PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SECARA PARTISIPATIF DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING DI PULAU SEMAU, KABUPATEN KUPANG P. Soetedjo Universitas Nusa Cendana Kupang ABSTRAK Pengelolaan lingkungan yang tepat sesuai dengan karakteristik lingkungan setempat menjadi suatu konsep yang menjanjikan dalam mendukung keberlanjutan hasil pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perternakan), kondisi sosial-ekonomi, dan kesehatan masyarakat. Konsep ini menjadi sangat penting untuk dapat diaplikasikan pada kondisi lingkungan semiringkai yang didominasi oleh lahan kering. Hal ini terutama berkaitan dengan rentannya kondisi lahan kering terhadap perubahan komponen lingkungan terkait (geofisik, biologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat) sebagai akibat perubahan kondisi iklim . Hasil studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan di pulau Semau menunjukkan bahwa kondisi komponen lingkungan setempat terutama komponen lingkungan geofisik dan biologi telah mengalami degradasi. Kondisi ini berpengaruh secara nyata terhadap daya dukung lahan dalam mendukung produksi hasil pertanian secara luas yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat dapatan keluarga petani. Salah satu akar permasalahan terjadinya degradasi lingkungan tersebut adalah ketidaktepatan masyarakat di pulau Semau, khususnya petani dalam mengelola sumberdaya alam yang ada didaerahnya. Usaha perbaikan yang dilakukan belum menyentuh akar permasalahan yang terjadi di lapangan terutama keterlibatan masyarakat dalam mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang mendukung usahataninya dan bagaimana pemecahan masalah tersebut sesuai dengan pengetahuan mereka. Olehkarena itu pendekatan partisipatif plus nampaknya memberikan positif dalam usaha perbaikan lingkungan yang mendukung usahataninya. Konsep partisipasi plus adalah interaksi keterlibatan masyarakat petani dan masyarakat ilmiah secara langsung dalam mengdentifikasikan permasalah lingkungan disekitarnya, menentukan konsep perbaikan yang akan dilakukan dan dapat mempraktekan sesuai dengan ketrampilan yang dimliki. Diharapkan sumberdaya alam dan lingkungan yang telah terdegradasi dapat diperbaiki sehingga ketahanan pangan serta dapatan petani dapat diperbaiki bahkan ditingkatkan. Kata kunci : Sumber daya alam, pengelolaan, partisipatif, ketahanan pangan, produktivitas dan lahan kering PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Semau terdiri atas 1 kecamatan yaitu Kecamatan Semau dengan ibu kota kecamatannya Uitao, secara administrasi termasuk salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kupang, yang wilayahnya meliputi satu pulau, yaitu Pulau Semau. Sebagai penghubung Pulau Semau (Kecamatan Semau) dengan pulau-pulau lainnya, termasuk Kabupaten Kupang adalah dengan menggunakan perahu motor laut yang berkapasitas sekitar 20 orang dan 5-6 sepeda motor. Ada empat buah tempat labuh sementara perahu motor laut di Pulau Semau, yaitu Desa Hansisi (Kauan), Desa Uiasa, Desa Otan, dan Desa Bokunusan. Sebagian besar wilayahnya didominasi oleh lahan dengan bentang lahan relatif datar sampai bergelombang dengan kemiringan 5-15%. Jenis tanah dominan adalah Litosol dengan tingkat kejenuhan basa sedang sampai tinggi, kandungan liatnya terbatas terutama liat kaolinit, kemampuan ikat unsur hara cukup tinggi sehingga unsur hara menjadi kurang tersedia. Sebagian besar lahan merupakan lahan kering yang dijadikan kawasan budidaya dengan diversifikasi yang
rendah. Kawasan budidaya terdiri atas perladangan, tegalan, perkebunan rakyat, sawah, pekarangan, kolam, dan perhutanan rakyat. Pola-pola budidaya tersebut sebenarnya tidak terpisah secara tegas, melainkan merupakan suatu perpaduan, kecuali sawah. Bahkan sawah sekalipun, pada musim kemarau juga dimanfaatkan sebagai tegalan untuk budidaya palawija. Mengacu pada hasil studi awal yang telah dilakukan menunjukkan bahwa keragaman biologi di pulau Semau cenderung terus menurun hal ini terutama disebabkan semakin menurunnya daya dukung lahan sebagai pengaruh langsung maupun tak langsung dari pola pengelolaan lahan yang kurang tepat, praktek pertanian yang kurang memperhatikan konservasi lahan, dan menurunnya daya dukung hutan sebagai penyanga keseimbangan ekosistem sebagai akibat pembalakan hutan untuk areal pertanian yang baru. Kondisi ini diperburuk lagi dengan meningkatnya invasi gulma kirinyu (Chromolaena odorata) yang mulai berkembang dengan cepat di pulau Semau. Hasil studi di beberapa daerah yang terinvasi gulma menunjukkan bahwa dominansi gulma ini mengakibatkan penurunan keragam vegetasi. Menurunnya keragaman vegetasi berakibat rentannya lahan terhadap perubahan kondisi lingkungan yang ekstrem dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terbalikan pada kondisi awal. Menurunnya keragaman vegetasi khususnya dan perubahan daya dukung komponen lingkungan umumnya di pulau Semau berpengaruh secara langsung maupun tak langsung terhadap perubahan ekosistem dan komponen lingkungan terkait baik di pulau Semau, maupun Kabupaten Kupang secara umum. Hasil studi awal menunjukkan bahwa sumberdaya alam di sektor pertanian,dan non-pertanian di pulau Semau masih digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Sebagian kecil seperti bawang merah, dan rumput laut diperdagangkan sampai ke Kupang. Hasil pertanian lain dijual dari rumah ke rumah atau pada pasar lokal. Kondisi ini sebenarnya berkaitan dengan daya dukung lahan yang relatif rendah dan cenderung mengalami degradasi sebagai akibat praktek pertanian yang kurang memperhatikan kaidah konservasi lahan dan rendahnya daya dukung hutan sebagai salah satu pengatur sistem hidrologi dan kesuburan lahan. Kondisi ini diperburuk oleh rendahnya tingkat ketrampilan petani dalam mengelola usahataninya dan rendahnya kemampuan menganalisa dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada disekitarnya. Kondisi ini berpengaruh pada ketersediaan pangan bagi keluarga terutama selama musim kering dan berpengaruh pula pada pendapatan petani. Mengacu dengan permasalahan dan potensi dari komponen sumberdaya alam dan lingkungan terkait tersebut, maka secara konseptual perlu dilakukan kaji tindak jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang untuk dapat meminimumkan permasalahan yang ada, memperbaiki, dan bahkan meningkatkan potensi yang ada. Pada pelaksanaan aras praktikal kedua kepentingan tersebut harus pula dikombinasikan dengan kepentingan kelompok masyarakat (petani kecil dan menengah, wanita dan remaja perdesaan, tenaga profesional perdesaan, pedagang perantara, pengusaha kecil, dan pemerintahan lokal) yang telah teridentifikasikan pula pada studi awal. Olehkarena itu perlu dilakukan kaji tindak lanjutan, terarah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dengan melibatkan masyarakat akademis (mahasiswa dan dosen), masyarakat, dan Lembaga Suadaya Masyrakat (LSM) dalam bentuk riset kompetitif dan sekolah lapangan. Diharapkan dengan keterlibatan komponen akademis, masyarakat dan LSM sbagai tenaga pendamping lapangan ini, maka proses pengalihan informasi hasil penelitian dari masyarakat ilmiah (dosen dan mahasiswa) ke tingkat petani dalam proses pembelajaran bersama-sama dapat berjalan dengan baik dan diterima sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.
MASALAH DAN POTENSI SUMBERDYA ALAM DAN LINGKUNGAN Analisis Masalah Analisis masalah lingkungan dan sumberdaya alam di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang dilakukan berdasarkan data sekunder yang tersedia dipadukan dengan data hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diidentifikasi sejumlah masalah pokok sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Keterbatasan sumber air Kebakaran Degradasi lahan Pengurasan sumberdaya alam Sedimentasi Masalah pokok tersebut disebabkan oleh faktor alami maupun buatan dan menimbulkan dampak langsung maupun tidak langsung. Uraian mengenai analisis masalah lingkungan dan sumberdaya alam di wilayah studi disajikan pada Tabel 1 Tabel 1.Analisis Masalah Lingkungan dan Sumberdaya Alam di Kecamatan Semau Kabupaten Kupang Aspek masalah
Degradasi lahan
Penyebab alami
Curah hujan tinggi dalam waktu singkat Rendahnya vegetasi penutup lahan
Penyebab buatan
Pembakaran Pembukaan ladang Praktek usahatani rendah konservasi Pembalakan hutan
Penyebab sosialekonomi dan budaya
Perladangan berpindah Peternakan lepas Kurangnya penyuluhan Kurangnya koordinasi sektoral
Kebakaran
Masalah utama Pengurasan Sedimentasi sumberdaya alam 1)
Petir Gesekan kayu
Pembakaran Pembukaan ladang baru Pemberanta san gulma
Perladangan berpindah Peternakan lepas Kemiskinan Pendekatan top-down
2)
Pendeknya hari hujan Tidak normalnya distribusi curah hujan Kondisi litologi lahan yang mempunyai kemampuan ikat air rendah
Erosi yang tinggi Rendahny a vegetasi penutup tanah
Perusakan hutan bakau Penebangan liar Pembakaran
Desakan kebutuhan hidup Ladang berpindah Peternakan lepas
Keterbatasan air
Penebangan liar Eksploitasi berlebihan Pola pengelolaan yang kurang tepat
Penebangan liar Pembakaran Pembukaan ladang baru
Permintaan pasar Desakan kebutuhan hidup Kurangnya penyuluhan Kurangnya koordinasi lintas sektoral
Konflik sosial Pendekatan topdown Kesalahan dalam pengelolaan
Tabel 1 lanjutan ... Aspek masalah
Dampak langsung
Dampak tak langsung
Degradasi lahan
Kebakaran
Kemerosota n daya dukung lahan Sedimentasi Daya ikat air tanah menurun
Rendahnya penutupan tanah Erosi meningkat Resapan air menurun Rusaknya lanskap
Rendahnya produktivitas pertanian Menurunnya pendapatan petani
Menurunnya kesuburan tanah Dominasi gulma tahan api Meningkatny a lahan kritis
Masalah utama Pengurasan Sedimentasi sumberdaya alam Penurunan cadangan sumberdaya Rusaknya alam ekosistem Rendahnya sungai dan kemampuan terumbu regenerasi karang Rusaknya keseimbangan lingkungan Berkurangnya tangkapan ikan pendangkalan sungai
Menurunnya tingkat pendapatan Kecemburuan sosial
Keterbatasan air Berkurangnya debit air Terbatasnya pemenuhan kebutuhan dasar petani Rendahnya sanitasi
Rendahnya nilai gizi keluarga petani Rendahnya produksi hasil pertanian dan peternakan
Sumber: Data yang dianalisis Untuk menentukan nilai penting masalah lingkungan yang terjadi, maka dilakukan analisis interaksi masalah sebagai sebab dan masalah sebagai akibat. Yang ditandai dengan pemberian nilai 1 bila terjadi hubungan sebab akibat dan nilai 0 bila tidak terdapat hubungan interaksi. Hasil analisis interaksi tersebut menunjukkan bahwa beberapa masalah utama yang harus dicermati dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di Kabupaten Kupang umumnya dan kecamatan Semau khususnya adalah degradasi lahan, rendahnya tingkat penutupan lahan (menurunnya keragaman hayati), pembalakan hutan, kurang tepatnya tingkat pengelolaan, dan praktek usaha tani redah konservasi Analisis Potensi Potensi lingkungan dan sumberdaya alam yang dimiliki Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang dapat dipilahkan menjadi lima kelompok utama: 1) Potensi alam 2) Potensi manusia 3) Potensi sarana dan prasarana 4) Potensi kelembagaan 5) Potensi kepranataan Setiap kelompok potensi terdiri atas sejumlah satuan potensi yang semuanya dapat dipilahkan menjadi: 1) Potensi dasar seperti lahan pertanian, hutan produksi, perikanan, padang rumput, sarana prasarana dan lain-lain 2) Potensi turunan seperti hasil hutan, tanaman pangan, perkebunan, perikanan, air minum dan lain-lain Untuk menentukan peringkat pengembangan seluruh potensi yang dimiliki dilakukan analisis interaksi potensi dasar dan potensi turunan tersebut. Hasil analisis interaksi potensi tersebut menunjukkan bahwa lahan pertanian, perikanan, dan sarana dan prasarana perhubungan merupakan potensi dasar lingkungan fisik dan sumberdaya alam yang sangat potensial untuk terus dikembangkan di kecamatan Semau, Kabupaten Kupang dengan tetap mempertimbangkan dan memperhatikan potensi dasar lainnya. Untuk mendukung potensi dasar
ini agar lebih dapat dimanfaatkan secara tepat guna dan berkelanjutan dengan mengindahkan keramahan terhadap lingkungan, maka penelitian yang lebih terfokus sangat diandalkan. MASALAH DAN POTENSI SEKTOR PERTANIAN Pola Penggunaan Lahan Luas wilayah Kecamatan Semau Kabupaten Kupang 248,66 km2 yang sebagian besar lahannya merupakan kawasan semak belukar (79,73%). Lainnya, merupakan tempat pemukiman (7,65%0, hutan (5,56%), rumput (4,73%), tegalan (1,33%), kebun (0,79%), dan sawah (0,20%) (Kabupaten Kupang Dalam Angka, 2003). Dari luasan tersebut, hutan yang cukup luas terdapat di Desa Akle (wilayah studi), sedangkan di wilayah studi lainnya yaitu di Desa Uitiuhana dan Desa Uiboa mempunyai luas hutan yang relatif sempit. Walaupun di Desa Akle mempunyai hutan yang cukup luas, tapi tidak ada hasil hutan yang dapat diharapkan sebagai penambah sumber ekonomi keluarga (Kupang Dalam Angka , 2003). Sebagian besar hasil hutan diambil untuk kayu bakar dan bahan baku pagar kebun atau pekarangan. Dari kawasan budidaya tanaman pangan menunjukkan bahwa dari luas lahan yang ada yaitu 1760 ha, sebagian besar ditanami dengan tanaman jagung (951 ha) yang kemudian diikuti dengan tanaman kacang tanah (590 ha), padi gogo (149 ha) dan tanaman pangan lainnya. Mengacu pada kondisi ini tampak bahwa lahan di Kecamatan Semau, khususnya di wilayah studi sesuai untuk tanaman jagung dan tanaman ini menjadi makanan utama keluarga di samping padi dan tanaman lainnya. Total areal lahan untuk perkebunan adalah 188.4 ha dengan pohon jambu mete mendominansi luasan lahan yaitu 148 ha yang kemudian diikuti dengan pohon kapuk 20 ha, lontar 12 ha , dan kelapa 8.4 ha. Luas tanaman hortikultural, seperti bawang merah, tidak terekam karena pengusahaan tanaman ini terbatas pada lahan yang dekat sumber air, walaupun komoditas ini merupakan andalan untuk menambah penghasilan keluarga. Analisis Masalah Sektor Pertanian Hasil analisis yang dilakukan oleh tim terhadap pengembangan pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan dapat diidentifikasikan beberapa masalah penting antara lain: 1. Keterbatasan sumberdaya alam dan komponen lingkungan terkait 2. Keterbatasan teknologi budidaya dan manajemen. 3. Kesulitan sarana produksi. 4. Belum tersedianya pelayanan kredit usaha tani. 5. Keterbatasan dukungan kebijakan dan program 6. keterbatasan jangkauan pasar dan pemasaran hasil. Untuk menentukan masalah yang terjadi di sektor pertanian dilakukan analisis interaksi antara masalah sebagai sebab dan masalah sebagai akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut. Hasil analisis interaksi tersebut menunjukkan bahwa lahan kritis, pertanian secara tradisionil dan rendahnya ketrampilan petani merupakan kendala utama dalam perbaikan dan pengembangan pertanian di Kecamatan Semau dengan akibat rendahnya produksi hasil pertanian, rendahnya pendapatan petani, selalu tergantung tengkulak, dan pada paket pemerintah Analisis Potensi Sektor Pertanian Berdasarkan hasil analisis data sekunder, analisis lapangan, dan wawancara dengan petani pada desa pewakil selama proses FGD dapat diidentifikasikan potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Semau khusunya di desa Akle, Oiboa, dan Uitiuhana dalam mengembangkan usaha pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan Potensi tersebut adalah adalah: 1. Luasan lahan yang masih cukup untuk usaha pertanian dan perkebunan serta peternakan.
2. Luasanya wilayah perairan yang masih belum dijamah atau diekploitasi dengan maksimal 3. Tingginya kemauan petani untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang mendukung usahatani yang dilakukan. 4. Dukungan kelembagaan dan pembinaan Untuk dapat memberikan nilai prioritas terpenting pada potensi yang dimiliki oleh desa Akle, Oiboa, dan Uitiuhana, Kecamatan Semau, kabupaten Kupang, maka dilakukan analisis interaksi antara potensi dasar yang dimiliki dengan potensi turunan. Hasil analisis terhadap interaksi antara potensi dasar dan potensi turunan tersebut menunjukkan bahwa rerata semua potensi dasar yang dimiliki oleh desa pewakil di Kecamatan Semau cukup baik untuk dapat dikembangkan dalam memperbaiki dan bahkan meningkatkan pertanian dalam arti luas, perbaikan kondisi lingkungan dan komponen lingkungan terkait serta terjaganya keanekaragaman hayati secara lestari. Dengan terciptanya kondisi tersebut diharapkan dukungan terhadap pertanian berkelanjutan dapat dicapai dengan peningkatanan pendapatan petani dan nelayan sebagai pengaruh terjaganya stabilitas produktivitas lahan dan tanaman secara berkelanjutan dengan dukungan aktif dari masyarakat dan kelembagaan. Namun hal tersebut harus dapat dipraktekan secara nyata di lapangan dengan melakukan perbaikan masalan-masalah yang telah teridentifikasikan MASALAH DAN POTENSI KEPENTINGAN KELOMPOK Konsep Partisipatif Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkuingan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Pengidentifikasian permasalahan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di pulau Semau, khususnya di desa pewakil (Uiboa, Akle, dan Uithiuhana) secara lansung dilakukan bersama sama masyarakat yang merupakan objek sekaligus objek pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dilakukan dengan methode Pendekatan Secara Partisipatif (Participatory Rural Apprisal/PRA) melalui Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Disscussion/FGD) yang mewakili kepentingan kelompok dan wawancara secara semi terstruktur (Semi Strutural Interview/SSI). Proses ini dilakukan secara bertahap dari tangkat kelompok masyarakat, desa, masyarakat ilmiah, dan kecamatan. Pada setiap kegiatan selalu didiskusikan kembali melalui kegiatan semi-loka ditingkat desa dan kecamatan. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah pembelajaran bersama antara masyarakat petani di desa pewakil dengan masyarakat ilmiah yang difasilatasi oleh Fakultas Pertanian dan Lembaga Pandu Lestari dalam menggali permasalahan dan potensi sumberdaya alam dan lingkungan yang ada disekitarnya sehingga masyarakat akan memiliki kepekaan yang tumbuh secara alami terutama dalam mengeloala sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Hal ini diharapkan akan berpengaruh secara nyata terhadap perbaikan pola konsumsi pangan, dan kondisi ekonomi keluarga. Perubahan pola konsumsi pangan akan berengaruh secara langsung terhadap ketahan pangan bagi masyarakat petani terutama pada masa kering yang cukup panjang atau dan kegagalan salah satu usahatani yang mereka lakukan. Proses ini memerlukan keterlibatan secara aktif dari semua masyarakat yang terwakili dari kelompok masyarakat seperti petani, wanita, remaja, tenaga profesional, pedagang, aparat pemerintah dll. Dalam aras konseptual proses ini sangat baik untuk dikembangkan bila dibandingkan petani hanya menerima paket tehnologi tertentu atau bantuan insentif tertentu dalam mempertahankan kondisi pangannya selama musim kemarau panjang. Hal ini disebabkan seringkali paket dan insentif yang diberikan hanya mampu memecahkan masalah dalam jangka pendek dan menciptakan suatu ketergantuan pada insentif tertentu. Bahkan sering terjadi dilapangan bahwa paket tehnologi yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi lingkungan didaerah petani tersebut dan tidak dapat dipraktekan oleh petani dengan ketrampilan yang mereka miliki. Memang paket paket yang ditawarkan dalam perbaikan kondisi pangan petani disertai pula pelatihan dalam pengelolaannya, namun bila terjadi permaslahan dilapangan terutama yang berhubungan dengan perubahan lingkungan sebagai akibat pola pengelolaan tertentu, petani biasanya tidak mampu untuk memecahkan permasalahan tersebut. Konsep partisipatif dengan melibatkan masyarakt petani dan masyarakat ilmiah dalam aras praktikal akan memerlukan waktu yang relatif lebih lama, namun hasil yang didapatkan
terutama masyarakat petani dan mahasiswa memperoleh manfaat langsung dari kegiatan ini. Manfaat bagi masyarakat dan mahasiswa antara lain: 1) Masyarakat mampu secara langsung memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan lingkungan disekitarnya dalam mendukung konsumsi keluarga dan terutama kemampuan memanfaatkan potensi tersebut selama musim kering yang panjang dalam mendukung ketahanan pangan dan ekonomi keluarga. Kemampuan ini didapat dalam sejak proses pengidentifikasian sampai pelaksanaan model sekolah lapangan bersama sama mahasiswa. 2) Bersama sama dengan mahasiswa mampu mengindentifikasi kelemahan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dan diharapkan mampu memperkecil kelemahan tersebut dengan tehnologi yang mereka miliki dan memunculkan kelemahan tersebut menjadi suatu potensi yang dapat dikembangkan 3) Masyarakat dengan tingkat ketrampilan yang ada mampu berinteraksi dengan mahasiswa dan pembimbig lapangan dalam mengelola sumberdaya alam dan lingkungannya 4) Mahasiswa dapat berinteraksi dengan kondisi lingkungan terkait (geo-fisik, biologi, sosialekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat) dan masyarakat dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dengan kondisi nyata di lapangan dengan permasalahannya. 5) Mahasiswa mampu belajar bersama masyarakat dalam memanfaatkan potensi dan memperkecil kelemahan yang muncul untu dikelola secara benar berdasarkan kaidah kelestarian dan berkelanjutan. 6) Ketersediaan pangan keluarga dengan beraragam sumber yang tersedia dilingkungan sekitarnya diharapkan mampu mendukung ketahan pangan, ekonomi keluarga dan perbaikan dan kelestarian lingkungan Analisis Masalah Hasil identifikasi masalah melalui FGD dan SSI disajikan pada Tabel 2. Perencanaan pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam di Kecamatan Semau tersebut khususnya di desa pewakil dilakukan secara bertahap sehingga perlu diidentifikasi masalah-masalah yang harus diberikan prioritas penanganan. Untuk tujuan tersebut dilakukan identifikasi masalah prioritas dengan menggunakan teknik matriks interaksi masalah terhadap masalah yang diidentifikasi secara deduktif dari analisis situasi maupun masalah yang diidentifikasi melalui FGD dan SSI
Tabel.2. Hasil Identifikasi Masalah Melalui FGD Dan SSI Di Desa Wilayah Dataran, Pantai, dan Pegunungan Di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang Kategori masalah Sumberdaya alam dan lingkungan fisik
Aspek sosial ekonomi
Aspek Sosialbudaya
Jenis masalah yang teridentifikasi Desa di wilayah Desa di sekitar Desa di pegunungan dataran (Uitiuhana) pantai (Akle) (Uiboa) Rendahnya daya Rendahnya daya Erosi dukung lahan dukung lahan Kebakaran Kebakaran Kebakaran Perladangan Terbatasnya Sedimentasi berpindah sumber air Terbatasnya Peternakan Peternakan sumber air lepas lepas Pencemaran Terbatasnya pantai cenderung sumber air meningkat Rendahnya daya dukung lahan Peningkatan Terbatasnya Rendahnya jumlah penduduk sarana produktivitas Rendahnya penangkapan lahan produktivitas ikan Sistem pola lahan Tehnologi tanam yang Sistem pola penangkapan kurang benar tanam yang yang sederhana dan rendah kurang tapat Rendahnya kaidah Tingginya harga ikan konservasi ketergantungan dipasaran Serangan hama pada pedagang Mahalnya harga penyakit dan lokal sarana hewan Meningkatnya pendukung Tingginya serangan hama Meningkatnya kerusakan akibat dan penyakit serangan hama ternak dan penyakit Meningkatnya serangan hama dan penyakit Rendahnya Konflik daerah Rendahnya tingkat penangkapan tingkat pengusaan lahan ikan penguasaan garapan Sistem lahan garapan Kebiasaan penangkapan Sistem pembakaran yang masih pembakaran Sistem tradisional Sistem perladangan Rendahnya perladangan tebas bakar pemilikan sarana tebas bakar tak Terbatasnya dan prasarana terkontrol areal pertanian penangkapan Terbatasnya yang produktif Rendahnya areal pertanian tingkat dan peternakan pengusaan yang produktif lahan garapan
Lanjutan Tabel 2 Kategori masalah
Jenis masalah yang teridentifikasi Desa di wilayah Desa di sekitar Desa di pegunungan dataran (Uitiuhana) pantai (Akle) (Uiboa) Aspek kesehatan Terbatasnya Terbatasnya Terbatasnya dan pendidikan tenaga medis tenaga medis tenaga medis Terbatasnya Cenderung Jauhnya letak ketersediaan air meningkatnya pelayanan bersih pencemaran air kesehatan Terbatasnya laut karena Rendahnya tenaga pendidik buangan kotoran Sanitasi Rendahnya Rendahnya Lingkungan Sanitasi Sanitasi Terbatasnya Lingkungan Lingkungan ketersediaan air Terbatasnya bersih ketersediaan air Terbatasnya bersih tenaga pendidik Terbatasnya tenaga pendidik Aspek Industri, Rendahnya Rendahnya Rendahnya pelayanan dan ketarmpilan yang ketarmpilan yang ketarmpilan yang infra struktur dimiliki dimiliki dimiliki Kurang Tidak ada Tidak adanya terlibatnya industri sarana masyarakat pengolahan hasil telekomunikasi Kurangnya perikanan Belum sarana Kurang meratanya telekomunikasi terlibatnya pelayanan listrik Tidak masyarakat Tidak adanya berfungsinya Kurangnya KUD dan KUD dan sarana Koperasi lainnya Koperasi lainnya telekomunikasi di desa di desa Tidak Rendahnya Rendahnya berfungsinya koordinasi tingkat koordinasi KUD dan sektoral tingkat sektoral Koperasi lainnya Terbatasnya Terbatasnya di desa jaringan air jaringan air Rendahnya bersih bersih koordinasi tingkat sektoral Terbatasnya jaringan air bersih Belum terkelolannya pengelolaan sarana wisata bahari Sumber: Data yang dianalisis Dari hasil analisis menunjukkan bahwa masalah yang perlu mendapatkan penanganan utama adalah kebakaran, degradasi lahan, perladangan berpindah, peternakan lepas, dan sistem pola tanam yang kurang tepat. Permasalahan utama ini memerlukan prioritas yang utama dalam menjaga keberlanjutan usaha tani, keberlanjutan pemenuhan pangan keluarga, keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya alam, dan terjaganya daya dukung lingkungan berkelanjutan di wilayah studi khususnya dan kecamatan Semau umumnya. Permasalahan lain yang perlu
mendapatkan perhatian adalah terbatasnya sumber air, invasi gulma eksotik, menurunnya keanekaragaman hayati, rendahnya produktivitas lahan, dan terbatasnya areal pertanaman yang produktif. Permasalahan ini pada dasarnya merupakan turunan dari permasalahan utama, tetapi harus segera dicermati untuk dapat diminimasikan agar kecenderungan daya dukungnya yang menurun dapat diperbaiki bahkan ditingkatkan Analisis Potensi Analisis potensi dilakukan dengan langkah-langkah yang serupa dengan langkahlangkah yang digunakan dalam analisis masalah. Namun dalam analisis potensi diidentifikasi potensi dasar dan potensi turunan dan potensi prioritas dianalisis dengan menggunakan teknik matriks interaksi antara setiap potensi dasar dan setiap potensi prioritas. Dengan demikian maka akan diperoleh potensi dasar yang perlu diprioritaskan pengembangannya dan potensi turunan. Dari potensi yang mendapatkan prioritas tertentu, dapat digunakan untuk mengembangkan potensi dasar dalam mengatasi masalah prioritas yang telah diidentifikasi sebelumnya. Bersamaan dengan analisis masalah, melalui FGD dan SSI juga dilakukan analisis potensi yang hasilnya pada dasarnya sama dengan hasil analisis deduktif pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Potensi Melalui FGD dan SSI Kategori Potensi Jenis potensi yang teridentifikasi Desa di wilayah Desa di sekitar pantai Desa di pegunungan dataran (Uitiuhana) (Akle) (Uiboa) Sumberdaya alam Tersedianya Tersedianya Tersedianya dan lingkungan lahan pertanian lahan pertanian lahan pertanian fisik Sumberdaya alam Pengembangan Potensi lestari Pengembangan dan lingkungan eko-wisata hasil perikanan eko-wisata hayati Kemungkinan yang melimpah Kemungkinan pengembangan Pengembangan pengembangan vegetasi lainnya eko-wisata vegetasi lainnya Masih banyak yang belum dieksploitasi Aspek sosial Relatif tingginya Ketidak Relatif tingginya ekonomi jumlah penduduk tergantungan jumlah umur produktif pada sektor penduduk umur Ketersediaan pertanian produktif fasilitas tanaman pangan Tersedianya pendidikan dan perkebunan lahan yang Kemungkinan Ketersediaan dapat pengembangan fasilitas digunakan untuk jenis taaman pendidikan mengembangka produktif Kemungkinan n usaha tani pengembangan Ketersediaan jenis tanaman fasilitas produktif pendidikan
Tabel lanjutan .... Kategori Potensi Aspek Sosialbudaya
Jenis potensi yang teridentifikasi Desa di wilayah Desa di sekitar pantai Desa di pegunungan dataran (Uitiuhana) (Akle) (Uiboa) Wisata budaya Keseragaman Keseragaman Keseimbangan etnik etnik etnik Helong dan Wisata budaya Wisata budaya
Aspek kesehatan dan pendidikan
Aspek Industri, pelayanan dan infra struktur
Rote Tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan pendidikan Tersedianya lapangan kerja Dukungan pada sektor pertanian
Tersedianya pelayanan pendidikan dan kesehatan.
Sarana jalan Tersedianya lapangan kerja
Tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan pendidikan Tersedianya lapangan kerja Sarana jalan yang memadai Dukungan pada sektor pertanian
Sumber: Data yang dianalisis Potensi dengan prioritas paling tinggi untuk dikembangkan di kecamatan Semau khususnya di desa pewakil yaitu desa Akle, Uitiuhana, dan Uiboa adalah luasnya areal usaha tani, luasnya perairan yang belum terjamah, pengembangan eko-wisata, dan tingginya potensi lestari ikan. Potensi ini harus dikelola dengan tepat agar daya dukung lingkungan tersebut tidak mengalami degradasi oleh adanya pengelolaan yang kurang tepat seperti pemilihan pola tanam yang tidak tepat, pembukaan areal kebun/ladang yang tidak memperhatikan kaidah konservasi, penggunaan alat tangkap ikan yang tidak sesuai dll. Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati cenderung terus terdegradasi karena pemanfaatan yang tidak terkontrol seperti pembukaan areal kebun/ ladang yang baru, pengambilan kayu untuk pagar kebun dll. Pengembangan potensi dasar tersebut sangat erat dengan potensi turunan yang dimiliki dengan prioritas tertinggi yaitu terjaganya pemenuhan kebutuhan pangan keluarga, peningkatan pendapatan petani kemudian diikuti dengan adanya kemungkinan pengembangan ragam usaha tani, dan terjaganya keseimbangan lingkungan. Analisis Kepentingan Kelompok Analisis kepentingan kelompok dilakukan untuk mengidentifikasi kelompok masyarakat yang paling berkepentingan dengan masalah dan potensi yang telah diidentifikasi berkaitan dengan kepentingan setiap kelompok. Kelompok masyarakat diidentifikasi melalui analisis situasi serta melalui FGD dan SSI. Kelompok masyarakat yang berhasil diidentifikasi meliputi: petani kecil dan menengah, wanita dan remaja perdesaan, tenaga profesional perdesaan, pedagang perantara, pengusaha kecil, dan pemerintahan lokal. Kelompok tersebut mempunyai kebutuhan serta masalah dan potensi dalam memenuhi kebutuhannya yang disajikan pada Tabel 4
Tabel 4. Masalah, Kebutuhan, Dan Potensi Kelompok Strategis Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang Kelompok Strategis Petani kecil
Wanita dan remaja desa
Tenaga profesional perdesaan
Masalah
Kebutuhan
Potensi
•
Penguasaan sumberdaya terbatas Keterampilan kurang Modal kurang Kurang akses pendidikan Kurang hak suara Kurang pemberdayan Jumlah terbatas Dukungan operasional terbatas Wilayah pelayanan luas dan sulit Modal rendah Kurang sarana dan prasarana
• • •
Pemberdayaan Bantuan modal usaha Kestabilan harga
• • •
Jumlahnya banyak Punya kekuatan politik Tingkat partisipasi tinggi
• • •
Latihan keterampilan Pengakuan hak Kesempatan berperan
• •
Jumlahnya banyak Tenaga kerja keluarga
• •
Bantuan fasilitas Bantuan sarana operasional
•
• •
Kelancaran usaha Pemberdayaan
Modal kurang Keterampilan kurang Kemampuan manajemen kurang Akses pasar terbatas Daya saing kurang Keterbatasan anggaran Menunggu petunjuk Kekurangan staf terampil
• •
Bantuan modal usaha Bantuan promosi dan pemasaran
Memiliki ketrampilan khusus Peluang untuk mempengaruhi Punya akses ke luar Membantu memasok kebutuhan petani Memasarkan hasil pertanian Jumlah relatif banyak Menciptakan lapangan kerja Kontribusi terhadap pendapatan daerah
• • • • • • • •
Pedagang perantara lokal
• •
Pengusaha kecil
• • •
Pemerintah lokal
• • • • •
• • • • • • •
• • •
Dukungan anggaran Kerjasama dengan pengusaha Dukungan masyarakat
• •
Otoritas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Administrasi pemerintahan
Keterangan: Data yang dianalisis ARAHAN PROGRAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN DI PULAU SEMAU DALAM MENDUKUNG KETAHAN PANGAN DAN EKONOMI KELUARGA Berdasarkan pada hasil analisis masalah dan potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Semau, Kabupaten, maka dalam arahan program pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dalam mendukung ketahan pangan tdan pendapatan keluarga ersusun strategi alternatif sebagai berikut: Pelestarian Lingkungan Pengembangan tanaman winbreak dan firebreak lokal (jarak pagar, bunga kuning dll) Perbaikan keanekaragaman hayati dengan pengembangan tanaman umbi umbian, emponemponan, jarak pagar, jenis pohon multiguna yang mampu melindungan tanah dan air Pengembangan hutan desa terpadu Pengembangan pola pertanian terpadu (tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan) Pengaturan tataguna lahan yang mengacu pada kaidah konservasi lahan dan air Pengembangan agro dan ekowisata terpadu Pertanian Berkelanjutan Pengembangan kehutanian Pengembangan komoditas unggulan secara terpadu terutama komoditas tahan kering seperti berbagai jenis umbi-umbian Pengembangan tanaman umbi-umbian sebagai tanaman gizi keluarga, bahan pestisida alami, obat tradisionil.
Pembinaan pola budidaya lokal terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lahan, pengendalian hama penyakit, pengelolaan pasca panen, dan penyimpanan Pengembangan pola peternakan dan pertanian dengan kaidah konservasi tanah dan air yang tepat misalnya pengembangan rumput pakan tahan kering, pengembangan pakan ternak yang mampu menjaga kelembaban tanah (putri malu, centrocema Pengembangan pola-pola perikanan terpadu Pengembangan dan pengelolaan pakan selama musim kering Pengembangan pemanfaatan limbah ternak sebagai sumber energi Pengembangan tanaman jarak sebagai sumber energi alternatif, dan konservasi tanah dan air Pengembangan bahan alami sebagai sumber pupuk organik dan pengikat air Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengembangan Pusat Belajar Pengelolaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan secara terpadu Pengembangan pusat belajar pengolahan hasil pangan alternatif terutama yang berhubungan dengan tanaman umbi-umbian dalam pemenuhan ketahan pangan, gizi keluarga, dan ekonomi keluarga. Pemanfaatan tenaga mahasiswa dalam rangka tugas KKN atau LKN Mendatangkan tenaga ahli dibidangnya Penggalian kondisi sosial-budaya
PENUTUP Pola partisipatif secara berjenjang dengan melibatkan masyarakat petani dengan beragam kepentingan kelompok, masyarakat ilmiah (mahasiswa dan dosen), instansi pemerintahan terkait, dan lembaga suadaya masyarakat dalam mengidentifikasikan permasalahan dan potensi sumberdaya alam dan lingkungan dengan komponen lingkungan terkait memberikan harapan yang cukup baik dalam memperbaiki pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara umum, khususnya di pulau Semau. Pengelolaan yang tepat sesuai dengan karakteristik lingkungan terkait (geofisik- biologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat), memperkecil permasalahan yang terjadi, dan memaksimalkan potensi yang ada diharapkan akan mampu memperbaiki pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungandalam mendukung perbaikan pola konsumsi keluarga, mendukung ketahanan pangan terutama selama musim kering, dapatan keluarga, dan gizi keluarga. Proses harus ini berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan sehingga masyarakat petani mampu menelaah masalah lingkungannya dengan benar, meminimasi masalah tersebut, dan mampu memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan lingkungannya dengan tepat sesuai dengan pengetahuan, dan ketrampilan mereka miliki dari pola sederhana dipadukan dengan pola perbaikan dari masyarakat ilmiah. Ketahanan pangan dan pendapatan keluarga petani akan terperbaiki bila petani mampu memanfaatkan kondisi sumberdaya alam dan lingkungannya dengan tepat. Sebaliknya pemberian suatu paket tehnologi instan dan insentif yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan terkait justru akan menciptakan ketergantungan petani dan tidak akan memecahkan masalah pangan secara utuh. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2005. Jenis Tanah dan Sistem Lahan Pulau Semau Kabupaten Kupang. Badan Pengendali Daerah Aliran Sungai Propinsi NTT. _________. 2004. Kawasan Potensi dan Budidaya Ikan di Kabupaten Kupang Tahun 2003. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kupang _________. 2004. Data Pengembangan Tanaman Perkebunan Kabupaten Kupang Tahun 2004. Sub Dinas Perkebunan Kabupaten Kupang Agee, J. 1987. Ecosystem Management for Parks and Wildernes, University of Washington, Press.
Badan Pusat Statistik 2003. Kabupaten Kupang Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang. Badan Pusat Statistik 2003. Semau Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang. Dixon, J. A., James, D. E. and Sherman, P. B. 1989. The Economic of Dryland Management, Erathscan Publication Ltd, London. Field, R. D. and Burch, W. R. 1988. Rural Sociology and The Environment, Social Ecology Press, Middletown, Wisconsin. Fox, J. J. 1977. Harvest of The Palm: Ecology Change in Eastern Indonesia, Havard University Press, Cambridge. Jayant, K. R., Gopal, B. T. and Albab, A. 1996. Participatory Planning Framework for Distric Development, Amphoe Pakehong, Changwat Nakhon Ratchasima, Thailand, Human Settlement development Program School of Environment, Resources and Development Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand. Mac Dicken, K. G. 1990. Agroforestry Classification and Management, A Wiley Inscience Publication. Mikkelsen, B. 1999. Metode Penilaian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan Bagi Praktisi Lapangan, Yayasan Obor, Jakarta. Monk, K. A., de Fretes, Y. and Reksodiharjo-Lilley, G. 1997. The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku, Periplus Editions (HK) Ltd, Hongkong. Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur. 1992. Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006: Fakta dan Analisis, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur, Kupang Soetedjo, I. P. and Mudita, I. W. 2000. Hasil hasil Penanganan dan Tantangan Degradasi Lahan di Kawasan Indonesia Timur. In. Workshop Evaluasi dan Peningkatan Keberhasilan Penanggulangan Degradasi Lahan di Daerah Kering , Bogor, Indonesia . Vivian, J. M. 1995. Foundation for Sustainable Development: Participation, Empowerment and Local Resources Management. In Grassroots Environmental Action: People's Participation in Sustainable Development(Eds, Ghai and Vivian, J. M.), Routledge, London, pp. 50-80.