UPAYA STRATEGIS DALAM MENINGKATKAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI MTS NU NURUL HUDA SEMARANG
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (SI) Jurusan Kependidikan Islam
Disusun Oleh:
Lilif Muallifatul Khorida Filasofa NIM.063311032
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
MOTTO
3 öNÍkŦàÿRr'Î/ $tB (#rçŽÉi•tóム4Ó®Lym BQöqs)Î/ $tB çŽÉi•tóムŸw ©!$# žcÎ)… ”.....Sesungguhnya allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri .... ” (QS. Al-Ra’d:11)1
1
hlm 251.
Syamsuddin bin Mahrus Ali, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2007),
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, karya ini peneliti persembahkan kepada: 1. Abah Drs. H. Bisri Sofwan tersayang dan Umi Hj. Jannati tercinta atas kasih sayangnya, pengorbanan, motivasi dan untaian do’a yang tiada hentinya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 2. Adik tersayang (M. Sabiq Kamalul Haq), adik yang selalu memberi motivasi dan doa untuk kakaknya 3. Kakak tersayang yang selalu menemani hari-hariku 4. Bapak Fahrurrozi M.Ag dan Bapak Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag yang telah membimbing dan memberi motivasi yang luar biasa dalam proses pembuatan karya ini 5. Keluarga Besar Racana Walisongo Semarang Gugus Depan Kota Semarang 07.119-07.120 yang selalu memberi warna keceriaan serta pengalaman hidup yang penuh arti bagi penulis 6. Para pembaca dan pecinta ilmu yang budiman
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 13 Desember 2010 Deklarator,
Lilif Muallifatul Khorida Filasofa NIM: 063311032
ABSTRAK Lilif Muallifatul (NIM: 063311032) Upaya Strategis Dalam Meningkatkan Layanan Bimbingan Konseling Di MTs NU Nurul Huda Semarang. Skripsi Program Strata I Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010. Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang. 2) Untuk mengetahui program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang. 3) Untuk mengetahui hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan dengan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisis deskriptif, yaitu metode analisis data yang berupa kata-kata. Temuan penelitian ini yaitu meliputi: 1) Kondisi awal layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda dapat diketahui, bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling sebelum diadakan suatu peningkatan oleh guru pembimbing masih terdapat penataan yang belum sistematis dan optimal hal itu terlihat dari fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan konseling yang belum memadai yaitu ruang BK, keberadaan guru pembimbing periode sebelum diadakan peningkatan belum sesuai dengan kualifikasi akademik dan kompetensi seorang konselor, pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas selama 2 jam belum diadakan, serta masih adanya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh peserta didik. 2) Program peningkatan yang dilakukan oleh koordinator guru pembimbing adalah dengan membuat ruang bimbingan dan konseling beserta perlengkapan yang dibutuhkan, melaksanakan bimbingan secara klasikal di ruang kelas dengan terjadwal. Sedangkan strategi yang diterapkan guru pembimbing dalam meningkatkan layanan bimbingan konseling adalah strategi model sosial, model tersebut diterapkan pada proses bimbingan maupun dalam proses pemecahan masalah serta pembelajaran didalam kelas dengan mengadakan penyuluhan kesehatan dengan memanfaatkan jasa layanan bimbingan konseling. 3) Hasil program peningkatan secara keseluruhan telah dilaksanakan serta adannya peningkatan pengunjung pada proses pelaksanaan layanan bimbingan konseling di ruang bimbingan konseling, sebelum diadakannya suatu peningkatan masih terdapat beberapa pelanggaran sedangkan setelah diadakan peningkatan turun. Adapun hasil prestasi peserta didik juga naik dari tahun 2005/2006 nilai rata-rata ujian nasional 23,23 sedangkan pada tahun 2009/2010 naik sebesar 33,34. Sehingga upaya peningkatan tersebut telah dilaksanakan secara keseluruhan. Selanjutnya, semoga penelitian ini diharapkan menjadi khazanah dan masukan bagi guru dan pengelola MTs NU Nurul Huda Semarang, bahan informasi bagi civitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, serta ridha-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Strategi Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling Terhadap Peserta Didik di MTs NU Nurul Huda Semarang, yang penulis susun dalam karya ilmiah skripsi. Shalawat dan salam senantiasa tersanjung kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis sampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi penulis, terutama kepada: 1. Dr. H. Suja’I M. Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2. Ismail SM, M. Ag selaku Ketua Jurusan dan Dr. Musthofa M. Ag selaku Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam atas masukan dan semangatnya. 3. Fahrurrozi, M. Ag selaku Pembimbing I dan Drs. Abdul Wahid M. Ag selaku Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Para dosen staf pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali penulis berbagai pengetahuan. 5. Kepala Madrasah MTs NU Nurul Huda Semarang Bapak Drs H Ajma’in Yahya dan Koordinator guru BK, beserta semua staf pengajar dan pegawai MTs NU Nurul Huda Semarang, terima kasih atas bantuan dan dukungan datanya selama penelitian. 6. Abah Drs. H. Bisri Sofwan tersayang dan Umi Hj. Jannati tercinta atas kasih sayangnya, pengorbanan, motivasi dan untaian do’a yang tiada hentinya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 7. Sahabat-sahabat Jurusan KI angkatan 2006, Keluarga Besar Racana Walisongo Semarang Gugus Depan Kota Semarang 07.119-07.120 yang selalu memberi warna keceriaan serta pengalaman hidup yang penuh arti bagi penulis semoga persahabatan kita akan terus terjaga selamanya. 8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kepada mereka semua peneliti tidak dapat memberi apa-apa yang berarti, hanya do’a semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik balasan serta selalu dalam lindungan-Nya. Penulis sadar bahwa dalam penelitian skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Ucapan terima kasih yang dapat penulis haturkan, semoga amal dan jasa yang telah diberikan menjadi amal yang baik dalam kehidupan ini serta diterima oleh Allah SWT. Dan pada akhirnya, semoga skripsi bermanfaat. Amin
Semarang, 13 Desember 2010 Peneliti,
Lilif Muallifatul Khorida Filasofa NIM: 063311032
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................
vi
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR............................................................
viii
HALAMAN DAFTAR ISI ..........................................................................
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...............................................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................
7
D. Penegasan Istilah..................................................................
8
E. Tinjauan Pustaka .................................................................
9
F. Metodologi Penelitian .........................................................
10
STRATEGI
PENINGKATAN
LAYANAN
BIMBINGAN
KONSELING
BAB III
A. Konsep Bimbingan Konseling ...............................................
16
B. Manajemen Strategi ..............................................................
35
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum MTs NU Nurul Huda Semarang ................
44
B. Kondisi Awal Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang ....................................................
49
C. Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang........................................................... D. Hasil Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling MTs NU Nurul Huda Semarang ............................................
55 di 61
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis
Kondisi
Awal
Pelaksanaan
Layanan
Bimbingan
Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang ......................
74
B. Analisis Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang ............................................ C. Analisis
Hasil
Program
Peningkatan
Layanan
Bimbingan
Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang ....................... BAB V
81
84
PENUTUP A. Simpulan ..............................................................................
85
B. Saran-saran ..........................................................................
87
C. Penutup ................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan
masyarakat
Indonesia
bertujuan
membangun
manusia
Indonesia seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia. Manusia merupakan kekuatan utama pembangunan dan sekaligus tujuan dari pembangunan. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas manusia sebagai sumber daya manusia (SDM). Dalam usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, pendidikan merupakan kunci pokok untuk menjawab tantangan zaman. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, sekaligus mengangkat manusia dari berbagai ketinggalan. Melalui pendidikan, selain diperoleh kepandaian berolah pikir, juga akan diperoleh wawasan baru yang kesemuanya akan membantu upaya manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya, baik sebagai pribadi yang dewasa maupun sebagai anak bangsa. Pada masyarakat yang semakin maju, masalah identitas pada individu menjadi semakin rumit, hal ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat maju kepada anggota-anggotanya menjadi lebih berat, persyaratan untuk dapat diterima menjadi anggota masyarakat bukan hanya kematangan fisik, melainkan juga kematangan mental psikologis, kultural, vokasional, intelektual dan religius, kerumitan ini akan terus meningkat pada masyarakat yang sedang membangun, akan merupakan tantangan pula bagi individu.2 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa negara. 3 Selain itu lembaga pendidikan pada umumnya dan sekolah-sekolah khususnya merupakan tumpuan harapan para orang tua, peserta didik, dan warga masyarakat guna memperoleh pengetahuan, keterampilan sikap dan sifat-sifat
2
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm 2. 3 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), hlm 5.
kepribadian utama sebagai sarana pengembangan karir, peningkatan status sosial dan bekal hidup. Namun demikian proses belajar mengajar di sekolah juga tidak terlepas dari berbagai hambatan atau permasalahan yang harus dihadapi dalam pendidikan, Untuk itu suatu kegiatan pendidikan yang baik dan ideal hendaknya mencakup tiga bidang dalam pendidikan sekolah, ketiga bidang tersebut adalah bidang pengajaran, bidang pendidikan, dan bidang pimpinan sekolah, ketiga bidang ini harus bekerjasama mencapai tujuan pendidikan sekolah.4 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengharuskan sekolah untuk mengalokasikan 2 (dua) jam pelajaran per minggu bagi pelajaran pengembangan diri.5 Hal ini berati di setiap sekolah paling tidak harus dialokasikan 2 jam pelajaran bagi guru bimbingan konseling untuk mengadakan bimbingan secara klasikal. Namun dalam praktiknya, beberapa sekolah bahkan meniadakan jam khusus untuk layanan bimbingan klasikal kepada siswa. Layanan bimbingan klasikal biasanya dilakukan apabila ada guru yang berhalangan hadir dan jam pelajaran ini dimanfaatkan bagi guru Bimbingan Konseling untuk mengadakan layanan bimbingan kelompok/klasikal. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manajemen sekolah belum memberikan tempat yang memadai bagi layanan bimbingan di sekolah. Beberapa hal yang diduga menjadi penyebab atau melatarbelakangi kebijakan sekolah tersebut antara lain: 1. Sekolah masih memfokuskan pada pengembangan kompetensi akademis atau kognitif saja. Apalagi dengan adanya Ujian Nasional, maka siswa-siswa di tingkat akhir lebih difokuskan untuk mata pelajaran yang di-Ujian Nasional-kan. 2. Penentu kebijakan (manajemen sekolah) memahami Bimbingan Konseling hanya sebagai pertemuan individual saja (konseling) terutama untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa (fungsi kuratif). 3. Tidak adanya program bimbingan konseling yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan membuat siswa, pengelola sekolah dan stakeholder sulit memberikan kepercayaan pada bimbingan konseling. Pengelola atau guru
4
W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT.Gramedia, 1991),
hlm 22. 5
Khairuddin, Mahfud Junaidi dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jogjakarta: Nuansa Aksara, 2007), hlm 97.
bimbingan konseling selama ini masih menganggap bahwa program bimbingan konseling merupakan daftar aktifitas yang mengacu pada pola 17 tetapi tidak menonjolkan isi yang akan digarap untuk mengembangkan aspek afektif, nilai, sikap dan prilaku positif siswa.6 Kebijakan meniadakan jam bimbingan kelompok/klasikal ini mengakibatkan fungsi pengembangan kemampuan siswa,
fungsi pencegahan dan fungsi
pemeliharaan bimbingan dan konseling dalam aspek perkembangan personal edukasional dan karir tidak dapat dijalankan secara utuh. Ketidakmengertian dan prasangka manajemen sekolah bahwa bimbingan dan konseling hanya membuangbuang waktu dan tidak memberikan sumbangan yang berarti pada perkembangan siswa menyebabkan sulitnya mendapatkan dukungan sekolah terhadap program bimbingan dan konseling. Kenyataan
menunjukkan
bahwa
manusia
dalam
kehidupan
sering
menghadapi persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain timbul, demikian seterusnya. Berdasarkan atas kenyataan bahwa manusia tidak sama antara satu dengan yang lainnya, baik dalam sifatnya maupun kemampuannya, maka ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak sanggup mengatasi persoalannya tanpa bantuan atau pertolongan dari orang lain. Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah seringkali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena sumbersumber permasalahan siswa banyak yang terletak di luar sekolah. Apabila misi sekolah menyediakan pelajaran yang luas untuk secara efektif membantu siswa mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan kesana. Disinilah alasan mengapa pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan, yaitu untuk membantu siswa agar berkembang optimal. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah berperan penting bagi perkembangan pribadi siswa, baik sosial, emosional maupun intelektualnya. Pada diri siswa akan 6
tumbuh
motivasi,
kesadaran dirinya
dan
kemampuan-
Machfud Herman, ”Manajemen Bimbingan dan Konseling” http://machfudherman.wordpress.com/2010/02/04/manajemen-bimbingan-dan-konseling/, diunduh pada tanggal 15 Agustus 2010.
kemampuannya sehingga memberi peluang untuk sukses belajarnya. Untuk itu agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa perlu adanya kerjasama antara siswa dan layanan bimbingan konseling di sekolah dengan baik, Jenis dan isi layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan hasil yang nyata bermanfaat merupakan bahan atau materi yang perlu dipilih dan dipersiapkan sebaik-baiknya, sedangkan proses dan hasil-hasil yang nyata bermanfaat merupakan tujuan dari pelaksanaan layanan. Dengan hasil yang nyata bermanfaat, bimbingan dan konseling dapat tumbuh dan berkembang, dapat menggunakan kemampuannya yang lebih besar, dan dapat memberikan kesejahteraan yang lebih besar pada warga sekolah.7 Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan yang penting pada setiap tingkat satuan pendidikan. Pada saat ini pelayanan bimbingan dan konseling dirasakan semakin penting, sejalan dengan adanya perubahan global dan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan, untuk itu layanan bimbingan konseling di sekolah diharapkan menjalankan program sesuai yang direncanakan, serta perlunya perubahan-perubahan teknik yang digunakan. Sehingga layanan bisa dilakukan melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan siswa yang berkenaan dengan permasalahan ataupun kebutuhan tertentu yang dirasakannya. Sedangkan kegiatan pendukung dilaksanakan tanpa harus kontak langsung, dengan tujuan untuk mempermudah dan meningkatkan kelancaran serta keberhasilan kegiatan pelayanan.
Layanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan oleh
siswa, dari semenjak mereka memasuki sekolah di hari pertama, yaitu membantu berorientasi terhadap situasi, kondisi dan segala hal baru bahkan dirasakan asing bagi mereka. Berawal dari permasalahan tersebut diperlukannya strategi yang tepat untuk meningkatkan layanan agar sekolah dalam melaksanakan layanan bimbingan dapat terlaksana secara terorganisir dengan mempertimbangkan semua aspek atau faktor yang ikut
mempengaruhi penyelenggaraan
bimbingan di sekolah seperti
administrasi, organisasi, personalia, program, fasilitas, serta aspek lain seperti masalah-masalah yang mungkin timbul, sehingga pencapaian pribadi optimal pada
7
Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), hlm 14.
peserta didik terwujud sebagai bukti tercapainya tujuan pendidikan yang diselenggarakan. Keberadaan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang merupakan salah satu upaya pendukung sekolah dalam upaya membantu siswa mengatasi
segala permasalahan agar dapat berprestasi dan berkembang secara
optimal, sehingga visi dan misi sekolah merupakan tujuan universal sebuah institusi atau lembaga untuk mengarahkan dan menjadi barometer keberhasilan tujuan yang ingin dicapai. Tugas MTs NU Nurul Huda Semarang ini sesuai dengan fungsi adanya Bimbingan dan Konseling di sekolah yaitu membantu tenaga pendidik lainnya dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar berjalan lancar sesuai dengan tujuan pendidikan. Peserta didik di MTs NU Nurul Huda Semarang selain sebagai siswa juga sebagian ada yang menjadi santri di lingkungan sekolah tersebut, hal ini dimungkinkan akan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik terutama dengan jumlah pelajaran yang banyak (pelajaran umum di sekolah dan pelajaran agama di lingkungan pesantren) memunculkan permasalahanpermasalahan baru yang akan menghambat proses belajar mengajar di sekolah. Sehubungan dengan pemikiran diatas, penulis tertarik untuk mengkaji secara lebih mendalam tentang strategi peningkatan layanan yang dilakukan oleh MTs NU Nurul Huda Semarang, disini peneliti akan memaparkan usaha-usaha yang dilakukan MTs NU Nurul Huda Semarang dalam meningkatkan layanan terhadap peserta didik, karena sebelumnya upaya peningkatan tersebut belum terlaksana dengan baik, kemudian upaya meningkatkan profesionalnya dalam hal ini tenaga konselor merencanakan program-program yang berfokus pada suatu peningkatan layanan terhadap peserta didik serta bagaimana cara dalam melaksanakannya yang disesuaikan dengan keadaan peserta didik. Untuk itu diperlukan strategi-strategi yang tepat dalam usaha meningkatkan layanan guna memberikan sesuatu yang terbaik kepada peserta didik, sehingga dalam mengadakan peningkatan diperlukan kerja sama antar seluruh komponen di sekolah agar usaha meningkatkan layanan dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Usaha untuk membantu serta mengatasi hal tersebut sekolah perlu menyediakan guru bimbingan konseling yang profesional sehingga membantu
mengatasi hambatan-hambatan yang muncul pada peserta didik serta upaya mensinergikan program-program bimbingan dan konseling dalam sebuah layanan agar dalam pelaksanaannya berjalan lancar, terarah dan sistematis. Berangkat dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang “ Upaya Strategis Dalam Meningkatkan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang”. B. Rumusan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, maka penelitian ini merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang? 2. Bagaimana program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang? 3. Bagaimana hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang? C. Tujuan Penelitian Dengan berbagai permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai penulis adalah: 1. Untuk mengetahui kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang 2. Untuk mengetahui program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang 3. Untuk mengetahui hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang
2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan masukan yang bermanfaat, dalam rangka meningkatan prestasi belajar dan peningkatan kedisiplinan peserta didik. b. Bagi Guru Memberikan informasi dan membantu mengidentifikasi kebutuhan dalam pelaksanaan bimbingan konseling, sehingga layanan terhadap peserta didik menjadi lebih professional dan sistematis, sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk dapat membimbing dan memberikan dukungan kepada peserta didik yang mengalami problematika.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah sebagai berikut: 1. Strategi Peningkatan Strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berhubungan dengan siasat perang atau ilmu siasat perang. Tetapi juga berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.8 Peningkatan adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan sesuai
yang
diinginkan dengan mengadakan hal-hal yang baru pada proses pencapaian tersebut. 2. Layanan Layanan adalah memberikan bantuan khusus kepada peserta didik untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri, dan integrasi sosial yang lebih baik sehingga dapat menyesuaikan dengan dirinya maupun lingkungannya. 3. Bimbingan Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang 8
Suharso, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV Widya Karya, 2009), hlm 500.
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.9 4. Konseling Konseling adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan tatap muka, antara konselor dan konseli yang berisi usaha yang laras unik dan manusiawi yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.10 Jadi yang dimaksud dengan strategi peningkatan layanan bimbingan konseling adalah suatu proses penentuan rencana atau cara untuk meningkatkan layanan bimbingan konseling dengan disertai upaya bagaimana peningkatan layanan dilakukan dengan program-program tertentu yang disesuaikan dengan keadaan sekolah dan peserta didik, sehingga diharapkan hasil dari programprogram peningkatan dapat membantu peserta didik dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki secara optimal serta dapat meningkatkan prestasi belajar, sehingga kualitas layanan fokusnya diarahkan ke pelanggan dalam hal ini peserta didik, orang tua peserta didik, madrasah dan masyarakat.
F. Tinjauan Pustaka Sebelum penulis mengadakan penelitian tentang Upaya Strategis Dalam Meningkatkan Layanan Bimbingan Konseling Di MTs NU Nurul Huda Semarang penulis dengan segala kemampuan yang ada berusaha menelusuri berbagai hasil kajian antara lain: 1. Dwi Sulistyowati (Mahasiswa IAIN Walisongo), NIM: 3102131, lulus tahun 2006, dengan skripsinya studi tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan implikasinya terhadap pemecahan masalah peserta didik di MAN Kendal. Skripsi ini mengulas tentang pelaksanaan bimbingan konseling yang berkaitan dengan pemecahan masalah peserta didik.11 Adapun temuan dalam skripsi ini bahwasanya pelaksanaan manajemen bimbingan konseling di MAN Kendal dapat membantu memecahkan masalah peserta didik di sekolah tersebut. 9
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008), hlm 2 10 Ibid., hlm 3 11 Dwi Sulistyowati, Studi tentang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dan Implikasinya terhadap Pemecahan Masalah Peserta Didik di MAN Kendal.
2. Sudargono (Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang), NIM: 3103261, lulus tahun 2008, dengan skripsinya manajemen layanan bimbingan konseling di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 25 Semarang . Skripsi ini mengulas tentang konsep manajemen yakni unsur inti yang sering dikenal dengan POAC (Planning, Organizing, Controlling, Evaluating) dan beberapa kasus yang dijumpai di lapangan.12 Dua penelitian yang telah dilakukan oleh kedua peneliti di atas, tidak terjadi persamaan secara substantif antar keduanya dengan kajian yang akan penulis teliti, di sini penulis membahas bagaimana strategi yang dilakukan MTs NU Nurul Huda dalam meningkatkan layanan, serta peneliti menyoroti kinerja guru pembimbing yang baru dalam melaksanaan usaha peningkatan tersebut dengan beberapa program yang dijalankan. Dari beberapa penelitian diatas dapat dipahami bahwa kajian tentang bimbingan konseling banyak dilakukan, tetapi yang mengaitkan dengan usaha peningkatan layanan serta objek penelitian yang dilakukan penulis di MTs NU Nurul Huda Semarang belum pernah dilakukan, sehingga penelitian tentang “Upaya Strategis Dalam Meningkatkan Layanan Bimbingan Konseling Di MTs NU Nurul Huda Semarang” layak untuk ditindak lanjuti.
G. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini, termasuk jenis penelitian kualitatif, penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dengan memaparkan keadaan objek yang diteliti. 13 Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keseluruhan strategi peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang.
12
Sudargono, Manajemen Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 25
Semarang 13
Nurul Zuriah, "Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan", Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007, hlm. 92.
2. Fokus Penelitian Sesuai dengan objek kajian skripsi ini, maka penelitiannya menggunakan penelitian lapangan atau Field Research, Yakni penelitian yang langsung dilakukan atau pada responden.14 Adapun fokus penelitian yang akan peneliti teliti diantaranya tentang bagaimana kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan konseling, bagaimana program peningkatan layanan bimbingan konseling serta bagaimana hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling yang dilakukan MTs NU Nurul Huda Semarang. 3. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah “ subyek dari mana data dapat diperoleh”.15 Adapun dalam penelitian ini, penulis mengelompokkan penentuan sumber data menjadi dua buah data yaitu: a. Data primer, yaitu data yang secara langsung didapatkan di lokasi atau objek penelitian, adapun data diperoleh dari kepala sekolah, koordinator guru pembimbing, siswa, untuk mengambil data tentang pelaksanaan bimbingan konseling serta program-program peningkatan layanan yang dilaksanakan MTs NU Nurul Huda Semarang. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada
16
, data diperoleh
dari Ka. Tata Usaha (TU), diantaranya yaitu mengenai sejarah berdiri dan perkembangan, visi dan misi MTs NU Nurul Huda Semarang, letak geografis, struktur organisasi, serta keadaan guru dan siswa MTs NU Nurul Huda Semarang. 4.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup tiga model pengumpulan yaitu:
14 M. Iqbal
Hasan, Pokok-pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm 11. 15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,2006), hlm 129. 16 M. Iqbal Hasan,op.cit, hlm 82.
a. Observasi Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.17 Menurut Sukardi, observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan salah satu panca indra yaitu indra penglihatan sebagai alat bantu utamanya untuk melakukan pengamatan langsung, selain panca indra biasanya penulis menggunakan alat bantu lain sesuai dengan kondisi lapangan antara lain buku catatan, kamera, film, proyektor, checklist yang berisi obyek yang diteliti dan lain sebagainya.18 Namun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan alat bantu buku catatan, kamera. Metode ini digunakan untuk melihat langsung bagaimana usaha bimbingan konseling dalam meningkatkan layanan di MTs NU Nurul Huda Semarang, serta kegiatan dalam bimbingan konseling. b. Wawancara Wawancara
adalah
menghimpun
bahan-bahan
keterangan
yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Dalam wawancara penulis dapat menggunakan dua jenis yaitu: wawancara terpimpin dan wawancara tidak terpimpin.19 Metode ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan strategi peningkatan layanan bimbingan konseling terhadap peserta didik di MTs NU Nurul Huda Semarang. Sedangkan obyek yang diwawancarai adalah kepala madrasah, koordinator
pembimbing, dan pihak yang terkait dalam pencarian data
peneliti.
17
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm 115. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm 78-79 19 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm 82. 18
c. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu metode dengan mencari data mengenai halhal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.20 Metode ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan topik kajian yang berasal dari dokumen-dokumen MTs NU Nurul Huda Semarang, diantaranya yaitu buku profil MTs NU Nurul Huda Semarang serta kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan bimbingan konseling. 5. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.21 Selain itu teknik analisis data juga berarti proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam menganalisis data yaitu: data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. 22 Langkah-langkah analisis di tunjukkan pada gambar berikut ini: Data Display
Data Collection
20
Data Reduction
Conclusion : Drawing/ verifying
Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm 231. Lexy J. Moleong, Metodologi PenelitianKualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), hlm 280 22 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm 246. 21
Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan kerangka kerja maupun fokus masalah akan ditempuh tiga langkah utama dalam analisis data yaitu: a. Reduksi data adalah yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting
23
. Data hasil penelitian ini
direduksi meliputi data hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan berisi tentang
pelaksanaan
strategi
proses
memilih,
menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksikan dan mengubah data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data dimaksudkan untuk menentukan data ulang sesuai dengan permasalahan yang akan penulis teliti. Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu. b. Penyajian data atau mendisplaykan data adalah penyajian data ke dalam bentuk yang lebih mudah difahami, biasanya penyajian ini berbentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, table, grafik, atau dengan teks yang bersifat naratif. Sajian data dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai dengan kebutuhan penelitan tentang strategi peningkatan layanan bimbingan konseling terhadap peserta didik di MTs NU Nurul Huda Semarang, artinya data yang telah dirangkum tadi kemudian dipilih, sekiranya data mana yang diperlukan untuk penulisan laporan penelitian. c. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification) yaitu kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Simpulan awal yang berupa analisis interaktif masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila simpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Metode ini bertujuan untuk menyajikan deskripsi (gambaran) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan fenomena yang diselidiki. Dengan demikian analisis ini dilakukan saat 23
Ibid, hlm 247.
peneliti berada di lapangan dengan cara mendeskripsikan segala data yang telah didapat, lalu dianalisis sedemikian rupa secara sistematis, cermat dan akurat. Dalam hal ini data yang digunakan berasal dari wawancara dan dokumen-dokumen yang ada serta hasil observasi yang dilakukan.
BAB II STRATEGI PENINGKATAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING
A. Konsep Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian dan Tujuan Bimbingan Konseling Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata kerja “To Guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu”.24 Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Definisi bimbingan berarti pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang di dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntunan-tuntunan hidup. Bantuan itu bersifat ”psikis (kejiwaan), bukan ”pertolongan” finansial, medis dan sebagainya. Dengan adanya bantuan ini seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mampu untuk menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak kemudian. Bimbingan merupakan pertolongan yang diberikan seseorang kepada orang lain dalam membuat pilihan, mengadakan penyesuaian, dan dalam memecahkan masalah.25 Dari beberapa definisi diatas maka bimbingan dapat diartikan dengan suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Istilah konseling dapat dipahami sebagai bagian dari bimbingan baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Konseling merupakan inti kegiatan
24
Hallen, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm 3. Slameto, Perspektif Bimbingan Konseling dan penerapannya, (Semarang: Satya Wacana, 1991), hlm 362. 25
bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara pribadi yang dilakukan secara individual antara klien dan konselor.26 Dalam kamus konseling dan terapi , konseling diartikan sebagai suatu hubungan profesional yang dilakukan oleh konselor untuk memperjelas pandangannya untuk dipakai sepanjang hidup sehingga klien pada tiap kesempatan dapat menentukan pilihan yang berguna, konseling merupakan suatu proses belajar membelajarkan pada kedua pihak klien dan konselor.27 Konseling juga diartikan sebagai upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut mampu mengatasi masalahnya dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah. 28 Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan bentuk bantuan secara individu/personal yang memfokuskan pada perkembangan dan penyesuaian individu, pemecahan masalah dan kebutuhan untuk membuat keputusan, hal ini berpusat pada permintaan peserta didik, proses ini dimaksudkan untuk menciptakan sebuah konteks atau hubungan psikologis antara konselor dan klien dengan berlanjut pada kondisi – kondisi tertentu yang berpijak pada kesuksesan proses konseling, bimbingan dan konseling juga merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada orang yang membutuhkan, sehingga dalam dunia pendidikan berarti pemberian bantuan serta bimbingan menyangkut pengambilan keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Sedangkan tujuan adanya bimbingan dan konseling secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin. b. Mampu memilih memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam bidang pendidikan pekerjaan dan sosial pribadi.
26
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005), hlm 6. Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm 69. 28 Sofyan. S. Willis, Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung : Alfabeta, 2004), hlm 18 27
c. Mampu
mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerja d. Memahami dan mengarahkan diri dalam bersikap dan bertindak sesuai keadaan lingkungannya. e. Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif, menyelesaikan segala sesuatu dengan bijaksana.29 Dapat dikatakan secara umum bahwa tujuan bimbingan konseling seutuhnya mengarahkan diri pada setiap tindakan yang akan dijalankan sesuai dengan lingkungannya, sehingga peserta didik dapat mengenal dan menerima diri sendiri serta mewujudkan apa yang diinginkannya, dengan demikian akan tercipta kemudahan bagi terselenggaranya proses pembelajaran dengan lancar dan berhasil seperti yang diharapkan. 2. Fungsi Bimbingan dan Konseling Pada dasarnya bimbingan konseling dilakukan dalam bentuk upaya pemahaman, pencegahan, pemeliharaan dan penyembuhan. Setiap bentuk upaya tersebut mengacu kepada empat fungsi bimbingan, yaitu : a.
Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
b. Fungsi Penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih jurusan sekolah, jenis sekolah dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Kegiatan fungsi penyaluran ini meliputi ketentuan untuk memantapkan kegiatan belajar. c.
Fungsi Adaptasi, yaitu membantu petugas sekolah khususnya guru untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat, kemampuan dan kebutuhan para peserta didik.
d. Fungsi Penyesuaian, yaitu membantu peserta didik untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya
29
Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), hlm 12.
secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi, memahami dan memecahkan masalah. e.
Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan yaitu akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam perkembangan secara berkelanjutan30. Sesuai dengan
fungsinya,
bimbingan
konseling diarahkan kepada
terselenggaranya dan terpenuhinya keperluan akan bantuan dalam hal pendataan, informasi, konsultasi, dan komunikasi kepada peserta didik serta pihak-pihak lain yang berkepentingan, fungsi – fungsi tersebut merupakan acuan dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling, sehingga dalam setiap pelaksanaan layanan bimbingan konseling mengacu pada satu fungsi atau lebih agar hasil yang hendak dicapai jelas dan dapat diidentifikasi serta dievaluasi. 3. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh sebab itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah – kaidah atau asas – asas sehingga dapat diharapkan proses bimbingan tersebut dapat tercapai dengan baik. Asas-asas dalam bimbingan konseling terdapat beberapa macam diantaranya adalah: a. Asas Kerahasiaan Asas kerahasiaan yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang klien (peserta didik) yang menjadi sasaran layanan.31 Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha
bimbingan
konseling karena dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat menimbulkan rasa aman dalam diri klien. b. Asas Alih Tangan Kasus Asas
ini
menghendaki
agar
pihak
yang
tidak
mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan konseling secara tepat dan tuntas karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki serta keterampilan yang ada atas suatu permasalahan peserta didik (klien), maka konselor mengalih 30
Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm 42-46. 31 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nur Ihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm 22
tangankan permasalahan itu kepada pihak yang telah ahli dan sebelumnya sudah diberitahukan alur masalahnya.32. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-An’am Ayat 135 yang berbunyi: Ücqä3s? `tB šcqßJn=÷ès? (t$öq|¡sù ×@ÏB$tã ’ÎoTÎ) öNà6ÏGtR%s3tB 4’n?tã (#qè=yJôã$# ÉQöqs)»tƒ ö@è% ÇÊÌÎÈ šcqßJÎ=»©à9$# ßxÎ=øÿムŸw çm¯RÎ) 3 Í‘#¤$!$# èpt7É)»tã çms9
”Katakanlah (Muhammad), ”Wahai kaumku!, berbuatlah menurut kedudukanmu, aku pun berbuat demikian. Kelak kamu akan mengetahui, siapa yang akan memperoleh tempat terbaik diakhirat nanti, sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu tidak akan mendapat keberuntungan”. (Q.S:Al-An’am:135).33 c. Asas Kesukarelaan Dalam
memahami
pengertian
bimbingan
konseling
telah
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu, perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan suatu paksaan, oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan konseling diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor atau guru pembimbing dengan kliennya.34 d. Asas Keterbukaan Asas keterbukaan yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya maupun menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Agar peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.35 e. Asas Keterpaduan Asas bimbingan konseling ini menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. 32 33
hlm 146.
34 35
Syamsu Yusuf, ibid hlm. 23 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Jumanatul Ali, 2005), Hallen, op.cit., hlm. 65. Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm 40.
Untuk ini kerjasama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling perlu terus dikembangkan. f. Asas Keahlian Khusus Asas ini menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan konseling di selenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini, para pelaksanaan bimbingan konseling hendaklah tenaga yang ahli dalam bidang bimbingan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan kegiatan bimbingan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan konseling.36 Penjelasan dari beberapa asas – asas diatas merupakan dasar atau kaidah yang melandasi pelaksanaan dari suatu kegiatan yang ada, dengan kata lain salah satu dari asas tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan ketika merencanakan suatu kegiatan yang akan dijalankan agar tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan pemberian layanan. 4. Metode dan Teknik Bimbingan Konseling a. Metode Bimbingan Konseling Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan bahwa sasaran Bimbingan dan Konseling yang paling utama adalah peserta didik yang mengalami kesulitan hidup baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam proses perkembangan hidupnya. Tujuan dari Bimbingan dan Konseling adalah memberi bantuan kepada peserta didik agar mampu memecahkan kesulitan yang dialami dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam kaitan ini, secara umum ada dua metode dalam pelayanan bimbingan dan konseling yaitu: metode bimbingan kelompok (Group Guidance), metode bimbingan individual (Individual Konseling).37 1) Metode Bimbingan Kelompok (Group Guidance) Cara ini dilakukan untuk membantu siswa (Klien) memecahkan masalah melalui kegiatan kelompok. Masalah yang dipecahkan bisa 36
Ibid., hlm 42. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm 289. 37
bersifat kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok (beberapa orang siswa), penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok yang biasa diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah dengan mengadakan program Home Room, ini dilakukan dengan menciptakan suatu kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta suatu kondisi yang bebas dan menyenangkan, dengan kondisi tersebut diharapkan para siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah. Selanjutnya dengan mengadakan Karya wisata bersama anakanak, mengadakan diskusi kelompok sehingga memudahkan para siswa terbuka akan permasalahan yang dihadapi, Organisasi siswa dengan organisasi ini siswa dapat mengembangkan jiwa kepemimpinan serta dapat berinteraksi dengan teman-temannya, serta mengadakan sosio drama di kelas dengan mencontohkan tokoh-tokoh yang diidolakan, untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan dengan pengajaran remedial sehingga dari situ siswa dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.38 2) Metode Bimbingan Individual (Individual Konseling) Seperti telah disebutkan dalam bab terdahulu, bahwa konseling merupakan salah satu teknik bimbingan, melalui metode ini upaya pemberian bantuan diberikan secara individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara pembimbing dengan klien. Dengan perkataan lain pemberian bantuan diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), Dalam metode ini terdapat dua macam konseling yaitu: a) Konseling Direktif (metode mengarahkan) Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha menghadapi kesulitan yang dihadapi, pengarahan yang di berikan kepada klien ialah dengan memberikan bimbingan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi permasalahan yang dihadapi oleh klien. b) Konseling Nondirektif (metode yang tidak mengarahkan ) Cara pengungkapan tekanan batin yang dirasakan menjadi penghambat klien dalam belajar dengan sistem pancingan yang berupa satu dua pertanyaan yang terarah, selanjutnya klien diberi 38
Ibid hlm 290-295
kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan hal-hal yang menghambat jiwanya, yang kemudian dicatat oleh point-point penting yang dianggap rawan untuk diberi bantuan. Pada kesimpulan akhir, pembimbing tidak memberikan pengarahan
atau
komentar
apa-apa,
melainkan
bersikap
menunjukkan kelemahan atau hambatan apa yang sebenarnya dialami oleh klien yang bersangkutan lewat test atau cara lain39. Metode yang perlu kita ketahui disini adalah caracara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan konseling, implementasi dari cara-cara tertentu biasanya terkait dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh pengguna metode sehingga disesuaikan dalam pelaksanaannya apakah menggunakan metode bimbingan kelompok disesuaikan
atau metode dengan
bimbingan individual yang
kondisi
pelaksanaan
bimbingan
konseling yang akan dijalankannya. b. Teknik Bimbingan dan Konseling Agar pelaksanaan konseling maksimal, teknik atau langkah praktisnya sesuai dengan hadits nabi yang berbunyi:
(
)
“Dari Annas R.A Rasulluah SAW Bersabda: Permudahlah dan jangan mempersulit dan gembirakanlah (besarkan jiwa) mereka, dan janganlah melakukan tindakan yang menyebabkan mereka lari darimu”. (H.R.Bukhari).40 Lebih lanjut Tohirin41 memberikan 12 teknik-teknik tertentu agar proses konseling berjalan secara efektif dan efisien atau berdaya guna dan berhasil guna, berikut diuraikan beberapa teknik dalam konseling: 1)
39
Teknik Rapport
Ibid., hlm 299 Abi Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Al-Bukhori, Matan Shahih Bukhori, (Beirut Libanon: Maktabah Daaru Ihyail Kutubil Arabiyyah ), Juz 1, hlm 28. 41 Tohirin, op.cit, hlm 326-345. 40
2)
3)
4)
5)
Teknik Rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya. Teknik Structuring Structuring adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya. Structuring memberikan kerangka kerja atau orientasi terapi kepada klien. Teknik Eksplorasi Eksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien, teknik ini dalam konseling sangat penting karena umumnya klien tidak mau terus terang terhadap permasalahan yang dihadapi. Adapun bentuk eksplorasi yang memungkinkan klien untuk berbicara yaitu eksplorasi perasaan, pikiran, pengalaman. Teknik Mengarahkan (Directing) Seperti telah disebutkan, bahwa proses konseling memerlukan partisipasi secara penuh dari klien, untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor, Upaya konselor mengarahkan klien dapat dilakukan dengan menyuruh klien memerankan sesuatu (bermain peran) atau mengkhayalkan sesuatu, penerapan teknik ini dalam konseling bisa dibantu oleh konselor ketika klien memerlukan bantuan untuk merefleksikan kemauannya. Teknik Mengakhiri Mengakhiri sesi konseling merupakan suatu teknik dalam proses konseling, untuk mengakhiri sesi konseling dapat dilakukan konselor dengan cara mengatakan bahwa waktu sudah habis, merangkum isi pembicaraan, menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang, mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan, menunjukkan catatan-catatan singkat hasil pembicaraan konseling, memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan dengan pokok pembicaraan apabila diperlukan.
Teknik merupakan langkah dalam setiap pelaksanaan metode atau pendekatan yang akan dijalankan, dalam teknik-teknik yang dijabarkan diatas dapat digunakan dalam pelaksanaan bimbingan konseling, karena teknik tersebut mengarah pada pencapaian proses bimbingan konseling, sehingga diharapkan dengan
menggunakan
teknik tersebut
proses
bimbingan konseling dapat berjalan dengan lancar karena teknik tersebut
disesuaikan dengan pelaksanaan metode yang akan dijalankan secara berurutan. 5. Bidang Bimbingan dan Jenis Layanan Bimbingan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan yang sistematis, terarah dan berkelanjutan, oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling selalu memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum, dan peserta didik. Lebih khusus, untuk mencapai tujuan tersebut, bidang bimbingan mencakup seluruh upaya bantuan yang meliputi bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir. 42 a. Bidang Bimbingan Pribadi Dalam bidang bimbingan pribadi memberikan bantuan kepada siswa untuk mengembangkan hidup pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang diri, gaya hidup, perkembangan nilai-nilai moral dan agama serta sosial dalam diri. 43 Adapun bidang bimbingan pribadi dapat dirinci menjadi pokokpokok sebagai berikut: 1) Penanaman dan pemantapan sikap dan kebiasaan pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2) Penanaman dan pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan sehari-hari maupun untuk peranan di masa depan. 3) Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang bakat minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif. 4) Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha –usaha penanggulangannya.
b. Bidang Bimbingan Sosial Dalam bidang pelayanan bimbingan konseling di sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan 42 43
Hallen, op.cit., hlm. 78-80 Yusuf Gunawan, op.cit., hlm 49.
sosial yang dilandasi budi pekerti, mengembangkan hubungan antar pribadi, menghormati orang lain, dan rasa tanggung jawab sosial kemasyarakatan. Adapun bidang bimbingan sosial dapat dirinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut: 1) Pengembangan dan pemantapan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif. 2) Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolah maupun dimasyarakat dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun serta nilai-nilai agama, peraturan dan kebiasaan yang berlaku. 3) Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta berargumentasi secara dinamis kreatif dan produktif. 44 c. Bidang Bimbingan Belajar Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan konseling membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun ke lapangan pekerjaan tertentu, serta bimbingan konseling ditujukan untuk membantu siswa agar menemukan cara belajar yang efektif dan dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuan dasarnya. Adapun bidang bimbingan belajar dapat dirinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut: 1) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengembangkan keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran dan menjalani program penilaian hasil belajar. 2) Pengembangan dan pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok. 3) Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian. 4) Orientasi dan informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi, dan pendidikan tambahan. 45 44
Hallen, op.cit., hlm. 79.
d. Bidang Bimbingan Karier Dalam bidang bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan konseling ditujukan untuk membantu siswa mengenal ciri-ciri berbagai pekerjaan dan profesi yang ada, serta merencanakan karier berdasarkan minat dan kemampuannya, dengan mengembangkan dan memantapkan pilihan karier. Adapun bidang bimbingan karier dapat dirinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut: 1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan 2) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja, dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asalkan sesuai dengan norma agama. 3) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosio psikologis pekerjaan, prospek kerja dan kesejahteraan kerja. 4) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi. 46 Setelah memahami bidang bimbingan dalam proses bimbingan konseling, yang disesuaikan dengan bidang masing–masing, bidang bimbingan tersebut merupakan tujuan penyelenggaraan bantuan pelayanan bimbingan dan konseling yang berupaya membantu siswa menemukan pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, serta menerima dirinya secara dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Kerangka kerja selanjutnya dikembangkan dalam berbagai jenis layanan dan kegiatan dilakukan sebagai wujud nyata penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik.
45
46
Ibid., hlm 80. Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nur Ihsan, op.cit., hlm 14-15
Jenis layanan dan kegiatan tersebut perlu diselenggarakan sesuai dengan keempat bidang bimbingan yang telah diuraikan terdahulu. Layanan dalam bimbingan konseling terdapat tujuh segi layanan diantaranya adalah: 1. Layanan orientasi, adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Layanan ini ditujukan kepada siswa baru atau siswa pindahan untuk memahami situasi sekolah dan lingkungan sekolah baru. Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi ialah dipermudahnya penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. 2. Layanan informasi, dimaksudkan untuk membantu siswa mendapatkan informasi
yang
diperlukan
yang
dapat
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik. Tujuan adanya layanan informasi untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota dan masyarakat. Pemberian informasi dapat dilakukan dengan pendekatan kelompok dan pendekatan individual melalui ceramah, selebaran, wawancara, majalah dinding.47 3. Layanan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. Layanan ini dapat diberikan secara individu. Tujuan dari layanan pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya. 4. Layanan penempatan dan penyaluran, ditujukan untuk membantu siswa dalam memperoleh kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai, serta
47
hlm 149.
Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali, 1985),
merencanakan pilihan jurusan di perguruan tinggi atau, lapangan kerja yang sesuai dengan minat dan bakat serta kepribadian siswa. 5. Layanan konseling perorangan, ditujukan untuk membantu siswa secara individu, khususnya mereka yang mengalami masalah, misalnya problem dengan orang tua atau teman. Layanan diarahkan untuk memecahkan masalah dan tidak untuk menyalahkan siswa. 6. Layanan konseling kelompok, layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu terutama dari guru pembimbing serta bersama-sama membahas topik tertentu. 7. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas adalah masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.48 Masing-masing layanan yang dijabarkan diatas merupakan gambaran dari beberapa rangkaian pelaksanaan bimbingan konseling yang akan dijalankan disesuaikan dengan kondisi peserta didik yang dapat saling terkait dan menunjang layanan satu terhadap layanan yang lainnya. 6. Strategi Peningkatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Strategi-strategi dalam proses peningkatan bimbingan konseling yaitu: a. Strategi model sosial Sebagaimana suatu strategi bantuan, model sosial digunakan untuk membantu seorang klien yang memerlukan respons-respons yang diinginkan atau untuk menghilangkan ketakutan-ketakutan, melalui pengamatan perilaku dari orang lain. Pengamatan ini dapat ditunjukkan dalam pertunjukan model-model media, atau melalui imajinasi klien sendiri. 49
48
Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(Jakarta: Pt Rineka Cipta, 2001), hlm 82-89. 49 Ahmad Juntika Nurihsan, op.cit., hlm 94.
1) Demonstrasi Model Prosedur ini digunakan untuk membantu mengatasi ketakutan atau perilaku baru. Ada tiga hal utama yang akan dilakukan yaitu pertama, melihat beberapa orang mendemonstrasikan. Kedua, mempraktekkan kemampuan tersebut dengan bimbingan selama wawancara konseling berlangsung. Ketiga mengatur untuk melakukan kemampuan tersebut di luar wawancara konseling yang memungkinkan memperoleh keberhasilan. Jenis praktek ini akan membantu menampilkan apa yang sulit dilakukan. Dalam modeling partisipan, seorang model mendemonstrasikan satu bagian kemampuan sekaligus. Sering kali diperlukan demonstrasi yang diulang atas tanggapan yang sama. Demonstrasi ganda dapat diatur dengan memiliki model single yang mengulang-ulang demonstrasi atau beberapa model yang mendemonstrasikan aktivitas atau tanggapan yang sama. Model-model ganda memberikan keanekaragaman cara aktivitas yang ditampilkan dan mampu dipercaya pada gagasan bahwa akibat-akibat yang merugikan tidak akan terjadi. Komponen modeling dari modeling partisipan terdiri dari 5 bagian: a) Perilaku sasaran, jika kompleks, terbagi dalam serangkaian bagian tugas b) Para model diseleksi. c) Intruksi diberikan kepada peserta didik sebelum demonstrasi model. d) Model mendemonstrasikan masing-masing, secara berturut-turut dengan pengulangan yang perlu. e) Alat-alat yang dibutuhkan dalam proses bimbingan melalui media 2) Partisipasi Terbimbing Setelah demonstrasi perilaku atau aktivitas, klien diberi kesempatan dan bimbingan yang perlu untuk menampilkan perilaku yang dimodelkan. Partisipasi terbimbing atau penampilan adalah salah satu komponen pembelajaran yang paling penting untuk mengatasi situasi yang menakutkan, dan untuk memperoleh perilaku yang baru. Partisipasi klien disusun dalam suatu sistem yang tidak mengancam. Partisipasi terbimbing terdiri atas 5 langkah berikut:
a) Praktek klien atas tanggapan atau aktivitas dengan bantuan konselor b) Umpan balik konselor c) Pengunaan berbagai bantuan induksi bagi usaha-usaha praktek awal d) Praktek klien yang diarahkan pada diri e) Pengalaman sukses atau penguatan 3) Eliminasi Respon Hal ini diterapkan sesuai dengan kehendak konselor atau guru pembimbing ketika berjalannya praktek model sosial melalui media secara langsung, sehingga peserta didik dapat mengetahui secara langsung kehendak dari guru pembimbing. 4) Pengalaman-Pengalaman Keberhasilan (penguatan). Klien mengalami keberhasilan dalam menggunakan apa yang mereka pelajari. menyatakan bahwa perubahan-perubahan psikologis tak mungkin berjalan efektif jika klien tidak mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman berhasil ditata dengan menyesuaikan dari masingmasing klien, serta umpan balik dari konselor dengan memberikan motivasi dan penghargaan kepada peserta didik. 50 b. Strategi Bermain Peran dan Latihan Strategi bermain peran dan latihan dapat meningkatkan perubahan perilaku melalui simulasi atau dalam pembentukan respons-respons yang diinginkan. Unsur-unsur umum dalam aplikasi strategi bermain peran dan latihan yaitu: a) Pembentukan kembali diri seseorang, orang lain, suatu peristiwa, atau sejumlah respons oleh klien. b) Menggunakan saat sekarang atau disini dan sekarang untuk mengadakan pembentukan kembali. c) Proses pembentukan berangsur-angsur dimana adegan-adegan yang tidak sulit dibentuk lebih dahulu dan adegan-adegan yang lebih sulit dipesan untuk berikutnya. d) Umpan balik untuk klien dari konselor atau seorang asisten. c. Strategi Perubahan Kognitif 50
Mochamad Nursalim, “Pendidikan dan Pelatihan guru” http://www.slideshare.net/guest626d709/presentasi-mojokerto. diunduh pada tanggal 1Nopember 2010.
Ada dua strategi perubahan kognitif, yaitu pemberhentian berpikir dan penyusunan kembali kognitif. Kedua strategi itu mempunyai tujuan membantu manusia mencegah berpikir irasional atau mencegah sistem keyakinan yang tidak logis dari gangguan-gangguan, yaitu dengan cara memfungsikan otak secara efektif. Strategi pemberhentian berpikir, prosedurnya adalah sebagai berikut: a) Klien diinstruksikan untuk membayangkan diri mereka terlibat dalam situasi yang menghasilkan berpikir irasional b) Kemudian, pada saat pikiran yang tidak logis itu muncul, konselor melakukan intervensi dengan kata “berhenti” c) Selanjutnya, klien diinstruksikan cara-cara mengubah pola pikir. d. Strategi Pengelolaan Diri Pengelolaan diri melibatkan pengalaman klien memperhitungkan dan mengatur kebiasaan, pikiran, dan perasaan yang ada. Tampaknya pantau diri dipengaruhi oleh kebiasaan yang dipelajari dengan memisahkan hubungan stimulus-respons dengan mendorong penampilan respons yang diinginkan. Adapun pengelolaan diri adalah komitmen klien terhadap diri sendiri untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang disetujui oleh konselor dan ditandatangani oleh klien. Kontrak diri berisi gambaran tentang kondisikondisi yang terjadi pada beberapa tahapan kegiatan yaitu: 1). di mana klien akan melakukan kegiatan. 2). Bagaimana klien akan melaksanakan kegiatan. 3). Kapan tugas-tugas terselesaikan.51 Strategi diatas merupakan rangkaian tambahan dari perencana yang dilakukan dalam pelaksanaan suatu program, selanjutnya peserta didik disini sebagai target dari adanya suatu peningkatan program yang dilakukan madrasah. Sehingga diharapkan hasil dari program-program peningkatan dapat membantu peserta didik memanfaatkan potensi yang dimiliki secara optimal serta dapat meningkatkan prestasi belajar dengan baik.
51
Ahmad Juntika Nurihsan, op.cit., hlm 94-96.
B. Manajemen Strategi 1. Pengertian Manajemen Strategi Menurut bahasa (etimologi) manajemen berasal dari bahasa inggris Management dengan kata kerja to manage, yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola.52 Menurut istilah (terminologi) manajemen merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.53 Sedangkan strategi berasal dari bahasa Yunani strategos atau strategus dengan kata jamak strategi yang berarti cara.54 menurut istilah, strategi merupakan rencana yang mengandung cara komprehensif dan integratif yang dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang, dan berbuat guna memenangkan kompetisi.55 Dalam buku lain dijelaskan bahwa Strategy is unified comprehensive and integrated plan that relates the strategy advantages of the firm to the challenges of the enterprise and achieve through proper execution by the organization Artinya strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.56 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Syahu Sugian57 dalam Kamus Manajemen (Mutu), bahwa strategi adalah hipotesis yang mengemukakan ke mana suatu perusahaan harus menuju
untuk
memenuhi
visinya
dan
memaksimalkan
kemungkinan
keberhasilannya di masa depan.
52
1.
53 54 55
Faustino Cordoso, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), hlm Suharsimi Arikunto, Lia Yuliana, Op.cit., hlm 3. Alex MA, Kamus, Ilmiah Populer Kontemporer, (Surabaya: Karya Harapan, 2005), Hlm 457.
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan ,(Bandung: Alfabeta, 2007), hlm 137. 56 Iwan Purwanto, Manajemen Strategi,(Bandung: CV.Yrama Widya, 2007), hlm 74. 57 Selengkapnya lihat Syahu Sugian, Kamus Manajemen (Mutu), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm 218.
Manajemen strategi merupakan suatu pendekatan yang sistematis bagi suatu tanggung jawab manajemen, mengkondisikan organisasi ke posisi yang dipastikan mencapai tujuan dengan cara yang akan meyakinkan keberhasilan yang berkelanjutan dan membuat perusahaan (sekolah) menjamin atau mengamankan format yang mengejutkan untuk mencapai keberhasilan.58 Setelah mengetahui pengertian dari masing-masing kata dapat disimpulkan, bahwa manajemen strategi adalah perencanaan berskala besar (perencanaan strategis) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (Visi), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (Misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional yang menghasilkan barang dan jasa serta pelayanan) yang berkualitas, serta dengan diarahkan pada sasaran (tujuan operasional) organisasi, dan merupakan proses pengambilan sebuah keputusan. 2. Ruang Lingkup Manajemen Strategi. a. Perencanaan Strategi Perencanaan strategi disini menempati kedudukan yang sangat penting, karena dapat mengantarkan instansi pada pencapaian visi dan misinya, melalui pengembangan kebijakan lembaga pendidikan. Dalam perencanaan dibutuhkan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berorientasi pada visi, misi dan tujuan yang akan dicapai. 1) Visi, Misi dan Tujuan Sebagian besar lembaga pendidikan membedakan visi, misi dan tujuan, mereka membedakan hal-hal tersebut dengan maksud untuk memperjelas jenis institusi apa yang mereka harapkan nantinya, serta dari arah mana yang hendak dituju.
58
Syaiful Sagala, Op.cit., hlm 129.
Visi adalah
masa depan yang dipilih, sebuah keadaan yang
diinginkan, visi merupakan sebuah ekspresi optimisme dalam lingkungan birokrasi maupun non birokrasi.59 Sedangkan misi sangat berkaitan dengan visi serta memberikan arahan yang jelas baik masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang, tujuan juga merupakan sasaran yang diambil guna meningkatkan visi dan misi yang akan dijalankan oleh sebuah lembaga. 2) Analisis SWOT Sebagai Perumusan Manajemen Strategi Analisis SWOT merupakan suatu cara atau alat yang adalah singkatan dari Strengths, Weakness, Opportunity, Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman). Analisis SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan, namun tetap merupakan alat efektif dalam menempatkan potensi institusi.60 Analisis SWOT strengths (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), threats (tantangan) merupakan suatu metode analisis untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal organisasi. 61 Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman. Penjelasan singkat mengenai SWOT sebagai berikut: a) Strengths (Kekuatan) faktor internal menunjukkan kemampuan lembaga
pendidikan,
khususnya
lembaga
pendidikan
Islam,
mendatangkan keuntungan kompetitif dalam menghadapi persaingan. Di samping itu, ia juga merupakan keunggulan lembaga pendidikan (baik dari segi sumber daya maupun upaya yang telah dilakukan), yang lebih baik dari pada pesaing. Kekuatan dalam lembaga dapat berupa kemampuan-kemampuan khusus/ spesifik, SDM yang memadai, image organisasi, kepemimpinan yang cakap dan lain-lain. Kekuatan ini
59
Tony Bush, Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, (terjemahan: Fahrurrozi), (Yogyakarta: IRCisod, 2006), hlm 37. 60 Edward Sallis, Total Quality Manajemen In Education, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2007), hlm. 221-222. 61 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Educa, 2010), hlm. 180.
kemudian akan menjadi kunci perbedaan antara lembaga pendidikan dengan pesaingnya. b) Weakness (kelemahan) juga merupakan faktor internal lembaga pendidikan meliputi keterbatasan sumber daya dan situasi tidak menguntungkan di lingkungan internal lembaga dan tidak dimiliki oleh pesaing-pesaingnya. Kelemahan dapat berupa rendahnya SDM yang dimiliki, produk yang tidak berkualitas, image yang tidak kuat, kepemimpinan yang buruk dan lain-lain. c) Opportunity (peluang) merupakan situasi atau faktor eksternal dapat mempengaruhi masa depan posisi lembaga dalam persaingan, seperti adanya perubahan hukum, menurunnya pesaing, dan meningkatnya jumlah siswa baru. Jika keuntungan dari peluang tersebut berhasil diraih. d) Threats (tantangan/ancaman) merupakan faktor eksternal (saat ini maupun di masa mendatang) yang secara serius dapat mempengaruhi masa depan lembaga. Tantangan ini dapat berupa munculnya pesaingpesaing baru, menurunnya jumlah siswa dan lain-lain. Tantangan dan ancaman merupakan faktor eksternal yang harus diwaspadai dan apabila memungkinkan ditaklukkan. 62 Analisis SWOT perlu dirumuskan dan diprioritaskan untuk tiap kategori. Namun perlu diingat bawa apa yang menjadi kekuatan lembaga saat ini dapat berbalik menjadi kelemahan pada masa-masa akan datang dan demikian juga sebaliknya. Sehingga lembaga perlu melakukan analisis ini secara berkala untuk meyakinkan bahwa perubahanperubahan dalam S-W-O-T tetap terpantau dengan baik, dan tetap relevan dengan strategi yang dijalankan. Setelah dilakukan analisis SWOT tersebut, hasil analisis kemudian digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya memaksimalkan kekuatan dan memanfaatkan, serta secara bersamaan berusaha untuk meminimalkan kelemahan dan mengatasi 62
Riza Abdul Qodir (3104024), Efektivitas Manajemen Strategik di Lembaga Pendidikan Islam (Studi Kasus di SMP Nasima Semarang), Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2009).
ancaman. Analisis SWOT dapat menghasilkan matriks yang merupakan matching tool penting untuk membantu leader lembaga dalam mengembangkan strategi pendidikannya. Strategi dihasilkan dari matriks ini yaitu: Internal Strengths (kekuatan)
Weakness (kelemahan)
Eksternal W-O S-O Opportunity Memanfaatkan Menanggulangi kelemahan dengan kekuatan untuk (peluang) memanfaatkan peluang peluang S-T W-T Menggunakan Threats Memperkecil kelemahan kekuatan untuk dan menghindari (tantangan) menghadapi tantangan tantangan Sumber: Tabel Analisis SWOT. a) Strategi
Strength-Opportunity
(SO)
merupakan
strategi
yang
menggunakan kekuatan lembaga untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar lembaga. Ketiga strategi yang lain dapat dilaksanakan untuk menerapkan strategi SO ini. Sehingga jika pada hasil analisis ternyata diketahui bahwa lembaga memiliki banyak kelemahan, mau tidak mau lembaga harus mengatasi kelemahan tersebut agar menjadi kuat. Sedangkan jika lembaga menghadapi banyak ancaman, maka ia harus berusaha menghindarinya dan berusaha konsentrasi pada berbagai peluang yang ada. b) Strategi Weakness-Opportunity (WO) merupakan strategi yang bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan lembaga dengan memanfaatkan peluang-peluang. Bisa terjadi lembaga kesulitan memanfaatkan
peluang-peluang
yang
ada
karena
banyaknya
kelemahan internal pada lembaga tersebut. c) Strategi Strength-Threat (ST) merupakan strategi di lembaga untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman.
d) Strategi Weakness-Threat (WT) merupakan strategi untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan serta mengurangi ancaman.63 Analisis SWOT merupakan alat untuk menetapkan strategi yang didasarkan
pada
strengths
(kekuatan),
weakness
(kelemahan),
opportunity (peluang), threats (tantangan) yang akan dikembangkan menjadi program jangka panjang dan menengah pada lembaga pendidikan. Analisis ini pada akhirnya berfungsi untuk mengarahkan sekolah untuk menentukan strategi yang akan dilaksanakan. 3) Penetapan Sasaran Sasaran ditetapkan dengan barometer yang bisa diukur. Sasaran sebaiknya dapat dihitung, perencanaan harus mengecek kembali seluruh rancangan kebutuhan termasuk kegiatan dan sasaran yang layak dilaksanakan, proses perumusan sasaran dilakukan dengan mereview visi misi dan tujuan, menetapkan hasil yang diinginkan, membangun akuntabilitas.64 4) Penyusunan Alternatif Strategi yang Layak Kegiatan ini penting dilakukan dalam pemilihan dan penetapan tujuan, sasaran, dan cara yang efisien untuk mencapai tujuan kedalam rencana pendidikan. 5) Perumusan Rencana Perumusan rencana adalah usaha merumuskan tujuan, kegiatan, dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu. Perkiraan biaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran, unsur pelaksanaan serta jadwal kegiatan. Perumusan rencana mengandung pengertian atas jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan. 6) Penganggaran Perancangan yang akan dilaksanakan berorientasi kepada Output bukan
kepada
anggaran
(budget).
Pada
tahap
ini
perencana
memperhitungkan biaya yang dibutuhkan dalam pembiayaan rencana. Oleh karena itu harus diketahui sumber–sumber pembiayaan yang 63 64
hlm 149.
Ibid., hlm. 18. Akdon, Strategic Management For Educational Management, (Bandung: Alfabeta, 2007),
diperkirakan dapat menjadi penyangga dananya, baik yang berasal dari pemerintah, masyarakat, maupun luar negeri. 7) Evaluasi Rencana Evaluasi perencanaan strategi dalam lembaga melaksanakan program dapat dimulai dari langkah evaluasi visi misi, analisis SWOT, penetapan sasaran penyusunan alternatif strategi yang baik, perumusan rencana, penganggaran perincian rencana dan evaluasi rencana. Perencanaan yang masing-masing dijabarkan diatas merupakan rangkaian upaya manajemen strategis melaksanakan hasil yang optimal dalam setiap kegiatan yang akan dijalankannya. b. Pelaksanaan Pelaksanaan
strategi bertalian dengan struktur organisasi serta
sumber daya manusia dan pengembangannya, Implementasi strategi merupakan
tugas
merubah
kondisi
sekarang,
motivasi
SDM,
mengembangkan kompetensi inti, memperbaiki kemampuan dan proses, menciptakan budaya organisasi, mencapai target berdasarkan potensi yang ada, serta berupaya untuk menghadapi perlawanan atas perubahan.65 Tujuan manajemen dapat dicapai hanya jika dipihak orang-orang staf atau bawahannya ada kesediaan untuk kerjasama. Demikian pula dalam sebuah pendidikan membutuhkan kepala sekolah yang berfungsi sebagai manajer yang dapat menyusun sumber tenaga manusia dengan sumber – sumber benda dan bahan, yang mencapai tujuan dengan rencana seperti spesialisasi, delegasi, latihan di dalam pekerjaan dan sebagainya serta mengadakan suatu perubahan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Juga diperlukan pedoman dan instruksi yang tegas, jelas tugasnya, apa kekuasaannya, kepada siapa ia bertanggung jawab pada bawahan supaya pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan.66 Pelaksanaan strategi yang akan dijalankan diperlukan pemikiran yang matang agar tidak terjadi penyimpangan dalam setiap keputusan yang diambil serta program dan kegiatan yang akan dilaksanakannya, dengan
65 66
P. Siagian, Filsafat Administrasi,(Jakarta: Haji Masagung, 1989), hlm 128. J. Pangkyim, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta: Gladia Indonesia, 1982), hlm166.
arahan yang jelas akan memudahkan pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakannya. c. Evaluasi Manajemen Strategi. Evaluasi dan pengendalian dalam manajemen strategi bertalian erat dengan penilaian tindakan apa yang harus dicapai yang disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan rencana dan melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan-penyimpangan agar tujuan yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan. Proses yang ditempuh dalam evaluasi adalah: 1) Menentukan standar-standar atau dasar untuk kontrol. 2) Mengukur pelaksanaan. 3) Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan menentukan divisidivisi bila ada. 4) Melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan yang direncanakan 67. Selain adanya evaluasi juga diperlukan prinsip dalam menyukseskan strategi sehingga dapat terlaksana dengan baik diantaranya adalah: a) Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya. b) Setiap strategi tidak hanya membuat satu strategi. c) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan
dan
menyatukan
semua
sumber
daya
dan
tidak
menceraiberaikan satu dengan yang lainnya. d) Strategi hendaknya memperhatikan resiko yang tidak terlalu besar. Evaluasi dilaksanakan guna mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan target dan ketercapaian program yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga dapat memberikan informasi pada pengembangan dan peningkatan program yang akan dijalankan selanjutnya.
67
Iwan Purwanto, op.cit., hlm 67-68.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Umum MTs NU Nurul Huda Semarang 1. Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah NU Nurul Huda Mangkang Semarang adalah lembaga pendidikan yang didirikan pada tanggal 2 Pebruari 1968 oleh pengurus MWC NU Semarang Tugu dan Pengurus Ranting NU Mangkang Kulon yang sadar dan menaruh perhatian terhadap keadaan serta perkembangan pendidikan putra putri Islam Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya pengelolaan penyelenggaraan lembaga dilakukan oleh Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Mangkang Kulon. Adapun tokoh pendiri serta kepemimpinan kepala MTs NU Nurul Huda Semarang sejak berdirinya sampai sekarang terlampir. Ide pendirian MTs NU Nurul Huda ini bermula dari para ulama dan para tokoh masyarakat Mangkang Kulon yang menginginkan agar masyarakat setempat dapat menyekolahkan anak-anaknya pada sebuah lembaga pendidikan yang terdapat materi ilmu pengetahuan umum serta ilmu agama sekaligus dan juga para santri tidak hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan dibidang Agama saja melainkan perlu juga pendidikan dibidang ilmu pengetahuan umum mengingat banyaknya pondok pesantren yang ada di Mangkang Kulon yang kebanyakan santrinya adalah usia sekolah.68 Berdasarkan hal tersebut dengan didorong keinginan yang luhur serta tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa, maka dengan tekad yang bulat dan motivasi dari berbagai pihak dalam situasi yang semakin dinamis, MTs NU Nurul Huda senantiasa membangun sebuah paradigma budaya toleransi serta budaya perdamaian dengan tetap mengedepankan dan menjunjung tinggi ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama ah. 2. Letak Geografis MTs NU Nurul Huda Semarang terletak di Kelurahan Mangkang Kulon Kecamatan Tugu Kota Semarang yang berdekatan dengan pusat kota berjarak 16 kilometer dan hanya seratus meter dari jalan raya Semarang – Jakarta sehingga 68
Hasil dokumentasi profil MTs NU Nurul Huda Semarang Tahun 2009 / 2010.
dapat dijangkau dari semua jurusan karena dapat diakses oleh berbagai kendaraan dan angkutan umum memudahkan transportasi peserta didik, guru dan karyawan. MTs NU Nurul Huda Semarang lokasinya berada di lingkungan Masjid dan Pondok Pesantren. Adapun tata letak lahan seluas 6.350 m² berbatasan dengan: a. Sebelah selatan berdekatan dengan pondok pesantren Al Ishlah b. Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk c. Sebelah barat berbatasan dengan Masjid Attaqwiem d. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Raya Kyai Gilang serta pondok pesantren Roudhotul Qur’an.69 3. Struktur Organisasi Sebagai lembaga pendidikan formal, MTs NU Nurul Huda Semarang mempunyai struktur organisasi agar dalam pelaksanaan kegiatan dapat terorganisir dengan baik. Untuk memudahkan pencapaian tersebut dibentuklah struktur organisasi sekolah yang terdiri dari pengurus madrasah, kepala sekolah, komite sekolah, kepala tata usaha, waka. kurikulum, waka. kesiswaan, dewan guru serta peserta didik. Kepala sekolah bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan madrasah dengan melakukan koordinasi dengan pengurus madrasah serta komite untuk membina, menghimpun potensi warga madrasah dalam rangka mendukung penyelenggaraan kegiatan di madrasah sehingga dapat berkualitas dan berkembang dengan baik. Kepala Tata Usaha bertugas melaksanakan pengawasan terhadap madrasah yang berkaitan dengan keadministrasian, melaksanakan tata usaha madrasah dan rumah tangga termasuk perpustakaan dan laborat yang bersifat pelayanan dalam pelaksanaan pendidikan, membuat laporan pelaksanaan dan hasil yang dilakukan kepada kepala madrasah, mendistribusikan dan mengkoordinasikan tugas dan kegiatan pada pelaksanaan khusus dalam keadministrasian di lingkungan madrasah, menyusun dan penyajian data / statistik sekolah. Waka. Kurikulum menyusun rencana dan program kerja bidang pengajaran, menyusun daftar pembagian tugas mengajar, menyusun jadwal 69
Hasil Observasi, pada hari Selasa tanggal 5 Oktober 2010 di MTs NU Nurul Huda Semarang.
pelajaran, melaksanakan tes tengah semester dan ulangan umum semester berdasarkan dengan ketentuan yang berlaku, menyusun satuan pelajaran. Waka. Kesiswaan
bertugas
menyelenggarakan
membantu
kegiatan
PHBI
pelaksanaan PHBN
program
serta
kerja
upacara
OSIS,
kenegaraan,
mengkoordinir pelaksanaan Class Meeting OSIS, melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala madrasah.70 Dengan adanya pembagian tugas yang jelas diharapkan perkembangan madrasah akan lebih cepat serta tujuan madrasah dapat diwujudkan. Adapun struktur organisasi MTs NU Nurul Huda Semarang dapat dilihat dalam lampiran. 4. Keadaan Guru, Karyawan dan Peserta Didik MTs NU Nurul Huda Semarang pada tahun ajaran 2010/ 2011 memiliki tenaga pendidik sebanyak 34 orang, dibantu oleh beberapa karyawan diantaranya petugas kebersihan 2 orang, pembantu umum yang bertugas mempersiapkan konsumsi bagi para guru dan karyawan 2 orang. Tenaga pendidik di MTs NU Nurul Huda Semarang berlatarbelakang pendidikan dari program sarjana pendidikan yang lulusan sarjana/ SI dan sarjana/ S2 dari beberapa perguruan tinggi, yang masing–masing guru mempunyai latar belakang pendidikan yang bervariasi, ada sebagian berasal dari pendidikan umum dan sebagian dari kejuruan agama yang sesuai dengan bidangnya.71 Adapun daftar nama guru, visi dan misi serta tujuan MTs NU Nurul Huda Semarang dapat dilihat dalam bagan yang ada pada lampiran. Adapun jumlah peserta didik di MTs NU Nurul Huda Semarang pada tahun ajaran 2010 / 2011 berjumlah 573 peserta didik. Selama 3 tahun terakhir telah menghasilkan beberapa prestasi dalam perlombaan yang bisa dikatakan adanya peningkatan dalam hal prestasi bakat dan minat dari peserta didik. Perolehan prestasi yang pernah diraih dapat dilihat dalam lampiran.
70
Hasil dokumentasi MTs NU Nurul Huda Semarang, yang diperoleh Muhibbudin S.PdI selaku Kepala Tata Usaha MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari Oktober 2010 di ruang tata usaha. 71 Hasil dokumentasi MTs NU Nurul Huda Semarang, yang diperoleh Muhibbudin S.PdI selaku Kepala Tata Usaha MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari Oktober 2010 di ruang tata usaha.
melalui Bapak Senin tanggal 4 melalui Bapak Senin tanggal 4
5. Sarana Prasarana Pada tahun ajaran 2010 / 2011 MTs NU Nurul Huda Semarang mengenai sarana dan prasarana dapat dikatakan mengalami peningkatan, yang sebelumnya ruang guru masih bersamaan dengan ruang BK, mulai tahun 2008 / 2009 sudah dibuatkan ruang khusus
BK sendiri diharapkan peserta didik dapat
memanfaatkan ruang tersebut dengan baik. Sedangkan pada observasi yang sudah dilakukan pada hari Senin dan Selasa, tanggal 5 dan 6 Oktober 2010 terdapat ruang kepala madrasah, ruang tata usaha, ruang guru, ruang bendahara, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium IPA, dan ruang kelas yang berjumlah 14 ruang yang terdiri dari 5 ruang (Kelas VII A- E), 5 ruang (Kelas VIII A – E) dan 4 ruang (Kelas IX A D). Berdasarkan upaya peningkatan yang dilakukan MTs NU Nurul Huda Semarang dapat dikatakan pemenuhan sarana dan prasarana dapat dikatakan baik serta memadai dalam membantu proses kegiatan madrasah dalam mewujudkan visi misi dan tujuan MTs NU Nurul Huda Semarang.
B. Kondisi Awal Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang Sebelum koordinator pembimbing merumuskan program peningkatan layanan bimbingan konseling terlebih dahulu guru pembimbing mengetahui kondisi pelaksanaan bimbingan konseling sebelumnya. Koordinator guru bimbingan konseling Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd
mengadakan diskusi dan pertemuan-
pertemuan dengan guru pembimbing sebelumnya Bapak Sugeng Mustofa S.E dan kepala madrasah Bapak Drs H Ajma'in untuk mengetahui keadaan pelaksanaan bimbingan konseling agar dapat meningkatkan pelaksanaan layanan bimbingan konseling dari tahun ke tahun dengan memperbaiki kekurangan yang ada. Dari hasil pertemuan dan diskusi yang dilakukan oleh koordinator guru pembimbing, menghasilkan beberapa masukan tentang kondisi layanan bimbingan konseling sebelumnya, adapun hasil kondisi pelaksanaan bimbingan konseling dilihat dari beberapa aspek yaitu:
1. Sarana dan Prasarana Keberadaan sarana dan prasarana pada pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang belum menunjang, hal itu terlihat belum adannya fasilitas pendukung layanan bimbingan konseling yaitu ruang bimbingan konseling secara khusus, keberadaan ruang bimbingan konseling sebelumnya bertempat bersamaan dengan ruang guru yang didalamnya belum ada penataan administrasi yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling, karena guru pembimbing sebelumnya menjadi pengajar pada sebuah bidang study, sehingga ruangannya bersamaan.72 Mengetahui hal tersebut pada pelaksanaannya peserta didik belum sepenuhnya memanfaatkan layanan bimbingan konseling, karena keberadaan ruang bimbingan dan konseling
yang
bersamaan dengan ruang guru
menyebabkan peserta didik malu dan takut apabila permasalahan yang disampaikan, diketahui dan didengar oleh guru yang lain, sehingga pelaksanaan layanan konseling secara individu dan kelompok belum maksimal, kerahasiaan tentang suatu hal yang disampaikan belum sesuai dengan azas-azas pada pelaksanaan
layanan bimbingan konseling, sehingga diperlukan ruang
bimbingan konseling secara khusus agar pelaksanaan layanan bimbingan konseling dapat berjalan efektif dan efisien. 2. Kondisi Guru Pembimbing. Guru pembimbing di MTs Nu Nurul Huda pada periode sebelum diadakannya suatu peningkatan belum memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi seorang konselor, hal itu terlihat guru pembimbing pada waktu itu ditangani oleh seorang guru dari lulusan ekonomi sehingga belum sesuai dengan standar kualifikasi akademik dan kompetensi yang dimiliki oleh seorang konselor, guru pembimbing sebelumnya yaitu Bapak Sugeng Mustofa S.E, pada pelaksanaannya guru pembimbing merangkap sebagai guru pada mata pelajaran matematika dan ekonomi sehingga disibukkan dengan proses pembelajaran menjadikan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
72
Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dan konseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
Kompetensi yang belum sesuai dengan standar kualifikasi akademik menjadikan penerapan pada proses bimbingan konseling belum terencana dan terorganisir dengan baik, sehingga perlu wawasan yang baru dan pembagian yang jelas pada pelaksanaan bimbingan dan konseling. 3. Pelaksanaan Pembelajaran Bimbingan Konseling Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengharuskan madrasah untuk mengalokasikan 2 (dua) jam pelajaran per minggu bagi pelajaran pengembangan diri. Hal ini berati di setiap madrasah paling tidak harus mengalokasikan 2 jam pelajaran bagi guru bimbingan dan konseling untuk mengadakan bimbingan secara klasikal. Dalam praktiknya MTs NU Nurul Huda belum mengalokasikan 2 (dua) jam pelajaran per minggu bagi pelajaran pengembangan diri, layanan bimbingan klasikal belum maksimal dilaksanakan,73 karena guru pembimbing sebelumnya merangkap sebagai guru pada mapel lain sehingga jadwalnya masih belum tertata sehingga dilakukan apabila ada guru yang berhalangan hadir kemudian jam pelajaran dimanfaatkan bagi guru pembimbing untuk mengadakan layanan bimbingan secara klasikal di dalam kelas, pertemuan secara klasikal di dalam kelas selama dua jam perminggu belum diadakan. 4. Kondisi Peserta Didik Secara umum kondisi peserta didik sebelum adanya suatu peningkatan yang dilakukan oleh guru pembimbing,
peraturan-peraturan yang telah
ditentukan oleh madrasah banyak yang dilanggar oleh peserta didik tingkat kedisiplinan masih kurang, serta permasalahan dari peserta didik belum terangkum dengan baik karena belum adanya keterbukaan, peserta didik masih pasif dalam berkonsultasi dengan guru pembimbing. Permasalahan yang banyak dilanggar oleh peserta didik diantarannya: tidak masuk tanpa keterangan, membolos pada jam pelajaran, berkelahi dengan sesama teman, tidak melaksanakan jamaah sholat dzuhur, tidak melaksanakan jamaah sholat dhuha, tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan.
73
Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dan konseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
Untuk mempermudah mengetahui tingkat kedisiplinan peserta didik dapat dilihat dari jenis pelanggaran yang dilakukan peserta didik selama kurun waktu 3 tahun terakhir sebelum adanya suatu peningkatan layanan bimbingan konseling, jenis pelanggaran diambil dari yang terbanyak, dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini: Tabel 1 Jenis Pelanggaran Peserta Didik NO 1
Jenis Pelanggaran Tidak masuk tanpa
Tahun Ajaran 2006/2007
2007/2008
2008/2009
20
25
20
keterangan 2
Membolos
20
25
30
3
Berkelahi
10
30
25
4
Tidak melaksanakan
30
40
30
20
40
30
15
10
10
jamaah sholat dzuhur 5
Tidak melaksanakan jamaah sholat dzuha
6
Tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan
Sumber: Hasil Olahan Peneliti Berdasarkan Hasil Wawancara Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku Koordinator Guru Pembimbing.
Adapun grafik pelanggarannya sebagai berikut 74 : 45 Tidak masuk tanpa keterangan
40 35
Membolos
30 Berkelahi
25 20
Tidak melaksanakan jamaah sholat dzuhur
15
Tidak melaksanakan jamaah sholat dzuha
10
Tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan
5 0 2006/2007
2007/2008
2008/2009
Tahun Ajaran
Sedangkan prestasi peserta didik juga dapat dilihat dari nilai ujian nasional, dalam nilai rata-rata hasil ujian tersebut terdapat kemajuan dari tahun ketahun dari hasil lulusan selama 3 tahun terakhir.
Tabel 2 Data Keberhasilan/Kelulusan Siswa MTs NU Nurul Huda Semarang 75
74
No
Tahun
Jumlah Peserta Ujian
1 2 3
2005/2006 2006/2007 2007/2008
119 149 135
Lulus
Prosentase
119 149 135
100% 100% 100%
Keterangan
Grafik hasil olahan peneliti pada tanggal 20 Oktober 2010. Hasil dokumentasi MTs NU Nurul Huda Semarang, yang diperoleh melalui Bapak Muhibbudin S.PdI selaku Kepala Tata Usaha MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari Senin tanggal 4 Oktober 2010 di ruang tata usaha. 75
Grafik Keberhasilan/ Kelulusan Siswa MTs NU Nurul Huda 76 160 140 120 100
Jumlah Peserta Ujian
80
Lulus
60 40 20
20 05 /2 00 6 20 06 /2 00 7 20 07 /2 00 8
0
Tabel 3 Nilai Rata-Rata Ujian Akhir MTs NU Nurul Huda Semarang 77 NO
1 2 3 4
Mapel UAN Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika IPA Jumlah
2005/2006 7.63
Tahun Ajaran 2006/2007 2007/2008 7.20 5.88
7.55
7.43
6.43
8.05 23.23
7.26 21.89
7.76 6.43 26.5
Dari hasil mengetahui kondisi yang dilakukan oleh koordinator guru BK MTs NU Nurul Huda Semarang guna meningkatkan layanan bimbingan konseling terhadap peserta didik, dapat dilihat bahwa pelaksanaan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang belum terlaksana secara optimal hal itu terlihat dengan belum adanya fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan konseling belum memadai, guru pembimbing bimbingan konseling yang merangkap sebagai guru mapel menjadikan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas, serta
76
Grafik hasil olahan peneliti pada tanggal 20 Oktober 2010. Hasil dokumentasi MTs NU Nurul Huda Semarang, yang diperoleh melalui Bapak Muhibbudin S.PdI selaku Kepala Tata Usaha MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari Senin tanggal 4 Oktober 2010 di ruang tata usaha. 77
masih adannya permasalahan dari peserta didik yang belum terkoordinir dengan baik. Mengetahui keberadaan pelaksanaan bimbingan konseling yang belum terorganisir dengan baik, koordinator guru bimbingan dan konseling dan pihak madrasah mengharapkan adanya peningkatan dalam proses bimbingan dan konseling yang sudah berjalan, karena bimbingan dan konseling sangat diperlukan oleh peserta didik dalam membantu menyelesaikan segala sesuatu yang dihadapi serta meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar, rencana peningkatan tersebut sangat didukung oleh Madrasah.78
C. Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang Dari hasil penulusuran masing-masing aspek secara keseluruhan kondisi layanan bimbingan konseling sebelumnya masih terdapat beberapa kekurangan, hal itu terlihat dari belum adanya fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan konseling yaitu ruang bimbingan konseling secara khusus, kompetensi guru konselor belum sesuai dengan kualifikasi akademik, serta guru bimbingan konseling yang merangkap sebagai guru mapel menjadikan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas, proses pembelajaran secara klasikal untuk mapel bimbingan konseling selama 2 jam per minggu belum diadakan, serta masih adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik. Adapun strategi yang dilakukan oleh koordinator guru pembimbing dalam meningkatkan layanan bimbingan konseling adalah: 1. Strategi Model Sosial Strategi model sosial adalah strategi pengubahan perilaku yang digunakan untuk membantu seorang peserta didik yang memerlukan respons-respons yang diinginkan melalui pengamatan perilaku dari orang lain, pengamatan ini dapat ditunjukkan dalam pertunjukkan model sosial hidup oleh konselor, dalam bentuk simbolis melalui tulisan dan model-model atau melalui imajinasi klien sendiri.
78
Hasil wawancara dengan Bapak Drs H Ajma’in Yahya selaku Kepala Madrasah MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari Sabtu 2 Oktober 2010, di ruang Kepala Madrasah.
Sedangkan untuk melaksanakan strategi model sosial tersebut guru pembimbing melakukan langkah-langkah yang berupa: a. Menciptakan pelayanan bimbingan konseling yang baik dan mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh pemakai (klien/konseli/peserta didik) serta merujuk pada proses pelaksanaan layanan bimbingan konseling yang mampu memenuhi harapan peserta didik, masyarakat serta lembaga dengan meningkatkan wawasan peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. b. Mengadakan pembaharuan dari segi program kegiatan dengan mewujudkan kekurangan yang dihadapi pada pelaksanaan bimbingan konseling. 79 Guru pembimbing yang baru memberikan usaha-usaha dalam peningkatan pelaksanaan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda, hal itu terlihat dengan merencanakan program-program yang akan dijalankannya sesuai dengan kebutuhan dan kekurangan dalam pelaksanaan bimbingan konseling sebelumnya. 1. Perencanaan Sebelum melaksanakan program, guru bimbingan konseling mengadakan perencanaan dengan guru serta wali kelas guna mendapatkan tambahan materi dalam merencanakan program. Perencanaan itu dilakukan dalam rapat karena perencanaan merupakan landasan untuk melaksanakan program. Proses perencanaan dilakukan oleh guru pembimbing berdasarkan apa yang dibutuhkan peserta didik dengan segala keanekaragaman dan keunikan permasalahan yang sering muncul di hadapi oleh peserta didik MTs NU Nurul Huda Semarang serta kekurangan pada pelaksanaan bimbingan konseling sebelumnya. Tahapan program peningkatan yang direncanakan disesuaikan dengan kondisi pelaksanaan bimbingan konseling sebelumnya, program peningkatan layanan bimbingan konseling diantarannya adalah: a. Menyusun program bimbingan yang disesuaikan dengan kebutuhan madrasah
dan
peserta
didik,
dalam
menyusun
rencana
program
mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta didik, kejelasan bidang–bidang serta lingkup layanan bimbingan konseling yang disesuaikan 79
Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dan konseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
dengan peserta didik, adannya keseimbangan yang wajar antara pelayanan bimbingan secara kelompok dan secara individual, pelayanan rutin dan pelayanan insidental. b. Membuat ruang bimbingan konseling secara khusus tidak berbarengan dengan ruang guru, sehingga pelaksanaan bimbingan konseling dapat dirasakan oleh peserta didik dengan penuh kenyamanan dan kerahasiaan dalam pelaksanaannya.80 c. Pengadaan perlengkapan yang dibutuhkan di dalam ruang bimbingan konseling yaitu: meja-kursi, lemari, rak, papan tulis, papan pengumuman, papan bimbingan yang didalamnya dikemukakan peraturan-peraturan madrasah, media bantu yaitu LCD dan TV diterapkan pada pemberian materi dan penyuluhan di dalam kelas serta buku-buku administrasi yang dibutuhkan. d. Menambah wawasan guru pembimbing tentang pentingnya peran BK, Guru Bimbingan Konseling diikutkan seminar atau workshop, pelatihan, forum ilmiah, pada setiap event yang diadakan oleh suatu lembaga serta mengikuti pelaksanaan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) memusyawarahkan mengenai mata pelajaran yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang diampu agar mengetahui perkembangan materi pembelajaran yang akan diberikan. e. Merevisi program kerja tahunan, program semester, program bulanan, mingguan dan harian yang disesuaikan kondisi peserta didik serta kondisi madrasah. f. Pembagian jam pembelajaran di dalam kelas untuk kelas VII, VIII, IX, dan pembagian personil dalam struktur layanan bimbingan konseling. g. Membuat mekanisme penanganan murid bermasalah serta mekanisme kerja bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang. h. Proses pembelajaran pada mapel bimbingan konseling di dalam kelas diadakan selama 2 jam per minggu.
80
Hasil wawancara dengan Bp Sugeng Mustofa S.E selaku guru pembimbing BK, pada hari Sabtu 2 Oktober 2010, di ruang BK.
i. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja yang berkaitan dengan permasalahan seputar perkembangan peserta didik dilaksanakan ketika proses pertemuan secara klasikal di dalam kelas untuk kelas VIII dan IX, j. Penambahan
data
mengetahui
permasalahan
peserta
didik
dengan
mengadakan angket Problem Check List dengan harapan guru atau pembimbing dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. k. Menyelenggarakan kartu pribadi untuk peserta didik sehingga pembimbing ataupun staf pengajar yang lain dapat mengetahui data dari anak. l. Menyelenggarakan kotak masalah atau kotak tanya seputar masalah– masalah yang dihadapi peserta didik dengan menuliskan surat seputar permasalahan yang dihadapi. m. Mengadakan tes intelegensi bakat dan minat, bentuk kegiatan ini mendatangkan seorang psikolog kemudian peserta didik baru kelas VII mengikuti tes dengan kontribusi ditanggung oleh peserta didik n. Pelatihan ISQ untuk pengembangan potensi peserta didik 81.
Dengan beberapa rangkaian program yang telah direncanakan diharapkan memberikan kontribusi yang baik terhadap perkembangan peserta didik, dengan harapan program yang direncanakan dapat berjalan dengan lancar ungkap guru pembimbing bimbingan dan konseling Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd. 2. Pelaksanaan Dalam penerapan strategi model sosial tersebut guru pembimbing menerapkan pada waktu pembelajaran secara klasikal didalam kelas serta untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi guru pembimbing menerapkan model sosial tersebut dalam sebuah pengamatan. Adapun tahapan dalam pelaksanaan strategi model sosial yang diterapkan guru pembimbing dikelas adalah: 81
Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dan konseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
a. Demonstrasi Model Demonstrasi model ini diterapkan oleh guru pembimbing dengan mengambil contoh model yang akan diperankan dengan menggunakan metode pengamatan, simbolis, atau tulisan. Pada saat tertentu penerapan model sosial ini digunakan lewat pemutaran film di kelas dengan harapan peserta didik dapat memiliki semangat baru sesuai dengan film yang diputar. Adapun kegiatan pemutaran film yang dilakukan oleh koordinator guru pembimbing adalah film keanegaramaan hayati ciptaan Allah dan jenis film muhasabah, hal ini diterapkan pada waktu kegiatan pembelajaran didalam kelas secara klasikal. Guru pembimbing memutarkan film ini untuk dengan tujuan memberikan pemahaman yang baru kepada peserta didik guna mengetahui kebesaran ciptaan Allah, serta melatih peserta didik untuk bersyukur terhadap apa yang dimiliki, dengan membangkitkan semangat dalam belajar dan berkarya dengan renungan-renungan dalam prosesnya.
Nilai yang dapat diambil dari film tersebut berupaya menjelaskan kepada peserta didik tentang kekuasaan yang dimiliki oleh Allah SWT, serta dalam pembahasan-pembahasan yang
lain
guru pembimbing
juga
mencontohkan figur-figur orang sukses dalam proses belajar dan berkarya sehingga diharapkan peserta didik dapat mengambil hal-hal yang baik. b. Partisipasi Terbimbing Dalam pemutaran film yang telah dilaksanakan, guru pembimbing mendampingi pemutaran film tersebut, disela-sela pemutaran guru pembimbing memberikan komentar-komentar yang diperlukan peserta didik agar dalam memahami sebuah nilai-nilai yang ada dalam film tersebut sesuai dengan yang diharapkan oleh guru pembimbing sehingga dapat bermanfaat dalam menjalani aktifitas sehari-hari. c. Eliminasi Respon. Apabila ada hal – hal yang kurang berkenan pada saat pemutaran film guru pembimbing mengarahkan sesuai dengan harapan dari guru pembimbing, dan ini dilakukan secara langsung, sesuai dengan target yang
diharapkan sehingga pola pikir dalam memahami sebuh teks sama, dalam percontohan melalui figur-figur orang sukses atau orang yang diidolakannya dengan melihat sisi positif terhadap figur yang dicontohkan yang nantinnya dapat membuka semangat baru peserta didik dalam berkarya. d. Penguatan – penguatan dari Pembimbing. Setelah menerapkan model tersebut guru pembimbing berharap adannya perubahan dari peserta didik dengan memberikan motivasi dan penghargaan kepada peserta didik agar dapat menjalani proses berkarya dengan baik, upaya yang dilakukan guru pembimbing ini semata-mata mengaharapkan adannya semangat yang baru dari peserta didik. Dalam penerapan strategi model sosial tersebut guru pembimbing menerapkan pada waktu pembelajaran secara klasikal serta upaya dalam penyelesaian masalah yang dihadapi oleh peserta didik. 3. Evaluasi. Evaluasi terhadap adannya perkembangan dari strategi yang diterapkan serta program kegiatan yang lain dievaluasi oleh guru pembimbing seteah dilaksanakannya kegiatan yang dijalankan dengan mengetahui kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan yang dijalankannya, hambatan-hambatan dalam pelaksanaan, sedangkan untuk penerapan strategi model sosial yang diterapkan didalam kelas guru pembimbing mengetahui dari adannya perubahan terhadap kemajuan peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajar serta tingkat kemajuan kedisiplinan yang dijalankan peserta didik.
D. Hasil Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang Pelaksanaan hasil program peningkatan yang dilakukan oleh koordinator dan guru pembimbing di MTs NU Nurul Huda Semarang secara keseluruhan berhasil dilaksanakan, program peningkatan yang dibuat secara keseluruhan telah disesuaikan dengan kebutuhan madrasah serta pelaksanaan bimbingan konseling, adapun hasil program peningkatan yang telah dilaksanakan oleh koordinator guru pembimbing dilihat dari aspek fisik dan non fisik sebagai berikut: 1. Aspek Fisik
a. Membuat ruang bimbingan konseling secara khusus adapun pelaksanaannya koordinator guru pembimbing mengajukan kepada kepala madrasah untuk membuat ruangan khusus bimbingan konseling, usaha tersebut diwujudkan oleh kepala madrasah dengan adanya ruang bimbingan konseling yang tidak dibarengkan dengan ruang guru pada tahun ajaran 2008/2009. Peserta didik telah memanfaatkan jasa layanan bimbingan konseling di ruang konseling dengan melakukan konsultasi secara berkelompok atau individu. Adapun lokasi ruang bimbingan konseling sebagaimana terlampir. b. Pengadaan perlengkapan di dalam ruang bimbingan konseling, adapun hasil dari program tersebut di dalam ruang bimbingan konseling terdapat perlengkapan yang menunjang diantaranya yaitu: meja-kursi, lemari, rak, tempat tamu, papan tulis, papan pengumuman penjabaran program, papan bimbingan yang didalamnya dikemukakan peraturan–peraturan madrasah, layanan pola 17, media bantu TV serta buku-buku administrasi yaitu: buku pelanggaran peserta didik, buku absensi peserta didik kelas VII, VIII, IX, perlengkapan tersebut telah dimanfaatkan oleh peserta didik. 2. Aspek Non Fisik Pada aspek non fisik ini dapat dilihat dari bentuk keterlaksanaan program kegiatan yang telah berjalan serta tingkat kedisiplinan peserta didik dan prestasi belajar adalah sebagai berikut: a. Bentuk Keterlaksanaan Program 1) Menambah wawasan guru pembimbing dengan mengikuti pelatihan atau seminar dari luar lembaga. Adapun kegiatan yang pernah diikuti oleh guru pembimbing adalah: a) Guru Bimbingan Konseling mengikuti seminar atau workshop, pelatihan, forum ilmiah, pada event yang diadakan oleh suatu lembaga, adapun seminar yang telah diikuti oleh guru BK diantaranya:Seminar “Sertifikasi Profesi Guru” pada tanggal 30 April 2008, Seminar “Mutu Pendidikan Sebagai Modal Utama Pembangunan Masyarakat” pada tanggal 26 Januari 2008. b) Mengikuti Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) yang diadakan oleh lembaga Ma’arif setiap setahun 2 kali, adapun bentuk kegiatannya
memusyawarahkan mengenai mata pelajaran yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang diampu dengan menganalisis materi-materi atau program yang sudah dijalankan, untuk pelaksanaan MGMP tahun ini diadakan di MTs Nu Nurul Huda pada tanggal 30 Januari 2010, diikuti oleh seluruh guru Ma’arif Kota Semarang. Kegiatan-kegiatan yang telah diikuti oleh guru pembimbing menambah wawasan guru pembimbing tentang pentingnya peran bimbingan konseling. 2) Merevisi program kerja tahunan, program semester, program bulanan, mingguan yang disesuaikan kondisi peserta didik serta kondisi madrasah. Adapun hasil program tersebut sebagaimana terlampir. 3) Pembagian jam pembelajaran di dalam kelas untuk kelas VII, VIII, IX, dan pembagian personil dalam struktur layanan bimbingan konseling, Adapun rinciannya sebagai berikut: a) Pembagian jam pembelajaran untuk kelas VII A, B, C, D, E dan kelas IX A, B, C, D, E menjadi tugas guru pembimbing Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd sedangkan kelas VIII A, B, C,D oleh Bapak Sugeng Mustofa S.E.82 b) Pembagian personil dalam struktur layanan bimbingan konseling yaitu: Koordinator Guru Pembimbing (Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd). Guru Pembimbing (Bapak Sugeng Mustofa S.E). Serta dalam penanganan peserta didik dibantu oleh Wa.Ka Kesiswaan (Bapak Muchoyyir S.Ag). Dengan pembagian personil memudahkan dalam melaksankaan proses pembelajaran dan penanganan. 4) Membuat mekanisme penanganan peserta didik yang bermasalah serta mekanisme kerja bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang. Hasil mekanisme tersebut sebagaimana terlampir. 5) Mengadakan diskusi dengan koordinator guru BK dan wali kelas tentang penyamaan persepsi pelaksanaan kegiatan BK yang akan dijalankan, bentuk kegiatan ini adalah sharing tentang permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik serta perkembangannya, apabila ada permasalahan yang
82
Hasil wawancara dengan Bp Sugeng Mustofa S.E selaku guru pembimbing BK, pada hari Sabtu 2 Oktober 2010, di ruang BK.
urgen dapat segera terselesaikan. Kegiatan ini dilaksanakan pada waktu menyelesaikan permasalahan peserta didik. Hasil dari kegiatan diskusi membantu menyamakan persepsi terhadap penanganan peserta didik. 6) Proses pembelajaran pada mapel bimbingan konseling di dalam kelas diadakan selama 2 jam per minggu. Adapun hasil program tersebut pada pelaksanaannya mapel bimbingan konseling diadakan selama 2 jam per minggu, adapun pembagiannya untuk kelas VII A, B, C, D, E dan kelas IX A, B, C, D, E menjadi tugas guru pembimbing Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd sedangkan kelas VIII A, B, C,D oleh Bapak Sugeng Mustofa S.E. Proses pembelajaran secara klasikal ini sangat membantu didik dalam pengembangan diri. 7) Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja yang berkaitan dengan permasalahan seputar perkembangan peserta didik dilaksanakan ketika proses pertemuan secara klasikal di dalam kelas untuk kelas VIII dan IX. Kegiatan penyuluhan ini telah dimulai pada tahun ajaran 2009,83 bentuk kegiatannya guru pembimbing memberikan materi tentang pentingnya reproduksi serta bahaya narkoba bagi peserta didik pada waktu pembelajaran secara klasikal, selanjutnya dilakukan tanya jawab oleh peserta didik. 8) Menyelenggarakan kotak masalah atau kotak tanya seputar masalah– masalah yang dihadapi peserta didik. Adapun hasil pelaksanaannya: a) Peserta didik menuliskan pertanyaan ataupun seputar permasalahan yang dihadapi dengan identitas masing–masing dengan harapan dapat memberikan bantuan cara menyelesaikannya, penyelenggaraan kotak masalah ini dilaksanakan setiap seminggu 2 kali ketika pelajaran BK peserta didik dipersilahkan mengajukan pertanyaan atau berupa permasalahan lewat surat, selanjutnya guru BK mengidentifikasi masing-masing pertanyaan ataupun permasalahan yang diajukan, sehingga jawabannya dapat disampaikan secara umum oleh guru BK pada pertemuan selanjutnya, kegiatan telah dilaksanakan mulai tahun 83
Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dan konseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
2009. Kegiatan ini mengantisipasi apabila peserta didik malu bercerita secara langsung di depan guru pembimbing.84 b) Kegiatan ini sangat membantu Maulida yang telah mencurahkan perasaannya lewat surat, problem yang dialami karena malas belajar sehingga dia berharap mendapatkan arahan dari guru pembimbing dan hal itu terwujud dengan adanya semangat baru dalam belajar, ungkap Ida Murniati peserta didik kelas IX B. Dari hasil secara keseluruhan program yang ditingkatkan dapat berjalan, adapun hasil program peningkatan yang dijalankan MTs NU Nurul Huda Semarang telah memberikan kontribusi yang baik pada peserta didik dengan telah memanfaatkan jasa layanan perseorangan maupun kelompok di ruang bimbingan konseling serta penambahan wawasan pengetahuan tentang kegiatan dalam bentuk penyuluhan maupun materi–materi yang diberikan guru bimbingan konseling pada proses pembelajaran di dalam kelas secara klasikal,85 sejak adanya guru pembimbing baru Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd. Hal senada juga disampaikan oleh kepala madrasah Bapak Drs H Ajma’in Yahya bahwa peningkatan pelaksanaan bimbingan konseling, dapat mengurangi pelanggaran-pelanggaran serta bertambahnya kedisiplinan hal ini terlihat dengan peserta didik datang tepat waktu ketika berangkat ke madrasah serta peningkatan prestasi peserta didik baik dalam hal akademik maupun melalui kegiatan ekstra kurikuler serta dapat dilihat dari hasil nilai ujian nasional. Terlihat dengan adanya kepedulian dalam melaksanakan kegiatan shalat berjamaah untuk shalat dzuha dan shalat berjamaah pada waktu shalat dzuhur, tanpa harus diperintah peserta didik melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan kepedulian mereka. Diantara permasalahan yang diutarakan oleh peserta didik pada tahun ajaran 2010 / 2011 permasalahan yang muncul terangkum dengan baik, hal itu terlihat sebagai berikut 86: 84
Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dan konseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling. 85 Hasil wawancara dengan Hasil wawancara dengan Maulida, peserta didik kelas IX B, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di dalam kelas IX B. 86 Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dan konseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
1. Masalah Pribadi : Masalah yang diutarakan oleh peserta didik beraneka ragam menyangkut pribadi peserta didik diantaranya hubungan yang kurang harmonis dengan keluarga, masalah dengan orang yang dicintainya, serta masalah keuangan tentang pembayaran yang belum dilaksanakan. Peran guru pembimbing dalam membantu mengentaskan permasalahan pribadi dengan mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapi oleh peserta didik dengan mengadakan tatap muka langsung dengan peserta didik yang bermasalah sehingga peserta didik dapat mengutarakan segala perasaannya, usaha yang dilakukan guru pembimbing juga dengan mengadakan home visit untuk memperoleh keterangan tentang situasi lingkungan dan bertindak sebagai motivator. 2. Masalah Sosial Permasalahan sosial yang dialami oleh peserta didik ini menyangkut cara bergaul dengan teman yang lain, beradaptasi dengan lingkungan, menghadapi guru yang angkuh, menghadapi perseteruan dengan teman di MTs NU Nurul Huda. Untuk membantu memecahkan permasalahan sosial ini guru bimbingan dan konseling mengadakan penelitian terhadap siswa yang bersangkutan untuk mendapatkan data yang valid, kemudian mempertemukan kedua belah pihak untuk mengklarifikasi tentang masalah yang sedang dihadapi, kemudian guru bimbingan dan konseling memberikan masukan-masukan kepada peserta didik yang sedang bermasalah, agar bisa memahami dirinya dan mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. 3. Masalah Belajar Masalah yang dihadapi peserta didik yaitu mengalami masalah belajar dikarenakan mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami pelajaran (materi) yang disampaikan oleh guru, kesulitan belajar peserta didik dapat diidentifikasi dengan melakukan tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, pengamatan kebiasaan belajar langkah yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling mengetahui peserta didik yang sedang mengalami kesulitan mata pelajaran dalam bidang apa serta alasan dari peserta didik, kemudian
setelah diketahui penyebabnya guru bimbingan dan konseling memberikan motivasi dan beberapa saran yang konstruktif dengan memberikan jalan pemecahan masalah melalui pengubahan orientasi peserta didik. Ada beberapa faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar bisa digolongkan ke dalam faktor eksternal dan internal, teknik membantu peserta didik yang kesulitan belajar yaitu: pengajaran perbaikan, pengayaan materi, peningkatan
motivasi
belajar,
peningkatan
keterampilan
belajar,
pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. 4. Masalah Karir Permasalahan peserta didik yang berusaha meningkatkan potensi dan mandiri di sekolah, guna meringankan biaya pendidikan dengan bekerja membantu orang tua yang dikhawatirkan mengganggu aktifitas peserta didik, misalnya prestasi menurun karena memikirkan usaha yang dilakukannya, banyaknya
tugas
diorganisasi
yang
diikuti,
dengan
mengetahui
permasalahannya peran guru bimbingan dan konseling memberikan solusi kongkrit mengatasi permasalahan itu yakni dengan mengatur waktu seefektif mungkin serta dengan memberikan motivasi agar semangat dalam melaksanakan proses belajar di madrasah.87 Peserta didik yang membutuhkan informasi terkait dengan pribadi, sosial, belajar, karir mereka datang sendiri maupun berkelompok ke ruang bimbingan dan konseling untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, pemanfaatan ruang bimbingan dan konseling sangat dirasakan oleh peserta didik karena keterjaminan rahasia jelas Daviq salah seorang yang memanfaatkan layanan tersebut,88 misalnya peserta didik ingin mengetahui cara bersosialisasi yang baik dimasyarakat, dapat masuk di sekolah-sekolah favorit, ingin bercerita dengan guru bimbingan dan konseling tentang permasalahan yang dihadapinya. Dalam melaksanakan keempat bimbingan tersebut MTs NU Nurul Huda memaksimalkan
9
layanan
yaitu
layanan
orientasi,
layanan
penyaluran/penempatan, layanan informasi, layanan pembelajaran, layanan 87
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyati M.Kons selaku koordinator guru bimbingan dan konseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling. 88 Hasil wawancara dengan Daviq, peserta didik kelas IX C, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di dalam kelas IX C.
bimbingan kelompok, layanan konsultasi, dan layanan mediasi. Sedangkan jenis kegiatan yang mendukung kesembilan layanan tersebut adalah aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan dan alih tangan kasus. secara menyeluruh kegiatan bimbingan dan konseling di MTs NU Nurul Huda meliputi bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir. Peningkatan yang dilakukan oleh Madrasah Tsanawiyah pada tahun 2008/2009 telah memberikan kontribusi yang baik pada peserta didik hal itu dipaparkan oleh peserta didik yang telah memanfaatkan jasa layanan bimbingan konseling di ruang konseling dengan bersama-sama teman melaksanakan layanan secara berkelompok, serta pertemuan secara klasikal di ruang kelas yaitu pertemuan dua jam pelajaran selama seminggu memudahkan peserta didik menambah wawasan yang baru dalam perkembangannya. Adapun kegiatan yang telah direncanakan akan tetapi belum terlaksana yaitu penambahan data mengetahui permasalahan peserta didik dengan mengadakan angket Problem Check List akan dilaksanakan secara insidental, serta kartu pribadi peserta didik akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2011. Program lain yaitu mengadakan tes intelegensi bakat dan minat, bentuk kegiatan ini mendatangkan seorang psikolog kemudian peserta didik baru kelas VII mengikuti tes dengan kontribusi ditanggung oleh peserta didik untuk mengetahui bakat minat yang dimiliki, kegiatan ini direncanakan mulai tahun 2010, akan tetapi dalam perjalanannya belum terlaksana karena pada tahun 2010 ini kegiatan di MTs NU Nurul Huda sangat padat serta adanya beberapa hambatan yang menjadikan kegiatan tersebut tidak terlaksana.89 Tes intelegensi bakat dan minat akan dilaksanakan pada tahun ajaran baru 2011 untuk kelas VII pada pertemuan awal proses pembelajaran sedangkan pelatihan ISQ akan dilaksanakan pada tahun 2011, kegiatan ini diikuti oleh peserta didik kelas IX karena akan melaksanakan ujian nasional agar dapat termotivasi dalam melaksanakan ujian tersebut.
89
Hasil wawancara dengan Bp Sugeng Mustofa S.E selaku guru pembimbing BK, pada hari Sabtu 2 Oktober 2010, di ruang BK.
Untuk lebih mudah mengetahui hasil program peningkatan yang telah dijalankan, berikut tabel hasil pelaksanaan program peningkatan layanan bimbingan konseling terhadap peserta didik MTs NU Nurul Huda Semarang: Tabel 4 Hasil pelaksanaan Program Ketercapaian No 1.
JENIS PROGRAM Membuat
ruang
Terlaksana
bimbingan
konseling 2.
Pengadaan perlengkapan di dalam ruang bimbingan konseling
3.
Menambah pembimbing
wawasan dengan
√ √
guru mengikuti
seminar, workshop, pelatihan, forum
√
ilmiah, MGMP. 4.
Merevisi program kerja tahunan, program semester, program bulanan,
√
mingguan dan harian. 5.
Pembagian jam pembelajaran di dalam kelas dan pembagian personil.
6.
√
Membuat mekanisme penanganan murid bermasalah serta mekanisme
√
kerja bimbingan konseling. 7.
Mengadakan
diskusi
dengan
koordinator guru BK, beserta wali
√
kelas. 8.
Penambahan jam pembelajaran di dalam kelas secara klasikal.
9.
Menyelenggarakan
penyuluhan
kesehatan reproduksi remaja.
√ √
Belum Terlaksana
10. Penambahan
data
√
mengetahui
permasalahan peserta didik dengan mengadakan angket Problem Check List. 11. Menyelenggarakan
kartu
√
pribadi
peserta didik. 12. Menyelenggarakan kotak masalah atau kotak Tanya 13.
√
Mengadakan tes intelegensi bakat dan minat, dengan mendatangkan
√
seorang psikolog 14. Pelatihan ISQ untuk pengembangan potensi peserta didik.
√
Dengan adanya tabel diatas dapat diketahui bahwa perencanaan program yang telah dibuat, dari masing-masing terlaksana adapun program yang belum terlaksana yaitu pembuatan kartu pribadi peserta didik, pengadaan Problem Check List, tes intelegensi bakat minat dan pelatihan ISQ untuk pengembangan peserta didik yang akan dilaksanakan pada tahun ajaran baru 2011. b. Tingkat Kedisiplinan Peserta Didik dan Tingkat Prestasi Belajar Adapun tingkat kedisiplinan peserta didik setelah adanya suatu peningkatan dapat berkurang dalam 2 tahun terakhir, hasil peningkatan kedisiplinan peserta didik dapat dilihat dari berkurangnya pelanggaranpelanggaran yang dilakukan di antaranya adalah:
Tabel 5 Tingkat Kedisipilinan Peserta Didik 90 NO
Jenis Pelanggaran
Tahun Ajaran 2009/2010
2010/2011
1
Tidak masuk tanpa keterangan
15
10
2
Membolos
15
5
3
Berkelahi
10
5
4
Tidak melaksanakan jamaah
15
7
10
8
10
8
sholat dzuhur 5
Tidak melaksanakan jamaah sholat dzuha
6
Tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan
Secara keseluruhan dari tahun ketahun mengalami penurunan pada pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik, tingkat penurunan tersebut dapat dilihat pada grafik
91
dari keseluruhan selama 5 tahun terakhir sebelum
dan sesudah diadakan peningkatan pada tahun 2008/2009, adannya kesadaran dari peserta didik tentang peraturan yang ada dengan pemahaman yang diberikan oleh koordinator guru pembimbing,
serta terlihat
upaya
penyelesaian permasalahan-permasalahan yang muncul pada peserta didik diantarannya masalah pribadi, sosial, karir, belajar.
90
Hasil dokumentasi yang diperoleh dari Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dan konseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling. 91 Grafik hasil olahan peneliti pada tanggal 20 Oktober 2010.
45 40
Tidak masuk tanpa keterangan
35
Membolos
30 25
Berkelahi
20 Tidak melaksanakan jamaah sholat dzuhur
15 10
Tidak melaksanakan jamaah sholat dzuha
5
11 20
10
/2 0
/2 01 0 20 09
09 /2 0 08 20
07 20
20
06
/2 0
/2 0
07
08
0 Tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan
Sedangkan prestasi peserta didik juga mengalami peningkatan dari nilai rata-rata hasil ujian nasional selama 2 tahun terakhir, adapun hasil nilai ujian akhir nasional adalah: Tabel 6 Nilai Rata-Rata Ujian Akhir Nasional MTs NU Nurul Huda Semarang 92 NO 1 2 3 4
Mapel UAN Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika IPA Jumlah
Tahun Ajaran 2008/2009 2009/2010 8.05 8.25 7.21 8.45 8.39 9.25 8.19 7.39 31.84 33.34
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa nilai peserta didik dalam melaksanakan ujian nasional dapat meningkat dari tahun ke
tahun.
Sebelumnya pada tahun 2005/2006 jumlah nilai rata-rata ujian nasional berjumlah 23.23 akan tetapi pada tahun 2009/2010 naik sebesar 33.34. 92
Hasil dokumentasi MTs NU Nurul Huda Semarang, yang diperoleh melalui Bapak Muhibbudin S.PdI selaku Kepala Tata Usaha MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari Senin tanggal 4 Oktober 2010 di ruang tata usaha.
Tabel 7 Tingkat Kelulusan Peserta Didik
No
Tahun
Jumlah Peserta Ujian
Lulus
Prosentase
1 2
2008/2009 2009/2010
166 177
166 175
100% 98,9%
Adapun grafik tingkat prestasi belajar peserta didik dari ujian nasional, secara keseluruhan dari tahun ketahun mengalami peningkatan, tingkat peningkatan prestasi tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini dari keseluruhan selama 5 tahun terakhir.93
200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Jumlah Peserta Ujian
20 05 /2 20 006 06 /2 20 007 07 /2 20 008 08 /2 20 009 09 /2 01 0
Lulus
93
Grafik hasil olahan peneliti pada tanggal 20 Oktober 2010.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Sebagaimana yang tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang, kemudian bagaimana program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang, serta bagaimana hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang. Dalam Bab IV ini penulis menganalisis hal tersebut sesuai dengan metode yang digunakan yaitu menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Penulis menganalisis ketiga aspek pokok tersebut yaitu Pertama, mengenai analisis kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang. Kedua, program apa saja yang ditingkatkan dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang. Ketiga, hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang apakah program yang berusaha ditingkatkan telah terlaksana atau belum terlaksana sesuai dengan rencana yang telah dibuat oleh koordinator guru pembimbing serta dampak terhadap perkembangan prestasi dan tingkat kedisipilinan peserta didik di MTs NU Nurul Huda Semarang.
A. Analisis Kondisi Awal Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang Pelaksanaan layanan bimbingan konseling sebelum diadakan suatu peningkatan koordinator guru pembimbing bahwa pelaksanaan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang belum terlaksana secara optimal hal itu terlihat dari belum adanya fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan konseling serta dari guru pembimbing BK sebelumnya yang merangkap sebagai guru mapel menjadikan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas serta belum sesuai dengan kualifikasi akademik dan kompetensi seorang konselor yang berpengaruh pada pelaksanaan tugas. Fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan konseling serta pelaksanaan tugas masih tumpang tindih sehingga perlu diadakan pembenahan, agar
pelaksanaan layanan bimbingan konseling dapat berjalan secara optimal, untuk itu diperlukan pengkajian ulang akan pentingnya layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda, sehingga penanganan terhadap peserta didik yang dapat membantu dalam menerima, memahami, mengaktualisasikan diri, mengembangkan potensi serta mengambil keputusan dalam mengatasi permasalahan dapat secara optimal terlaksana. Dalam mengetahui kondisi layanan bimbingan konseling guru pembimbing tidak menggunakan metode yang jelas, guru pembimbing menggunakan perkiraan kondisi yang kiranya masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling sebelum diadakan suatu peningkatan dilihat dari kondisi peserta didik, guru pembimbing, sarana dan prasarana yang ada serta pelaksanaan pembelajarannya, seharusnya dalam mengetahui kondisi dilihat dari beberapa faktor yang menjadi dasar dalam upaya mengadakan suatu peningkatan. Untuk lebih memperjelas mengetahui kondisi pelaksanaan layanan bimbingan konseling yang belum terkoordinasi dengan baik, hendaknya guru pembimbing dapat menggunakan SWOT guna mengidentifikasi hal tersebut akan diketahui kekuatan, kelemahan, ancaman, serta peluang yang dimiliki sehingga dapat memanfaatkan kekuatan dengan meminimalisir ancaman dari proses bimbingan konseling tersebut. Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman.
94
Adapun untuk memperjelas kondisi pelaksanaan
layanan bimbingan konseling dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisis Internal Secara garis besar ada dua hal dalam menganalisis situasi lingkungan internal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang yaitu: a. Kekuatan ( Strengths ) Kekuatan (Strengths) pada proses layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda adalah:
94
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Educa, 2010), hlm 180.
1) Respon positif dan dukungan dari kepala madrasah tentang adanya suatu peningkatan yang dilakukan guru pembimbing, sangat membantu guru pembimbing dalam melaksanakan program yang akan dijalankan. 2) Keinginan dan semangat yang tinggi dari seluruh civitas madrasah, menjadikan madrasah sebagai sekolah berstandar nasional menjadikan pihak madrasah meningkatkan segala komponen yang ada. 3) Kejelasan struktur organisasi madrasah dan pengurus yang lengkap, memudahkan dalam pencapaian pembagian kerja dari masing–masing tugas yang akan dijalankannya. 4) Proses pembelajaran di madrasah yang mencakup wawasan pengetahuan umum dan agama menjadikan nilai tersendiri bagi madrasah. b. Kelemahan (Weakness) Kelemahan pada proses layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda adalah: 1) Fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan konseling belum memadai sehingga pemanfaatan jasa layanan bimbingan dan konseling di ruang BK kurang mendapat respon positif dari peserta didik. 2) Guru pembimbing BK merangkap sebagai guru mapel menjadikan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas. 3) Proses pembelajaran didalam kelas yang belum terlaksana selama 2 jam pembelajaran. 4) Masih banyaknya pelanggran yang dilakukan oleh peserta didik.
2. Analisis eksternal Analisis
eksternal
ini
meliputi
peluang
dan
ancaman
dalam
melaksanakan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang sehingga dapat diketahui kesempatan dan hambatan dalam pelaksanaan program dalam tujuan panjang, sedang atau pendek. Bentuk
analisis ini meliputi
lingkungan secara global yang mencakup studi kelayakan terhadap program yang akan dijalankan, dengan mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat, sehingga dapat diidentifikasi hal-hal yang kiranya perlu dilaksanakan dan tidak
dilaksanakan. Sehingga dapat diketahui peluang dan ancaman yang dimiliki oleh MTs NU Nurul Huda Semarang adalah sebagai berikut: a. Peluang (Opportunity) Peluang (Opportunity) pada proses layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda adalah: 1) Kepercayaan masyarakat terhadap Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda cukup tinggi hal itu terlihat mayoritas warga sekitar menyekolahkan anaknya di madrasah Tsanawiyah Nurul Huda. 2) Lulusan Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda banyak diterima di sekolahsekolah favorit yang ada di semarang seperti SMA 8, SMA 3 data dari diskusi kepala madrasah dengan koordinator guru pembimbing. 3) Prestasi yang cukup membanggakan banyak diraih oleh peserta didik, dalam berbagai kompetisi yang diikuti oleh Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Semarang b. Ancaman (Threats) Ancaman yang perlu diperhatikan oleh guru pembimbing adalah: 1) Madrasah berdekatan dengan pemukiman warga terkadang mengganggu proses pembelajaran berlangsung, hal ini terlihat ketika membunyikan musik terdengar dari ruangan kelas. 2) Keberadaan gedung pembelajaran yang berjauhan di depan masjid dan dibelakang masjid, membuat kesulitan dalam pemantauan peserta didik, karena luasnya ruang pembelajaran dan banyaknya peserta didik. 3) Keadaan peserta didik yang sebagian hidup di pesantren membuat kompleksnya permasalahan yang dihadapi peserta didik terutama dengan jumlah pelajaran yang banyak. 4) Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda berdekatan dengan sekolah formal yang sama sederajat.
Dari beberapa uraian penjabaran analisis diatas secara lebih rinci hasil analisisnya terdapat pada tabel dibawah ini:
Potensi Kekuatan (Potential Internal Strengths) - Respon positif dan dukungan dari kepala madrasah tentang adannya suatu peningkatan yang dilakukan guru pembimbing - Struktur organisasi yang lengkap di madrasah dan pengurus madrasah serta memiliki badan hukum yang jelas. - Keinginan Madrasah Tsanawiyah dan semangat yang tinggi dari seluruh civitas madrasah menjadi sekolah berstandart nasional menjadikan madrasah sebagai sekolah berstandart nasional. - Proses pembelajaran di madrasah yang mencakup wawasan pengetahuan umum dan agama.
Potensi Kelemahan (Potential Internal Weakness) Fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan konseling belum memadai. - Guru pembimbing BK merangkap sebagai guru mapel menjadikan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas. - Proses pembelajaran belum dilaksanakan selama 2 jam. - Masih banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik.
Potensi Peluang (Potential External Opportunities ) - Respon masyarakat terhadap Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda tinggi - Lulusan madrasah dapat diterima di SMA / MA favorit. - Banyaknya prestasi yang pernah diraih oleh Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Potensi Ancaman (Potential External Threats) - Madrasah berdekatan dengan pemukiman warga terkadang menggangu proses pembelajaran berlangsung. - Keberadaan gedung pembelajaran yang berjauhan membuat kesulitan dalam pemantauan peserta didik. - Madrasah berdekatan dengan sekolah formal sederajat. - Keadaan peserta didik yang sebagian hidup di pesantren membuat kompleksnya permasalahan yang dihadapi.
Dapat dilihat bahwa kelemahan yang ada di MTs NU Nurul Huda Semarang yaitu fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan konseling belum memadai serta guru pembimbing BK yang merangkap sebagai guru mapel menjadikan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas sehingga diperlukan pengkajian ulang dalam setiap kegiatan yang akan dijalankannya, pembelajaran 2 jam selama seminggu belum diadakan, serta masih banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik.
B. Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang Mengenai program peningkatan yang dilakukan oleh koordinator guru pembimbing serta pihak madrasah dapat dikatakan cukup baik karena dalam program yang dijalankan tersebut telah sesuai dengan kekurangan yang ada diantaranya tidak adanya ruang bimbingan konseling secara khusus, ruang bimbingan yang masih berbarengan dengan ruang guru menjadikan pelaksanaan layanan bimbingan konseling tidak efektif, upaya pengadaan ruang bimbingan konseling telah diwujudkan sehingga menjadi nilai positif tersendiri pada pelaksanaan bimbingan konseling ke depannya. Dalam
membuat
program-program
yang
akan
ditingkatkan
pihak
koordinator guru pembimbing dan madrasah merencanakan dan menganalisis kondisi sebelumnya, akan tetapi dalam rencana tersebut koordinator tidak membagi masing-masing penanggung jawab dari setiap program yang hendak dijalankan, agar memudahkan dalam pelaksanaan program tersebut, pembagian tugas atau pengorganisasian akan memperjelas tugas yang akan dijalankan dalam penyusunan rencana program bimbingan konseling yang disesuaikan dengan jabatan yang dipegang dengan upaya melibatkan orang-orang ke dalam organisasi bimbingan di madrasah, serta upaya melakukan pembagian kerja di antara anggota organisasi bimbingan di madrasah. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan program yang akan dijalankan hendaknya guru pembimbing membagi rencana program yang akan dijlankan kedalam rencana jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek, masingmasing jangka tersebut sebelumnya telah diidentifikasi serta sesuai dengan kebutuhan madrasah dan kondisi dari peserta didik. Guru pembimbing dalam menerapkan strategi model sosial diharapkan secara kontinyu
diterapkan pada proses pembelajaran bimbingan konseling di
dalam kelas, karena dengan percontohan model ini peserta didik akan melihat secara langsung wujud nyata melalui pengamatan-pengamatan dalam percontohan model tersebut, serta guru pembimbing mempersiapkan hal tersebut dengan matang, pencontohan model sosial ini akan membawa pengaruh besar terhadap pembentukan karakter dari peserta didik.
Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di madrasah, maka diperlukan pengaturan cara kerja, prosedur kerja dan pola kerja serta mekanisme kerja kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling tidak dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna kalau tidak diimbangi dengan organisasi yang baik. Tanpa organisasi tidak adanya suatu koordinasi, sasaran yang jelas dalam pelaksanaan tugas serta kontrol yang tidak jelas. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan memegang peranan strategis dalam meningkatkan layanan bimbingan konseling di sekolah yang meliputi kegiatan pelajaran, pelatihan dan bimbingan di sekolah yaitu dengan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan dan bimbingan konseling sehingga menjadi kesatuan yang terpadu harmonis dan dinamis, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perencanaan pelaksanaan bimbingan dan konseling, mempertanggungjawabkan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, memfasilitasi guru pembimbing atau konselor
untuk
dapat
meningkatkan
dan
mengembangkan
kemampuan
profesionalnya melalui peningkatan program dan kegiatan lainnya. Penyediaan anggaran biaya untuk kelancaran program bimbingan dan konseling perlu disediakan dalam masing-masing program yang akan dijalankan
95
diantaranya pembiayaan personel, pengadaan dan pengembangan alat-alat teknis, biaya operasional, biaya photocopy materi-materi, penelitian atau riset, mengikuti pelatihan-pelatihan, serta buku-buku untuk menunjang pelaksanaan bimbingan konseling sehingga diharapkan dalam kelanjutannya di dalam ruang bimbingan konseling juga terdapat perpustakaan mini untuk menarik simpati dari anak pada proses layanan bimbingan konseling sehingga dapat berkualitas. Adapun program peningkatan yang dilakukan oleh MTs NU Nurul Huda telah sesuai dengan kebutuhan yang sebelumnya tidak ada, program tersebut diantaranya: 1. Membuat ruang bimbingan konseling 2. Pengadaan perlengkapan di dalam ruang bimbingan konseling
95
Dewa Ketut Sukardi, Desak P.E Nila Kusumawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2008), hlm 40.
3. Menambah wawasan guru pembimbing dengan mengikuti seminar, workshop, pelatihan, forum ilmiah, MGMP. 4. Merevisi program kerja tahunan, program semester, program bulanan, mingguan dan harian. 5. Pembagian jam pembelajaran di dalam kelas dan pembagian personil. 6. Membuat mekanisme penanganan murid bermasalah serta mekanisme kerja bimbingan konseling. 7. Mengadakan diskusi dengan koordinator guru BK, beserta wali kelas. 8. Penambahan jam pembelajaran di dalam kelas secara klasikal. 9. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja. 10. Penambahan data mengetahui permasalahan peserta didik dengan mengadakan angket Problem Check List. 11. Menyelenggarakan kartu pribadi peserta didik. 12. Menyelenggarakan kotak masalah atau kotak tanya 13. Mengadakan tes intelegensi bakat dan minat, dengan mendatangkan seorang psikolog 14. Pelatihan ISQ untuk pengembangan potensi peserta didik. Seperti yang peneliti paparkan tadi hendaknya dari masing-masing kegiatan yang akan dijalankan ada penanggung jawab dalam pelaksanaanmya, sehingga dapat diketahui hasil dari pelaksanaanmya dan menjadi bahan rujukan untuk kegiatan selanjutnya, serta diperlukan pengawasan dari kepala madrasah, karena pada pelaksanaanmya monitoring sangat penting untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan kegiatan yang dijalankan.
C. Hasil Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang Beberapa hasil program telah dilaksanakan, telah membawa pengaruh besar terhadap pelaksanaan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang, hal itu terlihat dengan jumlah peningkatan pengunjung pada proses pelaksanaan layanan bimbingan konseling, peserta didik telah memanfaatkan layanan kelompok dan individual di ruang bimbingan konseling guna memperoleh informasi dan berkonsultasi serta mencoba mengungkapkan segala perasaan yang dirasakan oleh
peserta didik dengan kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, peserta didik datang ke ruang bimbingan konseling untuk memanfaatkan jasa layanan bimbingan konseling, walaupun ada peserta didik yang dipanggil oleh guru pembimbing karena sesuatu hal yang perlu diklarifikasikan. Dengan adanya upaya peningkatan tersebut sangat membantu peserta didik dalam memanfaatkan jasa layanan baik di dalam kelas secara klasikal maupun berkonsultasi secara langsung dengan guru pembimbing di ruang bimbingan dan konseling untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Program yang direncanakan sepenuhnya telah dirasakan oleh peserta didik mulai dari adanya kotak masalah, penyuluhan-penyuluhan serta kegiatan yang lain, hal serupa juga telah dirasakan oleh kepala madrasah bahwa dengan adanya upaya pembaharuan yang dilakukan oleh koordinator guru pembimbing pada tahun 2009 ini menambah kualitas pelaksanaan layanan bimbingan konseling, sehingga menurut peneliti upaya peningkatan tersebut berjalan dengan baik dan perlu dikembangkan, meskipun ada beberapa program kegiatan yang belum dijalankan diantaranya tes intelegensi bakat dan minat, kartu peserta didik, program Problem Check List, serta pelatihan ISQ, kedua kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada tahun 2011, untuk kegiatan ter intelegensi bakat minat secara khusus dimulai untuk kelas VII sedangkan kegiatan pelatihan ISQ akan diikuti oleh peserta didik kelas IX karena akan melaksanakan ujian nasional agar dapat termotivasi dalam melaksanakan ujian tersebut. Program kegiatan yang belum terlaksana tersebut dikarenakan adannya beberapa hambatan diantarannya padatnya kegiatan di MTs NU Nurul Huda sehingga kegiatan yang direncanakan bergantian dengan kegiatan yang lain, untuk kegiatan tes intelegensi bakat dan minat masih menungu persetujuan dari pihak madrasah. Hal lain juga terlihat dengan keberadaan guru pembimbing konseling sangat membantu pengembangan peserta didik dengan adanya program dan perhatian dari seluruh guru pembimbing, hal ini terlihat dengan adanya kepedulian dalam melaksanakan kegiatan seperti shalat berjamaah untuk shalat dhuha dan shalat berjamaah pada waktu shalat dzuhur, tanpa harus diperintah dan disuruh peserta didik melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan kepedulian mereka, serta sangat
membantu peserta didik dalam mengatasi kesulitan pembelajaran dengan diberi motivasi dan upaya penyelesaiannya. Serta hasil program bimbingan dan konseling yang diselenggarakan oleh koordinator dan guru pembimbing di madrasah dengan adanya penyuluhan serta arahan-arahan berdampak pada berkurangnya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik dan bertambahnya kedisiplinan hal ini terlihat dengan peserta didik datang tepat waktu ketika berangkat ke madrasah serta peningkatan prestasi peserta didik baik dalam hal akademik maupun melalui kegiatan ekstra kurikuler, serta terselesaikannya permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik baik tentang sosial, pribadi, akademik maupun karir. Dengan melihat beberapa program yang telah dilaksanakan oleh guru pembimbing, hendaknya dalam setiap program yang dijalankan guru pembimbing menunjuk penangung jawab dalam setiap kegiatan yang akan dijalankan, agar guru pembimbing dapat terbantu dalam menjalanakan program-program yang akan dijalankannya.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan tentang Upaya Strategis Dalam Meningkatkan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Kondisi awal Pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda dapat diketahui, bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling sebelum diadakan suatu peningkatan oleh guru pembimbing masih terdapat penataan yang belum sistematis dan optimal hal itu terlihat dari fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan konseling yang belum memadai yaitu ruang BK, keberadaan guru pembimbing periode sebelum diadakan peningkatan belum sesuai dengan kualifikasi akademik dan kompetensi seorang konselor dan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas selama 2 jam belum diadakan serta masih adannya penyimpangan-penyimpangan
yang
dilakukan
peserta
didik
karena
permasalahan yang muncul belum terangkum dengan baik. 2. Program peningkatan yang dilakukan oleh koordinator guru pembimbing dan pihak madrasah adalah dengan membuat ruang bimbingan dan konseling beserta perlengkapan yang dibutuhkan dan penataan administrasi, melaksanakan bimbingan secara klasikal di ruang kelas dengan terjadwal. Sedangkan strategi yang diterapkan guru pembimbing dalam meningkatkan layanan bimbingan konseling adalah strategi model sosial, model tersebut diterapkan pada proses bimbingan maupun dalam proses pemecahan masalah serta pembelajaran didalam kelas. Program peningkatan yang menunjang peningkatan sesuai dengan kebutuhan diantarannya: pembuatan program kerja tahunan, semester, bulanan, mingguan, menambah wawasan guru pembimbing dengan mengikuti seminar, workshop, pelatihan, forum ilmiah, MGMP, membuat struktur layanan bimbingan konseling, mekanisme penanganan murid
bermasalah serta
mekanisme kerja bimbingan konseling, menyelenggarakan kartu pribadi, penyelenggaraan kotak masalah atau kotak tanya, mengadakan diskusi dengan koordinator guru BK, beserta wali kelas, menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, penyelenggaraan papan bimbingan, mengadakan angket Problem
Check List, mengadakan tes intelegensi bakat dan minat, pelatihan ISQ untuk pengembangan potensi peserta didik. 3. Hasil program yang telah dilaksanakan, telah membawa pengaruh terhadap pelaksanaan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang, hal itu terlihat dengan jumlah peningkatan pengunjung pada proses pelaksanaan layanan bimbingan konseling, peserta didik telah memanfaatkan layanan kelompok dan individual di ruang bimbingan konseling guna memperoleh informasi dan berkonsultasi serta mencoba mengungkapkan segala perasaan yang dirasakan oleh peserta didik dengan kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, walaupun ada peserta didik yang dipanggil oleh guru pembimbing karena sesuatu hal yang perlu diklarifikasikan, tingkat kedisplinan peserta didik dalam menjalankan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan berangsur membaik dengan sedikitnya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik selama 2 tahun terakhir, sebelum diadakannya suatu peningkatan masih terdapat beberapa pelanggaran sedangkan setelah diadakan peningkatan turun, adapun hasil prestasi peserta didik naik dari
tahun
2005/2006 nilai rata-rata ujian nasional 23,23 sedangkan pada tahun 2009/2010 naik sebesar 33,34. Sedangkan hasil program peningkatan yang telah dilaksanakan adalah: pembuatan program kerja tahunan, semester, bulanan, mingguan yang telah direvisi, menambah wawasan guru pembimbing dengan mengikuti seminar, workshop, pelatihan, forum ilmiah, MGMP, membuat struktur
layanan
bimbingan konseling,
mekanisme
penanganan
murid
bermasalah serta mekanisme kerja bimbingan konseling, penyelenggaraan kotak masalah atau kotak tanya, mengadakan diskusi dengan koordinator guru BK, beserta wali kelas, menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, penyelenggaraan papan
bimbingan.
Sedangkan
kegiatan
yang
belum
terlaksana
yaitu
menyelenggarakan kartu pribadi peserta didik, penggunaan program Check List, tes intelegensi bakat dan minat serta pelatihan ISQ untuk pengembangan potensi peserta didik sedangkan hasil yang lain dapat dilihat dari perubahan kemajuan peserta didik terhadap kepedulian dalam melaksanakan kegiatan seperti shalat berjamaah untuk shalat dzuha dan shalat berjamaah pada waktu shalat dzuhur, serta berkurangnya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik
dan bertambahnya kedisiplinan juga tingkat prestasi yang dilihat dari nilai ujian nasional.
B. Saran-saran Demi meningkatkan mutu MTs NU Nurul Huda Semarang serta kemajuan pelaksanaan bimbingan konseling yang ada di MTs NU Nurul Huda Semarang, peneliti berusaha memberikan masukan dan pertimbangan terhadap pelaksanaan layanan bimbingan konseling, diantaranya: 1. Kepala madrasah MTs NU Nurul Huda hendaknya menambah guru konselor baru yang sesuai dengan kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, karena melihat jumlah peserta didik yang banyak yaitu 573 tidak seimbang apabila ditangani oleh dua guru bimbingan dan konseling, untuk itu perlu diadakan penambahan. 2. Guru pembimbing hendaknya menganalisis kondisi layanan bimbingan konseling dengan menggunakan analisis SWOT, sehingga akan memperjelas guru pembimbing dalam membuat program yang akan dijalankannya. 3. Guru pembimbing dalam menerapkan strategi model sosial diharapkan secara kontinyu diterapkan pada proses pembelajaran bimbingan konseling di dalam kelas, karena dengan percontohan model ini peserta didik akan melihat secara langsung wujud nyata melalui pengamatan-pengamatan dalam percontohan model tersebut, serta guru pembimbing mempersiapkan hal tersebut dengan matang, pencontohan model sosial ini akan membawa pengaruh besar terhadap pembentukan karakter dari peserta didik. 4. Setelah
melaksanakan
kegiatan,
diperlukan
adannya
monitoring
atau
pengawasan dari kepala madrasah, agar dapat diketahui hasil pelaksanaan program serta dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya. 5. Setiap program kegiatan yang dibuat oleh koordinator guru pembimbing serta guru bimbingan dan konseling hendaknya diperjelas dengan arahan jangka panjang, pendek, menengah dan tahunan agar pencapaian perubahan dari tahun ke tahun dapat selalu berubah, menghasilkan hal yang positif. 6. Diharapkan dari seluruh peserta didik MTs NU Nurul Huda Semarang memanfaatkan jasa pelayanan bimbingan konseling di ruang bimbingan
konseling serta pertemuan secara klasikal di dalam kelas dimanfaatkan dalam membantu peserta didik dalam mengembangkan diri dalam meningkatkan potensi yang dimiliki. 7. Koordinator guru pembimbing dan staf guru bimbingan dan konseling, lebih meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di MTs NU Nurul Huda Semarang, baik peserta didik yang bermasalah ataupun peserta didik yang berpotensi sehingga dapat diketahui perkembangannya dalam menempuh proses pembelajaran di madrasah.
C. Penutup Dengan mengucap puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, petunjuk yang tak terhingga kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pelaksanaan penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan kebaikan-kebaikan dan sebagai amal sholeh yang akan diterima oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sebuah kesempurnaan, kekurangan yang tidak terlepas dari keterbatasan yang ada pada penulis, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak penulis harapkan guna kelengkapan dalam skripsi ini, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya serta pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Abi Muhammad Ibn Isma’il Al-Bukhori, Matan Shahih Bukhori, Beirut Libanon: Maktabah Daaru Ihyail Kutubil Arabiyyah. Akdon, Strategic Management For Educational Management, Bandung: Alfabeta, 2007. Ali Mahrus Syamsuddin bin, Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta: CV.Darus Sunnah, 2007 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta,2006. Bungin Burhan, Penelitian Kualitatif , Jakarta: Prenada Media Group, 2007. Bush Tony, Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan, (terjemahan: Fahrurrozi), Jogjakarta: IRCisod, 2006. Cordoso Faustino, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset, 2003 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Jumanatul Ali, 2005), hlm 146. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta: Departemen Agama RI, 2006. Gunawan Yusuf, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1992. Hallen, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Ciputat Press,2002. Hasan, Iqbal, Pokok-pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002. Hidayat Ara, Imam Machali, , Pengelolaan Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Educa, 2010. Juntika Nurihsan Ahmad, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Bandung:PT. Refika Aditama, 2007. Kartono Kartini, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, Jakarta: Rajawali, 1985. .
MA Alex, Kamus, Ilmiah Populer Kontemporer, Surabaya: Karya Harapan, 2005. Mahfud Junaidi Khairuddin, dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jogjakarta:Nuansa Aksara, 2007 Mappiare Andi, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Pangkyim J, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta: Gladia Indonesia, 1982. Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan dan Konseling di Sekolah, Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2001. Purwanto Iwan, Manajemen Strategi,Bandung: CV.Yrama Widya, 2007. Qodir Abdul Riza (3104024), Efektivitas Manajemen Strategik di Lembaga Pendidikan Islam (Studi Kasus di SMP Nasima Semarang), Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2008. Sagala Syaiful, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan ,Bandung: Alfabeta, 2007. Salahudin Anas, Bimbingan dan Konseling, Bandung: Pustaka Setia, 2010. Sallis Edward, Total Quality Manajemen In Education, Yogjakarta: IRCiSoD, 2007. Siagian P., Filsafat Administrasi, Jakarta: Haji masagung, 1989. Slameto, Perspektif Bimbingan Konseling dan penerapannya, Semarang: Satya Wacana, 1991 Sugian Syahu, Kamus Manajemen (Mutu), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008 Suharso, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: CV Widya Karya, 2009 Sukardi Dewa Ketut dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008. Sukardi Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara, 2003 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Walgito Bimo, Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005 Willis, S Sofyan., Konseling Individu Teori dan Praktek, Bandung : Alfabeta, 2004. Winkel SJ W.S., Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah, Jakarta: PT.Gramedia, 1982. Yusuf Syamsu, Nur Ihsan A. Juntika, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005. Zuriah Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Aksara, 2007
Jakarta : PT. Bumi
REFERENSI INTERNET Herman Machfud, ”Manajemen Bimbingan dan Konseling” http://machfudherman.wordpress.com/2010/02/04/manajemen-bimbingan-dankonseling/, diunduh pada tanggal 15 Agustus 2010 Mochamad Nursalim, “Pendidikan dan Pelatihan guru” http://www.slideshare.net/guest626d709/presentasi-mojokerto. diunduh pada tanggal 1Nopember 2010.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Lilif Muallifatul Khorida Filasofa
Tempat, tanggal lahir
: Semarang, 15 Desember 1988
Alamat
: Jl Tapak Rt. 04 Rw. 03 Tugurejo Tugu Semarang
Phone/ HP
: 085 290 621 774/ 085 726 205 974
E-mail
:
[email protected]
Pendidikan Formal
: SD Negeri Tugurejo 2
(Lulus 2000)
MTs NU Nurul Huda Semarang (Lulus 2003) MA NU Nurul Huda Semarang (Lulus 2006) S1 IAIN Walisongo Semarang tahun 2006 Non formal
: Pondok Pesantren Al-Ishlah Mangkang Semarang
Pengalaman Organisasi
:
Pengurus HMJ Jurusan KI Fakultas Tarbiyah
Tahun 2007
Pengurus Dewan Racana Walisongo Semarang
Tahun 2008
Ketua UKMI Racana Walisongo Semarang
Tahun 2009
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 13 Desember 2010
Lilif Muallifatul Khorida F.S NIM 063311032
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Struktur Organisasi Mts NU Nurul Huda Semarang 2. Lampiran Visi dan Misi MTs NU Nurul Huda Semarang 3. Lampiran Tabel Jumlah Peserta Didik MTs NU Nurul Huda Semarang Tahun Ajaran 2010/1011. 4. Lampiran Daftar Prestasi MTs NU Nurul Huda Semarang 5. Lampiran Periode Kepemimpinan MTs NU Nurul Huda Semarang 6. Lampiran Pedoman Observasi dan Hasil Observasi 7. Lampiran Pedoman Wawancara. 8. Lampiran Hasil Wawancara. 9. Lampiran Hasil Dokumentasi. 10. Lampiran Struktur Organisasi Pelayanan Bimbingan Konseling 11. Lampiran Mekanisme Penanganan Peserta Didik Bermasalah 12. Lampiran Mekanisme Kerja Bimbingan Konseling 13. Lampiran Draft Program Kerja Bimbingan Konseling 14. Lampiran Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi 15. Lampiran Surat Mohon Izin Riset 16. Lampiran Surat Keterangan dari MTs NU Nurul Huda Semarang 17. Lampiran Sertifikat Passka Fakultas 18. Lampiran Sertifikat Passka Institut 19. Lampiran Piagam KKN 20. Lampiran Piagam Perkemahan Wirakarya 21. Biodata Peneliti
VISI MISI DAN TUJUAN MTs NU NURUL HUDA SEMARANG
A. VISI BERAKHLAK, BERPRESTASI, HARAPAN INDONESIA. B. MISI 1. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban generasi Islam yang bermartabat 2. Menciptakan kondisi yang mengarah pada peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT 3. Memprioritaskan kegiatan amal sholeh dan estetika berbusana 4. Meningkatkan kwalitas out put siswa dengan pelajaran Agama dan pelajaran umum (sains) secara bersama-sama disertai dengan prakteknya 5. Memacu motivasi belajar siswa dengan menyediakan buku buku yang di butuhkan 6. Pengembangan sarana pendidikan 7. Pengembangan potensi, intelektual, bakat dan minat para siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler 8. Mengembangkan budaya toleransi, perdamaian, kritis dan demokratis 9. Mempersiapkan tenaga yang lebih professional dalam rangka meningkatkan mutu keluaran
C. TUJUAN Mewujudkan
penyelenggaraan
pengembangan kebudayaan yang
pendidikan
dan
pengajaran Serta
sesuai dengan ajaran islam,
Untuk
membina Peserta Didik agar menjadi manusia Yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlakul karimah, Cerdas, berpengetahuan luas, kreatif, mandiri, Bertanggungjawab serta bermanfaat bagi agama bangsa dan negara.
TABEL JUMLAH PESERTA DIDIK MTs NU NURUL HUDA SEMARANG PADA TAHUN AJARAN 2010/2011 NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1.
2.
3.
VII A
20
22
42
VII B
25
17
42
VII C
10
32
42
VII D
15
27
42
VII E
18
20
38
VIII A
20
29
49
VIII B
17
30
47
VIII C
25
26
51
VIII D
20
28
48
IX A
15
19
34
IX B
18
15
34
IX C
17
19
36
IX D
13
21
34
IX E
15
19
34
JUMLAH
573
DAFTAR PRESTASI MTs NU NURUL HUDA SEMARANG SELAMA 3 TAHUN TERAKHIR No
Jenis Lomba
Nama Peserta
1
Pidato Bahasa Arab Putra Maulid Nabi
M.Sabiq Kamalul Haq Rifqi dkk (Tim Hadroh MTs) Ikhwanuddin
2 3 4 5 6
Pidato Bahasa Inggris Putra Kaligrafi Pidato Bahasa Arab Putri Marching Band
7
Cerdas Cermat Agama
8 9
MTQ Fashion Show Putra Volly Club Pidato Bahasa Inggris Putri Catur Putri
10 11 12 13 14
Pidato Bahasa Inggris Putri Marching Band
15
Bulu Tangkis
Tanggal / Tahun 24 Mei 2008
Keterangan
27 Mei 2008
Juara III
24 Mei 2008
Juara I
24 Mei 2008 25 Agustus 2008 26 April 2008
Juara I Juara I Juara II
26 Mei 2008
Juara I
25 Juli 2009 28 Mei 2008
Juara I Juara I
Budi dkk Umi Latifah
27 Mei 2009 24 Mei 2008
Juara II Juara I
Laila Nur Jannah Umi
26 Mei 2009
Juara I
26 Mei 2008
Juara II
Riyadus dkk (Tim Marching Band) Ahmad Faris Noviyanto
10 Februari 2010
Juara II
27 Mei 2009
Juara I
Latifah Ana Elliyana Ayu Ma’aliya dkk (Tim Marching Band) Umi Latifah, Ikhwan, Anwariyatul Husna Nahna Irfan Muzakki
Juara I
PERIODE KEPEMIMPINAN MTs NU NURUL HUDA SEMARANG NO Nama Kepala Madrasah Tahun Menjabat 1.
Drs. KH.M. Choironi
1968-1982
2.
Drs. Syaifullah
1982-1983
3.
Drs. KH. Ahmad Hadlor Ihsan
1983-1987
4.
Mujito Sanusi
1987-1991
5.
KH. M. Tohir Abdullah, AH
1991-1994
6.
Drs. Shobirin, M.SI
1994-1995
7.
KH. Ali Hasan
1995-1998
8.
Drs. Shobirin, M.SI
1998-2003
9.
Drs. H. Ajma’in Yahya
2003-2007
10.
Drs. H. Ajma’in Yahya
2007-2011
PEDOMAN OBSERVASI DAN HASIL OBSERVASI DI MTS NU NURUL HUDA SEMARANG NO KEGIATAN OBSERVASI 1 Pengamatan Data-Data dan Profil Madrasah
2
Pengamatan Kegiatan Guru BK
3
Pengamatan Program Peningkatan Yang Dijalankan
4
Pengamatan Kegiatan Ekstra Peserta Didik
HASIL OBSERVASI • Keberadaan MTs NU Nurul Huda Semarang sangat strategis di Mangkangkulon Kecamatan Tugu Kota Semarang • Pada tahun 2010 pergantian pemimpin selama 10 kali • Peserta didik berjumlah 547 • Adannya guru pembimbing yang baru sesuai dengan kualifikasi akademik dan kompetensi seorang konselor. • Mengadakan adannya perubahaan pada proses pelaksanaan BK • Melaksanakan pembelajaran selama 2 jam seminggu • Adannya peningkatan yang disesuaikan dengan kebutuhan 1. Membuat Ruang BK 2. Pengadaan perlengkapan di dalam Ruang BK 3. Menambah wawasan guru pembimbing 4. Merevisi program kerja 5. Pembagian jam pembelajaran 6. Membuat mekanisme penanganan murid bermasalah serta mekanisme kerja bimbingan konseling. 7. Mengadakan diskusi 8. Penambahan jam pembelajaran di dalam kelas secara klasikal. 9. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja. 10.Penambahan data mengetahui permasalahan peserta didik dengan mengadakan angket Problem Check List. 11.Menyelenggarakan kartu pribadi peserta didik. 12.Menyelenggarakan kotak masalah 13.Mengadakan tes intelegensi bakat dan minat 14.Pelatihan ISQ • Paskibra • Hadrah • Englis Conversation • Marcing Band
5
Pengamatan Banyaknya Pelanggaran Yang Dilakukan Dan Hasil Prestasi Peserta Didik
• • • • Ø
Volly Ball Musik Silat Pramuka Jenis Pelanggaran yang sering dilakukan: 1. Tidak masuk tanpa keterangan 2. Membolos pada jam pelajaran 3. Berkelahi dengan sesama teman 4. Tidak melaksanakan jamaah sholat dzuhur 5. Tidak melaksanakan jamaah sholat dhuha 6. Tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan. Ø Tingkat prestasi peserta didik: Pada tahun 2005/2006 jumlah nilai rata-rata ujian nasional berjumlah 23.23 akan tetapi pada tahun 2009/2010 naik sebesar 33.34.
PEDOMAN WAWANCARA Ø Kepala Sekolah: 1. Bagaimana pendapat kepala madrasah tentang pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs Nu Nurul Huda Semarang? 2. Dengan melihat kemajuan yang ada, apakah diperlukan peningkatan pada proses bimbingan konseling selanjutnya? 3. Program kegiatan apa saja yang akan ditingkatkan oleh lembaga? 4. Apakah pihak madrasah mendukung dengan rencana peningkatan yang dilaksanakan oleh guru BK? 5. Bagaimana tindakan kepala sekolah untuk meningkatkan layanan Bimbingan Konseling tersebut? 6. Apakah pihak madrasah mendukung dengan rencana peningkatan layanan tersebut? Ø Guru Bimbingan dan Konseling: 1. Bagaimana pelaksanaan BK di MTs NU Nurul Huda Semarang? 2. Mengapa pada pelaksanaan bimbingan konseling diadakan suatu peningkatan, apa yang menjadi alasan diadakan peningkatan? 3. Dengan melihat kondisi yang demikian, langkah apa yang ditempuh dalam mewujudkan adannya perubahan pada proses bimbingan konseling tersebut? 4. Bagaimana hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling yang telah dijalankan? 5. Kendala apa yang dihadapi pada pelaksanaan bimbingan konseling? 6. Setelah diadakan upaya peningkatan oleh guru pembimbing apakah ada perubahan dari perkembangan peserta didik? Ø Peserta Didik: 1. Bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang? 2. Apakah kamu sering memanfaatkan layanan konseling maupun layanan kelompok dalam ruang BK? 3. Apakah dengan program yang ada kamu dapat mengembangkan potensi yang kamu miliki? 4. Apakah kamu termotivasi dengan adanya guru BK yang baru? 5. Pengetahuan apa yang kamu peroleh setelah mengikuti rangkaian program yang dijalankan?
HASIL WAWANCARA DENGAN Drs H Ajma’in Yahya (KEPALA MADRASAH MTs NU NURUL HUDA SEMARANG) Hari
: Sabtu
Tanggal
: 2 Oktober 2010
Waktu
: 10.00-11.00
Tempat
: Ruang Kepala Madrasah
1. Bagaimana pendapat kepala madrasah tentang pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs Nu Nurul Huda Semarang? Pelaksanaan layanan bimbingan konseling pada tahun 2010 ini dapat dikatakan berjalan dengan baik, terlihat pada proses pelaksanaanya peserta didik banyak yang memanfaatkan jasa layanan bimbingan konseling baik secara individu ataupun berkelompok di ruang BK, serta proses pengajaran secara klasikal atau layanan klasikal didalam kelas juga terlaksana dengan baik, guru bimbingan konseling yang sesuai dengan kompetensinya menjadi nilai tersendiri pada proses bimbingan yang dijalankan, sejak kedatangan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd pada tahun 2009 hal itu menjadi kemajuan tersendiri pada proses bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda untuk kedepannya.
2. Dengan melihat kemajuan yang ada, apakah diperlukan peningkatan pada proses bimbingan konseling selanjutnya? Sangat diperlukan upaya peningkatan tersebut, meskipun saat ini ada perubahan, namun saya harapkan pada proses selanjutnya bimbingan konseling tetap menmberikan perubahan-perubahan pada proses layanan bimbingan konseling, karena hal itu sangat diperlukan untuk peserta didik, meskipun pada pelaksananaya sebelumnya masih terdapat banyaknya permasalahan yang belum terkoordinir dengan baik dan adannya tumpang tindih akan tetapi pada pelaksanaan kedepan sudah tidak terjadi lagi dan perlu dievaluasi oleh guru pembimbing.
3. Program kegiatan apa saja yang akan ditingkatkan oleh lembaga? Program yang akan ditingkatkan dari berbagai aspek dan dilihat dari segi kebutuhan terutama upaya penataan yang sistematis terhadap pelaksanaan BK, baik dari administrasi maupun dalam bentuk kegiatan pengembangan peserta didik, sepenuhnya kegiatan bimbingan konseling saya percayakan kepada guru pembimbing, karena dengan kedatangan guru pembimbing tersebut akan membantu guru pembimbing sebelumnya dalam melaksanakan tugas, pemantauan kegiatan tetap dilaksanakan guna mengetahui hasil dari program yang akan dijalankan.
4. Apakah pihak madrasah mendukung dengan rencana peningkatan yang dilaksanakan oleh guru BK? Sangat mendukung sekali usaha yang akan dilaksanakan oleh koordinator guru pembimbing, dengan adannya peningkatan kegiatan yang dilakukan oleh guru BK baik dalam meningkatkan mutu pembimbing sendiri dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh lembaga luar serta meningkatkan perkembanagan peserta didik dengan mengadakan kegiatan di dalam lembaga maupun di luar lembaga saya sangat mendukung upaya tersebut, dengan harapan segera terlaksana tugas-tugas yang akan dijalankan, karena dengan bimbingan konseling sangat membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi peserta didik.
HASIL WAWANCARA DENGAN Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd (Koordinator Guru BK MTs NU NURUL HUDA SEMARANG) Hari
: Kamis
Tanggal
: 7 Oktober 2010
Waktu
: 09.00-10.30
Tempat
: Ruang Bimbingan dan Konseling
1. Bagaimana pelaksanaan BK di MTs NU Nurul Huda Semarang? Pelaksanaan bimingan dan konseling untuk tahun 2010 ini dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik, kegiatan telah berjalan seperti biasannya tanpa harus menunggu instruksi dari atasan kegiatan telah berjalan dengan sendirinya, karena untuk tahun 2010 ini kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sebelunnya tinggal menunngu pelaksanaan kegiatan tersebut, karena pada tahun sebelumnya diadakan upaya peningkatan dari kekurangan yang ada. 2. Mengapa pada pelaksanaan bimbingan konseling diadakan suatu peningkatan, apa yang menjadi alasan diadakan peningkatan? Sebelum saya merencanakan adannya pemabharuan dalam proses bimbingan konseling, saya melihat pelaksanaan bimbingan konseling memang perlu diadakan upaya peningkatan sehingga usaha dalam melayani peserta didik dapat 100% berjalan maksimal sepenuhnya untuk peserta didik. Pelaksanaan bimbingan koneseling sebelumnya memang perlu diadakan pembenahan, ruang bimbingan konseling yang biasannya digunakan peserta didik dalam berdiskusi maupun menyampaikan segala keluh kesah masih bersamaan dengan ruang guru sehingga rasa kerahasiaan dalam kurang terjaga, serta pada pelaksanaan pembelajaran selam 2 minggu perjam dilaksanakaan secara penuh agar pantauan dalam mengetahui perkembangan peserta didik secara kontinyu dapat terlihat, serta diperlukannya kejelasan arahan kepada peserta didik tentang kedisiplinan pada proses pembelajaran berlangsung. 3. Dengan melihat kondisi yang demikian, langkah apa yang ditempuh dalam mewujudkan adannya perubahan pada proses bimbingan konseling tersebut?
Langkah yang saya lakukan adalah dengan mewujudkan kekurangankekurangan yang ada pada pelaksanaan bimbingan konseling seperti mengusahakan ruang bimbingan konseling beserta kelengkapannya, Merevisi program kerja tahunan, program semester, program bulanan, mingguan dan harian. mengikuti seminar atau MGMP, pembagian job dalam pemanatauan peserta didik, diskusi dengan sesama guru, menyelenggarakan kotak masalah atau kotak tanya. Adapun strategi yang diterapkan dalam meningkatkan layanan dalam proses bimbingan adalah dengan model sosial berupa menggunakan mediamedia pada pelaksanaannya, yang pernah saya contohkan dalam kelas adalah dengan memutarkan film muhasabah ataupun keanekaragaman haayati sebagai wujud rasa syukur, langkah-langkah yang yang akan ditempuh berupa: c. Menciptakan pelayanan bimbingan konseling yang baik dan mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh pemakai (klien/konseli/peserta didik) serta merujuk pada proses pelaksanaan layanan bimbingan konseling yang mampu memenuhi harapan peserta didik, masyarakat serta lembaga dengan meningkatkan wawasan peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. d. Mengadakan pembaharuan dari segi program kegiatan dengan mewujudkan kekurangan yang dihadapi pada pelaksanaan bimbingan konseling. 4. Bagaimana hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling yang telah dijalankan? Secara keseluruhan rencana peningkatan layanan bimbingan konseling dapat terlaksana meskipun ada beberapa kegiatan yang belum terlaksana karena adannya hambatan dalam mengadakan kegiatan tersebut seperti padatnya kegiatan yang dilaksanakan di MTs NU Nurul Huda sehingga penyelenggarakan kartu pribadi peserta didik, pengadakan tes intelegensi bakat dan minat dan pelatihan ISQ belum terlaksana. 5. Kendala apa yang dihadapi pada pelaksanaan bimbingan konseling? Ada beberapa kendala yang dihadapi misalnya: -
Komunikasi antara orang tua peserta didik, karena jarak yang cukup jauh
-
Apa yang dikatakan peserta didik terkadang tidak sesuai dengan kenyataan.
-
Masih ada asumsi dari minoritas peserta didik yang mengganngap bahwa BK adalah polisi sekolah, ruang BK hanya untuk peserta didik yang bermasalah padahal kan tidak. Untuk itu usaha yang dilakukan dengan perlahan menghilangkan
pemikiran tersebut dengan lebih memfokuskan layanan kepada peserta didik.. 6. Setelah diadakan upaya peningkatan oleh guru pembimbing apakah ada perubahan dari perkembangan peserta didik? Mengenai perubahan dari peserta didik dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang telah memanfaatkan jasa layanan diruang bimbingan konseling, peserta diidk banyak yang memaparkan permasalahan yang dihadapinya mulai dari permasalahan pribadi karena masalah keuangan, masalah sosial dengan teman, masalah dalam pembelajaran sulit menerima materi serta masalah karir yang ingin mandiri membantu orang tuannya sehingga permasalahan dapat terangkum dengan baik. Sedangkan dalam tingkat kedisiplinan untuk tahun ini dikatakan ada penurunan dari jumlah pelanggaran yang dilakukan peserta didik, jenis penyimpangan yang biasanya dilakukan adalah membolos dapat dilihat mulai tahun 2006/2007 rata-rata anak yang membolos sejumlah 20 orang, sedangkan tidak masuk tanpa keterangan juga sama, adapun yang berkelahi rata-rata berjumlah 10 orang, tidak melaksanakan jamaah sholat dzuhur 30 jamaah sholat dzuha 20, sedangkan pada tahun ajaran tahun baru ini jenis penyimpangan yang dilakukan pserta didik menurun mulai tidak masuk tanpa keterangan sejumlah 10 orang, membolos 5 orang, berkelahi 5 orang tidak melaksanakan jamaah sholat dzuhur 7 orang jamaah sholat dzuha 8 orang, tidak berpakaiaan sesuai dengan ketentuan 8 orang.
HASIL WAWANCARA DENGAN Bapak Sugeng Mustofa S.E ( Guru BK MTs NU NURUL HUDA SEMARANG) Hari
: Sabtu
Tanggal
: 2 Oktober 2010
Waktu
: 11.00-12.00
Tempat
: Ruang Bimbingan dan Konseling
1. Bagaimana pendapat bapak tentang pelaksanaan bimbingan konseling? Pelaksanaan
bimbingan
konseling
untuk
tahun
ini
mengalami
peningkatan dan perubahan yang baik, keberadaan ruang BK yang telah sepenuhnya dimanfaatkan peserta didik menjadi nilai tersendiri dalam pelaksanaan BK sehingga pada pelaksanaan jasa layanan terpenuhi adannya kerahasiaan dan kenyamanan dalam pelaksanaan BK. 2. Usaha apa yang dilakukan dengan kedatangan guru pembimbing yang baru? Dengan kedatangan guru pembimbing yang sesuai dengan standar kualifikasi dan kompetensi seorang konselor sangat membantu dalam pelaksanaan bimbingan konseling, langkah yang dilakukan dengan pembagian jam pengajaran untuk kelas VII A, B, C, D, E dan kelas IX A, B, C, D, E menjadi tugas guru pembimbing Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd sedangkan kelas VIII A, B, C,D oleh Bapak Sugeng Mustofa S.E, sehingga pemantauannya akan lebih mudah, pembelajaran dikelas belum diadakan selama 2 jam perminggu akan tetapi pada tahun ini sudah dilaksanakan selama 2 jam per minggu. 3. Dalam usaha mengadakan perubahan, program apa saja yang belum dilaksanakan? Program yang belum terlaksana diantarannya menyelenggarakan kartu pribadi peserta didik, mengadakan tes intelegensi bakat dan minat, dengan mendatangkan seorang psikolog, rmengadakan penyuluhan kesehatan, pelatihan ISQ untuk pengembangan potensi peserta didik. Program tersebut belum terlaksana karena padatnya kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, kemugkinan akan dilaksanakan pada tahun 2011.
HASIL WAWANCARA DENGAN Maulida dan Daviq (Peserta Didik) Hari
: Kamis
Tanggal
: 7 Oktober 2010
Waktu
: 10.30-11.30
Tempat
: Ruang Kelas IX B
1. Bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang? Pelaksanaan pelayanan baik, guru BK selalu membantu menyelesaikan permasalahan yang dialamai peserta didik, selalu memotivasi untuk belajar, apalagi setelah kedatangan guru pembimbing baru memberikan tambahan wawasan ketika ada penyuluhan kesehatan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. 2. Apakah kamu sering memanfaatkan layanan konseling maupun layanan kelompok dalam ruang BK? Layanan konseling biasannya saya lakukan ketika ingin bercerita dengan guru Bk, baik menyangkut masalah pribadi saya ataupun maslah pembelajaran yang saya hadapi. Terkadang juga memanfaaatkan layanan dengan bu yati secara kelompok. Dalam ruang BK yang disendirikan saya sangat leluasa apabila bercerita dengan guru pembimbing kerahasiaan sangat dijaga.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
`
RUANG BIMBINGAN & KONSELING ( TAMPAK DARI DEPAN )
RUANG TUNGGU TAMU
PRASARANA DI DALAM RUANG BK
TATA TERTIB DI MADRASAH
POLA UMUM BIMBINGAN & KONSELING MTS NU NURUL HUDA SEMARANG
PROSES LAYANAN SECARA KLASIKAL
PROSES LAYANAN KONSELING
SALAH SATU LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
KEGIATAN MGMP DI MTS NURUL HUDA SEMARANG
KEGIATAN FESTIVAL MAULID NABI
KEGIATAN PERKEMAHAN PESERTA DIDIK
PRESTASI YANG PERNAH DIRAIH