IDENTIFIKASI FUNGSI DAN FISIK ARSITEKTUR TRADISIONAL BADUY Studi Kasus: Kampung Cigoel Desa Kanekes, Lebak, Banten. Dwi Suci Sri Lestari Abstrak Karya fisik arsitektural, sering dianggap harus memenuhi kebutuhan manusia masa kini yang menganggap dirinya modern dengan segala kebutuhannya yang serba instan. Untuk itu banyak di antara pengguna arsitektur yang menganggap karya leluhur di masa lalu tidak sesuai dengan kebutuhan dan selera kekiniannya. Namun di antara masyarakat sedemikian itu masih terdapat pula yang masih teguh memelihara tradisi beserta pusaka budaya leluhurnya. Bahkan terdapat pula yang ekstrem menolak modernisasi. Masyarakat dimaksud, adalah masyarakat Baduy Luar, di Kampung Cigoel desa Kanekes, kecamatan Leuwi Damar Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.yang diangkat sebagai kasus dalam penelitian deskriptik analitik yang bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi dan fisik arsitekturnya. Hasil penelitiannya unik: permukimannya yang berpola grid beraturan tertentu, memiliki fungsi bersama ruang terbuka antar rumah, lumbung dan rumah lesung. Rumahnya panggung, berorganisasi ruang dan penampilan sederhana, berfungsi-fungsi ruang khas, berbahan alami: kayu, bambu, ijuk, dan rumbia, berestetika arsitektur bersifat alami. Kata kunci: fungsi dan fisik, Arsitektur Tradisional Baduy.
1. PENDAHULUAN Arus informasi dan modernisasi, sering membuat orang terlena dengan segala kemudahan yang dicapai. Karenanya seringkali karya fisik arsitektural, dianggap harus memenuhi kebutuhan manusia masa kini yang menganggap dirinya modern dengan segala kebutuhannya yang serba instan. Banyak yang menganggap karya leluhur di masa lalu kurang signifikan karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan selera kekiniannya. Selain karyakarya masa lalu itu kurang dihargai sebagai pusaka budaya (heritage) yang semestinya dilestarikan, banyak yang diubah di luar ketentuan tanpa melalui analisis, bahkan tak jarang pula dihancurkan (didemolisi). Namun di antara masyarakat sedemikian itu, masih terdapat yang masih teguh memelihara pusaka budaya leluhurnya, bahkan menolak modernisasi. Salah
satunya adalah orang Baduy Luar, yang tinggal di tepi lingkungan permukiman tradisional Baduy. Antara lain, di desa Kanekes, di lereng pegunungan Kendeng, dalam wilayah Kecamatan Leuwi Damar Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Masyarakat Baduy teguh memelihara dan melestarikan adat dan aturanaturan yang berlaku terkait dengan pusaka budaya (heritage). Baik yang berbentuk lingkungan fisik dan budaya terlihat (tangible heritage), maupun yang tak terlihat (intangible heritage); antara lain gaya hidup, falsafah hidup serta keterampilan hidup khas yang berasal dari keyakinan yang dianutnya. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identifikasi Identifikasi (identification) menurut Neufeldt dan Guralnik, yaitu
1) penentuan/penetapan identitas seseorang atau benda, ataupun 2) menemukenali sesuatu untuk diformulasikan agar dapat dibedakan dengan yang lain. Untuk dapat menemukenali fungsi dan fisik arsitektur tradisional Baduy, dalam hal ini di Kampung Cigoel desa Kanekes, perlu digambarkan (diformulasikan) secara bernas tentang masyarakat suku dan lingkungan kawasan Baduy, khususnya desa Kanekes, lebih khusus lagi Kampung Cigoel sebagai latar belakang. Karena pola kehidupan mereka yang khas itulah yang membentuk macam fungsi dan fisik arsitektur tradisional mereka. 2.2. Fungsi Fungsi dapat dikatakan merupakan kritetria utama dalam studi arsitektur; suatu cara untuk memenuhi suatu keinginan. Dalam arti sederhana, fungsi adalah kegunaan, tujuannya pun tujuan kegunaan; sehingga setiap rancangan agar memenuhi kebutuhan haruslah dapat berfungsi. Seiring dengan perkembangan dunia arsitektur, pengertian fungsi pun meluas (dieksplorasi), antara lain menurut Broadbent, sebagai hal-hal berikut. 1) Penangkal faktor lingkungan (environment filter). 2) Wadah kegiatan (container of activities). 3) Penanaman modal (capital invesment). 4) Fungsi simbolis (symbolic function). 5) Fungsi pengarah perilaku (behavior modifier). 6) Fungsi estetis (aesthetic function). 2.3. Fisik Asitektural Menurut DK. Ching, unsurunsur fisik-fisik arsitektural meliputi bentuk dan ruang, serta sistem-sistem dan organisasi (ruang, struktur, pelingkup/ selubung –dapat diinterpretasikan sebagai tampak bangunan- dan teknologi).
a. Ruang: macam, unsur-unsur dan sistemnya Ruang sebagaimana dimaksud di atas, dapat berupa: 1) ruang padat (masiv), yang dapat diinterpretasikan sebagai massa bangunan; 2) ruang hampa, yang dapat diinterpretasikan sebagai ruang beratap dan bervolume; 3) ruang dalam (interior), dan 4) ruang luar (eksterior). Tentang unsur-unsur ruang, meliputi: 1) pola organisasi, 2) hubungan/ hirarkhi dan 3) definisi. Tentang sistem ruang, terdiri atas program dan unsur-unsur ruang. Adapun sistem pembatas ruang adalah bidang-bidang yang membentuk suatu ruang dengan segala unsurnya. b. Sistem Konstruksi Terkait dengan hal ini, Krier mengungkapkan terdapat tiga prinsip bentuk konstruksi, yaitu: konstruksi dinding massif (massive construction), konstruksi rangka (skeletal construction) dan konstruksi campuran (mixed construction). 2.4. Sejarah Singkat Baduy Masyarakat Baduy, dianggap berciri sosial budaya seperti masyarakat Sunda Lama. Lingkungan fisik dan budaya mereka kini, merupakan keberlanjutan dari masyarakat Baduy di masa lalu. Salah satu ciri penting dalam sistem kepercayaan di Nusantara: tradisi megalitik penghormatan kepada nenek moyang; yang bagi orang Baduy disebut kabuyutan, hingga kini tetap terjaga. Pengaruh eksternal awalnya dari kebudayan Hindu dari Kerajaan Tarumanegara dan Pajajaran, kemudian Islam oleh Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten. Namun kecenderungannya, semakin tinggi upaya pengaruh eksternal bagi
warga Baduy, semakin mantap pula sistem sosial masyarakatnya. Sebutan Urang Baduy (orang Baduy), bukan berasal dari mereka sendiri. Orang Belanda menyebut mereka Badoei, Kanekes dan Rawayan. Masyarakat Islam Bantenpun menyebut mereka Urang Baduy, diduga disebabkan oleh anggapan yang menyamakannya dengan kelompok masyarakat pengembara di Negeri Arab, orang pada Gambar 2.1. berikut.
Baduy. Kemungkinan lain, dari nama sungai Cibaduy atau Gunung Baduy. Seluruh penduduk Kanekes adalah orang Baduy, tidak tercampur oleh penduduk luar. Para kepala adat (Puun) di Kanekes, memberi tugas kepada salah seorang pembantu Puun (Suku Lampah Puun) yang disebut Jaro Warega sebagai penghubung antara dunia luar dengan Kanekes. Visualisasi fisik kawasan tempat tinggal masyarakat Baduy, disajikan
UTARA
Baduy Dalam
Gambar 2.1. Kawasan Baduy
Baduy Luar
2.5. Aspek Sosial dan Ekonomi Masyarakat Baduy 2.5.1. Aspek sosial keseharian Bagi masyarakat Baduy, lingkungannya adalah tempat hidup pemberi kesejahteraan, maka harus dijaga bersama secara tertib melalui kegiatan bersama untuk kepentingan kelestariannya. Adat dan aturan itu tak hanya diperuntukkan untuk warganya, namun juga pengunjung dari luar. Terdapat aturan berpakaian mereka, terkait kelompok komunitasnya, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Warga Baduy Dalam, orang-orang yang dianggap suci; tinggal di tiga desa tertua: Cikeusik, Cibeo dan Cikartawana; berciri berpakain putih-putih dalam kesehariannya. Pakaian bawahnya kain berwarna biru kehitaman dililitkan, Dalam tradisi kehidupannya, mereka berladang secara berpindahpindah,
bajunya tak berkancing, tak berkerah leher tapi berlengan panjang, dan produk buatan tangan (tak boleh dijahit dengan mesin), Pria berikat kepala untuk rambut mereka yang umumnya panjang. Wanita berpakaian biru kehitaman berselendang biru pula. Bagi yang melanggar, dibuang ke desa-desa di sekitar Baduy Dalam, menjadi warga Baduy Luar, berpakaian hitam-hitam. Kehidupan sosial orang Baduy amat bersahaja, namun gotong royong dalam pembuatan sarana dan prasarana sangat tinggi. Area bermain anak-anak hanya emperan rumah. Hakekatnya orang Baduy masih terikat hubungan kerabat, atau berorientasi menurut sistem kekerabatan. 2.5.2. Mata pencarian dalam jenis-jenis ladang (huma), yang dibedakan oleh lokasi. fungsi dan kepemilikannya; juga membuat gula aren, untuk dijual bersama hasil buminya.
2.6. Aspek Lembaga Adat/Struktur Pemerintahan 2.6.1. Pemimpin pemerintahan kampung Tiga Kepala Adat (Puun) memimpin tiga kampung Baduy Dalam. Ketiganya dipercayai sebagai keturunan Batara Tunggal. Selain Puun, terdapat Tangkesan; bertugas mengesahkan pengangkatan dan memberhentikan Puun. Jaro Tangtu: penghubung Puun pada bidang hukum adat dan pemerintahan.
elemen fisik arsitektural, b) pola permukiman dan c) fungsi bersama. 2. Bangunan rumah, meliputi: a) tata ruang, fungsi dan estetika, b) struktur dan bahan bangunan, c) tata ruang dalam, d) lesung Baduy, dan lumbung padi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Gambaran Umum Obyek Fisik dan Non Fisik a. Lokasi dan lingkungan alam. Untuk masuk Lokasi Kampung Cigoel di Desa Kanekes, kawasan Baduy, pengunjung harus melalui terlebih dulu Desa Ciboleger yang lebih modern dan berpermukiman lebih modern. Lokasi kawasan Baduy disajikan dalam gambar 3.1. dan Site Plan desa Ciboleger disajikan dalam gambar 3.2.
2.7. Aspek Arsitektur Baduy Tentang arsitektur Baduy di dalam Kampung Cigoel yang akan dibahas nanti, selain lokasi fisik lingkungannya dan aspek sosial adatnya sebagai latar belakang, juga meliputi aspek-aspek berikut: 1. Tata lingkungan dan fungsi bersama, meliputi: a) elemenGambar 3.1. Kampung Lokasi kawasan Suku Cigoel Baduy, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
UTARA
Gambar 3.2. Site Plan Desa Ciboleger.
Dengan demikian, desa Ciboleger berfungsi sebagai terminal, tempat kendaraan dari dan menuju kawasan Baduy, merangkap sebagai pasar tempat menjual hasil bumi,
Gambar 3.3. Desa Ciboleger sebagai pintu masuk ke kawasan Baduy, dengan terminal, pasar dan permukimannya.
Monumen patung orang Baduy Tangga masuk ke kampung Cigoel
diilustrasikan dalam gambar 3.3. Tentang jalur transportasinya dengan banyak kendaraan berlalu lalang, seperti seumumnya dalam pemukiman modern, disajikan dalam gambar 3.4. berikut:
Gambar 3.4. jalur transportasi menuju kawasan Baduy, Banten di desa Ciboleger.
Mata pencaharian warga desa Ciboleger yang lebih modern ini, berorientasi pada jasa turis ke kawasan suku Baduy; antara lain angkutan/ kendaraan, pemandu (guide) turis, toko cindera mata/hasil kerajinan masyarakat Baduy dan restoran. Aktivitas dagang hasil bumi suku Baduy di pasar dekat Terminal Desa Ciboleger, seumumnya berlangsung pada waktu subuh. Setelah masuk ke kampung Cigoel, tidak terdapat lagi listrik dan mesin-mesin modern.
3.1.1. Lokasi kampung Cigoel, desa Kanekes. Pada pintu masuk kampung Cigoel, terdapat monumen sebuah pipa dan kran air sebagai tanda adanya sumber air bersih yang harus dilindungi. Di dekat monumen terdapat sebuah mesjid; yang seolah memisahkan antara desa Ciboleger dengan daerah Suku Baduy. Mesjid dan monumen ini diilustrasikan dalam gambar 3.5; dan Site Plan Kampung Cigoel dalam gambar 3.6.
Gambar 3.5. Mesjid kecil di kampung Cigoel. Gambar 3.6. Site Plan kampung Cigoel.
Keadaan perbatasan antara Desa Ciboleger dan kampung Cigoel, berkontur curam (lihat gambar 3.7.) Suasana asri menyatu dengan alam lingkungannya, dengan jalur-jalur
sirkulasinya (lihat gambar 3.8; 3.9. dan 3.10.).
Gambar 3.7. Keadaan perbatasan di kampung Cigoel.
Gambar 3.8. suasana kampung dengan jalan setapak batu dan tanah liat dan bertopografi naik turun.
Gambar 3.9. Suasana kampung dengan rumah-rumah kayu dan bambu berlingkungan alami, dengan banyak pohon bambu.
Gambar 3.10. Suasana kampung Cigoel, dengan jalan lorong permukiman sebagai jalur sirkulasi kecil untuk pengangkutan hasil bumi.
3.1.2. Aspek sosial dan adat. Karena dalam kampung tidak terdapat listrik dan mesin-mesin modern, semua terlihat sederhana apa adanya. Di siang hari, tak jarang suasana gelap dalam bayang-bayang matahari meliputi eksterior rumahnya. Tentang penduduk kampung Cigoel sebagai salah satu wilayah Baduy Luar, yang sebenarnya sudah merasakan sedikit pengaruh modernisasi tetapi tetap mempertahankan tradisi mereka; prianya berbaju berwarna hitam. Mereka beragama Islam namun masih berbahasa Sunda Wiwitan. Kampung Cigoel sebagai salah satu wilayah Baduy Luar, jalur utamanya juga merupakan jalur transportasi bagi warga sekitar desa terutama suku Baduy Dalam.
Adakalanya warga Baduy Dalam yang beraktivitas selaku pimpinan dalam rangka mengawasi jalannya pemerintahan adat bertandang ke rumah pimpinan kampung Cigoel, ataupun singgah di rumah di pinggir jalur transportasi di kampung Cigoel menuju pasar di Ciboleger. Ini terlihat pakaian Jaro dari Baduy Dalam yang berwarna putih (lihat gambar 3.11.), yang kontras dengan warga kampung Cigoel yang berwarna hitam (lihat gambar 3.12). Aktivitas perdagangan, menyebabkan kampung ini selalu ramai oleh pengunjung. Pengunjung dari luar kawasan Baduy, umumnya meminta berfoto bersama warga kampung Cigoel setempat ataupun warga Baduy Dalam yang sedang singgah, sebagai kenang-kenangan kunjungan (lihat gambar 3.11. yang lalu).
Gambar 3.11. Warga Baduy Dalam berpakaian putih sedang singgah di kampung Cigoel. Gambar 3.12. Seorang warga kampung Cigoel berpakaian hitam bersama anaknya.
Kegiatan sosial ekonomi mereka bercocok tanam dan berdagang hasil bumi. Kebutuhan hidup sehariharinya didapat dari lingkungan alam sekitar. Karena prinsip hidupnya menjaga kelestarian alam, maka keasrian alami lingkungan sekitar hunian mereka terjaga (lihat gambar 3.13.) Aneka tanaman termasuk tumbuhan khusus, tumbuh subur di sekeliling rumah-rumah tinggal mereka .
dan seluruh kawasan Desa Kanekes (lihat gambar 3.14. Yang bertugas dalam bercocok tanam dan berdagang, adalah kaum laki-laki. Mereka di ladang sejak pagi hingga sore hari. Kaum wanitanya tinggal di rumah. Macam tanamannya: cabai, pisang, buah durian, cengkeh dan lain-lain. Ilustrasi ladang cabai, disajikan dalam gambar 3.15. berikut
Gambar 3.13. Lingkungan sekitar rumah yang asri ditumbuhi aneka tanaman.
. Gambar 3.14. Aneka tumbuhan khusus di kawasaan Baduy, termasuk kampung Cigoel.
Daerah suku Baduy merupakan perbukitan berkontur tajam. Untuk struktur terrasering tanah yang terlalu curam digunakan bambu. Untuk mengalirkan air sungai Ciujung untuk keperluan ladang, digunakan saluran berupa belahan-belahan bambu yang disambung (lihat gambar 3.16. nanti) Jenis tanaman penting bagi
Gambar 3.15. Ladang cabai.
kehidupan sosial ekonomi masyarakat adalah cengkeh, sebagai salah satu sumber mata pencaharian. Dalam pengolahan cengkeh, tahap penjemuran dilakukan di sekitar rumah, oleh kaum wanita. Ilustrasi hasil panen buah cengkeh yang dijemur di halaman rumah, disajikan pada gambar 3.17. berikut:
Gambar 3.16. Saluran air dari belahan bambu di pebukitan kawasan Baduy. Gambar 3.17. Penjemuran buah cengkeh di ruang terbuka kampung atau halaman. Hasil kerajinan mereka tidak pekerjaannya. Ilustrasi para pemintal banyak, umumnya untuk kebutuhan benang dalam proses pekerjaannya, hidup sehari-hari. Salah satunya adalah dalam gambar 3.19. Meski tedapat pemintalan benang guna bahan dasar aktivitas kerja atau sosial ekonomi kain pakaian suku Baduy. Untuk sedemikian, pemandangan keseharian bahan pewarnanya didapat dari zat-zat di Kampung Cigoel pada saat siang tumbuhan warna yang tumbuh di hari di tengah kesibukan, tetap sekelilingnya. Gambar 3.18 berikut ini menunjukkan ketenangan bahkan adalah ilustrasi tentang seorang kelengangan, di tengah keasrian pemintal benang di tengah lingkungan alaminya (lihat gambar 3.20).
Gambar 3.18. Seorang pemintal benang di tengah pekerjaannya.
Gambar 3.19. Para pemintal benang di tengah pekerjaannya.
Gambar 3.20. Suasana keseharian siang hari yang tenang lengang di lingkungan rumahnya.
Namun setelah memasuki tangga dari 3.2. Tata Lingkungan dan Fungsi beton dan batu pada gerbang masuk Bersama Kampung Cigoel adalah Kawasan Baduy, jalur berupa jalan termasuk dalam kampung dangka setapak dari tanah selebar ± 1,20 m, (buffer) atau penyangga. Jalur sirkulasi cukup untuk simpangan bagi dua pengunjung dari luar Cigoel (desa orang. Ciboleger) sebelum ke Kampung 3.2.1. Elemen-elemen fisik Cigoel, beraspal sebagaimana halnya arsitektural lingkungan. kondisi jalan raya antar lingkungan atau jalan lingkungan umumnya. Elemen-elemen fisik arsitektural inti di Cigoel, lihat gambar 3.21 berikut:
Hasil analisis ringkas elemen arsitekturalnya, disajikan dalam tabel 3.1. berikut: Tabel 3.1. Elemen-elemen fisik arsitektural pokok kampung Cigoel.
1.
2. 3.
4.
ELEMEN PENJELASAN DAN VISUALISASI/GAMBAR ARSITEKTURAL 1. 2. Gerbang masuk Batas masuk: akhir dari tangga berpasangan ke kampung batu dan beton dari Desa Ciboleger; merupakan Cigoel sirkulasi besar yang menembus kampung Cigoel ke kampung- kampung lain. (lihat gambar 3.21 dan 3.24) Monumen pipa Lambang tempat yang dilindungi dalam wujud dan kran air sumber air bersih (lihat gambar 3.21 dan 3.22) Mesjid kecil (di Merupakan mesjid satu-satunya di kampung ini, sebelah lebih ditujukan guna fasilitas ibadah bagi monumen pipa pengunjung muslim (lihat gambar 3.5 dan 3.21 ) dan kran air) Jalur utama Jalur utama merupakan sarana pengangkutan kampung Cigoel hasil bumi dari lumbung ke pasar, yang menembus perkampungan. bercabang menjadi
EKSPLORASI FUNGSI 3. Simbol (batas wilayah), penangkal faktor lingkungan (keamanan); wadah kegiat-an dan pengarah perilaku Wadah kegiatan; sim-bolis dan pengarah perilaku Wadah kegiatan dan pengarah perilaku Wadah kegiatan dan pengarah perilaku
jalur-jalur kecil sirkulasi antara rumah (lihat gambar 3.10 dan 3.21), Kondisi jalur makin ke dalam makin menanjak tinggi. Untuk mencegah terpeleset, di tengah jalur jalan menanjak diberikan sebuah jalur kecil anak tangga batu kali alam yang dapat membantu pendakian pengunjung untuk lebih ke dalam. 5. Rumah-rumah ( Kesemuanya berarah hadap ke jalan (setapak) di tepi/tidak di masuk utama, sebagaimana dapat dilihat dalam tepi jalan utama) gambar 3.21 lalu dan 3.23. 6. Rumah Jaro Rumah tinggal kepala desa dan keluarganya, (kepala Desa) menghadap ke jalan masuk (setapak) seperti rumah lainnya; lihat dalam gambar 3.23 1. 7. Ruang terbuka di samping kanan (utara) rumah Jaro 8. Lumbunglumbung, 9. Rumah lesung
10. Ladang (letak jauh di belakang rumah) 11. Kebun
12. MCK Umum
13. Utilitas ingkung-an
2. Tempat berkumpul penduduk dan pada saat tertentu dipergunakan untuk menjemur ceng-keh hasil panen terletak pada simpul pertemuan jalurjalur sirkulasi kecil, (lihat pula gambar 3.19 dan 3.23. yang lalu) Tempat menyimpan hasil panen ladangnya, berukuran lebih kecil dari rumah penduduk, visualisasinya dapat dilihat dalam gambar 3.23 dan 3.26. Tempat menyimpang lesung/wadah penum-buk padi ataupun hasil panen lainnya), lihat dalam gambar 3.23 lalu dan 3.27
Penangkal faktor lingkungan; wadah kegiatan dan pengarah perilaku Penangkal faktor lingkungan, wadah kegiatan dan pengarah perilaku
3. Penangkal faktor lingkungan (keamanan warga dan hasil bumi cengkeh), wadah kegiatan dan pengarah perilaku Penangkal faktor lingkungan (keamanan padi), wadah kegiatan dan pengarah perilaku Penangkal faktor lingkungan (keamanan padi), wadah kegiatan dan pengarah perilaku Tempat menanam palawija dalam sistem Penangkal faktor lingkungpertanian sederhana dan berpindah-pindah an (keamanan cabai), (nomaden), misal ladang cabai (gambar 3.16 dan wadah kegiatan dan 3.23).Dengan sistem ini dimungkinkan tak pengarah perilaku dieksploitasinya tanah kawasan, sehingga tak mengganggu konservasi hutan. Tempat menanam tanaman produktif: pisang, Penangkal faktor dan cengkih. Di sela-sela tanaman kebun lingkungan (keamanan banyak tumbuh aneka tanaman liar (lihat gambar tanaman produktif), wadah 3.18 lalu) kegiatan dan pengarah perilaku Tempat mandi cuci dan kakus untuk umum, Penangkal faktor lingkungterutama pengunjung. an (pengguna), wadah kegiatan dan pengarah perilaku Saluran untuk mengalirkan air kotor dan air Penangkal faktor hujan, sangat sederhana, berupa belahan bambu lingkungan (kesehatan), (lihat gambar 3.17). wadah kegiatan dan pengarah perilaku
Visualisasinya, disajikan dalam gambar-gambar berikut:
Gambar 3.22. Tangga pada gerbang masuk ke kampung Cigoel. Gambar 3.23. Jalan setapak utama masuk Cigoel diapit rumah penduduk. Gambar 3.24. Bangunan lumbung sebagai tempat penyimpan hasil panen. Gambar 3.25. Rumah lesung.
3 analisisnya secara ringkas disajikan .2.2. Pola Permukiman. Tentang pola sirkulasi dan dalam Tabel 3.2. berikut: orientasi rumah dalam permukiman, Tabel 3.2. Pola permukiman. ASPEK 14. 1. Pola linier
2. Pola papan catur (grid iron pattern
3.Orientasi pemukiman 4. Orientasi rumah penduduk
PENJELASAN Jalan setapak utama merupakan jalur sirkulasi besar satu-satunya bagi orientasi dan akses ke rumah-rumah dalam kampung Cigoel, menembus atau menghubungkan kampung Cigoel dengan tempat-tempat (sebelumnya: Desa Ciboleger; dan sesudahnya dalam urutan kunjungan pengunjung), serta bercabang ke jalur-jalur kecil antar rumah. Hal ini disebut berpola linier. Sirkulasi-sirkulasi kecil yang relatif sejajar satu dengan lainnya dan membuat persimpangan empat dengan sirkulasi besar, membentuk pola papan catur. Pola gridnya dapat terputus untuk membentuk ruang terrbuka utama perkampungan, ataupun untuk penyesuaian terhadap bentuk-bentuk alami kawasan: kontur curam tanah, bukit dan sungai. Perkampungan Baduy berorientasi ke sungai Ciujung.sebagai sumber air kebutuhan sehari-hari, serta ke arah selatan yang dianggap keramat.
Tempat pintu masuk utama pada dinding bagian selatan rumah, sehingga orientasi rumah ke arah selatan utara untuk menghormati letak soko domas dan guna upacara adat.
3.2.3. Fungsi bersama. Analisis tentang wadah kegiatan penduduk secara bersama-
sama, antara lain sebagaimana disajikan dalam tabel 3.3. berikut:
Tabel 3.3. Fungsi bersama. FUNGSI BERSAMA 15. 1. Mesjid
16. 2. Ladang
PENJELASAN
EKSPLORASI FUNGSI Penangkal faktor lingkungan; wadah kegiatan dan pengarah perilaku
Digunakan leluasa oleh pengunjung kawasan Baduy dalam kisikisi peraturan umum dari kaidah agama Islam. Karena penduduk Kampung Cigoel berkepercayaan tersendiri, maka mesjid ini lebih bersifat fungsi bersama bagi pengunjung untuk beribadah secara agama Islam. Tempat bercocok tanam berpindah-pindah; karena penduduk Wadah kegiatan dan Cigoel berjiwa gotong royong tinggi, maka merupakan fungsi pengarah perilaku bersama bagi penduduk.
17. 3. Kebun 18. 4. Lumbung
Merupakan tempat bercocok tanam berpindah-pindah pula; karena penduduk berjiwa gotong royong tinggi, maka menjadi fungsi bersama penduduk pula. Tempat menyimpan hasil panen yang tidak setiap rumah warga memilikinya, jadi merupakan fungsi bersama bagi beberapa warga.
Wadah kegiatan dan pengarah perilaku
Penangkal faktor lingkungan (keamanan padi); wadah kegiatan dan pengarah perilaku 19. 5. Ruang terbuka Terdiri dari ruang-ruang sebagai berikut. Wadah kegiatan dan 1) Halaman luas di samping rumah Jaro (kepala desa); untuk pengarah perilaku menjemur hasil palawija dan tanaman produktif lain (cengkih) milik beberapa warga; merupakan fungsi bersama warga, 2) Ruang/halaman antar rumah (semua tidak berpagar) untuk aktivitas bagi kedua belah pihak penghuni rumah; merupakan fungsi bersama untuk pemilik rumah terkait. 3) Tempat mandi dan cuci pakaian di sungai yang melewati perkampungan; meskipun terdapat beberapa kamar mandi umum juga, yang awalnya diperuntukkan pengunjung
Visualisasi fisik ruang antar rumah disajikan dalam gambar 3.26 berikut: Ruang antar rumah sebagai fungsi
bersama untuk aktivitas kedua belah pihak penghuni rumah yang memilikinya. Jalan utama sebagai orientasi arah hadap rumah.
3.3. Bangunan Rumah 3.3.1. Tata ruang, fungsi dan estetika Hasil analisis tentang tata ruang, fungsi dan estetika rumah di
Gambar 3.26. Ruang antar rumah sebagai fungsi bersama.
Kampung Cigoel secara ringkas, disajikan dalam tabel 3.4 berkut.
Tabel 3.4. Aspek tata ruang, atap, tampak, teras dan lolongok. ASPEK KETERANGAN 1 2 1. Denah dan pola tata a. Denah rumah bertipe sama (prototipe) berbentuk empat persegi panjang (lihat ruang gambar 3.27), membujur dengan ukuran sisi rumah terpanjang berposisi tegak lurus dengan jalur sirkulasi utama kampung. b. Denah berpola grid, dalam penempatan struktur pondasi dan pengolahan ruang. Grid tiga dimensinya terdiri unit-unit modul ruang berulang, maka dapat dilakukan pengurangan atau penambahan, yang efisien untuk adaptasi terhadap keadaan tapak yang berkontur tajam, yang memungkinkan perkembangan seperti penambahan ruang untuk penyimpanan barang. c. Ruang dalamnya dibatasi oleh elemen vertikal dinding, tidak berdaun pintu, beralas lantai, dan beratap tanpa plafon. Daun pintu atau jendela hanya terdapat pada ruang yang berorientasi ke luar bangunan (pada teras dan ruang utama). d. Sosoko/teras (visualisasinya dalam gambar 3.28.) merupakan ruang terdepan dan terdekat dengan jalur utama, merupakan ruang peralihan antara ruang luar dan ruang dalam; dan berdekatan dengan gudang penyimpan alat. Bentuknya panggung, berdinding terbuka setinggi pinggang dan berteritis atap panjang yang memberikan kesan terlindung Orientasi ke ruang utama/tengah.. e.Organisasi ruang dan sirkulasi dalam rumah berpola radial, berpusat pada tengah imah atau tengah rumah (tengah imah) yang ruangnya berukuran lebih besar,
sehingga dapat menampung berbagai macam kegiatan. Ruang utama rumah, berakses langsung ke arah luar yakni arah selatan yang dianggap keramat. f. Membujur dari depan ke belakang; sisi bentang pendek berada di bagian depan/di depan jalur sirkulasi utama permukiman dan belakang rumah; dan sisi bentang panjang adalah bagian samping rumah. 2. Fungsi ruang-ruang Terdiri atas: a) ruang antara yaitu teras, juga sebagai tempat istirahat pemilik rumah saat pulang dari luar, membersihkan diri, menyimpan bawaan sebelum masuk ke dalam rumah ataupun duduk santai sambil berinteraksi dengan tetangga. b) ruang untuk berinteraksi/kegiatan utama, c) ruang penyimpanan alat/gudang, d) ruang untuk tidur, yaitu ruang untuk kegiatan istirahat berprivasi tertinggi e) ruang untuk memasak (dapur) yang terletak di belakang/samping bangunan, berakses langsung ke luar, berbentuk panggung berlantai sampai ke tanah., dan f) terdapat pula kolong rumah panggung yang selalu dibersihkan. untuk menyimpan barang bahan baku rumah, 1 3. Fisik dan fungsi sosoko/teras
2 a. Letak teras pada sisi kanan dan kiri jalur setapak sirkulasi utama permukiman;. b. Secara fisik, di sisi depan tidak berdinding, di samping kanan dan kiri berdinding setinggi 1.00 m, bersirkulasi udara dan penerangan alami baik. c. Fungsinya untuk ruang berinteraksi penduduk karena (lihat gambar 3.28), selain sebagai ruang antara untuk masuk ke dalam rumah dari arah luar/jalur utama. 4. Tempat masuk a. Tempat masuk utama (main entrance) merupakan pintu pada dinding rumah yang utama, samping dan merupakan sisi bentang rumah terbesar/terpanjang. belakang bangunan b. Tempat masuk samping (side entrance) dari sisi bentang terkecil rumah berupa pintu pada dinding belakang sosoko/teras. c. Tempat masuk belakang rumah (back entrance) berupa galodog/tangga dari bambu atau batu untuk keperluan menuju parako/dapur. 5. Visualisasi tampak a. Adalah sisi bentuk rumah berbentang terkecil, dengan visualisasi sosoko/teras depan berlatar belakang bilik bambu berpintu ke ruang tengah, secara grafis, disajikan dalam gambar 3.29 nanti. b. Tempat penyimpan bahan material dan kayu bakar berada di luar rumah(lihat gambar 3.30). Kayu bakar disandarkan pada dinding luar tampak depan rumah, tidak menggunakan alas serta dinding pembatas 6. Visualisasi tampak Tentang tampak samping rumah dari sisi bentang rumah terpanjang, yang samping rumah dianggap sebagai tampak depan rumah; disajikan dalam gambar 3.31. 20. 7. Lolongok/jendela a. Lolongok/jendela terdapat pada ruang utama pada sisi tampak depan rumah, visualisasinya dari samping disajikan dalam gambar 3.32 berikut. b. Berpola anyaman bambu dengan komposisi bagian-bagian berlubang, dan terdapat dua alternatif pola anyaman dari yang paling sederhana dan yang lebih indah yang dapat menjadi unsur estetika bangunan. c. Terdapat dua macam lolongok, yang berpenutup serta tidak berpenutup.. Ukuran lolongok 40 x 80 cm. d. Fungsi umumnya untuk ventilasi, namun karena lubangnya kecil-kecil, lebih digunakan sebagai view ke luar jendela (seperti namanya: lolongok untuk melongok keluar). Karena ventilasi dalam volume lebih banyak, justru terdapat di bawah atap. Fungsi lain juga untuk penerangan alami siang hari e. Salah satu macam pola anyaman lolongok yang sederhana, disajikan dalam gambar 3.33. dan alternatif pola lolongok, dalam gambar 3.34. 21. 8. Atap rumah Atap pelana/atap kampung; garis bubungannya sejajar dengan sisi panjang jalur sirkulasi utama di depan rumah 22. 9. Estetika bangunan Keindahan pemukiman Baduy terlihat dari pola keteraturan dan karakter material alaminya, terutama bambu. Antara lain pola anyaman dinding, pola anyaman lolongok, juga bentuk seperti lingkaran pada puncak atap berbahan ijuk.
Berikut ini adalah visualisasi bahasan tata ruang, fungsi dan estetika di atas.
Gambar 3.27. Denah rumah di kampung Cigoel. Gambar 3.28. Sosoko/teras rumah tinggal di kampung Cigoel. Gambar 3.29. Foto tampak depan rumah di kampung Cigoel. Gambar 3.30. Foto tampak samping kiri rumah di kampung Cigoel. Gambar 3.31. Sketsa tampak samping rumah. Gambar 3.32. Foto lolongok pada tampak samping rumah.
Lolongok
. Lubang-lubang lolongok untuk view keluar, untuk membantu ventilasi dan penerangan alami
Gambar 3.33. Pola lolongok yang paling sederhana.
Lubang-lubang lolongok untuk view keluar, untuk membantu ventilasi dan penerangan alami
Gambar 3.34. Pola alternatif lolongok sebagai unsur estetika bangunan.
3.3.2. Struktur dan bahan bangunan Hasil analisis tentang struktur dan bahan bangunan secara ringkas disajikan dalam tabel 3.5. berikut: Tabel 3.5. Struktur dan bahan. KLASIFIKASI ASPEK KETERANGAN 1 2 3 1. Jalur sirkulasi utama, berbahan pasangan batu kali yang dilekatkan oleh tanah liat, sesuai untuk tapak curamnya, dan memiliki trap tangga yang merangkap sebagai konstruksi penahan tanah agar tidak longsor. 2. Rumah Baduy berstruktur rangka berbentuk rumah panggung. Struktur bangunan berbahan material alam sekitar (hutan dan sungai): kayu, batu, tanah, bambu, daun rumbia dan ijuk. 3. Struktur 23. Pondasi a. Pola grid pondasi merupakan ceminan logis dari organisasi denah bawah rumah tinggal yang berpola grid pula (lihat gambar 3.35. b. Pondasi: batu kali diletakkan di atas bebatuan alam di permukaan tanah tanpa pemerataan permukaan tanahnya lebih dulu, di atasnya langsung didirikan secara tegak lurus kolom kayu ukuran 10/10. Ketidak rataan permukaan tanah menyebabkan ukuran panjang/tinggi kolom tidak sama, karena mengikuti bentuk kontur tanah. Visualisasi potongan membujur rumahnya, lihat gambar 3.36 .
4. Struktur atas 1. Struktur keseluruhan 2. Atap
1
2
3. Dinding
4. Lantai
5. Ikhtisar 1. Batu kali: penggunaan d. 2. Kayu: Bahan
c. Pertemuan antara bidang dinding ruang dengan bidang dinding bawah, terdapat rongga untuk ventilasi bawah atap. a. Jenis struktur: rangka; tiang/kolom dan baloknya membentuk rumah panggung. b. Jarak ketinggian antara permukaan tanah halaman rumah dengan lantai bangunan kurang lebih 80 cm. a. Macam atapnya pelana, b. Kuda-kuda kayu, berusuk bambu. c. Berpenutup atap daun rumbia. yang bertulangan bambu dan diikatkan pada rangka kayu atap, berjumlah deret atap rumbia konstan untuk setiap bangunan, sehingga luas rumah Baduy relatif sama besar. d. Pada setiap sudut pertemuan sisi atap, antara lain bubungan, dilapisi Ijuk untuk antisipasi kebocoran. Juga diletakkan pada ujung sisi atap agar air dari atap dapat ditahan dan tidak membasahi rumah, terutama bagi teras yang terbuka.
3 e. Tidak terdapatnya plafon, ditambah dengan bahan-bahan alami struktur bangunannya, memberi efek sirkulasi udara dalam rumah baik. f. Ventilasi di bawah atap rumah tinggal, dibentuk dari perletakan balok tarik kayu atap yang tidak menumpang langsung dan berletak lebih ke luar terhadap balok kayu teratas dinding anyaman bambu. Dalam posisi sedemikian, dihasilkan lubang di bawah atap yang berfungsi sebagai penghawaan alami (ventilasi). a. Rangka dinding: tiang dan balok dari kayu. b. Pengisi dinding dari anyaman bambu berbingkai bambu pula, dilekatkan pada sisi luar rangka bangunan.. c. Pengikat sambungan bahan kayu konstruksi utama rumah adalah daun/akar tanaman, jadi dilekatkan tanpa paku d. Bukaan dinding hanya pintu dan jendela (lolongok). Daun pintu, berrangka kayu dan berdaun pintu papan kayu. Jendela/lolongok berbahan anyaman bambu lebih renggang dari anyaman bambu dinding, agar memungkinkan pandangan mata tembus ke luar. e. Visualisasi detail sambungan kayu pada pertemuan antara bidang lantai dengan dinding rumah, lihat gambar 3.37.. f. Visualisasi potongan membujur, pada pertemuan antara bidang dinding ruangan dengan bidang dinding bawah atap pada potongan melintang atap rumahnya, lihat gambar 3.38. a. Merupakan lantai panggung. b. Berpola grid, sesuai dengan pola tata ruangnya; di atasnya diletakkan sarang atau pasangan belah bambu, dan pada bagian teratas dipasang lantai bambu. c. Sambungan kayu lantai rumah, tidak menggunakan paku, hanya berpasak dan tali ijuk. d. Semua anyaman bambu untuk penutup diletakkan di atas rangka kayu, bukan merupakan struktur bangunan, melainkan hanya pengisi. Untuk potongan lantai rumahnya, disajikan dalam gambar 3.39. Untuk pondasi bangunan/rumah dan tangga/undakan. a. Untuk kolom dan balok bangunan b. Kayu bahan bangunan, meliputi: kayu laban, kayu kahian, kayo huru, kayu putat dan kayu pusar. c. Kayu yang tidak boleh digunakan untuk material bangunan: kayu getah, kayu kembang dan kayu terep.
e. 3. Bambu
a.Untuk bahan penutup dinding (anyaman beserta bingkainya), penutup lantai dan pengikat konstruksi. b. Potongan bambu yang dijajarkan dan diikat, diletakkan di atas rangka rumah Visualisasi bahan penutup dinding anyaman bambu, lihat gambar 3.40. f. 4. Daun rumbia Untuk bahan penutup atap rumah, daun rumbia dalam susunan anyaman, disajikan dalam gambar 3.41. g. 5. Ijuk Untuk pelapis anti bocor 6. Akar Untuk pengikat sambungan pada konstruksi tanaman
Visualisasinya disajikan dalam gambar-gambar berikut. Gambar 3.35. Pola struktur grid rumah di kampung Cigoel. Gambar 3.36. Potongan membujur rumah di kampung Cigoel. Gambar 3.37. Detail sambungan kayu pada pertemuan bidang lantai dan dinding rumah. Gambar 3.38. Detail sambungan kayu pada pertemuan antara bidang dinding ruang dengan bidang dinding bawah atap. Gambar 3.39. Detail sambungan kayu pada pertemuan antara bidang dinding ruangan dengan bidang lantai pada potongan melintang rumah di kampung Cigoel. Gambar 3.40. Foto bahan penutup dinding dari anyaman bambu. Gambar 3.41. Foto bahan penutup atap anyaman daun rumbia.
3.3.3. Tata ruang dalam (interior). Hasil analisis tentang interior rumah
tinggal di Kampung Cigoel secara ringkas dalam tabel 3.6. berikut:
Tabel 3.6. Interior rumah tinggal di kampung Cigoel. INTERIOR KETERANGAN 1.. Secara umum Sangat sederhana, nyaris tanpa perabot, dan tanpa ornamen. 2. Dapur (parako), Kesederhanaan interior jelas terlihat di dalam dapur; bertungku batu yang berkesinambungan dengan pondasi di permukaan tanah (lhat gambar 3.42.) 3. Ruangan lain Dimungkinkan dipergunakan bahan bangunan modern, seperti: penggunaan gembok
4. Ruang tidur (pendeng)
pada pintu, paku sebagai pengikat pertemuan antara kolom dan balok kayunya, tali plastik maupun peralatan memasak, dan hal-hal lain (lihat gambar 3.43.). Diduga hal ini merupakan pengaruh dari masyarakat Baduy Luar. a. Peralatan khusus untuk tidur (tempat tidur) tidak ada, karena penghuni rumah tidur di lantai ruangan. b. Dimungkinkan terdapat album foto keluarga berpigura dan barang-barang kecil hasil kerajinan: boneka kayu Jawa, diduga merupakan souvenir dari pengunjung
Visualisasinya disajikan dalam gambar-gambar berikut: Gambar 3.42. Foto interior dapur rumah tinggal di kampung Cigoel. Gambar 3.43 Foto interior ruangan lain dengan aksesori modern ruangan.
3.4. Lesung Baduy. Hasil analisis tentang rumah lesung (tempat penumbuk padi), secara
ringkas disajikan dalam tabel 3.7. berikut:
Tabel 3.7. Rumah lesung. RUMAH LESUNG KETERANGAN 1. Peranan dan a. Rumah lesung merupakan bangunan umum bagi masyarakat Baduy. bentuk dan letak b. Bentuk rumah lesung yang khas bagi suku Baduy, dalam hal ini menjadi unsur rumah lesung estetika bagi lingkungannya. Jumlahnya hanya sebuah. c. Letak bangunannya di suatu ruang terbuka di sebelah kanan jalur sirkulasi masuk kampung Cigoel dari arah masuknya, namun berada di belakang kelompok bangunan rumah tinggal dan berdekatan dengan salah satu perletakan kelompok bangunan lumbung; mudah dijangkau oleh masyarakat kampung (lihat gambar 3.44 dan 3.45). 2. Ukuran lesung Meski rumah lesung hanya sebuah, ukuran rumah lesung maupun lesung/tempat penumbuk padinya panjang, sehingga memungkinkan masyarakat secara bersamasama melakukan penumbukan padi di dalamnya pada suatu saat. 3.Luas, ketinggian, a. Luas rumah lesung lebih kecil daripada bangunan rumah, struktur dan b. Ketinggian rumah lesung yang lebih pendek daripada bangunan rumah, bahan c. Tidak berstruktur rumah panggung, dan berrangka kayu tidak berdinding, berteritis atap sangat panjang menjorok, hingga dekat dengan permukaan tanah, menyebabkan penghawaan alami bangunan sangat baik, d. Berlantai tanah dan berpenutup atap susunan daun rumbia. e. Penghawaan alami bangunan sangat baik; nyaman untuk berkegiatan bersama
Visualisasinya disajikan dalam gambar-gambar berikut. Gambar 3.44.
Foto salah satu sisi rumah lesung dengan kolom kayu penyangga. Gambar 3.45. Foto interior rumah lesung dengan lesung alat penumbuk padinya.
3.5. Lumbung Padi.
Hasil analisis tentang lumbung padi, secara ringkas disajikan dalam tabel 3.8. berikut: Tabel 3.8. Lumbung padi di kampung Cigoel. LUMBUNG PADI KETERANGAN 1. Peranan Lumbung padi merupakan milik sebuah keluarga dan merupakan harta turun temurun. 2. Letak Lumbung padi mengelompok berdampingan dengan permukiman, baik berada pada sisi barat maupun sisi timur jalur sirkulasi utama. Visualisasi perletakan lumbung dapat dilihat pada perletakan kelompok bangunan lumbung di sebelah kiri jalur masuk pada gambar 3.21 dan gambar 3.24 yang lalu; juga gambar 3.46 dan 3.47. 2.Ukuran Lebih kecil daripada bangunan rumah 3.Struktur dan Berstruktur rangka berbentuk rumah panggung, berlantai bambu, berrangka bahan kayu berdinding anyaman bambu, dan berpenutup atap susunan daun rumbia. 4.Penahan kebo- Guna penahan kebocoran, pada tiap lumbung diberikan lapisan ijuk untuk menahan kebocoran air dan menjaga tingkat kelembaban lumbung. coran dan kelembaban ,. Visualisasinya disajikan
dalam gambar-gambar berikut:
Gambar 3.46. Foto perletakan kelompok bangunan lumbung di sebelah kiri jalur masuk kampung Cigoel. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan. Lokasi lingkungan Kampung Cigoel yang berdampingan dengan desa luar terdekat: Ciboleger yang lebih modern, walau tidak terlihat
Gambar 3.47. Foto perletakan kelompok bangunan lumbung di sebelah kiri jalur masuk kampung Cigoel. nyata secara fisik batas-batasnya, terlihat jelas perbedaan antara kedua desa tersebut, sebagaimana disajikan secara ringkas dalam tabel 4.1. berikut:
Tabel 4.1. Kesimpulan umum. PERBEDAAN ANTARA KAMPUNG CIGOEL DENGAN DESA LUAR BADUY TERDEKAT: CIBOLEGER ASPEK DI KAMPUNG CIGOEL DI DESA CIBOLEGER 1. Lingkungan fisik Tangible heritage selalu Tangible heritage sudah banyak berkurang akibat dipegang teguh warga dan pengaruh modernisasi yang berorientasi komersialitas pengunjung, dan menolak Antara lain telah adanya mesin-mesin tertentu serta modernisasi (tidak ada sarana listrik untuk menunjang kelancaran aktivitas sosial listrik dan mesin apapun) ekonomi dan jasanya.. 2. Sosial adat Masih kental Sudah menghilang, terkesan keras dan individualis.karena berorientasi komersial cukup tinggi untuk kebutuhan hidup sehari-hari dengan gaya hidup modern (beralat kerja bermesin dan bersarana listrik, dan penampilan seperti orang luar Baduy (kota seumumnya)
3. Aktivitas sosial- Bercocok tanam ekonomi 4. Bahan bangunan Masih alami
Komersial (warung kelontong, warung makan) dan jasa (pengangkat barang bawaan pengunjung) dan sebagainya. Bahan permanen: batu bata dan beton bertulang, bahan alami tinggal kayu saja untuk elem-elemn tertentu (kosen pintu, jendela dan daun pintu serta rangka jendela)
Berdasarkan hal di atas, maka kebiasaan, pola kehidupan, kegiatan 4.1.2. Kesimpulan khusus. Identifikasi fungsi dan fisik arsitektur secara khusus disajikan ringkas dalam tabel 4.2. berikut : ASPEK 1. Tata lingkungan dan fungsi bersama
2. Tata ruang, fungsi, estetika, serta struktur dan bahan bangunan,
sosial ekonomi dan arsitekturnya yang selalu tetap dan tidak berubah.
FUNGSI DAN FISIK ARSITEKTURAL KAMPUNG CIGOEL URAIAN a. Macam elemen arsitektur dalam Kampung Cigoel khas: tangga gerbang masuk, jalan masuk utama dan jalur sirkulasi kecil antar rumah; lumbung-lumbung padi, rumah lesung; rumah-rumah warga, juga rumah Jaro, ruang terbuka/halaman rumah Jaro; MCK. Yang lebih umum monumen pipa dan kran air; mesjid kecil; b. Pola permukiman grid, sesekali terputus untuk ruang terbuka. c. Pola sirkulasi linier (dari luar Baduy, jmenembus kampung Cigoel sebagai jalar utama, kemudian menuju kampung-kampung lain Baduy.), . d. Orientasi permukiman ke sungai Cibaduy dan arah keramat selatan (letak Arca Domas). e. Fungsi bersama berupa: mesjid; ladang; kebun; rumah lesung, lumbung padi; tempat mandi dan cuci di sungai, ruang terbuka, ataupun ruang antar rumah. a. Rumah panggung menunjukkan masih besarnya pengaruh alam bagi penghuni, sehingga diperlukan antisipasi menaikkan lantai untuk mencegah faktor-faktor alam (kelembaban, binatang buas) barangkali juga orang yang berlaku jahat. . b. Bentuk denah empat persegi panjang dengan atap rumah pelana seperti lajimnya/sebagain besar denah rumah tradisional di indonesia khusunya bagi rakyat jelata. c. Tampak depan dari jalur utama (dengan ruang terdepan teras) dianggap tampak samping, karena tidak berorientasi ke arah keramat (selatan). Sebaliknya tampak samping bagi masyarakat seumumnya (bentang besar rumah), dianggap tampak depan karena berorientasi ke arah keramat (selatan). d. Konsekuensi logisnya, pintu masuk rumah dari arah teras (bentang kecil bangunan) dan jalur utama justru dianggap side entrance, karena tidak menghadap arah keramat.. Sebaliknya pintu rumah samping rumah () grid dan berpusat di ruang tengah; teras masuk dari jalan utama, dianggap side entrance, karena main entrance rumah menghadap arah selatan yang dikeramatkan. Butir c dan d menunjukkan masih sangat kuatnya kepercayaan terhadap roh leluhur. e. Macam fungsi:dipandang secara eksplorasi fungsi, terbanyak adalah untuk 1) wadah kegiatan, pengarah perilaku dan penangkal faktor lingkungan, kemudian 2) wadah kegiatan dan pengarah perilaku,.dan tersedikit 3) simbolis, penangkal faktor lingkungan, wadah kegiatan dan pengarah perilaku serta wadah kegiatan, pengarah perilaku dan simbolis Simbolisme dalam hal ini terkait dengan hal bersifat lokal (batas wilayah) serta hal umum yang dianggap modern (monumen kran air bersih dan mesjid untuk ibadah pengunjung yang tidak seiman dengan penduduk).Bagian ruang terdekat dengan jalur utama yang berhubungan dengan ruang tengah adalah yang berfungsi untuk penyimpanan alat-alat kerja.. Hal Ini menunjukkan masih kuatnya faktor alam (sebagaimana diuraikan dalam butir a), masih dijalaninya tradisi bertani, serta masih adanya kepercayaan terhadap kepercayaan leluhur, namun ada upaya menghormati upaya kesehatan dan toleransi kepada pengunjung. f. Bukaan dinding/jendela (lolongok) meskipun berlubang kecil-kecil, lebih berfungsi
f. Lesung Baduy
g. Lumbung padi
untuk pelongok view, penerangan, dibandingkan penghawaan alami. Karena bahan alami dan penempatan elemen berbahan alami memungkinkan diperoleh banyak ventilasi alam. c.Unsur estetika bangunan, berasal dari keasrian bahan alami rumah, serta pola anyaman dinding dan lolongok. d. Struktur rumah berpola grid, seluruhnya berbahan alami dengan sistem pondasi langsung (di atas permukaan tanah) semacam umpak namun tidak dibentuk (batu tunggal dalam bentuk alami, tanpa spesi). Panjang kolom kayu dari permukaan tanah sampai dengan lantai tidak sama, akibat ketinggian permukaan tanah tidak rata. de: kerangka berbentuk rumah panggung. Berpondasi batu diletakkan di permukaan tanah tanpa ditanam dengan kolom kayu tanpa ditanam pula. Sambungan-sambungan, berpasak kayu dan bertali ijuk tidak berpaku. Penutup atap serta pengantisipasi bocorpun dari bahan alami. e. Tata ruang dalam: sangat sederhana, nyaris tanpa perabot dan tanpa ornamen. Dapurnya (parako), bertungku batu. Modernisasi bahan hanya berupa: gembok pintu, tali plastik maupun peralatan memasak, adakalanya hiasan souvenir dari pengunjung. Peralatan tidur adalah tikar dan adakalanya dalam ruang tidur terdapat album foto berpigura untuk keluarga C. Rumah lesung yang hanya sebuah, bertata letak dekat lumbung agar efektif kerja, di tempat terbuka agar mudah dijangkau dan berukuran besar (dengan lesung panjang) agar dapat difungsikan banyak warga secara bersamaan, tidak berstruktur rumah panggung, berlantai tanah, berrangka kayu tidak berdinding, berpenutup atap susunan daun rumbia, berteritis atap menjorok panjang, yang mengakibatkan kesejukan. D. Beberapa lumbung terletak mengelompok berdampingan dengan permukiman, di sisi barat/timur jalur sirkulasi utama. Ukuran lumbung lebih kecil dari rumah, berstruktur rumah panggung, berlantai bambu, berrangka kayu berdinding anyaman bambu, dan berpenutup atap susunan daun rumbia; berlapis ijuk guna menahan kebocoran air dan menjaga tingkat kelembaban lumbung.
4.2. Saran-saran. a. Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi mendukung prinsip pelestarian pusaka budaya tangible dan intangible masyarakat Baduy ini. Selain penetapan sebagai benda cagar budaya, melengkapi peraturan-peraturan yang mendukung pelaksanaannya, mengajak partisipasi masyarakat, serta mengawasi implementasinya di lapangan. b. Terbuka terhadap aspirasi dan masukan dari segenap pihak terkait (stakeholders) yang mengarah kepada peningkatan kualitas pelestarian lingkungan dan adat masyarakatnya. Juga mengantisipasi dampak pengaruh kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara.
c. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana bagi pengunjung di sekitar/sebelum Kampung Cigoel secara tepat, seperti: kamar mandi umum/MCK, yang jumlahnya sangat terbatas, agar lebih kondusif. 5.
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis DK. (1979). Architecture: Form, Space and Order, diindonesiakan oleh Ir. Paulus Hanoto Adjie (1985). Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Penerbit PT. Erlangga, Jakarta. Kartawinata, Ade Makmur. (2001). Pamarentahan Baduy di Desa Kanekes. Makalah Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia. Padang: UIUniversitas Andalas, 18-20 Juli
dari http://www.geocities.com/ puslitmasbud_unpad/artikel_pam arentahan_Baduy.htm Krier,
Rob. (1988). Architectural Composition. Rizzoli International Publications, Inc., New York.
Neufeldt, Victoria dan David B. Guralnik (eds.) (1991). Webster’s New World Dictionary of American English. Penerbit Prentice Hall, New York. Rapoport, Amos. (1986). House, Form and Culture. Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs NJ. Sri-Lestari, Dwi Suci, dkk. Konsep dan Karya Arsitek: F. Silaban. Penerbit Nova Bandung. Biodata Penulis: Dwi Suci Sri Lestari, alumnus S-1 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (FT. UNDIP) Semarang (1985), S-2 Teknik Arsitektur pada alur Sejarah dan Teori Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung (1994), dan pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan (FT. UTP) Surakarta (1987- sekarang).