Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
PELESTARIAN KESENIAN KHAS KAMPUNG NAGA DESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA Yani Sri Astuti Jurusan Pendidikan Geografi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya
[email protected]
Abstrak Kesenian lokal di masyarakat Kampung Naga kini keberadaannya hampir punah akibat berbagai perubahan cara pandang dan pola aktivitas, baik yang bersifat kemajuan maupun bersifat cenderung menuju kepunahan. Indikasi ini terlihat dari semakin terbatasnya masyarakat kampung Naga yang mengenal sekaligus bisa memainkan kesenian tersebut, tak terkecuali untuk kalangan generasi tua nya juga. Anak-anak dan remaja di kampung Naga yang mengenal kesenian-kesenian tersebut pun tidak bisa memainkannya. kesenian di kampung Naga yang meliputi syair sajak, nyanyian, dan musik dapat kita jumpai berupa: Teureubang Gembrung, Teureubang Sajak, Angklung Bareng, Karinding. Kesenian-kesenian di Kampung Naga sebenarnya tidak dibatasi waktu pementasannya, hanya kenyataannya terbatas pada orang-orang yang bisa memainkannya. Padahal pementasan kesenian khas tersebut bisa bernilai ekonomis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kampung Naga yang mayoritas bermatapencaharian sebagai petani. Tujuan pelestarian kesenian khas Kampung Naga ini adalah : 1) tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk tetap melestarikan kesenian setempat; 2) terbentuknya generasi penerus yang terampil memainkan kesenian-kesenian kampung Naga yang siap mementaskannya di berbagai acara; 3) ada peralatan kesenian yang memadai untuk memainkan kesenian-kesenian kampung Naga. Metode pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah workshop pembuatan alat-alat kesenian dan sekaligus pelatihan tentang bagaimana cara menggunakan/memainkan dan mengembangkannya. Kata Kunci : pelestarian, kesenian, kampung naga PENDAHULUAN
sesuatu yang terdapat didalam masyarakat
Latar Belakang
ditentukan
Tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya
adanya
kebudayaan
yang
dimiliki oleh masyarakat itu. Dari
keanekaragaman
kesenian
tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat
yang terdapat di Jawa Barat salah satunya
sebagai
pendukungnya.
yaitu kesenian degung, kesenian degung ini
Sebagaimana yang dikemukakan Melville
adalah sejenis gamelan yang khas dan
J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski
berasal dari masyarakat sunda yang sudah
dalam (Dodih Heryadi, 2005 : 26) bahwa
ada pada awal abad ke-19. Kesenian
Cultural
degung ini dalam penyajiannya mempunyai
wadah
dan
Determinism
berarti
segala
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 50
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
ciri tertentu dalam warna musiknya.
sekelompok masyarakat yang sangat kuat
Seperangkat Gamelan degung terdiri dari 7
dalam memegang adat istiadat peninggalan
waditra, yaitu bonang, saron 1, saron 2,
leluhurnya, dalam hal ini adalah adat
jenglong, goong, kendang, dan suling
Sunda. Kampung Naga memiliki luas
(Supandi. 1994:15).
sebesar 1,5 H. Seperti permukiman Badui,
Gamelan degung yang berkualitas
Kampung Naga menjadi objek kajian
baik terbuat dari perunggu dan kuningan,
antropologi
sedangkan bahan gamelan degung yang
masyarakat pedesaan Sunda di masa
terbuat dari bahan besi dengan bentuk dan
peralihan dari pengaruh Hindu menuju
kualitas sederhana dimaksudkan untuk
pengaruh Islam di Jawa Barat, penduduk
lebih memasyarakatkan alat degung agar
Kampung
dapat terjangkau masyarakat luas terutama
beragama Islam.
untuk
memenuhi
kebutuhan
para
mengenai
Naga
semuanya
kehidupan
mengaku
Kampung ini secara administratif
penggunanya. Seperti kebutuhan untuk para
berada
peserta didik di sekolah-sekolah atau
Kecamatan
lembaga pendidikan, para seniman ataupun
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Yang
pengguna yang lainnya. Adapun tujuan
lokasinya tidak jauh dari jalan raya yang
adanya pendidikan musik gamelan di
menghubungkan kota Garut dengan kota
sekolah-sekolah (non kesenian) bukan
Tasikmalaya. Kampung ini berada di
dimaksudkan untuk menciptakan peserta
lembah yang subur, dengan batas wilayah,
didik menjadi pelaku seni/seniman yang
di sebelah Barat perkampungan dibatasi
memiliki keahlian tinggi sebagai musisi.
oleh hutan keramat karena di dalam hutan
Akan tetapi peserta didik lebih diarahkan
tersebut terdapat makam leluhur Kampung
untuk mengenali, menghargai keberadaan
Naga. Di sebelah selatan perkampungan,
kesenian gamelan degung sebagai sebuah
dibatasi oleh sawah-sawah penduduk dan di
bentuk kebudayaan yang harus dijaga,
sebelah utara dan timur dibatasi oleh Kali
dimana peserta didik ini mempunyai peran
Ciwulan yang sumber airnya berasal dari
sebagai generasi penerus supaya gamelan
Gunung Cikuray di daerah Garut. Jarak
degung
tempuh dari kota Tasikmalaya ke Kampung
ini
bisa
tetap
terjaga
keberadaannya.
wilayah
Desa
Salawu,
Neglasari, Kabupaten
Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan
Kampung Naga merupakan suatu perkampungan
di
yang
didiami
dari kota Garut jaraknya 26 kilometer.
oleh
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 51
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
Kampung ini memiliki berbagai macam keunikan-keunikan
Permasalahan
diantaranya
Kesenian
Khas
bentuk rumah masyarakat Kampung Naga
Kampung
berbentuk
keberadaannya hampir punah. Hal ini
panggung, bahan rumah dari
Naga
masyarakat
terlihat
daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai
kampung Naga yang mengenal sekaligus
rumah harus terbuat dari bambu atau papan
bisa memainkan kesenian tersebut pada
kayu. Rumah harus menghadap kesebelah
kalangan tua saja. Sedangkan anak-anak
utara atau ke sebelah selatan dengan
dan remaja di kampung naga hanya
memanjang kearah Barat-Timur. Dinding
mengenal kesenian-kesenian tersebut tanpa
rumah dari bilik atau anyaman bambu
bisa memainkannya. Peningkatan ekonomi
dengan anyaman sasag. Rumah tidak boleh
dari bidang kesenian ini bisa didapat bila
dicat, kecuali dikapur.
pada masyarakat kampung Naga terampil memainkan
terbatasnya
kini
bambu dan kayu. Atap rumah terbuat dari
Menurut kepercayaan masyarakat
dari
tersebut,
masyarakat
kesenian-kesenian
tersebut
Kampung Naga, dengan menjalankan adat-
untuk ditampilkan dalam berbagai acara,
istiadat warisan nenek moyang berarti
baik yang diselenggarakan diluar kampung
menghormati para leluhur atau karuhun.
Naga, maupun di dalam kampung Naga
Segala sesuatu yang datangnya bukan dari
pada hari-hari ketika jumlah pengunjung
ajaran karuhun Kampung Naga, dan
sedang banyak.
sesuatu yang tidak dilakukan karuhunnya
Jenis-jenis
kesenian
apa
yang
dianggap sesuatu yang tabu. Apabila hal-
terdapat di Kampung Naga Desa Neglasari
hal tersebut dilakukan oleh masyarakat
Kecamatan
Salawu
Kampung Naga berarti melanggar adat,
Tasikmalaya
dan
tidak menghormati karuhun, hal ini pasti
pelestarian Kesenian Khas Kampung Naga
akan menimbulkan malapetaka.
Tasikmalaya.
Kabupaten
Bagaimana
upaya
Di bidang kesenian masyarakat Kampung Naga mempunyai pantangan mengadakan pertunjukan jenis kesenian
METODE Penelitian ini di maksudkan untuk
dari luar Kampung Naga seperti wayang
mengetahui
upaya-upaya
golek, dangdut, pencak silat, dan kesenian
Kampung
yang lain yang mempergunakan waditra
kesenian di Kampung Naga Desa Neglasari
goong.
Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmlaya.
Naga
dalam
masyarakat melestarikan
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 52
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
Pada penelitian ini di perlukan hasil yang
maka guna keperluan analisa konsep
benar-benar objektif dan menggambarkan
kebudayaan itu perlu dipecah lagi kedalam
yang lebih jelas tentang upaya-upaya yang
unsur-unsurnya. Unsur-unsur universal itu,
dilakukan masyarakat Kampung Naga
yang sekalian merupakan isi dari semua
dalam melestarikan kesenian di Kampung
kebudayaan yang ada di dunia ini seperti
Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu
yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat
Kabupaten Tasikmalaya.
(2005: 81) menyatakan bahwa, Unsur-
Dalam
penelitian
ini
penulis
unsur kebudayaan yang dapat ditemukan
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
pada semua bangsa di dunia berjumlah
Menurut teori penelitian kualitatif, agar
tujuh buah, yang dapat disebut sebagai isi
penelitiannya dapat betul-betul berkualitas
pokok dari setiap kebudayaan yaitu :
data yang dikumpulkan harus lengkap,
a. Sistem religi dan upacara keagamaan
yaitu data primer dan data sekunder. Data
b. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
primer adalah data dalam bentuk verbal
c. Sistem pengetahuan
atau kata-kata yang diucapkan secara lisan,
d. Bahasa
gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan
e. Kesenian
oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam
f. Sistem mata pencaharian hidup
hal ini, adalah subjek penelitian (informan)
g. Sistem teknologi dan peralatan
yang berkenaan dengan variabel yang
Cultural universals tersebut diatas,
diteliti. Sedangkan data sekunder adalah
dapat dijabarkan lagi kedalam unsur-unsur
data
dokumen-
yang lebih kecil. Sebagai contoh cultural
dokumen grafis, foto-foto, film, rekaman
universal, pencarian hidup dan ekonomi,
video, benda-benda dan lain-lain yang
antara lain mencakup kegiatan-kegiatan
dapat memperkaya data primer.
seperti
yang
diperoleh
dari
pertanian,
peternakan,
sistem
produksi, sistem distribusi dan lain-lain. Menurut Koentjaraningrat (2002 :
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam kebudayaan membagi
menganalisa seorang
seluruh
ahli
suatu
115) kesenian adalah suatu kompleks dari
antropologi
ide-ide, norma-norma peraturan dimana
kebudayaan
yang
kompleks aktivitas dan tindakan berpola
terintegrasi kedalam unsur-unsur besar
dari manusia dalam
yang disebut ”Unsur-unsur Kebudayaan
biasanya
Universal”. Karena demikian luasnya,
manusia.
berwujud
masyarakat
benda-benda
dan hasil
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 53
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
Adapun ruang lingkup kesenian menurut
Koenjaraningrat
(2002:
115)
antara lain : a) Seni
3) Seni rias Indonesia terutama seni pakaian untuk wanita, sudah mempunyai sifat-sifat yang khas yang dapat kita
rupa,
yang
didalamnya
menyangkut:
banggakan
keindahan
dan
kecantikannya, karena itu sebaiknya kita
1) Seni bangunan adalah suatu bidang
pelihara selama mungkin sebagai salah
kesenian yang dapat mempertinggi rasa
satu
unsur
kebanggaan dan identitas suatu bangsa.
menonjol.
kebudayaan
kita
yang
Wujudnya sangat fisik, sifat khasnya
4) Seni olahraga Indonesia yang haus
bisa mudah ditonjolkan dan mutunyapun
dihubungkan erat dengan seni tari
mudah
untuk
Indonesia, sifat dari beberapa seni tari di
mengembangkan sifat-sifat khas dalam
Indonesia, baik yang dikembangkan
seni bangunan dapat dilihat dalam seni
dalam lingkungan istana-istana seperti
bangunan dari berbagai suku bangsa
dalam
diberbagai daerah.
ditengah kehidupan masyarakat desa
diobservasi.
Sumber
2) Seni patung, relief, lukisan dan gambar merupakan
bidang-bidang
kesenian
yang paling flexibel dan mudah dipakai
kebudayaan
Jawa
maupun
(seperti di Bali), memang amat khas sedangkan mutunya tak dapat diragukan lagi.
untuk mengembangkan sifat kepribadian
5) Seni Musik Indonesia berkembang erat
kita berdasar sifat-sifat khas dan mutu
sejajar dengan seni tari Indonesia, tetapi
yang tinggi. Sifat khas itu tak hanya
disamping itu seni musik nasional
dapat dikaitkan dengan wujud lahiriah
Indonesia harus ada suatu tempat yang
dari bidang kesenian itu, tetapi juga
penting untuk seni musik pop dan seni
dengan isinya dan dengan konsepsi
musik klasik Indonesia. Kedua-duanya
intelektualnya. Sumber untuk mencari
memerlukan sifat khas Indonesia dan
unsur-unsur yang bisa memberi sifat
mutu yang tinggi.
kekhususan itu tidak hanya kehidupan
6) Seni sastra Indonesia yang bersifat
zaman yang lampau, tetapi kehidupan
daerah
bermacam-macam,
zaman sekarang dan seluruh alam
bahasa
semesta Indonesia, bahkan seluruh alam
pengembangnya. Diantara kesusastraan-
semesta di dunia ini.
kesusastraan
daerah
mempunyai
sejarah
daerah
menurut
yang
itu
menjadi
ada
yang
tertulis
yang
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 54
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
panjang misalnya, kesusastraan Jawa,
1)
Teureubang Geumbrung
Bali, Bugis, Melayu dan lainnya, tetapi
Teureubang
pada masa ini kesusastraan daerah yang
merupakan
bersifat
yang
kontemporerbelum
banyak
Geumbrung
alat musik tradisional
disajikan
dalam
bentuk
berarti. Hal itu adalah suatu pratanda
nyanyian
yang akhirnya disebut
bahwa kehidupan intelektual dalam
dengan
kesenian
kebudayaan daerah pada umumnya
Geumbrung.
masih sangat berorientasi ke masa yang
dinyanyikan berupa sholawat Nabi
lampau
yang diiring dengan alat musik
dan
belum
menunjukan
Teureubang
Kesenian
yang
kemampuan dan potensi baru untuk
sejenis
menyesuaikan diri dengan suasana hidup
Keudeumung). Kesenian Tereubang
masa kini.
Geumbrung ini merupakan kegiatan
7) Seni darama dalam bahasa nasional sedang
(Sunda=
spiritual dalam kaitannya antara
mencari
manusia dengan Tuhan (Alloh SWT)
kepribadiaanya sendiri. Demikian juga
dan juga mempunyai makna yaitu
halnya dengan suatu bidang seni drama
memperingati hari kelahirannya Nabi
yang sekarang menjadi universal, ialah
Muhammad SAW dibulan Maulud
seni film. Namun, seni film Indonesia
dan menyambut hari raya besar Islam
juga sedang mencari kepribadiannya dan
yaitu Idul Fitri dan Idul Adha hampir
belum mencapai suatu kemantapan.
semua
Tekniknya sudah baik, tetapi dipandang
kegiatan Teureubang Geumbrung
dari sudut isinya belum menemukan
khususnya kaum laki-laki.
sifat-sifat
berkembang
rebana/tagonian
yang
khas
kehidupan
masyarakat dan kebudayaan Indonesia.
warga
Naga
mengikuti
Lagu-lagu yang dibawakan berasal dari kitab suci Al-Qur’an
Kesenian yang merupakan bagian dari
yang
seni suara antara lain :
mengagungkan kebesaran Tuhan dan
a.
salawat kepada Nabi Muhammad
Seni Vokal Di Kampung Naga Desa Neglasari
Kecamatan
Salawu
Kabupaten
berupa
pupujian
yang
SAW. Namun, kesenian ini tidak diperbolehkan
untuk
mengambil
Tasikmalaya terdapat beberapa macam seni
gambar/fhoto
ataupun
video.
vokal antara lain sebagai berikut :
Kesenian Teureubang Geumbrung dimainkan khusus pada waktu-waktu
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 55
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
tertentu, yaitu pada waktu hari Raya
dimana diameternya berbeda-beda
Besar Islam antara lain:
antara satu dengan yang lainnya,
a)
Bulan Maulud untuk menyambut
bagian atasnya ditutup oleh kulit
hari kelahiran Nabi Muhammad
Domba/Embe. Cara memainkan alat
SAW.
tersebut
b) Bulan
c)
jumadil
akhir
untuk
ditepak),
dengan
cara
namun
(Sunda=
suara
yang
memperingati pertengahan bulan
dihasilkan dari beberapa alat tersebut
Hijriah.
berbeda-beda
Bulan syawal untuk menyambut
hingga
datangnya
menghasilkan
Idul
Fitri
yang
dilaksanakan bertepatan dengan malam takbiran. d) Bulan menyambut
Hari
Raya Idul Adha.
Teureubang
irama
sehingga
yang
enak
Teureubang
Sejak
adalah kesenian tradisional, sama halnya dengan kesenian Teureubang
Adapun alat musik yang digunakan
terbesar
terkecil
Teureubang Sejak
untuk
datangnya
yang
didengar. 2)
Zulhijah
yang
dari
dalam Geumbrung
Geumbrung menggunakan alat musik
kesenian
yaitu (Sunda= Indung, Keudeumung,
berupa
Bangsing, Kempring, Tuluktuk dan
sejenis rebana.
bajidor). Perbedaannya dalam hal jenis alat musik, waktu pelaksanaan dan jenis syair yang dinyanyikannya. Kesenian ini dimainkan oleh 12 orang dengan alat musik sebanyak 6 buah dan yang lainnya sebagai penari (Sunda= ngibing) yang mengikuti iringan
Gambar 1. Teureubang Geumbrung Alat Teureubang Geumbrung
musik.
Kesenian
ini
dimainkan pada waktu-waktu sebagai
ini terbuat dari batang pohon nangka
berikut:
yang diukir berbentuk bulat seperti
a) Acara pernikahan
alat
b) Acara khitanan (khitanan masal)
musik
perbedaannya
rebana
(tagoni), Teureubang
Geumbrung lebih besar ukurannya
c) 17 Agustus untuk memperingati hari kemerdekaan
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 56
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
daerah lain. Ada lima macam jenis angklung di Kampung Naga dari mulai yang terkecil hingga yang besar. Adapun nama masing-masing angklung antara lain: indung, bareng indung , ceureuleuk, engklok dan bareng. Bareng ini jumlahnya 8 buah dan dimainkan secara bersamaan
Gambar 2. Teureubang Sejak Selain dilaksanakan diacaraacara
yang
sudah
sehingga dinamakan bareng.
dijadwalkan,
kesenian Tereubang Sejak juga suka dipentaskan jika pengunjung yang menginap meminta kesenian ini dipentaskan dan sering dipentaskan juga diluar Kampung Naga jika ada yang mengundang atau meminta Teureubang Sejak dipentaskan, juga
Gambar 3. Angklung
dalam alat musiknya bisa ditambah
Cara memainkannya dengan
dengan gendang dan juga juru kawih
menggoyang-goyangkan
sesuai
bambu tersebut, dan setiap unit
dengan
permintaan
yang
mengundang. 3)
angklung
memiliki
Angklung merupakan Alat
biasanya
bambu.
perayaan 17 Agustus.
angklung
Naga
suara
alat hiburan. Angklung Bareng ini
musik tradisional yang terbuat dari
Kampung
nada
berbeda. Dalam fungsinya sebagai
Angklung Bareng
Kesenian
instrumen
di
dipentaskan
pada
saat
dinamakan
Selain kesenian Teureubang
Angklung bareng berbeda dengan
Geumbrung, Teureubang Sejak dan
angklung
Angklung
di
daerah
lain
yang
bareng,
baru-baru
ini
dinamakan angklung buncis, juga
beberapa orang dari warga Naga
dalam hal ukurannya angklung di
menciptakan salah satu jenis alat
Kampung Naga sedikit lebih besar
musik tradisional yang diadopsi dari
dibandingkan dengan angklung di
daerah lain yaitu Sumedang jawa
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 57
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
barat. Alat musik tradisional tersebut
(Alloh SWT). Semua kesenian yang
yaitu karining. Karining ini terbuat
merupakan seni vocal dan alat musik
dari bambu yang diatasnya diukir
tradisional yang ada di Kampung
lambing kujang pusaka. Karining ini
Naga,
dibunyikan dengan cara disimpan di
merupakan warisan turun temurun
bibir dan menggunakan tenggorokan
dari nenek moyang masyarakat Naga.
sebagai
hal
Namun, selain kesenian diatas, ada
pembuatan karining ini sangat lama
beberapa kesenian yang sudah tidak
yaitu bambu yang sudah dipotong
dilaksanakan lagi di Kampung Naga,
kemudian
dikarenakan
jenis
nada.
disimpan
Dalam
didalam
air
semua
kesenian
nenek
tersebut
moyangnya
selama beberapa hari, kemudian
belum sempat mewariskan kepada
dijemur setelah itu disimpan diatas
keturunannya,
(Sunda= hawu) tempat memasak
antara lain : kesenian beluk, barjah,
selama 3 tahun, setelah itu baru
sulanjana. ketiga kesenian tersebut
dibuat alat musik tersebut dan
diambil dari beberapa kitab yang
diatasnya diukir kujuang pusaka
dalam pembacaannya dinyanyikan.
sebagai simbol hasil cipta dari
Kitab-kitab tersebut antara lain : kitab
Kampung Naga.
beluk,
kitab
kesenian
barjah
tersebut
dan
kitab
sulanjana. Selain tersebut
yang
ketiga sudah
kesenian tidak
dilaksanakan lagi di Kampung Naga dalam hal seni tari adalah tari rengkong. Tari rengkong ini biasanya dilaksanakan pada hari kemerdekaan yaitu pada tanggal 17 Agustus dan hitanan (khitanan masal) dan juga
Gambar 4. Karining Menurut masyarakat Naga,
pada waktu menyambut panen padi.
karining ini bisa digunakan ketika
Ada beberapa makna dari
kita berdo’a, karena bunyi yang
semua
dikeluarkan dari karining ini bisa
Kampung Naga antara lain sebagai
didengar oleh yang Maha Kuasa
berikut :
kesenian
yang
ada
di
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 58
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
1.
Hubungan
manusia
dengan
melaksanakan kesenian Teureubang
lingkungan
Sejak
Kesenian Kampung
yang
Naga,
ada
di
memanfaatkan
karena
2.
suatu
segala
4.
merupakan
kesenian
Kampung
Naga
yang
budaya
didapat
kebudayaan
dengan
masyarakat Masyarakat dan kebudayaan merupakan dua bagian yang tidak dapat
di
terpisahkan dalam kehidupan manusia.
dari
Masyarakat aka nada jika ada unsure
lingkungan/alam sekitarnya.
pendukungnya,
Hubungan manusia dengan budaya
Demikian
Dengan adanya kesenian
yaitu
pula
kebudayaan.
sebaliknya,
suatu
kebudayaan akan ada jika ada masyarakat
budaya di Kampung Naga, hubungan
sebagai
baik antara masyarakat Naga sendiri
Kampung Naga terdapat kesenian budaya
ataupun masyarakat Naga dengan
sebagai hasil cipta masyarakat Naga.
luar warga Naga terjalin hubungan
1. Proses Pembuatan Alat Kesenian
pendukugnya.
kearah yang lebih baik. Karena pada
Degung
dasarnya masyarakat Naga masih
Bambu
dengan
Begitupun
di
Menggunakan
menyimpan sifat kegotong royongan.
Ada beberapa Alat kesenian degung
Misalnya dalam perbaikan suatu
yang dijadikan sebagai inovasi, yaitu Saron,
rumah
Naga
bonang, jenglong. Adapun goong, tidak
royong
dibuat sebagai alat yang diinovasikan.
membangun rumah tersebut tanpa
Menurut Ki Etob, goong hanya alat
mengharapkan imbalan apa-apa.
pelengkap saja, dan terdapat juga pada alat
Hubungan
kesenian yang lain seperti kesenian tari
warga,
masyarakat
bersama-sama
3.
Hubungan
kebudayaan,
sesuatu
diharuskan
melantunkan sholawat Nabi.
lingkungan alam sekitarnya untuk menciptakan
pemain
gotong
kebudayaan
dengan
Agama/kepercayaan Kesenian
topeng, tarling, rampak kendang, dan lain yang
ada
di
Kampung Naga sangat erat kaitannya
lain. Dalam
proses
pembuatan
alat
dengan Agama/kepercayaan, karena
kesenian degung dengan menggunakan
pada setiap pelaksanaan kesenian di
bambu ini ada beberapa tahapan yang
Kampung Naga selalu melakukan
dikerjakan oleh Ki Etob yaitu :
ritual-ritual.
Misalnya,
sebelum
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 59
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
a. Penebangan,
penjemuran,
dan
e. Pembuatan alat goong : ancak goong
pemotongan bambu
dan tabung suara
b. Pembuatan alat saron : ancak saron,
f. Penyeteman suara
tabung ancak, dan wilahan
Untuk perbandingan antara alat
c. Pembuatan alat jenglong : ancak jenglong dan tabung suara
kesenian degung dengan hasil inovasi dengan menggunakan bambu bisa dilihat
d. Pembuatan alat bonang : ancak bonang
pada gambar 1 berikut ini :
dan tabung suara Inovasi Dengan Menggunakan Bambu Saron
Alat Kesenian Degung Saron
Jenglong
Jenglong
Bonang
Bonang
Gambar 5. Perbandingan Alat Diciptakannya alat kesenian degung dengan
menggunakan
bambu
sendiri
sebagai
bahan
utama
dari
yang
pembuatan alat kesenian degung ini.
dilakukan oleh Ki Etob ini termasuk
Meskipun pada kenyataannya, pembuatan
kedalam suatu proses penemuan baru
alat
dengan menggunakan sumber-sumber alam
menggunakan alat atau teknologi yang
yaitu menggunakan bahan bambu yang
cukup sederhana seperti golok, pisau raut,
didapatkan dari daerah Desa Ciampanan itu
gergaji,
kesenian
bor,
degung
serutan,
ini
meteran,
masih
palu,
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 60
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
kampak,
tuner
dan
lain
lain,
serta
menggunakan bambu bisa dilihat pada tabel
dikerjakan pula secara manual.
1 berikut :
Dan untuk melihat perbedaan antara alat kesenian degung dengan inovasi Tabel 1 Perbedaan Alat -
Inovasi Dengan Menggunakan Bambu Nada tidak mudah berubah atau stabil Nada lebih rendah dan karakter suara lebih lembut Suara lebih nyaring dari alat degung khususnya dari bahan besi Perubahan dari penclon menjadi tabung (Jenglong dan Bonang) Bisa dipadukan dengan musik modern lebih
-
Alat Kesenian Degung Nada sering berubah Nada lebih tinggi
-
Jenglong dan bonang berpenclon
-
Tidak bisa dpadukan dengan musik modern Lebih Artistik
-
Segi tampilan sederhana
simpel
dan -
-
Perubahan dalam ancak (fold up)
-
-
Menggunakan dua pemukul Alatnya lebih banyak, saron menjadi 4 dalam satu set lengkap. - Harga relatif lebih terjangkau Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2014 Hasil
dari
penciptaan
yang
Ancak tetap Menggunakan satu pemukul Saron hanya 2 alat (1 dan 2) Harga relatif mahal masyarakat Desa Ciampanan, meskipun
dilakukan oleh Ki Etob itu disebut suatu
belum
discovery.
keberadaan alat yang tergolong penemuan
discovery
Adapun itu
sendiri
pengertian adalah
dari suatu
seluruhnya
mengetahui
akan
baru ini, terutama dari pihak pemerintah.
penemuan dari suatu unsur kebudayaan
2. Jenis Bambu yang Digunakan Sebagai
yang baru, baik berupa suatu alat baru,
Bahan Baku Pembuatan Alat Kesenian
suatu ide baru, yang diciptakan oleh
dengan Menggunakan Bambu
seorang individu, atau suatu rangkaian dari
Di Indonesia terdapat kurang lebih
beberapa individu dalam masyarakat yang
65 jenis bambu. Ada yang masih tumbuh
bersangkutan. Discovery baru menjadi
liar
invention bila masyarakat sudah mengakui,
Beberapa jenis bambu tertentu mempunyai
menerima, dan menerapkan penemuan baru
manfaat atau nilai ekonomis tinggi seperti
itu. Discovery yang telah dilakukan oleh Ki
Bambu ater, gombong, lemang, tali, hitam,
Etob sejauh ini sudah diketahui oleh
mayau, tiyang, kaas, lolebo, ori, cendani,
dan
belum
jelas
kegunaannya.
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 61
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
embong, ampel, kaur, Sembilan, batu,
bahan baku pembuatan alat kesenian
sengkoreh, manggong, terasi, andong,
degung
dabo, uel-uel, uncea, wuluh, jalur, jala,
digunakan untuk sementara ini belum
dabuk, serik, kapal, rengen, bungkok, apus,
terlalu dibutuhkan dan didatangkan dari
tutul, toi, tamiang, kuning, duri, tomula,
luar daerah Desa Ciampanan. Adapun jenis
kenayau, jalugading, galah, tikus, jawa,
bambu yang digunakan sebagai bahan baku
teku, talang, legi, seit (Kasmudjo, 2009:66).
pembuatan alat kesenian degung dengan
Jenis
menggunakan bambu ini yaitu bambu apus,
bambu
yang
digunakan
dalam
pembuatan alat ini cukup tersedia di daerah
ini.
Jadi
bahan
baku
yang
bambu wulung dan bambu betung.
sekitar Desa Ciampanan. Dilihat dari Faktor
geografi
Ciampanan
yaitu
memiliki
iklim, syarat
Desa
3. Upaya Upaya yang Dilakukan untuk
dalam
Mengembangkan Alat Kesenian Degung
tumbuhnya bambu diantaranya iklim Desa
dengan Menggunakan Bambu
Ciampanan memiliki suhu rata-rata 28-
Difusi adalah proses penyebaran
30°C, dengan ketinggian berada pada 446
unsur-unsur kebudayaan secara meluas
meter diatas permukaan laut dan bertipe
sehingga melewati batas tempat di mana
curah hujan B yaitu agak basah, dimana
kebudayaan
bambu termasuk jenis tanaman yang
2009:205).
membutuhkan banyak air.
Upaya
itu
timbul
dan
(Supardan,
proses
untuk
Dari masih tersedianya bahan baku
menyebarkan dalam artian usaha untuk
dari daerah Desa Ciampanan, Ki Etob
memeperkenalkan supaya alat ini bisa lebih
mempunyai pemikiran untuk memenuhi
dikenal lagi dan untuk mendapatkan
kebutuhan bahan baku dalam jangka waktu
pengakuan yang lebih luas lagi dari
kedepan,
masyarakat
supaya
bahan
baku
untuk
telah
dilakukan
oleh
pembuatan alat kesenian degung dengan
penciptanya sendiri yaitu Ki Etob. Dimana
menggunakan
bisa
Ki Etob pernah memperkenalkan alat
terpenuhi oleh Ki Etob sendiri jika alat ini
kesenian degung ini keluar dari tempat
sudah diproduksi secara komersil, yaitu
dimana alat ini diciptakan yaitu Desa
dengan cara menanam pohon bambu di
Ciampanan, seperti memperkenalkannya ke
lahan yang dimlikinya. Tidak hanya Ki
luar negeri yaitu Malaysia pada tahun 2013
Etob, masyarakat pun mulai menanam
dalam even festival musik, menggelar acara
pohon bambu jenis yang digunakan untuk
di Lapas Banceuy sekaligus launching
bambu
tersebut
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 62
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
perdana dan menggelar acara di Radio
meningkatkan
Bobotoh Bandung.
pengampunya.
kesejahteraan
Dalam usaha atau upaya untuk
e. Motivasi simbolis yang meyakini
mengembangkan alat kesenian degung
bahwa budaya lokal adalah manifestasi
dengan menggunakan bambu ini tidak akan
dari jati diri suatu kelompok atau
dapat bertahan dan berkembang jika tidak
masyarakat
didukung oleh masyarakat luas dan tidak
menumbuhkembangkan
menjadi bagian nyata dari kehidupan kita.
kebanggaan, harga diri dan percaya diri
Menurut Agus Dono Karmadi (2007),
yang kuat.
untuk
sehingga
dapat rasa
itu perlu ditumbuhkembangkan
motivasi yang kuat untuk ikut tergerak
SIMPULAN
berpartisipasi
Adapun upaya untuk mengembangkan alat
dalam
melaksanakan
pelestariannya, antara lain: a. Motivasi
kesenian degung dengan menggunakan
untuk
mempertahankan
menjaga,
dan
mewariskan
bambu ini adalah sebagai berikut : a. Melakukan usaha untuk pemasaran ke
warisan budaya yang diwarisinya dari
wilayah
generasi sebelumnya.
memperkenalkan
b. Motivasi
untuk
yang
lebih
luas
lagi, dan
meningkatkan
mensosialisasikannya kepada anak-anak
pengetahuan dan kecintaan generasi
muda sebagai generasi penerus dan
penerus bangsa terhadap nilai-nilai
melakukan
sejarah kepribadian bangsa dari masa
penawaran/promosi terhadap sekolah-
ke masa melalui pewarisan khasanah
sekolah.
budaya dan nilai-nilai budaya secara
penawaran-
b. Mencari even-even, paemeran seni dan
nyata yang dapat dilihat, dikenang dan
budaya,
dihayati.
launching
mengadakan ke
launching-
setiap
sekolah,
c. Motivasi untuk menjamin terwujudnya
mengadakan perlombaan lagu yang
keragaman atau variasi lingkungan
diiringi dengan alat kesenian degung
budaya.
dengan menggunakan bambu ini, atau
d. Motivasi ekonomi yang percaya bahwa
diikutsertakan dalam tampilan acara
nilai budaya lokal akan meningkat bila
hajatan,
terpelihara
mengenalkan alat ini supaya masyarakat
memiliki
dengan nilai
baik
komersial
sehingga
dengan
tujuan
untuk
untuk
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 63
Jurnal Geografi, Volume 4 Nomor 1 April 2016 ISSN 1907 – 302 Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
bisa lebih mengetahui akan alat kesenian dengan menggunakan bambu ini. c. Membuat sanggar dan membentuk grup kesenian khas alat ini. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dalam peroses penelitian harus lebih mendalam, juga peneliti harus terjun langsung terhadap objek
yang
sedang
diteliti,
serta
diharapkan lebih baik dari skripsi ini. Serta
untuk
Pemerintah
yang
mempunyai peran sebagai fasilitator, diharapakan
bisa
mengangkat
dan
memperkenalkan, juga mengembangkan alat
kesenian
menggunakan
degung bambu
ini
dengan kepada
masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta Heryadi, Dodih. (2005). Mitos : Nilai Kearifan Masyarakat Tradisional. Tasikmalaya Khosim, Amir dan Kun Marlina Lubis. (2007). Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Grasindo. Koenjaraningrat. (2002). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama Koentjaraningrat. (2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi I. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.
Mutakin, Awan. (2000). Masyarakat Indonesia Dalam Dinamika. Bandung: Buana Nusa Rafi’I, Suryatna. (1981). Metode Statistika Analisis. Bandung. Binacipta Riduwa. (2009). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung. Alfabeta Rusdinar, Yuyus. (2011). Upaya Pelestarian Seni Budaya Lokal (Bebegig Sumantri) di Desa Sukamantri Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis (Suatu Kajian Geografis). Skripsi. Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Siliwangi Tasikmalaya: tidak diterbitkan Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : CV. Rajawali Sukamadinata, Nana Syaodih. (2010).Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset Sulaeman, Munandar. (1993). Ilmu Budaya Dasar. Bandung : PT. ERESCO Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kauantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sumaatmadja, Nursid. (1981). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung. Alumni Sya, Ahman dan Awan Mutakin. (2004). Masyarakat Kampung Naga Tasikmalaya. Tasikmalaya : Gadjah Poleng. (2011). Jenis dan fungsi hutan di Indonesia. Tersedia di http://organisasi.org/macam-jenishutan-di-indonesia-dan-fungsihutan-untuk-kehidupan-di-mukabumi-ipa-geografi. [ 1 Januari 2012] Waluya, Bagja. (2009). Memahami Geografi SMA/MA Kelas X. Jakarta. Pusat Perbukuan.
Yani Sri Astuti, Pelestarian Kesenian Khas .... | 64