UPAYA PELESTARIAN KESENIAN TRADISIONAL KARINDING DI DESA CIAMPANAN KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA (Suatu Kajian Geografi Budaya)

UPAYA PELESTARIAN KESENIAN TRADISIONAL KARINDING DI DESA CIAMPANAN KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA (Suatu Kajian Geografi Budaya) TRADITIONAL ARTS PRESERVATION EFFORTS IN RURAL CIAMPANAN KARINDING CINEAM DISTRICT OF TASIKMALAYA (Geography Cultural Studies) Sandi Permana1 ([email protected]) Dr. Siti Fadjarajani M.T. 2 ([email protected]) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT Sandi Permana. 2014. Traditional Arts Preservation Efforts in Rural Ciampanan Karinding Cineam District of Tasikmalaya (Geography Cultural Studies). Tasikmalaya: Geography Education Program, University of Siliwangi Tasikmalaya. This study has background art preservation efforts tradisioanal Karinding located in the Village District of Cineam Ciampanan Tasikmalaya, art long existence ancestral Sunda is starting to become extinct at least dikarnakan human resources capable of making tools Karinding art and art Karinding least regeneration players, in the Village Ciampanan course there are only two people who can make a traditional art tools Karinding. The problem in this study were (1) How does the existence of traditional arts in the Village Ciampanan Karinding Cineam District of Tasikmalaya regency. (2) How the effort to preserve the traditional art Karinding maintained so that its presence in the village Ciampanan Cineam District of Tasikmalaya Regency. The method used is descriptive qualitative research methods, data collection techniques used were observation, interviews, literature study, and study documentation, the instruments used are observation, interview, and documentation tools. Sampling using non-random decision is purposive sampling with respondents 12 respondents consisting of 1 Karinding art experts, makers Karinding 1, 4 and 5 players arts Karinding people from surrounding communities consisting of 3 people Older people and 2 the young people. Processing and analysis of data using qualitative analysis techniques. The results showed that the presence of traditional arts in the Village Ciampanan Karinding Cineam District of Tasikmalaya Regency is still there, but for a person who is capable of playing and making musical instruments (waditra) Karinding still slightly dikarnakan lack of response from the local community. Effort to preserve traditional arts in the Village Ciampanan Karinding Cineam District of Tasikmalaya district is to create a community Karinding (Kokar) and traditional arts Karinding collaborate with two-tone music with gamelan art and modern art.

Keywords: Traditional Arts Preservation Efforts Karinding

1

Dosen Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Univ. Siliwangi Tasikmalaya

2

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Univ. Siliwangi Tasikmalaya

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai keanekaragaman bahasa, seni, budaya, adat istiadat, dan lain-lain. Salah satu contoh beberapa keanekaragaman yang ada di Indonesia yaitu munculnya berbagai macam kreasi intelektual manusia yang berbeda, ruang lingkup seni sastra dan ilmu pengetahuan, misalnya adalah kesenian dan unsur-unsur kebudayaan lain yang muncul di beberapa daerah. Daerah Jawa Barat memiliki banyak berbagai kanekaragaman kesenian dan budayanya dari mulai pantun sunda, seni pencak silat, seni angklung, seni calung, karinding dan lain sebagainya. Namun ditengah trendnya modernisasi keseniankesenian dan budaya khas yang ada mulai tergeserkan keberadaannya, salah satunya adalah kesenian karinding. Tasikmalaya adalah merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, Tasikmalaya kaya akan sumber daya alamnya, selain kaya akan sumber daya alamnya Tasikmalaya juga kaya akan seni dan budaya diantaranya adalah kesenian tradisional karinding, kesenian karinding kawung merupakan kesenian khas daerah Cineam, Karinding sudah ada pada sejak jaman penjajahan, pada jaman itu karinding berada di Desa Pasirmukti Kecamatan Cineam, namun sejak para tokoh karinding meninggal seakan-akan kesinian karinding mulai sedikit-sedikit menghilang keberadannya dan sulit untuk ditemukan, namun kini kesenian karinding mulai muncul kembali dengan adanya komunitaskomunitas karinding anak muda (remaja) dibeberapa daerah di Jawa Barat. Seperti yang sudah tidak asing lagi salah satunya adalah karinding attack (Karat) yaitu perpaduan alat musik karinding dengan alat musik lain sebagai pelengkapnya, selain karinding attack ada juga yang namanya Karinding Militan (Karmila) dan Komunitas Karinding (Kokar), serta dibeberapa daerah lainnya, saat ini Karinding sudah mulai banyak penggemarnya terutama kalangan anak sekolah (remaja).

Di daerh Ciampanan Kecamatan Cineam sering mengadakan pagelaran rutin tahunan yang khusus menampilkan kesenian-kesenian tradisional khas tanah Sunda yaitu Jawa Barat, diantaranya adalah kesenian angklung, kesenian calung dan kesenian tradisional karinding kawung yang menjadi ciri khas daerah Cineam.

2 – Siti Fadjarajani dan Sandi Permana.Upaya pelestarian kesenian karinding

Namun dengan keterbatasan bahan baku dan sumber daya manusia yang terampil dalam seni karinding, maka hingga sekarang belum banyak orang yang bisa membuat alat kesenian karinding, sehingga menghambat dalam penyebaran kesenian karinding itu sendiri, sedangkan karinding merupakan alat kesenian buhun (lama) yang harus di jaga keberadaannya untuk kelestariannya.

Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui bagaimana keberadaan Kesenian Tradisional Karinding di Desa Ciampanan Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. 2) Untuk mengetahui upaya pelestarian Kesenian Tradisional Karinding agar keberadaannya tetap terjaga di Desa Ciampanan Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya.

METODE PENELITIAN Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti dan masalah yang terjadi pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu metode kualitatif penelitian yang berdasarkan pada filsafat fositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagailawannya adalah eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekanka makna daripada generalisasi (Sugiyono 2013:9). Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat mengungkap upaya pelestarian kesenian tradisional karinding di Desa Ciampanan Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya.

PEMBAHASAN Deskripsi Umum Upaya Pelestarian kesenian Tradisional Karinding di Desa Ciampanan Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya 1.

Geografi dan Kebudayaan Menurut Bryan berpendapat bahwa perbedaan antara wilayah yang satu dengan lainnya itu berupa perbedaan cultural landscapenya yaitu bentang budaya


(Daldjoeni 1997:10), didalam bentang budaya ditemukan empat asfek sebagai berikut: a. Bentuk-bentuk struktural seperti tanah garapan, permukiman, pertambangan, pabrik. b. Sarana-sarana perpindahan manusia dan barang. c. Proses-proses khusus, misalnya dalam kegiatan pertanian, industri dan transfortasi. d. Hasil-hasil kegiatan manusia yang misalnya berupa persediaan pangan, komodity, kesehatan penduduk dan pemerintahan yang baik. Jadi dengan demikian dapat diartikan bahwa bentang budaya itu merupakan berbagai bentuk konkrit dari adaptasi manusia terhadap lingkungan alamnya, disebut demikian karna itu jelas bertalian lebih erat dengan usaha manusia untuk mengubah alam dari pada yang bertalian dengan pengaruh alam atas kehidupan manusia. 2. Sejarah Karinding Cineam Sejarah karinding di Cineam adalah semenjak adanya pengungsi dari daerah Langkap Lancar ke kampung Cikurawat membawa alat kesenian karinding dan Ki Koha tertari dengan alat musik tersebut maka Ki Koha belajarlah membuat dan memainkan karinding, namun dikala Ki Koha sedang memainkan karinding pada saat itu nenek Ki Koho bertanya kepada Ki Koha dari mana kamu punya karinding? Sebelum ki Koha menjawab neneknya langsung berkata bahwa di bisa memainkan karinding semenjak dia masih gadis namun semenjak menikah jarang memainkan karinding, dari pemaparan tokoh karinding maka dapat disimpulkan bahwa Karinding Cineam lebih tua keberadaannya atau dinamakan dengan nama (buhun) bahkan ada yang mengatakan bahwa pada abad ke 16 dalam acara pernikahan putri Daleum Nagara tengah pernah menampilkan sebuah pagelaran kesenian tradisional karinding. Karinding adalah tatabeuhan tina hinis palapah kawung, beusi make pangharus awi KBBS (2007:207) dalam kamus umum bahasa sunda pengertian karinding adalah jenis alat musik perkusi yang terbuat dari pelepah pohon aren, besi menggunakan pengeras pipa dari bambu dengan adanya pengertian dalam kamus


umum bahasa sunda tersebut maka menjadi bukti kuat bahwa karinding kawung yang paling tua dibandingkan dengan karinding awi. Keberadaan Kesenian Tradisional Karinding Cineam a. Sejarah Penamaan Karinding Sejarah penamaan karinding adalah adanya seorang anak turunan raja yang bernama Kalamanda beliau mencintai seorang wanita turunan menak yaitu Sekarwati namun cintanya tidak direstui oleh kedua orang tuanya, semenjak itu Kalamanda pergi kesebuah ujung jalan dan masuk kedalam hutan disana Kalamaanda mendengarkan suara-suara binatang hutan seperti burung dan tongeret. Semenjak beliau mendengar suara tersebut maka Kalamanda berinisiatif untuk membuat sebuah alat musik yang berbunyi seperti tongeret yang terbuat dari pelepah pohon aren saeran, semenjak Kalamanda pulang dari hutan dengan membawa alat musik ciptaannya dikala Kalamanda melihat sebuah binatang sawah yang yang dinamakan kakarindingan setelah dilihat ternyata hewan tersebut menyerupai alat ciptaannya maka dinamakanlah alat tersebut dengan nama karinding. b. Fungsi Karinding Menut Bapak Sule Nurharismana dalam tesisnya yang berjudul “Karinding Kawung” (tesis Universitas Pendidikan Indonesia 2012) ada 3 fungsi dalam kesenian karinding yaitu sebagi berikut 1) Sebagai penglipur kalbu Sebagai penglipur kalbu adalah untuk menghilangkan rasa kepenatan dan kejenuhan dikala petani sedang menunggu padi di sawah huma dengan cara memainkan karinding didalam saung-saung sawah huma ditemani dengan angin gunung yang sejuk maka kesenian karinding adalah merupakan sebuah kesenian yang merakyat. 2) Sebagi alat pergaulan remaja Karinding digunakan sebagai alat pergaulan remaja pada jaman dulu, dimana dikala belum beredarnya teknologi modern seperti alat komunikasi dan kendaraan maka pada jaman dulu masyarakat kampung Pasirmukti dalam bermain kerumah perempuan dengan cara berkelompok dan sambil membawa karinding, dikala pemuda sudah sampai di rumah perempuan pemuda-pemuda 5 – Siti Fadjarajani dan Sandi Permana.Upaya pelestarian kesenian karinding

tersebut dengan serempak memainkan karinding yang menandai bahwa ada orang yang akan berkunjung ke rumah tersebut, dan apabila pihak perempuan merespon akan keberadaan tamu tersebut maka perempuan memberikan balasan dengan cara memainkan karinding dari dalam rumah dan membuka jendela rumahnya. 3) Sebagai Pertunjukan Seni/ Tontonan Karinding pada awalnya bukan merupakan sebuah kesenian namun melainkan sebuah alat yang digunakan oleh masyarakat untuk bersilaturahmi dengan sanak sodara dan kerabat-kerabatnya diamana orang akan berkunjung ketempat kerabatnya dengan membawa alat musik karinding namun kegiatan silaturahmi seperti itu hanya berlaku sampai tahun 1970-an seiring dengan kemajuan jaman maka karinding beralih fungsi menjadi sebuah kesenian tontonan yaitu yang terdiri dari 4 orang dari satu grup karinding, karinding pada jaman dulu dipentaskan dalam acara seperti khitanan dan acara hari kemerdekaan Republik Indonesia, namun kesenian karinding sekarang banyak ditampilkan dalam panggung-panggung hiburan acara musik. 4) Perbedaan Karinding Perbedaan karinding Cineam dengan karinding yang ada didaerah lain adalah dari bahan pembuatannya diamana karinding kawung adalah merupakan karinding khas Cineam yang terbuat dari pelepah pohon aren saeran mempunyai dua buah buntut lisa atau penggetar, sedangkan karinding yang ada di daerah lain seperti Sumedang, Ciamis dan Garut adalah karinding yang terbuat dari bahan bambau gombong dan mempunyai satu buntut lisa (penggetar). 5) Mitos Karinding Mitos dalam kesenian tradisional karinding Cineam tidak ada, namaun menurut pemain dan pakar seni Sunda yang ada di Ciampanan mengatakan bahwa apabila pagelaran karinding dengan celempung maka selalu diguyur hujan kejadian ini bukan meraupakan mitos namun kejadinan yang sering dialami pemain karinding Cineam. Selain itu disalahsatu tempat dimana awal keberadaan karinding berada yaitu di Pasirmukti Kecamatan Cineam karinding sudah disakralkan hampir setiap rumah pada jaman dulu di Pasirmukti terdapat sebuah karinding yang diselipkan di dinding rumah yang terbuat dari bilik bambu, pada jaman dulu di


Pasirmukti karinding dijadikan sebuah tolak ukur bagi remaja yang akan melangsungkan pernikahan apabila remaja laki-laki sudah mampu membuat karinding maka lali-laki tersebut diperbolehkan untuk menikah. Upaya Pelestarian Kesenian Tradisional Karinding di Desa Ciampanan Kecamatan Cineam kabupaten Tasikmalaya a. Cara Membuat Karinding Menurut Bapak Sule Nurharismana cara membuat alat musik tradisional karinding adalah dengan cara sebagai berikut: 1. Pemilihan bahan baku yaitu pelepah pohon aren saeran. 2. Memotong pelepah pohon aren menjadi seukuran 20 cm dengan lebar 1,5 cm. 3. Setelat pemotongan, pelepah pohon aren disisimpan diatas tunggu api. 4. Setelah pelepah pohon aren dianggap kering berlanjut ke proses pembuatan. 5. Pelepah pohon aren dipola dibentuk seperti pola bentuk karinding pada aslinya yaitu membuat bagian kepala karinding, perut dan ekor karinding. 6. Proses selanjutnya menghilangkan kulit yang menempel dipelepah aren. 7. Membuat buntut lisa yaitu yang menjadi penggetar yang menghasilkan suara pada karinding. 8. Membelah perut karinding. 9. Merapihkan bagian dalam karinding. 10. Proses pembuatan dan mengolah suara. 11. Proses akhir adalah menghaluskan bagian karinding menggunakan amplas yang bertekstur halus. 12. Proses pengasapan, karinding yang sudah selesai diasap diatas tunggu api. Teknologi yang digunakan adalah teknologi sederhana yang terdiri dari gergaji, pisau raut tipis, golok, dan amplas, untuk proses membuat karnding adalah tergolong sulit-sulit gampang, karena dalam membuat karinding diperluan kesabaran ketelitian dan keuletan pembuat karinding sehingga sampai sait ini hanya sdikit orang yang mampu membuat alat musik tradisional karinding. b. Cara Memainkan Karinding Karinding adalah waditra termasuk jenis alat pukul, dibunyikan dengan cra dipukul mempergunakan telunjuk atau jari tangan tengah dan mulut sebagai wadah gemanya Kubarsah (1994;50). Dengan adanya pengertian tersebut maka keunikan 7 – Siti Fadjarajani dan Sandi Permana.Upaya pelestarian kesenian karinding

dari alat musik (waditra) karinding ini dari cara memainkannya yaitu dengan cara dipukul bagian kepala karinding supaya menghasilkan sebuah getaran yang akan menghasilkan nada yang akan diolah menggunakan mulut sebagi alat resonatornya pengolah nada. Untuk cara memainkan karinding tergolong sulit-sulit gampang, dikarnakan dalam memainkan karinding pemain harus peka terhadap musik seningga mampu mengolah nada yang dikeluarkannya apabila pemain tidak peka dengan musik dalam artian bukan pemusik maka akan sulit untuk belajar main karinding, karna untuk memainkan karinding menggunakan insting untuk mengolah dada dalam mulut berbeda dengan alat musik lainnya yang ditiup seperti seksopon dan suling. Adapun lagu-lagu karinding kawung Cineam diantaranya adalah: 1) Tongeret

7) Buncis

2) Tokecang

8) Karinding

3) Keong Nongtot

9) Jungjae

4) Tolenjeng

10) Dengkleung

5) Nanyaan

11) Rajah

6) Ungkuk-ungkuk nyandung c. Regenerasi Sulitnya cara membuat karinding adalah faktor utama dalam proses penyebaran kesenian tradisional karinding kawung Cineam, sampai saat ini di Desa Ciampanan Kecamatan Cineam hanya ada dua orang saja yang mampu membuat alat musik tradisional karinding yaitu Bapak Tata Hermawan pembuat karinding kawung dan Bapak Sule Nurharismana sebagai pembuat alat musik karinding dari bambu, samapi pada saat ini belum ada orang yang mampu membuat karinding yaitu tidak ada regenerasi pembuat karinding. Selain tidak ada regenerasi pembuat karinding untuk pemain karindingpun hanya ada beberapa orang saja yang menjadi regenerasi pemain kesenian tradisional karinding salahsatunya adalah Putri Intan Pratiwi perempuan berumur 18 tahun putri dari bapak Tata Hermawan selaku pembuat karinding adalah merupakan satusatunya regenerasi pemai karinding perempun yang bergabung dalam sebuah komunitas karinding (kokar) Sukma Sunda Cineam. d. Perkembangan Kesenian Karinding Masakini


Seni musik adalah keterampilan kreatif individual yang dapat dipupuk dan dapat merupakan kebanggaan seseorang, karena rasa telah berhasil menciptakan sesuatu atau melulu karena kepuasan telah memainkanya Wiliam (1985;237). Sepertihalnya dengan kesenian karinding adalah merupakan kesenian hasil dari kreatif individu dalam berkesenian manusia jaman dulu dengan tujuan untuk mendapatkan sebuah rasa kepuasan batin tersendiri dengan mampunya memainkan alat musik karinding dengan cara melodis. Kesenian tradisional karinding saat ini mulai banyak peminatnya terutama dikalangan anak muda (remaja) meningkatnya peminat kesenian tradisional karinding ini adalah dikarnakan ada inovasi baru dari penyajian kesenian tradisioanal karinding, kesenian karinding asli adalah menggunakan karinding dan kecapi ataupun tarawangsa dalam sebuah pagelarannya, namaun kesenian karinding sekarang berubah menjadi sebuah kesenian tradisional yang diakumulasikan dengan kesenian modern sehingga warna musik lebih berwarna dan pariatif. Perubahan dalam kesenian tradisional karinding maka terdapat peleburan sebuah unsur nilai yang terkandung dalam sebuah kesenian karinding dimana pada dasarnya karinding adalah merupakan kesenian tradisional yang mengeluarkan nada melodis dalam artian dapat mengeluarkan nyanyian, namun karinding yang dimainkan dalam kesenian karinding saat ini sebagi alat pengiring saja, dari segi nilai kesenian karinding saat ini rendah dikarnakan tidak ada orang yang mampu memainkan kesenian karinding seperti pada jaman dulu para tokoh karinding dalam sebuah acara pagelaran kesenian tradisional karinding. e. Bantuan Pemerintah Bantuan pemerintah mengenai kesenian tradisional karinding hingga sampai saat ini belum ada bantuan khusus, namaun pemerintah sudah memberikan wadah untuk kesenian karinding dimana dalam setiap memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia pemerintah daerah selalu memberikan kesempatan untuk pementasn kesenian trdisional karinding, selain pemerintah daerah memberikan wadah untuk pagelaran kesenian tradisional karinding, pemerintahan pusatpun sudah memberikan wadah dimana dalam sebuah acara kedinasan sering menampilkan kesenian tradisional karinding.


Selain memberikan wadah dalam sebuah acara pagelaran penampilan kesenian tradisioanal karinding, pemerintahpun sudah memberikan perlindungan mengenai kesenian tradisional yang tertera dalam sebuah Undang-Undang Dasar dalam pasal 32 ayat 1 UUD 45 yang berisi “Negara memeajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan niai-nilai budaya”. Selain dengan perlindungan dari Undang-Undang Dasar 45, karinding Cineam sudah ditetapkan secara lisan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan bahwa karinding kawung adalah karinding khas Cineam sehingga dengan adanya penetapat tersebut terbukti bahwa kesenian tradisional karinding kawung adalah merupakan kesenian khas daerah Cinema yang sudah ada pada ratusan tahun kebelakang dan diakui secara nasional walaupun terdapat karinding di daerah lain di Jawa Barat karinding Cineam adalah khas dengan bahan pembuatan dari pelepah pohon aren nira.

Simpulan Adapun saran-saran yang penulis utarakan agar hasil penelitian ini lebih bermanfaat adalah sebagai berikut : 1. Keberadaan kesenian tradisional karinding di Desa Ciampanan Kecamatan Cineam kabupaten Tasikmalaya, tidak ada yang mengetahui pasti tentang kapan awal keberadaan karinding kawung di Cineam, namun menurut cerita para tokoh karinding bahwa karinding sudah ada pada jaman penjajahan DI pada tahun 1930, dimana pada jaman itu karinding dibawa oleh pengungsi dari Langkap Lancar dan semenjak kedatangan pengungsi tersebut maka masyarakat Kampung Cikurawet dan Pasir Mukti mulai belajar bermain karinding dan belajar membuat karinding. Namun menurut nenek dari sesepuh karinding mengatakan bahwa karinding di Cineam sudah ada pada saat nenek Ki Koha masih remaja itu menandakan keberadaan karinding di Cineam lebih tua dari semenjak kedatangan pengungsi dari Langkap Lancar, bahkan ada yang mengatakan bahwa kesenian karinding pernah ditampilkan pada acara pernikahan putri dalem Nagara Tengah pada abad ke 16-an. 2. Upaya pelestarian kesenian tradisional karinding di desa ciampanan Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya.


a. Pembentukan Komunitas Karinding (Kokar) Dengan pembentukan sebuah wadah atau komunitas karinding adalah untuk memajukan dan melestarikan kesenian buhun khas Cineam, dimana dengan membuat sebuah komunitas akan menimblkan rasa memeiliki akan budaya sendiri yaitu karinding, komunitas karinding yang ada di Cineam diketuai oleh Kang Sule sebagai pakar seni sunda yang ada di Ciampanan. b. Kolaborasi Dengan melakukan kolaborasi dengan alat musiklain dipercaya bahwa kesenian karindaing akan lebih berwarna dan akan menarik simpatisan masyarakat mengenai keseninain karinding, terbukti dengan pengklaborasian dengan musik dua warna yaitu seni tradisional dan modern mampu menarik masyarakat untuk menggemari kesenian karinding terbukti sekarang kesenian karinding sudah mulai dilirik dan sering mengadakan sebuah pagelaran.

Saran Adapun saran-saran yang penulis utarakan agar hasil penelitian ini lebih bermanfaat adalah sebagai berikut : 1. Dengan penelusuran mengenai seni buhun karinding ini diharapkan akan menambah rasa kecintaan terhadap budaya bangsa, diama bangsa Indonesia mempunyai kebudayaan yang sangat amat bernilai tinggi, kesenian karinding adalah merupakan kesenian buhun peninggalan nenekmoyang tanah sunda yang harus diperhatikan keberadaannya supaya tetap lestari dan tidak punah. 2. Penulis sangat mengharapkan dengan penulisan karya ilmiah ini dapat memberikan pengetahuan tentang kesenian buhun Tanah Sunda khususnya bagi yang membaca. 3. Penulis mengharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai kesenian karinding secara mendalam terutama penelusuran keberadaan karinding diberbagai daerah di Jawa Barat diamana karinding ditemukan dibeberapa daerah dan banyak orang yang mengakui kesenian karinding adalah merupakan kesenian khas daerah mereka.


DAFTAR PUSTAKA Daldjoeni. 1997. Pengantar geografi Untuk Mahasiswa & Guru Sekolah. Bandung: P.T Alumni Haviland, 1985. Edisi Keempat Antropologi. Surakarta: Erlangga Kubarsah, 1994. Waditra Mengenal Alat-Alat Kesenian Daerah Jawa Barat. Bandung: CV. Sampurna Lembaga Basa dan Sastra Sunda. 2007. Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: Geger Sunten Nurharismana, 2012. Karinding Kawung (Tesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta


UPAYA PELESTARIAN KESENIAN TRADISIONAL KARINDING DI DESA CIAMPANAN KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA (Suatu Kajian Geografi Budaya)

Recommend Documents