DISAIN MODEL PENGEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT UNTUK PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BURUK DAN GIZI KURANG DI PULAU-PULAU KECIL DI NTT (Studi Kasus : Pulau Semau dan Pulau Kera, Kab. Kupang) Pius Weraman dan B. S. Suryatna Universitas Nusa Cendana Kupang ABSTRAK Gizi buruk dan busung lapar utamanya disebabkan oleh kondisi ekonomi , pola pikir dan kesehatan keluarga.. Hasil Survey Dinas Kesehatan Provinsi NTT (2003) menunjukkan bahwa bahwa kondisi gizi anak di Kabupaten Kupang perlu ditingkatkan, khususnya di Pulau Semau. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengamatan dan pengkajian epidemiology tentang faktor-faktor resiko yang mempengaruhinya di pulau-pulau kecil di NTT. Telah dilaksanakan penelitian epidemiologi selama 2 tahun (2007-2008), di Pulau Semau dan Pulau Kera dengan metoda wawancara dan pengamatan langsung dan datanya diolah secara deskriptif dan analisis statistik menggunakan regresi logistik dengan program komputer SPSS. Hasil penelitian ini adalah (1) potensi jumlah penduduk umur produktif dan lapangan usaha primer (lapangan usaha yang mengolah langsung potensi alam daratan dan lautan) sangat tinggi, (2) Di Pulau Semau, sering terjadi wabah malaria dan sering menyebabkan korban jiwa (3) Di Kecamatan Semau Selatan belum ada Puskesmas, (4) Perilaku penduduk yakni sering berjalan kaki menempuh jarak yang jauh sehingga telapak kakinya tebal dan pecah-pecah ada kemungkinan penyakit yang mereka sebut malaria itu sebenarnya penyakit akibat infestasi cacing terutama cacing tambang, (5) Penderita gizi kurang dan gizi buruk adalah anak balita berusia di atas 12 bulan (1 tahun). Prevalensi balita penderita Kurang Gizi dan Gizi buruk tertinggi pada anak usia 12 sampai 36 bulan, (6) Jenis makanan untuk anak-anak sering disamakan dengan anggota keluarga yang sudah dewasa, (7) Penderita gizi kurang dan gizi buruk di desa-desa pesisir lebih sedikit dari pada desa-desa yang terletak di tengah pulau, (8) Bahan pangan sayuran, jagung, kacang, padi ladang banyak terdapat di desa-desa di tengah pulau, dan (9) Faktor yang signifikan berkaitan dengan gizi kurang anak balita yaitu pola makanan anak balita. Sedangkan factor yang signifikan berkaitan dengan gizi buruk Balita ada 2 yaitu : pola makanan anak balita dan penyakit penyerta yaitu Malaria, ISPA, Asma (batuk) dan diare. Kata Kunci : Kesehatan masyarakat, gizi buruk, gizi kurang, NTT, model dan penanggulangan LATAR BELAKANG Faktor utama kejadian gizi buruk dan busung lapar adalah kondisi ekonomi , pola pikir dan kesehatan keluarga yang berpengaruh langsung pada asupan makanan. Hasil Survey Cepat Dinas Kesehatan Provinsi NTT Tahun 2003 menunjukkan anak yang mengalami anemia di Kabupaten Kupang, khususnya Pulau Semau (berdasarkan kondisi haemoglobin / hb anak) sebanyak 82,8%, anak yang mengalami gangguan pertumbuhan badan (berdasarkan tinggi badan) sebesar 67,2 %, anak balita yang mengalami gizi buruk 7,2 % dan gizi kurang 39 %. Berdasarkan hasil survey tersebut, nampak bahwa kondisi gizi anak di Kabupaten Kupang perlu ditingkatkan, khususnya di Pulau Semau. Pulau Semau termasuk dalam wilayah Kabupaten Kupang yang terdiri dari 2 kecamatan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengamatan dan pengkajian epidemiology tentang faktor-faktor resiko yang mempengaruhinya di pulau-pulau kecil (Pulau Semau dan Pulau Kera), merumuskan pola makan yang direkomendasikan untuk pencegahan gizi buruk anak balita dan busung lapar yang sesuai dengan sumber pangan yang relative tersedia di pulau kecil, nerumuskan rekomendasi program/ kebijakan pengembangan kesehatan masyarakat yang sebaiknya dikerjakan pemerintah untuk menanggulangi gizi buruk dan busung lapar di pulau-pulau kecil dalam jangka pendek/ panjang, mengetahui dan menjelaskan potensi sumber daya alam ; produk pangan/ pertanian yang mungkin dikembangkan; jenis usaha tani/nelayan yang cocok; dan kondisi sumberdaya manusia; sarana transportasi; komunikasi; pelayanan kesehatan; posyandu dan sebagainya dan merumuskan rekomendasi program pemberdayaan penduduk di pulau kecil untuk mencegah gizi buruk dan busung lapar berdasarkan kajian epidemiologis dan potensi produksi pangan/ pertanian yang ada
Karena penelitian ini merupakan kajian epidemiologi yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan gizi buruk di Pulau Semau dan Pulau Kera, agar terdeskripsi dengan baik faktor-faktor penyebabnya sehingga dapat dirumuskan kebijakan program penanggulangan busung lapar dan gizi buruk balita di pulau-pulau kecil dan rumusan pola makan yang dianjurkan. kepada pemerintah untuk pemecahan masalah gizi buruk balita dan busung lapar yang telah terjadi berualang-ulang di wilayah pulau-pulau kecil di NTT khususnya dan Indonesia umumnya METODE PENELITIAN Tahapan Pelaksanaan Riset Riset ini dilaksanakan selama 2 tahun, di Pulau Semau dan Pulau Kera. Tahun pertama melakukan pengkajian epidemiology tentang kejadian gizi buruk balita dan busung lapar di pulau-pulau kecil di NTT dan identifikasi potensi sumber daya alam; dan kondisi sumber daya manusia, sarana transportasi, komunikasi, pelayanan kesehatan, posyandu dan sebagainya. Hasil penelitian pertama ini yaitu : 1) Kajian epidemiology kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk balita dan busung lapar di Pulau Semau dan Pulau Kera yakni mempelajari prevalensi, distribusi, status maupun karakteristik dan menghasilkan analisa factor-faktor resiko yang mempengaruhi kejadian gizi buruk balita dan busung lapar tersebut 2) Identifikasi produk pangan/pertanian, sumberdaya alam, usaha-mata pencaharian, sumberdaya manusia dalam kaitannya dengan pengolahan pangan. Identifikasi ini sebagai input dalam merumuskan pola makan yang dianjurkan untuk penanggulangan gizi buruk dan busung lapar. Output dari identifikasi ini digunakan sebagai input perumusan pola makan dan disain kebijakan pengembangan ketersediaan pangan. Disain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian epidemiologi observasional yang bersifat analitik karena bertujuan mengetahui factor-faktor resiko yang mempengaruhi kejadian gizi buruk dan busung lapar. Rancang bangun penelitian ini adalah studi potong lintang (Cross sectional study), yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi maupun hubungan penyakit dan paparan (factor penelitian) dengan cara mengamati status, paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada satu saat. Penyakit yang dimaksud yaitu kejadian gizi buruk balita dan busung lapar. Populasi penelitian ini adalah semua balita yang berada di wilayah Pulau Semau dan Pulau Kera. Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik pencuplikan random kluster (Cluster random sampling) Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Wilayah Pulau Semau dan Pulau Kera, selama 1 tahun (10 bulan ) melalui 2 tahap penelitian yaitu : Tahap pertama penelitian ini dilakukan selama 5 bulan yaitu pada Bulan Februari sampai Juni 2007. Tahap kedua dari penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan yaitu Juli s/d Nopember 2008 Dalam tahap kedua ini penelitian dilakukan terutama untuk menentukan disain model penanggulangan masalah gizi buruk dan busung lapar yang tepat, untuk diterapkan di wilayah Pulau Semau dan Pulau Kera. Variabel Penelitian Variabel penelitian terdiri dari :Variabel tergantung (masalah gizi buruk dan busung lapar, dan Variabel bebas yang terdiri dari a. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR), b. Pola pemberian ASI Eksklusif, c. Pemmberian imunisasi, d. Pola asuhan anak, e. Sosio-budaya, f. Penyakit infeksi penyerta, g. Tingkat pendidikan ibn, h. Tingkat kunjungan ke posyandu dan i. Tingkat konsumsi makanan. Data yang terkumpul dari hasil wawancara dan pengamatan langsung akan diolah secara deskriptif dan analisis statistik menggunakan regresi logistik dengan program komputer SPSS. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kondisi Alam dan Sosial Wilayah Pulau Semau Pulau Semau merupakan bagian dari Wilayah kabupaten Kupang. Kabupaten Kupang terletak pada wilayah antara 9019 antara 100 57 Lintang Selatan (South Latitude) dan 1210 30 - 124 11 Bujur Timur (East Longitude). Luas Pulau Semau kira-kira 261 km 2 (Data Pemerintah Daerah TK II Kabupaten Kupang). Batas-batas Pulau Semau yaitu Sebelah utara berbatasan dengan Laut Sabu, Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Pukualu, sebelah timur berbatasan dengan Teluk Tenau dan Selat Semau, dan sebelah barat berbatasan dengan Teluk Kupang dan Laut Sabu.
Gambar 1. Peta Pulau Semau Pulau Kera, hingga kini pelum tercantum dalam peta geografis NTT. Berdasar pengamatan, P Kera terletak di sebelah Barat Laut Kota Kupang, berjarak kurang lebih 4 km dari Kota Kupang (lama perjalanan sekitar 45 menit dengan speed boat dari Kupang). Luas P Kera sekitar 20 km2. Wilayah sebagaian besar berupa pasir pantai putih, sangat jarang ditumbuhi vegetasi tanaman/rumput. Potensi dasar yang dimiliki oleh Wilayah Pulau Semau dan P Kera, Kabupaten Kupang, adalah : Relatif tingginya jumlah penduduk umur produktif, dan Tingginya lapangan usaha primer (Lapangan usaha yang mengolah langsung potensi alam daratan dan lautan). Di Pulau Semau, sering terjadi wabah malaria dan sering menyebabkan korban jiwa. Di Kecamatan Semau Selatan belum ada Puskesmas. Berdasar pengamatan pada perilaku penduduk yakni sering berjalan kaki menempuh jarak yang jauh sehingga telapak kakinya tebal dan pecah-pecah ada kemungkinan penyakit yang mereka sebut malaria itu sebenarnya penyakit akibat infestasi cacing terutama cacing tambang Karena itu keberadaan wabah malaria di Pulau Semau perlu dipastikan dengan menangkap dan mengidentifikasi jenis nyamuk di sana. Penderita gizi kurang dan gizi buruk adalah anak balita berusia di atas 12 bulan (1 tahun). Prevalensi balita penderita Kurang Gizi dan Gizi buruk tertinggi pada anak usia 12 s/d 36 bulan. Hal ini disebabkan karena anak usia 12 s/d 36 bulan belum dapat memakan sepenuhnya makanan orang dewasa dan asupan protein tidak lagi didominasi oleh ASI. Makanan untuk anak-anak sering mereka samakan dengan anggota keluarga sehingga cenderung mereka samakan dengan orang dewasa. Penderita Kurang Gizi dan Gizi buruk di desa-desa yang berada di pesisir lebih sedikit dari pada desa-desa yang terletak di tengah pulau. Hal ini disebabkan karena perhubungan orang-orang di pesisir lebih mudah dari pada di desa-desa yang terletak di tengah pulau. Sebenarnya bahan pangan sayuran, jagung, kacang, padi ladang banyak terdapat di desa-desa di tengah pulau, namun di dalam pengolahannya sering tidak disesuaikan dengan makanan yang cocok untuk anak balita. Berdasarkan penelitian ini ternyata hanya satu faktor yang signifikan berkaitan dengan Kurang Gizi anak balita yaitu Pola konsumsi makanan anak balita. Sedangkan factor yang signifikan berkaitan dengan Gizi Buruk Balita ada 2 yaitu : Pola konsumsi makanan anak balita dan Penyakit Penyerta. Pada musim paceklik Pola konsumsi makanan anak balita sering tidak memenuhi kecukupan Zat gizi sumber energi dan protein, sehingga dapat mengakibatkan balita menderita kurang gizi dan gizi buruk. Pada petani musim paceklik terjadi pada puncak musim kemarau yaitu Agustus s/d Nopember. Rata-rata petani dalam 1 tahun hanya panen tanaman pangan (jagung, padi lading, kacang tanah) satu
kali, akibatnya jika terjadi gagal panen dapat dipastikan terjadi kelaparan yang dapat menyebabkan tingginya penderita kurang gizi dan gizi buruk. Pada nelayan musim paceklik terjadi pada saat musim badai yaitu bulan Dese,mber-Januari dan Mei-Juni. Jenis penyakit penyerta yang banyak diderita oleh balita penderirta gizi buruk yaitu Malaria, ISPA, Asma (batuk) dan diare. Kondisi Sosial Kesehatan di Pulau Semau Data sarana kesehatan masyarakat di Pulau Semau berdasarkan data statistikm Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten Kupang tahun 2005, seperti terlihat pada Tabel 1. Seluruh wilayah Pulau Semau hanya dilayani oleh satu Puskesmas yaitu Puskesmas yang ada di Desa Uitao, ibu kota Kecamatan Semau. Jumlah dokter hanya satu orang, bidan sebanyak 8 orang dan tenaga perawat (para medis) sebanyak 3 orang, untuk melayani penduduk sebanyak 10.000 jiwa yang tersebar di wilayah seluas 250 km2. Berdasarkan data statistik ini terlihat bahwa fasilitas kesehatan di Pulau Semau sangat terbatas atau kurang memadai untuk melayani masyarakat di wilayah ini. Tabel 1. Sarana Kesehatan Masyarakat di Pulau Semau Kecamatan, Desa
Puskes mas
Puskesmas Pembantu
Kec Semau 1.Bokonusa 1 n 2. Otan 1 3. Uitao 1 4. Huileot 1 5. Uiasa 1 6. Hansisi 1 7. Batuinan 8. Letbaun Jumlah 1 5 Kec Semau Selatan 1. Akle 1 2.Uitiuhtuan 1 3. Uitiuhana 1 4. Onansila 5. Naikean 6. Uiboa Jumlah 0 3 Total Jumlah 1 8 Pulau Semau Sumber : Puskesmas Uitao (2005)
BKIA
Posyandu
Kader Aktif Posyandu
Dukun Bayi
Dukun Tulang Patah
`
3
5
2
6
2 4 3 4 3 19
8 17 4 8 6 48
2 3 2 3 2 14
5 5 4 6 8 34
3 2 3 1 9 28
8 8 9 2 27 75
2 3 4 1 10 24
7 8 5 3 23 57
1
1
1 1 2
Karena tenaga medis yang minim, maka Kader posyandu dan dukun bayi memegang peranan penting dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan pengamatan lebih dari 50 % proses kelahiran bayi ditolong oleh dukun bayi. Para kader posyandu pada umumnya merupakan tokoh masyarakat yang secara sukarela (tanpa dibayar) ikut memonitor kondisi gizi bayi dan anak balita di wilayahnya masing-masing. Kondisi Alam, Penduduk dan Mata pencaharian Pulau Kera Pulau Kera merupakan pulau kecil, tanahnya berupa pasir putih, tandus tidak ditumbuhi banyak tanaman. Saat ini P Kera didiami oleh 30 KK terdiri dari 180 jiwa, 20 orang diantaranya anak balita. Mereka semua berasal dari rumpun suku Wajo di Sulawesi Selatan, tidak punya tanda pengenal (KTP), tidak ikut Pemilu . Belum ada fasilitas kesehatan dan pendidikan seperti Posyandu, Puskesmas pembantu, SD dll. Sumber penghasilan mereka yaitu dari memanen rumput laut alam dan menjadi nelayan. Berdasarkan pengamatan, tidak ada anak balita yang menderita Kurang Gizi atau Gizi buruk. Hal ini disebabkan karena pada musim paceklik mereka masih mendapat hasil dari memanen rumput laut alam yang cukup untuk memenuhi kebutuhan makan minimal.
Sebagian besar tanah Pulau Kera merupakan pasir laut putih, sangat jarang ditumbuhi rumput dan vegetasi tanaman lainnya. Jenis tanaman yang hidup hanya P. Kelapa (Cocos nucifera) tetapi tidak dapat berbuah dan tanaman Kedondong hutan. Tidak ada sumber (sumur) air tawar di Pulau Kera. Sumber penghasilan utama pendududuk Pulau Kera adalah mencari rumput laut alami (bukan hasil budidaya) bahan agar dan karagenan, menangkap ikan dan berdagang. Hampir seluruh kebutuhan hajat hidup seperti air minum, beras, makanan dan pakaian didatangkan dari Kupang. Jumlah Penduduk sekitar 180 jiwa terdiri dari 30 Kepala Keluarga (KK). Tiga belas (13) KK diantaranya merupakan janda yang ditinggal lelakinya. Berdasar pengamatan, penduduk di Pulau Semau meskipun tidak ada yang kaya, namun secara umum semuanya dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum terutama untuk konsumsi pangan. Di kala laut sedang terjadi badai (nelayan tidak menangkap ikan), mereka mendapat penghasilan dari penjualan rumput laut kering yang mereka dapat dari alam. Pulau Kera tidak menjadi bagian dari Kelurahan atau Desa di Wilayah Kota Kupang maupun Kabupaten Kupang. Kebijakan Bupati Kupang, pada tahun 2000 pernah berencana memindahkan seluruh penduduk di P Kera ke Pulau Semau. Pemerintah Kabupaten Kupang telah membangun unitunit rumah di Pulau Semau untuk penduduk P Kera tersebut. Namun penduduk pulau Kera tersebut tidak mau pindah dengan alasan karena mata pencaharian mereka yaitu menangkap ikan (sebagai nelayan) dan memungut hasil rumput alami mengalami kendala dalam pelaksanaannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Potensi jumlah penduduk umur produktif dan lapangan usaha primer (lapangan usaha yang mengolah langsung potensi alam daratan dan lautan) sangat tinggi. 2. Di Pulau Semau, sering terjadi wabah malaria dan sering menyebabkan korban jiwa. 3. Di Kecamatan Semau Selatan belum ada Puskesmas. 4. Perilaku penduduk yakni sering berjalan kaki menempuh jarak yang jauh sehingga telapak kakinya tebal dan pecah-pecah ada kemungkinan penyakit yang mereka sebut malaria itu sebenarnya penyakit akibat infestasi cacing terutama cacing tambang 5. Penderita gizi kurang dan gizi buruk adalah anak balita berusia di atas 12 bulan (1 tahun). Prevalensi balita penderita Kurang Gizi dan Gizi buruk tertinggi pada anak usia 12 s/d 36 bulan. 6. Jenis makanan untuk anak-anak sering disamakan dengan anggota keluarga yang sudah dewasa 7. Penderita gizi kurang dan gizi buruk di desa-desa pesisir lebih sedikit dari pada desa-desa yang terletak di tengah pulau. 8. Bahan pangan sayuran, jagung, kacang, padi ladang banyak terdapat di desa-desa di tengah pulau. 9. Faktor yang signifikan berkaitan dengan gizi kurang anak balita yaitu pola makanan anak balita. Sedangkan factor yang signifikan berkaitan dengan gizi buruk Balita ada 2 yaitu : pola makanan anak balita dan penyakit penyerta yaitu Malaria, ISPA, Asma (batuk) dan diare. Saran Di P Kera sebaiknya dibentuk Posyandu untuk sarana pemantauan kesehatan anak balita. Pengembangan Pulau Kera hendaknya diarahkan pada pengembangan potensi produk di Pulau kera yaitu rumput laut dan hasil nelayan. Dalam penanganan masalah gizi buruk di pulau-pulau kecil khususnya pulau Semau, kebijakan diarahkan pada : 1) Pencegahan gagal panen. Untuk mencegah gagal panen dapat diupayakan agar petani dapat melakukan 2 kali musim tanam yaitu dengan memanfaatkan tanaman pangan berusia pendek dan meningkatkan motivasi untuk bekerja lebih giat untuk para petani 2) Pengembangan sumber pendapatan pada masa paceklik. Pada petani perlu dikembangkan tanaman tahunan (tanaman keras) yang dapat memberi hasil pada musim paceklik misalnya pengembangan tanaman kelapa, jati, jarak pagar, tanaman shorgum dan sebagainya. 3) Penanggulangan masalah gizi buruk lebih difokuskan pada anak usia 12 s/d 60 bulan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah memotivasi dan mengajar agar para ibu di pedesaan dapat menyediakan makanan khusus untuk anak balitanya dengan bahan-bahan yang tersedia di
wilayahnya masing-masing. Tidak seperti sekarang makanan untuk anak balita sering disamaratakan dengan anak dewasa. 4) Desa-desa yang terletak di tengah pulau diharapkan dapat perhatian yang lebih dari pada desa-desa di pesisir, karena prevalensi kurang gizi dan gizi buruk lebih tinggi. Tidak seperti kenyataan sekarang, justru pada desa-desa di pesisir lebih sering dapat dropping pangan.. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2003. Semau Dalam Angka. BPS Kabupaten Kupang. --------
, 2004.. Semau Dalam Angka. BPS Kabupaten Kupang.
-------- , 2005. Semau Dalam Angka. BPS Kabupaten Kupang. --------
, 2005.. Semau Selatan Dalam Angka. BPS Kabupaten Kupang.
-------- , 2006. Semau Dalam Angka. BPS Kabupaten Kupang. --------
, 2006.. Semau Selatan Dalam Angka. BPS Kabupaten Kupang.
Winarno, F. G. 1985. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta. Almatsier Sumita, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Jakarta. WHO, 1990. Diet Nutrition and Prevention of Cronic Diseases. WHO Technical Report. Series 797. Genewa. FAO, 1985. Energy and Protein Requirements. Genewa.
Report of joint FAO-WHO/UN expert consultation.