KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA Dwi Suci Sri Lestari Abstrak Kawasan tepi sungai merupakan kawasan tempat bertemunya daratan dan air sungai. Kawasan dimaksud merupakan kawasan dinamis dan unik dari suatu kota, selain itu juga sangat strategis karena mudah dicapai dari daratan maupun sungai. Kawasan ini difungsikan antara lain untuk perdagangan, rekreasi, perkantoran, pergudangan, pelabuhan, maupun perumahan. Khusus untuk kajian akan dibahas perumahan. Sebagai studi kasus, dilakukan kajian pada kelurahan Selili kecamatan Samarinda Ilir kota Samarinda. Kota Samarinda merupakan kota yang unik, dengan bagian tengahnya mengalir Sungai Mahakam yang berfungsi untuk transportasi air berhubungan langsung dengan laut Selat Makasar. Di sepanjang tepi sungai banyak ditempati masyarakat sebagai permukiman. Dari kajian yang dilakukan, disimpulkan tentang karakteristik perumahan di kawasan tepi sungai Mahakam kota Samarinda, yaitu : lokasi perumahan menempati daerah tepi sungai, baik di darat maupun di atas permukaan air sungai. Masa bangunan yang berada di darat berbentuk teratur,dan yang berada di atas permukaan air sungai juga berbentuk teratur. Penampilan bangunan sederhana berbentuk panggung, struktur bangunan dibuat dari konstruksi rangka dari bahan kayu, untuk mencapai bangunan satu dengan lainnya dilengkapi dengan jembatan kayu. Kata kunci panggung,
:
karakter
arsitektur,
1. PENDAHULUAN Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan penghidupan, serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup, serta pembentukan watak, karakter dan kepribadian bangsa. Hal inilah yang menjadi dasar pokok pembangunan perumahan, termasuk perumahan di kawasan tepi sungai. Pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan tepi sungai merupakan bagian penting dalam
kawasan
tepi
sungai,
bangunan
menunjang pembangunan yang berkelanjutan, dan meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia, serta masyarakat tepi sungai pada khususnya. Kawasan tepi sungai memiliki potensi yang besar dan merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan perekonomian bangsa. Pada negara-negara maju maupun berkembang, aktivitas perekonomian di wilayah tepi sungai sangat dominan dan diikuti dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Hal ini berdampak langsung pada sektor perumahan dan permukiman. Namun
25
sayangnya masih banyak daerah perumahan dan permukiman penduduk yang berada pada wilayah tepi sungai di Indonesia memiliki kondisi yang tidak tertata dengan baik, terlampau padat, kumuh dan tidak layak huni. Untuk itulah perlu dilakukan identikasi karakteristik perumahan di kawasan tepi sungai, guna dikenali tentang ciri-cirinya dan permasalahan yang ditimbulkan. Dalam hal ini, akan dilakukan studi kasus di tepi sungai Mahakam kota Samarinda. Materi yang akan dibahas mengenai lokasi perumahan, masa bangunan, penampilan bangunan, struktur, bahan bangunan, dan fasilitas lingkungan.
2. GAMBARAN UMUM KOTA SAMARINDA Kota Samarinda merupakan ibukota provinsi Kalimantan Timur yang terletak antara 00º 19’ 02”-00º 42’ 34” Lintang Selatan dan 117º 03’ 00”-117º 18’ 14” Bujur Timur. Wilayah Kota Samarinda dikelilingi oleh Kabupaten Kutai Kertanegara. Penduduk Kota Samarinda pada tahun 2005 berjumlah 611.491 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2004 mencapai angka 3,29%, dan mengalami peningkatan yang cukup tajam (65,35%) pada tahun 2005 menjadi 5,44%. Luas wilayah Kota Samarinda adalah 71.800 hektar (Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1987) yang terdiri dari 51 Kelurahan dan 6 Kecamatan. Sebagian besar lahan yang ada dipergunakan oleh masyarakat sebagai pekarangan bangunan dan halaman yaitu sebesar 28.666 hektar (39,92%). Berdasarkan data statistik tahun 2005 maka kepadatan penduduk Kota Samarinda sebesar 853 jiwa/km2, Kecamatan Samarinda Seberang merupakan kecamatan yang berkepadatan
penduduk tertinggi yaitu 2.335 jiwa/Km2, kemudian diikuti oleh Kecamatan Sungai Kunjang. Kecamatan Samarinda Utara dan Palaran merupakan kecamatan yang berkepadatan penduduk terendah dibandingkan Kecamatan lainnya, sehingga Samarinda Utara dan Kecamatan Palaran menjadi salah satu alternatif untuk menampung pertambahan jumlah penduduk. Untuk lebih jelasnya tentang wilayah kota Samarinda divisualisasikan dalam gambar 2.1. berikut :
Gambar 2.1. Peta Kota Samarinda
3.
KARAKTERISTIK KAWASAN PESISIR DAN TEPI AIR 3.1. Pesisir dan Tepi Air di Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara perairan terluas, yaitu berwilayah laut teritorial pesisir dan laut seluas 5,7 juta km2; ditambah luas lautan dari kesepakatan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang mencapai 2,7 juta km2 dan memiliki banyak pulau. Selain itu, juga merupakan pusat keanekaragaman hayati laut tropis terkaya di dunia. Ini
26
disebabkan hampir 30 % hutan bakau dan 30 % terumbu karang hidup di perairan Indonesia. Indonesia juga terkenal dengan banyaknya pulau yang dimiliki. Hingga kini tercatat terdapat 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km. Dengan garis pantai sepanjang itu, maka banyak orang Indonesia memilih bermukim di daerah pesisir. Hingga kini tercatat 140 juta atau sekitar 60 % penduduk Indonesia tinggal di wilayah dimaksud, yaitu di pesisir lautan dan tepi air. Bermukim di antara mangrove dan terumbu karang. Bahkan di pesisir utara Jawa, terdapat 600.000 nelayan yang menggantungkan hidupnya dari laut di sekitar tempat dimaksud. Berkaitan dengan hal dimaksud, pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan pesisir dan tepi air, merupakan bagian penting dalam menunjang pembangunan kawasan pesisir dan tepi air yang berkelanjutan; dan meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia, serta masyarakat pesisir dan tepi air pada khususnya. Kawasan pesisir dan tepi air berpotensi besar merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan perekonomian bangsa. Pada negaranegara maju maupun berkembang, aktivitas perkonomian di wilayah pesisir dan tepi air sangat dominan dan diikuti dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Hal ini berdampak langsung pada sektor perumahan dan permukiman. Di Indonesia masih banyak daerah perumahan dan permukiman penduduk yang berada pada wilayah pesisir dan tepi air, yang berkondisi tidak tertata dengan baik, terlampau padat, kumuh dan tidak layak huni. 3.2.
Pengembangan Kawasan Pesisir dan Tepi Air
Pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan pesisir dan tepi air sebagai bagian dari kawasan kota pesisir dan tepi air, tidak dapat terlepas dari pengembangan kawasan kota pesisir dan tepi air. Kawasan kota pesisir dan tepi air di Indonesia merupakan salah satu kawasan yang potensial untuk dikembangkan, terutama berkaitan dengan aspek fungsi dan aksesibilitas. Pengembangan kota pesisir dan tepi air di Indonesia merupakan pokok masalah yang potensial ditangani secara lebih seksama, karena Indonesia bergaris pantai terpanjang di dunia dan berdasarkan PP 47/97 (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional) terdapat 516 kota andalan di Indonesia dengan 216 kota di antaranya merupakan kota tepi air yang berada di tepi laut (pantai), sungai atau danau. Pengembangan kawasan kota pesisir dan tepi air dapat diarahkan pada pengembangan fungsi pariwisata, perekonomian, budaya, pendidikan, industri, pergudangan dan pertahanan dan keamanan (HANKAM). Namun dalam pengembangannya, perlu mengidentifikasi secara spesifik karakteristik fisik lingkungan beserta kegiatan yang sedang dan akan dikembangkan di kawasan dimaksud. Kawasan ini pada dasarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah Nusantara yang telah berabadabad, bahkan perkembangan beberapa kota di antaranya diawali oleh keberadaan permukiman ini. Pada perkembangan selanjutnya kawasan tepi air ini menjadi tempat menarik untuk permukiman dan berbagai kegiatan lain karena berbagai alasan. Namun, pengembangan kawasan ini sering mengabaikan keberadaan masyarakat setempat, sehingga pada akhirnya harus menanggung beban akibat perubahan pemanfaatan lahan.
27
Alasan-alasan difungsikannya kawasan tepi air ini sebagai tempat permukiman, antara lain: a. merupakan kawasan alternatif permukiman kota bagi kaum urbanis miskin, b. merupakan peluang bagi kemudahan transportasi, dan c. menjadi pintu gerbang alami untuk perdagangan antar tempat yang terpisahkan oleh laut. Kondisi dimaksud menyebabkan tingginya laju pertumbuhan perkotaan, dimana kawasan kota pesisir dan tepi air cenderung tumbuh lebih cepat, baik secara demografis maupun ekonomis daripada kota-kota di wilayah lain. Namun karena pesatnya perkembangan transportasi darat dan pusat-pusat kegiatan baru di luar kawasan tepi air, maka kawasan kota tepi air mulai kehilangan keunggulannya. Sebagian besar pemanfaatan ruang kawasannya hanya digunakan untuk kegiatan pelabuhan, pergudangan dan perikanan. Dengan adanya berbagai kepentingan yang berbeda, pengembangan kota tepi air dapat mengakibatkan terjadinya konflik/friksi, antara lain: a. kepentingan antar institusi pemerintah, baik pusat, daerah maupun pengelola pelabuhan, b. antara kepentingan komersial dan sosial, dan c. antara kepentingan publik dan individu. 3.3. Fungsi Kawasan Pesisir dan Tepi Air Kawasan pesisir dan tepi air di Indonesia menunjukkan kawasan yang memiliki fungsi sebagai: a. kawasan komersial (perdagangan),
b. kawasan budaya, pendidikan dan lingkungan hidup, c. kawasan peninggalan bersejarah, d. kawasan permukiman, e. kawasan wisata (rekreasi), f. kawasan pelabuhan dan transportasi, dan g. kawasan pertahanan keamanan. 4.
PENGENALAN LOKASI
Obyek kajian dalam tulisan ini adalah Kelurahan Selili Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda.
4.1. Dasar Pertimbangan Pemilihan Kelurahan Selili sebagai Lokasi Kasus Dasar pertimbangan pemilihan Kelurahan Selili sebagai obyek kajian sebagai berikut : 1. Kelurahan Selili dapat mewakili kondisi perumahan di kawasan tepi sungai karena terletak di tepian Sungai Mahakam. 2. Dalam satu Kelurahan Selili, terdapat 2 macam karakter perumahan berbeda, sebagaimana disebutkan di bawah ini. a. Kawasan perumahan yang dibangun di atas permukaan air sungai, dan b. Kawasan perumahan yang dibangun di atas tanah dengan kemiringan tanahnya (kelerengan) mencapai >45°. Untuk lebih jelasnya, tentang lokasi Kelurahan Selili Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda, diilustrasikan dalam gambar 2.1. dan foto udaran
pada gambar 2.3. berikut :
:::.
28
LOKASI KELURAHAN SELILI
SUNGAI MAHAKAM
Lokasi kelurahan
Gambar 2.2. Selili Lokasi Kelurahan Selili Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda.
LOKASI PERUMAHAN KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA.
Gambar 3. Foto Udara Lokasi Kelurahan Selili Terhadap Sungai Mahakam Kota Samarinda
29
Gambar 4. Sungai Mahakam Samarinda dengan Jembatannya
4.2.
Profil Kelurahan Selili Ditinjau dari pengamatan lapangan terhadap Kondisi Perumahan dan Permukiman, terdapat dua macam karakter letak perumahan di Kelurahan Selili, yaitu : sebagian di pinggir tepian Sungai Mahakam yang dibangun di atas permukaan air sungai, dan sebagian lagi di kawasan yang berkelerengan tanah cukup tinggi, yaitu di atas 45 derajat. Ditinjau dari kondisi rumahnya, maka bangunan tempat tinggal di Kelurahan Selili sebagian besar berupa rumah panggung, terutama yang menempati tepi sungai. Bangunannya berdiri langsung di atas tanah untuk rumah yang dibangun di daratan pada tanah yang miring/lereng. Jarak antar rumah sangat rapat, sehingga sirkulasi udara sangat kurang. Ditinjau dari aspek sarana, masyarakat sudah memiliki Tempat Pembuangan Sampah (TPS), namun di beberapa RT sebagian di antaranya masih membuang sampah secara sembarangan di atas sungai atau permukaan daratan yang sudah tergerus air laut. Dalam pemanfaatan fasilitas mandi-cuci-kakus (MCK), masyarakat membangun bangunan panggung non permanen dan kotoran langsung dibuang ke permukaan air. Sumber air bagi masyarakat di kelurahan ini berasal dari sumur gali dan dari air
permukaan yang berasal dari hulu sejauh 7 km. Dari aspek sarana pendidikan, lingkungan kelurahan ini belum memiliki sarana pendidikan setingkat Sekolah Dasar (SD), sedangkan dari aspek perekonomian masyarakat, penduduk di lingkungan ini mengembangkan budidaya rumput laut. 5. KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KELURAHAN SELILI PADA KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KOTA SAMARINDA 5.1. Masa Bangunan Masa bangunan terdiri dari dua macam, sebagai berikut : a. Bangunan di tanah lereng Bangunan yang terletak di tanah lereng dengan kemiringan lebih besar dari 45 derajat, ditata mengikuti bentuk kontur tanah dan badan sungai Mahakam. Bangunan berbentuk panggung disusun dengan bentuk linier. b. Bangunan di atas air sungai Bangunan yang terletak di atas permukaan air sungai, ditata dengan bentuk linier dengan dua 30
deretan bangunan panggung, bagian tengah terdapat jalan lingkungan yang
dibuat
dari
jembatan
kayu.
TPS (TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH) PELABUHAN
S U N G A I M A H A K A M
BUKIT STELING BANGUNAN/ RUMAH TINGGAL TEPI AIR INDUSTRI/PABRIK KAYU LAPIS
Gambar 2.5. Peta Kelurahan Selili Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda
BANGUNAN/ RUMAH TINGGAL TEPI AIR
5.2. Penampilan Bangunan Penampilan bangunan terdiri dari 2 (dua) macam, sebagai berikut. a. Bangunan panggung langsung berdiri di atas tanah, jenis ini kebanyakan berada di tanah lereng berkemiringan lebih besar dari 45 derajat. b. Bangunan panggung berada di atas permukaan air sungai.
Gambar 2.6. Kawasan perumahan tepi sungai Mahakam di Kelurahan Selili Kecamatan Samarinda Ilir berlatar depan Sungai Mahakam
Kebanyakan atap bangunan berbentuk pelana, dinding luarnya dilengkapi dengan bukaan seperti pintu dan jendela. Untuk mencapai rumah panggung satu dengan lainnya yang berada di atas permukaan air sungai, melalui jembatan yang dibuat dari bahan kayu. Visualisasi rumah-rumah dimaksud di atas, disajikan dalam gambar 2.6 s/d. 2.29 berikut :
Gambar 2.7. Tengah Kawasan perumahan di tepi Sungai Mahakam di tanah lereng, yang padat dengan bangunan rumah penduduk langsung di atas tanah
31
Gambar 2.8. Rumah-rumah di tepi Sungai Mahakam dengan latar depan kapal kecil nelayan.
Gambar 2.9. Rumah-rumah di tepi Sungai Mahakam dengan latar depan kapal nelayan lebih besar
Gambar 2.10. Rumah panggung yang menempati lereng berkemiringan lebih besar dari 45 derajat.
Gambar 2.11. Rumah panggung lain di lereng berkemiringan lebih besar dari 45 derajat.
Gambar 2.12. Rumah panggung lain yang memiliki overstek di lereng berkemiringan lebih besar dari 45 derajat.
Gambar 2.13. Rumah panggung di lereng berkemiringan lebih besar dari 45 derajat, dengan jalan lingkungan dibuat dari kayu di depannya.
32
Gambar 2.14. Rumah panggung terletak di tepi sungai Mahakam dan dibangun di atas permukaan air sungai, berpenutup atap seng, bertiang kayu dan berdinding kayu.
Gambar 2.15. Rumah panggung lain di tepi sungai Mahakam dan dibangun di atas permukaan air sungai, dengan dermaga di samping rumah dan berlatar depan sampan.
Gambar 2.16. Rumah panggung di tepi Sungai Mahakam dan dibangun di atas permukaan air sungai, berteras depan cukup luas
Gambar 2.17. Dua deret rumah panggung di tepi sungai Mahakam yang dibangun di atas permukaan air sungai dengan sampan-sampan nelayan.
Gambar 2.18. Dua deret rumah panggung di atas permukaan air sungai di tepi sungai Mahakam berlatar depan sampan dan anak-anak sedang mandi.
Gambar 2.20. Dua deret rumah panggung terletak dipinggir sungai Mahakam, dengan jalan lingkungan kayu di antara fungsi ibadah dan fungsi rumah tinggal di kanan.
Gambar 2.19. Dua deret rumah panggung di atas permukaan air sungai di tepi Sungai Mahakam, dengan jalan lingkungan dibuat dari kayu bagian tengahnya.
Gambar 2.21. Dua deret rumah panggung terletak dipinggir sungai Mahakam, dengan jalan lingkungan kayu di antara fungsi pasar di kiri dan fungsi rumah tinggal di kanan.
33
Untuk visualisasi potongan lingkungan perumahan di Kelurahan Selili Kecamatan Samarinda Ilir kota Samarinda pada tepi Sungai Mahakam yang berlokasi pada tanah berkemiringan lebih besar dari 45º
disajikan dalam gambar 2.24. Bagi lingkungan perumahan yang bertempat di atas permukaan air sungai, disajikan dalam gambar 2.25. berikut :
BANGUNAN RUMAH TINGGAL
BUKIT
BANGUNAN RUMAH TINGGAL SUNGAI MAHAKAM
JALAN KENDARAAN
BUKIT
BANGUNAN RUMAH TINGGAL
BANGUNAN RUMAH TINGGAL BANGUNAN RUMAH TINGGAL
JALAN KENDARAAN
Gambar 2.22. Sketsa potongan Jl. Lumba-lumba di lingkungan perumahan di kelurahan Selili pada tepi Sungai Mahakam yang berlokasi pada tanah berkemiringan lebih besar dari 45º.
SUNGAI MAHAKAM
JALAN SETAPAK
BANGUNAN RUMAH TINGGAL
BANGUNAN RUMAH TINGGAL SUNGAI MAHAKAM
JALAN SETAPAK DARI KAYU
Gambar 2.23. Sketsa potongan lingkungan perumahan di Kelurahan Selili pada tepi Sungai Mahakam yang bertempat di atas permukaan air sungai
5.2.1. Struktur dan bahan bangunan Struktur bangunan terdiri sebagaimana diuraikan berikut : 1) Struktur bawah/pondasi Bangunan yang berada di darat menggunakan pondasi langsung berupa
pondasi batu kali, untuk visualisasinya, dapat dilihat lagi dalam gambar 2.11. yang lalu. Untuk bangunan yang berada di atas permukaan air sungai menggunakan tiang kayu; sebagaimana telah terlihat dalam
34
gambar 2.14. s/d 2.17. dan 2.20. yang lalu, serta gambar 2.24. berikut . BANGUNAN BDEFRKUDAKUDA KAYU DAN BERPENUTUP ATAP SENG.
TIANG-TIANG KAYU DALAM STRUKTUR BAWAH UNTUK PENDUKUNG BANGUNAN
Gambar 2.24. Rumah panggung berdiri di atas permukaan air sungai dengan ditunjang tiang kayu.
2) Struktur atas Struktur atas dibuat dari rangka kuda-kuda dari bahan kayu. Visualisasinya disajikan dalam gambar 2.14. s/d. 2.19.dan 2.24. yang lalu gambar 2.14. s/d. 2.19. serta 2.24. 1) Dinding Dinding dibuat dari bahan kayu, yang lalu serta gambar 2.25. dan 2.26. sebagaimana terlihat dalam berikut :
DERMAGA LANGSUNG DI SAMPING RUMAH
DINDING BANGUNAN DARI KAYU
Gambar 2.34. Dinding dibuat dari papan kayu
2) Lantai Bahan lantai sebagai berikut : a. Bangunan yang berada di tanah lereng menggunakan lantai kayu. b. Bangunan yang berada di atas permukaan air laut menggunakan bahan kayu. Visualisasinya tersaji dalam gambar 2.16, 2.19 s/d. 2.21. yang lalu. 5.2.2. Dermaga
Gambar 2.35. Dinding dibuat dari papan kayu.
Untuk kegiatan nelayan bongkar muat dari perahu, disediakan fasilitas dermaga langsung pada DERMAGA LANGSUNG DI DINDING BANGUNAN rumahnya, sebagaimana terlihat SAMPING RUMAH DARI KAYU dalam gambar 2.34 dan 2.35 yang lalu. 6. KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah dilakukan tentang karakreristik
35
perumahan di kawasan tepi sungai Mahakam kelurahan Selili Kecamatan Samarinda Ilir kota Samarinda, disimpulkan sebagai berikut : a. Lokasi perumahan Lokasi perumahan menempati daerah tepi sungai, yaitu kawasan dimana daratan dan air sungai bertemu, kawasan dimaksud merupakan kawasan dinamis dan unik dari suatu kota, disamping itu juga sangat strategis karena mudah dicapai dari daratan dan sungai. b. Tapak Bangunan Tapak Bangunan menempati di daratan tepi sungai dan di atas permukaan air Sungai Mahakam. c. Masa Bangunan Terdapat macam masa bangunan sebagai berikut : a. Masa bangunan yang berada di daratan/ lereng dengan kemiringan lebih besar 45 derajat, berbentuk linier mengikuti kontur tanah dan badan sungai dengan bentuk susunan masa teratur, b. Masa bangunan di atas permukaan air sungai berbentuk linier, masa terdiri dari dua deretan bangunan, pada bagian tengah terdapat jalan lingkungan yang dibuat dari jembatan kayu. d. Penampilan Bangunan Penampilan bangunan terdiri dari 2 (dua) macam, sebagai berikut. a. Bangunan panggung langsung berdiri di atas tanah, jenis ini kebanyakan berada di darat/tepi sungai dengan kemiringan tanah lebih besar 45 derajat. b. Bangunan panggung langsung berdiri di atas permukaan air sungai; untuk pencapaian antara bangunan satu dengan lainnya dihubungkan dengan jembatan yang dibuat dari kayu. c. Kebanyakan atap bangunan berbentuk pelana dengan penutup atap dari bahan seng, dinding luar
dilengkapi dengan bukaan seperti pintu dan jendela. e. Struktur Struktur bangunan terdiri sebagaimana dijelaskan di bawah. 1) Struktur bawah/pondasi Bangunan yang berada di darat menggunakan pondasi langsung berupa pondasi batu kali. Bagi bangunan yang bertempat di atas permukaan air sungai menggunakan tiang kayu. 2) Struktur atas Dibuat dari rangka kuda-kuda dari bahan kayu, penutup atap menggunakan bahan seng. 3) Dinding Dibuat dari bahan kayu. 4) Lantai Bangunan yang berada di darat pada tanah yang miring/ lereng menggunakan lantai kayu; dan bangunan yang berada di atas permukaan air sungai menggunakan bahan kayu. f) Dermaga Untuk kegiatan nelayan bongkar muat barang dengan perahu disediakan fasilitas dermaga yang menyatu dengan rumah tinggalnya.
7. DAFTAR PUSTAKA Broadbent, Geoffrey, Design In Architecture, John Wiley & Sons Ltd, 1973. Francis D.K.Ching, Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya, Penerbit Erlangga, 1984. James C. Snyder dan Anthony J.Catanese, Pengantar Arsitektur, Penerbit Erlangga, 1985. 36
Rob Krier, Komposisi Arsitektur, Penerbit Erlangga, 2001. Badan Pusat Statistik Kota Samarinda, Samarinda dalam Angka 2008,
Biodata Penulis : Dwi Suci Sri Lestari S-1 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang (1985), S-2 Teknik Arsitektur pada alur Sejarah dan Teori Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung (1994), dan pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan (FT. UTP) Surakarta (1987- sekarang).
37