PELESTARIAN KESENIAN TARI TRADISIONAL KUDA LUMPING DI DESA CIHERAS KECAMATAN CIPATUJAH KABUPATEN TASIKMALAYA PRESERVATION OF TRADITIONAL DANCE ART OF KUDA LUMPING IN CIHERAS VILLAGE CIPATUJAH SUBDISTRICT TASIMALAYA REGENCY Dr. Siti Fadjarajani Dra., M.T. (
[email protected]) Opi Nur Sopiatun (
[email protected])
Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
ABSTRAK Penelitian ini memiliki latar belakang masalah dengan keberadaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping yang ada di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya yang sekarang ini kurang diminati oleh para remajanya dan kesenian ini sempat fakum karena tidak adanya pemain, hal tersebut menjadi ketakutan tersendiri bagi keberlangsungan kesenian tari Kuda Lumping karena tidak menutup kemungkinan kesenian tersebut akan punah dan menghilang dari daerah Desa Ciheras khususnya oleh sebab itu perlunya pelestariannya. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana latar belakang keberadaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya dan upaya apa sajakah yang dapat dilakukan masyarakat untuk melestarikan kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi literatur, dan dokumentasi. Objek yang diteliti pelestarian kesenian tari tradisional Kuda Lumping dan subjek dalam penelitian ini adalah informan atau narasumber yang mengetahui tentang objek penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa latar belakang keberadaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping yang ada di Desa Ciheras masih ada dan tetap dipertahankan sampai sekarang walaupun peminatnya mulai berkurang, kesenian ini adalah kesenian bawaan dari masyarakat etnis Jawa yang melakukan mobilitas (Wonosobo, Kebumen, Banyumas, Cilacap) ke daerah etnis Sunda kemudian diterapkan di daerah yang sekarang di tempati, di daerah tersebut kesenian ini lebih mengacu pada daerah Banyumasan perbedaannya adalah dari gerakan tari yaitu ada tarian cakilan sehingga menjadi suatu ciri khasnya. Dengan adanya kesenian tari Kuda Lumping bisa mempermudah interaksi antara masyarakat yang beretnis Jawa dengan etnis Sunda, memanggil roh-roh. Upaya pelestarian kesenian tari tradisional Kuda Lumping adalah dengan cara memperkenalkan kesenian tari Kuda Lumping pada acara perlombaan Pramuka
1
tingkat LT2, dijadikan pertunjukan disetiap acara PENSI (Pentas Seni) di SMPN 3 Cipatujah, penerimaan dan/atau pelepasan sambut tamu, acara hajatan, acara HUT RI 17 Agustus 1945, acara Surroan, acara kliwonan, acara even-even kebudayaan, adanya sanggar seni tari Kuda Lumping, dan regenerasi pemain.
Kata Kunci: Pelestarian, Kesenian, Tari Kuda Lumping
ABSTRACK This research has background of problem with existence of traditional dance art of Kuda Lumping that exist in Ciheras Village Cipatujah Subdistrict of Tasikmalaya Regency which is now less desirable by the teenager and this art was vacuum due to lack of players, it became a fear for the sustainability of dance art Kuda Lumping because it does not close the possibility of art will be extinct and disappear from the village of Ciheras in particular therefore the need for conservation. The problem discussed in this research is how the background of the existence of traditional Kuda Lumping dance arts in Ciheras Village, Cipatujah District, Tasikmalaya Regency, and what efforts can be done by the community to preserve the traditional dance arts of Kuda Lumping in Ciheras Village, Cipatujah District, Tasikmalaya Regency. The method of research is descriptive method with qualitative approach. Data collection techniques used were observation, interviews, literature studies, and documentation. The object under study is preservation of traditional dance arts of Kuda Lumping and the subject in this research is an informant who know about the project of research. The result of research shows that background of the existence of traditional dance art of Kuda Lumping in Ciheras Village, Cipatujah Subdistrict of Tasikmalaya Regency is still exist and still maintained until now although the demand is decreasing, this art is the innate arts of Javanese ethnic community who perform mobility (Wonosobo, Kebumen, Banyumas, Cilacap) To the Sundanese ethnic area then applied in the area that is now in place, in this area the art is more referring to the area of Banyumasan the difference is from the dance of the cakilan so that it becomes a distinctive characteristic. With the art of Kuda Lumping dance can facilitate the interaction between ethnic Javanese society with ethnic Sundanese, summoning spirits. The effort to preserve the traditional dance art of Kuda Lumping is by introducing the art of Kuda Lumping dance at the LT2 Scouting event, to be a show at every PENSI (Art Performance) event at SMPN 3 Cipatujah, reception and/or release of welcome guests, hajatan event, HUT RI 17 August 1945 event, Surroan event, kliwonan event, cultural events, the existence of Kuda Lumping dance studio, and player regeneration.
Keywords: Preservation, Arts, Kuda Lumping Dance
2
1.
Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan yang merupakan ungkapan kreatifitas manusia yang memiliki nilai keluhuran dan keindahan (Salim, 2015: 1). Kesenian yang memiliki sifat kerakyatan menunjukan bahwa kesenian tersebut berakar dari kebudayaan rakyat yang terdapat dilingkungannya. Pertunjukan-pertunjukan seperti ini biasanya sangat komunikatif, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat pedesaan, dalam penyajiannya pertunjukan ini biasanya diiringi oleh musik daerah setempat. Kesenian tari tradisional sebagai pertunjukan yang memiliki makna serta nilia-nilai yang tinggi di dalam setiap gerakannya dan selalu menjadi pertunjukan yang indah bagi masyarakat pendukungnya, sehingga kesenian tari tradisional dapat dibedakan menurut unsur seni yang ditonjolkan, meskipun harus diakui pada umumnya pertunjukan kesenian itu merupakan perpaduan beberapa unsur seni. Di Kabupaten Tasikmalaya, khususnya di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah terdapat kesenian tari tradisional Kuda Lumping yang mempunyai ciri khas yang berbeda dengan kesenian tari Kuda Lumping di daerah lainnya, yaitu dari segi tariannya ada tarian cakilan. Seni tari Kuda Lumping itu sendiri berasal dari Pulau Jawa bagian Jawa Tengah di daerah Ponorogo dan Banyumas. Akan tetapi di Desa Ciheras ini kesenian tari tradisional Kuda Lumpingnya lebih mengacu ke daerah Banyumas. Kesenian tari Kuda Lumping ini merupakan kebudayaan bawaan dari kaum Etnis Jawa yang melakukan mobilitas penduduk (Banyumas, Wonosobo, Kebumen, Cilacap) ke wilayah administratif Kecamatan Cipatujah khususnya Desa Ciheras yang penduduknya mayoritas beretnis Sunda. Budaya yang mereka bawa diterapkan di daerah yang mereka tinggali sehingga terjadinya difusi kebudayaan di daerah Etnis Sunda. Kesenian ini juga sudah lama keberadaannya di Desa Ciheras
3
diperkirakan sejak awal Etnis Jawa melakukan migrasi ke daerah tersebut, akan tetapi kesenian ini sempat jatuh bangun dalam melestarikannya. Tari tradisional Kuda Lumping ini biasa disebut dengan Jaran Kepang atau jathilan. Kuda Lumping adalah sekelompok prajurit yang tengah menunggang kuda. Biasanya pertunjukan seni tari tradisioanla Kuda Lumping ini dilaksanakan pada acara hari besar Islam Muharram (malam surro), acara hajatan (pernikahan dan/atau khitanan), acara kliwonan (satu bulan satu kali), Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (17 Agustus 1945), menyambut bulan suci Ramadhan, dan penyambutan dan/atau pelepasan para tamu. Akan tetapi di Desa Ciheras kini kesenian tari Kuda Lumping mulai kurang diminati oleh para remajanya. Perlunya pemerhati dan perlunya perhatian agar persaingan budaya tradisional tidak tergeser oleh budaya asing. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat nanti kesenian tari Kuda Lumping yang ada di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya ini akan hilang oleh perkembangan arus zaman yang semakin modern, apalagi kesenian tari Kuda Lumping di Desa Ciheras sempat fakum dengan waktu yang lama. Usaha
pelestarian
warisan
budaya
khususnya
seni
Tari
Tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya ini juga pada dasarnya mengandung manfaat serta filosofis/makna yang terkandung didalamnya. Di dalam seni terdapat lambang-lambang yang menjadi ciri khas dari suatu kebudayaan masyarakat agar kesenian tersebut mudah dikenal dan menunjukkan asal keseniannya. Keberadaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping menjadi bukti bahwa di wilayah Kabupaten Tasikmalaya khususnya di Desa Ciheras mempunyai ragam kesenian kebudayaan dan masih bertahan dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Akan tetapi dengan seiring berjalannya waktu dari generasi ke generasi kebudayaan inipun
4
ditakutkan akan hilang oleh arus zaman dan/atau hilang akibat masuknya kebudayaan asing ke Negara kita serta adanya perbedaan pola pikir masyarakat dikaitkan dengan agama dalam memahami kesenian tari tradisional Kuda Lumping. Adanya Paguyuban kesenian Tari Tradisional Kuda Lumping yang bernama “Seni Kuda Kepang Mekar Jaya Putra Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah” dan peran serta masyarakat dalam melestarikan kebudayaan agar tetap ada dan bertahan sampai anak cucunya kelak, kesenian ini bisa tetap bertahan apalagi kesenian tari tradisional Kuda Lumping ini mengajak para pemuda yang menganggur atau para remaja pelajar serta masayarakat yang ingin belajar. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam mengenai upaya pelestarian kesenian tari tradisional Kuda Lumping dengan judul penelitian “Pelestarian Kesenian Tari Tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana latar belakang keberadaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya ?
2.
Upaya apa sajakah yang dapat dilakukan masyarakat untuk melestarikan kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya ?
1.3. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui latar belakang keberadaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.
5
2.
Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk melestarikan kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.
2.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara mendalam tentang perkembangan kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah kabupaten Tasikmalaya.
3.
PEMBAHASAN 1.
Latar Belakang Keberadaan Kesenian Tari Tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya Keberadaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping tidak terlepas dari mobilitas penduduk etnis Jawa ke daerah etnis Sunda. Pada awalnya di daerah Kecamatan Cipatujah merupakan daerah komunitas etnis Sunda, tetapi karena terjadi mobilitas penduduk (perpindahan penduduk) dari daerah provinsi Jawa Tengah (Banyumas, Cilacap, Kebumen, dan Wonosobo) ke daerah provinsi Jawa Barat khususnya Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya yang secara langsung ataupun tidak langsung menyebabkan terjadinya diffusi kebudayaan yang dibawa oleh masyarakat etnis Jawa yang melakukan mobiitas ke daerah Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah, termasuk kesenian tari tradisional Kuda Lumping yang pada awalnya merupakan kesenian khas dari daerah Jawa Tengah, tetapi sekarang kesenian tari tradisional Kuda Lumping berada di daerah Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya dan dapat dinimati oleh etnis Sunda. Keberadaan Kesenian tari Kuda Lumping di Desa Ciheras sejak tahun 1960. Kesenian
tari
tradisional
Kuda
Lumping
di
Kabupaten
Tasikmalaya hanya ada di Kecamatan Cipatujah saja khsususnya di daerah Desa Ciheras dan Desa Cipanas tetapi di Desa Ciheras merupakan sejarah awal munculnya kesenian tari tradisional Kuda Lumping saat
6
mobilitas penduduk terjadi dan kesenian tersebut memiliki perbedaan dengan kesenian tari Kuda Lumping di daerah lain. Perbedaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras dengan kesenian tari tradisional Kuda Lumping di daerah lain adalah dari segi tarian ada tarian cakilan. Kesenian tari Kuda Lumping berkaitan erat dengan sejarah dan nilai-nilai di sekitar masyarakat Desa Ciheras dilihat dari unsur-usnur kebudayaan
yang
universal.
Unsur-unsur
kebudayaan
menurut
Kluckhohn (dalam Widyosiswoyo, 2001: 33-35) membaginya ke dalam tujuh unsur kebudayaan universal yaitu: a.
Sistem religi
b.
Sistem organisasi
c.
Sistem pengetahuan
d.
Sistem mata pencaharian
e.
Sistem teknologi dan peralatan
f.
Sistem bahasa
g.
Kesenian Dari ke tujuh unsur kebudayaan universal tersebut sangat melekat
pada kesenian tari tradisional Kuda Lumping seperti dari segi sistem religi yaitu setiap agama sama dengan kebanyakan agama lainnya di mana agama tradisional mejawab semua kebutuhan rohani manusia saat tetimpa musibah, ketentraman hati ketika menghadapi masalah, dan menyediankan ritual pertunjukan untuk kebahagian manusia itu sendiri. Menurut bapak Karna sebelum acara pertunjukan kesenian tari Kuda Lumping di mulai, seluruh pemain kesenian tari Kuda lumping melakukan berdo’a bersama bahkan penonton pun ikut berdo’a agar proses pertunjukan kesenian ini berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya dan diberikan keselamatan selama pertunjukan itu berlangsung, dengan berdo’a ini menunjukan rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta atas semua pemberiannya.
7
Kaitannya dari segi sistem organisasi yaitu kesenian tari Kuda Lumping ini memiliki sanggar paguyuban sekarang menjadi 3 group salah satunya adalah ada paguyuban yang dipegang oleh bapak Karana Wiguna bersama ibu Jiber dan ibu Kemprang adalah paguyuban “Seni Kuda Lumping Mekar Jaya Putra”. Kaitannya dari segi sistem pengetahuan yaitu kesenian ini memberikan pengetahuan bahwa setiap kebudayaan itu bersifat dinamis dan pertunjukannya memberikan pemahaman bahwa setiap manusia bisa saling bergandengan dengan alam yang berbeda. Kemudian dari segi sistem mata pencaharian yaitu kesenian tari Kuda Lumping ini dijadikan mata pencaharian oleh masyarakat yang menjadi pemain di pertunjukan kesenian tersebut. Apabila dikaji dari segi sistem teknologi dan peralatan yaitu peralatan yang digunakan oleh kesenian ini adalah peralatan yang tradisional yang khas dengan alat musik daerah. Dari segi bahasa yaitu bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah (bahasa Jawa dan bahasa Sunda) kedua bahasa tersebut digabungkan agar memudahkan interaksi karena di daerah kesenian ini mayoritas penduduknya adalah masyarakat yang berentnis Sunda, yang terkahir dari segi kesenian yaitu kesenian tari tradisional Kuda Lumping ini dijadikan kesenian khas daerah Desa Ciheras, sekarang kesenian bila ditanya tentang kebudayaan Desa Ciheras yang terucap adalah kesenian ini. hal tersebut menunjukan bahwa kebudayaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping ini menjadi keunikan tersendiri bagi masyarakat sekitar. Terlepas dari semua hal tersebut kesenian tari tradisional Kuda Lumping ini mempunyai simbolisasi bagi masyarakat bahwa kesenian ini menunjukan rakyat jelata pun memiliki kemampuan (kadigdayaan) untuk siap menghadapi lawan (musuh) saat diserang. Karena masyarakat dan kebudayaan merupakan dua unsur kesatuan yang saling berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial masyarakat. Kebudayaan ada karena adanya faktor pendukungnya yaitu manusia, sebaliknya manusia ada karena ada faktor pendukungnya yaitu
8
kebudayaan kedua hal tersbut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Di dalam masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda-beda satu sama lainnya, akan tetapi walaupun kebudayaan berbeda-beda memiliki ciri umum yang sama dari kebudayaan lainnya dan memiliki sifat dan hakikat yang berlaku umum di mana pun juga. Sifat dan hakikat kebudayaan ini menurut Soekanto (2013: 160). a.
Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.
b.
Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lainnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
c.
Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya.
d.
Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajibankewajiban, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan. Kebudayaan pada masyarakat merupakan seperangkat kehidupan
yang memiliki nilai, aturan, dan norma yang ada disetiap pikiran manusia dalam merespon lingkungannya. Sebab dari itu kebudayaan menjadi sebuah bagian dalam kehidupan manusia bukan dari warisan biologis. Kebudayaan akan menjadi bagian di dalam diri setiap manusia melalui proses belajar dalam kehidupan bermasyarakat dan merupakan akumulasi individu yang menjadi pengalaman hidupnya sendiri. Seperti halnya kesenian tari tradisional Kuda Lumping yang merupakan kebudayaan bersifat buhun (secara turun temurun) dari nenek moyangnya terdahulu dan berasal dari perkumpulan masyarakat etnis Jawa yang ingin memperkenalkan kebudayaan dari daerah asalnya sehingga menjadi kebiasaan di daerah yang sekarang di tempatinya yaitu di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya, bahkan sekarang kesenian tari tradisional Kuda Lumping ini dijadikan unsur
9
kepercayaan di dalam pikiran masyarakat tersendiri bagi sstem kepercayaannya. 2.
Upaya yang Dilakukan Masyarakat dalam Melestarikan Kesenian Tari Tradisonal Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya Kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras merupakan kebudayaan lokal yang dibawa oleh etnis Jawa dengan melakukan mobilitas penduduk bahkan sekarang menjadi budaya ciri khas masyarakat di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah. Saat ini kebudayaan tersebut mulai banyak yang menikmati, menurut pak Karna sebagai Kuncen Kesenian tari tradisional Kuda Lumping group paguyuban Seni Kuda Lumping Mekar Jaya Putra mengatakan bahwa sekarang-sekarang ini yang minat untuk mengundang pertunjukan Kuda Lumping itu dari etnis Sunda akan tetapi frekuensi pertunjukan masih sedikit dalam satu tahun terakhir yang mengundang pertunjukan dapat dihitung. Kesenian Kuda Lumping sempat vakum setelah meninggalnya bapak Jemu pemilik paguyuban seni Kuda Lumping Mekar Jaya Putra, alasannya karena masih dalam keadaan duka dan para pemain seni Kuda Lumpingnya tidak ada, itu menunjukan bahwa kesenian Kuda Lumping bisa saja suatu saat nanti menjadi tinggal kenangan atau tinggal nama saja di Desa Ciheras bahkan bisa ditinggalkan walaupun sekarang banyak yang meminati tapi tidak dipungkiri hal tersebut akan terjadi lagi di masa yang akan datang. Melihat hal tersebut perlu adanya pelesatarian baik itu dari masyarakat maupun dari pemerintah agar kesenian tari tradisional Kuda Lumping akan tetap ada dan bertahan sampai nanti tiada batasnya. Adapun upaya pelestarian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a.
Kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras dijadikan kesenian pertunjukan di sekolah-sekolah yang ada di sekitrar daerah Desa Ciheras untuk kegiatan PENSI (Pentas Seni) di SMP Negeri 3 Cipatujah, untuk karnaval dalam kegiatan perlombaan Pramuka LT2
10
Kwartir Cabang Kabupaten Tasikmalaya, disetiap perpisahan kelulusan baik itu di SMP maupun di SD sudah 3 tahun selalu di tampilkan pertunjukan kesenian tari tradisional Kuda Lumping. Kesenian tari Kuda Lumping ini juga dimasukan dalam pelajaran kesenian di sekolah tingkat SMP di SMP Negeri 3 Cupatujah. Hal tersebut berkaitan erat dengan sistem yang dilakukan untuk meregenerasikan pemain dan memperkenalkan kesenian tari Kuda Lumping kepada masyarakat. b.
Melakukan pertunjukan kesenian tari tradisional Kuda Lumping pada acara-acara atau pada even-even kebudayaan, baik masyarakat sekitar Desa Ciheras ataupun oleh dinas-dinas pemerintahan terkait. Dengan demikian, maka diharapkan kebudayaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping terus bertahan dan akan tetap ada sampai nanti anak cucunya menikmati kebudayaan tersebut. Disini terlihat bahwa dalam upaya pelestarian terhadap kesenian tari tradisional Kuda Lumping harus ada peran aktif dari masyarakat dan juga pemerintah.
c.
Adanya pembuatan sanggar, dengan adanya seni budaya maka akan meningkatan tali silaturahmi antara masyarakat etnis Jawa dengan masyarakat etnis Sunda di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya dan akan meningkatkan silaturahmi antar pemian kesenian tari tradisional Kuda Lumping. Sehingga sanggar tersebut menjadi wadah bagi seniman lokal khususnya kesenian tari tradisional Kuda Lumping yang dibawa oleh masyarakat etnis Jawa pada lingkungan masyarakat etnis Sunda untuk melatih generasigenerasi muda dari semua kalangan etnis. Dengan begitu, maka kesenian budaya lokal daerah khususnya kesenian tari tradisional Kuda Lumping akan memberikan nilai tambah dan meningkatkan masyarakat Desa Ciheras melalui kebudayaan.
11
4.
SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai penelitian pelestarian kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya, maka dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Latar Belakang Keberadaan Kesenian Tari Tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya Keberadan kesenian tari Kuda Lumping di Desa Ciheras tidak terlepas dari adanya mobilitas penduduk (perpindahan penduduk) dari daerah Jawa Tengah (Banyumas, Kebumen, Wonosobo, dan Cilacap) yang beretnis Jawa ke daerah Jawa Barat yang beretnis Sunda khususnya ke Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Penduduk etnis Jawa ketika melakukan mobilitas mereka membawa budaya asal daerahnya ke daerah yang sekarang ditinggalinya. Keberadaannya di Desa Ciheras sejak tahun 1960 dan kesenian ini berbeda dengan kesenian tari Kuda Lumping di daerah lain yaitu dari gerakan tarian ada cakilan dan lengger. Terlepas dari adanya pertanyaan latar belakang kesenian tari Kuda Lumping di Desa Ciheras, keberadaannya saat ini menjadi hal yang unik karena bisa menyatukan silaturahmi antar masyarakat etnis Jawa dan etnis Sunda. kesenian tari Kuda Lumping memiliki makna bagi masyarakat
Desa
Ciheras
Kecamatan
Cipatujah
Kabupaten
Tasikmalaya. Adapun makna dari kesenian tari Kuda Lumping, diantaranya: a.
Sistem Bahasa Kesenian tari tradisional Kuda Lumping di dalam pertunjukannya baik itu dari segi lagu ataupun syair-syairnya
12
menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Jawa dan bahasa Sunda tetapi bahasa utamanya adalah bahasa Jawa. b.
Sistem Mata Pencaharian Kesenian tari tradisional Kuda Lumping dijadikan mata pencaharian bagi para pemain.
c.
Sistem Kesenian Kuda Lumping merupakan kesenian tradisional yang berasal dari tarian rakyat dan menjadikan keunikan tersendiri bagi masyarakat sekitar Desa Ciheras.
2.
Upaya yang Dilakukan Masyarakat dalam Melestarikan Kesenain Tari Tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya Melihat keadaan saat ini mulai kurang peminatnya kesenian tari Kuda Lumping mulai menurun walaupun memang dalam satu tahun terakhir ada yang mengundang pertunjukan kesenian tersebut. Tetapi tidak dipungkiri kedepannya akan terjadi hilang kebudayaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping ini, harus ada upaya dalam melestarikan kesenian ini agar tetap ada. Adapun upaya pelestarian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a.
Kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras dijadikan sebagai pertunjukan PENSI (Pentas Seni) di SMPN 3 Cipatujah, di perlombaan karnaval pada acara Pramuka LT2 DKR Cipatujah, dan dijadikan pertunjukan disetiap perpisahan di sekolah yang ada di Desa Ciheras. Hal tersebut berkaitan erat dengan sistem untuk meregenerasikan pemain.
b.
Melakukan pertunjukan di acara even-even kebudayaan baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh dinas-dinas pemerintahan terkait. Hal tersebut adalah salah satu cara untuk memperkenalkan kebudayaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras.
13
c.
Dengan pembuatan sanggar hal ini dapat meningkatkan silaturahmi, menjadi wadah atau tempat untuk melakukan latihan
kesenian
tari
Kuda
Lumping
dalam
proses
peregenerasian dan melakukan kegiatan lainnya di dalam sanggar tersebut. 4.2. Saran Kebudayaan lokal masih ada dan menjadi jati diri bangsa harus tetap dilestarikan, keberadaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya yang masih ada sampai saat ini dan harus dijaga serta dilestarikan oleh semua pihak. Adapun saran yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut : 1.
Pemerintahan khsususnya dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikamalaya yang menjadi wadah bagi semua kebudayaan lokal daerah yang terdapat di Kabupaten Tasikmalaya harus bisa mengangkat dan mensosialisasikan kesenian tari tradisional Kuda Lumping kepada masyarakat luas baik itu di daerah sekitar Kabupaten Tasikmalaya ataupun di daerah luar wilayah Kabupaten Tasikmalaya agar pemahaman terhadap kesenian tersebut tidak salah arti bagi masyarakat.
2.
Masyarakat
Desa
Ciheras
Kecamatan
Cipatujah
Kabupaten
Tasikmalaya harus bisa menjaga dan melestarikan kesenian tari tradisional Kuda Lumping dengan cara merasa bangga akan keberadaan kesenian tari Kuda Lumping di daerahnya walaupun kesenian tersebut adalah kesenian bawaan dari mayarakat etnis Jawa yang melakukan mobilitas penduduk. 3.
Kesenian tari tradisional Kuda Lumping merupakan kekayaan budaya yang diwariskan dari para leluhur kita ini menunjukan jati diri kita, yang perlu dijaga dan dipelihara serta dilestarikan agar tetap ada keberadaannya sampai kelak anak cucu kita merasakan keberadaan kesenian tari tradisional Kuda Lumping khususnya di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya ini.
14
4.
Dengan Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penelitian, oleh sebab itu penulis berharap kedepannya bagi yang melakukan penelitian selanjutnya agar lebih baik lagi khususnya dalam penelitian tentang pelestarian kesenian budaya tradisional karena di Kabupaten Tasikmalaya sendiri memiliki banyak kebudayaan yang perlu dilestarikan dan dijaga keberadaannya agar tetap ada.
5.
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dalam proses penelitian harus lebih mendalam dan juga peneliti harus terjun langsung ke lapangan dan selalu mengikuti perkembangannya, walaupun penelitian skripsi ini sudah selesai. Hal tersebut agar selalu mengetahui kondisi perkembangan kebudayaan khususnya untuk kesenian tari tradisional Kuda Lumping yang ada di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya dan kedepannya diharapkan pula lebih baik dalam penelitian skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA Buku Ahman sya. 2012. Pengantar Geografi. Bandung: LPPM Universitas BSI. Ardita, Riska. 2013. Eksistensi Kesenian Sintren di Desa Ciheras Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Universitas Siliwangi Tasikmalaya : Tidak diterbitkan. Nasution, S. 2012. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara. Seokanto, Soerjono dan Sulistyowati, Budi. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sumaatmadja, Nursaid. 1988. Studi Geografi (Suatu Pendektan Keruangan). Bandung: Alumni. Supardan, Dadang. 2011. Pengantar Ilmu Sosial (Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta : Bumi Aksara. Supartono, Widyosiswoyo. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Tia Juniawan, Gilar. 2012. Upaya Pelestarian Budaya Lokal (Calung Tarawangsa) di Desa Parung Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya (Suatu Kajian Geografis). Universitas Siliwangi Tasikmalaya : Tidak diterbitkan.
15
Warsito. 2012. Antropologi Budaya. Yogyakarta: Ombak. Journal Salim,
Muqodar. (2015). Eksistensi Kesenian Tari Badui Ditengah Perkembangan Masa Kini. [online]. Tersedia di : http://digilib.uinsuka.ac.id/15505/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTA KA.pdf Website Resmi http://negerikuindonesia.com/
16