KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN KANEKES PANAMPING DI DESA KANEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK (Suatu Kajian Geografi Budaya) Nandang Hendriawan¹ (
[email protected]) Dian Rianti² (
[email protected]) Progam Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT
DIAN RIANTI. 2014. Characteristics of Culture Kanekes Panamping in Kanekes Village Leuwidamar District Lebak Regency. Geography Education Study Program. Faculty of Teachers Training and Educational Sciences. Siliwangi University. The background of this research is in Baduy Village , the people in the Village still follow what was done by the previous ancestor. Baduy Village is one of the sub tribe which still maintain the Sundanese ethnic customs, they are not affected by the outside culture, untouched by technology. Baduy have Sundanese Wiwitan confidence and have different rules with other societies. Bedouin tribes scattered throughout the village is divided into Kanekes Tangtu Kanekes and Kanekes Panamping, in Kanekes Panamping have laws that tend to loose . The problem in this research is how characteristics of cilture Kanekes Panamping as well as efforts to maintain the culture Kanekes Panamping at the Kanekes Village Kanekes Leuwidamar District Lebak Regency. The purpose of this study was to determine for knowing how the cultural characteristics Kanekes Panamping effort to maintain the culture Kanekes Panamping at the Kanekes Village Leuwidamar district Lebak Regency. The method used is descriptive qualitative, data obtained through field observations and interviews of various informants Kanekes Village chief , elders , traditional leaders and indigenous Kanekes , and equipped with secondary data from various sources that are relevant . The collected data is processed through qualitative analysis techniques . The results of the study of cultural characteristics Kanekes Panamping consisting of seven elements of culture, namely : (1) The language used is rough Sundanese dialect of Sundanese Banten. (2) Religions System and beliefs Kanekes Panamping of Sunda Wiwitan. (3) Knowledge Systems in Kanekes taboo for formal schooling. (4) Livelihood Systems in Kanekes is a farmer and his side job is anything that can be processed from nature. (5) Art system is angklung Buhun. (6) Equipment System which consists of apparel , home , leuit and other household appliances. (7) Social Organization System that is custom structures , and how marriage mass circumcision. Effort to maintain the culture of compliance in Kanekes done themselves by obeying the people Baduy customary rules of ancestors and supported from the attention of the government .
1
H. Nandang Hendriawan dan Dian Rianti, Karakteristik Kebudayaan Kanekes Panamping
PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah satu kesatuan kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu. Manusia juga hidup dan berkembang di permukaan bumi karena manusia sebagai makhluk memiliki akal, sehingga melalui akalnya manusia beradaptasi dan mengolah lingkungan untuk memenuhi kehidupannya. Hal ini merupakan kelebihan manusia dari makhluk yang lainnya. Melalui akalnya manusia memiliki hasil karya yang senantiasa berkembang mengikuti perkembangan kehidupan manusia itu sendiri yang disebut sebagai kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu akumulasi pengalaman belajar yang senantiasa didukung, dipelihara dan dikembangkan oleh individu-individu yang menjadi warga suatu kelompok masyarakat serta fungsi bagi masyarakat yang bersangkutan untuk menurunkan ke generasi yang berikutnya. Seperti halnya di Desa Kanekes, masyarakat di Desa ini masih mengikuti apa yang dilakukan oleh para leluhur sebelumnya. Desa Kanekes adalah salah satu suku sub-etnis sunda yang masih menjaga adat istiadat, mereka tidak terpengaruhi oleh budaya luar, tidak tersentuh dengan teknologi. Suku Baduy atau warga Desa Kanekes terbagi menjadi tiga bagian yaitu kelompok tangtu, kelompok panamping dan dangka. Struktur masyarakat pada komunitas adat Baduy banyak keunikan, yaitu dengan adanya dua komunitas dalam satu wilayah adat, yaitu komunitas Baduy Luar dan komunitas Baduy Dalam. Kisah terjadinya dua komunitas yang berbeda ini tidak pernah tercatat dalam dokumen tertulis, namun terekam dalam tuturan lisan. Pada mulanya mereka berasal dari komunitas yang sama dengan aturanaturan adat asli yang sangan ketat. Namun seiring dengan dinamika zaman dan semakin terbukanya isolasi, pergaulan antar komunitas menjadi jamak. Maka terjadilah persinggungan dan pencampuran budaya, yang kemudian sebagian warga Baduy mengadopsi secara terbatas budaya luar dan menjadilah komunitas adat Baduy Luar sampai sekarang ini. Komunitas Baduy Luar kini menjadi mayoritas dalam komunitas Baduy Dalam. Sebagai sesama saudara mereka tidak
2
H. Nandang Hendriawan dan Dian Rianti, Karakteristik Kebudayaan Kanekes Panamping
terpisah, namun secara bijak membagi wilayahnya menjadi dua, yaitu kawasan Baduy Luar yang berbatasan langsung dengan dunia luar dan Baduy Dalam yang “terlindungi” di bagian dalam wilayah adat Baduy. Namun saat ini kelompok Kanekes panamping mempunyai adat istiadat dan peraturan yang berbeda, karena kelompok Kanekes panamping sudah mulai menerima adanya pengaruh dari luar.
TUJUAN 1.
Untuk mengetahui karakteristik Kebudayaan Masyarakat Kanekes Panamping di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak.
2.
Untuk mengetahui usaha masyarakat dalam mempertahankan budaya Kanekes Panamping di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, metode ini berusaha menggambarkan gejala sosial atau dengan kata lain bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana
karakteristik kebudayaan
dan
usaha
untuk
mempertahankan
kebudaayaan Kanekes Panamping di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Observasi 2. Wawancara 3. Studi Literatur 4. Studi Dokumentasi
3
H. Nandang Hendriawan dan Dian Rianti, Karakteristik Kebudayaan Kanekes Panamping
SUBJEK YANG MERUPAKAN OBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosialyang diteliti. Orang yang diambil adalah orang yang mewakili (Refresentatif) dari populasi yaitu masyarakat Kanekes. Responden atau informan dipilih berdasarkan informan terpilih yang kaya dengan pengetahuan yang bersifat mendalam, informan yang diambil yaitu: a. Jaro Pamarentah b. Pelaksana harian pamerentah (Jaro) c. Sesepuh Kanekes d. Masyarakat asli Kanekes
PEMBAHASAN Sejarah Baduy Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu batara yang diutus ke bumi. Asal usul itu pula sering dikaitkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya termasuk warga Kanekes mempunyai tugas. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia. Karakteristik Kebudayaan Kanekes Panamping di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak 1. Bahasa Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda Kasar dengan dialek Sunda Banten sedangkan untuk pantun dan pengucapan syahadat adalah dengan bahasa Sunda Buhun
4
H. Nandang Hendriawan dan Dian Rianti, Karakteristik Kebudayaan Kanekes Panamping
2. Sistem kepercayaan yang dianut oleh orang Kanekes yaitu sunda wiwitan yang berarti mereka adalah keturunan pertama Batara Tunggal Nabi Adam. Kepercayaan sunda wiwitan tidak ditugaskan untuk sembahyang dan tidak memiliki kitab, mereka hanya bertugas untuk menjaga alam agar tetap lestari dan mendoakan alam beserta isinya agar aman, tentran dan terhindar dari bahaya. Acara ritual yang rutin dilaksanakan adalah muja yang berarti ritual ini dilakukan untuk memuja roh nenek moyang yang dilaksanakan di Sasaka Domas di hulu Sungai Ciujung dengan melantunkan doa-doa agar alam, lingkungan dan manusia dapat tentram, sejahtera dan jauh dari mara bahaya. Kawalu adalah bulan puasa selama tiga bulan dan berpuasa satu hari dalam tiap bulannya dengan tujuan mensucikan diri dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Ngalaksa adalah perkumpulan seluruh masyarakat Kanekes dengan menghitung jiwa yang ada dan akan disetorkan kepada Yang Maha Kuasa kemudian didoakan agar jiwa-jiwa yang didoakan tersebut terjauh dari bahaya. Seba adalah ucapan syukur masyarakat Kanekes karena diberikan hasil alam yang melimpah, juga sebagai tanda upeti atau pajak kepada pemerintah. 3. Sistem Pendidikan Orang Kanekes dilarang bersekolah formal karena dapat mengganggu kegiatan berladang dan acara adat di Kanekes. Istilah masyarakat Kanekes yaitu apabila bersekolah maka kita akan pintar dan bila kita pintar maka akan menipu orang lain, selain istilah tersebut menjadi alasan logis sekolah formal ditabukan oleh adat dari jaman leluhur mereka. 4. Mata pencaharian Mata Pencaharian orang Kanekes adalah bertani dan berladang padi huma yang proses penanamannya masih secara tradisional diantaranya nawaras, nyacar, nukuh, ngaduruk, ngaseuk, ngirab sawan, ngored dan meuting. Mata pencaharian sampingan yaitu menenun, menjual hasdil bumi seperti pisang, durian, madu hutan, petai, gula aren dan suvernir untuk para wisatawan.
5
H. Nandang Hendriawan dan Dian Rianti, Karakteristik Kebudayaan Kanekes Panamping
5. Sistem Kesenian yang terdapat di Kanekes Panamping yaitu angklung buhun yang ditampilkan pada saat menanam padi dengan iringan pantun sunda buhun dengan tujuan untuk menghibur padi, alasan logisnya yaitu bunyi-bunyian anglung ini dapat merangsang pertumbuhan padi. 6. Sistem Peralatan Pakaian yang digunakan laki-laki Kanekes Panamping yaitu jamang kampret yang berwarna hitam dan bawahannya dinamakan samping hideung dengan ikat kepala warna biru tua bermotif batik. Pakaian yang digunakan perempuan Kanekes Panamping adalah kebaya dengan bawahan samping berwarna biru tua bermotif batik. Rumah adat Kanekes dinamakan nyulah nyanda dan arsitekturnya masih tradisional. Rumah adat ini harus menghadap ke arah Utara-Selatan. Leuit adalah lumbung padi masyarakat Kanekes dengan kontruksi yang tradisional dan dapat mencegah masuknya hama penyakit dan mencegah tikus masuk ke dalam leuit. Di dinding leuit diberi dedaunan yang disebut susumping yang fungsinya untuk mencegah hama penyakit dan mengawetkan padi. 7. Sistem Organisasi Sosial Orang Kanekes mempunyai struktur pemerintahan adat sendiri yaitu Puun sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dengan fungsinya sebagai Raja, sedangkan untuk penyambung pemerintahan adat dan pemerintahan pusat adalah Jaro Pamarentahan atau setara denga Kepala Desa. Prosesi perkawinan adat Kanekes Panamping yaitu dilaksanakan tiga hari, hari pertama mempersiapkan susuguh bagi para tamu undangan, hari kedua nikah secara KUA dan mengucap syahadat Nabi Muhammad, dan prosesi terakhir nikah secara adat yang sahkan oleh Dukun Pangasuh. Sedangakan untuk khitanan di Kanekes dilaksanakan secara massal dan dilaksanakan secara adat. 8. Perbedaan antara Kanekes Panamping dengan Kanekes Tangtu Dalam berpakaian di Kanekes Tangtu menggunakan pakaian putih disebut jamang sangsang dan bawahannya samping yang dinamakan samping aros.
6
H. Nandang Hendriawan dan Dian Rianti, Karakteristik Kebudayaan Kanekes Panamping
Perbedaan lainnya adalah kontruksi rumah di Kanekes Tangtu alat yang dipakai dalam pembangunan rumah tidak boleh menggunakan alat modern seperti paku, engsel dan gergaji. Upaya Mempertahankan Budaya Kanekes Panamping di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak. Upaya yang dilakukan untuk melestarikan budaya yaitu dengan keteguhan dan kepercayaan masyarakat Kanekes terhadap aturan dan adat yang harus dijalankan dan tidak melanggar adat karena ada hukuman yang berlaku. Untuk pemerintah yaitu dengan ikut berpartisifasi melindungi wilayah Kanekes dan menjaga lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang akan merusak kehidupan orang Kanekes.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Orang Kanekes terbagi menjadi dua komunitas adat yang saling melengkapi yaitu komunitas adat Kanekes Tangtu dan Kanekes Panamping, kedua komunitas ini memiliki aturan adat yang sama namun untuk Kanekes Panamping terdapat kelonggaran. Kanekes Tangtu adalah komunitas yang masih kental denga aturan yang ketat dan menutup diri dari budaya luar, sedangkan Kanekes Panamping adalah daerah yang mengelilingi Kanekes Tangtu dengan aturan yang agak longgar fungsi daerah ini adalah untuk pelindung, penyaring dan penyeimbang aturan adat agar Kanekes Tangtu dapat terlindungi. 2. Upaya yang dilakukan untuk melestarikan budaya yaitu dengan keteguhan dan kepercayaan masyarakat Kanekes terhadap aturan dan adat yang harus dijalankan dan tidak melanggar adat karena ada hukuman yang berlaku. Untuk pemerintah yaitu dengan ikut berpartisifasi melindungi wilayah Kanekes dan menjaga lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang akan merusak kehidupan orang Kanekes.
7
H. Nandang Hendriawan dan Dian Rianti, Karakteristik Kebudayaan Kanekes Panamping
Saran 1. Masyarakat Kanekes agar tetap menjaga nilai-nilai kebudayaan yang terdapat di Kanekes dan melestarikannya dari generasi ke generasi. 2. Pemerintah agar tetap menjaga kelestarian budaya Kanekes karena selain aset wisata budaya, Kanekes adalah masyarakat yang perlu dijaga kelestarian budayanya sebagai budaya yang masih memegang teguh adat istiadat. 3. Aturan ketat bagi para pengunjung dan wisatawan harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh agar budaya luar tidak mudah masuk ke wilayah Kanekes. 4. Bagi para pembaca dapat meniru aturan adat yang bermanfaat bagi kehidupan kita misalnya keteguhan orang Kanekes dalam menjaga alam dan lingkungannya agar tetap lestari. 5. Untuk peneliti selanjutnya agar meneliti masalah yang belum tedapat pada pembahasan ini karena budaya bersifat dinamis maka perubahan pasti akan selalu ada dan masalah yang diteliti lebih kompleks. DAFTAR PUSTAKA Erwinantu.(2012). Saba Baduy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Hasman, Don dan Filomena Reiss. (2012). Urang Kanekes Baduy People. Jakarta: Indonesian Heritage Society Kurnia, Asep dan Ahmad Sihabudin. (2010). Saatnya Baduy Bicara. Jakarta: Bumi Aksara Masdudin, Ivan. (2010). Keunikan Suku Baduy di Banten.Banten: Talenta Pustaka Indonesia Sutendy, Uten. (2010). Kearifan Hidup Orang Baduy Damai dengan Alam. Tangerang Selatan: Media Komunika Permana, CE. (2010). Kearifan Lokal Masyarakat Baduy dalam Mitigasi Bencana. Jakarta: Wedatama Widya Sastra Yanti.(2010). MengenalSukuBaduy. Jakarta: CV. GhinaWalafafa
8
H. Nandang Hendriawan dan Dian Rianti, Karakteristik Kebudayaan Kanekes Panamping