahanan pangan, mengurangi kerusakan lingkungan, dan menghasilkan resolusi terhadap berbagai konflik yang selama ini terjadi antara warga eks pengungsi dan warga lokal sebagaimana sebelumnya telah dilakukan pada tataran makro oleh Benu (2003). METODOLOGI PENELITIAN Bagan Alir Penelitian Penelitian akan dilakukan dengan pendekatan analisis sistem dengan cara mem-breakdown komponen sistem usahatani dan sistem lingkungan hidup (ekosistem) ke dalam komponen-komponen masing-masing. Setiap komponen kemudian ditentukan peubah (variable) masing-masing untuk selanjutnya dijadikan peubah model melalui analisis statistika. Model selanjutnya dirancang secara bertahap sebagaimana disajikan pada bagan alir di bawah ini: Penelitian yang Sudah Dilaksanakan
Penelitian yang Akan Dilaksanakan
Pemodelan Usahatani Lahan Kering Provinsi NTT (Benu dkk. 2004)
Perancangan Model Produksi Pangan
Penelitian Ketahanan Pangan (Kaunang, 2003)
Analisis Kecukupan Pangan
Pendekatan Uji Coba Model Berbasis Partisipatory (Mudita dkk. 1999)
Uji Coba Model Produksi dan Kecukupan Pangan
Keluaran Hasil Penelitian yang Diharapkan
Keluaran Tahun I: Rancangan Model Produksi dan Kecukupan Pangan
Pemodelan Kinerja Lingkungan dari Model Produksi dan Kecukupan Pangan
Keluaran Tahun II: Model Produksi dan Konsumsi Pangan dengan Kinerja Lingkungan Teruji
Evaluasi Model
Keluaran Tahun III: Model Terevaluasi
Struktur sample Data terakhir menunjukkan bahwa ada sekitar 4.680 KK pengungsi atau sekitar 9.082 jiwa eks pengungsi yang bermukim di seluruh Kabupaten Belu. Kebanyakan dari mereka bermata pencaharian sebagai petani pengelola tanaman pangan lahan kering. Karena kajian ini berhubungan dengan pola pengelolaan usahatani (cropping system) maka seluruh KK eks pengungsi akan dikelompokan menurut pola pengelolaan usahataninya dalam dua cluster berturut-turut: Cluster I : pola usahatani mono kultur Cluster II : pola usahatani multiple cropping Selanjutnya seluruh KK eks pengungsi pada kedua cluster dimaksud akan distrata menurut luas lahan usaha berturut-turut: Strata I : luas lahan usaha < 1,0 Ha Strata II : luas lahan ≥ 1,0 Ha Kemudian akan dipilih secara acak responden KK eks pengungsi sebanyak masing-masing 40 orang pada kedua strata. Teknik penarikan sampel seperti ini dapat disebut sebagai ”cluster-stratified disproportionate random sampling”. Kegiatan, Cara Pelaksanaan, dan Indikator Penelitian Perancangan Model Produksi Pangan Pola usahatani lahan kering akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Variabel yang akan dideskripsikan adalah luas tanam, jenis tanaman, pola pertanaman, jarak tanam, besaran input yang digunakan, dan pola pemanfaatan air sebagaimana sebelumnya telah digunakan dalam perancangan model usahatani lahan kering di Provinsi NTT (Benu dkk. 2004). Pertanyaan tetang faktor apa saja yang berperan dalam menentukan pola usahatani lahan kering dan pengaruhnya terhadap kemampuan produksi pangan bagi warga eks pengungsi akan dijawab dengan terlebih dahulu menentukan berbagai faktor yang mendeterminasi pengelolaan dan kemampuan produksi pangan dari kegiatan usahatani oleh warga eks pengungsi. Analisis dilanjutkan dengan membangun suatu model persamaan struktural untuk mengetahui pengaruh inter-relasi antara dua variabel endogen, yaitu produktivitas tanaman dan luas lahan usaha yang menentukan suatu variable identitas produksi pangan. Kedua variable endogen dimaksud selanjutnya akan berhubungan secara simulatan dalam suatu persamaan sistem dengan 15 variabel eksogen yang diidentifikasi sebagai: Jarak lahan terhadap tempat tinggal, biaya sarana produksi, kandungan bahan organik tanah, cropping system, jarak pertanaman, jumlah anggota keluarga, kandungan N tanah, kandungan P tanah, umur responden, lama pendidikan formal yang dijalani responden, jumlah tenaga kerja usia produktif, luas tanam jagung, luas tanam kacang tanah, luas tanam kacang hijau, dan luas tanam ubi kayu Model persamaan struktural produktivitas pangan yang dibangun dengan asumsi luas lahan usaha adalah sama dengan luas panen dapat diuraikan sebagai berikut: Y1 = a0 + a1Y2 + a2 X3 + a3 X4 + a4 X5 + a5 X6 + a6 X9 + a7 X10 + a8 X12 + a9 X15 + [1] a10 X16 + ε1 di mana : Y1 = Produktivitas pangan.......................................................................... (kkal/are) Y2 = Luas tanam (panen)..............................................................................(are) X3 = Kandungan Bahan Organik tanah ........................................................(% BO) X4 = Jumlah jenis tanaman X5 = Dummy cropping system (bernilai 1 untuk multiple crop dan 0 untuk yang lain) X6 = Dummy Jarak Tanaman (bernilai 1 untuk beraturan dan 0 untuk yang lain) X9 = Kandungan N Tanah ............................................................................(% N) X10 = Kandungan P Tanah ...........................................................................(% P) X12 = Lama Pendidikan Formal yang dijalani responden .............................(Tahun) X15 = Luas Tanaman Jagung ........................................................................(are) X16 = Luas Tanaman Kacang Tanah .............................................................(are) ε1 = Error term Model persamaan struktural luas tanam (panen) dikonstruksi dalam suatu persamaan sebagai berikut:
Y2 = b0 + b1X1 + b2X3+ b3X7 + b4X11 + b5X14 + b6X15 + b7X19 + ε2 di mana : Y1 = Produktivitas pangan........................................................................... (kkal/are) Y2 = Luas tanam (panen)..............................................................................(are) X1 = Jarak lahan usaha terhadap tempat tingal ...........................................(m) X7 = Jumlah anggota keluarga .....................................................................(orang) X11 = Umur responden .................................................................................(tahun) X14 = Jumlah Tenaga Kerja usia produktif ...................................................(orang) X15 = Luas tanam jagung .............................................................................(are) X19 = Luas tanam ubi kayu ……………………………………………………..(are) ε2 = Error term
[2]
Berdasarkan hasil pemodelan dengan menggunakan Persamaan 1 dan Persamaan 2 selanjutnya ditentukan nilai produksi pangan dengan persamaan sebagai berikut: Y3 = Y1 * Y2 [3] di mana : Y3 = Produksi pangan (kkal) Y1 = Produktivitas pangan (kkal/are) Y2 = Luas panen (are) Hubungan persamaan struktural di atas dapat diilustrasikan dalam bentuk diagram alur sebagai berikut: Jumlah Jenis Tanaman
Kandungan Bahan Organik
Cropping System
Produktivitas Jarak ke Sumber Air
Produksi Pangan Luas Lahan Usaha
Jarak ke Kawasan Hutan
Family Size
Populasi Tanaman/ Jarak Tanam
Metode pendugaan parameter persamaan struktural yang digunakan three stage least squaress (3SLS), atau limited information maximumlLikelihood (LIML). Sedangkan proses kalkulasi menggunakan salah satu dari ketiga metode ini akan dilakukan dengan bantuan paket software Statistics Analysis System (SAS) release 6.12. Validasi model yang telah dibangun dilakukan dengan menggunakan koefisien inequality (Theil, 1962 dalam Koutsoyiannis, 1982) yang diekspresikan sebagai: [ ( Pi − Ai ) 2 / n 4] U2 =
∑
∑
2
Ai / n
di mana: Pi = Perubahan yang diprediksi di dalam variabel dependent Ai = Perubahan aktual di dalam variabel dependent
Jika Pi = A1 dan U=0 berarti model memiliki kemampuan peramalan yang sempurna (perfect forcasts). Jika Pi = 0 dan U = 1, maka model tidak lebih baik dari “naive” (zero change prediction). Jika U > 1, maka kekuatan prediksi dari model lebih buruk dari suatu keadaan ”zero-change prediction” Analisis persamaan struktural di atas dapat dilanjutkan dengan analisis simulasi untuk menentukan kebijakan pemerintah terhadap peningkatan produksi pangan dalam memenuhi kebutuhan pangan warga. Analisis simulasi dapat dilakukan dengan memodifikasi besaran (size) parameter beberapa variabel kebijakan penting seperti: luas lahan usaha, pola pertanaman (cropping system), jarak tanam, dan frekuensi jenis tanaman. Analisis Kecukupan Pangan Untuk mengetahui kecukupan produksi pangan dari kegiatan usahatani akan dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif maupun kuantitatif. Data yang dikumpulkan akan berupa pola, frekuensi, dan kandungan energi bahan pangan pokok. Data akan diperoleh dengan menggunakan metode retrospective dengan mempelajari riwayat dan konsumsi pangan warga eks pengungsi selama 3 tahun terakhir dan pendekatan recall konsumsi pangan. Kualitas konsumsi pangan akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan keragaman konsumsi pangan dan kecukupan pangan akan dianalisis dengan menggunakan tingkat ketersediaan pangan. Kriteria keragaman konsumsi pangan adalah sebagai berikut: (1) < 5 jenis = buruk, (2) 5–7 jenis = cukup, (3) 8–12 jenis= sedang, dan (4) > 12 jenis = baik. Sedangkan Kecukupang pangan diukur berdasarkan rata-rata ketersediaan energi/kapita/hari (Dirdjosoenyoto, 1988). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden Jumlah respon seluruhnya yang terlibat dalam kajian ini adalah 80 orang kepala keluarga yang diambil dari populasi sekitar 295 kk warga ex pengungsi di daerah penelitian atau sekitar 27,1 %. Rincian usia kepala keluarga dari 80 orang responden dimaksud adalah maksimum 70 tahun dan minimum 20 tahun dengan proporsi 25 % berumur maksimum 30 tahun (quatil I) dan 75 % berumur maksimum 50 tahun (Tabel 1.) Deskripsi ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia sangat produktif untuk mengerjakan suatu kegiatan usahatani sehingga tidak menjadi kendala uatam dalam memacu peningkatan produksi demi kecukupan pangan warga. Atau dengan kata lain asumsi tentang ketiadaan kendala kemampuan fisik dalam analisis simulasi peningkatan produksi pangan warga dapat dipenuhi secara teoritis. Tabel 1. Deskripsi Data Karakteristik Responden Uraian
Umur (Tahun)
Jlh Anggota Keluarga (Orang)
Max 70 9 Min 20 2 Mean 39.15 4.57 St.Dev 13.00 1.77 Q1 300 3 Q2 360 4 Q3 500 5 Sumber: Pengolahan Data Sekunder
Pendidikan Formal (Tahun) 12 0 3.71 4.33 0 0 6
Luas Lahan (are) Dikuasai Diusahaka Diusaha n Musim kan Kemarau Musim Hujan 200 200 200 5 0 5 80.51 50.30 82.02 46.017 49.24 46.95 50 5 50 75 50 77.5 100 100 100
Rerata luas lahan yang diusahakan pada musim hujan sebesar 0.82 Ha yang mungkin sebagian merupakan ekspansi usaha pada lahan yang tidak dikuasai. Sedangkan rerata luas lahan yang dikerjakan pada musin kemarau hanya sebesar 0.5 Ha. Kondisi ini menegaskan bahwa dari segi ketersediaan sumberdaya lahan sebagai salah satu faktor produksi utama pada daerah penelitian berperan sebagai faktor pembatas utama dalam memproduksi pangan secara berkecukupan bagi warga Sistem Usahatani
Sebagaimana halnya di wilayah lainnya di Pulau Timor, musim tanam berkaitan langsung dengan saat mulai musim hujan. Mengingat wilayah lokasi penelitian menerima hujan dua kali dalam setahun maka musim tanam juga dua kali, yaitu pada sekitar bulan Juni dan sekitar bulan November. Pembukaan lahan untuk pertama kali, sebagaimana lazimnya pembukaan lahan untuk perladangan, diawali dengan penebasan pohon dan semak. Hasil tebangan dipilih dan dipilah untuk kepentingan bahan konstruksi dan bahan bakar. Batang pohon jenis tertentu diambil untuk bahan bangunan dan bahan pagar, sedangkan batang jenis pohon lain, semak, dan cabang jenis pohon yang batangnya digunakan untuk bahan bangunan, selanjutnya dipotong-potong kembali untuk dibiarkan mengering sebelum dilakukan pembakaran. Sebelum dilakukan pembakaran dibuat jalur bersih di sekeliling lokasi perladangan untuk mencegah api menjalar ke luar lokasi. Waktu pembakaran ditentukan dengan mengacu pada prakiraan tradisional mengenai turun hujan pertama. Pembakaran lazimnya dilakukan bersamaan pada satu areal perladangan yang dikerjakan oleh beberapa petani. Satu lokasi perladangan digunakan selama beberapa tahun, berkisar 3-5 tahun. Pada musim tanaman pertama tahun pertama, pengolahan tanah tidak dilakukan karena pembakaran sudah cukup menggemburkan tanah dan menghasilkan abu. Pengolahan tanah baru dilakukan pada musim kedua dan pada tahun-tahun selanjutnya dengan menggunakan alat tradisional untuk membongkar dan membalik tanah secukupnya. Pola pertanaman bervariasi antar lahan usahatani dan di dalam lahan usahatani satu rumah tangga (Tabel 2). Pola pertanaman yang dikerjakan petani terdiri atas campuran dan monokultur, masingmasing dengan jarak tanam teratur dan tidak teratur, kecuali pola tanaman monokultur di atas 1 ha yang terdiri atas hanya pola tidak teratur. Secara keseluruhan, rerata luas usahatani rumah tangga pada musim hujan lebih besar daripada luas usahatani rumah tangga pada musim kemarau pada saat air menjadi kendala. Pada musim kemarau, luas tanam dengan jarak tanam teratur lebih besar daripada dengan jarak tanam tidak teratur, sedangkan pada musim hujan sebaliknya. Hal ini terkait dengan waktu yang lebih longgar bagi setiap rumah tangga petani pada musim kemarau mengingat luas usahatani yang lebih kecil dibandingkan dengan pada musim hujan. Tabel 2.
Pola Pertanaman dan Rerata Luas Lahan Usaha Per Rumah Tangga Petani di Lokasi Penelitian, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Belu
Kategori Luas Pola Pertanaman Lahan (Ha) <1 Campuran Rerata Campuran Monokultur
Jarak Tanam Teratur Tidak Teratur Teratur Tidak Teratur
Rerata Monokultur Rerata <1 Ha >1
Campuran Rerata Campuran Monokultur
Tidak Teratur Teratur Tidak Teratur
Rerata Monokultur Rerata >1 Ha
Rerata Umum
Luas Tanam (Are) Kemarau 28.75 23.54 26.15 21.67 32.14 26.90 26.53 65.26 65.26 95.00 68.70 81.85 73.56
50.04
Hujan 28.75 41.00 34.88 51.11 56.43 53.77 44.32 111.58 111.58 136.67 115.00 125.83 118.71
81.51
Sumber: Data primer hasil wawancara petani
Pengairan diperoleh hanya dari curah hujan karena lokasi perladangan yang tidak terjangkau oleh saluran irigasi. Penyiraman dengan air sumur atau air mata air juga tidak dapat dilakukan karena di sekitar lokasi perladangan tidak terdapat sumur dan mata air. Ketergantungan pada curah hujan tersebut menyebabkan penanaman dapat dilakukan hanya dua kali setahun berbarengan dengan musim turun hujan di lokasi penelitian.
Pola Konsumsi dan Ketahanan Pangan Masyarakat Eks Pengungsi
Masyarakat eks pengungsi memiliki pola konsumsi pangan pokok kombinasi antara jagung, beras dan singkong. Bahan pangan jagung dan singkong umumnya diperoleh dari hasil usahatani sendiri, sedangkan beras, hampir seluruhnya diperoleh dengan jalan membeli atau dari hasil pemberian keluarga. Tabel 3. Keragaman konsumsi pangan rumahtangga eks pengungsi Satuan waktu
Jumlah Jenis Bahan Pangan yang Jenis pangan yang dikonsumsi dikonsumsi Harian 3 – 4 jenis Jagung, beras, singkong, daun singkong, daun papaya, bunga papaya, buah pepaya, sayur putih Mingguan 5 – 7 jenis Menu harian + kacang tanah, kacang gude, ikan laut bulanan >7 jenis Mingguan + daging sapi, daging babi Sumber: Data primer hasil wawancara ibu rumahtangga
Ketahanan pangan rumahtangga eks pengungsi sangat tergantung dari produksi hasil perladangan yang dilaksanakan, karena sebagian besar kepala keluarga (76,25%) tidak memiliki pekerjaan sampingan. Jadi, perekonomian rumahtangga mereka hanya mengandalkan hasil dari kegiatan berusahatani. Rata-rata ketersediaan pangan rumahtangga eks pengungsi pada tingkat produksi adalah sebesar 2.175 kkal/kapita/hari. Angka rata-rata ketersediaan pangan ini masih dibawah rekomendasi yang anjurkan pada tingkat produksi yang sebesar 2.200 kkal/kapita/hari (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004). Hasil perhitungan terhadap ketersediaan pangan rumahtangga pada tingkat produksi menunjukkan bahwa sebagian besar rumahtangga memiliki tingkat ketahanan pangan yang lemah, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 4. Sebaran rumahtangga eks pengungsi berdasarkan tingkat Kecukupan Ketersediaan Pangan Kategori Cukup (> 2.200 kkal/kpt/hari) Lemah (< 2.200 kkal/kpt/hari) Jumlah Sumber: Data Primer (2007)
Jumlah rumahtangga 30 50 80
Persentase 37,5 62,5 100,0
Analisis Struktural Hasil analisis sistem persamaan struktural yang telah dibangun menggunakan Metode Three Stages Least Squares (3sls) dengan bantuan Software SAS/version 7 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Hasil Estimasi Metode 2SLS dan 3SLS Endogenus Y1
Y2
R2 system Prediktor
2SLS 0.96 Definisi
R2
Parameter
Nilai t
Nilai P
3.84
17441.44
0.88
0.0004
R2
3SLS 0.96 Parameter
3.84
26827.60
1.45
0.0004
Nilai t
Nilai P
Produktiv pangan
Y2
Luas panen
-1837.49
-2.62
0.3804
-2247.23
-3.34
0.1525
X3
Kandungan BO tanah
-2133.15
-0.66
0.0108
-1200.55
-0.40
0.0014
X4
Jlh Jenis tanaman
3919.941
2.00
0.5138
3496.993
1.90
0.6932
X5
Dummy cropping system
2824.679
0.55
0.049
2315.262
0.49
0.0623
X6
Dummy jarak tanaman Kandung N tanah
12151.01
2.17
0.583
9554.583
1.82
0.6286
X9
Kandung tanah
117777.3
3.15
0.0334
96106.93
2.72
0.0732
X10
Lama pndidik. formal
-241.422
-2.46
0.0024
-202.338
-2.19
0.0083
X12
Luas tanam jagung
1560.250
3.31
0.0164
1363.158
3.02
0.0316
X15
Luas tan. k. tanah
1786.018
2.53
0.0015
2167.502
3.20
0.0035
X16
Luas panen
1930.344
1.87
0.0135
1354.797
1.37
0.0020
12.1192
2.31
0.1737
Inter-cept
Produktiv pangan
10.36599
1.87
0.0661
-0.00016
-2.51
0.0001
Y1
Jarak lahan thdp t4 tinggal
-0.00015
-2.21
0.0001
0.00030
0.94
0.0237
X1
Biaya sarana produksi
0.000326
0.95
0.065
0.0000089
0.63
0.0143
X2
Jlh anggota keluarga
0.000011
0.70
0.0301
0.33653
0.73
0.3517
X7
Umur respond
0.321910
0.66
0.346
-0.04915
-0.78
0.5321
X11
Jlh TK produktif
-0.02506
-0.37
0.4842
0.952149
1.18
0.4655
X14
Luas tan. Jagung
0.917348
1.06
0.514
0.944889
47.2
0.4403
X15
Luas tan. Ubi kayu
0.943581
46.0
0.712
0.653823
1.95
0.2410
0.758232
2.15
0.291
0.0001
0.0001
0.0557
P
0.98
440.1
0.36
Nilai F
Inter-cept
X19
0.36
Nilai F
0.98
440.1
0.035
Produktivitas Pangan Hasil analisis menunjukkan bahwa 8 variabel penduga yang mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel endogen produktivitas pangan, yaitu: jarak lahan terhadap tempat tinggal, jumlah jenis tanaman, jarak pertanaman, kandungan N tanah, kandungan P tanah, lama pendidikan formal, luas tanam jagung dan luas tanam kacang tanah. Variabel jumlah jenis tanaman, jarak pertanaman, kandungan N tanah, faktor tingkat pendidikan formal, variabel luas tanam jagung dan luas tanam kacang tanah, jarak pertanaman mempunyai pengaruh nyata positif terhadap produktivitas pangan untuk musim penghujan pada taraf nyata 10 %.
Luas Panen Persamaan struktural luas panen ini dikonstruksi dengan memasukan 8 variabel penduga baik itu endogenus maupun exogenus yaitu: produktivitas pangan, jarak lahan terhadap tempat tinggal, biaya sarana produksi, jumlah anggota keluarga, umur responden, jumlah tenaga kerja produktif, luas tanam jagung dan luas tanam ubi kayu.
Hasil analisis dengan menggunakan metode 3SLS menunjukan ada tiga dari delapan variabel penduga yang mempunyai pengaruh nyata terhadap varaibel terikat luas panen tanaman pangan. Perlu dicatat bahwa variabel luas panen ini diduga dengan mengasumsikan bahwa luas tanam tanaman pangan sama dengan luas panen. Asumsi ini harus dibangun mengingat sistem pertanaman pangan yang dilakukan oleh sebagian besar warga masih bercorak tradisional (campuran & tidakberaturan) sehingga untuk dilakukan pendugaan beda antara luas tanam dan luas panen. Ketiga variabel yang mempunyai pengaruh nyata terhadap luas panen tanaman pangan pada batas toleransi paling tinggi α= 20 % adalah produktivitas pangan, luas tanam jagung dan luas tanam ubi kayu. Sebenarnya jika batas toleransi kesalahan α dinaikan sampai 25 %, maka terdapat satu lagi variabel yang berpotensi berpengaruh nyata terhadap luas panen yaitu jumlah tenaga kerja produktif. Analisis Simulasi Analisis simulasi ini dimulai dari uji kelayakan model yang telah terkonstruksi pada analisis struktural. Uji kelayakan ini biasanya dikenal dengan validasi model dengan menggunakan pendekatan Theil test. Kriteria yang digunakan untuk memeriksa validitas dari model adalah : coefficient (U), bias proportion (UM), variance proprtion (US), Co-variance proportion (UC), bias of the sslope on regression (UR), dan non-systematic bias (UD). Hasil analisis validasi (tabel...) menunjukkan bahwa ketiga variabel (endogen dan Identitas) yang dievaluasi memiliki nilai UM lebih kecil dari 0.2 (UM < 0.2), sedangkan nilai UR, US dan U cukup kecil (mendekati nol). Sementara itu UD dan UC memiliki nilai yang cukup tinggi (mendekati satu). Tabel 6. Statistik Kesalahan Peramalan Theil Variabel Definisi Bias (UM) Y1 Produktivitas Pangan 0.00001 Y2 Luas panen 0.01000 Y3 Produksi pangan 0.00010
Reg (UR) 0.19 0.003 0.15
Dist (UD) 0.18 0.96 0.97
Var (US) 0.0200 0.0001 0.0001
Covar (UC) 0.98 1.00 0.99
U 0.23 0.04 0.19
Sumber: Analisis Data Survey (2007)
Berdasarkan hasil analisis validasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan struktural yang diibangun ternyata cukup valid dan oleh karena itu dapat digunakan untuk tujuan analisis simulasi. Skenario Simulasi Alternatif pendekatan yang dapat dilakukan untuk membantu warga eks pengungsi dalam penyediaan pangan sekaligus pelestarian hutan di sekitar kawasan adalah: (i) menambah jenis tanaman pangan yang diusahakan, (ii) perbaikan jakar tanam secara beraturan, (iii) perbaikan sistem pertanaman secara tumpang sari, (iv) kombinasi perbaikan sistem pertanaman secara tumpang sari dan pola tanam beraturan, (v) kombinasi peningkatan jumlah jenis tanaman, perbaikan sistem pertanaman, perbaikan jarak tanam dan peningkatan ketersediaan nittrogen. Berikut ini disajikan tabel simulasi terhadap keenam alternatif perekayasaan dan dampaknya terhadap produktivitas, luas panen dan produksi pangan warga eks pengungsi. Tabel 7. Dampak keenam skenario simulasi terhadap rerata produktivitas, luas tanam dan total produksi tanaman pangan Variabel
Definisi
% Perubahan pada tiap skenario simulasi (ii) (iii) (iv) (v) 26.91 3.28 31.06 32.19
Y1
Produktivitas
(i) 12.69
Y2
Luas Tanam (panen)
-0.88
-1.98
-0.14
-2.31
-2.40
11.18
22.93
3.06
27.33
27.66
Y3 Produksi Pangan Sumber: Hasil Analisis data Primer
Alternatif simulasi ke 5 (Penambahan Jumlah Jenis tanaman, Penerapan Sistem Tumpang sari, Penerapan Jarak Tanam dan Penambahan Ketersediaan Nitrogen) dan ke 4 (Penerapan Sistem Tumpang Sari dan Jarak Beraturan) memberikan hasil yang terbaik.
KESIMPULAN Mengacu pada hasil yang telah dicapai dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Perladangan yang dilakukan petani eks-pengungsi di Kawasan Hutan Suaka Margasatwa Kateri secara teknis sesuai dengan ciri-ciri perladangan pada umumnya di Pulau Timor dalam hal jenis tanaman, pola pertanaman, ketergantungan pada hujan, dan tidak dilakukannya pemupukan dan perlindungan tanaman dari hama dan penyakit. Namun di lokasi penanaman dilakukan dua kali dalam setahun sesuai dengan curah hujan yang bersifat bimodal. 2) Perladangan yang dilakukan di kawasan ini potensial menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup mengingat dilakukan tanpa disertai dengan usaha konservasi tanah dan air secara memadai. 3) Ketahanan pangan rumahtangga eks pengungsi termasuk kategori lemah. Sekitar 62,5% rumahtangga memiliki tingkat ketersediaan pangan di bawah angkan kecukupan yang direkomendasikan (< 2.200 kkal/kapita/hari) 4) Hasil Analisis Struktural menunjukkan bahwa Produktivitas, Produksi dipengengaruhi secara signifikan oleh faktor jarak lahan terhadap tempat tinggal, jumlah jenis tanaman, jarak pertanaman, kandungan N tanah, kandungan P tanah, lama pendidikan formal, luas tanam jagung dan luas tanam kacang tanah 5) Simulasi model teoritis usahatani yang terbaik adalah kombinasi antara kombinasi peningkatan jumlah jenis tanaman, perbaikan sistem pertanaman, perbaikan jarak tanam dan peningkatan ketersediaan nittrogen. Kombinasi ini dapat meningkatkan produktifitas produksi pangan sebesar 32,19.% dan meningkatkan produksi pangan sebesar 27,66%, serta luas tanam dapat diturunkan sekitar 2,4% 6) Rasional simulasi IV (Pengatruran Jarak Tanam + Tumpang Sari). Hasil simulasi model ke 4 memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dibandingkan dengan simulasi ke V. Simulasi ke 4 ini dipandang dapat lebih baik untuk diterapkan dengan pertimbangan: a) peningkatan produksi pangan pada model ke IV ini telah dapat mencukupi kebutuhan pangan rumahtangga eks pengungsi, b) Jumlah jenis tanaman yang diusahakan telah cukup beragam sehingga penambahan jumlah jenis tanaman tidak diprioritaskan, c) model ke IV tidak membutuhkan penambahan biaya usahatani yang dapat meningkatkan beban ekonomi rumahtangga eks pengungsi sebagaimana pada model ke V DAFTAR PUSTAKA Austin, 1998. developing a programming Model for Nex Generation network System, University of Texas. Barhiman, S. 2003. Pemberdayaan Masyarakat Petani Melalui Pemaknaan Kembali Peran Program Kredit Usahatani (Studi Perubahan Perilaku Ekonomi Masyarakat Petani dalam Menyikapi Kredit untuk memilih Pola Usahatani, Ksus Daerah Aliran Sungai Oesao, Kabupaten Kupang). Laporan Akhir Riset Unggulan Bidang Kemasyarakatan dan Kemanusiaan RUKK III Tahun 2002. Benu, Fredrik. 2003. Farm Productivity and Farmers’ Welfare in West Timor, Indonesia. Thesis, Curtin University of Technology, Western Australia. Benu, Fredrik, I W. Mudita, T. Basuki, dan Z. Naraheda, 2004. Model Rekomendasi Pengembangan Lahan Kering Spesifik Lokasi Kabupaten Belu. Laporan Penelitian Kerjasama antara Badan Bimas Provinsi NTT dan Lembaga Penelitian Undana. Universitas Nusa Cendana, Kupang. Dent, J.B., S.R. Harrison and K.B. Woodford. 1986. Farm Planning with Linear Programming: Concept and Practice, Butterworth, Sydney. Gass, S.I. 1964. Linear programming, Methods and Applications, McGraw-Hill Book Company, New York.
Gubernur Nusa Tenggara Tenggara Timur, 2004. Materi Rapat Koordinasi Pemberdayaan Eks Pengungsi Timor Timur dan Penduduk Lokal di Propinsi NTT. Ilkodar, Saptopo. 2004. Beras Petani dan Ketahanan Pangan, Artikel pada Harian Kedaulatan Rakyat 10/02/2004. Intrilligator, M.D. 1978. Economtric Model. Techniques, and Applications, Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. Kaunang, S. 2003. Analisis Situasi dan Perilaku Sosial Ekonomi MAsyarakat dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan Pangan Berbasis Masyarakat di Nusa Tenggara Timur. Laporan Akhir Riset Unggulan Bidang Kemasyarakat dan Kemanusiaan. Koutsoyiannis, A. 1982. Theory of Econometrics, Harper and Row Publisher, Inc., Great Britain. Kmenta, J. 1986, Elements of Econometric, MacMillan Publisher Company, Canada Krisnamurthi, B. 2003. Agenda Pemberdayaan Petani dalan Rangka Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional. Jurnal Ekonomi Rakyat,Th. II - No. 7 - Oktober 2003. Mitchell, G. 1993. The Practice of Operational Research, J. Wiley, Chichester, England. Monk, K.A., Y. de Fretes, & G. Reksodihardjo-Lilley 1997. The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku. Periplus Edition, Singapore Mudita, I W., dan Fred Benu. 2005. Memaknai Hari Lingkungan Hidup Sedunia, penanggulangan atau Pelestarian Kemiskinan?, Opini pada Harian Umum Pos Kupang, 03/06/2005. Mudita, I W., J.A. Riwu, E.B. Widayanto, & U. Aspatria, 1999. Aksi Lingkungan Berbasis Masyarakat untuk Mengendalikan Dampak Chromolaena odorata di Daerah Beriklim Kering. Kerjasama PPLHSA Undana dengan PLAN International di Indonesia PU Kupang, Kupang. Publikasi Khusus PPLHSA Undana No. 2. Mudita, I W., 2000. Fire and the Manage-ment of Agricultural Systems in East Nusa Tenggara. In: Fire and Sustainable Agricultural Development in Eastern Indonesia and Northern Australia. Pp. 56-61. J. Russell-Smith et al. (eds.). ACIAR Proceed-ings No. 91, ACIAR, Canberra. Pannel, D.J. 1997. Introduction to Practical Linear Programming, John Wiley & Sons, New York. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2003. Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2004 – 2010. Shanner, W.W. 1982. Farming System Research and Development, Guidelines for Developing Countries, Westview Press. Wilson, C.G., & I W. Mudita, 2000. Fire and Weeds: Interactions and Management Implications. In: J. Russell-Smith, G. Hill, S. Djoeroemana, and B. Myers. Pp. 65-68. ACIAR Proc. 91: Fire and Sustainable Agricultural dan Forestry Development in Eastern Indonesia and Northern Australia.